Gandeng HP, HTC Luncurkan Bundel VR Headset Vive Plus Desktop PC

HTC dan HP baru saja melakukan kolaborasi yang cukup menarik. Keduanya mengumumkan bundel headset Vive bersama sebuah desktop PC yang memenuhi spesifikasi yang dibutuhkan untuk bisa memberikan pengalaman VR secara mulus.

Harga adalah faktor yang paling menarik dari bundel ini. Bagaimana tidak, dengan modal $1.500, konsumen bisa langsung menikmati pengalaman virtual reality menggunakan HTC Vive. Kalau membeli secara terpisah, Vive sendiri dibanderol seharga $800, yang berarti sisa $700 adalah untuk PC-nya.

Desktop PC bernama HP Envy 750 ini mengemas spesifikasi yang cukup mumpuni jika mempertimbangkan harganya; mulai dari prosesor Intel Core i5–6400, RAM 8 GB DDR4, GPU AMD Radeon RX 480, SSD 128 GB dan HDD 1 TB. Turut melengkapi adalah sebuah DVD drive, keyboard, mouse, serta OS Windows 10 Home.

HP Envy 750 yang termasuk dalam bundel mengemas spesifikasi yang cukup untuk menjalankan game VR / HTC
HP Envy 750 yang termasuk dalam bundel mengemas spesifikasi yang cukup untuk menjalankan game VR / HTC

Memang masih ada PC lain dengan spesifikasi yang jauh lebih ganas dibanding Envy 750, tapi ini saja sebenarnya sudah memenuhi standar minimum yang ditetapkan untuk bisa mengatasi semua yang dibutuhkan Vive. GPU Radeon RX 480 sendiri dicap sebagai standar paling minim untuk bisa menjalankan game VR.

HTC mengklaim konsumen sebenarnya akan mendapatkan bundel senilai total $1.700. Berdasarkan pengamatan TechSpot, komponen-komponen milik Envy 750 sendiri kalau ditotal nilainya mencapai $800. Jadi pada dasarnya konsumen akan mendapat potongan $100 dengan membeli bundel ini ketimbang merakit PC sendiri.

Ke depannya, HTC akan menawarkan bundel Vive + PC lain, mungkin yang berspesifikasi lebih tinggi ataupun yang merupakan hasil kolaborasi dengan pabrikan lain. Namun untuk sekarang, setidaknya paket “Vive Starter Kit” ini bisa menjadi opsi ideal bagi mereka yang belum memiliki gaming PC dan hendak menikmati virtual reality.

Sumber: TechSpot dan HTC.

Keseriusan MSI di Bidang VR Tampaknya Mendorong Oculus Buat ‘Mendekati’ Mereka

Bagi MSI, manuver mereka di ranah VR dimulai dengan penyediaan laptop VR Ready pertama lalu dilanjutkan oleh pengungkapan prototype backpack PC di Computex 2016. Ide terakhir tersebut MSI realisasikan lewat pengumuman VR One, menjadi produk primadona mereka di Tokyo Game Show kemarin. Keseriusan MSI di virtual reality tampaknya menarik perhatian satu nama besar lagi di bidang itu.

Seperti yang mungkin sudah Anda ketahui, VR One dikembangkan secara kooperatif antar dua raksasa teknologi Taiwan, yaitu MSI dan HTC. Saat ini, perangkat tersebut betul-betul dioptimalkan untuk Vive. Rupanya, sang kompetitor utama HTC tidak mau ketinggalan, berdasarkan laporan dari beberapa sumber anonim. Kabarnya, mereka sempat berunding dengan MSI buat meramu device sejenis backpack PC.

Melalui Digitimes, sang informan menjelaskan bahwa sejak Oculus diketahui telah bekerja sama dengan Microsoft untuk mempromosikan produk-produk VR, ada kemungkinan besar MSI akan turut membantu tim yang dinahkodai Palmer Luckey dan Brendan Iribe tersebut buat meningkatkan penjualan di segmen gaming notebook. Sementara itu, sejumlah brand lain juga kabarnya sudah digandeng Oculus VR.

Hasil kolaborasi MSI dan HTC sejauh ini ialah bundel head-mounted display dan gaming notebook, rencananya akan mulai tersedia di bulan Oktober besok. Dan tidak mengherankan jika Oculus VR mencoba mengambil arahan serupa.

Sang narasumber bilang, kehadiran Oculus VR di segmen laptop gaming akan memberi tekanan pada HTC. Buat sekarang, harga Rift memang sedikit lebih unggul dibandingkan Vive dengan gap US$ 200, namun secara teknis, headset garapan HTC itu sedikit lebih canggih berkat kehadiran kamera dan controller. Sampai sekarang, Oculus VR belum menyingkap harga serta info tanggal rilis Touch, tapi ada indikasi periferal ini dibanderol di harga yang tidak murah.

Tersedianya teknologi Nvidia Pascal lewat kartu grafis GeForce GTX seri 10 di notebook memang mengubah segalanya. Ditopang GPU kelas ‘mainstream‘ GTX 1060, laptop-laptop berukuran ramping kini sanggup melakukan hal yang dahulu dibilang mustahil: menangani headset VR high-end. Memasangkan headset VR di notebook memang sedikit bertentangan dengan gagasan ‘portable gaming‘ dan itu alasannya MSI serta produsen-produsen lain turut bereksperimen meracik PC berwujud ransel.

Kompetisi antara Oculus VR dan HTC memang sengit: Oculus VR adalah pionir yang sukses membawa konsep VR ke khalayak umum, mendapatkan topangan finansial dari Facebook. HTC Vive sendiri terbukti sebagai rival tangguh, dengan dukungan Valve di sisi software.

Via Digital Trends.

Developer Lebih Memilih HTC Vive Ketimbang Oculus Rift?

Menakar dari tingginya harga produk, saat ini headset VR sekelas Rift dan Vive memang masih di luar jangkauan kebanyakan konsumen di Indonesia. Mereka yang punya modal pun dihadapkan pada satu pertanyaan: device mana yang akan mendapatkan konten lebih banyak? Oculus VR memang merupakan pionir, tapi beberapa raksasa teknologi tak ragu mendukung Vive.

Untuk mencari tahu, tentu semuanya kembali ke keputusan developer, dan laporan dari UBM Game Network siap memandu Anda. Tim pelaksana Virtual Reality Developers Conference itu merilis VR/AR Innovation Report, berisi respons dari para profesional di bidang virtual serta augmented  reality mengenai platform favorit mereka.

Tahun ini adalah momen penting bagi VR dan AR: Vive dan Rift dilepas di saat yang tidak begitu berjauhan, Samsung merilis versi up-to-date dari Gear VR, Microsoft lagi sibuk menggodok HoloLens, lalu kabarnya Google juga sedang menggarap headset VR baru. Di kuesioner, UBM Game Network bertanya pada developer, saat ini platform apa yang mereka pilih buat mengembangkan konten?

HTC Vive vs Oculus Rift 1

Sebanyak 48,6 persen developer menjawab HTC Vive, sedangkan Oculus Rift hanya menghimpun 43,2 persen. Di kelas mobile VR, Samsung Gear VR mengungguli Google Cardboard dengan 33,8 versus 29,2 persen. Peminat PlayStation VR dan HoloLens juga cukup kecil, masing-masing 12,9 dan 8,8 persen, sedikit di bawah Google Daydream (14,6 persen). Meski persentasenya terlihat kecil, Google sendiri punya satu proyek VR lagi, yaitu Tango.

HTC Vive vs Oculus Rift 2

Menjawab pertanyaan ‘di mana Anda akan mengembangkan konten VR/AR selanjutnya?’, jarak antara Vive dan Rift kian melebar. 34,6 persen developer percaya diri  pada headset besutan HTC dan Valve itu, dan cuma 23,4 persen dari mereka yang memilih Vive. Untuk pertanyaan ini, Google Cardboard berhasil menghimpun lebih banyak pendukung dari Gear VR, angkanya di 14 persen dan 10,3 persen. Namun tak seperti pertanyaan pertama, ada lebih banyak responden tidak menjawabnya, boleh jadi menandai ketidakyakinan mereka.

Anda mungkin sempat mendengar langkah kontroversial Oculus VR buat menyajikan konten eksklusif dengan cara mem-block pemilik Vive sehingga mereka tidak dapat membeli dan memainkan game khusus Rift. Tenang saja, 78,1 persen developer memilih untuk melepas karya digital mereka di lebih dari satu platform.

Tidak sedikit orang merasa ragu, apakah VR merupakan lompatan besar di bidang hiburan, ataukah hype-nya pelan-pelan akan memudar? Anda tidak perlu khawatir, 95 persen developer yakin virtual reality mampu terus tumbuh. Dalam mengembangkan ekosistemnya, 49,7 persen responden memanfaatkan modal sendiri dan 33,4 persen menggunakan dana perusahaan.

Sumber: Gamasutra.

Aksesori HTC Vive Akan Bertambah Banyak dengan Dibukanya Akses ke Teknologi SteamVR Tracking

Seperti yang kita tahu, sejauh ini baru ada dua ‘pemain utama’ di kancah VR headset: Oculus Rift dan HTC Vive. Dari segi harga, Oculus Rift memang sedikit lebih unggul. Kendati demikian, HTC Vive masih mempunyai nilai jual tersendiri berkat fitur tracking-nya yang komprehensif, presisi dan minim real-time.

Kini Valve punya cara lain untuk semakin memaksimalkan fitur tracking Vive. Mereka mengumumkan bahwa teknologi SteamVR Tracking yang dipakai Vive kini bisa dimanfaatkan oleh developer pihak ketiga yang tertarik mengembangkan aksesori atau peripheral untuk Vive. Istimewanya, Valve tidak menarik biaya royalti maupun lisensi.

Sederhananya, SteamVR Tracking melibatkan tiga komponen: sepasang base station milik Vive yang bisa menjangkau sudut pandang 360 derajat, host yaitu PC dengan spesifikasi yang memenuhi standar, dan deretan sensor yang tertanam dalam peripheral buatan developer. Tingkat presisinya mencapai hitungan milimeter, tracking bisa dilakukan hingga jarak sejauh 5 meter.

Ilustrasi cara kerja teknologi SteamVR Tracking yang dipakai oleh HTC Vive / Valve
Ilustrasi cara kerja teknologi SteamVR Tracking yang dipakai oleh HTC Vive / Valve

Akses ke teknologi SteamVR Tracking ini membuka potensi munculnya banyak peripheral untuk Vive. Contoh yang paling gampang adalah stik golf VR atau drone mini untuk digunakan di dalam ruangan. Singkat cerita, tujuan Valve adalah memperluas portofolio produk yang bisa meningkatkan fungsionalitas headset Vive.

Seandainya upaya Valve ini berhasil menjaring banyak developer yang tertarik, Oculus sepertinya harus bisa menawarkan lebih dari sekadar controller Oculus Touch yang hingga kini pun masih belum bisa didapat oleh pemilik Rift.

Sumber: PC Gamer dan Valve.

Siap Tanding di Ranah VR, Dell Menjagokan XPS Tower Virtual Reality

Orang mungkin akan segera mengingat Alienware begitu mulai membahas perangkat gaming dari Dell, namun tak berarti sang produsen PC Amerika itu melupakan gagasan yang dahulu membuat keluarga XPS terkenal. Meneruskan kiprah XPS 8900 sebagai gaming desktop sekaligus workstation, Dell juga telah menyiapkan produk buat menopang tren populer saat ini: VR.

Melalui blog yang dipublikasi hari Kamis kemarin, general manager XPS dan Alienware Frank Azor membahas lebih lengkap rangkaian sistem XPS Tower. Sebelumnya, line up produk ini telah diperkenalkan di akhir bulan Juli. Mereka terdiri dari beberapa varian dengan penampilan hampir serupa, diramu buat memenuhi kebutuhan berbeda: untuk bekerja sehari-hari, mainstream  gaming, sampai menangani HTC Vive ataupun Oculus Rift lewat XPS Tower Virtual Reality.

Seperti yang saya sebutkan sebelumnya, anggota keluarga XPS Tower mempunyai wujud identik, mengusung case berbahan aluminium dengan ujung diamond cut, memiliki dimensi 286,5x180x356mm dan berat kurang lebih 10kg. Azor menyampaikan, ukuran XPS Tower lebih kecil 27 persen dibanding perangkat sekelas tanpa menyulitkan pengguna dalam meng-upgrade. Tim Dell mengadopsi sejumlah faktor desain Alienware Aurora sehingga gonta-ganti komponen berjalan sederhana tanpa memerlukan obeng dan peralatan lain.

Khususnya di XPS Tower VR, Dell menjelaskan bahwa sistem tersusun atas ‘teknologi grafis tercanggih, audio sejernih kristal, dan sudah memenuhi daftar kebutuhan hardware untuk menyajikan pengalaman virtual  reality via Oculus Rift’. Saya penasaran apakah penuturan Azor mengenai bagaimana XPS Tower dapat bekerja secara hening berkat sistem kipas yang pintar juga diterapkan di tipe VR tersebut.

Dell XPS Tower VR terbagi dalam tiga model. Varian standarnya dipersenjatai prosesor Intel Skylake i5-6400 berkecepatan hingga 3,3GHz, kartu grafis Nvidia GeForce 970, memori RAM 2133MHz 8GB, penyimpanan berbasis hard  drive 1TB, dan power  supply yang sanggup menopang GPU 225W. Tentu saja Anda diberi kebebasan mengonfigurasi sistem, melakukan upgrade (atau downgrade).

Versi ‘termahal’ disertai prosesor Intel i7-6700K, menyimpan RAM sampai 64GB, SSD plus HDD 2TB, dan jika GTX 970 belum memuaskan Anda, tersedia pilihan kartu grafis GeForce GTX 1070 dan GTX 1080. Sayangnya, Dell belum menyingkap detail tipe XPS Tower Special Edition di website mereka.

Tiga XPS Tower VR dijajakan di harga US$ 1.100, US$ 1.500, dan US$ 1.800; jumlah tersebut belum termasuk uprade GPU ke GTX 1070 atau 1080.

Sumber: Dell.

Lebih Bertenaga Dari GTX Titan X, AMD Luncurkan GPU Radeon Pro Duo Untuk Developer VR

Tahun lalu AMD memperkenalkan empat GPU Fiji: R9 Fury, R9 Fury X, R9 Nano, kemudian tipe terakhir diperkenalkan dengan nama Radeon Pro Duo. Ia seharusnya dilepas tak lama setelah Nano, namun AMD memutuskan buat menundanya, baru merilis Pro Duo beberapa jam lalu. Ternyata diketahui, varian tercanggih Fiji tersebut disiapkan bukan untuk ‘konsumen biasa’.

Kita melihat sendiri bagaimana virtual reality menyita perhatian khalayak, terutama sesudah Rift dan Vive tersedia. Produsen berlomba-lomba menyiapkan produk pendukung VR. Tapi khususnya Pro Duo, ia tidak diramu buat menikmati, melainkan untuk pembuatan konten. AMD mengklaim, Radeon Pro Duo menyimpan performa 1,5 kali lebih tinggi dari GeForce GTX Titan X, serta 1,3 kali lebih mumpuni dibanding Radeon R9 295X2.

Radeon Pro Duo berisi sepasang kartu grafis R9 Nano di satu board. Masing-masing GPU difokuskan untuk satu mata ketika head-mounted display sedang dioperasikan. Metode ini memberikan level performa yang belum mampu ditawarkan kartu grafis tunggal. Selain itu, GPU sekunder bisa menopang chip utama buat proses pengolahan grafis berat, memastikan sistem bekerja mulus.

AMD Radeon Pro Duo 02
Radeon Pro Duo dari samping-depan.

Tentu saja Anda bisa menggunakan Pro Duo untuk menikmati game, meskipun dari pengamatan The Inquirer, ia masih belum efektif menangani Grand Theft Auto V dan Rise of the Tomb Raider di 4K. AMD telah menyediakan driver Radeon standar serta FirePro khusus bagi pencipta konten. Pro Duo sendiri tidak terbaca sebagai kartu FirePro sejati, tapi ia secara resmi didukung app-app semisal Autodesk, Maya, dan Blackmagic Davinci Resolve.

Dua buah GPU R9 Nano berarti Pro Duo menyuguhkan performa serta mengonsumsi daya dua kali lebih besar. Buat menghilangkan panas, kartu grafis dibekali cooler berberbasis cairan mirip Radeon R9 Fury X, menutupi modul regulator voltase serta unit GPU. Di sana terdapat tiga connector DisplayPort ditambah satu HDMI, lalu di sampingnya ada connector power PCIe delapan-pin – menyedot listrik sebesar 350W.

AMD Radeon Pro Duo 03
Bagian dalam Radeon Pro Duo.

Salah satu fitur unik dari kartu grafis anyar adalah kehadiran teknologi LiquidVR, yang bertugas meminimalisir latency dan stuttering saat sistem terpasang ke Oculus Rift maupun HTC Vive. Selain mengungkap Radeon Pro Duo, AMD juga telah memprakarsai sejumlah program sebagai cara mereka berkiprah di ranah virtual reality.

Menariknya, di website, AMD menyebut Pro Duo sebagai ‘kartu grafis untuk gaming paling cepat di dunia’. Nyatanya, harga produk sangat jauh di atas kemampuan mayoritas gamer PC. Ia dibanderol US$ 1.500.

Via AnandTech. Sumber: AMD.

Siap Bersaing di Ranah Virtual Reality, Asus Umumkan Program Beyond VR Ready

Menyusul pelepasan dua headset high-end di era kelahiran virtual reality, produsen berlomba-lomba menyiapkan perangkat yang sanggup menopangnya. Daftar kebutuhan hardware telah tersedia, dan bermunculanlah sejumlah sertifikasi ‘VR ready’. Asus sendiri mengamankan nama mereka di ranah itu dengan menjadi salah satu penyedia Oculus Ready PC.

Tapi persaingan dari rival senegaranya memang cukup sengit. MSI lebih dulu meluncurkan notebook gaming dan workstation VR ready pertama di dunia, lalu disusul oleh Acer lewat Predator 17 X. Kali ini, Asus mencoba menyamai kedudukan dengan memprakarsai program baru. Saat kompetitor menetapkan virtual reality sebagai sebuah standar, produsen Taiwan itu mengumumkan Beyond VR Ready.

Asus menjelasan bahwa Beyond VR Ready adalah sebuah tanda kesanggupan dan rasa percaya diri mereka buat menyediakan perangkat-perangkat pendukung virtual reality. Untuk mencapai keinginannya, Asus berkolaborasi bersama perusahaan-perusahaan ternama di industri, sehingga produk seperti motherboard dan kartu grafis bekerja optimal dengan headset serta aksesori VR.

Asus Beyond VR Ready 0
Badge Beyond VR Ready.

Kehadiran Badge Beyond VR Ready mempermudah konsumen buat mengetahui hardware apa saja yang kompatibel ke Oculus Rift dan HTC Vive. Dengan mengusung lencana itu, Asus berjanji hardware-hardware tersebut sanggup menyuguhkan pengalaman virtual reality maksimal. Komponennya diuji demi memastikan semua beroperasi secara mulus begitu game atau aplikasi diluncurkan. Lalu selanjutnya, Asus berencana untuk memperbanyak varian produk.

“VR Ready memberi tahu kita spesifikasi dasar yang diperlukan buat memperoleh pengalaman VR memuaskan. Walaupun bagi konsumen hal tersebut mudah dipahami, mengonfirmasi kompatibilitas komponen merupakan pekerjaan sulit,” jelas Asus di website. “Program Asus Beyond VR Ready memastikan hardware telah dites dan menjamin semuanya tersambung.”

Beyond VR Ready meliputi dua tipe produk, terdapat 30 motherboard dan 17 GPU. Namun saya belum dapat memastikan apakah Asus turut memasukkan notebook Republic of Gamers serta PC desktop G11CD dan ROG G20CB yang mendapatkan titel Oculus Ready PC.

Sayangnya, deskripsi Asus mengenai apa yang dimaksud dengan ‘Beyond VR ready’ masih belum jelas. Pertanyaan saya adalah, kira-kira apa yang akan menjadi fokus utama Asus? Apakah produsen lebih menitikberatkan kemampuan produk mereka untuk menangani virtual reality, atau condong pada upaya kerjasama demi mengembangkan ekosistem VR?

Info lebih lengkap Beyond VR Ready bisa Anda peroleh di situs resmi.

Sumber: Asus.

Sony Akui Oculus Rift Lebih Baik Dari PlayStation VR?

Dengan PlayStation VR, Sony kini berada di posisi menguntungkan. Harga versi retail Rift serta Vive sudah diungkap, dan keduanya ternyata bukanlah produk terjangkau. Tak seperti headset kompetitor, tidak ada daftar hardware yang harus dipenuhi oleh PSVR selain kepemilikan PS4. Dan melihat penjualan PlayStation 4, PlayStation VR berpeluang besar untuk jadi juara.

Menariknya, meskipun percaya diri pada potensi produk mereka, Sony secara besar hati mengakui keunggulan sang rival. Dalam wawancara panjang bersama Polygon, executive vice president Masayasu Ito menyampaikan bahwa kualitas konten Rift memang lebih baik. Tapi di persaingan itu, pendekatan Sony adalah menawarkan alternatif lebih terjangkau dengan dukungan teknologi yang tak kalah mutakhir.

“Jika Anda berbicara mengenai mutu di kelas high-end, saya mengakui Oculus menyuguhkan konten lebih baik,” tutur Ito menjawab pertanyaan Polygon. “Meski demikian, ia [Rift] menuntut hardware PC yang canggih dan mahal. Keunggulan PlayStation VR ialah integrasi ke PlayStation 4. Perangkat didesain buat pemakaian sehari-hari, lebih mudah digunakan, dan pastinya lebih terjangkau. PlayStation VR bukan diperuntukkan bagi pemilik PC high-end, melainkan khalayak umum.”

Dari laporan Bloomberg di tahun lalu, CEO Sony Computer Entertainment Andrew House pernah bilang mereka berencana menjual PlayStation VR seharga console baru. Jika berpatokan dari PS4 ketika baru diluncurkan, banyak orang berspekulasi bahwa device akan dipasarkan di kisaran US$ 300-400. Menghitung perkiraan harga termahal plus PlayStation 4, Anda dapat menikmati VR cukup dengan mengeluarkan US$ 800. Uang sebanyak ini baru bisa membeli satu unit Vive, belum termasuk PC-nya.

Spesifikasi PSVR memang sedikit di bawah Rift. Ia menyuguhkan sebuah layar OLED 5,7-inci 1920×1080, di-split menjadi 960×1080 buat tiap mata. Refresh rate PlayStation VR lebih tinggi dari Rift (90Hz), yaitu 120Hz, tapi Rift mempunyai resolusi lebih besar di 2160×1200 serta field of view lebih luas, 110 versus 100 derajat. Perlu diketahui, karena jarak dari mata ke layar begitu dekat, jumlah pixel sangat memengaruhi kualitas.

Menariknya lagi, Sony menganggap PlayStation VR sebagai console baru, bukan sekedar aksesori pelengkap. Layaknya sistem permainan, Sony telah menyiapkan berbagai judul game. Sebagian tim mulai menambahkan fitur-fitur virtual reality dalam permainan PlayStation, contohnya seri Grand Turismo serta Dreams, namun mayoritas game yang kompatibel ke PSVR sendiri digarap oleh studio third-party.

PlayStation VR dijadwalkan untuk meluncur tahun ini, namun Sony belum menyebutkan waktu rilisnya secara spesifik.

Mayoritas Gamer Tidak Tertarik Membeli Headset Virtual Reality?

Virtual reality adalah istilah terpanas saat ini. Ia semakin populer, dan para perusahaan ternama berbondong-bondong berupaya ambil bagian di sana. VR diprediksi akan menjadi masa depan hiburan digital serta memanaskan kembali kompetisi di bidang grafis. Namun apakah antusiasme serupa dirasakan oleh konsumen, khususnya di kalangan gamer?

Setelah HTC dan Oculus VR mengungkap info lebih detail terkait head-mounted display mereka, kita tahu baik Rift dan Vive akan tetap menjadi produk niche meski mereka segera meluncur sebentar lagi. Keduanya dibanderol di harga yang tidak murah, lalu Anda juga memerlukan hardware canggih buat mendukungnya. Ternyata para gamer merasakan sentimen serupa, berdasarkan data Gamer Network.

Gamer Network sebelumnya melakukan survei ke kurang lebih 14.000 gamer di jaringan website mereka. Hasilnya, dari hampir 13.000 responden, hanya 15 persen yang bilang berniat untuk membeli headset VR di tahun ini. 25 persen masih belum yakin, dan 60 persen terang-terangan menyampaikan mereka tidak berencana buat memilikinya. Menariknya lagi, 75 persen subjek survei mengaku mempunyai gaming PC.

Tak bisa disangkal, gamer ialah target konsumen utama dari Vive dan Rift. 32 persen responden menyatakan bahwa harga adalah faktor krusial yang memengaruhi keputusan mereka. Fakta unik mengenai VR tidak berhenti sampai di sini. Kita menyangka Oculus Rift merupakan headset terfavorit, mengingat ia lebih dulu ‘dicicipi’ banyak orang melalui versi development kit-nya. Faktanya, persentase antusiasme konsumen terhadap Rift malah di bawah HTC Vive, dengan perbandingan 13,74 versus 15,5 persen.

Mungkin tidak disangka, menakar dari harga, PlayStation VR berpeluang menjadi alternatif terbaik – menempatkan Sony di posisi unggul. Tapi berhasil atau tidaknya langkah mereka sangat ditentukan oleh keputusan Sony untuk ‘berani rugi‘. Seandainya ketiga headset menyajikan kualitas konten serupa, Sony dapat memimpin dengan menjajakanya di harga lebih ekonomis – misalnya di bawah US5 500. Console maker asal Jepang itu dahulu sempat bertaruh dengan PlayStation 3.

Di luar tema virtual reality, responden juga ditanya mengenai platform game apa yang tertarik untuk mereka beli selanjutnya. Jawabannya cukup mengejutkan. Walaupun detail tentangnya sangat minim dan Nintendo belum mengungkapnya secara resmi, NX memimpin di urutan pertama dengan 31 persen, diikuti oleh PC di posisi runner-up (hampir 30 persen). Di kelas persaingan current-gen console, PlayStation 4 jauh meninggalkan Xbox One: 20 banding 9 persen.

Sumber: Games Industry.

Sanggupkah PC Anda Tangani HTC Vive? Cek Dengan SteamVR Performance Test dari Valve

Tak lama setelah menyingkap informasi mengenai harga, HTC dan Valve segera mengumumkan daftar komponen PC yang dibutuhkan buat menjalankan head-mounted display Vive. Seperti dugaan banyak orang, level hardware tidak jauh berbeda dari Rift. Namun jika masih kurang yakin, Valve sudah menyiapkan tool khusus supaya Anda bisa mengujinya sendiri.

Sebagai pengembang sisi perangkat lunak HTC Vive, Valve menyediakan SteamVR Performance Test, sebuah program yang diracik untuk mengevaluasi kesanggupan susunan hardware sistem Anda dalam menangani headset VR tersebut. Performance Test mengambil latar belakang jagat permainan Portal, potongan dari skenario Aperture Robot Repair VR, berjalan selama dua menit.

SteamVR Performance Test 02

Setelah mengumpulkan data dan mengolahnya, tool bertugas mengkalkulasi apakah PC Anda sanggup menjalankan konten virtual reality atau tidak. Standar Valve adalah 90 frame rate per detik serta kemampuan konten menjaga kualitas visual di tingkatan yang optimal. Seandainya sistem belum ‘VR ready‘, SteamVR Performance Test dapat memudahkan kita menemukan kelemahannya – apakah terkait CPU, kartu grafis, atau keduanya.

Hasil dari tes terdiri dari tiga tingkatan: not ready, capable dan ready. SteamVR Performance Test juga menghitung tingkat ‘fidelity‘ dan frame rate (serta fps CPU-bound atau yang terpantau di bawah 90fps). Zona berwarna merah mengindikasikan PC tidak bisa menopang Vive, sedangkan kuning menandakan ‘pas-pasan’, dan beberapa fitur tidak ditampilkan demi menjaga frame rate tetap tinggi. Beberapa GPU high-end lawas masuk di sini, contohnya GeForce GTX 680.

SteamVR Performance Test 03

Perlu diingat, skor performa bisa berbeda-beda saat Anda menjalankan tes di satu sistem. Hal ini dapat dipengaruhi faktor aplikasi, atau diakibatkan oleh GPU atau CPU yang di-overclock. Rock Paper Shotgun menyampaikan, SteamVR Performance Test belum mampu mengerti laptop berkartu grafis lebih dari satu. Jadi Anda harus setting GPU utama terlebih dahulu, karena jika tidak, software hanya membaca Intel HD Graphics saja.

Seperti ini konten dari SteamVR Performance Test:

Untuk simpelnya, Anda cukup berpatokan pada list spesifikasi yang telah dipublikasi HTC:

  • Prosesor Intel i5-4590 / AMD FX 8350
  • Kartu grafis Nvidia GeForce GTX 970 / AMD Radeon R9 290
  • RAM 4GB
  • Output HDMI 1.4 atau DisplayPort 1.2
  • USB 1x USB 2.0
  • Sistem operasi Windows 7 SP1 atau yang terbaru

SteamVR Performance Test bisa diunduh gratis dari Steam.

Via Eurogamer.