Amplitude, Vidio dan Pluang Terapkan Strategi Product-led Growth untuk Bangun Customer Retention

Sebagai perusahaan rintisan, tentunya mencapai growth yang cepat jadi salah satu tujuan yang didambakan. Nyatanya tidak semudah itu, terlebih melihat persaingan industri digital yang kian ramai.

Menjawab keresahan tersebut, DailySocial.id berkolaborasi dengan Amplitude mengundang Karina Gunawan, Enterprise Account Executive Amplitude, Robert Tan, VP of Pluang dan Dhiku Hadikusuma Wahab, Chief Product Officer of Vidio dalam acara webinar #SelasaStartup yang bertajuk: “Growth Webinar: Build for Product-Led Growth”, bersama pada Selasa, 18 Januari 2022 lalu.

Bagaimana produk digital yang kita buat lebih dipilih?

Untuk mengatasi persoalan ini, para pemain di industri digital pun ramai-ramai menerapkan strategi product-led growth. Perusahaan yang melakukan strategi product-led growth lebih cepat bisa menjadi lebih lebih efisien dan scalable dalam mengakuisisi, mengelola engagement, retention dan loyalitas user, terlebih di tengah kompetisi industri digital, menarik pengguna untuk mencoba dan tetap ‘sticky’ terhadap produk bisnis Anda menjadi satu tantangan tersendiri.

Dalam diskusi ini, kami mendatangkan platform wealthtech Pluang, yang baru saja berhasil meraih pendanaan tambahan di putaran lanjutan Seri B senilai $55 juta atau setara Rp787 miliar pada Januari 2022 ini. Selain itu perwakilan dari perusahaan yang masuk dalam jajaran centaur, Vidio, juga turut menceritakan pengalaman mereka serta berbagi tips dan best practice membangun growth bisnis perusahaan digital sukses tersebut.

Melengkapi diskusi ini, tak luput perusahaan pionir digital optimization penyedia layanan data dan analisis produk, Amplitude, turut hadir memberikan pandangan bagaimana strategi product-led growth dapat memacu pertumbuhan startup digital

“Saya melihat banyak startup merasa belum ready […]. Padahal, karena kompetisi makin cepat dan customer juga ekspektasinya makin tinggi, makanya penting untuk cepat melakukannya (product-led growth) di awal,” terang Karina.

Amplitude juga membuka kesempatan bagi para perusahaan rintisan melalui program scholarship. Para startup diberikan akses data komprehensif dan support dari tim Amplitude secara gratis selama satu tahun. Program ini bisa Anda ikuti di tautan ini atau email melalui [email protected].

Penasaran bagaimana sepak terjang ketiga perusahaan ini membangun growth?

Simak webinar #SelasaStartup “Growth Webinar: Build for Product-Led Growth” selengkapnya di sini!

Kiat Tepat Membangun “Growth” Bisnismu Melalui Pengembangan Produk

Banyak cara dilakukan untuk menarik dan meyakinkan orang agar membeli produk Anda. Salah satunya adalah membuat orang langsung mencoba produk Anda secara gratis.

Seperti metode freemium atau free trial yang lumrah banyak digunakan oleh perusahaan digital ternama sebagai strategi untuk menarik banyak pengguna. Keduanya, ternyata merupakan bagian dari adaptasi tren pendekatan product-led growth yang populer mulai tahun 2020 ini. Strategi diklaim menjadi masa depan strategi bisnis untuk berkembang.

Product-led growth (PLG) sendiri merupakan metode memusatkan produk sebagai penggerak utama untuk mengakuisisi, mengaktivasi, dan mengelola pengguna (user). Strategi ini fokus pada end-user langsung dengan memangkas langkah-langkah panjang yang biasa perusahaan lakukan dengan metode marketing-led/sales-led growth.

Sejumlah brand ternama sudah memanfaatkan strategi product-led growth

Fokus pada mempercepat penyampaian value produk, versi semacam ‘try-before-you-buy’ seperti freemium dan free trial ini mempermudah pengguna sehingga mereka bisa langsung merasakan sendiri manfaat dan seluruh fitur produk sepanjang mereka inginkan serta merasakan langsung bagaimana ternyata produk tersebut bisa mengatasi masalah mereka dengan mudah.

Akumulasi dari experience langsung dan terus menerus ini kemudian idealnya membuat pengguna tertarik untuk memutuskan pembelian produk atau terus menggunakan produk tersebut sebagai solusi permasalahan mereka.

Hal ini senada dengan survei dari Forrester yang menyebutkan, 75% B2B condong memilih self-serve model. 3 dari setiap 4 B2B buyers lebih memilih self-educate dibandingkan belajar tentang produk dari tim sales perusahaan.

Strategi product-led growth ini bisa kita lihat dari brand kenamaan luar negeri yang berkecimpung di industri digital berbasis cloud seperti teleconference maupun desain online. Produk mereka banyak diadopsi oleh pengguna karena mudah digunakan dan terlebih lagi memiliki opsi fitur tanpa berbayar.

Pada akhirnya, bisnis brand-brand besar ini tumbuh dengan cepat dengan sedikit uang yang dikeluarkan untuk pemasaran (marketing-led growth). Produk mereka terpasarkan dengan sendirinya dari cerita mulut-ke-mulut para pengguna ‘gratis’ yang puas akan produk tersebut.

Kiat membangun strategi product-led growth

Mengimplementasikan product-led growth mempunyai manfaat yang besar, seperti memperluas jangkauan pengguna, meningkatkan kepuasaan pelanggan, dan mengurangi biaya akuisisi pengguna.

Adapun kiat dalam membangun product-led growth sebagai berikut:

1. Jadikan customer experience yang pertama

Ketika membuat produk, visi yang harus dibangun adalah bagaimana produk tersebut memberikan pengalaman terbaik bagi yang menggunakannya. Berdasarkan riset yang dilakukan oleh PwC, 73% konsumen mengatakan customer experience merupakan faktor esensial dalam melakukan keputusan pembelian.

2. Kuasai road map produk

Setelah memiliki visi yang fokus pada pengalaman pengguna, selanjutnya adalah membuat peta jalan produk sebagai petunjuk bagi founder sendiri maupun tim produk akan apa saja yang harus dilakukan untuk menyukseskan tujuan atau program yang coba dibangun.

3. Fokus pada adopsi dan engagement user/customer

Membuat produk dengan segala fitur canggih saja tidak cukup. Produk yang dibuat harus bisa menarik dan membantu pengguna untuk terus menggunakan produk Anda. Salah satu caranya adalah memperkenalkan dan menuntun pengguna anda mengoptimalkan fitur-fitur produk lain yang belum terjamah seperti fitur guides.

4. Selalu kembangkan produk

Selalu kembangkan produk mengikuti kebutuhan pengguna. Cara ini memberikan makna bahwa perusahaan Anda selalu peduli dan berusaha memberikan solusi yang terbaik. Lebih lagi, ini bisa memupuk kesetiaan pengguna.

5. Kuatkan strategi dengan data

Ingin membuat produk yang bagus dan disukai oleh banyak orang artinya membutuhkan data perilaku pengguna target pasar produk Anda. Anda bisa meminta feedback langsung dari pengguna atau melihat data tracking saat pengguna mencoba produk Anda.

Misalnya, kenapa fitur A lebih sedikit digunakan dibanding fitur B. Dari data tersebut Anda bisa mengambil keputusan mana yang harus diperbaiki dan terus dikembangkan. Cobalah mulai untuk menggali permasalahan apa yang sedang dihadapi dari data tersebut dan mencari solusinya.

Terlihat mudah, namun menjalankan strategi product-led growth juga membutuhkan pemaham yang lebih mendalam baik bagi seorang founder maupun product manager. Belajar memahami langsung dari praktisi profesional bisa menjadi salah satu jawabannya.

Mengakomodasi hal ini, DailySocial akan mengupas tuntas strategi product-led growth pada Selasa, 18 Januari 2022 mendatang dalam webinar #SelasaStartup dengan topik “Growth Webinar: Build for Product-Led Growth.”

Kiat-Tepat-Membangun-Growth-Bisnismu-Melalui-Pengembangan-Produk

Acara yang digelar daring ini nantinya akan menjelaskan product-led growth lebih mendalam disertai berbagai tips dan best practice langsung dari Amplitude, perusahaan pionir dalam bidang digital optimization dan Robert Tan, VP of Pluang serta Dhiku Hadikusuma Wahab, Chief Product Officer of Vidio .

Mulai “growth” bisnismu melalui pengembangan produk sekarang. Daftar #SelasaStartup melalui tautan ini.

 

Kopi Kenangan Jadi Unicorn, Ini Deretan Startup Centaurs 2021 yang Siap Menyusul

Daftar startup centaurs Indonesia 2021 mengalami pengurangan anggota dengan keluarnya Kopi Kenangan, yang 27 Desember lalu telah masuk ke dalam jajaran unicorn.

Sebutan centaur sendiri diartikan sebagai “calon unicorn” atau “adiknya unicorn” yakni para startup yang memiliki nilai perusahaan antara $100 juta (Rp1,4 triliun) dan $1 miliar (Rp14 triliun).

Dalam catatan tahunan DailySocial.id, per November 2021 Indonesia memiliki 50 startup (masih termasuk Kopi Kenangan) dengan 4 diantaranya berhasil masuk dalam posisi top 10 investasi startup terbesar sepanjang 2021.

Lantas startup mana saja yang masuk dalam jajaran startup centaurs 2021?

Di bawah ini DailySocial telah rangkumkan 7 diantara 50 startup centaurs 2021:

1. SiCepat

Berdiri sejak tahun 2014, PT SiCepat Ekspres yang menawarkan jasa layanan logistik pada Maret 2021 lalu merampungkan penggalanan dana Seri B dengan nilai total $170 juta atau 2,44 triliun Rupiah. Putaran pendanaan tahap Seri B ini diklaim terbesar di Asia Tenggara.

Investor yang turut berpartisipasi dalam adalah Falcon House Partners, Kejora Capital, DEG (Lembaga Keuangan Pembangunan Jerman), Penjamin asuransi berbasis di Asia, MDI Ventures, Indies Capital, Pavilion Capital (anak perusahaan Temasek Holdings), Tri Hill, dan Daiwa Securities.

Dana segar ini direncanakan akan digunakan untuk memperkokoh kedudukan SiCepat sebagai penyedia layanan logistik. Dari total pendanaan yang fantastis ini juga, Per November 2021 SiCepat berhasil menduduki posisi ke-5 dari 10 investasi startup terbesar 2021.

2. Vidio

Salah satu platform OTT lokal terbesar dengan 62 juta pelanggan, Vidio, pada November 2021 lalu memperoleh pendanaan eksternal pertama mereka senilai $150 juta (Rp2,1 triliun) dari Affinity Equity Partners (Affinity), ekuitas swasta terbesar di Asia.

Perusahaan yang menawarkan program langsung dan video on demand, termasuk serial orisinil, film lokal/internasional, dan pertunjukan langsung ini sebelumnya dimiliki sepenuhnya oleh Emtek Group di bawah Surya Citra Media (SCM).

Total pendanaan ini berhasil membawa Vidio di posisi ke-6 dari top 10 Investasi startup terbesar Indonesia 2021.

3. Ula

Perusahaan startup yang fokus membantu UMKM ini sempat menjadi perbincangan hangat karena berhasil menggaet VC besutan pendiri Amazon Jeff Bezos, Bezos Expeditions, pada tahap putaran Seri B. Tak hanya itu, tapi juga investor terkemuka lainnya seperti Northstar Group, AC Ventures, Citius, Prosus Ventures, Tencent, dan B Capital dengan total pendanaan sebesar $87 miliar.

Belum usai, November lalu Ula kembali mengumumkan perolehan dana segar tambahan untuk Seri B ini sebesar $23,1 juta (lebih dari 328 miliar Rupiah) yang dipimpin oleh Tiger Global dan Co-founder Flipkart Binny Bansal.

Bila dihitung, total dana yang didapat Ula sepanjang November 2021 ini sebesar $130.1 juta, menjadikan Ula sebagai startup ke-7 dalam top 10 investasi terbesar startup Indonesia 2021.

4. Bibit

Berfokus pada aplikasi investasi reksadana daring yang mudah bagi pemula, Bibit yang sejak 2019 telah diakuisisi Stockbit ini menempati posisi ke-9 dalam urutan top 10 investasi terbesar startup Indonesia 2021. Bibit berhasil mengantongi $95 juta per November 2021.

Sebelumnya, pada Mei 2021 Bibit mendapatkan $65 juta atau setara 938 miliar Rupiah yang dipimpin oleh Sequoia Capital India.

5. Ruangguru

Didirikan oleh mantan staf khusus Presiden Jokowi, Belva Devara, startup edtech Ruangguru menempati posisi ke-20 dari daftar investasi startup indonesia 2021 dengan perolehan total pendanaan sebesar $55 juta per November ini.

Selain hadir di Indonesia, Ruangguru juga masuk memperluas pasar ke negara Thailand dengan memakai brand StartDee pada 2020, setelah hadir di Vietnam dengan brand KienGuru pada setahun sebelumnya.

6. Halodoc

Startup centaur selanjutnya adalah platform aplikasi kesehatan Halodoc yang memperoleh pendanaan sebesar $80 juta per November 2021 ini. Menjadikan Halodoc berada di urutan 12 dalam investasi terbesar startup Indonesia 2021.

Dana ini dihasilkan dari putaran pendanaan Seri C yang dipimpin oleh Astra International, Temasek, Telkomsel Mitra Inovasi, Novo Holdings, Acrew Diversify Capital Fund, Bangkok Bank serta beberapa investor terdahulu seperti salah satunya Blibli Group.

7. Sociolla

Sociolla, perusahaan beauty-tech yang masih tergolong dalam kategori centaurs terakhir dalam rangkuman ini berhasil mengantongi $57 juta per November 2021.

Diketahui Sociolla sedang mengoptimalkan konsep omnichannel. Sepanjang tahun ini Sociolla meresmikan 10 gerai baru yang tersebar di berbagai kota besar Indonesia. Langkah ini dikatakan Sociolla sebagai rangkaian pasca ekspansi internasional perdananya ke Vietnam pada Oktober lalu.

 

Melihat perkembangan pendanaan startup centaurs sepanjang 2021 ini yang menggelontorkan dana besar bagi startup-startup untuk terus tumbuh, tidak mustahil dalam satu tahun kedepan startup centaur ini banyak yang mengikuti jejak Kopi Kenangan.

Untuk melihat daftar startup centaurs lainnya dan urutan total perolehan pendanaan masing-masing startup centaurs 2021 dapat Anda simak dalam laporan tahunan “DailySocial.id Annual Report 2021” di tautan berikut https://annual.dailysocial.id/

***

Disclosure: Artikel ini ditulis oleh Deva Alyaning Tyas

Monika Rudijono Membangun Karier: Ingin Menjadi “Role Model” untuk Putri Tercinta

Perjalanan karier yang dinamis membawa Monika Rudijono dikenal di komunitas startup dan tech scene Indonesia. Berawal dari seorang Account Executive di sebuah advertising agency, kini ia menempati posisi bergengsi sebagai Managing Director di platform OTT lokal terbesar di Indonesia, Vidio.

Sebagai ibu rumah tangga, pengalaman bekerja dan kesibukannya saat ini diklaim tidak mengganggu rutinitas sehari-harinya. Bersama Vidio, Monika ingin memberikan kontribusi terbaik dengan empowering tim agar menjadi lebih baik.

Kepada DailySocial, Monika menceritakan suka duka perjalanan kariernya dan harapan yang ingin ia sampaikan kepada generasi muda perempuan dan tentunya anak-anak tercinta.

Belajar banyak dari agency

Selama 20 tahun Monika bekerja di advertising agency ternama. Dinamika agency yang cenderung fast-paced dan sarat dengan perubahan secara cepat, memberikan kebiasaan positif. Ia menjabarkan, demi memenuhi kebutuhan dan permintaan klien, ia harus bisa beradaptasi dan bekerja dengan tim yang besar jumlahnya. Tim kreatif, produksi, dan lainnya memiliki goal yang sama, yaitu memberikan layanan dan advise yang relevan kepada brand yang menjadi klien.

“Jadi tanpa disadari dalam waku 20 tahun itu juga membuat saya lebih mengerti karakter orang yang berbeda, karena di agency tidak ada output produk yang kita berikan, namun lebih kepada strategi dan kreativitas serta ide. Saat bekerja dengan banyak orang, saya melihat talent is the biggest asset,” kata Monika.

Menurut Monika, kebiasaan tersebut telah membuatnya bisa berpikir dengan cepat dan mengambil keputusan terbaik dalam kurun waktu yang singkat. Bekerja di bawah tekanan dan multitasking merupakan skill set yang dipelajari saat di agency.

Lepas dari agency, Monika memutuskan mengambil kesempatan bekerja di Uber. Meskipun hanya 7 bulan, ia mengklaim belajar banyak saat bergabung dengan perusahaan teknologi asal Amerika Serikat tersebut.

Kehadiran Uber di Indonesia telah mendisrupsi layanan transportasi di Indonesia, meski akhirnya perusahaan harus bersinergi dengan Grab di Asia Tenggara. Meskipun mengaku banyak tanggung jawab dan pekerjaan yang dibebankan sebagai President Uber untuk Indonesia, berkat pengalamannya bekerja di agency dirinya merasa tidak kaget.

“Demikian juga ketika saya akhirnya memutuskan untuk menempati posisi sebagai CMO di Lazada. Saya selalu percaya membangun tim dan individual menjadi penting. Pengalaman saya bekerja di agency juga telah mendidik saya untuk bisa mengelola ekspektasi. Bagi saya apa yang sudah saya lakukan di masa lalu, telah membawa kepada posisi saya saat ini,” kata Monika.

Tumbuh bersama Vidio

Monika Rudijono dengan posisi barunya sebagai Managing Director Vidio / Vidio

Ada beberapa alasan mengapa akhirnya Monika memutuskan bergabung dengan Vidio. Selain besarnya kemungkinan untuk berkontribusi sebagai perusahaan multinasional yang dimiliki Emtek, Monika melihat potensi yang sangat besar di platform ini. Meskipun mengaku masih mempelajari seluk beluk dunia OTT, dengan pengalamannya berkarier di perusahaan sebelumnya Monika yakin bisa memberikan yang terbaik.

“Sebagai Managing Director, tugas saya lebih kepada mengamati dari sudut helicopter view. Dengan memberikan improvement dalam skala kecil bisa terus tumbuh menjadi besar dan tentunya memberikan hasil yang positif,” kata Monika.

Dirinya cukup percaya diri dalam jangka waktu pendek bisa memberikan strategi dan arahan di kegiatan pemasaran. Namun, dalam skala yang lebih besar, Monika juga ingin lebih banyak terlibat dalam people development. Ia percaya talenta yang tepat bisa membawa perusahaan lebih besar lagi.

“Dari sisi inovasi bisa dipastikan Vidio akan terus tumbuh dengan original series-nya. Demikian juga dengan konten olahraga dan Fantasy Team. Kami mengetahui dengan benar seperti apa kesukaan dari pengguna di Indonesia. Kami juga telah meluncurkan sinetron dalam beberapa episode yang hanya bisa dinikmati di platform Vidio,” kata Monika.

Cita-cita membangun negeri

Bagi Monika, karier yang dilakukan harus berharga dan memiliki nilai. Apakah itu dari sisi remunerasi yang sesuai atau ilmu/wawasan yang bisa didapatkan dari perusahaan tersebut. Juga bagaimana memberikan kontribusi dan impact kepada perusahaan.

“Saat saya kuliah dulu di luar negeri, saya memiliki cita-cita untuk kembali ke Indonesia dan membangun negeri. Saat ini, ketika saya telah memiliki 4 anak perempuan, apa yang saya lakukan diharapkan bisa menjadi role model bagi mereka dan membuktikan anything is possible,” kata Monika.

Salah satu kekuatan yang dimiliki Monika adalah dukungan yang diberikan oleh sang ayah dan suami tercinta. Kedua figur tersebut memberikan rasa percaya diri dan keyakinan untuk bisa berkarier hingga saat ini. Hal tersebut yang menjadi pegangan saat memperoleh tanggung jawab di berbagai perusahaan.

Meskipun begitu, ia menyadari tidak semua perempuan Indonesia bisa mendapatkan kebebasan dan kesempatan memperluas wawasan dan membangun karier seperti dirinya.

“Sejak dulu ayah saya selalu mengatakan apa pun yang saya lakukan jangan pernah menjadi hambatan hanya karena saya seorang perempuan. Apapun yang ingin saya lakukan jika fokus pastinya akan tercapai. Hal tersebut yang kemudian menjadi motivasi saya saat berkarier,” kata Monika.

Tidak bisa dipungkiri dunia teknologi dan komunitas startup saat ini masih didominasi pemimpin laki-laki. Monika tidak pernah melihat hal tersebut sebagai tantangan.

“Hingga saat ini masih banyak perempuan muda yang bertanya kepada saya bagaimana saya mampu menyeimbangkan antara karier dengan rumah tangga. Artinya hingga saat ini masih ada tekanan di kalangan perempuan untuk menuruti permintaan suami, orang tua, dan orang terdekat lainnya. Saya cukup beruntung dikeliling oleh support system yang mendukung saya selama ini,” kata Monika.

Vidio Umumkan Pendanaan Eksternal Pertama Senilai 2,1 Triliun Rupiah dari Affinity

Vidio, salah satu platform OTT lokal terbesar, mengumumkan pendanaan senilai $150 juta (Rp2,1 triliun) dari Affinity Equity Partners (Affinity), ekuitas swasta terbesar di Asia. Sebelumnya, Vidio dimiliki sepenuhnya oleh Emtek Group di bawah Surya Citra Media (SCM), ini merupakan pendanaan eksternal pertama mereka. Platform ini memiliki valuasi pre-money $750 juta, pendanaan telah meningkatkan valuasinya hingga mendekati status unicorn/soonicorn.

Menurut laporan keuangan terbaru Emtek (Q3 2021), Vidio memiliki total aset sebesar Rp362 miliar.

Dengan investasi ini, Affinity akan bergabung dengan dewan direksi Vidio dan akan bermitra untuk mempercepat pertumbuhannya dan memperluas kepemimpinan pasarnya di Indonesia. Perusahaan juga berencana untuk memperluas konten serial orisinil, memperkaya program dengan menambahkan lisensi konten olahraga, dan berinvestasi dalam meningkatkan pengalaman pengguna.

“Hal ini menandai tonggak baru bagi Vidio sebagai platform OTT terbesar di Indonesia. Kami berusaha untuk terus fokus pada pengguna dengan menawarkan pengalaman streaming terbaik dan konten premium eksklusif terlengkap untuk pengguna. Kami sangat bangga dapat bermitra dengan Affinity, dan dengan kemitraan ini serta didukung oleh talenta terbaik yang kami miliki, kami akan mengambil lompatan besar selanjutnya dalam memberikan kualitas dan value yang luar biasa kepada pelanggan Vidio,” ujar CEO Vidio Sutanto Hartono.

Hingga September 2021, Vidio telah memiliki 62 juta pelanggan. Beberapa firma riset juga menempatkan mereka sebagai platform OTT #1 di Indonesia. Pada Agustus 2021, Comscore menempatkan Vidio sebagai aplikasi peringkat #1 dengan pengguna unik terbesar. Selain itu, MPA menempatkan mereka sebagai OTT dengan pengguna aktif harian tertinggi di Asia Tenggara pada Q2 2021.

Vidio menawarkan program langsung dan video sesuai permintaan. Ini termasuk serial orisinil, film lokal/internasional, dan pertunjukan langsung. Salah satu proposisi nilai perusahaan ada pada program olahraga, seperti UEFA Champions, La Liga, NBA, F1, dan banyak lagi.

“Kami sangat senang dapat bermitra dengan Emtek Group dan Vidio untuk terus membangun OTT terbaik yang mewakili masa depan sektor media di Indonesia. Ekosistem digital dan media Emtek, ditambah posisi Vidio di garis depan, dan tim manajemen yang kuat, merupakan faktor penting dalam perjalanan sukses Vidio di industri OTT Indonesia yang sangat dinamis. Affinity akan memanfaatkan jaringannya yang luas di seluruh Asia untuk mendukung inisiatif pertumbuhan Vidio, khususnya di bidang konten dan gamifikasi untuk memperkaya konten streaming langsung,” sebut Benny Lim, Managing Director dan Head of Affinity South East Asia.


Artikel asli dalam bahasa Inggris, diterjemahkan oleh Kristin Siagian

Application Information Will Show Up Here

Vidio Announced Its First External Injection, $150 Million from Affinity

Vidio, one of the largest local OTT platforms, announced it has received $150 million (Rp2.1 trillion) funding from Affinity Equity Partners (Affinity), the largest private equity in Asia. Previously fully owned by Emtek Group under Surya Citra Media (SCM), it’s Vidio’s first external injection. The platform has a $750 million pre-money valuation and the funding has inflated its valuation to near unicorn/soonicorn status.

According to Emtek’s latest (Q3 2021) financial report, Vidio has Rp362 billion of total assets.

With this investment, Affinity will join Vidio’s board of directors and will partner to accelerate its growth and expand its Indonesian market leadership. The company also plans to expand the original series contents, enrich the program by adding sports content licenses, and invest in advancing user experience.

“This marks a new milestone for Vidio as the largest OTT platform in Indonesia. We strive to continue to focus on users by offering the best streaming experience and the most complete exclusive premium content for users. We are very proud to partner with Affinity, and with this partnership and supported by the best talent at our disposal, we will take a huge leap forward in delivering outstanding quality and value to Vidio customers,” Sutanto Hartono, Vidio’s CEO, said.

As of September 2021, Vidio has 62 million subscribers. Several research firms also rank them as the #1 OTT platform in Indonesia. In August 2021, Comscore ranked Vidio as the #1 ranked app with the largest unique viewers. And MPA ranks them as the OTT with the highest daily active users in Southeast Asia in Q2 2021.

Vidio offers live programs and video on-demands. It includes original series, local/international movies, and live shows. One of the value propositions is on sports programs, such as UEFA Champions, La Liga, NBA, F1, and many more.

“We are very pleased to partner with Emtek Group and Vidio in continuing to build the best OTT, which represents the future of the media sector in Indonesia. Emtek’s digital and media ecosystem, plus Vidio’s position at the forefront, and a strong management team, are important factors in Vidio’s success journey in Indonesia’s highly dynamic OTT industry. Affinity will leverage its extensive network across Asia to support Vidio’s growth initiatives, particularly in the areas of content and gamification to enrich live streaming content,” said Benny Lim, Affinity’s Managing Director and Head of South East Asia.

Application Information Will Show Up Here

Monika Rudijono Diangkat Sebagai Managing Director Baru Vidio

Monika Rudijono resmi ditunjuk sebagai Managing Director Vidio yang baru per Oktober tahun ini. Dalam menempati posisi yang baru saja dibentuk, ia akan bertugas mengawasi jalannya operasional sehari-hari dari platform OTT lokal paling populer ini. Ia akan melapor langsung kepada Sutanto Hartono, CEO Vidio dan Wakil Presiden Direktur Emtek Group. Sebelumnya, beliau menjabat sebagai Marketing Chief Lazada Indonesia selama lebih dari 3 tahun.

Monika adalah seorang veteran dengan pengalaman lebih dari 20 tahun di industri. Sebagai lulusan dari UC Berkeley, ia sebelumnya memegang beberapa posisi tinggi di ahensi pemasaran, termasuk Presiden Direktur Grey Group. Monika memulai karirnya di bidang teknologi ketika memimpin Uber Indonesia sampai akhirnya bergabung dengan Grab.

Selama bertugas di Lazada, ia mengawasi beberapa kampanye pemasaran, termasuk kolaborasi dengan Brightspot Market, Pakuwon Group, tim EVOS Esports, dan MasterCard.

Menurut data dari Media Partners Asia pada tahun 2020, Vidio memiliki sekitar 1,1 juta pengguna berbayar secara nasional. Platform ini bersaing langsung dengan pemain regional dan global untuk menjadi pemuncak di industri OTT Indonesia. Vidio fokus pada siaran olahraga (sepak bola, bola basket, dan F1), Asia, dan konten asli lokal.


Artikel asli dalam bahasa Inggris, diterjemahkan oleh Kristin Siagian

Kekuatan Konten Original dan Olahraga Dukung Pertumbuhan Vidio

PT Vidio Dot Com (Vidio) awalnya diciptakan sebagai situs berbagi video yang didirikan sejak 2014. Situs ini dikelola PT Kreatif Media Karya (KMK), anak usaha PT Elang Mahkota Teknologi (Grup Emtek). Seiring berjalannya waktu, kini Vidio bertransformasi menjadi platform over the top (OTT) yang mampu bertahan di tengah kencangnya persaingan platform serupa selama beberapa tahun terakhir.

Pandemi memperkuat posisi Vidio sebagai platform lokal yang menawarkan konten original dan program unggulan mereka, yaitu olahraga. Kepada DailySocial, Chief Product Officer (CPO) Vidio Hadikusuma Wahab mengungkapkan strategi dan dukungan Emtek terhadap Vidio.

Layanan digital unggulan grup

Bagi Emtek, Vidio merupakan produk unggulan digital yang didorong melengkapi portofolio audienceship—dari TV, portal, hingga platform OTT sebagai satu end-to-end audience reach di pasar Indonesia.

Roadmap Vidio saat ini berfokus pada hal yang dibutuhkan pengguna, mulai dari content journey yang lebih baik untuk eksplorasi konten yang beragam, personalisasi konten yang lebih relevan, sampai perluasan bisnis partnership supaya pengguna bisa akses Vidio lebih murah dan mudah,” kata Hadikusuma.

Secara khusus, Vidio membagi konten mereka antara audiens TV, olahraga, dan entertainment — yang menyukai film, baik lokal seperti original series, sampai konten Asia dan luar negeri. Sports dan Entertainment saat ini diklaim sedang berkembang pesat sesuai dengan animo masyarakat.

“Kami juga melihat bagaimana kekuatan lokal konten, baik di Sports dan Entertainment makin semarak. Penonton Liga 1, Liga 2, dan (nantinya Liga 3), beserta penonton original series lokal Vidio terus menunjukkan peningkatan positif yang memperkuat kedudukan konten lokal sebagai raja konten di Indonesia.”

Beberapa waktu lalu Vidio telah meluncurkan inovasi baru di OTT yang bisa meningkatkan interaksi dengan atau sesama pengguna, dengan meluncurkan fitur Fantasy Team. Pengguna bisa menyusun tim dari klub Liga 1 dan Liga 2 dan berkompetisi sesuai statistik permainan sesungguhnya.

Kerja sama eksklusif dengan Wattpad juga memberikan keuntungan tersendiri bagi perusahaan. Tahun depan Vidio berencana menggandakan jumlah titel original series yang akan diluncurkan. Hal ini diklaim terbanyak dari yang pernah ada di Indonesia.

“Konten original masih relatif baru dan kami harus terus membuat banyak judul. Saat ini Vidio bisa dibilang OTT yang paling agresif memproduksi konten originals dan memanfaatkan data untuk paham audiens user. [..] Kami berencana lebih agresif lagi dengan membuat lebih banyak konten lokal dan juga membeli konten luar, baik sports dan non sports yang menarik bagi pengguna di Indonesia,” kata Hadikusuma.

Dorong pertumbuhan pelanggan berbayar

Selain berlangganan, Vidio juga menyajikan konten-konten gratis dengan iklan. Meskipun demikian, mereka terus mengedukasi masyarakat menikmati konten melalui OTT agar ke depannya bisa dikonversi menjadi pelanggan berbayar.

Di tahun 2021 ini Vidio mencatat peningkatan jumlah pelanggan berbayar lebih dari 2 kali lipat dibandingkan akhir tahun lalu. Hingga saat ini, Vidio sudah memiliki lebih dari 1,5 juta pelanggan berbayar.

“Vidio berkomitmen untuk terus mengedukasi masyarakat Indonesia agar bisa menghargai konten premium dengan menyajikan paket berbayar yang sangat terjangkau, 19 ribu Rupiah per minggu dan 29 ribu Rupiah per bulan, dengan konten yang bisa menjangkau semua anggota keluarga,” kata Hadikusuma.

Selama pandemi Vidio mencatat peningkatan jumlah pelanggan yang baik. Pertumbuhan dari sisi revenue pada Q1 2020 meningkat 3-4x lipat dibanding periode tahun sebelumnya. Lonjakan trafik eksponensial terjadi sekitar bulan April 2020. Kala itu, Vidio menggratiskan tontonan untuk memfasilitasi perubahan perilaku konsumen di fase PSBB pertama.

Application Information Will Show Up Here

Monika Rudijono is Appointed as Vidio’s new Managing Director

Monika Rudijono has been appointed as Vidio’s new Managing Director, starting this October. In this newly created position, she will oversee the day-to-day operation of the local’s most popular OTT platform. She will report to Sutanto Hartono, Vidio’s CEO and Emtek Group’s Vice President Director. Previously she was Marketing Chief of Lazada Indonesia for over 3 years.

Rudijono is a veteran in the industry with more than 20 years of experience. Graduated from UC Berkeley, she was previously held several high positions in advertising agencies, including President Director of Grey Group. Rudijono jumpstarted her career in tech by leading Uber Indonesia until its merger with Grab.

During her stint with Lazada, she oversaw several marketing campaigns, including collaboration with Brightspot Market, Pakuwon Group, EVOS Esports team, and MasterCard.

According to data from Media Partners Asia in 2020, Vidio has around 1.1 million paid users nationwide. It competes with regional and global players to be the household names in Indonesia’s OTT industry. Vidio’s focus is on sports (football, basketball, and F1), Asian, and local original content.

[Video] Mengulas Bisnis Layanan “Video Streaming” di Masa Pandemi

Kondisi pandemi Covid-19 membatasi aktivitas sosial masyarakat dan menciptakan kebiasaan baru, termasuk dalam mencari hiburan.

DailySocial bersama Rezki Yanuar dari Vidio membahas dampak pandemi dan perubahan cara konsumen dalam menikmati layanan video streaming.

Untuk video selanjutnya seputar startup dan teknologi, kunjungi kanal YouTube DailySocialTV.