Alami Gangguan Teknis, Tcash Tunda Konversi ke LinkAja Hingga Awal Maret

Setelah mengalami kendala teknis sejak Jumat (22/2) pagi hingga malam ini, Tcash akhirnya menunda peleburan layanannya ke aplikasi LinkAja. Dengan demikian, pelanggan Tcash masih bisa menggunakan layanan tersebut seperti semula.

Dalam keterangan resminya, CEO Tcash Danu Wicaksana mengatakan setelah menganalisis secara menyeluruh, pihaknya memutuskan untuk menunda migrasi aplikasi mobile Tcash ke LinkAja hingga minggu depan

“Kami mengucapkan permohonan maaf atas ketidaknyamanan yang terjadi. Pelanggan akan kami kembalikan ke aplikasi Tcash seperti semula, di mana akun dan saldo pelanggan dipastikan aman,” kata Danu.

Sebelum migrasi ini berjalan, Danu menyebut bahwa pihaknya telah melakukan berbagai persiapan bisnis maupun teknis. Namun, kendala teknis muncul pada saat proses konversi update aplikasi Tcash ke LinkAja. Akibatnya, pelanggan sulit untuk login ke aplikasi LinkAja.

Kendati demikian, layanan berbasis lainnya tetap berjalan normal, seperti pembayaran dengan NFC dan token, pengisian saldo di mitra Tcash dan ATM, hingga layanan USSD (*800#) bagi pengguna ponsel non-smartphone.

“Pelanggan Tcash yang lebih dari 95 persen memakai ponsel Android, akan menerima SMS petunjuk untuk update aplikasi mereka kembali ke aplikasi Tcash. Dengan begitu mereka bisa kembali bertransaksi secara normal. Namun, pelanggan iOS belum bisa menggunakan aplikasi Tcash dalam beberapa hari ke depan,” ujar Danu.

Sungguh disayangkan mengingat peleburan Tcash menjadi LinkAja baru diresmikan hari ini. Danu sendiri telah didapuk memimpin LinkAja yang bernaung di bawah PT Fintek Karya Nusantara (Finarya).

LinkAja merupakan sistem pembayaran berbasis Quick Response (QR) Code yang akan dikelola kongsi empat bank BUMN (Mandiri, BNI, BRI, dan BTN), Telkomsel, dan Pertamina.

Rencananya usai peleburan Tcash, bakal menyusul platform e-money berbasis server milik bank BUMN, seperti My QR milik BRI dan Yap! dari BNI, yang akan melebur ke dalam sistem pembayaran LinkAja awal Maret mendatang.

Application Information Will Show Up Here

Tcash Resmi Melebur Jadi LinkAja, Danu Wicaksana Pimpin Finarya

Hari ini, Jumat (22/2), layanan uang elektronik atau e-money milik Telkomsel resmi melebur ke dalam LinkAja. Direktur Utama Tcash Danu Wicaksana ditunjuk memimpin layanan yang bernaung di bawah PT Fintek Karya Nusantara (Finarya) ini.

Dalam keterangan resmi yang DailySocial terima, Danu menyebutkan bahwa tidak akan ada perubahan layanan dari Tcash ke LinkAja. Pengguna Tcash dapat menggunakan layanan ini seperti biasa.

Hanya saja, LinkAja akan menghadirkan sejumlah fitur baru ke depannya. ”Kami akan mengembangkan berbagai fitur baru dari LinkAja dari waktu ke waktu,” ungkap Danu.

LinkAja merupakan sistem pembayaran berbasis Quick Response (QR) Code yang akan dikelola kongsi empat bank BUMN (Mandiri, BNI, BRI, dan BTN), Telkomsel, dan Pertamina.

Setelah Tcash, bakal menyusul platform e-money berbasis server milik bank BUMN, seperti My QR milik BRI dan Yap! dari BNI, yang akan melebur ke dalam sistem pembayaran LinkAja awal Maret mendatang.

Menariknya Jiwasraya akan masuk ke dalam jajaran pemegang saham LinkAja. Telkomsel nantinya akan mengantongi 25 persen kepemilikan, diikuti BNI, BRI, dan Mandiri 20 persen. Baik BTN dan Pertamina memiliki 7 persen, sedangkan Jiwasraya 1 persen.

Strategi hadapi Ovo dan Go-Pay

Rencana BUMN menggarap sistem pembayaran sendiri sudah ramai dibicarakan sejak akhir 2018 lalu. Malah saat itu, informasi yang beredar justru menyebutkan BUMN akan bermitra dengan WeChat Pay dan Alipay.

Tak berapa lama berselang, kongsi BUMN mengumumkan akan meluncurkan sistem pembayaran berbasis QR Code LinkAja pada akhir Januari 2019. Hingga sekarang, seluruh perusahaan BUMN yang terlibat dalam kongsi ini masih menutup rapat-rapat mengenai bagaimana pengembangan LinkAja ke depan.

Yang pasti, LinkAja sengaja dipersiapkan untuk mematahkan dominasi Go-Pay dan Ovo di pasar fintech Tanah Air.

“Justru karena GoPay dan OVO kuat, maka itu memicu munculnya kesadaran perlunya sinergi BUMN. Sebelumnya, masing-masing BUMN maju sendiri-sendiri, Bu Rini [Menteri BUMN] ingin menggabungkan semua effort ke dalam LinkAja,” jelas Direktur Digital and Strategic Portfolio Telkom David Bangun saat kami hubungi beberapa waktu lalu.

Berdasarkan Fintech Report 2018 yang dirilis DailySocial, Go-Pay memimpin di sisi popularitas dengan 79,39 persen responden sudah pernah menggunakannya, diikuti Ovo 58,42 persen, dan Tcash 55,52 persen.

Masih sulit diakses

Hingga sore ini, pengguna LinkAja mengeluhkan sulitnya akses ke dalam aplikasi. Kesulitan akses masuk (login) ke aplikasi LinkAja sudah terjadi sejak pagi tadi.

DailySocial sempat menjajal login ke aplikasi ini. Pada saat login pertama, akses berhasil. Namun saat percobaan kedua dan seterusnya, kami tidak berhasil masuk ke dalam aplikasi.

Akses masuk ke aplikasi menggunakan nomor seluler. Dan untuk login, pengguna akan menerima kode verifikasi yang dikirimkan ke nomor seluler. Sayang, usai kode verifikasi dimasukkan, proses loading terus berjalan dan tidak mau masuk ke dalam aplikasi.

Dalam keterangan resminya, Danu menyebutkan bahwa saat ini sistem LinkAja sedang dalam proses upgrade dikarenakan tingginya jumlah unduhan dari para pengguna. Ia memastikan akun dan saldo pengguna tetap aman.

”Tim teknis LinkAja sedang berupaya untuk mempermudah akses pelanggan untuk masuk ke aplikasi ini . Kami mohon maaf atas ketidaknyamanan Anda dalam mengakses layanan LinkAja,” tuturnya.

Application Information Will Show Up Here

Produk E-Money Bank BUMN Berbasis Server Segera Dilebur Jadi LinkAja

Perusahaan fintech BUMN LinkAja (PT Finarya) bakal diresmikan pada 1 Maret 2019. Empat bank yang tergabung dalam Himbara (Perhimpunan Bank Negara) secara paralel akan melakukan migrasi produk e-money berbasis server milik mereka menjadi LinkAja.

BNI jadi bank pertama yang mengumumkan informasi peleburan ini kepada publik pada pekan lalu, bersamaan dengan T-Cash.

General Manager Divisi E-Banking (EBK) BNI Anang Fauzi menjelaskan, penyebaran informasi ini merupakan langkah bank dalam melakukan sosialisasi yang menurut aturan harus dilakukan setidaknya sebulan sebelumnya.

BNI menyebar informasi berbentuk pesan singkat ke konsumen tentang penggabungan produk Yap! dan UnikQu ke dalam LinkAja ini.

Di situsnya, BNI menjelaskan LinkAja adalah produk fintech sinergi milik BUMN (Himbara, Telkomsel, Pertamina, dan Jiwasraya) yang menghadirkan layanan untuk kemudahan dan kenyamanan bertransaksi untuk kebutuhan masyarakat.

LinkAja akan jadi produk fintech milik BUMN yang fokus menjalankan bisnis e-money berbasis server. LinkAja menghadirkan layanan holistik dengan beragam fitur pembayaran, seperti pembayaran tagihan (listrik, PDAM, BPJS, internet), transaksi di merchant, pembayaran moda transportasi, hingga pembelian online.

Anang melanjutkan, saat ini secara paralel pihaknya sedang menyiapkan proses migrasi dengan baik agar pengalaman pengguna tetap baik dan nyaman. Secara bertahap migrasi dimulai dari Maret 2019. Namun ia enggan menjelaskan lebih detail apakah BNI akan jadi bank pertama yang meleburkan sistemnya dengan LinkAja.

“Migrasi bertahap di bulan Maret. Apakah BNI pas tanggal tersebut? Belum tahu, lihat kesiapan teknis nanti karena masih koordinasi. Tanggal launching nanti akan ada press release tersendiri,” jelasnya kepada DailySocial.

UnikQu dirilis pada 2016, sementara Yap baru tahun lalu. Bila ditotal, keduanya telah memiliki sekitar 400 ribu pengguna. Adapun jumlah merchant-nya sebanyak 200 ribu tersebar di seluruh Indonesia.

Anang berharap ide menggabungkan seluruh platform uang elektronik berbasis server dan e-wallet Himbara dan BUMN menjadi hal yang positif. Pasalnya penerimaannya akan sangat luas karena melibatkan semua BUMN yang ada.

Direktur IT BRI Indra Utoyo menambahkan, peleburan ke LinkAja ini hanya berlaku untuk produk e-money berbasis server. Sementara yang berbasis kartu masih dikelola sendiri oleh perbankan.

“Yang dialihkan bukan Brizzi tapi nasabah T-Bank yang berbasis server. Brizzi masih dikelola kami. Rencananya per bulan Maret 2019 sudah bisa beralih ke LinkAja,” katanya.

BRI merilis produk e-money berbasis server bernama T-Bank di 2013, yang kini disebutkan memiliki sekitar 520 ribu pengguna. Sementara kartu Brizzi sudah tersebar sebanyak 12,5 juta buah.

“Tentu kita berharap di era digital payment dengan kolaborasi LinkAja bisa lebih menguntungkan.”

Sementara itu, Bank Mandiri juga mengonfirmasi bahwa peresmian LinkAja akan dimulai pada 1 Maret.

“Ya. Rencana launch 1 Maret,” kata Direktur Teknologi Informasi dan Operasi Bank Mandiri Rico Usthavia Frans.

Saat ini Bank Mandiri memiliki E-Money dan E-Cash yang bila ditotal jumlahnya mencapai 47 juta buah.

Rico tidak menjelaskan lebih detail bagaimana nasib Mandiri Pay setelah kehadiran LinkAja. Sebelumnya diinfokan Mandiri Pay akan jadi aplikasi pembayaran dengan pemindai QR yang terintegrasi dengan e-money, kartu debit, dan kredit. Modelnya seperti Yap yang diusung BNI.

Bank BUMN lain, BTN, juga turut mengisi berpartisipasi kepemilikan di LinkAja. Dibandingkan bank pelat merah lainnya, inovasi BTN tidak agresif. BTN baru merilis kartu e-money Blink hasil co-branding dengan Bank Mandiri E-Money.

Saat ini 99,99% saham di LinkAja (dengan entitas Finarya) dikuasai Telkomsel. Nantinya kepemilikan Telkomsel tersebut akan terdilusi seiring masuknya sejumlah BUMN yang tergabung dalam konsorsium. BNI, BRI, dan Bank Mandiri masing-masing akan menguasai 20%, Telkomsel (25%), BTN (7%), dan Jiwasraya (1%). Belum ada informasi lebih lanjut tentang Pertamina, yang disebut-sebut juga ikut di dalam konsorsium, dan jumlah kepemilikannya.

Tcash Jadi LinkAja Per 21 Februari Mendatang

Tcash secara resmi mengumumkan perubahan nama menjadi LinkAja, yang efektif bakal berlaku mulai 21 Februari mendatang. LinkAja, sebuah BUMN fintech yang tidak lagi sekadar platform pembayaran milik Telkom Group, menjadi ujung tombak untuk bersaing di sektor pembayaran digital yang makin kompetitif.

Sebelumnya kami telah memberitakan bahwa LinkAja merupakan joint venture enam BUMN besar, yaitu Telkom, Pertamina, Bank Mandiri, BRI, BNI, dan BTN. BUMN Fintech ini akan menggunakan skema QR Code terstandar sebagai landasan platform pembayaran digital. Digadang-gadang mereka juga akan bermitra dengan raksasa pembayaran Tiongkok WeChat Pay dan Alipay.

Menurut Fintech Report 2018, Tcash adalah platform uang elektronik berbasis server terpopuler ketiga
Menurut Fintech Report 2018, Tcash adalah platform uang elektronik berbasis server terpopuler ketiga

Menurut Fintech Report 2018, Tcash adalah platform uang elektronik terpopuler ketiga di Indonesia setelah Go-Pay dan OVO. Dikabarkan CEO Tcash saat ini, Danu Wicaksana, bakal memimpin inisiatif LinkAja.

Di laman resmi yang dihadirkan Tcash, disebutkan tidak ada perubahan fitur berarti antara Tcash dan LinkAja. Pengguna existing Tcash tinggal memperbarui aplikasinya mulai tanggal 21 Februari dan secara otomatis akan dikonversi menjadi konsumen LinkAja. Saldo yang ada di dompet Tcash juga bakal secara utuh dipindahkan ke dompet LinkAja.

Sebelumnya di keterbukaan ke BEI, Telkom Group juga mengumumkan pendirian anak perusahaan yang khusus mengurusi fintech, PT Fintek Karya Nusantara (Finarya). Belum ada informasi lebih lanjut bagaimana kaitan antara Finarya dan LinkAja.

Tcash saat ini tidak lagi eksklusif untuk pengguna Telkomsel dan bisa digunakan oleh pengguna operator seluler apapun mulai pertengahan tahun lalu.

Application Information Will Show Up Here

Telkom Group Develops a New Fintech Subsidiary “Finarya”

PT Telekomunikasi Indonesia Tbk (Telkom) through PT Telekomunikasi Selular (Telkomsel) officially introduces a new subsidiary in fintech industry named PT Fintek Karya Nusantara (Finarya) on January 21, 2019.

According to BEI, Finarya is Telkomsel’s subsidiary for payment system provider. “Finarya is said to help the previous fintech ecosystem. Telkomsel will have the 99.99 percent of Finarya’s shares,” stated in the BEI’s disclosure.

Telkomsel’s current fintech ecosystem is only Tcash, an e-money service for cross-operator. There’s no further information of Finarya’s development related to LinkAja. The thing is, Telkomsel officially separates fintech from its core business in telecommunication.

LinkAja is a Quick Response (QR) based payment system managed by four state-owned banks (Mandiri, BNI, BRI, and BTN), Telkomsel, and Pertamina. It is to be announced at the end of February or early March 2019.

Denny Abidin, Telkomsel’s GM External Corporate Communication didn’t mention much to DailySocial. However, he said Finarya will boost Tcash acceleration in the near future.

“In terms of the establishment, it’s led by Telkom. We can’t provide much information. Except for LinkAja, Telkomsel acts as corridor, it’s led by Danu [Wicaksono, Tcash’s CEO],” he said on the phone.

We’re trying to contact Tcash’s CEOO, Danu Wicaksana, but he avoids to make any comment. “I have no comment [on Finarya’s development with LinkAja], it’s hard to answer. Wait for the update, will you?,” he said.

Until this news published, DailySocial is still waiting for confirmation from Arif Prabowo, Telkom’s VP Corporate Communications.


Original article is in Indonesian, translated by Kristin Siagian

Application Information Will Show Up Here

Telkom Group Bentuk Anak Usaha Telkomsel “Finarya” di Bidang Fintech

PT Telekomunikasi Indonesia Tbk (Telkom) melalui PT Telekomunikasi Selular (Telkomsel) resmi membentuk anak usaha baru di bidang fintech, yaitu PT Fintek Karya Nusantara (Finarya) pada 21 Januari 2019.

Berdasarkan keterbukaan informasi di Bursa Efek Indonesia (BEI), Finarya adalah anak usaha perusahaan Telkomsel yang bergerak di bidang sistem penyelenggara jasa sistem pembayaran.

“Pembentukan Finarya disebut akan  membantu ekosistem fintech yang sudah ada sebelumnya. Telkomsel juga akan memiliki 99,99 persen saham di Finarya,” demikian tertulis dalam keterangan di keterbukaan informasi BEI.

Sejauh ini, ekosistem fintech Telkomsel adalah Tcash, layanan e-money yang kini bisa dipakai lintas operator. Belum ada informasi lebih lanjut mengenai rencana pembentukan Finarya dan kaitannya dengan LinkAja. Yang pasti, Telkomsel resmi memisahkan bisnis fintech dari bisnis utamanya di telekomunikasi.

LinkAja merupakan sistem pembayaran berbasis Quick Response (QR) Code yang akan dikelola kongsi empat bank BUMN (Mandiri, BNI, BRI, dan BTN), Telkomsel, dan Pertamina. LinkAja rencananya akan diumumkan sekitar akhir Februari atau awal Maret 2018.

GM External Corporate Communications Telkomsel Denny Abidin kepada DailySocial tidak bisa memberikan komentar banyak. Namun, ia menyebutkan bahwa Finarya akan mendorong akselerasi Tcash lebih cepat di masa mendatang.

“Untuk pendirian entitas baru ini, yang lead memang dari Telkom. Kami tidak bisa memberikan informasi lebih lanjut. Kecuali, untuk LinkAja, koridornya ada di Telkomsel karena yang lead itu Danu [Wicaksono, CEO Tcash],” ungkapnya saat dihubungi via telepon.

Kami juga mencoba mengontak CEO Tcash, Danu Wicaksana, namun ia juga enggan berkomentar. “Saya belum bisa komentar. [Terkait pembentukan Finarya dengan LinkAja], agak susah menjawabnya. Nanti saja ya tunggu update,” tuturnya.

Hingga berita ini diturunkan, DailySocial juga masih menunggu konfirmasi dari VP Corporate Communications Telkom Arif Prabowo.

Application Information Will Show Up Here

BUMN Fintech Pengelola Sistem Pembayaran Berbasis QR “LinkAja” akan Diumumkan Maret Mendatang

Keenam perusahaan pelat merah (BUMN) yang terlibat dalam kongsi BUMN Fintech akan mengumumkan sistem pembayaran berbasis Quick Response (QR) Code pada awal Maret 2018. Sistem pembayaran ini akan diberi nama LinkAja

Adapun, keenam perusahaan yang terlibat antara lain empat bank BUMN (Mandiri, BNI, BRI, BTN), Telkomsel, dan Pertamina. Adapun, kepemilikan saham entitas baru yang menaungi LinkAja, akan dibagi rata ke enam perusahaan BUMN.

Belum ada informasi lebih lanjut terkait entitas baru ini, termasuk siapa saja yang berada di dalam susunan direksinya. Namun, pihaknya saat ini masih mengurus perizinan ke Bank Indonesia (BI).

Diminta konfirmasinya, Direktur Teknologi Informasi dan Operasi BNI Dadang Setiabudi tidak berkomentar banyak. “Masih belum final, nanti saya infokan jika sudah,” ucapnya dalam pesan singkat kepada DailySocial.

Sementara itu, Manager Media Relation Telkomsel, Singue Kilatmaka mengungkapkan, pihaknya saat ini belum bisa memberikan komentar lebih lanjut terkait pembentukan BUMN Fintech tersebut. Ia juga belum bisa memberikan gambaran jelas mengenai platform LinkAja.

“Telkomsel termasuk ke dalam [kongsi] ini karena secara langsung Telkomsel itu bagian dari Telkom Group yang juga adalah BUMN. Saat ini, informasinya masih digodok di level BUMN, tunggu saja nanti informasi dari entitas baru [BUMN Fintech]. Yang jelas, platform ini pure buatan BUMN,” tuturnya kepada DailySocial.

Sebagaimana diberitakan sebelumnya, BUMN Fintech berencana bekerja sama dengan WeChat Pay dan Alipay yang merupakan penyedia jasa pembayaran digital asal Tiongkok. Statusnya saat ini masih belum jelas, bahkan Menteri BUMN Rini Soemarno membantah adanya rencana kerja sama tersebut.

DailySocial telah mencoba menghubungi sejumlah direksi BUMN untuk mengetahui rencana selanjutnya. Kami mengontak Managing Director Digital Banking and IT BRI, Indra Utoyo, Director Digital and Strategic Portfolio Telkom David Bangun, dan Deputi Bidang Usaha Jasa Keuangan, Jasa Survei dan Konsultan Gatot Trihargo.

Hingga berita ini diturunkan, kami masih menunggu konfirmasi dari sejumlah direksi BUMN yang kami hubungi tersebut.

Telkomsel Supports Perum Peruri’s Digital Transformation

Telkomsel has signed MoU with Perum Peruri (Money Printing Public Company of the Republic of Indonesia) in GraPARI Telkom Group, Jakarta. Telkomsel is to provide a digital solution for Peruri through this collaboration. Those systems include Telkomsel FleetSight, TCASH digital transaction, and LBA (location-based advertising), and IoT (Internet of Things) solutions.

Primadi K. Putra, Telkomsel’s VP Corporate Account Management, said the company as the first operator to provide IoT service in Indonesia was glad that their solutions have been trusted for business in many sectors.

“Today we’re glad because Perum Peruri has trusted Telkomsel MyBusiness and Telkomsel IoT service as solutions to support the company’s digitization program and its Digital Security business development. We expect the solutions we offered can support Perum Peruri to deliver high-quality products with high-value security as the nation’s pride while supporting company in integrated security printing and system industry,” he added.

Perum Peruri is a BUMN to print bills, coins, and security documents or other non-cash valuable paper, such as excise ribbon, stamps, and passports. Perum Peruri also provides other solutions include Track & Trace, Government Solution, Card provision and Personalization.

The digital solutions provided by Telkomsel for Perum Peruri include IoT for Digital Security Business, Telkomsel FleetSight, TCASH digital transactions and Broadcast Solution / LBA SMS. In the future, Telkomsel IoT Solutions is to be used for supporting Perum Peruri’s system-based Digital Security Business services.

A solution from Perum Peruri that requires IoT service is Track & Trace Peruri. Next, Connectivity Telkomsel service to be implemented for supporting its call for IoT solutions. In addition, Perum Peruri’s Government Solution and Personalization services will be synergized with Telkomsel.

“As an operator having commitment to digitize Indonesia through technology implementation. Telkomsel has prepared the future technology-based business services and solutions to support business readiness realization of Indonesian people. It goes along the government’s roadmap for Making Indonesia 4.0 towards Industrial Revolution 4.0,” Putra said.


Original article is in Indonesian, translated by Kristin Siagian

Telkomsel Dukung Transformasi Digital Perum Peruri

Telkomsel hari ini menandatangani MoU dengan Perusahaan Umum Percetakan Uang Percetakan Republik Indonesia (Perum Peruri) di GraPARI Telkom Group, Jakarta. Dengan kerja sama ini Telkomsel akan menyediakan berbagai solusi digital untuk BUMN penyedia layanan percetakan dan sistem keamanan tersebut. Sistem-sistem tersebut meliputi Telkomsel FleetSight, transaksi digital TCASH dan LBA (location based advertising), dan solusi IoT (Internet of Things) yang dihadirkan untuk mendukung bisnis Digital Security Perum Peruri.

VP Corporate Account Management Telkomsel Primadi K. Putra menyampaikan bahwa Telkomsel sebagai operator yang pertama menghadirkan layanan IoT di Indonesia merasa senang karena solusi mereka telah dipercaya bagi bisnis di berbagai sektor.

“Hari ini kita bergembira Perum Peruri yang telah mempercayakan layanan Telkomsel MyBusiness dan Telkomsel IoT sebagai solusi untuk membantu program digitalisasi perusahaan serta pengembangan bisnis Digital Security mereka. Kami harap solusi yag kami berikan dapat mendukung misi Perum Peruri dalam menghasilkan produk yang semakin berkualitas dan bernilai sekuriti tinggi kebanggaan bangsa sekaligus memperkuat perusahaan di bidang usaha integrated security printing and system,” ujar Permadi.

Perum Peruri sendiri merupakan BUMN yang dipercaya pemerintah untuk mencetak uang kertas dan uang logam Rupiah dan dokumen sekuriti atau kertas berharga non uang lainnya, seperti pita cukai, materai, paspor dan perangko. Solusi-solusi lainnya yang juga disediakan Perum Peruri adalah Track & Trace, Government Solution dan penyediaan Kartu dan Personalisasi.

Solusi digital yang disediakan Telkomsel bagi Perum Peruri di antaranya adalah IoT  untuk Digital Security Business, Telkomsel FleetSight, transaksi digital TCASH dan SMS Broadcast Solution / LBA. Kedepannya Solusi IoT Telkomsel akan digunakan untuk mendukung layanan-layanan Digital Security Business Perum Peruri yang berbasis sistem.

Salah satu solusi dari Perum Peruri yang membutuhkan layanan IoT adalah solusi Track & Trace Peruri. Selanjutnya layanan Connectivity Telkomsel yang akan diterapkan untuk membantu kebutuhan Perum Peruri akan solusi IoT. Selain itu layanan Government Solution dan Personalisasi Perum Peruri juga akan menjadi layanan yang akan disinergikan bersama dengan Telkomsel.

“Sebagai operator yang berkomitmen untuk mendigitalisasi Indonesia melalui penerapan teknologi, Telkomsel telah menyiapkan layanan maupun solusi bisnis berbasis teknologi masa depan sehingga dapat mendukung terwujudnya kesiapan para pelaku bisnis di Indonesia. Hal in sejalan dengan roadmap pemerintah Making Indonesia 4.0 menuju Revolusi Industri 4.0,” pungkas Permadi.

Telkomsel Siapkan Solusi IoT Intank, Permudah Cek Stok Bahan Bakar

Telkomsel menyiapkan solusi industrial berbasis IoT teranyar untuk permudah cek stok bahan bakar dinamai Intank (Intelligent Tank Monitoring System). Solusi ini masih dalam tahap uji coba dalam waktu dekat akan segera dirilis secara komersial.

Secara prinsip, InTank adalah monitoring tool untuk memantau kondisi terkini tangki bahan bakar atau aset likuid lainnya yang sudah terhubung dengan sistem cloud. Seluruh laporan, baik secara per jam, mingguan, atau bulanan dapat diakses lewat dashboard dan aplikasi.

Selama ini, dalam menjaga stok aset likuid perusahaan harus melakukan pengecekan secara manual. Hal ini tentunya memakan ongkos yang besar, belum lagi masih ada potensi kehilangan aset yang tidak terpantau, apalagi bahan bakar memiliki nilai tinggi.

“Dengan demikian, semua perusahaan yang menggunakan bahan bakar dalam proses bisnisnya akan lebih menjaga produktivitas dan efisiensi asetnya jadi lebih terasa,” ucap Advisor IoT New Business Development Telkomsel Eko Seno Prianto kepada DailySocial.

Intank bekerja di atas tiga komponen. Pertama, dari sisi perangkat sensor ada dua yang sudah ditanamkan kartu SIM Telkomsel dan diletakkan di tangki. Satu sensor untuk mengukur level ketinggian bahan bakar dalam tangki penyimpanan.

Satu sensor lainnya untuk mengukur aliran air suplai dan return dari yang keluar dari tangki ke titik penyaluran. Kedua sensor ini saling berkomunikasi dan mengirim hasilnya ke server dengan jaringan Telkomsel.

Kedua, seluruh data yang dihasilkan sensor akan disimpan secara real time ke cloud atau on premise sesuai kebutuhan masing-masing perusahaan. Terakhir, sistem online dashboard yang disediakan untuk monitoring seluruh data yang bisa diakses secara online dan multi platform.

Tangki yang dapat dipasang sensor pun beragam, dari stationary (dalam) atau bergerak, horizontal, vertikal, timbun, atau above ground dengan spesifikasi ketinggian tangki maksimal 6 meter.

Selain membantu perusahaan melakukan efisiensi, sistem ini dapat memberikan notifikasi secara real time apabila ada kondisi anomali di tangki. Perusahaan pun dapat menghentikan potensi tersebut agar tidak terjadi kerugian yang lebih dalam.

Di samping itu, gambaran mengenai data yang nyata terkait kebutuhan bahan bakar akan terpapar lebih detail sehingga langkah efisiensi akan lebih terasa dampaknya. Disebutkan perusahaan bisa melakukan efisiensi bahan bakar sampai 30% dari solusi Intank untuk biaya operasional.

Eko menyebut solusi ini mulai diinisiasi oleh tim Telkomsel sejak awal tahun ini dan sudah diuji cobakan ke beberapa calon mitra Intank. Namun pada dasarnya perusahaan yang disasar sebagai pengguna adalah perusahaan yang memiliki bisnis proses terkait pengelolaan aset bahan bakar, baik sebagai pembeli, pengguna, maupun distributor.

“Ada tiga calon mitra yang sedang uji coba Intank. Mereka bergerak di industri telekomunikasi, oil and gas (LNG), dan maritim. Sebentar lagi akan official untuk komersialnya.”

Komitmen berikutnya untuk IoT

Telkomsel bisa dikatakan menjadi salah satu perusahaan yang aktif mengeluarkan berbagai inisiatif baru berbasis IoT di Indonesia. Eko menyebut komitmen ini sebenarnya lebih diarahkan untuk solusi yang lebih kepada industri, bukan untuk konsumer.

Strategi ini dilakukan lantaran secara potensial pengguna, untuk industrial IoT lambat laun pasti mengadopsi IoT demi efisiensi. Potensi itu diyakini bakal muncul kurang lebih pada tiga sampai lima tahun mendatang, berdasarkan hasil laporan yang dikutip dari berbagai firma.

Sementara, konsumer IoT memang memiliki pasar tapi segmentasinya cukup niche sehingga dianggap kurang memiliki potensi bisnis buat Telkomsel. Atas keyakinan tersebut, sambung dia, Telkomsel berusaha untuk selalu inovatif dengan menghadirkan solusi IoT yang dibutuhkan industri.

“Mumpung Indonesia pasar [industrial IoT] masih baru jadi momentum buat kita untuk selalu jadi yang pertama [menghadirkan solusi IoT]. Makanya investasi ke IoT mumpung masih awal cukup kencang.”

Kontribusi bisnis IoT terhadap total pendapatan Telkomsel secara keseluruhan yang masih terbatas. Dari laporan keuangan di kuartal I/2018, pendapatan terbesar dari bisnis legacy (suara dan SMS) sebesar Rp11,36 triliun dan digital Rp10,5 triliun. Kontribusi bisnis IoT terhadap bisnis digital disebut kurang dari 10%.

Beberapa produk industrial IoT yang sudah meluncur adalah NB-IoT, Fleet Sight, Control Center. Lainnya adalah Parkirin yang siap diluncurkan kembali. Telkomsel akan bekerja sama dengan pengelola parkir dengan konsep yang berbeda. Produk konsumer IoT yang sudah dihentikan Telkomsel adalah T-Drive dan T-Bike.