Apakah Rise of the Tomb Raider Versi PC Layak Dimainkan? Simak Rangkuman Review-nya

Keputusan developer Crystal Dynamics me-reboot seri Tomb Raider tampaknya merupakan langkah tepat untuk menyegarkan kembali franchise tersebut. Tomb Raider cukup sukses, dan sekuel pertamanya bahkan masuk ke daftar permainan terbaik di 2015. Namun saat itu game terasa belum sempurna karena ia baru bisa dinikmati oleh pemilik console Xbox One.

Setelah menunggu hampir 80 hari, tepatnya tengah malam tadi Rise of the Tomb Raider sudah dapat mainkan oleh gamer PC. Bagi user Steam, pre-load telah siap dari sebelum tanggal rilis. Namun saya yakin banyak di antara fans Lara Croft yang sebetulnya ingin meminang permainan baru ini tapi masih mempertimbangkan apakah Rise of the Tomb Raider layak dibeli sekarang atau nanti saja saat Steam Sale berlangsung.

Rise of the Tomb Raider Review Roundup 03

Artikel ini dibuat membantu Anda menentukan keputusan, berisi rangkuman-rangkuman review dari media video game ternama. Tentu ulasan-ulasan tersebut berbasis dari versi PC, jadi saya tidak mencantumkan nama-nama familier seperti IGN, GameSpot atau GamesRadar. Mereka sudah lebih dulu mempublikasi review berdasarkan versi Xbox One.

Sebagai media berita PC gaming paling populer, ada baiknya kita simak dulu apa kata PC Gamer. Menurut Phil Savage, formula Rise of the Tomb Raider tak begitu jauh berbeda dari pendahulunya, dengan elemen gameplay yang diperluas. Secara garis besar, game tersuguh lebih baik, menawarkan kepuasan dalam bertualang – meskipun beberapa aspek terlalu disederhanakan. PC Gamer memberikannya skor 83.

Rise of the Tomb Raider Review Roundup 02

Tanggapan kurang hangat disampaikan Rock Paper Shotgun. Adam Smith mengkritisi karakteristik sang tokoh utama yang belum matang, dan pada plot yang seolah-olah fokus pada kemampuan Lara dibanding perjuangannya. Karena itu, momentum spektakuler di permainan jadi terasa kurang memuaskan. Walau demikian, di awal review Smith mengaku bahwa ia sangat menikmati Rise of the Tomb Raider.

VideoGamer sendiri memiliki pendapat berbeda dari RPS. Adam Beck mengomparasinya versi PC dengan Xbox One, dan mengatakan bahwa kekuatan hardware PC membuat area-area terbuka tersaji lebih baik. Ia sangat merekomendasikan Rise of the Tomb Raider, dan juga bilang ‘tidak ada aspek yang hilang dari momen ia meluncur di Xbox One’. Di sana, game memperoleh nilai 4,5 dari 5 bintang.

Rise of the Tomb Raider Review Roundup 04

Berdasarkan website-website agregasi, Rise of the Tomb Raider edisi PC mendapatkan skor sementara yang cukup tinggi, yaitu 88 di OpenCritic, 87 di Metacritic, dan 86,14 di Game Rankings. Sejauh ini, media memberikan permainan skor 80 ke atas.

Rise of the Tomb Raider bisa Anda beli di Steam seharga Rp 570 ribu.

[Review] Xenom All-New Hercules HC15S, Jawara Notebook Gaming Lokal

Xenom mewakilkan Indonesia di tengah kencangnya serbuan brand gaming notebook asal Taiwan di pasar lokal. Mereka mencoba mencuri hati konsumen dengan dua aspek yang sulit ditandingi kompetitor luar negeri: keleluasaan kustomisasi hardware, dan tentu saja harga yang masuk akal. Xenom menyediakan lima kategori produk, dan Hercules merupakan tipe paling high-end.

Kemampuan All-New Hercules alias HC15S telah dipamerkan sendiri oleh GM Xenom Rolly Edward di momen pengungkapannya. Di sana, varian baru Hercules dengan mudah menyikat Assassin’s Creed Unity di setting grafis paling tinggi. Anda perlu tahu, Unity ialah contoh game yang tidak dioptimalkan untuk PC. Karena performa Hercules tak jauh dari PC desktop biasa, Xenom tak ragu menyebutnya sebagai ‘desktop PC masa depan‘.

Kurang lebih 10 bulan dari momen itu, akhirnya saya diberikan kesempatan buat menjajalnya secara personal. Dari hasil uji coba selama beberapa minggu, ia memang bukanlah device sempurna – ada kekurangan di sana-sini. Tetapi saya tidak ragu mengatakan bahwa Hercules merupakan produk ideal, dinilai dari konsep dan alasan utama ia dirancang.

Dan di ulasan ini, saya akan menjabarkan alasan mengapa HC15S sanggup menyaingi brand-brand global terkenal.

Design & build quality

Kesederhanaan adalah daya tarik dari Xenom All-New Hercules, dan penampilannya jauh berbeda dari varian Hercules terdahulu. Tidak ada LED menyala di balik panel, hanya ada satu lightbar di sisi bawah-depan. Layer karet matte lembut melapisi lid dan area di sekitar keyboard. Bingkai display dan chassis plastik tampak serasi dengan setup ini, kemudian logo metalik Xenom diletakkan di belakang layar dan bawah display.

Review Xenom HC15S 44

Review Xenom HC15S 42

Dilihat dari belakang, dua heat sink dengan grille horisontal di kanan dan kiri menyerupai bagian supercar. Dan seandainya notebook gaming diibaratkan sebagai kendaraan perang, maka HC15S ialah pesawat siluman.

Review Xenom HC15S 45

Lampu LED juga mengisi backlight keyboard. Tidak ada tombol shortcut kapasitif atau bahkan macro fisik. Tombol power bisa langsung Anda temukan di atas, menyala hijau ketika HC15S aktif. Xenom menjaga produknya tetap simpel, namun saya sangat mengapresiasi penempatan layar sehingga ia tidak membuat Anda bungkuk. Desain ini membuat posisi panel sedikit lebih tinggi.

Review Xenom HC15S 35

Meski ada jarak cukup besar antara layar dan body, engsel mencengkeram dengan mantap. Gap tersebut dimanfaatkan Xenom untuk menempatkan set speaker Onkyo. Karena posisisnya bukan di belakang ataupun di bawah, audio jadi lebih terdengar lebih efektif.

Review Xenom HC15S 30

Penggunaan material logam pada laptop memang dapat memberikan kesan premium, namun build quality HC15S yang dari plastik tak boleh diremehkan. Tubuh All-New Hercules sangat kokoh, tidak ada bagian ‘lunak’ yang mudah menekuk. Saat saya tekan belakang display, LCD tidak terdistorsi. Karena mengedepankan konsep customizable, Anda cuma perlu membuka panel untuk mengakses hardware. Baterai 82Wh-nya juga removable.

Review Xenom HC15S 43

Review Xenom HC15S 41

Notebook 35 persen lebih tipis dibanding model terdahulu, dan berkat tubuh plastik, bobotnya lebih bersahabat dibanding kategori desktop replacement. Menurut saya, HC15S merupakan satu dari sedikit laptop gaming 15-inci ideal dalam penyuguhan faktor mobilitas, walaupun mungkin Anda akan sedikit keberatan jika harus membawanya tiap hari. All-New Hercules mempunyai dimensi 386x262x35,7mm dengan berat 3,4-kilogram sudah termasuk baterai.

Display

Jendala Anda dalam menikmati konten digital adalah sebuah layar IPS LED TrueDisplay 15,6-inci 1920×1080-pixel. Permukaan matte di sana mampu membungkam pantulan sinar yang tidak diinginkan, dan IPS memastikan viewing angle-nya luas – tetap jelas dilihat dari hampir semua sudut. Ia tajam, cerah, kaya warna, dan level saturasinya di atas rata-rata notebook gaming.

Review Xenom HC15S 36

Sedikit mengutak-atik display settings, saya menemukan bahwa Anda bisa memanfaatkan Dynamic Super Resolution di HC15S. Fitur tersebut me-render game di resolusi lebih tinggi (2715×1527), kemudian mengecilkannya kembali supaya sesuai dengan monitor. Alhasil, kita mendapatkan grafis berkualitas 4K di panel full-HD.

Review Xenom HC15S 27

Sayangnya ada masalah di display. Ketika layar menyala dalam keadaan gelap (misalnya saat peralihan sebelum loading screen), distribusi warna terlihat tidak merata. Warna lebih terang di zona-zona pinggir.

Review Xenom HC15S 32

Keyboard, touchpad & palm rest

Hercules menyajikan keyboard lengkap, tanpa ada pengecilan ukuran pada numpad. Meskipun Xenom tidak menggandeng tim spesialis periferal gaming, papan ketik ini terbilang fleksibel. Mengejutkannya, keyboard anti-ghosting itu terasa nyaman baik waktu digunakan buat bermain ataupun mengetik. Sebetulnya jarak antar tuts sangat berdekatan, tapi karena rongga gap sulit dijamah jari, peletakan tuts (huruf, angka dan kursor) 0,9×0,9mm-nya cocok di tangan saya.

Review Xenom HC15S 38

Review Xenom HC15S 25

Sisi kiri touchpad 6,2×10,65cm sejajar dengan sisi kiri tombol spasi. Posisinya memang timpang sebelah, menyisakan ruang palm rest yang lapang di area tangan kanan. Touchpad-nya multi-gesture dipadu fungsi scrolling. Teksur halusnya menjaga gerakan kursor mouse akurat, lalu kedua tombol juga empuk.

Review Xenom HC15S 37

Tatakan telapak tangan terasa lembut dan sedikit hangat (akan kita bahas lebih detail di gaming experience). Tapi saya sedikit cemas minyak dan keringat akan menggerus permukaan karet doff-nya.

Review Xenom HC15S 26

Connectivity

Dengan membeli All-New Hercules, Anda harus bersedia merangkul sistem distribusi digital. Notebook tidak mempunyai optical disk drive, kompensasinya adalah segi konektivitas yang luas: terdapat dua port USB 3.0, sebuah port USB 3.1 Thunderbolt 3.0, 6-in-1 card reader, eSATA dan LAN di kiri; headphone jack, microphone jack, line-in jack, S/PDIF output jack dan satu lagi USB 3.0 di kanan; serta satu port HDMI 1.4a dan sepasang DisplayPort 1.2.

Gaming experience

Selama pemakaian, All-New Hercules jarang sekali mengecewakan. Xenom sengaja meminimalisir overlay software sehingga tidak mengganggu gamer – sebuah janji anti-bloatware dari produsen. Sisi negatifnya, tanpa petunjuk tertulis, saya hampir tidak sadar kita bisa membuka app Flexikey via kombinasi tombol ‘Fn’ dan ‘/’.

Di sana Anda bisa mengkustomisasi macro, mengaktifkan fitur Statisitcs (merekam frekuensi tekanan pada tombol, serta mengatur warna dan pola cahaya backlight (breath, cycle, flash, tempo, dance, dan lain-lain) dan lightbar. Setup bisa disimpan terpisah di profile berbeda.

Review Xenom HC15S 24

Kendala-kendala ‘standar’ notebook gaming turut muncul di HC15S. Sewaktu digunakan di waktu lama di ruang terbuka tanpa AC, temperatur akan naik. Berdasarkan pemantauan saya, panas berpusat di wilayah keyboard ke atas, merambat ke palm rest. Namun temperatur tidak melewati batasan-batasan yang mengkhawatirkan.

Seperti laptop gaming lain, unit baterai (8-cell smart Lithium-Ion 82Wh) hanyalah komponen ‘wajib’. Anda direkomendasikan buat selalu menyambungkan HC15S ke sumber listrik agar permainan berjalan maksimal.

Review Xenom HC15S 28

Kehadiran sepasang speaker Onkyo 2-watt plus Sound Blaster X-Fi 5 ialah kejutan menyenangkan. Karena diarahkan ke wajah pengguna, output terdengar jelas dan lantang. Kekurangannya bisa ditebak: terletak pada bass yang kurang menendang. Jika Anda sangat kompetitif dan selalu ingin mendengar suara langkah lawan di game multiplayer, menggunakan headphone gaming tambahan sangat disarankan.

Review Xenom HC15S 34

Review Xenom HC15S 39

Oh satu lagi, saat bermain game, touchpad harus dimatikan. Seringkali gerakan tangan kiri teregistrasi sebagai input. Awalnya saya memaklumkan hal ini, hingga suatu ketika di Fallout 4 secara tidak sengaja saya menembakkan nuklir portable tepat di bawah kaki sendiri.

Hardware

Inilah spesifikasi dan susunan hardware berdasarkan Speccy dan PC Mark 8:

Review Xenom HC15S 03

Review Xenom HC15S 08

Gaming performance

Sebelum menganalisis video game, ada baiknya Anda melihat hasil benchmark All-New Hercules. Saya memakai software 3D Mark 8, Unigine Valley 1.0 dan Heaven 4.0.

Di bawah adalah setting yang saya gunakan dan hasil terbaik di Valley:

Review Xenom HC15S 04

Review Xenom HC15S 05

Dan ini nilai di Heaven:

Review Xenom HC15S 06

Review Xenom HC15S 07

Terakhir ialah skor di 3D Mark 8:

Review Xenom HC15S 09

Hasil di atas menunjukkan angka istimewa, tapi apa artinya teori tanpa praktek? Buat tes gaming, saya memanfaatkan empat permainan: Dragon’s Dogma Dark Arisen, The Witness, Rainbow Six: Siege dan Fallout 4, dibantu Fraps. Pembahasan saya mulai dari judul yang paling ‘ringan’ terlebih dahulu.

HC15S sama sekali tidak kesulitan menyikat Dragon’s Dogma Dark Arisen. Slider grafis saya tempatkan semuanya di sebelah kanan, kemudian saya tambahkan file modifikasi ENB Series supaya visualnya tampil lebih baik lagi. Walau demikian, frame rate tidak pernah bergeming dari 60. Semua efek tersuguh seperti yang diinginkan developer-nya, lalu perputaran siang dan malam tidak memengaruhi performa. Nikmati screenshot-nya di bawah:

Review Xenom HC15S 10

Review Xenom HC15S 11

Review Xenom HC15S 13

Review Xenom HC15S 12

Sejujurnya, Dragon’s Dogma merupakan game port berusia tiga tahun. Bagaimana kesanggupan All-New Hercules menghadapi paling baru? Saya beralih ke The Witness, dan game hanya ada tiga pilihan kualitas grafis. Lagi-lagi, di tingkat paling tinggi, The Witness selalu tersaji di 60 frame rate per detik.

Review Xenom HC15S 14

Review Xenom HC15S 15

Review Xenom HC15S 16

Rainbow Six Siege adalah wakil dari genre shooter kompetitif blockbuster, dan saya gunakan setting grafis default di resolusi 1080p. Baik di singleplayer ataupun multiplayer, Xenom HC15S mengangani Siege semulus sutra, di 60 fps – di luar ekspektasi saya sebelumnya.

Sedikit catatan: ada kendala ketika saya memasang resolusi 2715×1527 di Windows, menyebabkan cursor mouse tidak sinkron di dalam permainan. Mengembalikan resolusi ke full-HD menyelesaikan problem ini.

Review Xenom HC15S 17

Review Xenom HC15S 18

Review Xenom HC15S 19

Saya tidak menyia-nyiakan kesempatan peminjaman unit review HC15S, dan memakainya untuk menikmati Fallout 4 selama beberapa belas jam. Di tingkatan ultra 1080p (anti-aliasing TAA, anisotropic filtering 16-samples, depth of field bokeh, ambient occlusion SSAO, dan godrays high), angka 60 selalu muncul di pinggir layar, menunjukkan frame rate yang saya dapatkan. Ia baru bergeser ke 59 ketika kamera digerakkan, lalu kembali ke 60.

Review Xenom HC15S 20

Review Xenom HC15S 21

Review Xenom HC15S 22

Review Xenom HC15S 23

Satu hal yang sangat terasa di permainan open-world ini: loading screen berjalan singkat, jauh meninggalkan ROG G752VT.

Verdict

HC15S memang bukanlah notebook gaming paling cantik, paling canggih, ataupun menyodorkan inovasi baru; namun ia berhasil merepresentasikan visi Xenom, yaitu menawarkan produk paling ideal bagi gamer PC ‘nomaden’. Produsen menyingkirkan gimmick, dan fokus pada faktor terpenting dan tujuan utama laptop diciptakan: gaming.

Dari perspektif performa versus harga, ia merupakan salah satu notebook 15-inci terbaik. Uang yang Anda keluarkan benar-benar hanya dialokasikan ke hobi tersebut, dan pengguna tidak juga digerecoki oleh software-software tambahan. Dan jika kita tanya pada diri sendiri, pernak-pernik semisal warna-warni lampu LED sebenarnya tidak akan membuat kita bermain lebih baik.

Meski saya berkata demikian, tidak semata-mata All-New Hercules HC15S ialah produk yang murah. Xenom membanderolnya di kisaran Rp 40 jutaan, tergantung dari hardware pilihan Anda.

Review Xenom HC15S 33

[Review] Notebook Gaming Asus ROG G752VT Siap Sikat Game-Game Blockbuster Bergrafis Berat

Sudah lama gamer PC memandang rendah ide di belakang perancangan gaming notebook. Menurut mereka, kecilnya ruang membatasi kinerja hardware. Namun selama beberapa tahun ke belakang, ranah laptop spesialis gaming berkembang begitu pesat. Di brand-brand baru yang turut berkecimpung di sana, Republic of Gamers dikenal sebagai salah satu nama bereputasi tinggi.

Diungkap di penghujung 2015, G752VT adalah anggota baru keluarga ROG Asus sekaligus penerus model top-end G751. Seperti pendahulunya itu, notebook sudah masuk ke kategori desktop replacement. Gaming device eksotis semisal GX700 memang sangat mudah mencuri perhatian orang, tapi G752VT-lah yang berpeluang lebih tinggi untuk sampai ke tangan gamer.

Ada banyak penyempurnaan yang Asus terapkan agar G752 menjadi mesin gaming  ideal, dan saya diberikan kesempatan oleh sang produsen hardware asal Taiwan itu buat menjajal G752VT secara lebih pribadi. Dari sana, saya melihat sejumlah aspek unggulan pada penyajian produk: perubahan arah desain, keleluasaan opsi konfigurasi, harga ‘masuk akal’, dan sudah pasti performa hardware di dalam.

Penasaran secanggih apa ROG G752VT? Ayo simak ulasan lengkapnya.

Design, appearance & build quality

Asus Republic of Gamers G752VT 11

Asus Republic of Gamers G752VT 01

Republic of Gamers boleh dibilang merupakan salah satu brand pertama yang menggunakan warna hitam dan merah untuk menunjukkan identitas gaming. Tapi di acara pers Oktober lalu, Asus mengungkap arahan baru: style ala ‘Iron-Man’. Mereka digantikan palet warna lebih cerah: tubuh metalik mirip tembaga dengan finish brushed dan kombinasi warna jingga. Logo ROG di punggung layar akan menyala merah begitu notebook diaktifkan. Warna hitam hanya terdapat di area papan ketik.

Asus Republic of Gamers G752VT 15

Asus Republic of Gamers G752VT 34

Buat saya, G752VT memiliki desain paling menarik di antara laptop gaming sekelasnya. Asus tak melupakan detail-detail kecil, contohnya lapisan plastik transparan di sisi bawah, memperlihatkan sistem pendingin internal; serta pola-pola garis asimetris di beberapa zona (dekat tombol power dan di bawah). Dipadu heat sink ala exhaust di belakang, wujud G752VT menyerupai pesawat tempur alien.

Asus Republic of Gamers G752VT 13

Asus Republic of Gamers G752VT 17

Meskipun Asus mencoba mempresentasikan kesan metalik, tak semua bagian tubuhnya terbuat dari logam. Sebagian besar permukaan tubuh serta frame didominasi plastik. Dan ada kelemahan dari pemakaian material berbeda: terdapat sejumlah gap di area-area sambungan, misalnya di pinggiran lapisan karet, atau antara panel palm rest dengan body bawah.

Asus Republic of Gamers G752VT 18

Asus memanfaatkan chassis logam pada engsel display. Panel tersebut mempunyai ukuran cukup tebal, namun strukturnya tidak sekokoh yang saya harapkan. Ketika monitor ditarik dengan satu tangan, Anda bisa melihat panel sedikit melengkung. Hal serupa terjadi sewaktu area keyboard ditekan ke bawah. Buat saya, kendala ini sebenarnya tidak memengaruhi kenyamanan ber-gaming, tapi alangkah baiknya jika ia lebih solid lagi.

Seperti yang dibahas sedikit di atas, ROG G752VT merupakan desktop replacement. Ukurannya besar dan berbobot hampir empat kilogram tanpa menyertakan unit adapter dan kabel. Ruang seluas 41,66×32,26-sentimeter digunakan Asus untuk menaruh set keyboard lengkap, tanpa ada pengurangan ukuran tuts numpad.

Asus Republic of Gamers G752VT 09

Keyboard dilengkapi LED backlight merah dengan dua pilihan mode via Hot Zone. Tidak ada warna lain, cuma opsi tiga level kecerahan. Saya menyayangkan, lampu LED merah tersebut tampak bocor ke pinggir tuts, sehingga kadang jadi mengalihkan perhatian sewaktu saya memakai G752VT di ruangan gelap.

Display

G752VT menyuguhkan resolusi 1080p di panel IPS LG Philips LP173WF-SPF3 17,3-inci. Setting ini terlihat biasa saja, apalagi kompetitor sudah mulai mengadopsi 4K. Namun setup standard itu terbayarkan melalui topangan teknologi G-Sync dan refreh rate 75Hz. G-Sync ialah fitur primadona notebook, memastikan kenyamanan bermain walaupun frame rate terpaksa turun ke bawah 40. Berkatnya, game tetap terasa mulus dan tidak stuttering. Batasan maksimal di full-HD juga menjaga kartu grafis agar tidak ‘kelebihan beban’.

Asus Republic of Gamers G752VT 16

Layar tersebut menghasilkan kontras 680:1, dan mutu secara sekeluruhan mirip dengan G751. Melalui sedikit riset di internet, color gamut berada di 92 persen sRGB dan 72 persen AdobeRFB. Output gambarnya tajam, level brightness-nya tinggi, viewing angle-nya luas, kemudian warna juga cerah dan akurat. Andai Asus memanfaatkan coating gloss, visual akan lebih baik lagi, tapi jenis matte di G752VT membuat display tampil prima saat Anda memakainya di luar ruangan.

Asus Republic of Gamers G752VT 10

Di game, display tersebut memudahkan kita mendeteksi lawan yang sedang bersembunyi. Dan untuk film, tone tersuguh secara natural.

Keyboard, touchpad & palm rest

Dalam pemakaian selama beberapa minggu, baik untuk gaming maupun bekerja, saya sangat mengapresiasi komponen papan ketik G752VT. Anda dimanjakan dengan fitur anti-ghosting serta key travel sejauh 2,5-milimeter. Untuk kelas chiclet, tiap tuts-nya berkualitas tinggi, kokoh dan stabil, mengeluarkan suara ‘tik’ lembut ketika jari menari di atasnya – walaupun belum mampu menyaingi keyboard mekanik GT80 Titan. Di kiri atas, Anda dapat mengkustomisasi (dan mengakses) lima tombol macro plus shortcut ke app XSplit Gamecaster.

Asus Republic of Gamers G752VT 09

Asus Republic of Gamers G752VT 06

Touchpad G752 diadopsi dari G751, berbentuk trapesium seluas 11,6-12,2×7,75cm. Permukaannya halus, memastikan pengendalian kursor mouse-nya akurat. Anda dipersilakan menggunakan Asus Smart Gesture untuk mengkonfigurasi input sampai empat jari. Dua tombol mouse di sana mempunyai tekstur lebih kasar, terasa empuk sewaktu ditekan.

Asus Republic of Gamers G752VT 04

Area palm rest sangat lapang, juga nyaman karena lapisan karet – kira-kira 40 persen dari total luas notebook. Temperatur area kanan relatif lebih tinggi dibanding kiri palm rest, tapi tanpa memakainya di ruangan berpendingin udara, suhu berada di level yang nyaman.

Audio

Asus memposisikan speaker di belakang display dan membubuhkan sebuah subwoofer di bawah unit. Output-nya seimbang – jernih, tajam dan subwoofer sangat membantu bass; efek ledakan di permainan action cukup meyakinkan. Tapi akan lebih terasa memuaskan jika speaker-nya dibuat lebih lantang lagi. Supaya optimal, saya tetap merekomendasikan Anda menambahkan speaker atau mengenakan headset gaming.

Asus Republic of Gamers G752VT 35

Connectivity & Interface

Notebook gaming ini dibekali sebuah port USB type-C Thunderbolt, satu HDMI, empat USB 3.0, SD card reader, satu jack microphone-in, satu jack headphone-out, port LAN, konektivitas Wi-Fi dual-band 802.11AC, Bluetooth 4.0, serta optical drive Blu-ray.

Asus Republic of Gamers G752VT 14

Hardware & battery

Asus membenamkan prosesor Intel Core i7-6700HQ berkecepatan 2,6GHz, kartu grafis Nvidia GeForce GTX 970M, dan RAM DDR4 sebesar 64GB (Anda tidak salah baca). Unit review ini menggunakan storage SSD SAMSUNG MZVPV512 512GB dan hard drive Seagate 2TB 5400rpm. Laptop dibundel bersama baterai non-removable 67Wh, kapasitasnya sangat kecil. Untuk gaming, ia segera habis kurang dari satu jam. Itu mengapa sekali lagi, G752 lebih cocok disebut sebagai desktop replacement, sebab ia tidak bisa jauh-jauh dari sumber listrik.

Gaming performance

Buat menakar performa gaming ROG G752VT, saya memanfaatkan software benchmark Unigine Heaven 4.0 dan Valley 1.0, serta mengujinya secara instensif dengan permainan Fallout 4, The Witcher 3: Wild Hunt dan Grand Theft Auto V. Satu aspek paling istimewa dari notebook ini ialah ia bekerja dengan sangat hening, meskipun di kondisi full-load.

Asus Republic of Gamers G752VT 22

Asus Republic of Gamers G752VT 21

Di kedua app benchmark Unigine itu, saya memilih API DirectX11 di setting ultra, level tessellation extreme, dan anti-aliasing 8x. Skor tertingi Heaven ialah 759, dengan rata-rata 30fps, minimal 17,8 dan maksimal 63. Kemudian di Valley, G752VT memperoleh nilai 1364, rata-rata 32fps, minimal 18fps dan tertinggi 61fps.

Asus Republic of Gamers G752VT 23

Asus Republic of Gamers G752VT 24

Grand Theft Auto V konon merupakan salah satu permainan dengan spesifikasi hardware paling menuntut. Lewat setting default di resolusi 1080p, game beroperasi semulus sutra. GTA V jarang sekali turun dari 50fps, stabil di 65 ke atas. Detail karakter serta objek tidak berkurang dan terlihat jelas: pori-pori dan kerutan di wajah Michael, efek kerutan pada pakaian, bayangan, pencahayaan dan pantulan sinar matahari, semua hadir di sana.

Asus Republic of Gamers G752VT 27

Asus Republic of Gamers G752VT 36

Asus Republic of Gamers G752VT 28

Fallout 4 juga berjalan sangat baik lagi tanpa masalah ketika saya set opsi grafis di ultra. Frame rate memang tidak setinggi GTA V, namun G752VT sanggup menjaga performa tetap stabil, dan tidak pernah jatuh di bawah 40. Berkat G-Sync, transisi frame rate dari 41 ke 60-an sangat halus, tidak tersendat-sendat. Efek light shaft terlihat menonjol sewaktu terjadi badai radiasi, lalu saat langit cerah, Anda bisa melihat runtuhan-runtuhan kota di seberang perairan.

Asus Republic of Gamers G752VT 26

Asus Republic of Gamers G752VT 33

Asus Republic of Gamers G752VT 25

Tes terakhir bagi ROG G752VT adalah menangani Nvidia HairWorks di The Witcher 3. Di setting ultra dengan slider HairWorks maksimal, game berjalan di 24fps sampai 33fps. Tingkat frame rate paling rendah ialah sewaktu Geralt harus menghadapi gerombolan monster Drowner di gorong-gorong bawah tanah. Namun ketika saya kembalikan setting grafis ke default, fps segera meroket ke 50 sampai 60.

Asus Republic of Gamers G752VT 29

Asus Republic of Gamers G752VT 37

Asus Republic of Gamers G752VT 30

Saya sama sekali tidak ragu, G752VT tak akan kesulitan mengangkat berbagai game 3D anyar. Syaratnya, permainan tersebut harus dioptimalkan untuk PC. Dengan penggunaan platform Windows 10 dan kehadiran chip GeForce GTX 970M, G752VT kompatibel ke judul-judul yang mendukung API DirectX 12.

Verdict

Brand Republic of Gamers selalu menjadi rekomendasi bagi Anda yang mencari hardware berkualitas. Asus ROG G752VT memang berukuran besar, tapi penampilannya sangat anggun. Notebook menawarkan kinerja mumpuni buat menangani game-game bergrafis berat. Walupun demikian, ia bukanlah lompatan besar dari G751, apalagi mengingat kompetitor terus mengejar dengan agresif.

Faktor-faktor unggulan di dalam G752VT antara lain ialah layar berteknologi G-Sync, kesanggupan laptop berjalan dengan begitu hening di temperatur yang rendah, serta masih menyisakan ruang buat upgrade komponen. Namun sedikit masukan untuk Asus: quality control masih bisa ditingkatkan lagi, khususnya di produk high-end seperti G752. Saya masih bisa melihat sinar keluar dari gap di layar.

Seperti penjelasan sebelumnya, G752 ditawarkan di harga yang masuk akal dan Asus turut menyediakan lima pilihan model, masing-masing mempunyai susunan hardware berbeda. Harganya dibanderol mulai dari US$ 1500 sampai US$. 3.500. G752VT sendiri dijajakan di US$ 1.800.

Asus Republic of Gamers G752VT 03

[Review] Asus ZenFone Selfie ZD551KL

Meski istilah selfie baru dimahkotai Oxford English Dictionary sebagai Word of the Year di 2013 silam, sejarah mencatat bahwa kegiatan self-portrait telah dilakukan sejak 1800-an. Berabad-abad kemudian, selfie bisa diakses melalui sebuah device serbaguna bernama smartphone. Begitu kuatnya tren selfie, produsen sadar bahwa kapabilitas kamera depan ternyata sama esensialnya dengan kamera belakang.

Melihat peluang ini, nama-nama raksasa di industri perangkat bergerak berlomba-lomba menyediakan medium optimal buat ber-selfie. Setelah Sony, HTC, Microsoft dan Oppo, satu brand Taiwan yang sedang naik daun di ranah mobile memutuskan untuk turut serta bermain di sana. Memanfaatkan momentum Computex 2015 lalu, Asus resmi memamerkan Zenfone Selfie.

ZenFone Selfie merupakan anggota dari keluarga besar ZenFone generasi kedua, hadir sebagai alternatif lebih terjangkau dari produk spesialis foto diri kompetitor. Meski demikian, Asus menjamin mereka tidak mengambil jalan pintas. Sang produsen menjanjikan kombinasi optimal antara hardware dan desain, sembari ‘mempionirkan’ teknologi camera fusion di smartphone. Benarkah demikian? Silakan simak ulasannya di bawah.

Design, feel & build quality

Dari sisi desain, Zenfone Selfie ZD551KL benar-benar berkiblat pada ZenFone 2, dan kedua device terlihat hampir identik. Jika dikomparasi, Zenfone Selfie sedikit lebih tinggi karena kehadiran modul lensa berukuran cukup besar di sisi depan (menggantikan logo Asus), serta sedikit lebih lebar dan tipis. Artinya, segala hal yang Anda sukai (atau tidak sukai) dari ZenFone 2 muncul kembali di Selfie.

Review Asus Zenfone Selfie 08

ZenFone Selfie mempunyai dimensi 156,5×77,2×10,8 mm dengan layar 5,5-inci serta bobot 170g. Cover baterainya dibuat melengkung untuk memberi kesan tipis di area pinggir – mencapai 3,9mm saja. Konsekuensinya, tombol-tombol fisik tidak bisa diletakkan di sisi kiri dan kanan. Seperti ZenFone 2, tombol volume berada di punggung, tepat di bawah lensa. Dari aspek penampilan, saya tidak menemukan kekurangan, tetapi jika Anda biasa menggunakan tombol fisik buat menjepret foto, posisi tombol terasa canggung.

Review Asus Zenfone Selfie 13

Review Asus Zenfone Selfie 16

Review Asus Zenfone Selfie 09

Penampakan depannya juga mengadopsi sejumlah ciri khas ZenFone – dari mulai area hitam yang membatasi layar, tiga tombol kapasitif berwarna keperakan, zone logam brushed melingkar di bawah, serta frame glossy pembatas antara display berlapis Corning Gorilla Glass 4 dengan back cover. Ada ketimpangan di sini: Gorilla Glass 4 memang tangguh, namun bingkai glossy tersebut sangat rentan terhadap baret dan penyok.

Review Asus Zenfone Selfie 15

Unit review ini memiliki bagian punggung berwarna abu-abu dengan pola garis-garis horisontal ala brushed metal. Tapi sebetulnya, back cover terbuat dari plastik.

Seperti biasa, membuka panel tersebut (buat mengakses slot SIM card, microSD card dan baterai) memerlukan perjuangan. Berbeda dari ZenFone 2, unit baterai dapat dilepas. Problem yang saya temukan ialah ketiadaan mekanisme per atau celah di slot kartu SIM, menyebabkan kartu sangat sulit sekali dikeluarkan.

Review Asus Zenfone Selfie 01

Review Asus Zenfone Selfie 03

Display

Untuk device sekelasnya, Asus boleh berbangga dengan kinerja dari layar ZenFone Selfie. Panel IPS 5,5-inci tersebut menghidangkan resolusi 1920×1080-pixel berkepadatan 403ppi, yang ditopang teknik full-screen lamination di mana layer kaca serta lapisan touch digabung jadi satu buat menghilangkan gap. Hasilnya, teks dan gambar seolah-olah melayang tepat di bawah display.

Review Asus Zenfone Selfie 05

Review Asus Zenfone Selfie 12

Viewing angle layarnya memuaskan, mampu menyuguhkan output warna yang kaya dan akurat, cerah, serta tajam. Ia bahkan sanggup melawan terpaan sinar matahari.

Pengguna notebook Asus mungkin cukup familier dengan Splendid, dan fitur ini turut mereka bawa ke ZenFone Selfie. Melaluinya, kita dipersilakan mengkustomisasi temperatur warna, atau mengaktifkan mode filter bluelight untuk mengurangi rasa lelah pada mata.

Camera

Sebagai smartphone spesialis selfie, tidak mengherankan jika Asus mencantumkan segala macam teknologi imaging yang dapat mereka temukan ke dalam ZenFone Selfie. Teknologi PixelMaster mereka usung baik buat kamera depan maupun kamera belakang. Ketika brand lain berupaya menyederhanakan UI app kamera, Asus malah menjabarkannya secara lengkap untuk Anda. Setidaknya terdapat 17 mode bisa kita gunakan untuk kedua kamera.

Review Asus Zenfone Selfie 10

Review Asus Zenfone Selfie 06

Lihat spesifikasi lengkapnya di bawah ini:

  • Kamera depan: Sensor 13-megapixel, aperture f/2.2, lensa 5-element wide-angle 88-derajat, filter blue glass, flash real tone LED.
  • Kamera belakang: Sensor 13-megapixel , aperture f/2.0, lensa 5-element, autofocus laser 0.2 detik, filter blue glass , flash dual LED.

Mengesampingkan faktor teknis yang rumit, hasil jepretan melalui mode auto tampak tajam dan cerah. Reproduksi warna terbilang presisi, lalu kinerja di low-light cukup handal. Buat mendukung hobi self-portrait, Asus telah menyiapkan mode Selfie Panorama. Namun tantangannya, tangan Anda harus stabil karena jika tidak, sulaman malah tak bagus. Bagi saya metode tradisional – selfie bersama-sama dengan posisi handset melintang – masih jadi teknik terbaik.

Review Asus Zenfone Selfie 02

Di kondisi terang, saya tidak kesulitan mengambil foto-foto macro dengan kamera belakang. Sistem autofocus-nya mampu bekerja gesit serta akurat, menjaga mutu jepretan tetap tajam dan prima. Menakar dari kualitas, hasil kamera depan dan belakang hampir serupa. Itu berarti kekurangan kedua kamera tak jauh berbeda. Kadang saturasi warnanya berlebihan, grainy di zona-zona gelap, dan gambar juga wash-out di pencahayaan terik. Kemudian ketika di-zoom, foto mempunyai efek seperti cat air.

Ini sampel foto dengan kamera depan:

Review Asus Zenfone Selfie 18

Dan ini hasil jepretan kamera belakang:

Review Asus Zenfone Selfie 19

Review Asus Zenfone Selfie 20

Review Asus Zenfone Selfie 25

Hardware, performance & user experience

Di ZenFone Selfie ZD551KL, Asus berpaling dari Intel Atom dan memilih untuk menggunakan Qualcomm MSM8939 Snapdragon 615. System-on-chip ini menyimpan sepasang prosesor quad-core Cortex-A53, GPU Adreno 405, RAM 3GB, penyimpanan internal 32GB (bisa diperluas sampai 128GB via microSD), dan ditenagai baterai 3.000mAh yang sanggup menjaga smartphone selalu aktif untuk menjalankan video loop lebih dari 9,5 jam.

Baterai tersebut terbantu berkat hematnya konsumsi daya smartphone (1,21-watt). Skor benchmark ZenFone Selfie juga tergolong lebih tinggi dibanding handset ber-SoC sejenis, namun masih belum sanggup menyusul ZenFone 2. Di AnTuTu versi 5.7.1, handset berhasil mendapatkan nilai tertinggi di 37253; lalu di AnTuTu 6.0, ia cuma mencetak 31823. Lewat PCMark, Selfie memperoleh angka work performance 3267.

Review Asus Zenfone Selfie 27

Review Asus Zenfone Selfie 22

Bermain game Real Racing 3 berjalan lancar, lalu pantulan di spion turut muncul, walaupun tidak semulus ketika dimainkan dari smartphone premium dan sejumlah efek visual semisal partikel debu serta lens flare tidak begitu detail. ZenFone Selfie malah mampu menangani Need For Speed: No Limits lebih lancar, dan grafisnya pun tampil lebih meyakinkan. Pastinya, handset tidak akan kesulitan mengoperasikan game-game puzzle maupun strategi 2D.

Review Asus Zenfone Selfie 23

Review Asus Zenfone Selfie 24

Di video serta game, output suara ZenFone Selfie terdengar utuh dan lantang, tapi alangkah baiknya jika speaker tidak diposisikan terlalu menjorok ke bawah. Saat tertutup jari, suaranya jadi teredam.

Review Asus Zenfone Selfie 11

ZenFone Selfie beroperasi di platform Android 5.0 Lollipop dengan overlay ZenUI. Asus menjejalkan banyak fitur dan app, hingga mungkin hampir terasa seperti bloatware. Namun beberapa dari mereka terbukti membantu, contohnya auto-start manager, power saver, one hand mode, opsi kustomisasi font, sampai bundel theme dan icon.

Konektivitas ZenFone Selfie meliputi Wi-Fi 802.11 a/b/g/n/ac, Bluetooth 4.0, GPS, radio FM, port microUSB 2.0, dua slot SIM card, minus NFC.

Review Asus Zenfone Selfie 14

Verdict

Terlepas dari ketiadaan cita rasa premium, Asus ZenFone Selfie merupakan smartphone handal, dilihat dari perspektif performa dan fitur. Penampilannya tampak serasi dengan layar cemerlang yang berperan sebagai jendela Anda menjelajahi konten mobile. Saya beropini, ZenFone Selfie merupakan produk berkonsep paling kuat di antara keluarga ZenFone berkat spesialisasi pada self-portrait. Ia tidak sekedar menjadi medium adu harga dan spesifikasi hardware.

Terlebih lagi, smartphone kelas ‘menengah’ Asus ini masih tergolong entry-level seandainya kita melihat dari sudut pandang brand-brand kelas atas semisal Sony, Samsung atau HTC. Di Indonesia, ZenFone Selfie terbagi dalam dua tipe, yaitu versi ber-flash memory 16GB seharga Rp 2,8 juta dan varian 32GB, dibanderol Rp 3 juta.

Flipboard Ungkap Kisah dan Berita Terbesar di Tahun 2015

Beberapa hari lagi kita akan mengucapkan selamat tinggal pada 2015, dan segera menyongsong tahun baru. Ada banyak sekali peristiwa besar terjadi selama 12 bulan terakhir ini, dan Flipboard sebagai app spesialis agregasi jejaring sosial merayakan momentum tersebut dengan memublikasi rangkuman beragam berita yang sempat mendapat sorotan panas dalam 2015: Year in Review.

Ada banyak sekali kabar heboh di tahun ini, namun hanya ada beberapa yang masuk dalam 14 kategori Year in Review versi Flipboard. Berita-berita itu meliputi bisnis dan teknologi, gaming, politik, olahraga, film, buku, kontroversi, sampai tragedi. Apa saja? Silakan simak daftar ringkasannya di bawah.

Year in Business & Tech

Beragam Hal yang Apple Umumkan di WWDC 2015 Dalam Satu Daftar Lengkap – Natt Garun, The Next Web.

Lainnya: skandal emisi VW, Periscope versus Meerkat, anjloknya harga saham Snapchat.

Year in Politics

Alasan di Belakang Keputusan John Boehner Untuk Mundur – Jake Sherman, Anna Palmer dan John Bersnahan, Politico

Lainnya: Negosiasi panas program nuklir Iran, Obama menolak proyek pembuatan pipa Keystone XL, penjelasan mengenai krisis hutang Yunani.

Year in Sports

Kobe Bryant Pensiun Setelah Musim Terakhir IniLA Times

Timeline Kejadian Deflategate (alias skandal 2014 AFC Championship Game) – ESPN

Royals Memenangkan Kejuaraan Baseball DuniaCBS Sports

Year in Unions

Jennifer Aniston dan Justin Theroux Menikah – Emily Zauzmer, People Magazine

Lainnya: Pernikahan Cameron Diaz dan Benji Madden, Johnny Depp dan Amber Heard, serta Aston Kutcher dan Mila Kunis.

Year in Breakups

Ben Affleck dan Jennifer Garner Bercerai Setelah Menikah 10 tahun – Michelle Tauber dan Elizabeth Leonard, People Magazine

Lainnya: Kourtney Kardashian dan Scott Disick berpisah, Gwen Stefani dan Gavin Rossdale bercerai, dan laporan mengenai berpisahnya Kate Beckinsale dengan Len Wiseman.

Year in Big Ideas

Makna dari Penemuan Air di Mars – Jeffrey Kluger, TIME

Lainnya: negara-negara bersatu untuk atasi perubahan cuaca, tujuh pertanyaan besar terkait leluhur manusia telah terjawab, NASA ungkap foto-foto beresolusi tinggi planet Pluto.

Year in TV

Daftar Lengkap Pemenang Emmy Awards 2015CNN

Lainnya: 25 acara TV terbaik versi Rolling Stone, Mad Men berakhir, David Letterman akhiri Late Show.

Year in Music

50 Lagu Terbaik di 2015Rolling Stone

Lainnya: Interview Adele tentang album 25, vokalis Stone Temple Pilots Scott Weiland meninggal di usia 48 tahun, Spotify tunjuk Drake sebagai musisi yang lagunya paling sering di-streaming.

Year in Film

Daftar Pemenang Oscar 2015 – Lizzie Plaugic, The Verge

Lainnya: Review Jurassic World oleh Entertainment Weekly, review Avengers: Age of Ultron oleh The New York Times, ulasan Inside Out versi The Atlantic.

Year in Books & Culture

Ulasan Novel Go Set a Watchman Karya Harper Lee – Jay Parini, CNN

Lainnya: Ulasan tentang Whitney Museum of American Art, tulisan fiksi Kate Mosse berjudul Eleven Days mengenai hilangnya Agatha Crhistie, pameran Björk di MoMA.

Year in Gaming

Panduan Lengkap Fallout 4 – Randolph Ramsay, GameSpot

Lainnya: Review The Witcher 3, Halo 5 kalahkah James Bond di box office, ulasan Super Mario Maker.

Year in Goodbyes

Leonard Nimoy alias Spock Tutup Usia di 83 Tahun – Bruce Weber, The New York Times

Raja Saudi Arabia Abdullah bin Abdulaziz Wafat – BBC World

Legenda Musik Blues B.B. King Meninggal di Usia 89 Tahun – Patrick Doyle, Rolling Stone

Year in Scandal & Controversy

Tujuh Hal yang Bisa Dipelajari dari Kebocoran Ashley Madison – Priya Anand, MarketWatch

Lainnya: Mantan bintang NFL Aaron Hernandez terbukti bersalah atas kasus pembunuhan tingkat pertama, Sepp Blatter turun dari jabatan presiden FIFA, 22,1 juta akun terekspos akibat diretasnya database OPM.

Year in Conflict & Tragedy

Uraian Kejadian Penyerangan di ParisBBC World

Lainnya: 12 orang tewas dalam penyerangan Charlie Hebdo, pembantaian Boko Haram di Negeria, kisah penembakan di Charleston.

Sumber: Flipboard.

[Review] Notebook Acer Aspire E5-552G

Signifikansi AMD di dunia gaming sangat unik. Teknologi APU mereka mentenagai puluhan juta console yang kini berada di tangan gamer. Dan baru beberapa bulan silam, mereka meluncurkan GPU R7 dan R9 demi menandingi rival besarnya. Namun jika kita masuk ke ranah gaming notebook, sang kompetitor tampak mendominasi produk kelas menengah sampai high-end.

Ruang bermanuver masih terbuka lebar, dan AMD melihat celah peluang di sana. Mereka memutuskan menggandeng Acer untuk meramu Aspire E5-552G, sebuah laptop bertenaga accelerated processing unit generasi keenam, diberi codename Carrizo. Ketika notebook ber-GPU GeForce kental dengan kesan mewah, E5-552G ditargetkan untuk khalayak pecinta esport populer, misalnya Dota 2, League of Legends dan CS:GO.

Selain gaming kompetitif mumpuni, AMD menjanjikan keunggulan dalam multitasking serta video 4K melalui High Efficiency Video Coding yang tertanam di Carrizo. Selama beberapa minggu, saya berkesempatan untuk menjajal Aspire E5-552G. Apakah laptop ini sesuai dengan klaim sang produsen, atau Acer dan AMD seharusnya bisa meraciknya lebih baik lagi? Ayo simak ulasannya.

Design & build quality

Review Notebook Acer Aspire E5-552G 14

Meski tidak bisa dipukul rata, kebanyakan gamer cenderung menyukai perpaduan hitam dan merah saat memilih device gaming, dan unit review Aspire E5-552G ini turut mengusung komposisi tersebut. Hampir seluruh body mengunakan material plastik, perbedaan terletak pada warna serta tipe tekstur. Untuk punggung layar dan bagian bawah, produsen membalutnya dengan warna hitam. Pola bergaris mirip serat kain di sana menjaga notebook dari bekas sidik jari, dan tim desainer membubuhkan logo Acer di pinggir.

Review Notebook Acer Aspire E5-552G 11

Ketika dibuka, warna merah tua tampak mengisi sisi dalam notebook; termasuk palm rest, touchpad, serta membingkai layar 15,6-incinya. Ia memang tidak kelihatan mewah, tetapi bahan plastik mempunyai kelebihan: tidak ada sengatan listrik statis, tidak panas dan membuat bobotnya tetap ringan. Dengan optical drive, berat E5-552G hanya 2,4-kilogram. Ukuran totalnya ialah 381,6x256x24,9mm (29,2mm di area paling tebal), memberi ilusi ultra-thin.

Review Notebook Acer Aspire E5-552G 03

Review Notebook Acer Aspire E5-552G 07

Jangan biarkan material plastik mengaburkan peniliaian Anda. Kualitas produksi Aspire E5-552G sangat baik untuk notebook sekelasnya. Layar dapat ditutup-buka dengan satu tangan, dan LCD baru terlihat bergelombang jika area panel diberi tekanan tinggi. Struktur plastik dan desain bertekstur tersebut meminimalisir baret dan penyok seandainya terjadi insiden dalam penggunaan.

Review Notebook Acer Aspire E5-552G 06

Review Notebook Acer Aspire E5-552G 10

Seluruh konektivitas ditaruh di sisi samping, dan heat sink berada di bagian kiri. Meskipun seharusnya tidak ada komponen yang menghalangi engsel, layar tidak bisa dibuka 180 derajat. Sayang sekali tidak ada akses langsung ke baterai, dan bagi saya, penampilan akan lebih baik seandainya pola tekstur di bawah berbeda dari atas. Dilihat lebih rinci, impresi ‘ekonomis’ dan ‘laptop budget‘ sulit dihilangkan dari Aspire E5-552G.

Review Notebook Acer Aspire E5-552G 02

Review Notebook Acer Aspire E5-552G 09

 

Connectivity

Konekvitas adalah salah satu aspek yang memastikan E5-552G berada di depan. Ia memang belum mengadopsi port ‘masa depan’ semisal USB Type-C, namun Acer fokus pada fungsionalitas saat ini. Ada port HDMI, VGA, Gigabit Ethernet dan sepasang USB 3.0 di kiri, SD card reader di depan, serta satu USB 2.0 di kanan. Ada pula sambungan Bluetooth 4.0 dan 802.11b/g/n wireless LAN.

Review Notebook Acer Aspire E5-552G 27

Di Indonesia, banyak orang belum siap dengan sistem distribusi digital, dan masih mengandalkan kepingan CD/DVD. Di sanalah pentingnya keberadaan optical drive DVD-Super Multi. Pelajar, mahasiswa dan kalangan pekerja akan sangat berterimakasih karena Acer tidak melupakan faktor ini.

Review Notebook Acer Aspire E5-552G 04

 

Display

Acer Aspire E5-552G menyajikan layar LCD TFT Active Matrix glossy berteknologi ComfyView dengan resolusi maksimal 1366×768-pixel. Di masa ini, mungkin Anda mengharapkan resolusi setidaknya 1080p, namun mungkin panel tersebut dipilih dan disesuaikan dengan hardware. Acer menyampaikan bahwa ia turut ditopang Blueshield Technology agar mata Anda tidak cepat lelah.

Review Notebook Acer Aspire E5-552G 12

Kendalanya ialah mutu dari panel tersebut. Bahkan saat saya naikkan level brightness setinggi mungkin, kecerahannya mengecewakan, sangat redup seandainya dikomparasi dengan Asus BU201LA. Saya tidak merekomendasikan memakainya di bawah sinar matahari langsung.

Review Notebook Acer Aspire E5-552G 20

Backgroud putih jadi kebiruan, dan rasio kontrasnya rendah, efeknya langsung dirasakan begitu Anda melihat objek dan ikon-ikon cerah – warna tampak sangat washout. Untungnya, teks masih bisa terbaca jika dilihat dari pinggir secara horisontal.

Review Notebook Acer Aspire E5-552G 13

 

Keyboard & touchpad

Review Notebook Acer Aspire E5-552G 15

Ruang selebar 381,6×256-milimeter dimanfaatkan sebaik-baiknya oleh Acer demi meracik periferal input. Keyboard chiclet E5-552G turut dilengkapi keypad. Tuts abjad berukuran kira-kira 1,5×1,5-sentimeter dan gap hampir 4-milimeter. Layout-nya familier, cukup nyaman, hanya saja jangan harap ia se-tactile keyboard produk profesional ataupun gaming high-end.

Review Notebook Acer Aspire E5-552G 16

Acer menempatkan touchpad hampir sejajar dengan tombol spasi, luasnya adalah 100,6×77,5-milimeter. Posisi ini menyebabkannya terlalu condong ke kiri, hanya menyisakan ruang tidak sampai 9cm untuk telapak tangan kiri Anda. Setelah pemakaian lama, palm rest sebelah kanan akan terasa lebih hangat, dan boleh jadi membuat tangan berkeringat. Tapi sewaktu telapak tangan mulai lembab, palm rest plastik bertekstur itu terasa lebih nyaman dibanding jenis logam.

Review Notebook Acer Aspire E5-552G 17

 

Hardware & performance

APU AMD memang terkenal cukup ampuh dalam menangani game tertentu contohnya judul-judul ber-engine Frostbite ciptaan DICE. Di unit review ini telah terinstal Battlefield 4 dan Need for Speed Rivals. Saya tidak ragu akan kesanggupan Aspire E5-552G menjalankan permainan-permainan online kompetitif, namun saya ingin mengajak notebook keluar dari zona nyaman.

Review Notebook Acer Aspire E5-552G 18

Aspire E5-552G dipersenjatai chip AMD FX-880P berkecepatan hingga 3,4GHz dengan GPU Radeon R8 M365DX. Selain itu ia dibekali RAM DDR3 8GB dual channel, dan penyimpanan berbasis hard drive 1TB. Tanpa tersambung ke sumber listrik, baterainya diklaim sanggup bertahan hingga lima jam, tapi Anda harus kustomisasi power plan ke ‘power saver‘ terlebih dulu. Laptop ini beroperasi di platform Microsoft Windows 8.1 64-bit.

Review Notebook Acer Aspire E5-552G 21

Buat uji coba performa, saya memanfaatkan software benchmark PCMark 8.0. Unigine Valley 1.0, dan Heaven 4.0, serta game Tomb Raider, Fallout 4, The Witcher 3.

Review Notebook Acer Aspire E5-552G 22

Review Notebook Acer Aspire E5-552G 23

Lewat tes PCMark 8 Professional Edition, E5-552G menghasilkan nilai 2103, dan casual gaming terpantau berada rata-rata di 28,3fps. Angka terbaik yang saya peroleh melalui software Valley 1.0 ialah 647, dengan rata-rata 15,5fps (maksimal 26,6fps, minimal 8,1fps). Di Heaven 4.0, E5-552G mendapatkan skor 501 dan rata-rata 19,9fps (maksimal 34,7fps, minimal 6,5fps).

Review Notebook Acer Aspire E5-552G 24

Laptop sama sekali tidak bermasalah untuk menjalankan Tomb Raider, mengingat game tersebut sudah berusia dua tahun. Di adegan dengan efek grafis paling intens, frame rate tidak pernah turun dari angka 25 dan beberapa kali melampaui 40. Tapi bagaimana kemampuannya menghadapi judul-judul blockbuster terkini?

Review Notebook Acer Aspire E5-552G 26

Di Fallout 4, prospek E5-552G kurang menjanjikan. Sebelum masuk ke permainan, opsi grafis telah saya konfigurasi agar tidak terlalu mencekik. Antialiasing di-set di FXAA, dan saya matikan anisotropic filtering. Sepertinya saya harus menurunkan setup lebih jauh lagi dan mengorbankan efek visual serta ketajaman tekstur karena di level ini, Fallout 4 cuma sanggup menyuguhkan 9-14fps.

Review Notebook Acer Aspire E5-552G 28

Nasib The Witcher 3 juga hampir tidak berbeda. Walau slider kualitas air, tekstur, jarak pandang digeser ke tingkat terendah, lalu Nvidia Hairworks turut dimatikan; saya cuma memperoleh 11-14fps. Frame rate jadi anjlok ke 5 atau 7 begitu Geralt saya pandu ke daerah pedesaan. Saya khawatir, Anda harus setting seluruh slider ke kiri agar permainan dapat layak dimainkan.

Review Notebook Acer Aspire E5-552G 25

 

DS verdict

Walaupun AMD dan Acer memasarkan notebook ini dengan bumbu gaming (termasuk melangsungkan program bundel permainan original gratis sampai tanggal 31 Desember 2015 nanti) dan premis kapabilitas mengoperasikan judul-judul esport, gaming bukanlah spesialisasi utama Aspire E5-552G. Perspektif tersebut harus digeser: ia adalah notebook multimedia berkemampuan gaming entry-level.

Seperti penjelasan saya sebelumnya, E5-552G sangat cocok buat pelajar, mahasiswa dan profesional yang dituntut untuk selalu mobile. Kata mobile perlu digarisbawahi karena dengan jumlah uang ini, Anda dapat merakit gaming PC dedicated berperforma jauh lebih tinggi.

Versi Acer Aspire E5-552G ini dibanderol seharga Rp 8 juta.

Review Notebook Acer Aspire E5-552G 19

Hands-On Review HDD Eksternal Silicon Power Armor A80 versus Armor A65

Meningkatnya kualitas layanan, apapun jenisnya, akan memberi dampak pada naiknya tuntutan terhadap medium penyimpanan yang dapat diandalkan. Kabar baiknya, ada banyak sekali pilihan hard disk eksternal tersedia di pasar. Para produsen melengkapinya bersama bermacam-macam fitur unik demi memastikan ciptaan mereka tidak serupa dengan produk kompetitor.

Baiklah, anggap Anda sudah mem-backup data ke hard drive lain, lalu memutuskan untuk menghapus file-file duplikat di PC. Kini nasib data tersebut berada sepenuhnya di tangan hard disk eksternal. Semakin sering perangkat backup dibawa dan diakses, maka bertambah pula persentase resiko kehilangan, terutama karena faktor kerusakan fisik. Itulah alasannya mengapa Silicon Power memperkenalkan seri Armor.

Hard drive SP di seri Armor menjanjikan level ketangguhan istimewa. Beberapa di antara mereka didukung kemampuan anti-air, anti-debu, anti-benturan, dengan struktur sangat kuat berstandard militer. Dan di artikel ini, saya menguji dua model produk Silicon Power, yaitu Armor A80 dan Armor A65. Mana yang cocok untuk Anda? Silakan disimak.

Design, build & toughness

Armor A65
Penampilan Armor A65 sangat meyakinkan begitu Anda mengeluarkannya dari packaging. Unit review yang saya dapatkan ini dinominasi warna hitam, sekitar 90 persen permukaannya dibalut material karet dan sisi connector dibatasi oleh plastik oranye. Di tengah, pelapis karet tersebut terbuka dan mempunyai celah buat menyelipkan kabel USB. Lalu lubang port diproteksi penutup khusus. Ia memiliki dimensi 143,4×86,7×20,7mm dan bobot 293-gram.

Review Silicon Power Armor 16

Dua lapis karet dan frame tengah dikonstruksi secara unibody (ada tiga layer pertahanan), kemudian sistem suspensi di tengah menyediakan bantalan darurat ketika Armor A65 terbentur. Pendekatan ini tak hanya mengamankan hard drive kuat, tapi juga membuat A65 tidak mudah tergelincir dari tangan serta tahan baretan. Dan dengan sertifikasi IP67, produk sanggup menangkis debu dan air selama setengah jam di kedalaman maksimal satu meter.

Review Silicon Power Armor 02

Review Silicon Power Armor 06

Ketika hard disk biasa jatuh, ia akan mengeluarkan bunyi yang mengakhawatirkan. Silakan jatuhkan A65, HDD sedikit memantul di lantai, diiringi suara ‘dug’ pelan. Saya ulang beberapa kali, dan A65 masih bisa beroperasi seperti biasa. Rancangan A65 juga memberi solusi tak terduga: sewaktu kotor dan berdebu, tinggal cuci saja hard disk eksternal tersebut dengan air keran.

Armor A80
Meskipun sama-sama merepresentasikan ketangguhan SP Armor, wujud A80 cukup berbeda dari A65. Dimensinya simetris, berukuran 139x94x18,1mm dengan berat 293-gram. Lapisan logam aluminium mengelilingi tubuh, kemudian bingkainya sendiri terbuat dari plastik. Kabel USB super-pendek dapat disembunyikan di rongga samping, dan di seberangnya Anda bisa menemukan port USB ber-cover karet.

Review Silicon Power Armor 07

Tentu saja Armor A80 tidak sehebat A65 dalam menghindari goresan. Jika Anda memakainya semena-mena, hard disk lebih mudah baret atau penyok. Walau demikian, Armor A80 tetap mampu mengamankan file-file penting Anda apapun yang terjadi. Ia lulus sertifikasi IPX7 serta tes ‘transit drop‘ – terlempar dan jatuh ke air dangkal, maksimal berkedalaman satu meter selama setengah jam.

Review Silicon Power Armor 09

Review Silicon Power Armor 08

Hebatnya lagi, A80 sanggup menahan tekanan seberat 300 kilogram. Melalui video, produsen mendemonsrasikan kekuatan hard drive saat dijatuhkan dari ketinggian tiga meter, diarahkan ke bagian samping, pojok dan ujung luar.

Review Silicon Power Armor 12

Winner…
Dari perspektif daya tahan, A80 dan A65 memang sama-sama mengagumkan. A80 sedikit lebih unggul dari A65 berkat kapabilitas tahan tekanan, hal ini saya buktikan sendiri dengan berdiri satu kaki di atas hard disk, dan ia tetap berjalan normal saat dicolokkan ke komputer. Lalu apakah A80 memenangkan kategori desain dan build?

Review Silicon Power Armor 11

Mempunyai fitur ketahanan tinggi terhadap kerusakan memang sangat krusial, namun kita harus menilai dari aspek praktis. Sesering apa Anda mesti membawa hard disk eksternal ke lokasi-lokasi riskan seperti kamar mandi, camping ground atau area proyek? Meski Armor A80 menyimpan premis lebih menarik bagi banyak orang, saya tetap memilih Armor A65 karena lebih kecil, lebih nyaman dibawa-bawa, dan lebih mudah disimpan.

Feature & performance

Armor A65
Tidak ada yang terlalu spesial dari segi konektivitas Armor A65. Ia ditopang teknologi USB 3.0, ber-connector jenis A-male-to-A-male, umum dan mudah ditemukan. Untuk menjaga data, Silicon Power tak lupa melengkapinya dengan software enkripsi HDD Lock Utility, didesain khusus untuk A65. Pemakaiannya sederhana, ia cuma meminta Anda memasukkan password tiap kali membuka data.

Review Silicon Power Armor 03

Saya melakukan uji coba langsung dengan meng-copy file dari hard disk utama ke Armor A65. Ada dua tipe data yang saya gunakan, yaitu koleksi MP3 sebesar 26,6GB dan konten direktori Steam, kebetulan saat ini berukuran 40,3GB.

Review Silicon Power Armor 14

Buat tipe data audio yang sejenis, proses transfer 26,6GB terpantau memakan waktu selama 5 menit 43 detik. Laju tampaknya lebih cepat untuk data bersifat heterogen semisal hasil instalasi app Windows, pemindahan isi Steam 40,3GB cuma membutuhkan kira-kira 7 menit 25 detik. Speed berada konstan di kisaran 70-80MBps, sempat turun ke 65MBps dan sesekali menyentuh 90MBps.

Armor A80
Armor A80 didukung software SP Widget, mampu men-sinkronisasi dan mem-backup dokumen serta folder, mengunci komputer berdasarkan password dan waktu. Via USB 3.0, Silicon Power menjanjikan laju menyentuh titik 5Gbps (Gigabit). Dalam tes, Armor A80 terlihat lebih gesit dibanding A65. Untuk meng-copy lagu, speed tidak pernah jatuh di bawah 75MBps, dan membaca di kecepatan 102,7MBps. Tapi sayang sekali unit review ini mempunyai kendala.

Review Silicon Power Armor 10

Entah mengapa Armor A80 selalu terputus dan tersambung secara tiba-tiba, sehingga saya tidak bisa mentransfer seluruh 26,6GB data (plan setting di power option hard disk notebook sudah saya pastikan berada di never turn-off). Problem tidak hilang walaupun kabel USB saya tukar, dan frekuensi eror jadi lebih sering saat menggunakan kabel lebih panjang. Semoga masalah tersebut tidak ditemui konsumen lain.

Review Silicon Power Armor 15

Winner…
Kedua model tersebut mempunyai kapasitas penyimpanan sebesar 2 terabyte, fitur plug-and-play dan sama-sama tidak memerlukan pasokan listrik eksternal. Membahas soal adu gesit, Armor A80 lebih cepat dari A65, namun dalam level yang cukup tipis. Buat pemakaian sehari-hari, mungkin Anda hampir tidak dapat membedakannya.

DS Verdict

Apapun pilihan Anda, Silicon Power merupakan hard drive tepat bagi konsumen yang mengutamakan faktor keamanan ketimbang mobilitas. Mereka tidak semungil dan se-portable Seagate Backup Plus, tetapi dibayarkan dengan level ketangguhan jempolan. Armor A80 dan A65 2TB cocok untuk merelokasi data dan koleksi dokumen-dokumen berharga. Saya pribadi cenderung memilih Armor A65 karena alasan desain dan bentuk yang lebih ringkas.

SP Armor A65 2TB dibanderol seharga Rp 1,9 juta, sedangkan Armor A80 2TB ditawarkan di harga Rp 2 juta.

Review Silicon Power Armor 13

Resmi Diluncurkan, Apa Tanggapan Media Terhadap Star Wars: Battlefront?

Berdampingan dengan The Witcher 3, Batman: Arkham Knight dan Fallout 4, Star Wars: Battlefront merupakan salah satu judul terbesar dan yang paling dinanti di tahun ini. Kata Star Wars pada judul memastikan permainan tak hanya menarik perhatian gamer, namun juga para fans franchise sci-fi ciptaan George Lucas tersebut. Dan pada tanggal 17 November kemarin, Battlefront akhirnya dirilis.

Hype Star Wars: Battlefront kian menjadi setelah digelarnya periode open beta, dan saya yakin hal ini mendorong banyak orang buat melakukan pre-order. Tapi bagaimana jika  waktu itu Anda bisa menahan diri, belum memutuskan buat membelinya? Apakah Battlefront layak dimiliki dengan harga di kisaran US$ 70? Kabar baiknya, kita dapat menyimak rangkuman tanggapan para reviewer lewat situs agregator.

Saat artikel ini ditulis, OpenCritic telah menghimpun 33 ulasan berbeda. Rata-rata nilai berada di angka 72 persen, memperoleh skor lebih tinggi dari 45 persen game lain yang terdaftar di sana, dan direkomendasikan sekitar 32 persen kritik. AusGamers memberi game nilai tinggi, 9 dari 10, sedangkan skor terburuk adalah 60, dikeluarkan oleh Destructoid, Giant Bomb, Hardcore Gamer dan Gadgets 360.

Sejumlah media yang tak keberatan melepas nilai positif mengakui ketidaksempuraan Battlefront, dan sebetulnya cukup jauh dari sensasi yang EA ciptakan. Kabar baiknya, desain permainan mudah dinikmati hampir semua orang – tua, muda, serta kalangan casual pecinta Star Wars. Kontennya tak sulit diakses, dan Battlefront tidak menuntut proses latihan rumit seperti pada judul-judul populer lain.

Developer DICE juga patut diberi pujian karena mereka betul-betul memerhatikan detail visual, berhasil menumpahkan jagat sinematik Star Wars ke format video game. Battlefront memiliki grafis mengagumkan (berkat engine Frostbite), entah saat Anda sedang menyelamatkan diri dari gempuran AT-AT di Hoth atau bergerilya di Endor. Aspek tersebut didukung pula oleh segi audio yang begitu autentik, dari mulai suara tembakan senapan blaster, iringan musik John Williams, sampai dengungan mesin TIE Fighter.

Sayangnya seperti kekhawatiran saya ketika menjajal beta, ada kendala serius pada detail gameplay. Sejumlah media menganggap, permainan terasa sangat dangkal dan minim konten. Hanya ada sedikit opsi senjata dan pilihan planet (Hoth, Endor, Tatooine, Sullust), lalu level kustomisasinya juga terbatas, sehingga cepat terasa repetitif setelah beberapa kali menjalani match yang sama. Daily Dot bilang, Battlefront lebih mengandalkan faktor nostalgia ketimbang isi.

Buruknya lagi, setidaknya Anda harus mengeluarkan uang sekitar US$ 110 supaya bisa mencicipi seluruh konten Battlefront, ‘berkat’ agenda DLC premium EA. Sangat mahal, dan sebelum harganya mendapatkan diskon, saya tidak menyarankan Anda untuk membelinya.

[Review] Notebook Asus BU201LA

Hingga sekarang, perbincangan mengenai akhir era PC masih jadi perdebatan. Dari data analis, penjualan masih terlihat menurun. Namun pertanyaannya, apa saja variabel perhitungan mereka? Mengapa sampai kini produsen tidak ragu mengenalkan komponen, notebook gaming, mini PC, serta komputer spesialis profesional baru ketika ranah ini dinyatakan ‘sekarat’?

Asus BU201LA-DT021G ialah salah satu dari banyak ultrabook yang diperkenalkan paska periode peralihan besar tersebut. Ia mengambil wujud layaknya sebuah laptop, namun BU201LA mempunyai fungsi serta misi lebih jelas dibanding varian hiburan multimedia. Ia diracik khusus luar dan dalam untuk kebutuhan bisnis serta aktivitas produktif, turut ditandai dengan kehadiran brand Asuspro.

Selama tiga minggu saya mendapatkan kesempatan untuk menguji unit review Asus BU201LA, dan akhirnya siap sharing pengalamannya ke Anda semua. Asus selalu menuliskan moto sekaligus mantra mereka di hampir semua produk: in search of incredible. Ulasan ini diharapkan bisa menjadi jawaban soal apakah Asus berhasil menemukan ‘faktor luar biasa’ itu, atau malah tersesat dalam pencariannya.

Design, build quality, connectivity

Ingatkah Anda pada wujud konservatif notebook-notebook bisnis yang dilepas kurang-lebih satu dekade silam? Asus BU201LA tampaknya memegang setia rancangan lawas tersebut, ditambah sedikit bumbu ultra-thin ala ultrabook. Penilaian terharap penampilannya kembali pada minat dan preferensi Anda. BU201LA tidak istimewa, tapi saya pribadi menyukai presentasi ini. Ia simpel, seolah-olah memberikan kesan serius dan to-the-point.

Review Asus BU201LA 14

Review Asus BU201LA 13

Tubuh Asus BU201LA-DT021G merupakan perpaduan material aluminium dan plastik berwarna hitam. Sisi punggunggnya doff, dengan logo Asus berada di tengah. Ketika layar dibuka, komposisi hitam turut mengisi bingkai, papan ketik serta palm rest. Perbedaan hanya terdapat pada tekstur. Frame tersebut terbuat dari plastik – begitu pula panel bawah, tapi area keyboard sendiri memanfaatkan logam.

Review Asus BU201LA 01

Kualitas build-nya cukup baik. Sambungan antara bagian panel dan engsel di tubuhnya kokoh, dan terkadang Anda harus menggunakan kedua tangan saat menyesuaikan sudut layar – dapat terbuka seluas 180 derajat. Keseluruhan desain BU201LA sangat ringkas, dipadu bobot ringan di 1,3-kilogram dan ketebalan 2,1-sentimeter, mudah bagi saya untuk menyelipkan notebook di tas. Kekurangannya terletak pada ketiadaan akses langsung ke bagian dalam. Anda harus melepas baut serta mencongkel panel dengan obeng kecil secara hati-hati.

Review Asus BU201LA 09

Review Asus BU201LA 10

Ciri khas tema bisnis Asus BU201LA ditambah lagi melalui ketersediaan trackpoint tradisional di tengah-tengah tombol G, H dan B; serta pemindai sidik jari di sebelah kanan touchpad. Konektivitas fisiknya bisa Anda temukan di sisi samping, meliputi tiga port USB 3.0, VGA, Mini DisplayPort, jack audio 3,5-milimeter, port Gigabit Ethernet (LAN), beserta microSD. Ia siap menemani Anda bekerja di mana saja.

Review Asus BU201LA 11

Display

Layar IPS non-glossy seluas 12,5-inci beresolusi 1920×1080 di BU201LA ialah salah satu elemen unggulan pada laptop. Ia lebih cerah dibanding sejumlah notebook gaming (rata-rata di 396-nit berdasarkan riset di internet), fleksibel dalam pemakaian sehari-hari. Level warna hitam di panel lebih pekat, dan kontras juga tergolong tinggi. Walaupun laptop bukan diprioritaskan untuk hiburan, tidak ada yang dapat dikeluhkan sewaktu BU201LA digunakan menonton video.

Review Asus BU201LA 12

Suatu ketika, saya terpaksa membelakangi jendela saat mengetik, untungnya kombinasi lapisan non-glossy dan kecerahan BU201LA tidak menyebabkan mata cepat lelah atau tulisan jadi tak terlihat akibat pantulan. Tapi mungkin di era device touchscreen, ada kalanya kita menginginkan input sederhana, cukup dengan menyentuhkan ujung jari di display. Asus BU201LA tidak memilikinya.

Review Asus BU201LA 17

Keyboard, touchpad & SensePoint

Keyboard sendiri merupakan kejutan menyenangkan. Sekilas, papan ketik tampil standar, hingga saya perintahkan jari untuk mulai mengetik. Periferal utama ini lebih enak dipakai mengetik jika dikomparasi dengan notebook Asus RoG, namun sangat responsif terhadap sedikit tekanan. Saya menyukai suara yang keyboard keluarkan ketika ditekan, dan LED backlight putihnya akan menolong Anda saat hari mulai gelap.

Review Asus BU201LA 04

Penempatan trackpoint (dinamai SensePoint oleh Asus), touchpad dan ketiga tombol mouse didesain sedemikian rupa demi menyajikan keleluasaan apapun pose favorit Anda: jari tengah di trackpoint dan menggunakan jempol buat menekan tombol; atau secara umum melalui touchpad. Untuk sistem input terakhir ini, ukurannya cukup luas, dengan panjang diagonal 11-sentimeter.

Review Asus BU201LA 06

Touchpad ditaruh sejajar tombol spasi, hampir di tengah-tengah tubuh (sedikit ke kiri). Kursor mouse hampir tidak tergeser seandainya pangkal jempol Anda menempel di area touch, sehingga meminimalisir gangguan. Efek trackpoint sendiri lebih kuat dari touchpad, menghindari konflik input, dan kita bisa menggonta ganti posisi tangan sesuai keinginan.

Review Asus BU201LA 07

Fingerprint scanner

Kemampuan pemindai sidik jari merupakan komponen dari fitur keamanan Asus BU201LA lewat software Asus FingerPrint. Proteksinya sangat menyeluruh, tak cuma mengamankan log-in Windows, namun sampai pre-boot. Proses setup-nya sangat gampang, kurang dari lima menit. Saat aktif, ultrabook akan meminta kita swipe jari agar dapat masuk ke sistem operasi. Kekurangannya, Asus FingerPrint tidak bisa menyalakan PC.

Review Asus BU201LA 05

Review Asus BU201LA 19

OS, hardware & performance

Asus telah merilis beberapa varian BU201LA, dan sepertinya, unit review yang saya dapatkan adalah tipe lebih lama. Laptop berjalan di platform Windows 7 64-bit, dengan Windows Experience Index di 5.2. Lewat CPU-Z, diketahui bahwa laptop ini mengusung prosesor dual-core Intel Haswell Core i5-4210U 1,7Ghz, kartu grafis Intel HD Graphics 4400, dibantu RAM DDR3 4GB, serta penyimpanan berbasis hard drive 500GB.

Review Asus BU201LA 08

Anda mungkin dapat menebak, susunan hardware itu memang ditujukan untuk keperluan olah data ‘kantoran’, bukan gaming. Tapi seberapa jauh performanya? Selama beberapa hari terhitung sejak BU201LA dikeluarkan dari packaging, notebook ini mengalami masalah kinerja akut: respons sangat lambat ketika pindah tab Chrome, membuka aplikasi, serta menyimpan file. Saya berasumsi, hal ini disebabkan oleh update Windows otomatis (saat menggunakan pertama kali, OS belum ter-update), ditambah tidak adanya SSD.

Setelah proses update Windows rampung, BU201LA-DT021G beroperasi lebih lancar. Saya tidak menginstal banyak software, karena bagi saya laptop tersebut dioptimalkan buat mengetik dan mengolah dokumen Office. Maxon Cinebench R15, Unigine Valley dan Heaven ialah sedikit software yang saya manfaatkan untuk memperoleh data angka. Skornya adalah sebagai berikut:

Review Asus BU201LA 18

Lewat Cinebench, tes CPU memunculkan poin 242. i5-4210 berada tipis di atas i5-33170U (214), kurang dari separuh i7-3840QM. Buat OpenGL, GPU HD Graphics 4400-nya cuma bisa menyuguhkan 22,05fps.

Review Asus BU201LA 21

Kinerja gaming serta DirectX 11 tergolong rendah, diwakilkan oleh nilai dua software Unigine. Di Valley 1.0, skor terpantau di 244, rata-rata hanya 5,8fps (maksimal 9,2, minimal 3,6). Lalu via Heaven 4.0, ia menghasilkan poin 164 dengan rata-rata 6,5fps (maksimal 10,8, minimal 4,1).

Review Asus BU201LA 20

Ketika tidak bekerja, laptop mengonsumsi daya antara 3,7 sampai 9-Watt. Dan sewaktu tidak tersambung ke sumber listrik (dengan Wi-Fi aktif dan penyesuaian brightness layar), BU201LA-DT021G sanggup bertahan kira-kira tiga setengah jam – cukup buat menonton satu sampai dua film. Kabar baiknya, baterai sangat mudah dilepas dan diganti tanpa perlu mengoprek cover bawah.

Review Asus BU201LA 16

Review Asus BU201LA 15

Verdict

Hal yang paling saya sayangkan adalah, kendala rendahnya performa terasa menutupi deretan aspek positif di Asus BU201LA-DT021G: papan ketik nyaman, rancangan ringkas dan ringan, build quality handal (minus desain yang sedikit kaku) dan panel display bermutu. Jangan harap Anda dapat bermain Dota 2/CS:GO secara optimal di sela-sela waktu istirahat kerja.

Ketiadaan SSD sangat memengaruhi faktor tersebut, dan meng-upgrade RAM ke 8GB sangat direkomendasikan. Anda boleh mempertimbangkan membeli baterai tambahan, tentu saja sesudah mengeluarkan uang Rp 17,5 juta untuk satu unit Asus BU201LA-DT021G.

Apakah Assassin’s Creed Syndicate Layak Dimainkan?

Masih ada waktu hampir sebulan hingga peluncuran versi PC Assassin’s Creed Syndicate, game terbaru dalam franchise unggulan Ubisoft. Lucunya, peluncuran permainan di console minggu lalu dilakukan biasa saja, kontras jika dikomparasi dengan Halo 5: Guardians. Baru tiga hari pelepasan, puluhan media telah mengeluarkan ulasan mereka terkait Syndicate. Continue reading Apakah Assassin’s Creed Syndicate Layak Dimainkan?