Tripal Pertemukan Wisatawan dan Aktivitas Wisata Lokal

Berangkat dari hobi dan pengalaman pribadi pendirinya, layanan peer-to-peer marketplace yang menghubungkan traveler dengan orang lokal Tripal diluncurkan. Masih kurangnya promosi aktivitas hingga tempat-tempat wisata yang diklaim Founder dan CEO Tripal Kevin Wu sebagai “anti mainstream” di Indonesia, merupakan salah satu alasan mengapa layanan yang bisa digunakan wisatawan lokal hingga asing tersebut didirikan.

Kepada DailySocial, Kevin Wu mengungkapkan, saat ini belum banyak startup hingga perusahaan yang menawarkan kegiatan wisata seperti itu. Kebanyakan OTA dan perusahaan terkait lainnya hanya menjual tiket pesawat, hotel dan aktivitas wisata yang sudah umum saja.

“Sebagai seorang traveler saya selalu mencari lokasi otentik termasuk wisata kuliner lokal, di sisi lain masih banyak pelaku usaha lokal yang terancam punah karena belum tersentuh teknologi dalam mempromosikan usahanya tersebut.”

Kevin menambahkan, konsep platform-nya diharapkan menawarkan sebuah pengalaman perjalanan yang personal, fleksibel, dan otentik.

Berencana meluncurkan aplikasi Tripal

Founder dan CEO Tripal Kevin Wu / DailySocial
Founder dan CEO Tripal Kevin Wu / DailySocial

Hingga saat ini Tripal telah memiliki sekitar 5700 pengguna, sementara “Pal” atau pemandu wisata lokal yang sudah terdaftar dari 19 provinsi di Indonesia sudah berjumlah 300 orang.

“Sebagai ‘Pal’ Anda tidak perlu sebagai professional tour guide untuk bisa bergabung di Tripal. Siapa saja bisa mendaftar yang penting sudah berusia 18 tahun ke atas, bisa mahasiswa, pekerja freelance, fotografer, pecinta alam, pekerja seni, guru, dan lainnya,” kata Kevin.

Pengguna yang ingin mendapatkan paket wisata unik dari Tripal bisa langsung mendaftarkan diri dan memilih paket yang sesuai. Nantinya pesanan Anda akan diteruskan kepada orang lokal terkait dengan bayaran yang telah ditetapkan. Usai wisata dilakukan, pengguna diminta untuk memberikan testimoni atau ulasan terkait dengan lokasi yang sudah dikunjungi, sebagai rekomendasi kepada pengguna berikutnya.

“Hal ini sangat bertolak belakang dengan kebutuhan wisatawan ‘jaman now’ yang menginginkan perjalanan personal (sendiri atau dengan group kecil), fleksibel dalam menentukan jadwal, dan otentik bukan lagi tempat wisata mainstream  yang ada,” kata Kevin.

Saat ini Tripal hanya bisa diakses di situs atau mobile browser, namun akhir bulan Febuari mendatang Tripal berencana meluncurkan aplikasi mobile untuk platform Android dan iOS. Target lainnya yang ingin dicapai oleh Tripal adalah menambah jumlah lokasi layanan hingga 34 provinsi.

Fokus Ekspansi Bisnis di Indonesia, RedDoorz Tunjuk Direksi Baru

Untuk memperkuat bisnisnya di Indonesia, hari ini platform pemesanan online hotel budget, RedDoorz, mengumumkan penunjukan anggota dewan direksi dan dewan penasihat, yakni Bhanu Chopra sebagai Direktur Independen dan Philip Wolf sebagai Penasihat Dewan.

Dalam rilisnya disebutkan langkah strategis ini dilakukan demi melancarkan rencana RedDoorz mengembangkan bisnis di Indonesia selama 2 tahun terakhir yang saat ini telah memiliki operasional di 10 kota di Indonesia, dan akan berekspansi ke sembilan kota lainnya selama dua belas bulan ke depan.

“Duduk di Dewan RedDoorz, pengalaman dari keduanya akan terbukti penting dalam membantu kami membentuk strategi ekspansi dari kota ke kota, sejalan dengan perluasan operasional RedDoorz di Indonesia dan untuk ke depannya mengaplikasikan model ini ke negara-negara lain di Asia Tenggara,” kata Founder & CEO, RedDoorz Amit Saberwal.

Ditambahkan oleh Amit, Indonesia telah menjadi titik awal yang penting bagi RedDoorz. Dengan menekankan pada program pelatihan keahlian bagi mitra (hotel budget kelas menengah, properti independen, dan penginapan) serta menciptakan pengalaman unik untuk menarik tamu, RedDoorz secara aktif telah menggapai ke lebih dari 130 juta konsumen yang sadar teknologi dari total 250 juta penduduk Indonesia.

“Melalui Upaya ini telah menghasilkan sebuah model yang berkelanjutan bagi hotel untuk memastikan okupansi,” kata Amit.

Berdiri sejak tahun 2015, RedDoorz telah membantu para pelaku bisnis perhotelan dan pemilik penginapan untuk mengiklankan properti mereka melalui platform yang responsif, yang memungkinkan mereka untuk menjangkau pasar yang lebih luas, meningkatkan distribusi, membangun brand serta memiliki standar operasional yang efisien.

Sesuai dengan Rencana, RedDoorz selanjutnya akan memperluas layanan ke tujuh kota di Indonesia, di antaranya adalah Aceh, Balikpapan, Batam, Lombok, Makassar, Manado, Medan, Palembang dan Solo. Hingga kini, RedDoorz telah melayani lebih dari setengah juta tamu di Indonesia.

Application Information Will Show Up Here

Zen Rooms Accepts Payment via Alfamart and Indomaret

Following the launch of hotel direct payment, Zen Rooms, a franchise budget
accomodation company, is back with a new payment option using the biggest
modern retail company in Indonesia, PT Sumber Alfaria Trijaya Tbk (Alfamart
Group) and PT Indomarco Prismatama (Indomaret Group).

In the release, the strategic partnership is said to be done after seeing
customer interest to make payment at various retail merchants and increasing
growth of mini market segment by 11% since 2015.

Jafar Jafarov, Zen Rooms Indonesia’s Country Manager, said the
opportunity is used to build strategic partnership with two
biggest modern retail companies in Indonesia.

“We are committed to help consumer in finding the right hotel on budget and also to improve our services. One of which is adding new option
for the latest payment system,” he explained.

“Pay at Supermarket” Feature

Customers with no bank account, credit card, or other digital payment options
may take advantage of this direct payment after making reservation on Zen
Rooms website or app. By choosing Pay at Supermarket method, consumer can opt to pay in Alfamart Group (Alfamart, Lawson, Dan+Dan, Alfamidi, AlfaExpress) or Indomaret.

Zen Rooms will send confirmation email and booking code after the payment
successfully made.

“Alfamart and Indomaret is two great players of supermarket segment. It will
be an easier option for consumer on paying its reservation at Zen Rooms,” Jafarov added.

In 2018, Zen Rooms plans to expand its services to several regions in Indonesia and Asia.


Original article is in Indonesian, translated by Kristin Siagian

Application Information Will Show Up Here

Dinamika yang Terjadi di Sektor Travel Selama Tahun 2017

Sepanjang tahun 2018 banyak perkembangan menarik di sektor pariwisata, terutama yang menyasar kepada Online Travel Agent (OTA). Sebagai salah satu industri yang menunjukkan peningkatan, bahkan mengalahkan layanan e-commerce berdasarkan laporan dari Bain & Company, disebutkan penjualan tiket pesawat, hotel, penyewaan tempat tinggal sementara hingga tiket untuk acara dan atraksi wisata menjadi pilihan orang banyak dan paling populer.

Memasuki tahun 2018 diperkirakan industri OTA dan terkaitnya makin menunjukkan kompetisi yang sengit, dengan diakuisisinya Tiket oleh Blibli, hingga status unicorn dari Traveloka. Berikut adalah rangkuman peristiwa sepanjang tahun 2017 di sektor OTA Indonesia.

Januari 2017

Awal tahun belum banyak aktivitas yang berarti di sektor pariwisata dan OTA di tanah air. Namun demikian mulai banyak bermunculan beberapa startup baru yang mencoba untuk menghadirkan layanan penyediaan travel dan hotel. Di antaranya adalah peluncuran Tinggal, startup yang menjajakan hotel-hotel independen dengan harga bersaing saat ini telah menawarkan lebih dari 400 hotel sejak pertama kali beroperasi awal tahun lalu. Tinggal ingin terus berbenah untuk bisa menjembatani kesenjangan antara banyaknya hotel budget dengan konsumen melalui teknologi yang inovatif.

Februari 2017

Di bulan kedua tahun 2017, layanan penyedia kamar hotel ekonomis NIDA Rooms mendapatkan pendanaan seri A senilai $5,6 juta dari Shanda Group dan beberapa investor Asia Tenggara lainnya. Dengan pendanaan ini, artinya NIDA Rooms telah membukukan total pendanaan senilai $11 juta. Investasi ini akan difokuskan untuk memperluas kerja sama dan jaringan hotel serta meningkatkan kapabilitas teknologi NIDA Rooms.

Sementara itu kerja sama strategis juga mulai marak hadir, dengan diumumkannya kemitraan antara ZEN Rooms dan Tokopedia memberikan harga istimewa untuk pengguna di Indonesia yang membeli tiket kereta api melalui desktop atau aplikasi mobile Tokopedia, kemudian secara otomatis akan mendapatkan diskon hingga 30% untuk pemesanan hotel di ZEN Rooms.

Maret 2017

Sebagai pemain yang cukup dominan di sektor travel dan pariwisata, awal bulan Maret 2017 lalu, Traveloka mengumumkan kerja sama strategisnya dengan PT KAI. Layanan yang sudah hadir sejak akhir tahun 2016 ini, diklaim mendapatkan sambutan baik dari pengguna Traveloka, yang ingin mendapatkan tiket kereta api langsung melalui aplikasi.

Di bulan yang sama Bukalapak juga tidak mau ketinggalan, dan mengumumkan kerja sama strategisnya dengan PT KAI dalam hal pembelian tiket kereta api melalui Bukalapak. Sebelumnya Tokopedia telah terlebih dulu memiliki kanal pembelian tiket kereta api.

Bulan Maret 2017 juga diramaikan dengan kehadiran HelloWings yang menyediakan perbandingan harga tiket maskapai di level pasar LCC (Low Cost Carrier).

April 2017

Memasuki bulan April 2017 penyedia akomodasi budget hotel di Indonesia RedDoorz mengumumkan keberhasilannya dalam meraih pendanaan sebesar $1 juta (atau senilai Rp13,3 miliar) dari InnoVen Capital yang merupakan joint venture dari Temasek Holding Singapura dan Bank UOB. Ini menjadi pendanaan lanjutan setelah sebelumnya RedDoorz membukukan pendanaan seri A tahun 2016 yang dipimpin oleh Asia Investment Fund, World Bank Group dan Jungle Ventures.

Sementara itu di bulan yang sama, ZEN Rooms mengumumkan perolehan pendanaan seri A. Pendanaan tersebut diperoleh dari investor Redbadge Pacific dan SBI Investment Korea, turut berpartisipasi juga Asia Pacific Internet Group (APACIG). Nilai yang digelontorkan mencapai $4,1 juta atau setara dengan Rp54,4 miliar. Pendanaan tersebut melambungkan nilai ekuitas perusahaan menjadi $8 juta.

Di akhir bulan April 2017 StubHub, marketplace jual beli tiket asal Amerika Serikat, mengumumkan ekspansinya ke Indonesia dengan menggandeng Kaskus sebagai mitra eksklusif untuk pengadaan konten. Lewat kerja sama ini, Kaskus akan memberikan konten terkait event terkini yang dapat diakses melalui widget StubHub di Kaskus, untuk mendorong transaksi jual beli tiket.

Mei 2017

Di pertengahan bulan Mei 2017, DailySocial secara eksklusif memberitakan tentang adanya rencana akuisisi dari GDP Venture terhadap lebih dari 50% saham startup travel Tiket. Tiket adalah startup yang dibangun Wenas Agusetiawan, Gaery Undarsa, Dimas Surya, dan Natali Ardianto. Sejak awal dibangun di tahun 2011, Tiket termasuk startup yang tidak pernah mencari pendanaan lanjutan dari investor. Dana awalnya diperoleh dari angel investor tunggal yang kabarnya termasuk keluarga pemilik EMTEK.

Sementara itu layanan OTA Pegipegi merayakan HUT mereka yang ke 5. Selain melakukan transformasi Pegipegi juga berniat untuk meningkatkan layanan dan teknologi mereka agar bisa bersaing dengan Traveloka dan Tiket.

Juni 2017

Setelah sempat diberitakan sebelumnya oleh DailySocial, pada bulan Juni akhirnya diumumkan akuisisi 100% Blibli terhadap layanan OTA Tiket. Hal tersebut akhirnya dikonfirmasi melalui acara pengumuman akuisisi 100% saham Tiket oleh Blibli, salah satu perusahaan di bawah naungan Global Digital Prima (GDP) Venture. Fokus dari Tiket selanjutnya adalah lebih kepada penjualan, teknologi dan akuisisi pelanggan.

Di bulan yang sama, Traveloka mengumumkan penjualan tiket masuk tempat rekreasi. Layanan yang dinamai Aktivitas & Rekreasi ini memberikan kesempatan pengguna Traveloka membeli tiket tempat wisata di genggaman mereka, baik melalui web maupun melalui aplikasi. Selain tempat wisata domestik, Traveloka juga menawarkan untuk kawasan internasional seperti Universal Studios Singapore, Hong Kong Disneyland, Legoland Malaysia, hingga tiket F1 Singapore Grand Prix 2017.

Sementara itu Pegipegi juga mengumumkan kehadiran CEO baru, Takeo Kojima, yang masih dari kalangan eksekutif Recruit Holdings. Takeo menggantikan Hideki Yamada yang baru menjabat selama satu tahun. Kendati kerap berubah, Deputy CEO PegiPegi Ryan Kartawidjaja memastikan kepemimpinan Takeo bakal mendukung ambisi perusahaan untuk menjadi pemain OTA terbaik di Indonesia.

Untuk menambah wawasan pembaca terkait dengan aplikasi budget hotel di Indonesia, DailySocial juga meluncurkan laporan terkait dengan hal tersebut, yang bisa diunduh secara gratis.

Juli 2017

Setelah menguasai pasar OTA di Indonesia, sekitar akhir bulan Juli 2017 lalu, Traveloka mendapatkan pendanaan sebesar $350 juta (lebih dari 4,6 triliun Rupiah) dari Expedia. Selain dari Expedia, dalam setahun terakhir Traveloka secara total sudah mendapatkan dana $500 juta (lebih dari 6,6 triliun Rupiah) dari East Ventures, Hillhouse Capital Group, JD.com, and Sequoia Capital.

Menurut The Information, yang pertama kali memberitakan informasi ini, Traveloka kini bervaluasi lebih dari $2 miliar dan menjadikannya startup unicorn pertama di industri travel online Indonesia. Nilai valuasinya di Indonesia hanya kalah dari Go-Jek yang disebutkan mencapai $3 miliar pasca perolehan pendanaan dari Tencent.

Di bulan yang sama Triprockets salah satu layanan marketplace yang mencoba untuk menghadirkan marketplace aktivitas, kegiatan, dan tempat wisata yang unik resmi meluncur di tanah air. Startup yang didirikan Raymond Iskandar selaku CMO ini menerapkan cara yang sama dilakukan oleh Airbnb, yaitu sharing economy antar pengguna. Triprockets disebutkan didirikan demi memberikan alternatif pilihan kegiatan wisata yang unik baik di Indonesia maupun negara lainnya.

Agustus 2017

Sementara itu di bulan Agustus 2017, Tiket pasca Blibli masuk sebagai pemegang saham baru, Tiket mulai kebut mengakselerasi pertumbuhan bisnisnya dimulai dari merekrut developer berkualitas. Talenta tersebut nantinya akan diarahkan menyempurnakan aplikasi Tiket, sehingga dapat menggenjot transaksi baru dari sana. Tiket menargetkan tahun ini secara bisnis keseluruhan dapat tumbuh 250 persen dibandingkan sebelumnya.

September 2017

Setelah resmi meluncur awal tahun 2017 lalu, layanan Pemesanan Hotel Budget Tinggal dikabarkan Tutup Layanan. Tinggal didirikan di awal tahun 2016 dengan dukungan pendanaan $1 juta dari sejumlah investor, termasuk CEO Wudstay Prafulla Mathur. Wudstay adalah layanan serupa yang beroperasi di India.

Oktober 2017

Memasuki bulan Oktober 2017, ZuzuHOTELS setelah sempat meluncurkan layanan online hospitality di Indonesia bulan November 2016 lalu, memutuskan menghentikan layanan hotel budget mereka di Indonesia dan kemudian hanya fokus kepada hotel budget di Taiwan. Keputusan ini diambil co-founder Vikram Malhi dan rekannya yang sama-sama memiliki pengalaman bekerja di Expedia, Dan Lynn, setelah menjalankan bisnis dan mendapatkan pendanaan awal dari angel investor beberapa waktu yang lalu.

Situs penyedia paket wisata Tripvisto dikabarkan menutup layanannya. Didirikan Bernardus Sumartok, yang sebelumnya juga sempat menutup bisnis serupa, Flamingo, Tripvisto sendiri sempat mengalami pertumbuhan bisnis yang positif dengan merekrut anggota tim yang cukup banyak, pindah ke kantor yang lebih besar, hingga menghadirkan ribuan perjalanan wisata lokal hingga mancanegara.

Sementara itu Traventure merupakan sebuah marketplace yang mencoba menemukan para kreator wisata dengan para pencari kreasi wisata baru di Indonesia resmi hadir di Indonesia. Traventure ini tak ubahnya tempat transaksi dan berbagi pengalaman berwisata, bedanya mereka mengemasnya dalam paket bisnis wisata.

November 2017

Setelah diakuisisi bulan Juni 2017, secara resmi manajemen baru dari Tiket mengumumkan rencana rebranding aplikasi dengan mengubah tampilan dan logo jadi lebih fresh dan modern, serta menambah fitur baru untuk kenyamanan transaksi. Perusahaan ingin fokus menyasar pada dua hal yakni meningkatkan brand awareness dan perbaikan produk.

Selain itu, Tiket akan lebih serius menggarap dua produknya, yakni rental mobil dan booking hotel. Untuk produk rental mobil, perusahaan telah bermitra dengan penyedia jasa rental yang tersebar di 50 kota di seluruh Indonesia. Dibandingkan produk lainnya, bisnis rental mobil tumbuh tertinggi hingga 3 ribu persen dibandingkan tahun sebelumnya.

Sementara itu layanan e-commerce yang menyajikan barang-barang dengan jaminan orisinal, JD.id, merilis fitur teranyarnya. Seakan tak mau ketinggalan dengan pemain e-commerce lain di Indonesia, JD.id menghadirkan kanal pembelian tiket pesawat. Berjuluk JD Flight, fitur ini hadir dengan dukungan penuh dari Traveloka. Induk perusahaan JD.id, JD.com, merupakan investor di Traveloka.

Masih di bulan November, RedDoorz, platform pemesanan online hotel budget, mengungkapkan telah mendapat investasi lanjutan untuk mengembangkan pasarnya di Indonesia. Hanya saja, pengumuman ini tidak diungkap secara langsung, baik dari siapa VC yang mendanainya dan nilai investasi yang didapat perusahaan.

Desember 2017

Menjelang akhir tahun, pengumuman tentang akuisisi kembali mencuat. Kali ini giliran Indonesia Flight yang sebelumnya dikenal sebagai “sister company” dari Tiket. Akuisisi tersebut juga dilakukan oleh Blibli. Dengan kepemilikan Tiket dan Indonesia Flight di dalam lini bisnis Blibli, disampaikan akan banyak aktivitas strategis yang akan digaungkan pada tahun 2018 mendatang untuk lanskap travel di Indonesia.

Blue Bird and Traveloka Launch Airport Transportation Service

Today (12/19), Traveloka and Blue Bird Group announces strategic partnership for airport transportation in 10 cities in Indonesia (Jakarta, Surabaya, Bandung, Bali, Lombok, Solo, Semarang, Yogyakarta, Medan, and Manado). The partnership to provide Traveloka and Blue Bird customer with easy access in getting a ride to the airport and from the airport to home or other destinations.

Traveloka’s Senior Vice President Business Development Caesar Indra said, this partnership is held based on the mutual vision and mission of Blue Bird and Traveloka.

“In Traveloka, we did not choose just any partner to expand business and develop a new service. Beyond the reason, this partnership is expected to be a new option for Traveloka users.

It is now available in mobile app for Android, with availability in iOS  is soon to be announced. User may choose the airport transportation feature. They will be directed to the pick-up options to match the flight arrival time, total passenger and flight number. By calculating All-in (toll & gas) fare, user is claimed to get convenient and flat fares.

“We categorized this as premium service with car selection in vary and easy in-app reservation,” said Indra.

Obtaining specific license from airport

Unlike other online transportation which still in “hiding” from airport security while picking up passenger, Traveloka and Blue Bird’s airport transportation has obtained official license of Blue Bird Group. It provides safe and guaranteed reservation from and to the airport.

Regarding the reason behind Traveloka selection as partner, unlike Go-Jek which already added Blue Bird reservation in its app, Blue Bird’s Director Sigit Priawan Djokosoetono explained, it is done intentionally to provide variety of service.

“Even though already partnered with Go-Jek, we intentionally choose Traveloka for airport transportation service to provide different options. For those who want to make taxi reservation can use Go-Jek app while those who need private car for airport transportation can use Traveloka app.”

Through this partnership, Blue Bird provides two transportation service options namely airport transfer by Golden Bird with many car types such as Avanza, Innova, Camry and Alphard.

“Users in group may order a service to take them from one point to the next destination,” said Djokosoetono.


Original article is in Indonesian, translated by Kristin Siagian

Application Information Will Show Up Here

Blue Bird dan Traveloka Luncurkan Layanan Transportasi Bandara

Hari ini, (19/12), Traveloka dan Blue Bird Group mengumumkan kerja sama strategisnya dalam hal pemesanan langsung transportasi bandara di 10 kota di Indonesia (Jakarta, Surabaya, Bandung, Bali, Lombok, Solo, Semarang, Yogyakarta, Medan, dan Manado). Kerja sama ini dijalin untuk memberikan kemudahan serta kenyamanan bagi pengguna Traveloka dan Blue Bird mendapatkan transportasi menuju ke bandara dan dari bandara menuju rumah atau tujuan lainnya.

Kepada media, Senior Vice President Business Development Traveloka Caesar Indra mengungkapkan, kerja sama ini dijalin berdasarkan adanya kesamaan visi dan misi Blue Bird dan Traveloka.

“Kita di Traveloka tidak sembarangan memilih mitra untuk memperluas bisnis dan menciptakan layanan baru. Karena alasan itulah kemitraan dengan Blue Bird Group ini diharapkan bisa menjadi pilihan baru bagi pengguna Traveloka.”

Sudah tersedia di aplikasi mobile untuk versi Android dan menyusul di iOS, pengguna bisa memilih fitur Transportasi bandara. Pengguna akan diarahkan kepada pilihan untuk penjemputan menyesuaikan dengan waktu tiba pesawat, jumlah penumpang dan nomor pesawat. Dengan perhitungan tarif All-In (tol, bahan bakar) pengguna diklaim bakal mendapatkan harga yang sesuai dan flat (tetap).

“Kami mengkategorikan layanan ini sebagai layanan premium dengan pilihan mobil yang beragam dan kemudahan pemesanan langsung dari aplikasi,” kata Ceesar.

Mengantongi ijin khusus dari bandara

Berbeda dengan transportasi online lainnya yang hingga kini masih harus “bersembunyi” dari pihak keamanan bandara saat menjemput penumpang di bandara, layanan transportasi bandara Traveloka dan Blue Bird ini telah mengantongi ijin resmi untuk beroperasi di bandara, memanfaatkan ijin yang sudah dimiliki oleh Blue Bird Group. Hal tersebut memberikan kepastian dan keamanan lebih saat melakukan pemesanan menuju bandara dan arah pulang dari bandara.

Disinggung tentang alasan mengapa memilih Traveloka sebagai mitra, bukan Go-Jek yang saat ini sudah menyediakan pemesanan taksi Blue Bird melalui aplikasinya, Direktur PT Blue Bird Sigit Priawan Djokosoetono menyebutkan, hal tersebut sengaja dilakukan untuk memberikan layanan yang beragam.

“Meskipun kami sudah bermitra dengan Go-Jek namun untuk layanan transportasi bandara ini sengaja kami lakukan dengan Traveloka demi memberikan pilihan layanan yang berbeda. Untuk pengguna yang ingin memesan taksi bisa memanfaatkan aplikasi Go-Jek sementara untuk transportasi bandara jenis mobil pribadi bisa memanfaatkan aplikasi Traveloka.”

Melalui kerja sama ini Blue Bird menyediakan dua opsi layanan transportasi, yaitu layanan airport transfer dengan Golden Bird dan berbagai tipe mobil seperti Avanza, Inova, Camry, Alphard.

“Untuk pengguna dalam group bisa memesan layanan yang akan mengantar dari satu poin ke poin selanjutnya,” kata Sigit.

Application Information Will Show Up Here

Pegipegi is Now Open For Third-Party Funding

Pegipegi, Indonesia’s OTA company, is said to open opportunity for third-party funding in strengthening its existence among tight competition in OTA market. They currently in early stage and yet to decide which investors to partner with.

“We begin to open for third-party funding, just a small talk though, still uncertain [to get investment] and will determine the next strategy,” Ryan Kartawidjaja, Pegipegi’s Deputy CEO, said on Tuesday, (12/5).

He thought, it is possible for Recruit Holdings, Pegipegi’s parent company, to split share with new investors. Despite the option, Kartawidjaja not specifically said on when will the investment realization be done.

Kartawidjaja statement, is somewhat different from past interview with Pegipegi’s CEO Takeo Kojima. Kojima previously said Recruit Holdings is fully committed in investing.

Currently, Pegipegi claims to have doubled its overall development over the past year. Highest contribution comes from hotel room, followed by flight and train tickets booking. Most transaction is done by Pegipegi app with 70%-80% contribution.

Five most-search cities of Pegipegi users are Jakarta, Bandung, Yogyakarta, Bali and Surabaya. Those five contribute in nearly 50% of Pegipegi transaction.

For 2018, Pegipegi targets equal growth as this year. One way to make it happen is launching international flight tickets, rebranding new logo and selecting Pevita Pearce as brand ambassador.

“We’re rebranding logo and vision. The point is to be a fun traveling partner providing information of top destinations. Unlike other players, we want to provide information about travelling in Indonesia, the goal is to make it easier for traveller in getting information. Furthermore, Pegipegi will strengthen the CS team,” said Kartawidjaja.


Original article is in Indonesian, translated by Kristin Siagian

Application Information Will Show Up Here

Rencana MarlinBooking Jadi Platform Lengkap Urusan Kapal dan Maritim

Indonesia sebagai negara kepulauan memang cukup menarik untuk bisnis di sektor perkapalan. MarlinBooking adalah salah satu bisnis baru yang coba memanfaatkan hal tersebut dengan pendekatan digital. MarlinBooking hadir dengan wujud sebuah platform yang menyediakan layanan pemesanan kapal ferry dan beberapa layanan lainnya. Tak hanya sektor B2C, MarlinBooking juga siap merambah sektor B2B.

MarlinBooking saat ini tengah berusaha melengkapi dan melebarkan sayap mereka untuk menjadi platform lengkap yang menangani seputar kapal dan pelabuhan. Selain sistem pemesanan tiket kapal, Marlin Booking juga menyediakan sistem E-KiosK yang memungkinkan pengguna mendapatkan boarding pass melalui e-kiosk di pelabuhan-pelabuhan. Diharapkan dengan pendekatan yang dilakukan Marlin Booking, proses pemesanan kapal ferry bisa seperti proses pemesanan tiket pesawat di kota-kota besar di Indonesia.

Sistem pemesanan milik MarlinBoking
Sistem pemesanan milik MarlinBoking

“MarlinBooking merupakan sebuah platform yang menyediakan layanan booking ferry / kapal kepada perusahaan-perusahaan yang ingin menjual produk ferry di dalam sistem mereka. Sekarang ini MarlinBooking dalam tahapan integrasi dengan PELNI (perusahaan pelayaran nasional Indonesia), dan 6 perusahaan distribusi Marlin seperti M-Cash, Bimasakti, Paytren, E-Loket, Litebig dan PEMKO Batam. Jadi setelah siap integrasi dengan 6 perusahaan distribusi tersebut, ke depan customer seluruh Indonesia yang ingin booking tiket kapal tidak hanya bisa dilakukan lewat aplikasi atau website MarlinBooking tetapi juga lewat aplikasi partner distribusi kita,” terang CEO MarlinBooking Ali Sadikin kepada DailySocial.

Menerka masa depan MarlinBooking

MarlinBooking saat ini bisa dibilang menjadi startup pertama yang fokus ke sistem pemesanan kapal ferry di Indonesia. Persaingan bisa dibilang masih minim. Persaingan yang sada aat ini adalah menghadapi agen penjual tiket kapal secara konvensional. Meskipun demikian, Ali mengantisipasi persaingan yang mungkin hadir jika pemain OTA kenamaan Indonesia mulai menjual tiket kapal. Untuk yang satu ini, MarlinBooking sudah menyiapkan strategi, di antaranya mulai membuka model B2B (business to business).

Selain model bisnis, MarlinBooking juga tengah menyiapkan layanan-layanan lain seperti layanan food & beverage dalam kapal, layanan penyewaan yacht, marketplace untuk travel kit seperti alat pancing dan perlengkapan lain yang berhubungan dengan laut, dan juga integrasi dengan perusahaan logistik.

“Sebenarnya dari awal kita sudah kepikiran permasalahan yang sama. Oleh karena itulah kita mentransformasi bisnis model kita yang awalnya B2C (aplikasi/website) ke B2B (Platform). Jadi MarlinBooking bukan lagi hanya sebuah perusahaan retail, tetapi kita juga di posisi sebagai penyuplai atau penyedia layanan booking ferry atau kapal dari semua operator kapal atau ferry kepada perusahaan-perusahaan retail lainnya,” ungkap Ali.

Application Information Will Show Up Here

Strategi Startup Perjalanan Wisata dan Aktivitas Lokal, Belajar dari Penutupan Tripvisto

Ditutupnya salah satu layanan marketplace aktivitas dan perjalanan wisata Tripvisto sekitar bulan Oktober lalu menyisakan sebuah pertanyaan besar. Ada apa dengan bisnis ini yang memiliki potensi cerah dengan target pasar yang menggiurkan, terutama kalangan millennial.

Tripvisto merupakan startup yang fokus dengan bisnis ini sejak tahun 2014 dan telah menerima pendanaan dalam jumlah relatif besar ($1 juta di putaran pendanaan terakhirnya) dan didukung investor ternama (East Ventures, Gobi Partners).

Didirikan Bernardus Sumartok, yang sebelumnya juga sempat menutup bisnis serupa, Flamingo, Tripvisto sendiri sempat mengalami pertumbuhan bisnis yang positif dengan merekrut anggota tim yang cukup banyak, pindah ke kantor yang lebih besar, hingga menghadirkan ribuan perjalanan wisata lokal hingga mancanegara.

Kerasnya bisnis di sektor ini akhirnya mendorong Tripvisto untuk tidak meneruskan bisnisnya. DailySocial sendiri belum memperoleh konfirmasi langsung dengan Sumartok, namun pandangannya soal sektor marketplace perjalanan wisata bisa disimak di video liputan DScussion #59 kami.

Sektor yang terlalu fragmented

Di Indonesia sendiri saat ini cukup banyak startup serupa yang mencoba menghadirkan marketplace aktivitas dan perjalanan wisata lokal hingga asing.

Salah satu startup yang baru saja meluncurkan layanan serupa adalah Triprockets. Startup ini menerapkan cara yang sama dilakukan Airbnb, yaitu sharing economy atau ekonomi berbagi antar pengguna. Triprockets disebutkan didirikan demi memberikan alternatif pilihan kegiatan wisata yang unik baik di Indonesia maupun negara lainnya.

Terkait dengan kegagalan yang dialami layanan serupa, CMO Triprockets Raymond Iskandar mengungkapkan hal tersebut cukup mengejutkan namun menyadari bahwa sektor tours and activities mungkin bisa dikatakan sebagai satu-satunya ladang hijau di dalam industri pariwisata.

“Tapi namanya sebuah ladang yang hijau, itu juga berarti banyak hal yang masih harus dilakukan. Jadi bukannya tidak mungkin dalam 5 tahun ke depan kita masih membangun blok pondasi dasar buat bisnis kita.”

Raymond melanjutkan sektor ini terbilang masih sangat fragmented. Ada ribuan perusahaan operator kecil menengah yang tersebar di seluruh dunia. Hal tersebut yang menyulitkan bisnis untuk dapat bertindak sebagai agregator dalam satu website. Berbeda halnya dengan industri lain di segmen ini, seperti hotel atau penerbangan (OTA). Saat ini menjual produk mereka relatif lebih mudah secara online dengan data yang telah tersedia.

“Sedangkan dalam kategori tour dan aktivitas tidak semudah itu, karena mencakup segala hal-hal kecil mulai dari multi-day tour, tour harian, tour jalan kaki, bersepeda, kelas memasak hingga harga tiket masuk taman hiburan. Jadi bisa dibayangkan bagaimana sulitnya membuat mereka terhubung dan ‘berbicara dalam bahasa yang sama’, mengkategorikan mereka dalam satu kategori yang konsisten saja sudah merupakan tantangan tersendiri,” kata Raymond.

Model bisnis yang terlalu “luas”

Sementara bagi Traventure, marketplace yang mencoba menemukan para kreator wisata dengan para pencari kreasi wisata baru di Indonesia, melihat fenomena yang terjadi untuk Tripvisto adalah karena terlalu luasnya layanan yang dihadirkan. Tripvisto dianggap kesulitan untuk fokus menjual paket.

“Sedangkan Traventure berangkat sebagai antitesisnya, kami berangkat dengan visi mengumpulkan dan mengaktifkan setiap orang di indonesia untuk bisa membuat dan menampilkan paket trip kreasi mereka sendiri. Kami menyebutnya bottom-up approach. Kami ingin koleksi kami mirip dengan Tripvisto, kaya dan beragam. Tapi juga dimiliki oleh banyak pihak (marketplace) dan koleksinya alternatif,” kata Co-Founder Traventure Bondan Sentanu Mintardjo kepada DailySocial.

Kendala lain yang masih dihadapi bisnis ini adalah sulitnya mengkuantifikasi harapan market (online) akan produk yang abstrak seperti experience dan activity yang menjadi komoditas di sini.

“Pergeseran gaya hidup (yang berhubungan dengan gap generasi) juga harus dipelajari secara detil untuk memastikan dengan jelas demografi market yang mau disasar, karena sifat dan kebutuhannya beda satu dengan lainnya,” kata Bondan.

Ciptakan mindset survive, kreatif dan beradaptasi

Baik Triprockets dan Traventure hingga kini masih berusaha untuk menemukan momentum yang tepat agar bisnis bisa tumbuh dengan cepat. Untuk itu salah satu kunci kesuksesan yang mereka yakini adalah bertahan dan lebih kreatif. Keduanya melihat segmen bisnis ini menjadi sangat ideal dan sudah sangat tepat diluncurkan saat ini menargetkan kalangan millennial yang menggemari kegiatan wisata unik dan menarik.

“Sebetulnya menurut saya, saat ini adalah saat yang paling baik untuk sektor ini di mana dengan menurunnya generasi baby boomers yang sebelumnya mendominasi pasar travel dunia, akan semakin memudahkan kita untuk penetrasi pasar oleh generasi yang lebih muda,” kata Raymond.

Sementara menurut Bondan, agar bisnis bisa survive, idealnya startup yang berencana untuk menjalankan bisnis serupa bisa tampil lebih kreatif, Jangan mendikte market dengan koleksi trip “usang”.

“Bisnis wisata adalah bisnis kreatif dan sustainable, maka hargai nature bisnis ini dengan cara yang sama. Traventure sendiri masih dalam perjalanan menuju ke arah tersebut, jalan terjal dan berliku masih harus ditempuh, dan meminjam semangat traveling, di situ letak keseruannya,” kata Bondan.

Hal lain yang digarisbawahi adalah kemampuan untuk beradaptasi dan menghindari untuk terlalu “mencintai” model bisnis yang dimiliki. Mereka juga harus fokus ke tujuan akhir startup, yaitu memberi pelanggan apa yang mereka inginkan terlepas dari model bisnis yang dimiliki.

“Bahkan sebuah perusahaan raksasa saja akan gagal kalau kita tidak mampu berubah dan beradaptasi. Triprockets dulu memulainya dengan menjual tiket atraksi, aktivitas dan tours dengan pola two-sided B2C marketplace yang saya rasa sama persis dengan konsep Tripvisto. Tapi di perjalanan it just turned out this peer-to-peer marketplace was the best way to serve great activity experiences untuk pelanggan kami. If this hadn’t worked out then keep adapt your business model,” kata Raymond.

Hal senada diutarakan Bondan dengan bisnis paket wisata unik yang dijalankannya. Meskipun masih berusia belia, namun Bondan dan tim percaya bisnis ini akan mengalami pertumbuhan yang positif nantinya.

“Hipotesis yang kita percaya, dan selama berjalannya Traventure ini masih konsisten, adalah bagaimana memberikan “rasa manusia” kepada platform aplikasi kita, bukan sekedar etalase kaku. Karena kembali lagi, yang kita jual adalah experience yang hubungannya dengan pemenuhan rasa/spritualitas pembeli,” kata Bondan.

Pegipegi Mulai Buka Opsi Pendanaan dari Pihak Luar

Perusahaan OTA Pegipegi mengungkapkan mulai membuka opsi pendanaan dari pihak luar untuk memperkuat eksistensinya di tengah persaingan yang ketat di pasar OTA di Indonesia. Saat ini disebutkan mereka masih dalam tahap awal sehingga belum ditetapkan siapa investornya.

“Kami mulai membuka opsi penerimaan investasi dari pihak luar, tapi baru sekadar ngobrol-ngobrol saja, sehingga kami masih belum bisa open iya atau tidaknya [menerima investasi] karena itu akan menentukan strategi kita ke depannya bagaimana,” terang Deputy CEO Pegipegi Ryan Kartawidjaja, Selasa (5/12).

Menurutnya, tidak menutup kemungkinan induk usaha PegiPegi, Recruit Holdings, akan melepas sebagian kepemilikan sahamnya kepada investor baru. Meski membuka opsi, Ryan tidak menuturkan lebih detil kapan realisasi investasi mulai dilakukan.

Pernyataan Ryan ini, bergeser dari wawancara terdahulu dengan CEO Pegipegi Takeo Kojima. Takeo sebelumnya menuturkan Recruit Holdings berkomitmen penuh untuk terus menyuntukkan dana investasi. Karena ada komitmen tersebut, Pegipegi tidak membuka peluang untuk mengundang investor dari pihak luar.

Saat ini Pegipegi mengklaim telah tumbuh dua kali lipat secara keseluruhan dibandingkan tahun sebelumnya. Kontributor tertinggi berasal dari bisnis pemesanan tiket hotel, kemudian disusul tiket pesawat, dan kereta api. Transaksi sebagian besar dilakukan dari aplikasi PegiPegi dengan kontribusi sekitar 70%-80%.

Lima kota yang paling banyak dicari pengguna Pegipegi adalah Jakarta, Bandung, Yogyakarta, Bali dan Surabaya. Kelima kota tersebut berkontribusi hampir 50% dari seluruh bisnis PegiPegi.

Untuk tahun depan Pegipegi menargetkan pertumbuhan yang sama dengan tahun ini sebanyak dua kali lipat. Cara yang akan dilakukan salah satunya dengan meluncurkan tiket penerbangan untuk rute luar negeri, rebranding logo baru, dan menunjuk brand ambassador Pevita Pearce.

“Kami rebranding logo dan visi. Intinya ingin jadi fun traveling partner menyediakan informasi seputar destinasi menarik. Bedanya dengan pemain lainnya, kami ingin kasih info seputar traveling di Indonesia, tujuannya supaya para traveler dengan mudah dapat info. Selain itu, Pegipegi akan perkuat tim CS [Customer Service],” pungkas Ryan.

Application Information Will Show Up Here