Sambut Peningkatan Investor Saham, EMTrade Tengah Bertransformasi Menjadi “Robo Advisory”

EMTrade merupakan portal digital yang memiliki misi untuk membantu investor pemula mempelajari tentang saham. Didirikan oleh influencer sekaligus praktisi saham Ellen May, saat ini platform tersebut tengah bertransformasi dari aplikasi berbasis edu-fintech menuju platform robo-advisory. 

Kepada DailySocial, Ellen selaku Founder & CEO mengatakan, di pembaruan aplikasi EMTrade terkini beberapa fitur automasi sudah mulai ditanamkan. Misalnya untuk mempercepat proses kerja layanan Q&A. Selain layanan tanya-jawab, sejauh ini aplikasi EMTrade telah memiliki beberapa fitur lain, meliputi rekomendasi pembelian/penjualan saham, analisis saham, dan kanal edukasi.

“Sekarang kami sedang melakukan perekrutan untuk mengisi posisi penting tim teknologi, baik untuk back-end maupun front-end. Karena ke depannya EMTrade akan bertransformasi menjadi aplikasi end-to-end untuk menemani investor saham [ritel] di Indonesia,” ujar Ellen.

Bahkan ia mengatakan, tahun ini sudah ada roadmap yang cukup spesifik untuk pengembangan. Di kuartal kedua nanti, fitur konten premium akan diluncurkan, juga layanan virtual trading di akhir Juni agar dapat membantu pengguna melakukan demo trading. Penerapan teknologi kecerdasan buatan dan pembelajaran mesin juga akan mulai diaplikasikan untuk stock screening — memberikan analisis berdasarkan behaviour pengguna.

“Kemudian di kuartal keempat kami akan meluncurkan fitur online trading memungkinkan pengguna bertransaksi saham di aplikasi. Untuk mitranya belum bisa kami sebut karena masih dalam perampungan peresmian kerja sama sembari menunggu perolehan izin dari OJK,” imbuh Ellen.

Jajaran tim pengembang EMTrade / EMTrade
Jajaran tim pengembang EMTrade / EMTrade

Mengutip dari data yang disampaikan Bursa Efek Indonesia, di tahun 2020 ada penambahan 1,3 juta SID (Single Investor Identification) baru pasar modal dan 590 ribu SID baru saham, kenaikannya 61% dan 134% dari tahun sebelumnya — tertinggi sepanjang sejarah pasar modal di Indonesia. Per akhir 2021, secara total ada 3,88 SID pasar modal dan 1,65 juta SID saham. SID baru mayoritas digenggam oleh pengguna di rentang usia 18 s/d 40 tahun.

Menurut Ellen, hal ini terjadi karena berbagai faktor, termasuk disebabkan oleh pertimbangan masyarakat saat pandemi — suku bunga cenderung rendah di masa tersebut, membuat orang mencari alternatif lain untuk memutarkan uangnya. Pola pikir untuk berinvestasi juga semakin terbuka, orang lebih mudah membandingkan berbagai instrumen aplikasi karena mediumnya sudah sangat terjangkau.

Di Indonesia sendiri sudah ada beberapa startup yang menggarap platform untuk memudahkan proses investasi saham. Dua yang paling signifikan adalah Stockbit dan Ajaib. Terbaru, Ajaib mengumumkan perolehan pendanaan dari investor membukukan nilai 1,3 triliun Rupiah. Keduanya juga memiliki sub-layanan untuk memfasilitasi pengguna berinvestasi ke reksa dana.

“Jika dibandingkan emas, return di saham lebih menarik. Emas naik baru sekitar 1-2 tahun terakhir, sebelumnya stagnan. Sementara di reksa dana orang bilang risiko lebih kecil karena ada kokinya (orang yang mengelola). Tapi kalau lihat beberapa kasus terakhir banyak reksa dana bermasalah, bagi saya itu justru menjadikan risikonya tidak kecil. Risiko investasi paling kecil ada di kendali kita. Tapi harus disertai mau belajar,” terang Ellen.

Namun tidak dimungkiri bahwa minat ke investasi emas masih cukup tinggi. Platform digital yang memfasilitasi pun juga cukup banyak, mulai dari Pluang, Treasury, Indogold, e-mas, dll – beberapa dari mereka juga telah terintegrasi dengan aplikasi e-commerce dan dompet digital populer di Indonesia. Alternatif lain juga terus bermunculan memanfaatkan medium teknologi, seperti berinvestasi di aset kripto, equity crowdfunding, atau p2p lending.

Application Information Will Show Up Here

Ajaib Receives Additional Series A Funding, Securing 1.3 Trillion Rupiah

Ajaib Group today (29/3) announced additional funding in Series A round worth $65 million, led by Ribbit Capital. Combined with the previously announced series A, Ajaib has managed to book a total of $90 million or equivalent to 1.3 trillion Rupiah in this round – and is said to be the largest Series A funding round in Southeast Asia.

This is Ribbit Capital’s debut in Southeast Asia. They previously invested in global players such as Coinbase, Affirm, Revolut and Robinhood. In addition, several investors involved in Ajaib’s funding, including Y Combinator Continuity, ICONIQ Capital, and Bangkok Bank PLC; as well as several angel investors from fintech founders such as David Velez from Nubank and SG Lee from Toss.

Previous investors such as Horizons Ventures, Softbank Ventures Asia, Alpha JWC Ventures, and Insignia Ventures were also involved in this round. Previously, he said, the company will use the fresh funding to improve technology infrastructure, recruit technical teams, and expand product offerings.

“We are witnessing an unprecedented revolution in retail investment. Ajaib is at the forefront and they are building the most trusted brand in Indonesia. Its commitment to providing transparency and serving Indonesian millennial investors with the best products matched the world class company ,” Ribbit Capital’s Managing Partner, Micky Malka said.

Was founded in 2018, Ajaib Group currently accommodates two investment arms on its digital platform, including Ajaib Sekuritas (PT Ajaib Sekuritas Asia – acquisition of Primasia Unggul Sekuritas) for shares and Ajaib Reksadana (PT Takjub Tekonologi Indonesia) for mutual fund products.

Even though there are several existing players in the retail investment segment, Ajaib considers the potential is remain large. To date, less than 1% of Indonesia’s total population has invested in stocks. Therefore, they intensified educational acts amidst various business expansion agendas.

Ajaib Sekuritas currently positioned in the 4th largest stock broker  based on trading quantity. In four months, Ajaib’s share investment platform has accommodated around 10 million transactions.

Founder Ajaib Group Yada Piyajomkwan dan Anderson Sumarli / Ajaib
Ajaib Group Founder, Yada Piyajomkwan with Anderson Sumarli / Ajaib

“Our mission is to welcome new generation of investors to modern financial services. We believe in the power of young Indonesian retail investors. We also believe that the best products and education will win. Ajaib is growing rapidly organically and we will continue to invest in product development and our educational campaign,” Ajaib Group’s Co-Founder & CEO, Anderson Sumarli said.

Apart from Ajaib Group, there is also Stockbit as a stock investment application. It has secured series A funding led by East Ventures in 2019. Later in the same year they also acquired Bibit mutual fund investment platform to expand their business scope. Earlier this year, Bibit announced a $30 million funding led by Sequoia Capital India with the participation of East Ventures, EV Growth, and 500 Startups.


Original article is in Indonesian, translated by Kristin Siagian

Application Information Will Show Up Here

Ajaib Dapat Tambahan Pendanaan Seri A, Bukukan Total Dana 1,3 Triliun Rupiah

Ajaib Group hari ini (29/3) mengumumkan perolehan tambahan investasi di putaran seri A senilai $65 juta, dipimpin oleh Ribbit Capital. Digabungkan dengan seri A yang diumumkan sebelumnya, secara total Ajaib berhasil membukukan $90 juta atau setara 1,3 triliun Rupiah dalam putaran ini — diklaim menjadi pendanaan seri A terbesar di Asia Tenggara.

Ini merupakan debut Ribbit Capital di Asia Tenggara. Sebelumnya mereka telah berinvestasi pada pemain global seperti Coinbase, Affirm, Revolut,dan Robinhood. Selain itu beberapa investor yang terlibat di pendanaan Ajaib juga meliputi Y Combinator Continuity, ICONIQ Capital, dan Bangkok Bank PLC; juga beberapa angel investor dari kalangan fintech founder seperti David Velez dari Nubank dan SG Lee dari Toss.

Para investor sebelumnya seperti Horizons Ventures, Softbank Ventures Asia, Alpha JWC Ventures, dan Insignia Ventures juga terlibat dalam investasi di babak ini. Sebelumnya disampaikan, dana segar yang didapat akan digunakan perusahaan untuk meningkatkan infrastruktur teknologi, merekrut tim teknis, dan memperluas penawaran produk.

“Kita sedang menyaksikan revolusi investasi ritel yang belum pernah terjadi sebelumnya. Ajaib berada di garis paling depan dalam revolusi ini dan mereka sedang membangun brand paling terpercaya di Indonesia. Komitmen mereka untuk menyediakan transparansi dan melayani investor milenial Indonesia dengan produk terbaik dapat disandingkan dengan perusahaan kelas dunia,” sambut Managing Partner Ribbit Capital Micky Malka.

Sejak berdiri di tahun 2018, saat ini Ajaib Group mengakomodasi dua instrumen investasi di platform digitalnya, meliputi Ajaib Sekuritas (PT Ajaib Sekuritas Asia – hasil akuisisinya terhadap Primasia Unggul Sekuritas) untuk saham dan Ajaib Reksadana (PT Takjub Tekonologi Indonesia) untuk produk reksa dana.

Kendati sudah ada beberapa pemain di segmen investasi ritel, Ajaib menilai potensinya masih sangat besar. Sejauh ini tercatat, baru ada kurang dari 1% dari total penduduk Indonesia yang berinvestasi saham. Untuk itu upaya edukasi juga terus digencarkan di tengah berbagai agenda perluasan bisnis.

Ajaib Sekuritas sendiri saat ini menduduki posisi ke-4 broker saham terbesar jika didasarkan pada kuantitas perdagangan. Sejak empat bulan diluncurkan, platform investasi saham milik Ajaib sudah mengakomodasi sekitar 10 juta transaksi.

Founder Ajaib Group Yada Piyajomkwan dan Anderson Sumarli / Ajaib
Founder Ajaib Group Yada Piyajomkwan dan Anderson Sumarli / Ajaib

“Misi kami adalah untuk menyambut investor generasi baru menuju layanan keuangan yang modern. Kami percaya pada kekuatan investor-investor muda ritel Indonesia. Kami juga percaya bahwa produk dan edukasi terbaiklah yang akan menang. Ajaib tumbuh dengan pesat secara organik dan kami akan terus berinvestasi pada pengembangan produk serta kampanye edukasi kami,” ujar Co-Founder & CEO Ajaib Group Anderson Sumarli.

Selain Ajaib Group, ada juga Stockbit sebagai aplikasi investasi saham. Mereka telah membukukan pendanaan seri A yang dipimpin East Ventures sejak tahun 2019 lalu. Kemudian di tahun yang sama mereka juga mengakuisisi platform investasi reksa dana Bibit untuk memperluas cakupan bisnisnya. Awal tahun ini, Bibit baru mengumumkan pendanaan $30 juta yang dipimpin Sequoia Capital India dengan partisipasi East Ventures, EV Growth, dan 500 Startups.

Application Information Will Show Up Here

Pluang Releases Futures Investment Products, to Open Investment Access to US-Based Enterprise

Digital investment startup Pluang launched the Micro E-mini S&P 500 Index Futures investment product to expand millennial access to affordable, practical, and safe investment products on the stock index of publicly-traded companies in the United States. This product can already be purchased through the Pluang application, for the time being, it is only available on the Android version.

Pluang’s breakthrough is bold and can be said to be the only fintech startup that offers investment alternatives in this sector. Most players in Indonesia are still working to popularize the habit of investing in gold or mutual funds.

Pluang’s Co-Founder Claudia Kolonas explained that the company is aiming this investment instrument to provide an opportunity for Indonesian investors to diversify their investment portfolios, considering that this alternative is still common to most Indonesians.

In fact, he admitted that the company did not yet have an industrial picture of how many investors were interested in investing offshore (abroad).

“We hope this will be a unique opportunity to introduce new investment products. We are not the first [to provide this product] there are two or three brokers who provide the S&P 500, but we are the first fintech company. With easier application access, it will be much more interesting, ”explained Claudia during a virtual press conference, Tuesday (29/9).

The index futures product offered by Pluang is transacted on the world’s largest derivatives exchange, the Chicago Mercantile Exchange. Companies are interested in choosing the S&P 500 Index because this index has a superior performance with a growth of 325.54% in the last 10 years as of December 31, 2019.

Meanwhile, in the last five years this index has provided a yield growth of 75.89%. Meanwhile, in the last three years the growth was 48.7%. Thus, this index shows a positive trend movement in the long term.

This performance is supported by superior issuers’ constituents. Only issuers that have been able to report positive profits over the past four quarters and have a market capitalization of more than $ 3.7 billion can enter the index.

Meanwhile, the 10 largest constituents in the index as of August 31, 2020, consisted of Apple, Microsoft, Amazon, Facebook, Google, Berkshire Hathaway Inc, Johnson & Johnson, Visa, and Procter & Gamble.

Risk and legality

Claudia explained that the Pluang S&P 500 investment is classified as a passive investment because investors usually use a long-term buy and hold strategy. Therefore, passive investing reduces the uncertainty arising from the strategy of selecting individual stocks and the market timing strategy that experienced investors typically use.

“We want to attract millennials not only to invest in gold but also to start entering and studying investing in the S&P 500 index.”

However, he continued, this investment has a moderate to high risk because it is triggered by various factors, such as market volatility that may occur ahead of the US election in November 2020. Plus, the movements of the S&P 500 index are often against gold, so diversification between the two asset classes can be considered.

“Therefore, apart from having a medium-high risk profile, this product is also recommended for investors who already have investment experience.”

In this regard, investors who are suitable for plunging into this instrument are those who want to be involved in the international economy, do not have the time to always monitor individual stocks, do not have medium to long term plans, and are challenged to face moderate-high risks because they follow the risks of the US equity market. .

Regarding regulations, Claudia stated that Pluang by PG Berjangka has obtained a permit for Distribution of Customer Mandates to Overseas Exchanges (PALN) by BAPPEBTI. PALN is a contract offering activity and channeling customer orders for the contract using a system provided by the exchange.

The regulation was made to grow the multilateral industry in the world of futures companies in Indonesia.

Explained further, the nominal investment fund here starts from $ 35 depending on the market at that time. In the process of channeling from customer funds to the index exchange, after the customer top up the balance to the Pluang application, the funds will be immediately forwarded to the PG Berjangka segregate account and forwarded to the Indonesian Derivatives Clearing House (KBI).

The next process is that the transaction is listed on the Jakarta Futures Exchange. Then, the funds were forwarded by KBI to a separate Prime Broker account used by Pluang in the US, namely Straits Financial, which is a brokerage member on the Chicago Mercantile Exchange (CME). At the last stage, this broker will buy the contract on the CME exchange.

It is certain that sales and withdrawals of funds can be done in real time, aka there are no delays in disbursement. This advantage is superior to futures products compared to index mutual funds ETFs (Exchange Traded Funds) whose disbursement or purchase schedules must follow stock exchange operating hours and add administrative costs.

“The S&P 500 index has much greater liquidity than ETF mutual funds and there are no administrative fees here, so it is more effective for investors to take profits.”

Since this instrument is still new to Indonesians, of course there are educational challenges that Pluang must often socialize. Claudia said that her company received many questions from customers because they were not familiar with the concept of futures products.

It doesn’t stop at futures products, Pluang is currently waiting for permission from the OJK and BAPPEBTI to market mutual fund investment products and cryptocurrencies.

“To date, we have offered gold investment because we want to offer investment products that are easy to understand. But in the future, we want to add other products, such as mutual funds and crypto but are still waiting for permission from the relevant regulators,” Claudia said.


Original article is in Indonesian, translated by Kristin Siagian

Application Information Will Show Up Here

Pluang Rilis Produk Investasi Berjangka, Buka Akses Investasi ke Perusahaan Terbuka Amerika Serikat

Startup investasi digital Pluang meluncurkan produk investasi berjangka Micro E-mini S&P 500 Index Futures untuk memperluas akses kaum milenial dalam menjangkau produk investasi di indeks saham perusahaan publik Amerika Serikat dengan terjangkau, praktis, dan aman. Produk ini sudah bisa dibeli melalui aplikasi Pluang, untuk sementara baru tersedia di versi Android.

Gebrakan Pluang ini terbilang berani dan bisa dikatakan menjadi satu-satunya startup fintech yang menawarkan alternatif investasi di sektor tersebut. Kebanyakan pemain di Indonesia masih berkecimpung mempopulerkan kebiasaan untuk berinvestasi di emas atau reksa dana.

Co-Founder Pluang Claudia Kolonas menjelaskan, perusahaan melirik instrumen investasi ini karena ingin memberikan perluas kesempatan investor Indonesia untuk mendiversifikasi portofolio investasinya, mengingat alternatif ini masih awam buat sebagian besar orang Indonesia.

Bahkan dia mengaku bahwa perusahaan belum memiliki gambaran secara industri berapa banyak investor yang berminat berinvestasi secara offshore (di luar negeri).

“Kita berharap ini jadi opportunity yang unik dalam memperkenalkan produk investasi baru. Kita bukan yang pertama [menyediakan produk ini] ada dua atau tiga broker yang menyediakan S&P 500, tapi kita jadi perusahaan fintech pertama. Dengan akses aplikasi yang lebih mudah, akan jauh lebih menarik,” terang Claudia saat konferensi pers secara virtual, Selasa (29/9).

Produk indeks berjangka yang ditawarkan Pluang ini ditransaksikan di bursa derivatif terbesar di dunia, Chicago Mercantile Exchange. Perusahaan tertarik memilih Indeks S&P 500 karena indeks ini memiliki kinerja yang unggul dengan pertumbuhan 325,54% dalam 10 tahun terakhir per 31 Desember 2019.

Sementara, dalam lima tahun terakhir indeks ini memberikan pertumbuhan imbal hasil sebesar 75,89%. Sedangkan, dalam tiga tahun terakhir pertumbuhannya sebesar 48,7%. Dengan begitu, indeks ini menunjukkan tren pergerakan yang positif dalam jangka waktu panjang.

Kinerja tersebut didukung oleh konstituen emiten yang unggul. Hanya emiten yang mampu melaporkan laba positif selama empat triwulan terakhir dan memiliki kapitalisasi pasar lebih dari $3,7 miliar saja yang bisa masuk ke dalam indeks tersebut.

Adapun, 10 konstituen terbesar di indeks tersebut per 31 Agustus 2020, terdiri dari Apple, Microsoft, Amazon, Facebook, Google, Berkshire Hathaway Inc, Johnson & Johnson, Visa, dan Procter & Gamble.

Risiko dan legalitas

Claudia menerangkan, investasi Pluang S&P 500 ini tergolong investasi pasif karena investor biasanya menggunakan strategi buy and hold dalam jangka panjang. Oleh karena itu, investasi pasif mengurangi ketidakpastian yang muncul dari strategi memilih saham individual dan strategi market timing yang biasanya digunakan oleh investor berpengalaman.

“Kami ingin meng-attract kaum milenial agar tidak hanya berinvestasi di emas saja tapi juga bisa mulai masuk dan mempelajari investasi di indeks S&P 500.”

Namun demikian, sambungnya, investasi ini punya risiko sedang hingga tinggi karena dipicu oleh berbagai faktor, seperti volatilitas pasar yang mungkin akan terjadi menjelang pemilu AS pada November 2020 mendatang. Ditambah, pergerakan indeks S&P 500 sering kali berlawanan dengan emas, jadi diversifikasi antara dua kelas aset tersebut dapat dipertimbangkan.

“Oleh karena itu, selain memiliki profil risiko sedang-tinggi, produk ini juga direkomendasikan untuk investor yang telah memiliki pengalaman investasi.”

Berkaitan dengan itu, investor yang cocok terjun ke instrumen ini adalah mereka yang ingin terlibat dalam ekonomi internasional, tidak memiliki waktu untuk selalu memantau saham individu, tidak memiliki rencana jangka menengah hingga panjang, dan tertantang menghadapi risiko sedang-tinggi karena mengikuti risiko pasar ekuitas AS.

Terkait regulasi, Claudia menyatakan bahwa Pluang by PG Berjangka ini telah mengantongi izin Penyaluran Amanat Nasabah ke Bursa Luar Negeri (PALN) oleh BAPPEBTI. PALN adalah kegiatan penawaran kontrak dan menyalurkan amanat nasabah untuk kontrak tersebut dengan menggunakan sistem yang disediakan oleh bursa.

Aturan itu dibuat untuk menumbuhkan industri multilateral dalam dunia perusahaan berjangka di Indonesia.

Dijelaskan lebih jauh, nominal dana investasi di sini dimulai dari $35 tergantung bursa pada saat itu. Dalam proses penyaluran dari dana nasabah ke bursa indeks, setelah nasabah top up saldo ke aplikasi Pluang, dana tersebut akan langsung diteruskan ke akun segregate PG Berjangka dan diteruskan ke Kliring Berjangka Indonesia (KBI).

Proses selanjutnya adalah transaksi tersebut tercatat pada bursa Jakarta Futures Exchange. Lalu, dana diteruskan oleh KBI ke rekening terpisah Prime Broker yang digunakan Pluang di AS, yakni Straits Financial yang merupakan anggota pialang di Chicago Mercantile Exchange (CME). Pada tahap terakhir, broker inilah yang akan membelikan kontrak pada bursa CME.

Dipastikan untuk penjualan dan penarikan dana dapat dilakukan secara real time, alias tidak ada penundaan dalam pencairannya. Kelebihan inilah yang diunggulkan produk berjangka dibandingkan reksa dana indeks ETF (Exchange Traded Funds) yang jadwal pencairan atau pembelian harus mengikuti jam operasional bursa dan ditambah dengan biaya administrasi.

“Indeks S&P 500 punya likuiditas yang jauh lebih besar daripada reksa dana ETF dan di sini tidak dikenakan biaya administrasi sehingga lebih efektif buat investor untuk mengambil keuntungan.”

Karena instrumen ini masih baru buat orang Indonesia, tentunya ada tantangan edukasi yang harus kerap disosialisasikan oleh Pluang. Claudia menuturkan pihaknya mendapat banyak pertanyaan dari nasabah karena belum terbiasa dengan konsep produk futures.

Tidak berhenti di produk berjangka saja, saat ini Pluang sedang menunggu izin dari OJK dan BAPPEBTI untuk memasarkan produk investasi reksa dana dan mata uang kripto.

“Selama ini kita menawarkan investasi emas karena ingin menawarkan produk investasi yang mudah dipahami. Namun ke depannya kami mau menambah produk lain, seperti reksa dana dan kripto tapi masih menunggu izin dari regulator terkait,” pungkas Claudia.

Application Information Will Show Up Here

MCAS Rilis DigiSaham, Platform Informasi Saham Berbasis WhatsApp

MCAS merilis platform saham DigiSaham berbasis WhatsApp sebagai alat edukasi kepada generasi muda ke pasar modal. Pengguna dapat mengakses informasi tersebut secara gratis dengan menyimpan nomor kontak DigiSaham 0811-4560-8888 dan mengirimkan pesan “MCAS” untuk melakukan fungsi pemantauan dasar pada berbagai saham favorit.

Direktur MCAS Mohammad Anis Yunianto menjelaskan, DigiSaham dibangun dengan arsitektur terkoneksi langsung ke WhatsApp yang memberikan kemudahan dalam mengakses informasi terkait pasar modal kepada seluruh lapisan masyarakat, khususnya jutaan investor ritel yang tercatat di Indonesia. Ini adalah salah satu inisiatif perseroan yang dibangun dalam Enterprise Communication Platform (WhatsApp Business Solution).

Dia mengaku bahwa preferensi umum para pengguna smartphone adalah tidak memiliki terlalu banyak aplikasi di dalam perangkat mereka. Inisiatif ini diharapkan mampu menyederhanakan dan memudahkan berbagai kalangan dalam mendapatkan informasi mengenai pasar modal melalui WhatsApp.

DigiSaham memiliki fitur-fitur yang ramah pengguna, seperti fitur personalisasi untuk multiple watchlist, push/pull alert, dan notifikasi yang intuitif dan berparameter. “Investor ritel tidak perlu lagi duduk terpaku di depan komputer mereka karena akan dengan mudah mendapatkan notifikasi harga saham melalui WhatsApp mereka,” ujarnya dalam keterangan resmi, Jumat (25/9).

DigiSaham dapat dinikmati semua orang tanpa biaya. Pengguna cukup memasukkan nomor kontak DigiSaham. Ada pula paket premium untuk pengguna yang membutuhkan analisis teknis yang lebih mendalam. Tersedia paket Gold seharga Rp20 ribu per bulan dan Diamond seharga Rp100 ribu.

Perbedaan mendasar dengan paket premium ini dengan versi gratis adalah banyaknya saham yang dapat masuk ke dalam watchlist dan chart pergerakan saham dan kinerja keuangan yang dapat ditarik datanya dalam seminggu belakangan hingga lima tahun.

“MCAS akan terus menghadirkan berbagai layanan inovatif baru yang dapat diakses pengguna dengan mudah melalui WhatsApp.”

Dalam peluncuran ini, perseroan bekerja sama dengan Telkomsel melalui program Telkomsel POIN. Pelanggan Telkomsel dapat menukarkan 5 poinnya untuk berlangganan satu bulan paket premium.

Inisiasi peluncuran layanan berbasis WhatsApp bukan menjadi barang baru buat MCAS. Melalui anak usahanya, DIVA, pada tahun 2018 lalu merilis platform Instant Messaging (IM) untuk pemesanan layanan akses internet untuk para pelancong yang ingin bepergian ke luar negeri.

Ada tiga produk yang dijual, yakni rental modem MiFi, SIM card roaming, dan paket roaming. Metode pemesanannya hanya melalui chat via WhatsApp dan akan dilayani oleh chatbot. Untuk pembayarannya akan diakomodasi melalui virtual account (VA).

Ajaib Mantapkan Diri Jadi Platform Investasi Reksa Dana dan Saham

Akhir Mei 2020 lalu, Ajaib Group resmi mengumumkan akuisisinya terhadap Primasia Unggul Sekuritas (Primasia Sekuritas). Saat ini, pialang saham tersebut rebranding menjadi Ajaib Sekuritas. Meskipun layanannya kini dielaborasi secara daring melalui aplikasi dan situs web milik Ajaib, keduanya tetap berjalan dalam dua unit perusahaan terpisah.

Dalam naungan Ajaib Group ada dua perusahaan, yakni PT Ajaib Sekuritas Asia dan PT Takjub Teknologi Indonesia. Takjub Teknologi Indonesia fokus pada penyediaan reksa dana, sebagai produk awal dari Ajaib. Sementara Ajaib Sekuritas sajikan layanan terkait saham.

“Setelah diakuisisi, kegiatan operasional Ajaib Sekuritas tetap berjalan secara mandiri. Ini memastikan bahwa pengalaman dan pengetahuan Ajaib Sekuritas sebagai pialang andal selama puluhan tahun (sejak 1989) tetap dapat dirasakan oleh pengguna. Sementara itu, Ajaib Group memastikan seluruh pengguna dapat bertransaksi saham/reksa dana lewat platform yang tidak hanya unggul secara teknologi, tapi juga layanan,” ujar Co-Founder & CEO Ajaib Group Anderson Sumarli.

Buka pintu investasi

Ajaib menempatkan dirinya sebagai platform investasi yang memberikan rekomendasi berdasarkan profil risiko. Di awal berdirinya, para founder melihat tren adanya peningkatan keinginan untuk berinvestasi di kalangan “middle class”. Selain menyediakan instrumen investasi yang lebih bersahabat, dinilai penting untuk menyediakan kanal pengetahuan dan referensi. Karena untuk memiliki manajer keuangan pribadi, dibutuhkan biaya yang tidak murah.

Sebelumnya Co-Founder & COO Ajaib Yada Piyajomkwan pernah menyampaikan, “Kami memberikan sebuah rekomendasi portofolio yang dipersonifikasi sesuai dengan tujuan masing-masing individu. Ajaib membantu memberikan rekomendasi profil risiko investasi yang berbeda.”

Platformnya memungkinkan pembukaan akun untuk tabungan dan investasi, memanfaatkan manajer keuangan yang memiliki lisensi. Secara otomatis semua portofolio tersebut diawasi Ajaib.

“Keunggulan Ajaib adalah kami menggabungkan teknologi dan keahlian manusia. Saya adalah salah satu dari orang-orang yang ingin berinvestasi tetapi tidak memiliki waktu untuk mengikuti perubahan pasar. Hal ini dialami juga oleh teman-teman saya, sehingga Ajaib adalah solusi bagi kita semua,” ujar Anderson pada wawancara bersama DailySocial di tahun 2019.

Ajaib sebelumnya sempat tergabung ke dalam program Y Combinator tahun 2018, sekaligus membuka seed round-nya. Pendanaan berlanjut di tahun berikutnya, membukukan dana $2,1 juta dari Y Combinator, SoftBank Ventures, Alpha JWC Ventures, dan Insignia Ventures.

Mantapkan produk saham

Ajaib Group mulai mengumumkan peluncuran layanan perdagangan saham online per 24 Mei 2020. Potensinya tentu menggiurkan, data PT Kustodian Sentral Efek Indonesia per 30 Juli 2020, total investor pasar modal saat ini sebanyak 3,02 juta SID (Single Investor Identification), meningkat 21,66% dibandingkan akhir 2019. Sebanyak 1,28 juta SID di antaranya merupakan investor saham, yang mengalami peningkatan 15,88% pada periode waktu yang sama.

“Di Ajaib sendiri, kami memandang bahwa pandemi Covid-19 terbukti tidak mampu memadamkan semangat investor individu Indonesia untuk berinvestasi di pasar modal. Pada dua bulan pertama sejak diluncurkannya layanan saham di Ajaib, kami sudah mencatatkan puluhan ribu pengguna baru, yang kebanyakan di antaranya merupakan generasi milenial. Saat ini, posisi pasar juga belum pulih seutuhnya, sehingga peluang bagi pengguna untuk meraup keuntungan di pasar modal, masih besar,” ujarnya.

Sebagai komplemen, beberapa fitur kini ditambahkan ke aplikasi seperti Ajaib Alert, Competitive Ranking, News Highlight, dan Comprehensive Chart.

Aplikasi Ajaib
Tampilan beberapa fitur di aplikasi Ajaib / Ajaib

“Melihat betapa besarnya peluang untuk pulih (rebound) pada setiap krisis di pasar modal, kami fokus untuk terus meningkatkan layanan saham maupun reksa dana kami. Kami ingin membantu meningkatkan financial deepening di Indonesia, terutama untuk kaum milenial. Oleh karena itu, bila pengguna memiliki saran akan fitur/layanan untuk membuat mereka bisa berinvestasi lebih baik dan lebih cerdas, kami pasti akan menerimanya dengan senang hati,” ujar Anderson mengutarakan target bisnisnya tahun ini.

Tips investasi Ajaib

Untuk pembaca DailySocial, Ajaib turut memberikan beberapa tips dasar untuk siapa saja yang ingin memulai investasi reksa dana atau saham. Selalu ingat profil risiko dan tujuan investasi. Kedua hal ini penting untuk diperhatikan baik dalam situasi pandemi maupun tidak. Profil risiko maksudnya besar toleransi pengguna terhadap pengurangan nilai investasi. Tujuan investasi biasanya dibagi untuk jangka panjang, menengah, dan pendek. Penting untuk mengetahui kapan kita akan memerlukan pokok dan pengembalian investasi.

“Kami menyarankan investor untuk mencoba berinvestasi sedini mungkin, karena ada beberapa hal yang kita tidak akan pernah tahu kalau tidak merasakan langsung. Ini juga yang mendorong Ajaib untuk meniadakan setoran awal investasi saham alias Rp0,” terang Anderson.

Ia melanjutkan, “Bagi pengguna aplikasi Ajaib, bila belum mau terjun langsung ke saham, cobalah untuk memasukkan beberapa saham pilihan ke Watchlist. Pengguna akan menerima notifikasi pergerakan harga yang signifikan setiap harinya. Dari situ bisa mengira-ngira, apakah pergerakannya membuatmu nyaman? Bila belum dapat menganalisis secara teknikal maupun fundamental, cobalah membuat catatan harga saham pilihanmu itu, titik tertinggi dan terendahnya berapa selama seminggu terakhir? Sehari-harinya bisa bergerak seberapa hebat? Cek laman News dan Corporate Action, apa yang terjadi pada emiten ini? Setelah mengetahui hal-hal tersebut, barulah prediksi sebaiknya masuk ke saham tersebut di harga berapa.”

“Itupun sedikit demi sedikit saja, sambil terus dipantau. Jangan habiskan modal sekaligus. Bila tidak ingin memantau, gunakan metode Dollar Cost Averaging. Konsisten menabung rutin pada suatu saham/reksa dana pada periode tertentu. Misalnya ketimbang berinvestasi Rp12.000.000 secara langsung, bisa menabung rutin Rp1.000.000 per bulan. Kami harapkan agar pengguna dapat mengambil keputusan berinvestasi berdasarkan data, dan kami sediakan fasilitasnya. Tidak perlu terburu-buru. Pengguna juga bisa berkonsultasi langsung dengan financial expert Ajaib, baik mengenai pilihan investasi maupun perencanaan keuangan. Semua pengguna Ajaib bisa berkonsultasi gratis melalui aplikasi,” tutup Anderson.

Application Information Will Show Up Here

Mengenal Tetra X Change, Aplikasi Asisten Vistual untuk Investor Saham

Tetra X Change ingin membantu investor saham untuk mendapatkan informasi mengenai saham dengan cepat, mudah, dan akurat. Oleh karenanya aplikasi Tetra X Change menyematkan teknologi artificial intelligence dan big data untuk membantu mengambil keputusan yang tepat dan membuahkan profit.

Saat ini Tetra X Change sudah tersedia untuk platform Android dan iOS. Tetra X Change sendiri merupakan salah satu produk dari TemanTrader.

Tetra X Change mulai beroperasi sejak Januari 2018, diprakarsai oleh Luqman El Hakiem (CEO), Jenal Gufron (CTO), dan Diah Amini (Chief Growth). Hampir satu tahun berjalan, Tetra X Change sudah berhasil mendapatkan 10 ribu unduhan dengan 700 pengguna berbayar. Dengan capaian tersebut, Tetra X Change sudah berhasil mendanai operasional mereka dari revenue.

“Saat ini kami masih belum mendapatkan investasi dari pihak manapun. Pendanaan berasal dari revenue yang kami terima dari subscription premium service yang kami berikan kepada member. Kami membuka peluang untuk kerja sama investasi untuk pengembangan bisnis, teknologi, serta perluasan pasar; termasuk peningkatan menjadi perusahaan sekuritas non anggota bursa,” terang Jaenal Gufron.

Saat ini Tetra X Change tengah berusaha menjadi aplikasi rujukan untuk para pembeli saham. Mereka menyediakan robot advisor yang diberi nama ARVITA (Automate Respond by Virtual Techinal Analysist). Pengguna tinggal bertanya dengan keyword yang telah ditentukan, ARVITA akan memberikan informasi seputar saham, potensi, dan lain sebagainya.

Tetra X Change juga menyediakan fitur rekomendasi saham harian, saham stock pickscreener saham dengan beberapa skenario, kalkulator risiko dan program afiliasi. Jeanal juga menambahkan bahwa mereka memiliki sistem big data yang di-update secara periodik untuk kebutuhan analisis.

Saat ini Tetra X Change tengah fokus untuk menambah lebih banyak pengguna, sejalan dengan program memperbanyak SID (Single Investor ID) untuk meningkatkan kontribusi investor ritel di bursa saham Indonesia. Selain itu pihaknya juga tengah aktif melakukan optimasi algoritma analisis untuk lebih adaptif terhadap pergerakan pasar. Termasuk melakukan kegiatan training dan edukasi untuk meningkatkan skill dan pengetahuan tentang transaksi saham.

“Dalam dua tahun mendatang setelah kita mendapatkan pendanaan, Tetra ingin berkembang menjadi bisnis sub-broker atau mini sekuritas untuk dapat menerima transaksi perdagangan saham. Dengan menjadi sub-broker akan menambah revenue stream baru dari mitra sekuritas. Target kami adalah dalam sebulan Tetra member dapat berkontribusi 1 triliun Rupiah transaksi dari 3000 nasabah di akhir tahun 2019,” tutup Jaenal.

Application Information Will Show Up Here

Mengenal Stocks Asia, Mesin Pencari Khusus Tulisan Bisnis dan Saham

Dewasa ini sumber bacaan atau artikel bisa didapat dengan mudah dengan mengandalkan mesin pencari seperti Google atau Bing. Mengusung semangat yang sama, Stocks Asia hadir dengan membawa spesialisasi menjadi mesin pencari khusus untuk artikel atau berita bertema saham, bisnis dan ekonomi. Stocks Asia membantu mereka untuk memilah-milah berita dari berbagai sumber berita atau artikel terpercaya.

Selain itu Stocks Asia tidak hanya menyediakan pencarian berdasarkan kata kunci. Di sistem mereka pencarian juga bisa dikhususkan atau dipersempit dengan menerapkan filter berdasarkan topik, sumber sektor, hingga analisis mendasar.

Ada beberapa hal yang menjadi keunggulan Stocks Asia, pertama volume. Pemantauan terhadap ratusan sumber berita secara berkelanjutan dan koleksi yang besar. Dari penuturan tim Stocks Asia saat ini sudah ada jutaan artikel saham yang terindeks dan terkategorisasi dengan baik.

Yang kedua adalah terstruktur. Semua artikel ditandai dan dikategorikan berdasarkan kode saham, topik, sumber berita, tanggal, bahasa dan kata kunci sehingga memudahkan pengguna. Stocks Asia juga menambahkan beberapa algoritma yang memahami kata-kata yang ada di artikel berita sehingga pencarian bisa lebih akurat.

Founder Stocks Asia Benny Prijono kepada DailySocial menceritakan bahwa mesin pencari yang ia ciptakan merupakan perwujudan dari solusi untuk permasalahan yang sering ia hadapi. Benny sebagai investor ritel sering mendapatkan kendala dalam mencari berita saham, yakni dalam mendapatkan berita terbaru dan dalam mencari informasi historis.

“[Dalam mencari informasi historis, kendala dihadapi] terutama untuk long term investor, sebelum berinvestasi di suatu saham tentu kita ingin membaca sebanyak mungkin analisis tentang saham tersebut, baik penjelasan tentang perusahaannya, analisis performansi perusahaan di masa lalu, prospek perusahaan di masa depan, gaya manajemen, catatan aksi korporasi dan lain-lain. Informasi ini sangat penting bagi investor, tapi juga sangat sulit ditemukan karena sulit untuk mencari kata kunci yang tepat untuk menemukannya,” terang Benny.

Perjalanan Stocks Asia dimulai ketika tahun 2015. Tahun itu tahun peluncuran dan diikutkan dalam kompetisi INAICTA 2015 dan berhasil membawa pulang predikat juara 3 untuk kategori R&D. Setelah itu Stocks Asia kurang dikembangkan dan kembali disempurnakan mulai Maret 2017.

Untuk target, Benny telah memasang beberapa poin yang ingin dicapai di tahun ini. Seperti, untuk bisnis Stocks Asia masih berusaha menambah banyak pengguna. Untuk fitur, penyempurnaan algoritma pencarian dan untuk teknologi pihaknya mencoba mengupayakan infrastruktur yang berkualitas untuk menjamin kecepatan akses.