TaniGroup Amankan Pendanaan Seri A Senilai 143 Miliar Rupiah

TaniGroup mengumumkan telah berhasil mengamankan pendanaan aeri A sebesar $10 juta atau setara dengan 143 miliar Rupiah. Dana tersebut akan dimanfaatkan untuk melakukan ekspansi bisnis dan mengajak startup pertanian lain berkolaborasi demi memajukan sektor pertanian di Indonesia.

Putaran pendanaan ini dipimpin oleh Openspace Ventures. Turut terlibat di dalamnya Intudo Ventures, Golden Gate Ventures dan The DFS Lab, sebuah akselerator fintech yang didanai oleh Bill dan Melinda Gates Foundations.

Dengan pendanaan yang didapat, TaniGroup berharap bisa memicu pertumbuhan bisnis yang pesat di tahun 2019, sehingga lebih banyak petani dan pembeli dapat diuntungan. TaniGroup percaya bahwa kolaborasi dengan banyak pemangku kepentingan adalah kunci untuk memecahkan masalah di sektor pertanian Indonesia.

TaniGroup akan bekerja sama dengan pemerintah pusat, pemerintah daerah, organisasi lokal dan internasional, termasuk startup pertanian lainnya untuk membangun platform yang lebih besar.

“Dalam waktu dekat, kami ingin mengundang startup-startup pertanian untuk berkolaborasi karena kue pertanian Indonesia masih besar dan sangat tradisional. Ada banyak masalah besar yang harus diselesaikan, banyak petani masih membutuhkan bantuan, dan juga kesempatan untuk membangun rantai pasok lebih kuat dalam rangka menyediakan hasil tani yang bagus kepada masyarakat Indonesia dengan harga terbaik,” terang CEO TaniGroup Ivan Arie Sustiawan.

Sejak didirikan pertengahan tahun 2016, TaniHub telah bermitra dengan lebih dari 25.000 petani lokal di seluruh Indonesia dan mengoperasikan lima kantor cabang dan pusat distribusi regional di Jakarta, Bogor, Bandung, Yogyakarta, dan Surabaya.

TaniGroup sendiri saat ini memiliki dua jenis layanan. Pertama TaniHub, sebuah platform yang memungkinkan pengguna mendapatkan hasil pertanian segar yang didapat langsung dari petani. Layanan ini memiliki pendekatan B2B dan B2C. Saat ini Tanihub berhasil menghubungkan petani dengan 400 UKM dan lebih dari 10.000 pengguna individu.

Layanan selanjutnya adalah TaniFund, membantu para petani untuk mendapatkan dana pinjaman untuk proyek budidaya pertanian. Dengan adanya hubungan ke platform TaniHub, baik peminjam maupun pemberi pinjaman akan mendapat kejelasan status dan perjanjian. TaniFund ini sudah resmi terdaftar dan diawasi oleh Otoritas Jasa Keuangan (OJK) dan juga menjadi anggota dari Asosiasi Fintech Pendanaan Bersama Indonesia (AFPI).

“Misi utama kami adalah agiculture for everyone. Meskipun pertanian adalah penyumbang terbesar kedua terhadap produk domestik bruto Indonesia, banyak orang tidak memiliki hubungan sama sekali dengan sektor tersebut sejak lama karena adanya persepsi negatif. Bekerja sebagai petani tidak diminati jika dibandingkan dengan pekerjaan lainnya, dan mayoritas konsumen tidak berhubungan langsung dengan sumber pasokan makanan mereka,” ujar Co-Founder & President TaniGroup Pamitra Wineka.

Application Information Will Show Up Here

TaniGroup Partners with International Finance Corporation for Fintech and E-commerce Idea in Agriculture

TaniGroup (TaniHub & TaniFund) announces a partnership with the International Finance Corporation (IFC) to support Indonesian agriculture. In this partnership, TaniGroup will get technical support to expand e-commerce and fintech services in agriculture. It’s IFC first collaboration with Indonesia’s startup.

TaniGroup and IFC partnership will be formed as the technical assistance (advisory) in 2 years, standard operational procedure (SOP) improvement, distribution chain efficiency, also the development of some tools to identify regional potential and scoring for prospective farmers or SMEs of TaniGroup partners.

Eka Pamitra, Tani Group’s Co-Founder & President, said, “We believe that TaniGroup will grow rapidly with IFC help. Due to their rich experience in advising some giant agribusiness, both domestic and international.”

Team IFC and TaniGroup in a discussion forum in Jakarta / TaniGroup
Team IFC and TaniGroup in a discussion forum in Jakarta / TaniGroup

IFC is an international financial institution, member of World Bank Group which aims to support the developing countries financial through capital and technical in private sectors. Along with TaniGroup, IFC agreed to encourage financial inclusion and increase social impact, including the increase of small farmers income and women involved in agriculture.

“Tanihub allows farmers to increase income by selling the crops without middlemen. This is a model we expected to inspire Indonesia in doing a lot more in the world of fintech,” Philippe Le Houerou, IFC’s CEO said at an occasion in Jakarta.

Pamitra added that IFC will help to implement the globally proven best practices into TaniGroup business process. The expectation rose that TaniGroup can operate better, more efficient, and the most important is to have a huge social impact in public.


Original article is in Indonesian, translated by Kristin Siagian

TaniGroup Digandeng International Finance Corporation, Optimalkan Gagasan E-commerce dan Fintech dalam Pertanian

TaniGroup (TaniHub & TaniFund) mengumumkan kerja sama dengan International Finance Corporation (IFC) untuk mendukung pertanian Indonesia. Dengan kerja sama ini, TaniGroup akan mendapatkan bantuan teknis guna memperluas layanan e-commerce dan fintech di bidang agrikultur. Kerja sama ini juga menjadi kolaborasi pertama yang dilakukan IFC dengan startup Indonesia.

Kerja sama TaniGroup dan IFC akan dilakukan dalam bentuk bantuan teknis (advisory) selama 2 tahun, berupa penyempurnaan standar prosedur operasional (SOP), efisiensi rantai distribusi, serta pembuatan beberapa tools untuk mengidentifikasi potensi daerah dan melakukan scoring bagi calon mitra petani maupun UMKM rekanan TaniGroup.

Eka Pamitra, President & Co-founder Tani Group, mengatakan, “Kami yakin layanan TaniGroup akan berkembang pesat dengan bantuan IFC. Sebab mereka sudah memiliki banyak pengalaman memberikan advisory kepada beberapa agribisnis besar, baik yang di dalam negeri maupun luar negeri.”

Tim IFC dan TaniGroup dalam sebuah forum diskusi di Jakarta / TaniGroup
Tim IFC dan TaniGroup dalam sebuah forum diskusi di Jakarta / TaniGroup

IFC merupakan lembaga keuangan internasional anggota World Bank Group yang memiliki tujuan membantu pembiayaan pembangunan negara-negara berkembang, melalui permodalan dan bantuan teknis pada sektor swasta. Bersama TaniGroup, IFC sepakat untuk mendorong inklusi keuangan dan meningkatkan dampak sosial, yaitu peningkatan pendapatan petani gurem serta keterlibatan wanita di bidang pertanian.

“Tanihub memungkinkan petani meningkatkan pendapatannya, dengan menjual hasil pertaniannya tanpa melalui tengkulak. Ini adalah model yang kita harap dapat menginspirasi Indonesia untuk berbuat lebih di dunia fintech,” sambut CEO IFC Philippe Le Houerou dalam sebuah kesempatan di Jakarta.

Eka menambahkan bahwa IFC akan membantu mengimplementasikan best practices yang sudah terbukti secara global ke dalam proses bisnis TaniGroup. Harapannya TaniGroup dapat beroperasi lebih baik, efisien, dan yang paling utama, memiliki dampak sosial yang besar bagi masyarakat.

Potensi dan Tantangan Industri Agrotech di Indonesia

Di tengah daftar startup agro lokal yang terus bertambah, ada beberapa pemain yang justru makin memantapkan keberadaan dan bisnisnya. Salah satunya adalah TaniGroup yang mengembangkan platform TaniHub dan TaniFund. Dalam sebuah kesempatan, Co-Founder & CEO Ivan Arie Sustiawan mengungkapkan saat ini platform TaniHub sudah digunakan secara aktif oleh 680 kelompok tani sebagai vendor. Kliennya sendiri sudah mencapai lebih dari 230 unit, meliputi supermarket, restoran, eksportir, industri, dan UKM.

Sedangkan untuk TaniFund, pihaknya mengklaim sudah berhasil menyalurkan dana hingga 19 miliar rupiah ke 34 proyek yang digarap kelompok tani. Pendanaan tersebut didapat secara crowdfunding (online) maupun KUR beberapa bank. Didirikan sejak Agustus 2016, TaniGroup juga telah mendapatkan pendanaan pra-seri A dari sejumlah investor, dipimpin Alpha JWC Ventures.

Guna meningkatkan kapabilitas, tahun ini TaniHub meluncurkan aplikasi vendor untuk para petani agar dapat menjual produk mereka secara langsung. Terdapat juga aplikasi klien untuk memudahkan konsumen B2B membeli produk dari para petani tadi. Diharapkan dua aplikasi tersebut dapat mempercepat proses on-boarding maupun transaksi.

“Untuk TaniFund, kami sedang dalam proses peningkatan aplikasi untuk petani dan pendamping, sehingga petani dapat menggunakan aplikasinya untuk mendapatkan bantuan asistensi dalam pembudidayaan, seperti informasi cuaca, tumpang sari, metode perawatan tanaman dan lainnya,” ujar Ivan kepada DailySocial.

Mitra TaniHub di lapangan saat mengerjakan proyek / TaniGroup
Mitra TaniHub di lapangan saat mengerjakan proyek / TaniGroup

Tantangan di sektor agro

Faktanya tantangan untuk bisnis pertanian sangat banyak, baik yang secara substansi dalam rantai produksi maupun unsur lainnya seperti kapasitas petani. Hal tersebut turut dirasakan oleh tim TaniGroup dalam pengembangan bisnisnya. Menurut Ivan tantangan terbesar adalah proses sosialisasi, baik kepada mitra petani maupun klien.

“Meski merupakan proses yang cukup costly dan painful, namun ini proses yang mungkin wajib dilalui oleh semua startup yang ingin membuat sebuah terobosan besar. Cara kami menjelaskan proses bisnis kepada petani-petani selama ini adalah dengan mengikuti acara-acara sosialisasi keliling daerah yang dilakukan oleh Kemenkoninfo, KemenkopUKM, OJK dan BI,” terang Ivan.

Keyakinan TaniGroup lambat laun teknologi akan mentransformasikan sistem pertanian Indonesia ke arah yang lebih produktif dan transparan. Ivan mencontohkan, dengan sistem digital terdapat peningkatan jumlah supply dari petani. Petani mengakui terbantu dengan adanya kepastian pasar. Mereka lebih berani menanam lebih banyak dan memperkerjakan orang lebih banyak di ladang.

“Para kelompok tani yang mengajukan pendanaan melalui TaniFund juga bisa mendapatkan pendanaan yang relatif lebih cepat. Selain di sisi marketplace commerce maupun lending, teknologi dapat membantu dalam hal asistensi lapangan bagi petani-petani yang ingin melakukan pembudidayaan yang tepat dan optimal,” lanjut Ivan.

Dengan capaian yang berhasil diraih, TaniGroup cukup percaya diri untuk melakukan ekspansi ke luar Jawa di tahun ini. Pembaruan fitur masih akan terus digencarkan, mengikuti berbagai masukan dari kelompok tani dan klien B2B. Selain itu tahun ini TaniFund menargetkan angka yang lebih besar untuk pendanaan bagi petani, dengan tujuan meningkatkan dampak sosial, khususnya pada pertanian organik yang ramah lingkungan.

Peresmian kantor cabang TaniGroup di Jogja / TaniGroup
Peresmian kantor cabang TaniGroup di Jogja / TaniGroup

“Kue” di sektor pertanian masih besar

Seiring banyak yang menyadari potensi Indonesia sebagai negara agraris, banyak startup baru berbasis agrotech bermunculan. Permasalahannya memang banyak sekali, jika melihat data pertumbuhan sektor pertanian misalnya, menurut data BPS pada tahun 2016 pertumbuhannya cuma berkisar di angka 1,85 persen. Termasuk investasi di sektor pertanian yang tidak signifikan, padahal porsi industri pertanian secara nasional masih sekitar 13,56 persen.

Banyak yang tertantang untuk menyelesaikan, sehingga banyak pemain baru. Namun menurut Ivan hal tersebut justru harus disambut baik.

“Kami menganggap ‘kue’ di sektor pertanian sangat besar sehingga tidak perlu sesama agrotech menganggap satu sama yang lain sebagai kompetitor. Harapan kami, semua agrotech dapat saling berkolaborasi karena misi utama agrotech Indonesia haruslah pada peningkatan kesejahteraan petani/peternak/nelayan, mempromosikan sustainable farming untuk menjaga keberlanjutan bisnis pertanian Indonesia, dan menjaga ketahanan makanan nasional,” tutup Ivan.

Application Information Will Show Up Here
Application Information Will Show Up Here

Agritech Startup TaniGroup Receives Million Dollars Pre-Series A Funding

Agritech startup company TaniGroup, consists of TaniHub and TaniFund, announces Pre-Series A funding worth millions of dollars. The round is led by Alpha JWC Ventures and followed by some angel investors. It’s expected to help TaniGroup improve its capacity and expand its market, both domestic and export needs.

The objective is to help farmers improving life along with the farming industry.
TaniHub is an e-commerce connecting farmers and corporate consumers, while
TaniFund is the crowfunding platform that provides funding for farmers.

“What makes TaniHub and TaniFund special is the end-to-end service. We have field teams to monitor the process, experts to guide farmers, and e-commerce
platform to absorb the harvest. Therefore, we’re not only provide funding, but also full training to minimize business risk,” Ivan Arie, Co-Founder and CEO
of TaniGroup, said.

Eka Pamitra, Co-Founder and President of TaniGroup, added, “Up until now,
we’ve been supporting around 16,000 farmers in 600 farming groups. After improving efficiency in harvest distribution, their [the farmers] income is increasing up to 30% from the previous rate. Besides improving the farmers’
welfare and their family, we want to lead them to apply sustainable farming
that environment-friendly in all their cultivation processes.”

Farming is one of the captivating sectors in Startup Report 2017. As an agrarian
country, digital solution for this sector gives many opportunities. TaniGroup believes that there are too many issues in farming sector to solve alone. Therefore, the partnership of stakeholders, including regulators and all industry players, is an absolute necessity.

“Agriculture is a vital industry in Indonesia and TaniGroup succeed in providing
a solution that creates efficiency in the complex farming business. Keeping up with our focus to make the best out of Indonesia, Alpha JWC Ventures is ready to partner with TaniGroup for making additional value, accelerate innovation, and bring positive impact to Indonesia’s agriculture industry.” Jefrey Joe, Co-Founder and Managing Partner of JWC Ventures, explained.


Original article is in Indonesian, translated by Kristin Siagian

Startup Agritech TaniGroup Umumkan Perolehan Dana Pra-Seri A Jutaan Dollar

Startup agritech TaniGroup, yang terdiri dari TaniHub dan TaniFund, mengumumkan perolehan dana Pra-Seri A senilai jutaan dollar. Putaran pendanaan dipimpin oleh Alpha JWC Ventures dan juga diikuti beberapa angel investor lainnya. Pendanaan ini diharapkan membantu TaniGroup meningkatkan kapasitas dan memperluas pasar, baik secara domestik maupun untuk kebutuhan ekspor.

Fokus untuk membantu petani meningkatkan kualitas hidupnya sembari mendorong industri pertanian, TaniHub adalah layanan e-commerce yang menghubungkan petani dan konsumen korporasi, sementara TaniFund adalah platform crowdfunding yang memberikan pendanaan bagi petani meningkatkan usahanya.

“Yang membuat TaniHub dan TaniFund istimewa adalah layanan end-to- end kami. Kami memiliki tim di lapangan untuk mengawasi jalannya seluruh proses, tim spesialis yang mendampingi para petani, serta platform e-commerce yang siap menyerap seluruh hasil panen mereka. Jadi kami tidak hanya memberikan dana tapi juga pendampingan dari awal hingga akhir, sehingga risiko bisnis dapat diminimalkan.” ungkap Ivan Arie, Co-Founder dan CEO TaniGroup.

Co-Founder dan President TaniGroup Eka Pamitra menambahkan, “Sejauh ini, kami telah mendukung sekitar 16.000 petani yang tergabung dalam 600 kelompok tani. Berkat peningkatan efisiensi dalam distribusi hasil panen, pendapatan mereka [para petani] meningkat hingga rata-rata 30% dari sebelumnya. Selain membantu meningkatkan kesejahteraan petani mitra kami beserta keluarganya, kami ingin mengarahkan mereka untuk bisa menerapkan praktek sustainable farming yang ramah lingkungan dalam seluruh proses pembudidayaan mereka.”

Sektor pertanian merupakan salah satu sektor yang mendapatkan sorotan di Startup Report 2017. Sebagai sebuah negara agraris, solusi digital di sektor ini masih memberikan banyak peluang. TaniGroup sendiri percaya bahwa permasalahan di sektor pertanian terlalu banyak untuk diselesaikan sendiri. Untuk itu kolaborasi dari stakeholder, termasuk regulator dan berbagai pemain industri, mutlak diperlukan.

“Agrikultur adalah industri vital bagi Indonesia dan TaniGroup berhasil menyediakan solusi yang dapat menciptakan efisiensi dalam rangkaian bisnis pertanian yang kompleks. Sejalan dengan fokus kami untuk memajukan Indonesia, Alpha JWC Ventures siap untuk bekerja sama dengan TaniGroup untuk terus memberikan nilai tambah, mempercepat inovasi, serta membawa pengaruh positif bagi industri agrikultur Indonesia.” jelas Co-Founder dan Managing Partner JWC Ventures Jefrey Joe.

Modalku dan TaniHub Sajikan Solusi “Cashflow” untuk Petani Indonesia

Menyambut hari kemerdekaan Indonesia yang ke 70 dua startup tanah air mengumumkan kerja sama dalam rangka untuk mendukung sektor pertanian. TaniHub dan Modalku sepakat menjalin kerja sama untuk menyalurkan solusi cashflow agar petani Indonesia dapat mengembangkan usaha mereka lebih lanjut. Pengumuman ini berbarengan dengan diluncurkannya produk teranyar Modalku, Supply Chain Financing (SCF), di platform mereka.

Modalku adalah salah satu startup yang memberikan layanan peer-to-peer lending (P2P) di Indonesia, sedangkan TaniHub merupakan salah satu startup yang memiliki cita-cita untuk menyejahterakan para petani. Kombinasi keduanya diharapkan bisa memberikan dampak positif bagi sektor pertanian Indonesia.

COO Modalku Iwan Kurniawan menjelaskan kerja sama Modalku dan TaniHub mengemas solusi dalam bentuk aplikasi digital yang diharapkan lebih menguntungkan petani. Mereka tak lagi perlu bergantung pada tengkulak untuk memasarkan produk mereka.

CEO TaniHub Ivan Arie Sustiawan, di lain pihak, menyambut baik kerja sama ini. Menurutnya keberadaan dan dukungan Modalku sangat membantu pihak TaniHub dalam mengembangkan agribisnis digital, baik di pasar domestik maupun ekspor. Ivan juga berharap sinergi positif TaniHub dan Modalku bisa terus berlanjut dan meningkatkan kemajuan sektor pertanian Indonesia.

Berbarengan dengan pengumuman kerja sama ini, Modalku juga mengumumkan peluncuran produk supply chain financing (SCF). Sebuah solusi yang dapat membantu UMKM (kini juga mendukung petani, nelayan, dan peternak) untuk membayar tagihan supplier agar UMKM dapat lebih fokus mengatur usaha mereka.

Application Information Will Show Up Here

Mengenal TaniHub dan Upayanya Menyejahterakan Petani

Permasalahan rantai distribusi dari petani atau peternak Indonesia menjadi sorotan serius banyak pihak. Hal ini kemudian melahirkan banyak startup baru di sektor ini. Salah satu di antaranya adalah TaniHub. Tiga pokok masalah yang coba diselesaikan yakni rantai distribusi yang tidak efisien, akses pasar yang terbatas karena petani jarang bisa menjual ke ritel besar, dan persyaratan pembayaran yang memberatkan pembeli.

Merintis bisnis sejak Agustus tahun lalu, TaniHub perlahan menunjukkan eksistensi mereka sebagai salah satu platform yang menghubungkan petani dan para konsumen. Di samping itu ambisi para pendiri TaniHub untuk mengatasi permasalahan di sektor pertanian yang cukup besar akhirnya melahirkan TaniFund.

TaniHub yang mendekati usia satu tahun hadir tak hanya dengan solusi teknis yang mengandalkan teknologi digital dan mobile. TaniHub berusaha merangkul berbagai pihak untuk menciptakan sebuah sinergi dan komunikasi yang baik antara petani, pelaku bisnis, pemerintah, juga lembaga-lembaga keuangan seperti bank.

Dari segi konsep TaniHub merupakan sebuah marketplace yang menghubungkan penjual, dalam hal ini petani dengan pelaku bisnis. TaniHub mengambil peran sebagai tempat penunjang transaksi produk pangan yang berusaha menyediakan berbagai macam fitur dan layanan untuk menjamin keamanan dan kenyamanan.

“TaniHub berperan sebagai perantara jual beli di mana setiap transaksi pembelian akan dibayarkan terlebih dulu oleh TaniHub ke penjual berdasarkan tagihan atas penyerahan produk pangan ke pembeli, dan pembeli akan membayar tagihan ke TaniHub sesuai syarat dan ketentuan pembayaran yang telah disepakati oleh kedua belah pihak,” papar CEO TaniHub Ivan Arie Sustiawan.

TaniHub awal dari lahirnya solusi lain di sektor pertanian

Tim TaniHub tampaknya masih berusaha memperbaiki sektor pertanian dengan cara mereka sendiri, dengan pendekatan teknologi. Hal ini ditandai dengan lahirnya layanan TaniFund, sebuah layanan crowdlending yang memungkinkan masyarakat berinvestasi di sektor  pertanian. Keterbatasan akses petani terhadap bank menjadi salah satu permasalahan utama yang coba diselesaikan oleh TaniFund.

Ivan kepada DailySocial mengatakan pihaknya, melalui TaniHub dan TaniFund berusaha bekerja semaksimal mungkin itu bisa membantu menyejahterakan petani melalui pendampingan secara langsung dengan tim yang kompeten yang berpengalaman di bidangnya. Mereka berharap bisa memberikan yang terbaik bagi petani dan masyarakat yang ingin membantu sektor pertanian Indonesia.

“TaniHub dan TaniFund memastikan untuk merangkul petani-petani terbaik yang dapat menghasilkan produk yang memenuhi standar, tim TaniHub yang kompeten turut aktif terjun langsung ke lapangan untuk berkomunikasi secara langsung dan menjalin hubungan baik dengan jaringan petani, seperti melalui asosiasi, untuk dapat terhubung dengan petani pilihan,” terang Ivan.

Sejauh ini TaniHub memiliki kurang lebih 12.000 petani yang terhubung dengan sistem mereka yang tersebar di seluruh wilayah Indonesia dengan mayoritas berada di pulau Jawa. Dengan diluncurkannya TaniFund ini TaniHub melangkah ke level selanjutnya untuk menjadi sebuah platform lengkap untuk membantu sektor pertanian.

Dalam rilis yang dikeluarkan bersamaan dengan peluncuran TaniFund beberapa waktu lalu Ivan menjelaskan salah satu harapannya adalah bisa membantu orang-orang di desa untuk mengembangkan pertanian di desa masing-masing tanpa perlu ke kota untuk mencari pekerjaan. Dengan menyalurkan modal dari kota ke desa diharapkan bisa membantu petani untuk menciptakan banyak lapangan pekerjaan yang layak dan adil.

Application Information Will Show Up Here

Suksesi Sektor Pertanian Indonesia dengan Teknologi

Inisiatif yang berkontribusi untuk meningkatkan sektor pertanian di Indonesia terhadap pertumbuhan ekonomi dirasa menjadi hal yang sangat krusial saat ini. Baik pemerintah maupun swasta sudah selayaknya memulai memikirkan bagaimana meningkatkan efektivitas dan potensi petani lokal dengan pendekatan modern, yakni dengan teknologi.

Hal ini penting, karena kendati diversifikasi ekonomi dan urbanisasi telah memberikan dampak ke sektor pertanian beberapa tahun terakhir, namun statistik di lapangan menyatakan bahwa pertanian masih menjadi mata pencaharian bagi mayoritas rumah tangga di Indonesia.

Sektor modern seperti e-commerce begitu bertumbuh pesat, menyasar 90 juta pengguna internet konsumtif yang sangat cepat beradaptasi dengan dinamika yang ada. Namun pembaruan sektor tradisional dirasa sangat penting untuk dijadikan prioritas, karena selain Indonesia memiliki kekuatan di sektor tersebut, dalam hal ini pertanian, berupa sumber daya manusia (SDM) dan sumber daya alam (SDA).

Idealnya jika sektor baru seperti e-commerce saja bisa tumbuh dan diperkirakan mencapai nilai $130 miliar per 2020 mendatang, sektor agro yang memiliki komoditas lebih besar harus bisa didorong untuk memberikan sesuatu yang lebih.

Mengemas sektor tradisional dengan cara modern

Inisiatif untuk membangun platform pendorong bisnis pertanian menjadi salah satu program jangka panjang Presiden RI Joko Widodo. Salah satunya melalui inisiatif berbentuk aksi dan sinergi dalam sebuah proyek berbasis e-commerce di Brebes Jawa Tengah bulan April lalu. Sebuah layanan yang ingin menjembatani hasil panen dengan konsumen melalui pendekatan digital. Sama dengan komputerisasi di berbagai lini bidang, transparansi akan menjadi sebuah keuntungan ketika sebuah proses dijalankan secara algoritmik.

Melalui sistem online Presiden percaya bahwa transparansi akan memberikan hasil lebih kepada petani lokal. Dengan demikian akan mencegah spekulasi harga pangan yang sengaja diombang-ambingkan pihak tertentu, sehingga membuat hasil tani lokal justru kian tergerus. Proyek yang dikerjakan oleh beberapa startup agro, seperti Petani, LimaKilo, Pantau Harga dan TaniHub ini juga berusaha memberikan edukasi dan informasi seputar teknik bercocok tanam dan komoditas harga secara real-time.

Memanfaatkan keuntungan teknologi terbarukan

Biogas merupakan salah satu yang sedang digalakkan untuk menunjang sektor pertanian. Sebagai upaya untuk terus memutarkan hasil ataupun limbah pertanian, pemanfaatan teknologi terbarukan, khususnya di daerah dinilai mampu meningkatkan taraf hidup orang banyak. Biogas memiliki potensi yang signifikan. Dengan bahan baku sisa makanan ternak, kotoran hewan ternak, limbah pertanian dan sisa tanaman dapat dikonversi untuk penghasil listrik dan energi panas.

Beberapa waktu lalu proyek ini juga diimplementasikan di sebuah desa bersama Kalisari. Konversi tersebut berhasil memberikan keuntungan besar dari masyarakat, terlebih jika akses listrik yang sulit terjamah menjadikan BUMN seperti PLN sulit untuk menembus. Solusi inovatif terbukti menjadi penengah atas isu yang terjadi. Polusi pun juga berkurang, yang tadinya kotoran dibuang dan mencemari lingkungan, kini terkonversi menjadi sumber energi bermanfaat.

Berbagai komponen harus membentuk sebuah sinergi

Sebuah kemitraan pertanian keberlanjutan juga sedang digodok oleh Asosiasi Ekonomi Indonesia dan KADIN, dalam upaya untuk meningkatkan pendapatan bagi petani lokal. Pemerintah pun juga ingin mendorong penggunaan metode modern lainnya untuk meningkatkan taraf hidup petani kecil di daerah. Skema kemitraan pertanian berkelanjutan berusaha mencapai tujuan untuk mengoptimalkan teknik produksi dan memecahkan masalah seperti akses kepada bibit unggul dan pupuk.

Inisiatif lain dalam bentuk pinjaman (KUR – Kredit Usaha Rakyat) juga menjadi prioritas pemerintah untuk memberikan “amunisi” kepada petani kecil. Di sisi lain inovator lokal juga menyajikan banyak opsi untuk memfasilitasi, salah satunya iGrow. Menggunakan model online marketplace, skema yang disajikan ialah menghubungkan antara investor dengan petani. Permodalan yang diberikan akan digunakan sebagai model petani menghasilkan hasil panen unggulan.

Idealnya sektor pertanian harus makin maju. Menguasai 35 persen total angkatan kerja, dan kontribusinya 13,6 persen terhadap PDB nasional, sektor ini wajib mendapatkan perhatian khusus dari berbagai pihak, khususnya inovator.