Steam Akan Perbarui Sistem Penjualan Soundtrack Game pada Platform-nya

Steam boleh merevolusi cara kita membeli video game ketika dirilis pertama kali di tahun 2003, akan tetapi sejumlah fiturnya sudah terkesan kuno untuk standar sekarang. Ambil contoh fitur chat-nya, yang mengingatkan saya pada zaman kejayaan Yahoo Messenger, dan yang pada akhirnya sudah dirombak total dengan merujuk pada kesuksesan Discord.

Contoh lainnya adalah bagaimana Steam memperlakukan konten musik alias soundtrack pada platform-nya. Andai kita tertarik untuk membeli soundtrack dari sebuah game, kita harus lebih dulu membeli game-nya, sebab soundtrack-nya dijajakan sebagai salah satu DLC (downloadable content).

Karena dianggap DLC, soundtrack-nya pun tidak dapat diunduh secara terpisah, dan kita diwajibkan untuk mengunduh sekaligus meng-install game-nya terlebih dulu. Lebih parah lagi, cara mengakses soundtrack-nya hanya bisa dengan membuka tab DLC pada menu properties dari game terkait, atau dengan mencarinya di hard disk secara manual.

Ini sangat disayangkan mengingat ada banyak game yang soundtrack-nya begitu memukau – favorit saya adalah Cuphead dan Bioshock Infinite. Untungnya, Valve sudah siap membenahi dan meluncurkan sistem baru terkait penjualan soundtrack di platform-nya.

Musik merupakan salah satu aspek paling berkenang dari BioShock Infinite / Steam
Musik merupakan salah satu aspek paling berkenang dari BioShock Infinite / Steam

Saat sudah diterapkan nanti, kita dapat membeli soundtrack sebuah game secara terpisah, tanpa harus membeli game-nya, demikian pula proses mengunduhnya yang juga bisa dilakukan secara terpisah. Usai membeli, konten musiknya bisa kita akses dan putar langsung dari seksi baru di Steam Library.

Juga berguna adalah opsi untuk menetapkan directory khusus yang akan menyatukan semua konten musik yang dibeli dari Steam, bukan dipisah-pisah ke subdirectory masing-masing game seperti kasusnya sekarang. Untuk kalangan developer, mereka dipersilakan menjual soundtrack meskipun game-nya tidak tersedia di Steam.

Secara default, konten musik yang dibeli dari Steam akan disimpan dalam format MP3 standar, akan tetapi konsumen juga bisa mengaktifkan opsi untuk mengunduh dalam format lossless (FLAC atau WAV) apabila tersedia. Selain tentu saja file musik itu sendiri, soundtrack yang dijual di Steam juga dapat mengemas konten ekstra macam album art dan liner notes.

Sumber: PC Gamer dan Steam.

Facebook Kedatangan Dua Game Pokemon Baru Secara Eksklusif

Divisi gaming Facebook sejauh ini baru memiliki dua produk, yakni koleksi game dari platform Instant Games mereka, serta platform video ala Twitch. Di sisi lain, mereka juga tercium memiliki rencana untuk ikut mencicipi peruntungan di ranah cloud gaming.

Terlepas dari berbagai upayanya membesarkan diri di industri gaming, Facebook juga masih terus memperkaya platform Instant Games-nya. Buktinya adalah dua game anyar dari franchise Pokemon yang baru saja dirilis secara eksklusif di Facebook Instant Games.

Kedua game tersebut adalah Pokemon Tower Battle garapan developer Bombay Play, dan Pokemon Medallion Battle karya GCTurbo. Meski tidak bisa dikategorikan sebagai game yang ‘serius’, kebesaran nama Pokemon tentunya bisa menjadi aset penting terhadap reputasi Facebook Gaming.

Pokemon Tower Battle

Kalau Anda mengira Pokemon Tower Battle merupakan game tower defense, Anda salah. Game ini justru lebih mirip Tetris; dua pemain bakal diadu untuk menyusun menara yang paling tinggi secara bergantian.

Bahan penyusunnya? Apa lagi kalau bukan beragam jenis Pokemon, dari yang berbentuk bulat dan simpel seperti Jigglypuff, sampai yang besar dan tricky seperti Charizard. Siapapun yang pertama roboh menaranya, dialah yang kalah.

Pokemon Medallion Battle

Dibandingkan game yang pertama, Pokemon Medallion Battle mungkin akan terkesan lebih serius. Game ini pada dasarnya masuk kategori card battle game, kategori yang bisa dibilang sudah mendarah daging untuk franchise Pokemon.

Mengoleksi dan mengevolusikan beraneka Pokemon jelas merupakan aspek penting dalam game ini, dan developer-nya menjanjikan bakal ada Pokemon baru yang diperkenalkan setiap bulannya, sehingga pemain bisa terus menyempurnakan komposisi deck kartunya.

Pokemon Tower Battle

Kedua game Pokemon ini sudah bisa kita nikmati sekarang di Facebook. Pokemon Tower Battle telah tersedia secara global, sedangkan Pokemon Medallion Battle baru di kawasan Asia-Pasifik saja.

Sumber: Facebook.

Assemble With Care, Salah Satu Game Andalan Apple Arcade, Bakal Dirilis di PC

Di luar dugaan banyak orang, Apple Arcade berhasil menuai banyak pujian. Dalam kurun waktu tidak sampai dua bulan, layanan berlangganan itu sudah menyuguhkan 100 game yang berbeda, dan sebagian besar game-nya pun eksklusif – jangankan di Android, di App Store pun kita tidak akan menemukannya.

Kendati demikian, eksklusif dalam kamus Apple rupanya hanya mencakup segmen mobile saja, yang berarti pihak developer diperbolehkan merilis game-nya di platform console atau PC. Pada kenyataannya, beberapa game unggulan Apple Arcade sudah tersedia di tempat lain, salah satunya Sayonara Wild Hearts yang sudah bisa dimainkan di PS4, Nintendo Switch atau PC.

Judul andalan lain yang akan segera menyusul adalah Assemble With Care karya Ustwo Games. Lewat Twitter, pencipta seri Monument Valley ini mengumumkan bahwa mereka bakal merilis Assemble With Care di PC pada kuartal pertama 2020.

Assemble With Care

Assemble With Care merupakan game puzzle yang unik, yang mengisahkan seorang antique restorer bernama Maria dalam misinya menjadi ahli reparasi gadget dan beragam objek lainnya di sebuah kota bernama Bellariva.

Sesuai judulnya, kita harus membongkar berbagai macam barang, mencari tahu apa yang rusak, membetulkannya, lalu merakitnya kembali seperti semula. Developer Ustwo juga tidak melupakan pentingnya elemen narasi, itulah mengapa selalu ada cerita menarik di balik setiap objek yang diperbaiki.

Sumber: Engadget.

SuperMash Adalah Game yang Dapat Menciptakan Banyak Game Lain Hasil Leburan Beragam Genre

Gaming merupakan salah satu industri kreatif. Developer tidak harus terpaku pada satu genre tertentu untuk menciptakan sebuah game yang berkesan. Dua contoh populernya adalah seri Mass Effect yang menggabungkan genre shooter dengan RPG, atau Overwatch yang menambatkan elemen-elemen MOBA pada gameplay shooter.

Sekarang, ada game berjudul SuperMash yang mempersilakan kita untuk berkreasi sendiri. SuperMash dideskripsikan sebagai game yang menciptakan banyak game lain, dan proses penciptaannya ini cukup unik, sebab pemain dipersilakan memilih dua genre untuk dikombinasikan.

Platformer dengan karakter tipikal genre stealth, atau JRPG dengan tokoh utama sebuah pesawat antariksa, variasi yang didapat benar-benar beragam. Di awal peluncurannya, SuperMash menawarkan enam genre yang berbeda: Shoot ’em Up, Stealth, Platformer, JRPG, Action-Adventure, dan Metrovania.

SuperMash

Ke depannya, developer Digital Continue berjanji untuk menambahkan lebih banyak genre yang bisa dilebur. Untuk sekarang, variasinya bisa ditambah lagi dengan menggunakan Dev Cards (didapat dengan menyelesaikan tantangan-tantangan pada game yang diciptakan), yang dapat memodifikasi sejumlah elemen dalam game lebih lanjut.

Pengembangnya mengklaim pemain tidak akan pernah memainkan game yang sama pada SuperMash. Jadi meskipun kita memilih genre Platformer dan JRPG sekarang, lalu memanfaatkan kombinasi yang sama besoknya, game yang tercipta tetap akan berbeda, mulai dari karakter-karakternya, mekanik sampai narasinya.

Lalu bagaimana seandainya kita tidak sengaja menciptakan game yang pantas untuk dimainkan lagi di SuperMash? Jangan khawatir, sebab setiap game yang tercipta memiliki kode unik (Mash Code) yang bisa kita simpan, atau kita bagikan ke orang lain supaya mereka bisa ikut menikmatinya.

Juga menarik adalah story mission SuperMash itu sendiri. Ceritanya pemain dipercaya untuk menyelamatkan sebuah toko video game dari kebangkrutan, dan caranya adalah dengan menyediakan deretan game yang unik sekaligus menarik kepada konsumen. Game yang dimaksud adalah hasil kombinasi genregenre itu tadi, dan kebetulan semuanya juga dapat kita mainkan sendiri.

SuperMash saat ini sudah bisa dibeli melalui Epic Games Store seharga $10. Selain di PC, ia juga akan tersedia di platform lain seperti PS4, Xbox One, Switch, dan bahkan macOS mulai tahun depan.

Sumber: Game Informer.

2K Games Umumkan Studio Baru Bernama Cloud Chamber untuk Menangani Pembuatan Bioshock 4

Dari sekian banyak game first-person shooter (FPS), seri Bioshock merupakan salah satu yang paling populer. Franchise bikinan Irrational Games (kini bernama Ghost Story Games) ini tenar karena selalu mengangkat narasi yang kompleks sekaligus mendalam, dan gameplay-nya pun banyak memberikan kebebasan kepada pemain dalam menyelesaikan tantangan demi tantangan.

Itulah mengapa kabar mengenai pengembangan game Bioshock yang keempat layak mendapat sorotan khusus. 2K Games selaku publisher-nya mengumumkan bahwa mereka telah membentuk tim developer baru bernama Cloud Chamber untuk mengerjakan iterasi terbaru Bioshock.

Cloud Chamber

Memimpin tim tersebut adalah Kelley Gilmore, alumnus Firaxis Games yang terlibat dalam pengembangan seri Civilization maupun XCOM selama hampir dua dekade karirnya. Juga direkrut adalah sejumlah veteran dari tim Irrational Games sendiri, yang terlibat langsung dalam pembuatan Bioshock maupun Bioshock Infinite.

Satu nama yang tidak muncul adalah Ken Levine, sosok utama di balik lahirnya franchise Bioshock itu sendiri. Berdasarkan wawancara Kelley dengan GamesRadar, Ken disebut masih bersama timnya di Ghost Story Games dan tidak terlibat sama sekali dalam pengembangan game keempat Bioshock ini.

Bioshock

Detail mengenai Bioshock 4 (atau apapun namanya nanti) masih belum ada. Tidak ada yang tahu status pengembangannya sejauh ini, apakah baru dimulai atau Cloud Chamber sudah memasang target untuk merilis trailer-nya di E3 2020.

Dilansir oleh Kotaku, Bioshock 4 sebenarnya sudah dikembangkan oleh studio bernama Certain Affinity, yang portofolionya mencakup sejumlah nama besar di genre shooter macam Halo dan Call of Duty, sejak tahun 2015. Namun menjelang akhir 2016, 2K tiba-tiba membatalkan proyek tersebut tanpa ada alasan yang jelas.

Pasca pembatalan itu, 2K memutuskan untuk menangani pengembangan Bioshock 4 sendiri. Mereka diam-diam mulai merekrut sejumlah karyawan pada tahun 2017, yang kita tahu pada akhirnya membentuk studio baru bernama Cloud Chamber seperti sekarang ini.

Bioshock Infinite

Meski tidak ada pengawasan dari pencipta aslinya, saya cukup yakin Cloud Chamber akan mempertahankan nilai-nilai yang membuat Bioshock begitu mengenang selama ini, utamanya narasi yang kompleks dan banyak mengangkat konsep-konsep filsafat, serta gameplay yang mengedepankan kebebasan buat para pemain.

Bioshock 4 sudah pasti bakal tetap mengadopsi gaya shooter, dan akan sangat mengecewakan apabila pemain tidak lagi dipersilakan menggabungkan persenjataan dengan ilmu sihir seperti di tiga game sebelumnya. Dugaan saya, setting-nya masih akan bergaya steampunk, dan semoga saja lokasi barunya (seumpama ada) bisa lebih indah lagi daripada Columbia di Bioshock Infinite.

Via: VentureBeat.

Google Stadia Bakal Sajikan 12 Game di Hari Pertama Peluncurannya

Konsumen yang telah membeli Stadia Founder’s Edition tentu sudah tidak sabar lagi menanti tanggal 19 November 2019, tanggal yang sudah Google tunjuk sebagai hari peluncuran layanan cloud gaming-nya tersebut. Bagi yang menggunakan perangkat Android, mereka bahkan sudah bisa mengunduh aplikasi Stadia dari Play Store lebih awal.

Yang menjadi pertanyaan banyak orang, apa saja game yang bisa pelanggan Stadia nikmati mulai hari pertama? Google sekarang sudah punya daftar lengkapnya. Total ada 12 game yang siap dimainkan di hari H peluncuran Google Stadia, berikut rinciannya:

  • Assassin’s Creed Odyssey
  • Destiny 2: The Collection
  • GYLT
  • Just Dance 2020
  • Kine
  • Mortal Kombat 11
  • Red Dead Redemption 2
  • Thumper
  • Tomb Raider: Definitive Edition
  • Rise of the Tomb Raider
  • Shadow of the Tomb Raider: Definitive Edition
  • SAMURAI SHODOWN

Destiny 2: The Collection

Perlu dicatat, gamegame di atas bukan berarti bisa langsung kita nikmati secara cuma-cuma setelah berlangganan Stadia. Kita tetap harus membelinya terlebih dulu, dan Google sendiri menjual digital copy-nya melalui aplikasi Stadia. Lalu bagaimana dengan janji “akses gratis ke sejumlah game” yang dijanjikan paket Stadia Pro (yang termasuk dalam bundel Stadia Founder’s Edition)?

Kuncinya ada pada kata “sejumlah”, dan dari 12 judul di atas, hanya satu yang dapat dinikmati secara cuma-cuma oleh pelanggan Stadia Pro, yakni Destiny 2. Namun tentu saja jumlahnya bakal bertambah seiring Google melengkapi katalog game Stadia.

Pasca peluncuran Stadia, Google juga sudah menyiapkan 14 game yang akan menyusul sebelum pergantian tahun. Berikut daftar lengkap game Stadia yang akan tersedia di tahun ini, tapi tidak pada hari H perilisan Stadia:

  • Attack on Titan 2: Final Battle
  • Borderlands 3
  • Darksiders Genesis
  • DRAGON BALL XENOVERSE 2
  • Farming Simulator 19
  • FINAL FANTASY XV
  • Football Manager 2020
  • Ghost Recon Breakpoint
  • GRID
  • Metro Exodus
  • NBA 2K20
  • RAGE 2
  • Trials Rising
  • Wolfenstein: Youngblood

Sayang sekali saya tidak menemukan Baldur’s Gate 3 tercantum pada daftar. Namun kita juga tak boleh sepenuhnya menyalahkan Google mengingat game tersebut memang belum selesai dibuat oleh developer-nya Larian Studios. Di samping itu, judul-judul lain yang sangat diantisipasi seperti Cyberpunk 2077, WatchDogs: Legion, atau Doom: Eternal baru akan menyusul ke Stadia tahun depan.

Sumber: Google.

Overwatch dan Overwatch 2 Adalah Game yang Sama, dengan Perbedaan Murni pada Aspek PvE

Sebagai pemain Overwatch, saya sempat girang sesaat mendengar pengumuman Overwatch 2 belum lama ini. Sesaat karena setelah mendengarkan penjelasannya, Overwatch 2 lebih terkesan sebagai expansion ketimbang sekuel.

Hal yang benar-benar baru dari Overwatch 2 adalah adanya mode story mission yang bisa dimainkan sendiri atau bersama tiga pemain lain (co-op). Selebihnya, Overwatch 2 juga menghadirkan engine baru, mode PvP baru dan sejumlah map beserta hero baru. Kecuali story mission, fitur lainnya ini rupanya juga bakal merambah Overwatch pertama.

Berdasarkan wawancara Kotaku dengan petinggi tim Overwatch, Jeff Kaplan, Blizzard memang punya rencana jangka panjang untuk menyatukan Overwatch 1 dan Overwatch 2. Mungkin tidak langsung pada saat Overwatch 2 diluncurkan, akan tetapi Jeff bilang bahwa nantinya game client Overwatch 1 dan Overwatch 2 bakal mereka gabungkan menjadi satu.

Gothenburg, satu dari tiga map baru yang telah disiapkan untuk Overwatch 2 (dan Overwatch 1 juga) / Blizzard
Gothenburg, satu dari tiga map baru yang telah disiapkan untuk Overwatch 2 (dan Overwatch 1 juga) / Blizzard

Tujuannya adalah menghindari risiko fragmentasi, memastikan bahwa tidak ada pemain yang diuntungkan karena bermain menggunakan client Overwatch 2 yang dibekali engine anyar. Sederhananya, Overwatch 1 dan Overwatch 2 bakal menjadi game yang sama persis untuk urusan PvP.

Beda kasusnya untuk urusan PvE. Kalau Anda hendak menjajal story mission dan menelusuri narasi dunia Overwatch secara lengkap, maka Anda wajib membeli Overwatch 2. Namun sebaliknya kalau yang dicari hanyalah saling membunuh sesama player, pemilik Overwatch 1 tidak perlu menyediakan dana tambahan lagi untuk membeli Overwatch 2.

Selain memberikan keadilan bagi pemain, keputusan untuk menyatukan Overwatch 1 dan Overwatch 2 ini juga bisa memudahkan tugas developer sendiri. Ketimbang harus merawat dua game yang berbeda, jelas lebih praktis mengurusi satu game saja, dengan perbedaan hanya pada konten PvE itu tadi.

Sumber: Kotaku via PC Gamer.

Belum Dua Bulan Pasca Dirilis, Katalog Apple Arcade Tembus 100 Game

Tidak sedikit yang skeptis saat pertama mendengar pengumuman tentang Apple Arcade. Maklum, Apple bukanlah perusahaan yang punya pengalaman panjang di industri gaming, dan mereka pun juga dikenal mata duitan. Saya pun termasuk salah satu yang berpikir demikian. Meski konsep yang ditawarkan Apple Arcade tergolong menarik, saya menilai itu akan dirusak oleh tarif tinggi yang Apple tetapkan.

Rupanya saya dan banyak orang salah besar. Apple mengejutkan kita dengan mematok tarif hanya $5 per bulan (Rp 69 ribu per bulan di Indonesia) untuk Apple Arcade, dan konsumen bahkan masih diberi akses uji coba gratis selama sebulan pertama. Tarif tersebut tergolong sangat terjangkau, apalagi mengingat Apple Arcade sudah menyediakan lebih dari 50 game di hari peluncurannya.

Semua itu bisa dinikmati tanpa biaya tambahan ataupun godaan konten in-app purchase. Setiap minggunya, Apple juga rutin menambahkan sejumlah game baru pada Arcade. Pada kenyataannya, dalam waktu kurang dari dua bulan pasca perilisannya, Apple Arcade saat ini sudah mengemas 100 game yang berbeda.

100 game di katalog Apple Arcade itu semuanya merupakan hasil kurasi tim internal mereka, yang berarti kita tak akan menemukan game free-to-play murahan yang kerap membanjiri App Store. Juga menarik adalah bagaimana Apple Arcade turut berkontribusi mewujudkan game yang sebelumnya sempat batal dirilis.

Ambil contoh salah satu game paling barunya yang berjudul Sociable Soccer. Ia pada dasarnya merupakan reboot dari game Commodore Amiga berjudul Sensible Soccer yang populer di tahun 90-an. Sociable Soccer sempat muncul di Kickstarter menjelang akhir 2015, namun gagal mencapai target pendanaan yang ditetapkan.

Kampanye crowdfunding yang gagal tidak menghentikan niat developer-nya, sampai akhirnya Sociable Soccer berhasil menembus Steam Early Access. Namun pada akhirnya yang bakal membawa game ini ke hadapan konsumen mainstream adalah Apple Arcade.

Sumber: Engadget.

Trailer Terbaru The Outer Worlds Semakin Tonjolkan Prinsip Kebebasan dalam Bermain

Fallout: New Vegas punya tempat spesial di hati para penggemar seri Fallout. Selain memperbaiki sejumlah mekanisme buruk Fallout 3 (utamanya mekanisme dalam membidikkan senjata), New Vegas juga menunjukkan bahwa keputusan yang diambil masing-masing pemain bisa banyak berpengaruh terhadap progress permainan, dan ini juga yang pada akhirnya menjadi salah satu elemen unggulan Fallout 4.

New Vegas merupakan karya Obsidian Entertainment, perusahaan yang didirikan oleh eks tim Black Isle Studios, yang sendirinya merupakan pencipta Fallout dan Fallout 2, sebelum franchise tersebut akhirnya dibeli oleh Bethesda. Itulah mengapa ketika Obsidian mengumumkan sebuah RPG baru berdasarkan IP (intellectual property) yang benar-benar gres di akhir tahun kemarin, banyak gamer yang melompat kegirangan.

The Outer Worlds

RPG yang dimaksud adalah The Outer Worlds, yang kalau dilihat dari announcement trailer-nya, terkesan seperti Fallout: New Vegas dengan engine baru (Unreal 4) dan setting antariksa. Juga ditonjolkan pada trailer-nya adalah bagaimana pemain bakal dibebaskan untuk menentukan arah permainannya sendiri.

Prinsip kebebasan ini semakin menguat setelah menonton trailer terbarunya di bawah. Pemain pada dasarnya diberi kebebasan untuk menentukan peran karakternya di dunia The Outer Worlds. Peran baik atau jahat semuanya tergantung masing-masing pemain, dan game ini akan berusaha sebisa mungkin untuk tidak menilai kita benar atau salah.

The Outer Worlds

The Outer Worlds pada dasarnya bisa kita anggap sebagai hasil kawin silang antara Fallout dan Mass Effect. Mereka yang pernah memainkan seri Mass Effect pasti tahu bagaimana game tersebut banyak bergantung pada pilihan para pemain berikut konsekuensinya, dan di game ini pun juga bakal demikian. Di sisi lain, banyaknya unsur komedi di setting luar angkasa juga mengingatkan saya terhadap seri Borderlands.

Game ini akan dirilis tidak lama lagi, 25 Oktober 2019 di platform PlayStation 4, Xbox One, dan PC, kemudian menyusul ke Nintendo Switch pada tanggal yang belum ditentukan. Di PC, spesifikasi yang dibutuhkan adalah sebagai berikut.

Minimum

  • CPU: Intel Core i3-3225 atau AMD Phenom II X6 1100T
  • RAM: 4 GB
  • GPU: Nvidia GeForce GTX 650 Ti atau AMD Radeon HD 7850
  • HDD: 40 GB
  • OS: Windows 7 (SP1) 64-bit

Recommended

  • CPU: Intel Core i7-7700K atau AMD Ryzen 5 1600
  • RAM: 8 GB
  • GPU: Nvidia GeForce GTX 1060 6 GB atau AMD Radeon RX 470
  • HDD: 40 GB
  • OS: Windows 10 64-bit

Sumber: GamesRadar.

Rockstar Beberkan Detail Mengenai Red Dead Redemption 2 Versi PC Beserta Spesifikasi yang Dibutuhkan

Seperti yang sudah dijanjikan, Rockstar akhirnya membeberkan detail lebih lengkap mengenai Red Dead Redemption 2 versi PC. Penantian panjang para gamer PC semestinya dapat terbayarkan berkat penyempurnaan dari segi teknis yang ditawarkan.

Satu pembeda utama antara RDR2 versi PC dan console-nya adalah seputar grafis. Lighting di versi PC-nya bakal lebih menawan berkat kualitas ambient occlusion dan global illumination yang lebih baik, demikian pula kualitas refleksi di atas air, cermin maupun permukaan yang mengilap, serta resolusi bayangan yang lebih tajam.

Kualitas tekstur pun juga bakal ikut meningkat pada versi PC-nya, spesifiknya tekstur pepohonan, rerumputan maupun bulu-bulu pada binatang. Draw distance alias jarak pandang yang lebih jauh juga menjadi keunggulan versi PC-nya, yang berarti objek yang berada jauh dari karakter akan tetap kelihatan tanpa harus didekati terlebih dulu. Semuanya demi menyajikan kesan yang lebih realistis.

RDR2 versi PC juga akan menghadirkan mode HDR bagi mereka yang memiliki perangkat yang mendukung. Deretan screenshot yang diambil dari versi PC-nya bisa Anda lihat di bawah ini, sedangkan trailer resmi dalam resolusi 4K 60 fps kabarnya akan segera menyusul.

Semua ini tentunya membutuhkan PC berspesifikasi tinggi, tidak lupa juga ruang kosong di hard disk sebesar 150 GB. Rockstar sendiri merincikan spesifikasi PC yang dibutuhkan untuk RDR2 sebagai berikut:

Minimum

  • OS: Windows 7 – Service Pack 1
  • Prosesor: Intel Core i5-2500K / AMD FX-6300
  • RAM: 8 GB
  • Kartu grafis: Nvidia GeForce GTX 770 2 GB / AMD Radeon R9 280 3 GB

Recommended

  • OS: Windows 10 – April 2018 Update
  • Prosesor: Intel Core i7-4770K / AMD Ryzen 5 1500X
  • RAM: 12 GB
  • Kartu grafis: Nvidia GeForce GTX 1060 6 GB / AMD Radeon RX 480 4 GB

Jujur saya pribadi cukup sedih melihat prosesor yang saya gunakan, i5-2500K, tercantum sebagai spesifikasi minimum. Terakhir saya meng-upgrade PC adalah saat GTA V versi PC dirilis (2015), mungkin sekarang sudah waktunya saya melakukan upgrade lagi demi menyambut mahakarya terbaru Rockstar ini.

Sumber: Rockstar.