Pintek Stop Fasilitasi Student Loan, Beralih ke Pembiayaan Rantai Pasok

Startup fintech lending Pintek menghentikan produk pembiayaan untuk pendidikan, kini beralih sepenuhnya membiayai sektor rantai pasok (supply chain financing). Mengutip situs perusahaan, ada dua produk pembiayaan yang disediakan, yakni supply chain financing (distributor, supplier, dan merchant), dan pendanaan usaha (PO, invoice, dan inventory).

Produk yang ditawarkan Pintek ini relatif sama dengan yang ditawarkan  pemain lending kebanyakan yang fokus di pembiayaan produktif.

Hingga berita ini diturunkan, perwakilan Pintek tidak menanggapi pertanyaan yang diajukan DailySocial.id. Kami juga menghubungi Shipper mengenai relasinya dengan Pintek. Sebelumnya, Shipper dikabarkan mengeksplorasi produk pembiayaan untuk logistik bersama Pintek.

Beralihnya Pintek ke sektor lain menyisakan tiga pemain lending yang fokus bermain di student/education loan di Indonesia, yaitu Cicil, Danacita, dan DanaDidik. Ada juga KoinWorks dengan produk Koinpintar yang didedikasikan untuk sektor pinjaman pendidikan.

Di awal kehadirannya tahun 2018, startup yang didirikan oleh Tommy Yuwono dan Ioann Fainsilber ini membidik pelajar untuk mengambil pinjaman membayar sekolah atau kursus. Kemudian saat pandemi, mereka menyediakan kemudahan pembayaran cicilan bernama Pintek Instan.

Setahun kemudian, pada 2021, mereka masuk ke solusi embedded financing dengan menanamkan akses pendanaan di titik-titik penyaluran ke UKM pendidikan, seperti principal, distributor, reseller besar, dan mitra SIPLah (Sistem Informasi Pengadaan Sekolah atau SIPLah Kemdikbud).

Menurut publikasi terakhir, perusahaan dan afiliasinya telah mendukung lebih dari 2.750 institusi pendidikan dan 100 UKM pendidikan untuk menjangkau lebih dari 650 ribu siswa dan menyediakan konten edukasi keuangan ke 1,3 juta pengunjung unik tiap bulannya. Dana yang sudah tersalurkan mencapai Rp14,8 miliar ke 849 penerima pinjaman, dengan besaran dana mulai dari Rp3 juta-Rp300 juta.

Pada awal tahun lalu, Pintek dikabarkan sedang menggalang tambahan dana. FMO (Netherlands Development Finance Company), layanan perbankan asal Belanda, disebutkan bergabung dalam putaran tersebut.

Pintek terakhir kali mengumumkan perolehan pendanaan Seri A pada November 2021 sebesar $7 juta (lebih dari 100 miliar Rupiah).

Pintek Secures Nearly 100 Billion Rupiah Series A Funding to Enhance SME Financing for Educational Purposes

Education focused fintech lending startup, Pintek, announced the Series A funding of $7 million (nearly 100 billion Rupiah) through its parent company, Socap Holding Pte. Ltd. Therefore, Pintek has raised a total funding of more than $35 million.

There are new investors involved in this round, including Kaizenvest, Heritas Capital, Blue7, and Earlsfield Capital. The previous investors, such as Finch Capital, Global Founder Capital (GFC), Accion Venture Lab, Strive, and Fox Ventures, also participated.

Ioann Fainsilber as the CEO of Socap Holding Pte. Ltd. and Pintek’s Co-Founder said, Pintek aims to maximize its role in supporting the education sector in Indonesia. The company’s proposition is claimed to be validated with the increasing volume of funding, over five times in the first half of 2021, compared to the same period last year.

Throughout the Covid-19 situation, he and his team focused on maintaining capacity to operate in effective ways, such as adapting its product portfolio, launching new solutions for the education ecosystem, strengthening the capital structure, and expanding reach across Indonesia.

“We want to be one of the drivers to accelerate technology penetration of inclusive and high-quality educational and financial service products in Indonesia,” Fainsilber said in an official statement, Tuesday (23/11).

Pintek’s Co-Founder and President Director, Tommy Yuwono said that the company will use the fresh funding to focus on business development in order to reach more users, improve services, develop products and provide easier access for all students/parents, teachers, schools, and educational based SMEs.

“We discover an increasing demand in the education sector and intend to accelerate the accessibility of financial services in Indonesia by serving the whole ecosystem.”

Kaizenvest’s Principal, Gaurav Jain said, “As an education-focused investment backer, we are very impressed with what Pintek has built in Indonesia in the last three years, combining social impact and innovative financial services for their users. Kaizenvest expects to support the rapid digitization of Indonesia’s education sector by ensuring high-quality learning opportunities are available to a wider community.”

“We are very pleased to welcome our collaboration with Pintek because we believe the company is developing a comprehensive solution that will have a multiplier effect in improving the quality of access to the entire education ecosystem,” he said.

The ongoing pandemic has affected the educational infrastructure and resulting in highly limited access to education in Indonesia. More than 68 million students have to study from home, and more than 642,000 educational institutions’ operations are affected.

The difficulty of transforming educational institutions to online learning and the lack of digitalization have become significant challenges that affect teaching and learning activities, and the urgent need for education encourages Pintek to present innovation to solve these problems.

Was founded in 2018, Pintek and its affiliates have supported more than 2,750 educational institutions and 100 educational SMEs to reach more than 650 thousand students, and provide financial education content for public with 1.3 million unique monthly visitors. This series of achievements has encouraged Pintek to target 10 million customers in the ecosystem within the next five years.

Focus on educational vendor

Previously, Tommy revealed that the company has started to focus on channeling fund for educational based SMEs/vendors since last year by providing business capital loans to fulfill the procurement of school facilities and infrastructure in Indonesia.

Based on Pintek‘s analytical research in July 2021 on more than 80 educational based SMEs/vendors, most of them still rely on private funding for their company’s capital and operations. Around 90% of self-financing SMEs/vendors required Rp. 200 million cash flow in average for its operations, especially for providers of books and learning support tools. As many as 57% have experienced funding difficulties at least twice in the last two years.

“From Pintek’s research, we also found that SMEs/Vendors are still not familiar with funding from financial technology. This is certainly a challenge for us to be able to educate the audience more massively and thoroughly. Vendors/SMEs don’t need to worry because we already have a license and all services and operational activities are under the supervision of the OJK,” Tommy continued.

Pintek is targeting a disbursement of up to Rp700 billion this year, with optimal funding readiness to meet demands from educational based SMEs/vendors. Since 2019, Pintek has distributed funding to more than 3 thousand students and more than 100 educational institutions. Its realization in the first semester of 2021 is claimed to increase fourfold year-on-year with a value of hundreds of billions of Rupiah.


Original article is in Indonesian, translated by Kristin Siagian

Pintek Raih Pendanaan Seri A Hampir 100 Miliar Rupiah, Perkuat Pembiayaan UMKM Khusus Pendidikan

Startup fintech lending untuk edukasi Pintek mengumumkan perolehan pendanaan Seri A senilai $7 juta (hampir 100 miliar Rupiah) melalui perusahaan induknya, Socap Holding Pte. Ltd. Dengan demikian, total pendanaan yang terkumpul Pintek sejauh ini sudah lebih dari $35 juta.

Investor baru yang masuk pada putaran ini adalah Kaizenvest, Heritas Capital, Blue7, dan Earlsfield Capital. Investor terdahulu, seperti Finch Capital, Global Founder Capital (GFC), Accion Venture Lab, Strive, dan Fox Ventures, turut berpartisipasi dalam putaran ini.

CEO Socap Holding Pte. Ltd. & Co-Founder Pintek Ioann Fainsilber mengatakan, keinginan yang besar dari Pintek untuk memaksimalkan perannya dalam mendukung sektor pendidikan di Indonesia. Proposisi perusahaan diklaim tervalidasi dengan meningkatnya volume pendanaan naik lebih dari lima kali lipat pada semester pertama 2021 dibandingkan periode yang sama pada tahun lalu.

Sepanjang Covid-19, ia dan tim fokus untuk mempertahankan kemampuan kami untuk beroperasi dengan berbagai cara yang efektif, termasuk mengadaptasi portofolio produk, meluncurkan solusi baru untuk ekosistem pendidikan, memperkuat struktur permodalan, dan memperluas jangkauan di seluruh Indonesia.

“Kami ingin menjadi salah satu pendorong untuk mempercepat penetrasi teknologi pendidikan dan produk layanan keuangan yang inklusif dan berkualitas tinggi di Indonesia,” ucap Fainsilber dalam keterangan resmi, Selasa (23/11).

Co-Founder dan Direktur Utama Pintek Tommy Yuwono menambahkan, fokus dana segar akan dimanfaatkan Pintek untuk pengembangan bisnis agar dapat menjangkau lebih banyak pengguna, meningkatkan layanan, mengembangkan produk sehingga lebih mudah digunakan untuk semua siswa/orang tua, guru, sekolah, dan UKM pemasok pendidikan.

“Kami melihat adanya peningkatan perminaan di sektor pendidikan dan ingin mendorong aksesibilitas layanan keuangan di Indonesia dengan melayani seluruh ekosistem.”

Principal Kaizenvest Gaurav Jain mengatakan, sebagai pemberi investasi yang berfokus pada pendidikan, pihaknya sangat terkesan dengan apa yang telah dibangun oleh Pintek di Indonesia dalam tiga tahun terakhir, menggabungkan dampak sosial dan layanan keuangan inovatif bagi pengguna mereka. Kaizenvest ingin mendukung digitalisasi yang cepat dari sektor pendidikan Indonesia dengan memastikan bahwa kesempatan belajar berkualitas tinggi tersedia untuk segmen masyarakat yang lebih luas.

“Kami sangat senang dengan kolaborasi kami dengan Pintek karena kami percaya bahwa Pintek sedang mengembangkan solusi komprehensif yang akan memiliki efek berganda dalam meningkatkan kualitas akses ke seluruh ekosistem pendidikan,” ujarnya.

Pandemi yang berlangsung selama ini telah memengaruhi infrastruktur pendidikan dan sangat membatasi akses pendidikan di Indonesia. Lebih dari 68 juta siswa harus belajar dari rumah, dan lebih dari 642 ribu institusi pendidikan terkena dampak operasionalnya.

Sulitnya transisi lembaga pendidikan ke pembelajaran online dan kurangnya digitalisasi telah menjadi tantangan signifikan yang memengaruhi kegiatan belajar mengajar, serta kebutuhan mendesak untuk pendidikan membuat Pintek hadir dalam memberikan inovasi kepada permasalahan tersebut.

Sejak didirikan pada 2018, Pintek dan afiliasinya telah mendukung lebih dari 2.750 institusi pendidikan dan 100 UKM pendidikan untuk menjangkau lebih dari 650 ribu siswa, serta menyediakan konten edukasi keuangan kepada masyarakat dengan 1,3 juta pengunjung unik setiap bulan. Pencapaian tersebut, membuat Pintek optimis menargetkan 10 juta pelanggan di ekosistem dalam lima tahun ke depan.

Fokus pembiayaan untuk vendor pendidikan

Sebelumnya, Tommy mengungkapkan sejak tahun lalu, perusahaan mulai memfokuskan pendanaan untuk UKM/vendor pendidikan dengan menyediakan pinjaman modal usaha untuk pemenuhan pengadaan sarana dan prasasarana sekolah di Indonesia.

Berdasarkan riset analitik Pintek di bulan Juli 2021 pada lebih dari 80 UKM/Vendor pendidikan, mayoritas masih mengandalkan pendanaan pribadi untuk modal dan operasional perusahaannya. Sebesar 90% dari UKM/vendor swadana membutuhkan arus kas di kisaran Rp200 juta untuk operasional mereka, khususnya pada penyedia buku dan alat penunjang pembelajaran. Sebanyak 57% di antaranya mengalami kesulitan pendanaan setidaknya hingga dua kali dalam dua tahun terakhir.

“Dari riset Pintek, kami juga menemukan bahwa UKM/Vendor masih belum familiar dengan pendanaan oleh financial technology. Hal Ini tentu menjadi tantangan bagi kami untuk bisa mengedukasi khalayak secara lebih masif dan menyeluruh. Vendor/UKM tidak perlu khawatir karena kami sudah mengantongi izin dan seluruh layanan serta kegiatan operasional di bawah pengawasan oleh OJK,” lanjut Tommy.

Tahun ini Pintek menargetkan penyaluran hingga Rp700 miliar dengan kesiapan dana yang optimal untuk memenuhi permintaan dari UKM/vendor pendidikan. Sejak 2019, Pintek sudah menyalurkan pendanaan ke lebih dari 3 ribu siswa dan lebih dari 100 institusi pendidikan. Realisasinya pada semester I 2021 diklaim naik empat kali lipat secara year-on-year dengan nilai ratusan miliar Rupiah.

Pintek Gains Support from US Government through Loan Portfolio Guarantee Scheme

In early March 2020, the U.S International Development Finance Corporation (DFC) and the U.S Agency for International Development (USAID) announced their agreement to release a new investment fund in response to the recovery from the pandemic. There are specific focuses in various countries, one of which is related to education. In Indonesia,  Pintek’s education financing startup has earned the trust.

DFC and USAID provided a “loan portfolio guarantee” worth up to $16 million to help Pintek optimize its potential. The fund is also used to cover defaults and return investments to customers. It is known, the pandemic has ruined the economy of societies. However, certainly, there is a rigorous analysis and scoring scheme to state defaults that can be covered by these funds.

The fund is expected to increase Pintek’s capacity, therefore, it can reach more students at the vocational school and higher education levels throughout Indonesia.

“Pintek, through its Pintek Institutions loan product, helps educational institutions both higher education and vocational education to provide equipment, improve facilities, and also their operational. This partnership with the US Government is expected to help Indonesia’s education sector, provide better educational outcomes and improve work skills,” Tommy Yuwono, the Co-Founder & Managing Director of Pintek said.

James Polan, DFC’s Vice President of the Office of Development Credit said, “Our partnership with Pintek is to provide opportunities for access to education for children, especially for those whose parents are directly affected by the pandemic. We are very pleased to see lending companies like Pintek in creating financing solutions that can address today’s major challenges.”

In order to support lending, Pintek has secured debt funding from Accial Capital worth 298 billion Rupiah earlier this year. Previously, in December 2020, they also managed to obtain follow-on funding led by Finch Capital, the total equity funding obtained has reached 70 billion Rupiah.

The education financing business model becomes one of the attractive opportunities in Indonesia amidst various limitations to education services, both formal and non-formal. There are several mechanisms offered, for example using an Income Share Agreement – allowing students to get full education funding, then pay when they get a job. Other forms are offered in the form of loans with a certain tenor. Usually, funding (70% to 100%) is channeled directly to the targeted institutions.

Based on Edtech Report 2020, there are currently several startups that focus on playing in this area. Apart from Pintek, there are Dana Cita, DANAdidik, EiduPay, and KoinWorks.


Original article is in Indonesian, translated by Kristin Siagian

Pintek Dapat Dukungan Pemerintah Amerika Serikat Melalui Mekansime “Loan Portfolio Guarantee”

Awal Maret 2020 ini, dua lembaga di bawah pemerintahan Amerika Serikat yakni U.S International Development Finance Corporation (DFC) dan U.S Agency for International Development (USAID) mengumumkan persetujuannya untuk merilis dana investasi baru sebagai respons pemulihan akibat pandemi. Ada beberapa fokus yang disampaikan untuk diaplikasikan di berbagai negara, salah satunya terkait pendidikan. Dari Indonesia, startup pembiayaan pendidikan Pintek yang mendapatkan kepercayaan.

DFC dan USAID memberikan “loan portfolio guarantee” hingga $16 juta atau setara 230,4 miliar Rupiah untuk membantu Pintek memaksimalkan potensinya. Dana tersebut dapat digunakan untuk menutup gagal bayar dan mengembalikan investasi ke pemberi pinjaman — mengingat Pintek adalah p2p lending. Diketahui, kondisi pandemi membuat perekonomian sebagian banyak unsur masyarakat terganggu. Namun yang pasti, ada skema analisis dan skoring ketat untuk menyatakan gagal bayar yang dapat ditutup dengan dana tersebut.

Dana tersebut juga diharapkan menambah kapasitas Pintek, sehingga dapat menjangkau lebih banyak siswa/i di tingkat sekolah kejuruan dan pendidikan tinggi di seluruh Indonesia.

“Pintek, melalui produk pinjaman Pintek Institutions, membantu institusi pendidikan baik pendidikan tinggi maupun pendidikan vokasi untuk menyediakan peralatan, meningkatkan fasilitas, dan juga kebutuhan operasionalnya. Kemitraan dengan Pemerintah AS ini diharapkan dapat membantu sektor pendidikan di Indonesia, memberikan hasil pendidikan yang lebih baik dan meningkatkan kemampuan kerja,” sambut Co-Founder & Dirut Pintek Tommy Yuwono.

James Polan selaku VP Office of Development Credit DFC mengatakan, “Kemitraan kami dengan Pintek adalah membuka kesempatan untuk akses pendidikan bagi anak, terutama bagi mereka yang orang tuanya secara langsung terkena dampak ekonomi langsung akibat pandemi. Kami sangat senang melihat perusahaan pemberi pinjaman seperti Pintek dalam menciptakan solusi pembiayaan yang dapat mengatasi tantangan utama saat ini.”

Untuk menunjang penyaluran kredit, awal tahun ini Pintek juga baru membukukan debt funding dari Accial Capital dengan nilai 298 miliar Rupiah. Sebelumnya pada Desember 2020, mereka juga berhasil mendapatkan investasi lanjutan yang dipimpin Finch Capital, sejauh ini total pendanaan ekuitas yang berhasil didapat telah mencapai 70 miliar Rupiah.

Model bisnis pembiayaan pendidikan memang menjadi salah satu kesempatan menarik di Indonesia di tengah berbagai keterbatasan ke layanan pendidikan, baik formal maupun nonformal. Ada beberapa mekanisme yang dijalankan, misalnya menggunakan Income Share Agreement – memungkinkan siswa mendapatkan pembiayaan pendidikan secara penuh, kemudian membayar ketika sudah mendapatkan pekerjaan. Bentuk lain yang ditawarkan dalam bentuk pinjaman dengan tenor tertentu. Biasanya dana (70% s/d 100%) disalurkan langsung ke institusi yang dituju.

Menurut data Edtech Report 2020, saat ini sudah ada beberapa startup yang fokus bermain di ranah tersebut. Selain Pintek, ada Dana Cita, DANAdidik, EiduPay, dan KoinWorks.

Accial Capital Kembali Berikan “Debt Funding” untuk Fintech Lokal, Giliran Pintek Terima 298 Miliar Rupiah

Pintek sebagai startup pengembang layanan pembiayaan khusus untuk pendidikan, hari ini (11/1) mengumumkan perolehan debt funding senilai $21 juta atau setara 298 miliar Rupiah dari Accial Capital, sebuah investor private debt asal Amerika Serikat.

Sederhananya, debt funding ini memungkinkan sebuah startup pembiayaan untuk memiliki dana pinjaman lebih guna disalurkan. Istilah lainnya, investor yang tergabung biasa disebut dengan “lender institusi”. Praktik ini cukup lumrah di lingkungan fintech lending, mengingat kebutuhan untuk mengakselerasi pertumbuhan dan ekspansi.

Accial Capital sendiri bukan investor baru di ranah tersebut, sebelumnya mereka sempat menyuntikkan dananya ke Investree senilai 213 miliar Rupiah dan Awan Tunai senilai 290 miliar Rupiah. Ketiga startup yang diinvestasi memiliki fokus berbeda; Pintek di pendidikan, Investree ke UMKM, dan Awan Tunai ke pembiayaan rantai pasokan.

Perusahaan lokal, khususnya perbankan, juga mulai banyak terlibat menjadi lender institusi. Secara pangsa pasar cakupannya beda, fintech lending banyak fokus ke kalangan unbankable yang jumlahnya masih sangat banyak di Indonesia – sehingga justru menjadi kesempatan untuk melakukan kolaborasi dengan bank.

Institutional Lender Fintech Indonesia

Pintek sendiri, menjelang akhir tahun 2020 baru saja mengumumkan pendanaan lanjutan dari Finch Capital dan Accion Venture Lab. Disampaikan total pendanaan yang sudah didapat perusahaan sejauh ini mencapai 70 miliar Rupiah. Sejak beroperasi di tahun 2018, Pintek telah menyalurkan pinjaman hingga 83,3 miliar Rupiah.

Selain Pintek, di Indonesia juga sudah ada beberapa layanan fintech serupa, menyasar akademisi dan institusi pendidikan; di antaranya Danadidik, Cicil, dan KoinPintar dari Koinworks.

“Berada dalam situasi yang penuh tantangan saat ini, lembaga pendidikan perlu mengadaptasi teknologi untuk mendukung kegiatan pembelajaran jarak jauh bagi siswa. Namun, karena kurangnya sumber daya keuangan, implementasi teknologi di sektor pendidikan  menjadi tantangan. Kami membuat produk untuk membantu ekosistem pendidikan Indonesia pada titik kritis saat ini,” ujar Co-Founder Pintek Ioann Fainsilber.

Pintek Introduces “Pintek Instan”, Adjusting Educational Loan Amid Pandemic

The specific p2p lending platform for the education sector, Pintek, launched a new product called Pintek Instant. Pintek’s Co-Founder & President Director Tommy Yuwono said the new service was made specifically to help parents of students from early childhood education to college during this pandemic situation.

As Tommy said, the education sector was severely affected by the Covid-19 outbreak. First, the increasing unemployment rate and the decreasing income of the majority of the population. On the other hand, there are around 69 million students who lost access to education during this pandemic, only 40% of Indonesia’s population has internet access. Educational institutions are automatically affected because they need funds to digitize teaching and learning activities.

In fact, Pintek Instant is an upgraded version of the Pintek Student. The difference is, this latest product is able to do credit approval in just one hour.

The credit limit that can be submitted reaches IDR 5 million. The urgent need for education funding along with the economic turmoil due to the pandemic has made Tommy believe that Pintek Instant can help parents to pay for everything in school, from admission fees, gadgets for distance learning, and other bills.

“This Pintek Instant can be given quickly, there is also an option for restructuring, and integrated into schools for submission,” Tommy said in the webinar.

There are two tenor options available for those who want to use this service, 30 days and 90 days. The 30-day settlement option has no interest, while the 90-day option will cost 2.19% interest. All with a loan limit of IDR 5 million.

“Pintek Instant is limited to schools partnered with us. Therefore, we also invite schools in need of this solution, where there are parents who experience problems, therefore, cash flow does not decrease, the students can learn in peace, to contact us,” he added.

Apart from Pintek, there are other fintech lending platforms in Indonesia that offer loans in the education sector. Some of them are Cicil, KoinPintar from KoinWorks, and DanaDidik.

Restructuring as an option

Pintek service has reached 20 provinces in Indonesia with more than 3 thousand borrowers. In addition, they have collaborated with 142 educational institutions. With a large enough scale and this pandemic condition, Pintek provides loan restructuring options for Pintek Instant.

Tommy explained that the restructuring application can be done by filling in the required documents through their customer service. After completing the document, they will offer a new installment scheme, of course, with the approval of the lender.

“We also improve or justify our scoring criteria to prevent bad credit,” said Tommy.

Through this latest product, Tommy targets to gain around 5,000 new borrowers in the next six months. This target is very likely to be achieved considering the large funding needs in the education sector during this pandemic and the number of p2p lenders that focus on education is still relatively small in the country.

Pintek Instant is also a continuation of Pintek’s plan after securing an extension fund from their pre-series A round which was announced last May. At that time, Tommy stated that the funds they obtained is to be focused on developing technology that supports the education industry affected by Covid-19.


Original article is in Indonesian, translated by Kristin Siagian

Pintek Luncurkan “Pintek Instan”, Penyesuaian Pinjaman Pendidikan di Tengah Pandemi

Platform p2p lending khusus sektor pendidikan Pintek meluncurkan produk terbaru bernama Pintek Instant. Co-Founder & Direktur Utama Pintek Tommy Yuwono mengatakan, layanan baru tersebut dibuat khusus untuk membantu orang tua pelajar dari pendidikan usia dini hingga perguruan tinggi selama situasi pandemi ini.

Menurut Tommy, sektor pendidikan terkena dampak yang cukup dalam dari wabah Covid-19 yang berkepanjangan. Pertama adalah membesarnya angka pengangguran dan kian turunnya pendapatan sebagian besar masyarakat. Di sisi lain ada sekitar 69 juta pelajar yang kehilangan akses pendidikan selama pandemi ini, hanya 40% dari penduduk Indonesia yang punya akses internet. Institusi pendidikan pun otomatis terkena imbasnya karena mereka butuh dana untuk melakukan digitalisasi kegiatan belajar-mengajar.

Sejatinya Pintek Instan ini merupakan versi upgrade dari Pintek Student. Bedanya, produk terbaru ini mampu melakukan persetujuan kredit hanya dalam satu jam.

Adapun batas kredit yang boleh diajukan mencapai Rp5 juta. Kebutuhan pendanaan pendidikan yang mendesak diiringi dengan gejolak ekonomi akibat pandemi membuat Tommy yakin Pintek Instan dapat membantu orang tua pelajar untuk melunasi segala keperluan di sekolah mulai dari uang pangkal, gawai untuk belajar jarak jauh, dan tagihan lainnya.

“Pintek Instant ini bisa dengan cepat diberikan, juga ada opsi untuk restrukturisasi, dan terintegrasi ke sekolah untuk pengajuannya,” ujar Tommy dalam webinar yang mereka selenggarakan.

Ada dua pilihan tenor yang tersedia bagi mereka yang ingin menggunakan Pintek Instan ini yakni 30 hari dan 90 hari. Opsi pelunasan 30 hari tidak dikenakan bunga, sedangkan opsi 90 hari dikenakan bunga 2,19%. Semua dengan batas pinjaman Rp5 juta.

“Pintek Instant terbatas ke sekolah-sekolah yang bekerja sama dengan kami. Jadi kami pun mengundang sekolah-sekolah yang membutuhkan solusi ini, di mana ada orang tua murid mengalami kendala, agar cash flow tidak berkurang, anak-anak murid bisa belajar dengan tenang, bisa menghubungi kami,” imbuhnya.

Selain Pintek, di Indonesia sudah ada platform fintech lending lain yang tawarkan pinjaman di sektor pendidikan. Dua di antaranya Cicil, KoinPintar dari KoinWorks, dan DanaDidik.

Pilihan restrukturisasi

Layanan Pintek sudah menjamah 20 provinsi di Indonesia dengan lebih dari 3 ribu peminjam. Selain itu mereka telah bekerja sama dengan 142 institusi pendidikan. Dengan skala yang sudah cukup besar dan kondisi pandemi ini, Pintek menyediakan opsi restrukturisasi pinjaman untuk Pintek Instan ini.

Tommy menjelaskan, pengajuan restrukturisasi dapat dilakukan dengan mengisi dokumen-dokumen yang dibutuhkan melalui customer service mereka. Jika hal itu sudah rampung mereka baru akan menawarkan skema cicilan yang baru yang tentu saja dengan persetujuan pemberi pinjaman.

“Kami juga meningkatkan atau menjustifikasi kriteria scoring kami untuk mencegah kredit macet,” tukas Tommy.

Melalui produk anyar ini Tommy menargetkan bisa memperoleh sekitar 5.000 peminjam baru dalam enam bulan ke depan. Target itu sangat mungkin tercapai mengingat kebutuhan pendanaan di sektor pendidikan yang masih besar selama masa pandemi ini dan jumlah p2p lending yang fokus di pendidikan masih tergolong sedikit di Tanah Air.

Pintek Instant ini juga merupakan kelanjutan dari rencana Pintek ketika berhasil mengantongi extension fund dari putaran pra-seri A mereka yang diumumkan Mei lalu. Saat itu Tommy menyatakan dana yang mereka peroleh saat itu akan difokuskan untuk mengembangkan teknologi yang mendukung industri pendidikan yang terdampak Covid-19.

Pintek Dapatkan Pendanaan Lanjutan dari Accion Venture Lab

Pintek selaku startup p2p lending yang fokuskan pada penyediaan pinjaman pendidikan baru-baru ini mendapatkan tambahan pendanaan di tahap pra-seri A. Accion Venture Lab berpartisipasi sebagai investor baru, dengan nilai yang tidak disebutkan. Sebelumnya putaran ini telah dimulai pada akhir tahun 2019 lalu, melibatkan Global Founders Capital.

Kepada DailySocial, Co-Founder Pintek Tommy Yuwono mengatakan bahwa tambahan dana ini akan difokuskan untuk mengembangkan sistem teknologi, dengan misi mendukung industri pendidikan di Indonesia yang terdampak Covid-19.

“Ada kebutuhan yang jelas untuk pembiayaan pendidikan di Indonesia; keunikan Pintek, kepemimpinan yang kuat, dan potensi pertumbuhan menjadikan mereka mitra ideal untuk memenuhi kebutuhan itu. Kami sangat terkesan dengan respons mereka yang cepat terhadap pandemi, menemukan cara baru untuk membantu pelanggan selama masa sulit ini. Kami senang menambahkannya ke portofolio Venture Lab,” sambut Managing Director Accion Venture Lab, Vikas Raj dalam rilis resminya.

Di tengah pandemi ini, Pintek sempat melakukan survei terhadap keluarga dan sekolah untuk mengeksplorasi dampak yang mereka rasakan. Lantas ditemukan adanya kebutuhan untuk melakukan transisi ke pendidikan jarak jauh. Dari sana Pintek bekerja sama dengan startup edtech untuk memberi sekolah pembiayaan dan akses ke platform yang mendukung kegiatan tersebut. Juga membantu para guru yang memiliki isu finansial di tengah musibah ini.

Seperti diketahui sebelumnya, sejak dimulai tahun 2018 Pintek menyediakan pinjaman pendidikan dengan jangka waktu pinjaman maksimal 12 bulan dan bunga flat 1,5% per bulan. Sampai saat ini, perusahaan sudah mengumpulkan total akumulasi pinjaman senilai 54,9 miliar Rupiah dengan jumlah peminjam capai 2506 orang.

Di lanskap bisnis ini, Pintek tidak sendiri. Sudah ada beberapa fintech yang juga menyasar sektor pendidikan, di antaranya Dana Cita, DANAdidik, EiduPay, dan KoinWorks.

The Story of Educational Loan Providers in Indonesia

There are many problems in Indonesia related to education. It is not only about curriculum and effective learning, but also access to education itself. The required capital or costs to get knowledge from courses or higher education is not cheap. For some people, it is quite burdensome. The government has issued several programs and incentives to help this access, one of which is KIP-Lecture.

Another alternative that could be an option is an education loan platform. The concept is like a loan service for capital funds, the difference is that the funds lent must be earmarked for education. Indeed, with different agreements and responsibilities on each lending platform. Some startups that have loaning products or services for education funds include Pintek, KoinPintar from KoinWorks, and DanaDidik.

Pintek’s co-founder & Managing Director Tommy Yuwono explained, in Indonesia 1 out of 4 children of high school graduates did not go to college, because the cost of education was expensive.

“In fact, the cost of education in Indonesia compared to the income per capita was 150% of GDP, whereas in America the cost of education compared to income per capita was only 51% of GDP,” Tommy said.

KoinWorks Co-Founder & CEO Benedicto Haryono said the same thing. Given the relatively high number of middle-class Indonesia and the limited number of scholarships each year, education loan services can be a solution to the inaccessibility of higher education costs in Indonesia.

“In addition, the Government also [should] provide full support so that the education loan program in Indonesia can be truly implemented. Moreover, the government development is currently focused on improving the quality of human resources towards “Advanced Indonesia”, where improvements in the quality of human resources can be pursued through good quality education,” Benedicto continued.

Education that is covered by educational loan platforms is not only limited to formal education such as tertiary institutions or vocational schools but also courses in various fields, such as programming, data science, business, to language courses.

The rise of loans for education funds are also subject to monthly installments or agreed upon, as well as the amount. There is also an ISA (Income Share Agreement) mechanism out there, a mechanism that allows loan payments by deducting salary. The amount and other things depend on the agreement in force.

Illegal fintech cases and the challenges ahead

The financial technology industry in Indonesia was hit by bad news, thanks to the actions of a number of unlicensed fintech companies entering the Indonesian market. This negative sentiment more or less has affected the whole industry, including the niche of educational loans.

Benedicto said that the rise of illegal fintech has an impact on the KoinWorks brand as a fintech company. However, he said as time passed by and the industry continues to grow, public understanding of fintech services is getting better. It was proven by the number of KoinWorks users in 2019 which increased 178% compared to the previous period.

Meanwhile, DanaDidik CEO Dipo Satria assessed that the rise of illegal fintech cases had an influence on people’s stigma on the fintech industry in Indonesia. To fight the negative stigma, Danadidik conducted a series of socialization in front of students and the campus.

“Fintech student loans such as DanaDidik which have been registered and supervised by the OJK may actually be an answer for students who want to study independently but somehow prohibited by expensive tuition fees. Campus and students stigma on loans (online loans) because illegal loans make potential borrowers worried,” Dipo said.

He also added that education funding is a new niche loan that many people do not know about, therefore, introducing products and industry to the general public is an important part of DanaDidik’s journey.

Public trust in the financial technology industry in Indonesia is also a special concern for Tommy. He said, all the owners of legal lending services, AFPI, and also the FSA are trying together to fight the illegal fintech case by educating the wider community. That became one of the main challenges to be fought together.

“In addition, there are negative perceptions of ‘loans’. In fact, not all loans are negative. For example, the loan service that Pintek provides is loans for investment. We make it easier for people to invest through education, which will be very useful for themselves in looking for work, help them meet the family, needs, also contribute to the country’s economy. So, not all loans are negative,” Tommy said.


Original article is in Indonesian, translated by Kristin Siagian