Platform Pencatatan Keuangan PINA Raih Dana Segar Lebih dari 44 Miliar Rupiah

Startup pengembang aplikasi pencatatan keuangan personal PINA mengumumkan perolehan pendanaan tahap awal senilai $3 juta (lebih dari 44 miliar Rupiah). AC Ventures, Vibe.VC, dan Y Combinator bergabung memimpin putaran teranyar ini, dengan partisipasi dari XA Network dan investor terdahulu, yakni 1982 Ventures dan Prasetia Dwidharma.

Dana segar akan dimanfaatkan untuk mengakselerasi pengembangan produk dan pertumbuhan pengguna. Beberapa fitur yang tengah dipersiapkan adalah konsultasi keuangan, investasi, dan layanan pelengkap lainnya, seperti akses ke pelatihan karier, sertifikasi perencana keuangan, dan acara keanggotaan eksklusif.

Dalam keterangan resmi, Co-founder PINA Daniel van Leeuwen menyampaikan, pihaknya percaya ada banyak Indonesia yang kurang terlayani dalam hal membangun kekayaan mereka, baik dalam hal akses ke saran maupun produk. Hal tersebut selaras dengan visi PINA dalam menawarkan platform manajemen kekayaan pribadi yang cerdas, praktis, yang memberdayakan orang untuk mengendalikan kehidupan finansial mereka.

“Kami percaya bahwa platform keuangan yang sempurna mampu mengelola dan mengotomatisasi setiap aspek keuangan seseorang berdasarkan keinginan dan kebutuhan mereka. Kami ingin menjadi OS (sistem operasi) kehidupan finansial masyarakat, dan penggalangan dana baru-baru ini akan memungkinkan kami bergerak lebih cepat menuju tujuan tersebut,” terang Leeuwen dalam keterangan resmi, Senin (4/7).

Founder & Managing Partner AC Ventures Adrian Li turut menambahkan, meningkatnya adopsi transaksi nontunai seiring dengan meningkatnya individu-individu kaya di Indonesia mendorong munculnya peluang miliaran dolar baru untuk platform manajemen kekayaan, yang menawarkan tumpukan penuh layanan termasuk pengelolaan uang dan investasi.

“Tim PINA membawa pengetahuan dan koneksi mendalam dalam industri jasa keuangan – menjadikan PINA salah satu perusahaan paling menjanjikan di bidangnya,” ucapnya.

Sejumlah aplikasi wealth management bermunculan akhir-akhir ini, membantu pengguna untuk merencanakan tujuan keuangan mereka. Beberapa startup di lanskap tersebut juga telah mendapatkan pendanaan dari investor, di antaranya Finku, Sayakaya, Saham Rakyat, dan lain sebagainya.

Produk PINA

Didirikan pada 2021, PINA menawarkan saran keuangan holistik dan solusi manajemen investasi kepada investor ritel. Platform ini membawa misi untuk memberdayakan masyarakat Indonesia dengan membuat keputusan keuangan yang rumit menjadi sederhana. Selama ini, biaya tinggi dan setoran minimum membuat layanan pengelolaan kekayaan tidak dapat diakses oleh sebagian besar masyarakat Indonesia.

Akses ke alat dan penasihat pengelolaan uang PINA gratis, dan pengguna hanya dibebankan biaya saat berinvestasi di platform. Melalui aplikasi PINA, pengguna dapat menautkan semua akun keuangan mereka untuk mengelola uang mereka di satu tempat dan memanfaatkan data tersebut untuk mengotomatiskan tujuan tabungan dan investasi yang telah mereka tetapkan.

Diklaim, saat ini PINA memiliki lebih dari 25 ribu pengguna di platform dan AUM bernilai lebih dari $4,1 juta. Dalam waktu tiga bulan setelah meluncurkan produknya, perusahaan berhasil menunjukkan daya tarik yang kuat, dengan AUM tumbuh dua kali lipat pada Februari 2022 dan 18 kali lipat lagi pada Maret 2022.

Sementara Christian Hermawan, yang memimpin operasi investasi dan hukum, telah lebih dari 26 tahun di pasar modal. Dia mendirikan Trust Securities dan mengembangkannya menjadi lebih dari $151 juta volume perdagangan bulanan. Sebelumnya, ia menjabat sebagai Direktur Sucorinvest Investment Management. Hendry Chou memimpin produk dan menjadi Product Design Lead di Zenius sebelum mendirikan PINA.

Bagaimana Wealthtech Mudahkan Investasi ke Saham-Saham Luar Negeri

Investasi saham adalah satu dari sekian banyak alternatif di dunia investasi. Jauh sebelum mengenal digital, kelas aset yang satu ini prosesnya sangat manual. Pembelian saham dulu masih menggunakan papan manual, kertas untuk bertransaksi, dan harus dilakukan secara tatap muka di lantai Bursa Efek Indonesia (BEI).

Kantor BEI didesain memiliki lantai perdagangan bertingkat karena terbatasnya ruang untuk menampung aktivitas perdagangan kala itu. Nasabah pun harus menelepon sales/broker untuk order saham yang diinginkan. Makanya, bursa saham zaman dulu lebih banyak dinikmati oleh para trader karena tidak banyak isu dan sentimen-sentimen seperti saat ini.

Namun lain dulu lain sekarang. Belakangan pesatnya pertumbuhan digital, turut dipicu oleh pandemi, mengakibatkan pesatnya inovasi di bidang wealthtech. Kehadiran wealthtech, permudah proses memahami saham jadi jauh lebih menyenangkan, meski risiko yang ditanggung tetap sama.

External Affairs Director Pluang Wilson Andrew menyampaikan, investasi kini sudah menjadi bagian dari gaya hidup generasi muda dan kemudahan akses platform digital mempercepat peningkatan literasi serta inklusi keuangan di Indonesia.

“Investasi tidak lagi menjadi hal yang eksklusif karena prosesnya menjadi jauh lebih mudah dan bahkan dapat dipantau secara real-time melalui smartphone,” ucapnya kepada DailySocial.id.

Pendapat sama diutarakan Ajinkya Kulkarn, Co-founder aplikasi wealthtech asal India Wint Wealth. Dia bilang, perubahan demografi investor dan serangkaian jalur investasi baru mendorong industri fintech untuk memberikan pengalaman digital yang seamless dalam perjalanan investasi seseorang. Wealthtech, sambungnya, memberikan peluang penciptaan kekayaan yang sama bagi investor ritel kecil dengan sumber dana terbatas dan investor ultra kaya.

“Meskipun investor milenial ini tech-savvy, mereka tetap butuh bantuan untuk memecahkan kompleksitas di dunia keuangan. Fintech menawarkan nasihat profesional sekaligus kemudahan eksekusi melalui platform digital. [..] Fintech membangun kepercayaan, menjembatani kesenjangan antara investor dan pasar modal,” kata dia.

Menurutnya, wealthtech membantu investor berinvestasi yang didukung IQ (Intelligent Quotient) yang sangat didasarkan pada penelitian dan konsultasi. Mereka memiliki pengetahuan data dan keterampilan untuk membedah informasi ini yang membantu mereka menarik wawasan yang berarti dan pemahaman mendalam tentang skenario ekonomi. Hal ini memungkinkan investor untuk membuat keputusan investasi yang didukung data yang bijaksana.

“Di tengah lingkungan peraturan yang berubah, platform wealthtech tidak memperumit keuangan dan memberdayakan investor pemula untuk membuat keputusan yang bijak dan tepat waktu guna mencapai tujuan keuangan jangka panjang dan menciptakan kekayaan.”

Menurut laporan CB Insights yang diterbitkan pada 8 Maret 2022, pada kuartal IV 2021 pendanaan startup wealthtech di pasar global naik 156% secara year-on-year senilai $14,6 miliar. Momentum yang baik ini berdampak pada tren peningkatan jumlah investor ritel di Indonesia. Mengutip dari Kustodian Sentral Efek Indonesia (KSEI), per Mei 2022, jumlah investor ritel di pasar modal tembus 8,85 juta SID (Single Investor Identification) atau naik 18,29% secara year-to-date dibandingkan Desember 2021.

Pertumbuhan tersebut didominasi oleh generasi muda berusia di bawah 30 tahun sebesar 60,29% dari keseluruhan jumlah investor. Sebagai catatan, angka ini mencakup SID yang merangkum kode unik untuk investor reksa dana, SBN, dan saham. Adapun, khusus untuk jumlah investor saham (C-BEST) tercatat 3,9 juta SID. Angka ini naik 13,26% secara year-to-date dari angka 3,45 juta SID.

Bila membandingkan pertumbuhan SID di reksa dana dan SBN, kenaikan investor saham memang masih kalah. Jumlah investor reksa dana untuk periode yang sama, tumbuh 19,58%, sementara SBN tumbuh 14,76%. Meski demikian, ketiganya sama-sama masih punya ruang tumbuh yang begitu besar karena rasionya dengan total penduduk masih di bawah 2%.

Berdasarkan risikonya, berinvestasi saham termasuk high risk, high return dan disarankan bukan buat pemula. Menurut Associate Director PT Pilarmas Investindo Sekuritas Maximilianus Nico Demus, investasi pada dasarnya harus didasari dengan pengetahuan dan jangan karena kata orang lain alias FOMO (fear of missing out).

“Beli yang kita tahu dan kenal, jangan kata orang. Karena sudah tahu dan kenal, misal BBCA (BCA) hampir semua ada ATM-nya,” ucapnya seperti dikutip dari CNBC Indonesia.

Dia juga menyarankan, kalau ingin pertama kali coba, sebaiknya dalam jumlah kecil, serta membiasakan diri untuk disiplin, dan siap untuk cut loss. “Kalau misal ternyata penurunan 1%-3% atau 2%-4% enggak boleh lagi yang namanya sayang untuk cut loss. Kalau memang waktunya cut loss, ya cut loss,” tegasnya.

Investasi saham dalam negeri

Ajaib adalah salah satu contoh terdekat di industri yang dapat tumbuh melesat lewat produk saham yang mereka tawarkan sejak Maret 2020. Langkah yang diambil Ajaib sedikit berbeda dibandingkan pemain wealthtech lainnya yang cenderung ambil strategi perdalam rangkaian produk reksa dana, atau kelas aset lainnya, seperti emas, atau mata uang kripto, dalam memperkenalkan investasi kepada pemula.

Ajaib ingin dikenal sebagai aplikasi yang ramah untuk investor ritel pemula, maka seluruh strategi dan produk Ajaib perlu diselaraskan. VP of Product Ajaib Aurora Marsye mengatakan, aplikasi Ajaib didesain penuh untuk mempermudah investor pemula terjun ke dunia saham.

Fitur-fitur seperti registrasi akun 100% online dalam hitungan menit; tidak ada minimum investasi dan buka rekening tanpa deposit awal; tampilan grafik komprehensif, analisis teknis dan fundamental mendalam; dan berbagai materi edukasi dan forum diskusi, adalah sebagian fitur andalan untuk menarik kalangan anak muda.

“Kita remove barrier-barrier yang selama ini menghalangi investor muda untuk terjun ke pasar saham. Dengan berbagai kemudahan ini, modal yang perlu disiapkan pengguna baru itu cukup berani saja,” kata Aurora beberapa waktu lalu.

Meski aplikasi dibuat seramah mungkin buat para pengguna, Ajaib tetap mengedepankan sisi edukasi mengingat investasi ini tergolong investasi high risk high return. Salah satu pendekatan yang kerap dilakukan adalah mengadakan pelatihan-pelatihan rutin dengan memanfaatkan platform media sosial yang banyak dikunjungi anak muda setiap harinya.

“Karena targetnya investor ritel kami lihat mereka mainnya di mana, sekarang banyak main di media sosial. Kami menghampiri mereka, jemput bola. Kami yakin semua pihak juga mengambil strategi ini agar semakin mudah dijangkau oleh para pengguna,” tambah Director of Stock Brokerage Ajaib Sekuritas Anna Lora.

Langkah ini, lanjutnya, merupakan bagian dari strategi perusahaan dalam meningkatkan kualitas literasi investor saham. Menurutnya, peningkatan secara kuantitas memang penting, namun menjaga kualitas pengguna juga tak kalah pentingnya.

Kompetitor terdekatnya, Stockbit, juga dikenal sebagai wealthtech yang menawarkan produk investasi saham. Langkah berbeda diambil oleh Pluang. Startup yang didirikan Claudia Kolonas ini termasuk aplikasi wealthtech dengan kelas aset terlengkap.

Investasi saham luar negeri

Pada awal berdiri dengan brand EmasDigi, Pluang menyediakan produk investasi emas. Mereka terus menambah portofolionya, mulai dari indeks futures (micro e-mini S&P 500 dan micro e-mini NASDAQ 1000), aset kripto, dan reksa dana. Dibandingkan peers-nya, Pluang cukup eksploratif dan berani memperkenalkan kelas aset karena berambisi ingin merangkul semua pengguna yang datang dari beragam profil risiko.

“Sebagai platform legal pertama yang menyediakan akses yang aman pada produk saham AS, peluncuran produk Contract for Differences (CFD) Saham AS pada awal tahun 2022 lalu merupakan komitmen Pluang untuk menjawab antusiasme investor ritel Indonesia dalam berinvestasi langsung di berbagai perusahaan global ternama di pasar modal AS secara terjangkau,” kata Wilson.

Dia melanjutkan, dalam kombinasi jenis aset investasi, indeks saham AS menjadi kombinasi menarik yang dipilih investor untuk dipasangkan dengan aset kripto, emas, dan reksa dana. Menurut hipotesis perusahaan, para investor dapat memiliki kesempatan untuk beradaptasi dengan tren investasi secara global.

Sejak meluncurkan kelas aset CFD saham, pihaknya mendapat respons positif karena tersedianya akses investasi ke pasar saham AS. Dari 40 saham yang diluncurkan, saham perusahaan teknologi jadi pilihan terpopuler di kalangan pengguna. Selanjutnya, diikuti saham perbankan jadi alternatif pilihan. “Secara pertumbuhan kuantitatif pun, angka AUM di jenis aset investasi ini terus meningkat sejak peluncurannya.”

Pluang meyakini produk pasar global merupakan aset yang strategis untuk dimiliki para investor Indonesia. Pasalnya, pertumbuhan nilainya sangat baik dan ukuran kapitalisasi pasar yang sangat besar. Pasar saham AS sendiri telah mengalami pertumbuhan yang luar biasa sejak pandemi, juga pertumbuhan nilai aset dan investor menunjukkan tren yang positif.

“Kami mengamati bagaimana masyarakat Indonesia berusaha untuk mendiversifikasi asetnya di pasar modal AS. Dalam kepemilikan aset investasi, indeks saham AS memiliki potensi yang baik mengikuti aset investasi lainnya seperti aset kripto dan emas digital.”

Dalam temuan internal perusahaan, meski tidak dirinci secara spesifik, mayoritas pengguna akan memulai investasi dengan satu jenis produk investasi terlebih dahulu dan secara berkala memulai investasi dengan beragam aset lainnya. Kombinasi paling tinggi di kepemilikan aset jatuh pada kepemilikan aset kripto, emas digital, indeks saham AS dan reksa dana.

Kemudian, mereka juga cenderung menambah kelas aset baru dalam portofolio investasi mereka kurang lebih selama dua sampai tiga bulan. Disebutkan juga, para pengguna Pluang merupakan investor ritel pemula. Namun, mereka dinilai sudah mampu mendiversifikasi asetnya dengan merata dan bijak sesuai risiko portofolio produk investasi yang tersedia di Pluang.

Perilaku tersebut disinyalir karena mereka sudah mampu mendiversifikasi asetnya setelah mengikuti berbagai program edukasi, baik yang rutin diselenggarakan perusahaan di berbagai platform ataupun di luar itu. “Harapannya, konten-konten edukasi yang diberikan meningkatkan pemahaman pengguna kami dalam menganalisis risiko dari tiap produk investasi dan bisa memaksimalkan potensi peningkatan aset finansialnya.”

Seperti diketahui, pasar saham AS adalah salah satu pilihan utama untuk berinvestasi dalam hal mendiversifikasi portofolio. Negara ini adalah rumah bagi beberapa teknologi terbaik dan bisnis penghasil kekayaan lainnya yang menawarkan peluang investasi besar. Menurut laporan Credit Suisse, kapitalisasi pasar saham AS mewakili sekitar 56% dari total nilai pasar global.

Sementara itu, menurut Investopedia, bagi banyak investor, membeli saham luar negeri memungkinkan mereka melakukan diversifikasi dengan menyebarkan risiko, selain memberi eksposur terhadap pertumbuhan ekonomi di negara lain. Namun, risikonya volatilitasnya juga tak jauh berbeda dengan bursa saham lokal karena ada banyak faktor yang mempengaruhinya.

Makanya, lagi-lagi, investasi saham itu bukan untuk semua orang. Banyak penasihat keuangan menganggap saham asing sebagai tambahan yang sehat untuk portofolio investasi. Mereka merekomendasikan alokasi 5% hingga 10% untuk investor konservatif, dan maksimal 25% untuk investor agresif.

Akan tetapi, karena cocok untuk investasi jangka panjang, ia jadi menarik. Ada yang bilang, semakin lama seorang investor berada di pasar, semakin rendah kemungkinan kehilangan uang.

Seperti yang dikatakan David Gardner, salah satu pendiri The Motley Fool, “Tidak masalah ketika Anda berinvestasi jika Anda berinvestasi di perusahaan hebat. Sebagian kecil saham menyumbang sebagian besar pengembalian pasar secara keseluruhan. Itulah mengapa lebih baik membeli saham di perusahaan hebat sesegera mungkin daripada menunggu harga yang lebih baik yang mungkin tidak akan pernah datang.”

Saat ini, belum banyak pemain wealthtech lokal yang menggarap segmen tersebut. Nanovest, besutan Grup Sinarmas jadi satu-satunya yang lokal, kemudian ada juga Gotrade yang kini punya legalitas yang sah di Indonesia.

Nanovest tak hanya menyajikan investasi saham luar negeri, juga aset kripto, dan transfer dana. Sama seperti Gotrade, Nanovest juga bermitra dengan Alpaca untuk mengakomodasi transaksi saham. Untuk aset kripto, perusahaan sudah memiliki lisensi resmi dengan badan hukum PT Tumbuh Bersama Nano.

Gotrade

Strategic Initiatives Gotrade Ajisatria Suleiman menuturkan, pengalaman berinvestasi perusahaan asing memang bukan barang baru bagi orang Indonesia karena semua bisa diakses melalui sekuritas luar negeri melalui jaringan pribadi mereka. Namun, yang dibawa Gotrade bisa dikatakan inovasi karena perusahaan ingin mendemokratisasikan akses ini ke seluruh orang Indonesia.

“Kami percaya bahwa investor ritel baru juga harus memiliki akses yang sama terhadap produk investasi alternatif yang aman dan legal,” kata Aji.

Dia melanjutkan, hingga saat ini belum ada perusahaan sekuritas lokal di Indonesia yang dapat menawarkan sekuritas asing. Produk saham di Gotrade Indonesia adalah kontrak derivatif yang 100% didukung penuh oleh saham asli yang dimiliki di AS melalui mitra yang digaet, yakni Alpaca Securities LLC, dealer pialang teregulasi FINRA.

Di Indonesia, investasi derivatif ini diatur oleh Bappebti sehingga dibutuhkan izin Pialang Berjangka. Valbury Asia Futures pun dipilih sebagai mitra, mengingat punya reputasi baik dan pengetahuan yang mendalam terutama di bidang regulasi dan kepatuhan.

Pendanaan Seri A Gotrade
Para pendiri Gotrade / Gotrade

Dijelaskan lebih jauh, untuk setiap saham yang dimiliki oleh pelanggan Gotrade Indonesia, ada saham terkait yang dipegang oleh Valbury dalam akun terpisah di Alpaca Securities LLC. Hal ini memungkinkan Gotrade Indonesia untuk memberikan akses kepada masyarakat Indonesia ke saham AS sesuai dengan peraturan lokal Indonesia.

“Struktur kami diatur di bawah Peraturan Bappebti 1/2022 dan 2/2022. Pelanggan membuat kontrak dengan Valbury, dan Valbury kemudian melakukan transaksi terkait dengan Alpaca Securities. Kedua perdagangan ini terjadi secara real time. Seluruh transaksi dilaporkan ke Bursa Berjangka Jakarta (BBJ) dan aspek moneter ditangani oleh Kliring Berjangka Indonesia (KBI), lembaga kliring perdagangan berjangka dan komoditas.”

Gotrade optimistis bahwa semakin terbukanya akses digital dan langkah edukasi masif dari berbagai pihak, secara perlahan dapat meningkatkan kedewasaan dan pengetahuan investor ritel pemula terhadap berbagai produk investasi. Hal itu tercermin dari jumlah investor ritel yang naik dua kali lipat pada tahun lalu, belum memperhitungkan investor dari produk alternatif seperti kripto. Mayoritas para investor baru ini adalah kaum muda perkotaan, paham teknologi, berpendidikan baik di posisi karir tingkat pemula atau menengah.

Sebelum resmi hadir di Indonesia, Gotrade sudah hadir sejak 2019 di Singapura. Gotrade didirikan oleh Rohit Mulani, Norman Wanto, dan David Grant. Platform ini dulunya bernama TR8 Securities yang terdaftar di Labuhan, Malaysia. Dalam operasionalnya, bermitra dengan Alpaca sebagai broker dengan lisensi FINRA dan perlindungan SIPC di Amerika Serikat.

Gotrade hadir menawarkan kemudahan untuk melakukan trading saham dari bursa Amerika Serikat. Aplikasi ini memungkinkan pengguna membeli saham pecahan di NYSE dan saham yang diperdagangkan di NASDAQ mulai dari $1 alias in fraction atau sepersekian dari satu lembar saham. Investor tetap mendapat dividen sesuai jatah kepemilikan saham.

Tidak disebutkan jumlah pengguna Gotrade Indonesia maupun global sejauh ini, pun nominal AUM yang telah dikumpulkan.

Ajaib Kini Tawarkan Investasi Kripto, Semakin Lengkap sebagai Wealthtech

Ajaib menjadi platform wealthtech selanjutnya yang menawarkan investasi aset kripto. Solusi ini hadir di bawah unit usaha Ajaib Group, dengan badan hukum PT Kagum Teknologi Indonesia, dan sudah terdaftar sebagai salah satu pedagang aset kripto di Bappebti.

Kepada DailySocial.id, juru bicara Ajaib Kripto menyampaikan, “Saat ini, Ajaib telah meluncurkan fitur Ajaib Kripto secara bertahap ke pengguna Ajaib. Dengan fitur ini, untuk pertama kalinya investor Indonesia dapat berinvestasi di aset kripto, saham, dan reksa dana dalam satu aplikasi. Kami tidak sabar untuk mengumumkan perkembangan Ajaib Kripto dalam waktu dekat ini.”

Dalam memperkaya kelas aset, Ajaib turut memiliki sejumlah lisensi agar tetap patuh pada regulasi yang berlaku. Pada awal kehadirannya, Ajaib baru menghadirkan investasi reksa dana yang difasilitasi oleh PT Takjub Teknologi Indonesia. Kemudian, diperluas ke investasi saham di bawah badan hukum PT Ajaib Sekuritas Asia, hasil akuisisi atas PT Primasia Unggul Sekuritas.

Sejak saat itu pula, Ajaib tumbuh melesat dari segi pertumbuhan pengguna. Diklaim sejak tiga tahun lalu dirilis, perusahaan telah memiliki 1 juta investor ritel saham. Angka ini begitu pesat, lantaran di Indonesia saat itu baru memiliki 2,7 juta investor saham. Pencapaian tersebut mengantarkan Ajaib sebagai unicorn ketujuh dari Indonesia, pasca mendapat investasi Seri B senilai $153 juta yang dipimpin DST Global.

Pemain wealthtech lainnya

Sebelumnya, Pluang juga meluncurkan kelas aset yang sama sejak tahun lalu. Saat peluncurannya, perusahaan menggaet Tokocrypto dan Zipmex sebagai mitra pihak ketiga. Pengguna Pluang dapat melakukan transaksi jual beli 29 exchange.

Akan tetapi, Pluang menyeriusi lebih lanjut soal potensi kripto yang begitu besar di Indonesia. Kini telah terdaftar sebagai pedagang kripto dengan badan hukum PT Bumi Santosa Cemerlang. Artinya, Pluang menambah lisensi baru.

Sebelumnya, Pluang membentuk anak usaha untuk memperoleh lisensi APERD bernama Pluang Grow (PT Sarana Santosa Sejati). Juga, mengantongi lisensi emas perdagangan emas digital di bawah badan hukum PT Pluang Emas Sejahtera.

Sementara itu, Stockbit, pesaing terdekat dari kedua pemain di atas, dikabarkan tengah mempersiapkan kelas aset kripto di dalam platform-nya. Dalam situs pencarian kerja, perusahaan tengah mencari tim yang tepat untuk menangani produk tersebut.

Di balik gonjang-ganjing pasar kripto belakangan ini, sejatinya industri ini menawarkan potensi yang begitu menjanjikan. Berdasarkan data yang dirilis Bappebti, tercatat nilai transaksi aset kripto tumbuh dari Rp64,9 triliun pada 2020 menjadi Rp859,4 triliun di 2021. Kenaikan pertumbuhan transaksi aset kripto mencapai 16,2% per bulannya.

Pemerintah pun menetapkan aset kripto sebagai objek pajak. Per awal Mei 2022, pedagang fisik aset kripto yang sudah terregulasi Bappebti, wajib memungut PPn dan PPh bagi setiap investor yang bertransaksi jual-beli. Dalam rincian, di Tokocrypto misalnya, besaran pajaknya sebesar 0,31%, terdiri dari trading fee 0,1%, ditambah PPn dan PPh sebesar 0,21%.

Application Information Will Show Up Here

Targetkan Generasi Muda, Pluang Hadirkan Layanan Aset Kripto

Berdasarkan data yang dirilis oleh adan Pengawas Perdagangan Berjangka Komoditi (Bappebti), tercatat saat ini jumlah investor dan nilai transaksi aset kripto di Indonesia pada awal tahun 2022 meningkat cukup signifikan. Nilai transaksi aset kripto di Indonesia bertumbuh dari Rp64,9 triliun pada 2020 menjadi Rp859,4 triliun di tahun 2021. Kenaikan pertumbuhan transaksi aset kripto mencapai 16,2% per bulannya.

Meningkatnya demand tersebut dimanfaatkan oleh Pluang, yang merupakan platform investasi multi-aset, untuk menghadirkan layanan aset kripto. Menggandeng PT Bumi Santosa Cemerlang (BSC) sebagai mitra, Pluang saat ini dapat melakukan kegiatan perdagangan aset kripto yang sudah terdaftar di BAPPEBTI.

Kepada DailySocial.id, Director of External Affairs Pluang Wilson Andrew mengungkapkan, Pluang berkomitmen memberikan kemudahan dan akses seluas-luasnya kepada para investor aset kripto dengan jaminan keamanan yang baik.

Berbeka lisensi sebagai calon pedagang fisik aset kripto, Pluang bersama BSC ingin memaksimalkan potensi keterbukaan akses digital ini untuk terus mendorong pertumbuhan ekonomi digital. Investasi aset kripto di Pluang bisa dilakukan mulai dari Rp5 ribu dan hanya dengan tiga kali klik saja di aplikasi.

BSC merupakan mitra dari Pluang yang baru saja mendapatkan lisensi sebagai Calon Pedagang Fisik Aset Kripto melalui Keputusan Kepala BAPPEBTI dengan nomor 012/BAPPEBTI/CP-AK/4/2022.

“Dengan kolaborasi ini, Pluang bersama BSC dapat memberikan akses perdagangan aset kripto yang aman, terpercaya, serta diawasi oleh otoritas berwenang dengan adanya tanda daftar dari Bappebti,” kata Wilson.

Sebelumnya, Pluang juga telah bermitra dengan PT Aset Digital Berkat (Tokocrypto) dan PT Zipmex Exchange Indonesia (Zipmex) dalam menyediakan akses investasi aset kripto.

Pluang juga telah mengantongi lisensi perdagangan emas digital dari BAPPEBTI dalam menawarkan aset emas digitalnya, Pluang bekerja sama dengan PT Pluang Emas Sejahtera (PES) yang terdaftar sebagai pedagang fisik emas digital.

Izin tersebut memungkinkan Pluang untuk menawarkan produk emas digital pada penggunanya secara aman dan terjamin di bawah regulasi dan pengawasan lembaga negara Indonesia.

Fokus menjadi layanan platform investasi multi-aset

Didirikan oleh Claudia Kolonas dan Richard Chua, Pluang saat ini mengklaim telah memiliki lebih dari 6,7 juta pengguna telah terdaftar di platformnya. Mereka juga telah memiliki beberapa produk investasi di antaranya Emas Digital, Micro E-Mini Index Futures, Saham AS CFD, Aset Digital, dan Reksa Dana. Adanya berbagai macam aset investasi merupakan komitmen dari Pluang untuk mempermudah masyarakat dalam melakukan diversifikasi portofolionya.

Setelah meluncurkan layanan aset kripto, ke depannya Pluang juga memiliki rencana untuk terus berinovasi baik dari sisi penambahan kelas aset maupun fitur-fitur pelengkap untuk mempermudah para investor di Indonesia dalam melakukan diversifikasi aset.

“Kami juga terus melakukan riset pasar untuk menjawab kebutuhan terkini dari para investor, khususnya investor ritel di kalangan milenial, dan tengah menggodok beberapa inovasi produk baru untuk menjawab tren berinvestasi yang semakin berkembang di masyarakat saat ini,” kata Wilson.

Tercatat saat ini Pluang telah mengalami peningkatan jumlah pengguna hingga 10 kali lipat. Pertumbuhan masif ini juga disumbang oleh pertumbuhan jumlah investor kripto di Pluang yang terus meningkat. Dengan tren positif dan legalitas dari otoritas berwenang ini, perusahaan optimis ke depannya jumlah investor kripto akan terus bertumbuh dan transaksi investasi kripto menjadi kian terjamin.

“Ekosistem yang semakin matang ini akan turut membantu pertumbuhan ekonomi digital di Indonesia terutama dalam hal investasi aset digital,” kata Wilson.

Awal tahun 2021 lalu Pluang telah merampungkan penggalangan dana pra-seri B sebesar $20 juta atau 288,8 miliar Rupiah. Konsorsium pendanaan tersebut dipimpin oleh Openspace Ventures didukung investor yang telah terlibat di putaran sebelumnya, termasuk Go-Ventures. Sebelumnya Pluang telah mendapatkan pendanaan Seri A senilai $3 juta pada Maret 2019.

Application Information Will Show Up Here

Bibit Bags Over 1,1 Trillion Rupiah Funding Led by GIC

The wealthtech platform Bibit announced to secure over $80 million (more than 1,1 trillion Rupiah) funding in the latest round led by GIC Private Limited (GIC). Also participated in this round Prosus Ventures and other previous investors.

Previously, the news of GIC’s involvement in Bibit has been circulating since February 2022. GIC is an investment fund institution of the Singapore government. Bukalapak and Bank Jago are part of its portfolios in Indonesia.

Bibit is to use the fresh funding for the launching of its latest product and services, technology development, talent hiring, and powering the education program in order to boost the investment penetration in Indonesia.

Bibit’s Co-founder & CEO, Sigit Kouwagan said, the team believes that everyone has the rights of better future. Bibit is to facilitate Indonesian people to participate in the capital market and to achieve the financial goals through investing in the right way.

“We’re very enthusiastic to welcome GIC as our new investor and very pleased to have other investors that have been loyal to support us for accelerating this mission,” he said in the official statement, Wed (5/25).

Bibit has its debut in early 2019 after being acquired by Stockbit, a space for investors to share ideas about stock investing, news, and real-time information. The platform is designed as a mutual fund “robo-advisor” in Indonesia, helping investors to build portfolios according to their risk profile and investment objectives. Based on the data, 90% of Bibit users are millennial investors who previously had no experience in investing.

To date, Bibit is claimed to have millions of investors, mostly millennials and novice investors, in 500 cities in Indonesia to build investment portfolios based on their risk profile and financial goals in a safe, simple and easy way.

Over the past year, the company has recorded several achievements, including the launch of Stockbit Sekuritas, a fully online e-IPO feature that allows users to participate in the IPO process. In addition, Stockbit Academy was launched as a means for the public to learn stocks for free from experienced financial mentors. Also, the platform also selected by the Ministry of Finance of the Republic of Indonesia as a Distribution Partner (Midis) of Selling Government Securities (SBN) in early 2022.

Based on the Indonesia Stock Exchange (IDX) and the Indonesian Central Securities Depository (KSEI), the number of mutual fund investors in Indonesia grew by 80.3% (YoY) from 4.41 million investors in April 2021 to 7.95 million in April. 2022.

Meanwhile, in the same period, the number of stock investors increased by 66.7% (YoY) and has reached 3.83 million investors. The growth was also due to the rising number of retail investors. Over half of these investors are claimed to use Bibit and Stockbit as investment applications. Despite the significant growth, the number of people who invest in the capital market is still below 4% of the total population.

Its closest competitor, Pluang, previously announced a $55 million funding round earlier this year led by Accel, followed by other investors, including Trung Nguyen, Andy Ho, Aleksander Leonard Larsen, and Jeffrey Zirlin (founder of Axie Infinity), BRI Ventures, Gold House, along with previous investors consisting of Square Peg, Go-Ventures, UOB Venture Management, and Openspace Ventures, and others.

In addition, Ajaib has officially become a unicorn after closing the $153 million series B funding round.


Original article is in Indonesian, translated by Kristin Siagian

Application Information Will Show Up Here
Application Information Will Show Up Here

Bibit Kantongi Dana Segar Lebih dari 1,1 Triliun Rupiah Dipimpin GIC

Platform wealthtech Bibit mengumumkan telah meraih pendanaan sebesar lebih dari $80 juta (lebih dari 1,1 triliun Rupiah) dalam putaran yang dipimpin GIC Private Limited (GIC). Putaran ini diikuti pula oleh Prosus Ventures dan investor lain yang sebelumnya telah mendukung Bibit.

Sebelumnya, kabar mengenai masuknya GIC ke Bibit sudah tercium sejak Februari 2022. GIC merupakan lembaga dana investasi pemerintah Singapura. Bukalapak dan Bank Jago adalah salah satu portofolionya di Indonesia.

Bibit akan memanfaatkan dana segar untuk meluncurkan produk dan layanan baru, mengembangkan teknologi, merekrut talenta terbaik, serta memperkuat program edukasi demi meningkatkan penetrasi investasi yang tengah marak di Indonesia.

Co-founder & CEO Bibit Sigit Kouwagam mengatakan, pihaknya percaya bahwa setiap orang berhak atas masa depan yang lebih baik. Bibit hadir untuk membantu masyarakat Indonesia berpartisipasi di pasar modal, serta mencapai tujuan keuangan mereka dengan cara-cara investasi yang benar.

“Kami merasa sangat antusias menyambut GIC sebagai investor baru kami dan sangat senang atas para mitra investor yang selama ini mendukung kami untuk mengakselerasi misi ini,” ujarnya dalam keterangan resmi, Rabu (25/5).

Bibit mengawali kiprahnya pada awal 2019 pasca diakuisisi Stockbit, layanan bagi investor untuk berbagi ide mengenai investasi saham, berita, dan informasi secara real-time. Platform Bibit didesain sebagai “robo-advisor” reksa dana di Indonesia, membantu investor memiliki portofolio sesuai dengan profil risiko dan tujuan investasi. Dari data yang diberikan, 90% pengguna Bibit merupakan investor milenial yang sebelumnya tidak berpengalaman terkait investasi.

Diklaim, saat ini, Bibit telah membantu jutaan investor, yang sebagian besar merupakan generasi milenial dan investor pemula, di 500 kota di Indonesia untuk membangun portofolio investasi berdasarkan profil risiko dan tujuan keuangan mereka dengan cara-cara yang aman, sederhana, dan mudah.

Selama setahun terakhir, perusahaan telah mencatat beberapa pencapaian, di antaranya peluncuran Stockbit Sekuritas, fitur e-IPO yang memungkinkan pengguna berpartisipasi dalam proses IPO yang 100% online. Selain itu juga ada peresmian Stockbit Academy sebagai sarana masyarakat belajar saham secara gratis dari para financial mentor yang sudah berpengalaman. Serta, ditunjuk oleh Kementerian Keuangan Republik Indonesia sebagai Mitra Distribusi (Midis) Penjualan Surat Berharga Negara (SBN) di awal 2022.

Berdasarkan data Bursa Efek Indonesia (BEI) dan Kustodian Sentral Efek Indonesia (KSEI), jumlah investor reksa dana di Indonesia tumbuh sebesar 80,3% (YoY) dari 4,41 juta investor di bulan April 2021 menjadi 7,95 juta di bulan April 2022.

Sementara itu, pada periode yang sama, jumlah investor saham meningkat 66,7% (YoY) dan telah menyentuh angka 3,83 juta investor. Pertumbuhan disokong oleh melesatnya jumlah investor ritel. Lebih dari separuh investor ini diklaim menggunakan Bibit dan Stockbit sebagai aplikasi investasi. Terlepas dari pertumbuhan yang signifikan, perlu dicatat bahwa jumlah masyarakat yang berinvestasi di pasar modal masih berada di bawah angka 4% dari total populasi.

Kompetitor terdekatnya, Pluang, sebelumnya mengumumkan perolehan pendanaan pada awal tahun ini sebesar $55 juta yang dipimpin Accel. Kemudian diikuti jajaran investor lainnya, di antaranya Trung Nguyen, Andy Ho, Aleksander Leonard Larsen, dan Jeffrey Zirlin (pendiri Axie Infinity), BRI Ventures, Gold House, beserta investor sebelumnya yang terdiri dari Square Peg, Go-Ventures, UOB Venture Management, dan Openspace Ventures, dan lainnya.

Selain itu ada juga Ajaib yang sudah resmi menjadi unicorn setelah menutup putaran pendanaan seri B $153 juta.

Application Information Will Show Up Here
Application Information Will Show Up Here

Finku Financial App Secures Seed Funding Worth 40 Billion Rupiah

The personal financial app Finku announced seed funding of $2.8 million (over 40 billion Rupiah) from B Capital Group. Global Founders Capital and Thrill Capital are involved as co-lead investors. Also participated in this round, Golden Gate Ventures, Goodwater Capital, Alto Partners, and the founders of BukuWarung and Xendit.

On a general note, Global Founders is Finku’s pre-seed investor, along with 500 Startups in August 2021. This latest round’s value is still undisclosed.

The company is to use the fresh money for more diverse product innovations and team expansion to empower more Indonesians. The company is soon to launch a consumer credit product. In the future, Finku is to combine several credit advantages, including low interest rates, cost transparency, with a set of personal finance features to facilitate credit access in a more responsible way.

In an official statement, the company said to take advantage of the increasing number of e-wallet users to access digital payments in Indonesia. The reason is, to build a more resilient and inclusive society in terms of financial, they must have access, ability, and independence to manage finances regardless of income background.

B Capital Group’s Principal, Ayu Tanoesoedibjo said, “We believe that Finku has produced a high-quality product that digitally transforms the personal finance space with a user-centric, highly intuitive, and easy-to-use mobile application for the general public.

“Finku’s ability to reach hundreds and thousands of users in the following months after its launch is a proof to the vast market potential and the team’s passion, commitment and perseverance to achieve the company’s vision. We are excited to support this effort and can’t wait to see them reach more milestones in the future,” Ayu said, Friday (13/5).

Finku’s growth

Finku was launched last year, founded by Reinaldo Tendean, Shyam Kalairajah, and Shylla Estee. The app offers users greater access to finance and financial management expertise, through apps that automate expense tracking and personal budgeting, as well as providing personalized financial advice according to their spending habits.

This allows users to track their transactions through bank, e-wallet and investment accounts more easily, as Finku has streamlined their daily financial management processes. This application can automatically collect and calculate various financial data to produce a real-time figure.

The Finku app feature also allows users to create financial plans that can be automatically divided into more than 28 categories. The app also illustrates graphs and reports, billing, and subscription management features.

A consumer credit product that will be released in the near future, allows users to access credit facilities for their daily needs. This access to credit serves to increase users’ financial capacity and ability in daily life to a certain extent that will not cause problems in their finances.

To date, Finku has more than 350 thousand application users. It is claimed that last year it grew exponentially, ranking 7th for the financial application category in the Apple Store Indonesia. Finku is also part of the 15 startups selected to participate in the Startup Studio Indonesia accelerator program.


Original article is in Indonesian, translated by Kristin Siagian

Aplikasi Pencatatan Keuangan “Finku” Peroleh Dana Tahap Awal Lebih dari 40 Miliar Rupiah

Finku, startup pengembang aplikasi pencatatan keuangan pribadi, mengumumkan perolehan pendanaan tahap awal sebesar $2,8 juta (lebih dari 40 miliar Rupiah) dari B Capital Group. Global Founders Capital dan Trihill Capital ikut terlibat sebagai co-lead investor. Adapun jajaran investor lainnya yang turut berpartisipasi adalah Golden Gate Ventures, Goodwater Capital, Alto Partners, serta pendiri startup BukuWarung dan Xendit.

Sebagai catatan, Global Founders merupakan investor awal (pre-seed) di Finku, bersama dengan 500 Startups pada Agustus 2021. Tidak disebutkan nominal yang diterima Finku dalam putaran tersebut.

Perusahaan akan memanfaatkan dana segar untuk inovasi produk yang lebih beragam dan memperluas tim untuk memberdayakan lebih banyak masyarakat Indonesia. Salah satu produk yang segera meluncur adalah kredit konsumer. Nantinya Finku akan menggabungkan sejumlah keunggulan kredit, meliputi suku bunga rendah, transparansi biaya, dengan seperangkat fitur keuangan pribadi yang dapat membantu mereka mengakses kredit secara bertanggung jawab.

Dalam keterangan resmi, disampaikan perusahaan akan memanfaatkan peluang meningkatnya jumlah pengguna e-wallet untuk mengakses pembayaran digital di Indonesia. Pasalnya, untuk membangun masyarakat yang lebih tangguh secara finansial dan inklusif, mereka harus memiliki akses, kemampuan, dan kemandirian untuk mengelola keuangan terlepas dari latar belakang pendapatan.

Principal B Capital Group Ayu Tanoesoedibjo mengatakan, pihaknya menilai Finku telah menghasilkan produk berkualitas tinggi yang secara digital mengubah ruang keuangan pribadi dengan aplikasi seluler yang berpusat pada pengguna, sangat intuitif, dan mudah digunakan masyarakat umum.

“Kemampuan Finku untuk menjangkau ratusan dan ribuan pengguna dalam beberapa bulan setelah peluncurannya adalah bukti adanya potensi pasar yang luas serta semangat, komitmen, dan ketekunan tim untuk mencapai visi perusahaan. Kami sangat antusias untuk mendukung usaha ini dan dan tidak sabar untuk melihat mereka mencapai lebih banyak tonggak sejarah di masa depan,” kata Ayu, Jumat (13/5).

Perkembangan Finku

Finku sendiri baru dirilis pada tahun lalu, dirintis oleh Reinaldo Tendean, Shyam Kalairajah, dan Shylla Estee. Aplikasi tersebut menawarkan akses keuangan dan keahlian manajemen keuangan yang lebih besar kepada pengguna, melalui aplikasi yang mengotomatiskan pelacakan pengeluaran dan perancangan anggaran pribadi, serta penyediaan saran keuangan yang dipersonalisasi sesuai kebiasaan belanja mereka.

Hal ini memungkinkan pengguna untuk melacak transaksi yang mereka lakukan melalui bank, e-wallet, dan akun investasi secara lebih mudah, lantaran Finku telah merampingkan proses manajemen keuangan harian milik mereka. Aplikasi ini juga secara otomatis dapat mengumpulkan dan menghitung berbagai data keuangan untuk menghasilkan gambaran secara real-time.

Fitur aplikasi Finku juga memungkinkan pengguna untuk membuat rencana keuangan yang dapat secara otomatis dibagi ke lebih dari 28 kategori. Aplikasi ini juga mengilustrasikan grafik dan laporan, tagihan, serta fitur manajemen langganan.

Produk kredit konsumer yang akan dirilis dalam waktu dekat, memungkinkan pengguna mengakses fasilitas kredit untuk kebutuhan sehari-hari. Akses kredit ini berfungsi untuk meningkatkan kapasitas serta kemampuan keuangan pengguna dalam kehidupan sehari-hari dalam batas tertentu yang tidak akan menimbulkan permasalahan pada keuangan mereka.

Saat ini Finku telah memiliki lebih dari 350 ribu pengguna aplikasi. Diklaim, pada tahun lalu tumbuh eksponensial berada di peringkat ke-7 untuk kategori aplikasi keuangan di Apple Store Indonesia. Finku juga merupakan bagian dari 15 startup yang terpilih untuk berpartisipasi dalam program akselerator Startup Studio Indonesia.

Application Information Will Show Up Here

[Video] Mengenal Indogold dan Tren Investasi Emas Digital

DailySocial bersama CMO dan Founder Indogold Indra Sjuriah membahas peluang dan potensi investasi emas secara digital dan bagaimana Indogold bersaing dengan platform investasi digital lainnya.

Untuk video menarik lainnya seputar strategi bisnis dan kontribusi sejumlah startup di Indonesia, kunjungi kanal YouTube DailySocialTV di sesi DScussion.

Ajaib Group Kini Miliki 40% Saham Bank Bumi Arta

Ajaib Group melalui PT Takjub Finansial Teknologi (TFT) kembali meningkatkan porsi kepemilikan sahamnya di PT Bank Bumi Arta Tbk (IDX: BNBA) sebanyak 443,52 juta saham atau setara 16 persen dari seluruh modal ditempatkan dan disetor penuh.

Berdasarkan keterbukaan informasi di Bursa Efek Indonesia (BEI), transaksi pembelian saham ini dilaksanakan pada 8 April 2022 dengan harga pelaksanaan Rp1.345 per saham.

Sebelumnya, Ajaib Group mencaplok sebanyak 665,2 juta saham atau mewakili 24 persen saham Bank Bumi Arta pada November 2021. Dengan penambahan ini, Ajaib kini menguasai 1,10 miliar saham atau setara 40 persen dari seluruh modal ditempatkan dan disetor penuh.

Manajemen Ajaib Group mengungkap bahwa pihaknya ingin menjadi pemegang saham pengendali baru Bank Bumi Arta melalui penambahan kepemilikan saham ini.

Ekspansi produk

Dalam pemberitaan sebelumnya, Director of Stock Brokerage Ajaib Sekuritas Anna Lora sempat menyampaikan bahwa akuisisi ini akan memudahkan Ajaib untuk mengembangkan lebih banyak produk di masa depan.

Perusahaan mulai memperkenalkan layanan baru bernama Margin Trading Ajaib pada Maret. Sebagai informasi, margin trading merupakan pinjaman yang difasilitasi perusahaan sekuritas kepada nasabah pemilik rekening efek.

Margin Trading Ajaib memungkinkan pengguna untuk menebus jumlah saham lebih banyak dengan menggunakan pinjaman dana dari perusahaan sekuritas. Ajaib memfasilitasi Margin Trading dengan 0% pada biaya broker dan bunga margin.

Saat ini, bisnis utama Ajaib adalah platform investasi untuk saham dan reksa dana. Per Desember 2021, total investor Ajaib telah mencapai 1,4 juta orang. Dari angka tersebut, sebesar 96 persen merupakan investor pemula dan 90 persen masuk kelompok usia muda.

Sementara data BEI per akhir 2021 mencatat baru ada 7,48 juta investor retail di Indonesia. Namun, angka tersebut tumbuh signifikan sebesar 92,7 persen dibandingkan akhir 2020 yang hanya sekitar 3,88 juta investor.

Jika mengacu pada model bisnis Robinhood, platform trading dan investasi ini menerapkan komisi nol pada layanannya. Robinhood memonetisasi bisnis melalui sejumlah skema, termasuk margin trading, cash management fee, hingga Robinhood Gold.

Fintech akuisisi bank

Sempat dihubungi secara terpisah, Direktur Center of Economic and Law Studies (Celios) Bhima Yudhistira menyebutkan sejumlah faktor kuat yang melandasi aksi startup fintech mengakuisisi bank.

Akuisisi bank akan memampukan startup fintech untuk meningkatkan inklusi keuangan ke seluruh Indonesia. Salah satunya lewat fasilitas pinjaman modal usaha dengan plafon lebih tinggi. Dalam catatan kami, beberapa startup fintech yang mengakuisisi bank ini fokus di segmen UMKM.

Diolah dari berbagai sumber / DailySocial.id

Faktor lainnya, bank-bank yang diakuisisi ini merupakan bank kecil. Mereka dicaplok dengan harga murah karena tidak mampu memenuhi syarat modal minimum yang ditetapkan OJK. Lagi pula, akuisisi bank kecil lebih memudahkan perusahaan untuk melakukan transformasi karena infrastruktur dan kantor cabangnya kecil.

Application Information Will Show Up Here