Lupakan Rivalitas, BMW dan Daimler Bekerja Sama Kembangkan Teknologi Kemudi Otomatis

BMW dan Mercedes-Benz, dua brand Jerman ini merupakan salah satu dari pasangan rival terbesar di industri otomotif. Namun ketika membicarakan soal masa depan industri, keduanya memutuskan untuk melupakan sejenak persaingan di antaranya, dan justru memilih untuk berkolaborasi.

Ranah yang hendak mereka garap bersama adalah seputar teknologi kemudi otomatis. Wacana ini sebenarnya sudah BMW dan Daimler (induk perusahaan Mercedes-Benz) umumkan sejak bulan Februari lalu, akan tetapi kontrak kerja samanya baru saja diselesaikan, dan ini bersifat jangka panjang.

Kerja sama antara BMW dan Daimler ini bakal berfokus pada pengembangan teknologi driver assistance, kemudi otomatis di jalan tol, serta parkir otomatis, dengan merujuk pada standar SAE Level 4 (Level 5 adalah yang paling tinggi). Setelah semua ini tercapai, kolaborasinya masih akan berlanjut sampai ke teknologi kemudi otomatis di area urban dan perkotaan.

Selain memang lebih kompleks, teknologi kemudi otomatis di area urban juga sangat bergantung pada dukungan infrastruktur. Regulasi masing-masing daerah juga memegang peran yang tak kalah penting, itulah mengapa kolaborasi jangka panjang merupakan hal yang krusial dalam perwujudan ekosistem otomotif masa depan.

BMW Urban Traffic Light Recognition / BMW
BMW Urban Traffic Light Recognition / BMW

Sinergi antara mobil dan infrastruktur ini sebenarnya sudah mulai ditanam benih-benihnya oleh masing-masing pabrikan. Dalam kasus BMW, salah satu contohnya adalah sistem cruise control yang dapat mendeteksi lampu lalu lintas. Teknologi semacam ini tentu saja bakal semakin efektif jika ditunjang oleh infrastruktur yang tepat.

Juga menarik untuk disoroti adalah sifat kerja sama ini yang non-eksklusif. Artinya, hasil kolaborasi BMW dan Daimler di ranah teknologi kemudi otomatis ini juga bakal bisa dimanfaatkan oleh pabrikan-pabrikan otomotif lain dengan mengandalkan sistem lisensi. Kedua perusahaan sebenarnya bisa saja merahasiakan hasil kerja samanya, tapi rupanya mereka memilih untuk bersaing secara sehat dengan pemain lainnya.

Faktor lain yang mempengaruhi sifat non-eksklusif itu adalah hasil studi BMW dan Daimler bersama sejumlah pabrikan lain seperti Audi dan Volkswagen, di mana mereka mencoba menetapkan semacam standar keselamatan yang perlu diperhatikan dalam pengembangan teknologi kemudi otomatis.

Masalah keselamatan ini merupakan topik yang sangat penting, apalagi mengingat sebagian besar publik masih menganggap teknologi kemudi otomatis belum siap untuk diaplikasikan secara luas. Dengan adanya standar yang jelas, setidaknya pabrikan tidak jadi saling berlomba mengembangkan sistem yang kelewat canggih, tapi ternyata belum siap untuk konsumsi publik.

Problem yang terakhir ini sejatinya sudah beberapa kali ditunjukkan oleh Tesla melalui sistem Autopilot-nya. BMW, Daimler, serta pabrikan-pabrikan lainnya pada dasarnya tidak ingin mengulangi kesalahan yang sama dan menumbuhkan image yang buruk di hadapan publik.

Terlepas dari itu, BMW dan Daimler menargetkan teknologi kemudi otomatis hasil racikannya bersama dapat dinikmati oleh konsumen paling cepat mulai tahun 2024. Sekali lagi tentu saja ini juga dipengaruhi oleh faktor-faktor lain seperti kesiapan infrastruktur dan regulasi setempat.

Sumber: Electrek.

Robot Ini Gantikan Peran Petugas Valet di Salah Satu Bandara Tersibuk di Perancis

Tenaga kerja robot tidak akan sepenuhnya menggantikan manusia, setidaknya dalam waktu dekat ini. Kendati demikian, untuk pekerjaan-pekerjaan repetitif, seperti misalnya menjadi petugas valet, kombinasi robot dan teknologi automasi jauh lebih efisien ketimbang manusia, dan itu sedang dibuktikan oleh bandara tersibuk keempat di Perancis, Lyon–Saint-Exupéry Airport.

Mereka baru saja memulai layanan robot valet secara resmi. Robot yang dipekerjakan merupakan bikinan Stanley Robotics, yang sendirinya sudah menguji robot valet otomatis selama beberapa tahun dan di beberapa bandara. Lyon–Saint-Exupéry Airport merupakan debut perdananya sebagai layanan resmi yang bukan bersifat ujicoba.

Robot-robot yang dijuluki Stan ini pada dasarnya merupakan forklift berteknologi kemudi otomatis. Sebagian besar teknologi yang digunakan sama persis seperti di mobil kemudi otomatis, termasuk kemampuan untuk memonitor lingkungan di sekitarnya dan bereaksi ketika ada rintangan di rutenya.

Stanley Robotics robot valet

Pengunjung bandara yang hendak menggunakan layanan ini cuma perlu menempatkan mobilnya ke semacam hangar khusus, di mana mobilnya akan dipindai guna mengonfirmasi merek dan modelnya. Setelahnya, Stan akan datang dan menarik mobil tersebut menuju ke satu dari 500 lahan parkir yang tersedia – target akhirnya, layanan robot valet ini bakal meng-cover sekitar 6.000 lahan parkir.

Menurut tim pembuatnya, satu unit Stan mampu memarkir dan mengambil kembali hingga 200 mobil per harinya. Bukan cuma itu, Stanley Robotics mengklaim Stan mampu memanfaatkan lahan kosong lebih efisien ketimbang petugas valet manusia; spesifiknya, Stan dapat menjejalkan 50% lebih banyak mobil ke satu area yang sama.

Ini dikarenakan Stan memiliki kemampuan menyetir yang sangat presisi, dan ia tak segan memarkirkan mobil sampai menumpuk berbaris-baris, sebab sistemnya akan terus memonitor waktu kedatangan masing-masing pemilik mobil (berdasarkan info dari boarding pass). Jadi untuk pemilik mobil yang akan menginapkan mobilnya cukup lama, Stan bakal menempatkannya di baris paling ujung sendiri.

Stanley Robotics robot valet

Selama Stan beroperasi, ada sejumlah manusia yang akan selalu mengawasi demi memastikan semuanya aman dan bisa langsung bertindak kala ada malfungsi yang terjadi. Ke depannya, tugas supervisi ini bakal dilangsungkan dari jarak jauh alias secara remote.

Selain menawarkan kepraktisan ekstra kepada konsumen, layanan robot valet ini rupanya juga termasuk ramah kantong. Berdasarkan pantauan The Verge dari situs resmi Lyon–Saint-Exupéry, tarif parkir pribadi selama seminggu di area terjauh dari bandara dipatok 54 euro, sedangkan tarif layanan robot valet ini dipatok 55,80 euro di area parkir yang sama.

Sumber: The Verge.

Usai Akuisisi Mobileye, Intel Bersiap Menguji 100 Mobil Kemudi Otomatis

Dana sebesar $15,3 miliar telah Intel kerahkan untuk mengakuisisi Mobileye. Proses akuisisinya sudah terselesaikan belum lama ini, dan sekarang kita bisa melihat rencana ke depan Intel di industri otomotif, lebih tepatnya di bidang mobil kemudi otomatis.

Tidak tanggung-tanggung, Mobileye yang bertanggung jawab atas iterasi awal Tesla Autopilot itu berencana untuk mengerjakan teknologi kemudi otomatis Level 4 – bisa mengatasi berbagai situasi tanpa campur tangan manusia – untuk diuji di lebih dari 100 unit mobil di Amerika Serikat, Eropa dan Israel yang merupakan kampung halaman Mobileye.

Pengujian ini dinilai penting karena Mobileye berniat untuk mengembangkan teknologi yang bisa diterapkan di mana saja dan diadaptasikan dengan kebutuhan konsumen yang beragam. Sistemnya sendiri memadukan teknologi computer vision, computer sensing maupun pemetaan digital garapan Mobileye dengan teknologi komunikasi berbasis jaringan 5G yang Intel kembangkan.

Tidak kalah penting adalah armada mobil yang mencakup berbagai tipe dan merek mobil. Di sini Mobileye sejatinya ingin menekankan bahwa teknologi rancangannya tidak harus bergantung atau terbatas pada platform tertentu. Langkah ini bisa dibilang cukup mirip dengan yang diambil Baidu.

Di samping itu, Intel baru-baru ini juga mengumumkan kemitraan dengan Toyota dan sejumlah perusahaan lain dalam membentuk Automotive Edge Computing Consortium, yang sejatinya bertujuan untuk mengembangkan ekosistem mobil pintar. Contoh kegiatan yang akan mereka lakukan adalah berbagi data mobil kemudi otomatis, yang bisa dimanfaatkan untuk menyempurnakan sistem pemetaan dan driver assistance.

Ini bukan pertama kalinya sebuah pabrikan otomotif menggandeng perusahaan yang benar-benar mendedikasikan waktunya ke pengembangan teknologi kemudi otomatis. Sebelumnya, Waymo sudah lebih dulu menguji armada mobil tanpa sopir bersama Chrysler (General Motors).

Sumber: Intel dan Engadget.

Waymo Kerahkan 600 Armada Mobil Tanpa Sopir untuk Melayani Warga di Kota Phoenix

Anak perusahaan Google yang bergerak di bidang pengembangan teknologi kemudi otomatis, Waymo, kembali membuat gebrakan setelah mengungkap mobil tanpa sopir hasil kolaborasinya dengan Chrysler. Baru-baru ini, Waymo meluncurkan program early rider untuk warga di kota Phoenix, Arizona di Amerika Serikat.

Program ini sejatinya akan menempatkan ratusan armada minivan Chrysler Pacifica Hybrid di jalanan kota tersebut, menjemput dan mengantarkan penumpang sepanjang hari tanpa batas waktu. Jumlah armadanya bukan lagi 100, melainkan akan bertambah menjadi 600 dalam beberapa bulan ke depan.

Waymo membuka pendaftaran untuk ratusan orang dari berbagai latar belakang yang berbeda. Mereka beserta anggota keluarganya bebas menikmati perjalanan bersama mobil tanpa sopir Waymo secara cuma-cuma dan sesering yang mereka mau. ‘Ongkos’ yang diminta hanyalah sekadar umpan balik terkait pengalaman mereka.

Lewat program ini, Waymo sejatinya ingin mencari tahu ke mana saja orang-orang ingin pergi saat mengendarai mobil tanpa sopir, bagaimana mereka berkomunikasi dengan sistem milik mobil, dan fitur-fitur apa saja yang mereka inginkan ke depannya.

Cukup satu orang yang mendaftar, maka semua anggota keluarganya juga bisa menikmati layanan antar-jemput gratis dari Waymo / Waymo
Cukup satu orang yang mendaftar, maka semua anggota keluarganya juga bisa menikmati layanan antar-jemput gratis dari Waymo / Waymo

Lalu mengapa cuma di Phoenix? Karena negara bagian Arizona memang tidak memiliki regulasi seketat di tempat lain terkait pengujian mobil tanpa sopir. Pun begitu, semua armada Waymo ini masih akan tetap dibarengi oleh seorang sopir di balik lingkar kemudi, meski campur tangannya sebisa mungkin akan diminimalkan.

Program Waymo ini sejatinya bisa menjadi momok baru buat Uber yang juga sedang menguji armada mobil kemudi otomatisnya di kawasan Arizona. Lebih gawat lagi, salah satu mobilnya mengalami kecelakaan sekitar sebulan lalu.

Di mata Waymo, momentum ini bisa mereka manfaatkan untuk menunjukkan bahwa teknologi yang mereka ciptakan memang lebih superior ketimbang milik Uber, apalagi mengingat Waymo sempat menuntut Uber dengan tudingan bahwa Uber mencuri teknologi LIDAR rancangan mereka.

Sumber: 1, 2, 3.

Sasar Segmen Otomotif, Intel Akuisisi Mobileye Senilai $15,3 Miliar

Perkembangan teknologi kemudi otomatis memunculkan nama-nama yang tidak biasa di industri otomotif. Nama seperti Nvidia dan Qualcomm saat ini memegang peranan besar dalam perkembangan teknologi ini, dan Intel sebagai salah satu produsen prosesor terbesar tampaknya juga tidak ingin ketinggalan.

Mereka saat ini sedang dalam proses mengakuisisi Mobileye, perusahaan asal Israel yang bergerak di bidang pengembangan hardware dan software untuk teknologi driver assistance sekaligus kemudi otomatis. Didirikan pada tahun 1999, Mobileye saat ini memegang sekitar 70 persen pangsa pasar global untuk sistem driver assistance dan anti-collision.

Kalau itu masih belum bisa meyakinkan Anda akan reputasi Mobileye, perusahaan ini juga yang bertanggung jawab atas sistem Tesla Autopilot, meskipun pada akhirnya kontraknya diputus oleh Tesla akibat suatu insiden yang menewaskan seorang Tesla Model S.

Terlepas dari itu, Intel rela mengucurkan dana sebesar 15,3 miliar dolar untuk meminang Mobileye. Investasi besar-besaran ini pada dasarnya merupakan modal Intel untuk bersaing menghadapi Nvidia dan Qualcomm di ranah teknologi kemudi otomatis.

Kendati demikian, Mobileye masih akan beroperasi secara mandiri di markasnya di Israel. Sebaliknya, Intel malah akan ‘menyumbangkan’ divisi otomotif mereka ke Mobileye. Menurut CEO Intel, Brian Krzanich, akuisisi ini ibarat menggabungkan mata mobil tanpa sopir dengan otak yang mengendalikannya.

Kolaborasi kedua perusahaan sebenarnya sudah berjalan sejak BMW mengajak mereka dalam proyek pengujian 40 mobil tanpa sopir, yang rencananya akan dimulai pada babak kedua tahun ini. Mobileye juga dipastikan akan memakai chip buatan Intel untuk mobil kemudi otomatis penuhnya yang rencananya bakal dirilis di tahun 2021.

Sumber: Reuters dan Intel.

Daimler Gandeng Uber Kembangkan Mobil Tanpa Sopir untuk Keperluan Ride-sharing

Seakan tidak bisa menutupi ambisinya terhadap mobil tanpa sopir, Uber terus melakukan upaya-upaya khusus untuk mempercepat realisasinya. Terakhir kita tahu, mereka sudah mengoperasikan armada mobil kemudi otomatis hasil kolaborasinya dengan Volvo.

Sejak awal Uber telah menyadari bahwa mereka tak mungkin bisa mewujudkan teknologi ini sendirian, utamanya karena mereka sama sekali tidak punya pengalaman di bidang produksi mobil. Itulah mengapa Uber terus mencari mitra kerja sama yang memang ahli di segmen otomotif, dan yang terbaru adalah perusahaan induk yang memayungi Mercedes-Benz, yakni Daimler.

Namun kemitraannya dengan Daimler ini sedikit berbeda ketimbang yang mereka jalani bersama Volvo. Kalau dengan Volvo, Uber pada dasarnya hanya meminjam SUV XC90, lalu memodifikasi dan membekalinya dengan sistem kemudi otomatis. Di sini, bisa dikatakan Daimler-lah yang lebih banyak bekerja.

Mobil maupun teknologi kemudi otomatisnya akan dibuat oleh Daimler sendiri, sedangkan Uber hanya berperan sebagai penyedia jaringan ride-sharing. Lebih lanjut, armada mobil tanpa sopir itu nantinya akan dioperasikan oleh Daimler, tapi penumpang-penumpang yang dijemput adalah konsumen Uber.

Kerja sama semacam ini menurut saya terkesan amat ideal karena masing-masing pihak bisa berfokus pada spesialisasinya masing-masing. Namun di sisi lain apakah ini berarti Uber mulai menyerah dengan teknologi kemudi otomatis garapannya sendiri? Bisa jadi, tapi bisa juga Uber sekadar mencoba segala opsi yang mereka miliki untuk mewujudkan ambisinya itu tadi.

Sumber: Uber dan TechCrunch.

Seriusi Segmen Otomotif, BlackBerry Buka Pusat Pengembangan Teknologi Kemudi Otomatis

BlackBerry yang kita kenal sudah tidak seperti dulu lagi. Pabrikan asal Kanada tersebut sudah mangkir dari bisnis smartphone dan memilih untuk berfokus pada pengembangan software saja. Pun demikian, pergeseran ini tidak membuat BlackBerry kehilangan ambisi untuk terus berinovasi.

Mungkin terdengar sedikit mengejutkan, segmen yang mereka tuju adalah otomotif. Memang tidak banyak yang tahu, akan tetapi melalui anak perusahaannya yang bernama QNX, BlackBerry sebenarnya sudah berperan dalam perkembangan industri otomotif selama 10 tahun terakhir dengan menjadi pemasok teknologi otentikasi untuk sistem telematika milik jutaan mobil.

Sekarang, mereka tampaknya sudah siap untuk melangkah lebih lanjut ke ranah kemudi otomatis. Pada tanggal 19 Desember kemarin, CEO John Chen meresmikan BlackBerry QNX Autonomous Vehicle Innovation Centre (AVIC), sebuah pusat pengembangan teknologi kemudi otomatis yang bertempat di markas QNX di kota Ottawa, Kanada.

Fokus BlackBerry dipusatkan murni pada pengembangan software-nya. Mereka juga telah menjalin kerja sama dengan University of Waterloo, PolySync dan Renesas Electronics untuk mengembangkan mobil konsep berteknologi kemudi otomatis yang siap diuji di jalanan di negara bagian Ontario, Kanada.

Inisiatif BlackBerry ini menerima pujian sekaligus dukungan dari pemerintahan Kanada, dimana perdana menteri Justin Trudeau berharap ke depannya Kanada bisa menjadi pemimpin sekaligus pusat inovasi di bidang teknologi kemudi otomatis.

Terlepas dari itu, masalah yang kemungkinan harus BlackBerry hadapi datang dari nama yang tak kalah besar, yakni Apple. Akhir Oktober kemarin, Bloomberg melaporkan bahwa Apple telah menyiapkan tim khusus untuk mengembangkan sistem operasi mobil di Kanada. Tim khusus tersebut banyak beranggotakan mantan engineer QNX, dan lokasi mereka bekerja juga tidak jauh dari markas QNX sendiri.

Sumber: Engadget dan BlackBerry.

Waymo Ungkap Prototipe Mobil Tanpa Sopir Hasil Kolaborasinya dengan Fiat Chrysler

Belum lama ini, tim Google Self-Driving Car Project secara resmi mengumumkan bahwa mereka telah berdiri sebagai perusahaan mandiri di bawah naungan Alphabet Inc. Kini bernama Waymo, misi mereka adalah bekerja sama dengan pabrikan otomotif dan mengintegrasikan teknologi kemudi otomatisnya, bukan lagi memproduksi mobil tanpa sopir sendiri.

Kini buah kolaborasi perdana mereka sudah bisa dilihat oleh publik. Yang Anda lihat pada foto di atas adalah minivan Chrysler Pacifica Hybrid yang telah dimodifikasi dan dilengkapi dengan teknologi kemudi otomatis garapan Waymo, meliputi sederet sensor, komputer, sistem telematika dan yang lainnya.

Menariknya, Waymo tidak sekadar membeli sejumlah unit minivan ini lalu memodifikasinya. Mereka bekerja sama langsung dengan tim Fiat Chrysler dari nol, sehingga modifikasi bisa mencakup elemen-elemen mobil secara menyeluruh, mulai dari sasis sampai motor elektriknya. Tujuannya tidak lain dari mengoptimalkan teknologi kemudi otomatis bikinan Waymo.

Modifikasi meliputi hampir semua bagian mobil, mulai dari sasis sampai motor elektriknya / Waymo
Modifikasi meliputi hampir semua bagian mobil, mulai dari sasis sampai motor elektriknya / Waymo

Semua ini dikerjakan hanya dalam kurun waktu enam bulan. Kedua pihak telah melakukan sederet pengujian, termasuk pengujian di kondisi cuaca yang ekstrem selama 200 jam. Terkait pemilihan mobilnya, Waymo menjelaskan bahwa mereka butuh lebih banyak jenis mobil guna menyempurnakan sistem rancangannya.

Sekarang, mereka sudah punya 100 prototipe yang siap diuji di jalanan publik mulai awal tahun depan. Harapannya, mereka bisa mempelajari bagaimana konsumen dari berbagai kalangan dapat merasakan teknologi kemudi otomatis Waymo.

Sumber: Waymo dan PR Newswire.

Google Dirikan Waymo, Perusahaan Baru yang Bergerak di Bidang Pengembangan Teknologi Kemudi Otomatis

Apa kabar Google Self-Driving Car? Well, Anda bisa melupakan nama tersebut – sekaligus mobil imut berwajah koala yang mereka buat – sebab Google telah mengubahnya menjadi Waymo. Waymo bukan lagi bagian dari Google X, melainkan sebuah perusahaan yang beroperasi secara mandiri di bawah payung Alphabet Inc.

Dengan Waymo, Google juga memastikan bahwa mereka tidak akan memproduksi mobil tanpa sopirnya sendiri. CEO Waymo, John Krafcik yang sebelumnya direkrut dari Hyundai, menegaskan bahwa perusahaan yang dipimpinnya sekarang bukanlah produsen mobil, melainkan yang bergerak di bidang pengembangan teknologi kemudi otomatis.

Namun hasil jerih payah tim Google Self-Driving Car Project sejak tahun 2009 tidak akan disia-siakan begitu saja. Nyatanya, Waymo lahir atas rasa percaya diri tim Google Self-Driving Car yang telah berhasil melakukan uji coba di jalanan publik pada tanggal 20 Oktober 2015 bersama seorang penumpang tuna netra, tanpa didampingi orang lain.

Apa yang dilihat prototipe mobil tanpa sopir Waymo saat berada di jalanan / Waymo
Apa yang dilihat prototipe mobil tanpa sopir Waymo saat berada di jalanan / Waymo

Waymo yakin sudah saatnya mereka mengembangkan inovasi yang mereka kerjakan selama ini menjadi sebuah bisnis yang menguntungkan. Sejumlah segmen yang mereka incar meliputi ride-sharing, logistik maupun transportasi umum. Rencana kerja sama dengan perusahaan otomotif juga sudah ada, dimana nantinya Waymo akan melisensikan teknologi kemudi otomatisnya pada pabrikan yang tertarik.

Prototipe mobil berwajah koala yang sebelumnya dibuat kini diperlakukan sebagai ajang demonstrasi teknologi kemudi otomatis oleh Waymo. Perpaduan sensor dan software memastikan teknologinya bisa membawa penumpang dari titik A ke B tanpa perlu ada lingkar kemudi maupun pedal gas sama sekali.

Sejauh ini mitra Waymo yang telah dikonfirmasi adalah Fiat Chrysler, dimana Waymo sedang dalam proses mengintegrasikan teknologi kemudi otomatisnya ke minivan Chrysler Pacifica untuk diuji di jalanan. Model bisnis seperti ini menempatkan Waymo sebagai pesaing langsung Uber yang juga tengah sibuk mengembangkan teknologi kemudi otomatis dan menawarkannya ke pabrikan-pabrikan mobil.

Sumber: TechCrunch dan Waymo.

Berkat Aplikasi Chffr, Anda Bisa Membantu Perkembangan Sistem Kemudi Otomatis

Mekanik, programmer, ahli robotik dan ilmuwan di berbagai penjuru dunia tengah bekerja bersama guna mengembangkan dan mematangkan sistem kemudi otomatis. Di saat yang sama, seorang pemuda berusia 26 tahun asal AS punya ambisi kuat untuk menciptakan perangkat beserta AI (artificial intelligence) yang bisa memberikan kemampuan kemudi otomatis pada sejumlah mobil di akhir tahun 2016 ini.

Pemuda tersebut adalah George Hotz, atau yang dikenal dengan julukan “geohot” ketika dirinya masih berkutat di dunia jailbreaking perangkat iOS di usianya yang masih belia. Namun belakangan Hotz membentuk sebuah startup bernama Comma.ai dengan fokus pada teknologi kemudi otomatis.

Hotz memang memiliki timnya sendiri dalam mewujudkan misinya, akan tetapi ia juga mengandalkan metode crowdsourcing, dimana kita sebagai konsumen biasa juga bisa berkontribusi terhadap perkembangan sistem kemudi otomatis garapannya. Langkah semacam ini jarang diambil oleh pabrikan otomotif, tapi Hotz cukup percaya diri bahwa cara ini bisa mengajari AI bagaimana cara mengemudi seperti manusia sebenarnya.

Hotz mengembangkan aplikasi bernama Chffr yang bisa didapat secara cuma-cuma di Android – sejauh ini masih dalam tahap beta, dan versi iOS-nya akan menyusul ke depannya. Aplikasi ini pada dasarnya akan merekam seluruh kegiatan mengemudi pengguna, memperhatikan semua faktor penting yang tertangkap kamera, seperti pejalan kaki, pesepeda, batas jalan sampai rambu lalu lintas.

Video yang sudah diunggah ke server Comma.ai bisa ditinjau kembali dari browser / Comma.ai
Video yang sudah diunggah ke server Comma.ai bisa ditinjau kembali dari browser / Comma.ai

Semua yang direkam kamera ponsel Anda ini akan diunggah ke server Comma.ai setibanya Anda di rumah dan terhubung dengan Wi-Fi. Data-data ini kemudian akan dikompilasi dan dianalisa, hingga akhirnya bisa dijadikan ‘bahan belajar’ oleh AI garapan Comma.ai.

Sebagai bentuk penghargaan atas kontribusi pengguna, mereka akan memperoleh “Comma Points” selama aktif menggunakan Chffr, meski sejauh ini belum ada informasi hadiah apa yang bisa ditukar dengan Comma Points tersebut.

Chffr bisa dibilang merupakan cara termudah untuk membantu perkembangan sistem kemudi otomatis. Selanjutnya kita tinggal menunggu dan berharap Comma.ai tidak meleset dalam memenuhi misinya menghadirkan set perangkat kemudi otomatis untuk mobil yang bisa dipasang semudah merakit furniture IKEA dan dihargai tak lebih dari $1.000.

Sumber: CNET.