Mencari “Pemenang” Layanan E-Commerce di Indonesia

Tahun 90-an menjadi titik awal mulai berdirinya bisnis memanfaatkan teknologi terkini yaitu internet. Mulai dari kehadiran e-mail, mesin pencari, browser hingga layanan e-commerce yang terbilang masih baru namun menunjukkan potensi yang cukup besar.

Pertengahan tahun 90-an hingga awal tahun 2000 mulai muncul layanan e-commerce baru yang menawarkan kemudahan proses pembelian hingga pengantaran kepada masyarakat. Di antaranya adalah Amazon yang diluncurkan pada tahun 1995 oleh pendirinya Jeff Bezos. Amazon awalnya adalah toko buku yang dijual secara online. Saat ini Amazon sudah memiliki layanan yang luas, bukan lagi menjual buku secara online, namun juga produk busana, kebutuhan sehari-hari, hingga komputasi awan.

Menurut data Statista, total penjualan Amazon per kuartal saat ini sudah lebih dari $30 miliar.

Layanan e-commerce lainnya yang muncul dan terbilang sukses saat dotcom bubble di tahun 90-an adalah eBay, yang pada tahun 1995 muncul sebagai situs lelang online. Saat ini eBay telah menjadi marketplace global untuk menjual beragam produk dengan daftar barang sebanyak 103,6 juta di seluruh dunia dan penambahan daftar barang sebanyak 6,1 juta setiap hari, eBay menawarkan kesempatan kepada semua orang untuk membeli dan menjual barang.

Masing-masing layanan e-commerce ini telah melakukan ekspansi hampir di seluruh dunia. eBay sendiri sudah memiliki kantor perwakilan di Indonesia dan diperkirakan Amazon, yang bakal hadir di Singapura, juga bakal merambah ke Indonesia.

Pelajaran yang bisa diambil dari Amazon dan eBay adalah dibutuhkan waktu yang cukup lama, inovasi terkini, dan produk yang bervariasi untuk bisa menjadi nomor satu.

Prediksi layanan e-commerce unggulan di tanah air

Di Indonesia sendiri layanan e-commerce mulai menjadi bermunculan sejak akhir tahun 90-an dengan kehadiran Bhinneka yang berawal sebagai offline store kemudian mulai membangun online store dengan produk yang terbatas pada tahun 1999. Hingga kini Bhinneka masih tetap eksis dengan ragam produk elektronik terkini dan terlengkap di Indonesia.

Pada tahun 2006 Tokobagus diluncurkan dan kini telah berubah menjadi OLX. Tahun 2009 Tokopedia hadir, disusul Bukalapak pada tahun 2010 dan Blibli pada tahun 2011. Semua adalah layanan e-commerce lokal yang masih tetap eksis bahkan menunjukkan peningkatan yang cukup besar dari sisi pelanggan, produk, hingga transaksi.

“Dibanding tahun sebelumnya, perkembangan e-commerce di Indonesia bertumbuh dengan pesat pada tahun 2016. Apalagi dengan adanya akuisisi dari perusahaan Cina baru-baru ini. Kami rasa peluang investasi yang masuk ke Indonesia akan semakin maju. Pasar Indonesia juga masih memiliki banyak ruang untuk berkembang, terlebih dengan penetrasi internet saat ini yang berada di angka 35% yang masih terus meningkat,” kata Senior Manager Regional Deliveree Nattapak Atichartakarn.

Menurut Ketua Umum Asosiasi E-Commerce Indonesia (idEA), yang sekaligus CEO Blanja, Aulia E Marinto, menjadi nomor satu untuk bisnis e-commerce adalah impian seluruh pelaku usaha. Semua pihak pasti mengejar untuk mengarah ke arah situ. Hanya saja, saat ini masih dalam tahap proses, belum sampai tahap final.

Dia bilang, tanda-tanda yang sudah final bakal terlihat dari volume bisnisnya yang sangat besar dan digunakan oleh hampir seluruh orang Indonesia. Waktu yang dibutuhkan untuk sampai ke titik itu, Aulia memperkirakan, sekitar 5-10 tahun lagi. Aulia berharap, dalam kurun waktu tersebut, yang menjadi pemain nomor satu berasal dari pemain lokal bukan dari asing.

“Saat ini peluangnya masih terbuka, jadi belum ada yang bisa bilang dia adalah pemain nomor satu atau bukan. Kami juga berharap pemenangnya berasal dari lokal, makanya mereka harus didorong untuk berlomba dan inovasi, jangan mau kalah karena ini kan bagian dari kompetisi,” ucapnya.

Joedi Wisuda, Country Director True Money Indonesia, mengatakan sebaiknya jangan hanya ada satu pemenang, sebab pada dasarnya semua pemain harus jadi pemenang di bisnisnya masing-masing. Yang terpenting adalah bagaimana memenangkan hati pelanggannya masing-masing.

“Agar industri ini tetap maju dalam melayani pelanggan sebaik-baiknya, sehingga pemenangnya adalah semua, tidak satu saja. Dengan demikian, kompetisi akan jadi lebih sehat, tidak saling menjegal. Semua harus bergandengan tangan untuk melayani lebih banyak pelanggan,” katanya.

Tokopedia, Bukalapak, dan beragam inovasi baru yang dihadirkan

Di tahun 2016 ini masih terlalu dini untuk menyimpulkan siapa layanan e-commerce yang terdepan, seperti yang telah terjadi secara alami di AS dengan Amazon dan eBay. Menurut survei yang dilakukan Google Indonesia beberapa waktu yang lalu, telah muncul lima layanan e-commerce favorit di Indonesia. Yang benar-benar lokal adalah Tokopedia di peringkat kedua dan Bukalapak di peringkat ketiga. Peringkat pertamanya adalah Lazada yang notabene sementara ini adalah layanan e-commerce terbesar di Asia Tenggara dan telah diakuisisi Alibaba.

Tokopedia dan Bukalapak saling mengejar dengan beragam pilihan produk, promo hingga channel-channel baru yang ditawarkan. Di sisi lain, untuk menekan ‘burn rate‘, mereka juga dituntut untuk bisa menghasilkan profit yang stabil dan berkelanjutan.

Dalam sebuah kesempatan terpisah DailySocial berbincang dengan CEO Tokopedia William Tanuwijaya. William menyadari sepenuhnya agar bisnis bisa berjalan dengan baik dan tahan lama, diperlukan inovasi baru yang diharapkan bisa menjadi celah baru untuk mendatangkan profit. Di antaranya adalah channel pembayaran secara digital, kampanye offline, hingga mengedepankan promo harga transparan kepada masyarakat.

“Kami akan terus menghadirkan inovasi baru, mulai dari ragam pilihan produk, strategi penjualan hingga pilihan channel pembayaran. Untuk ke depannya Tokopedia juga berencana bisa menjadi platform baru untuk pembayaran tilang lalu lintas untuk motor dan mobil untuk masyarakat yang membutuhkan,” kata William.

Tentang “posisi” Tokopedia saat ini, William cukup bangga dan memberikan apresiasi kepada pihak-pihak terkait hingga pelanggan setia yang telah memilih Tokopedia sebagai layanan e-commerce favorit di Indonesia. Untuk bisa memberikan layanan lebih kepada pengguna, Tokopedia pun berusaha untuk mengakali semua tantangan dan kendala yang ada, mulai dari infrastruktur hingga logistik.

“Fokus kami saat ini adalah memberikan pelayanan lebih kepada masyarakat yang tinggal di luar pulau Jawa dengan menerapkan strategi lokalisasi, yaitu menempatkan merchant-merchant terbaik di spot strategis yang bisa dijangkau oleh masyarakat Indonesia yang tinggal di kawasan terpencil dan memiliki akses terbatas untuk mencapai kota besar dan sulit untuk dilalui oleh logistik,” kata William.

Berbeda dengan Tokopedia, Bukalapak sendiri mengedepankan strategi growth hacking, terutama sejak kehadiran COO baru Willix Halim. Disinggung soal posisi Bukalapak saat ini yang menjadi favorit namun masih harus berbagi popularitas dengan Tokopedia, Willix mengungkapkan tidak heran ketika pada akhirnya tidak hanya Bukalapak yang unggul, tetapi juga dua bahkan tiga layanan e-commerce lainnya.

“Di Bukalapak sendiri saat ini sudah cukup ‘happy‘ dengan posisi yang ada, yaitu menjadi salah satu layanan favorit masyarakat di seluruh Indonesia. Kerja keras selama ini tentunya tidak akan berhenti dengan beragam inovasi, pilihan produk hingga strategi pemasaran yang akan terus kami berikan,” kata Willix.

Selain itu Willix juga melihat untuk ke depannya bakal muncul layanan e-commerce “niche market” yang hadir dan diperkirakan bisa tampil lebih baik di antara layanan e-commerce yang sudah ada.

“Saya melihat ke depannya akan bermunculan layanan e-commerce baru yang lebih ‘niche‘ hal tersebut tentunya bisa menjadi kompetitor yang baru dan menarik untuk diamati,” kata Willix.

Apakah Tokopedia dan Bukalapak masih mampu mempertahankan posisinya sebagai layanan e-commerce favorit di Indonesia hingga tahun 2017 mendatang? Atau akan muncul layanan e-commerce “niche market” seiring dengan tren dan demand masyarakat saat ini?.

Pada akhirnya, siapa pun pemenangnya, diharapkan layanan-layanan e-commerce lokal tersebut bisa memberikan kontribusi lebih untuk masyarakat Indonesia dan mampu bersaing secara global.


Disclosure: Marsya Nabila berkontribusi dalam pembuatan artikel ini

Facebook dan Bukalapak Hadirkan Kanal Pemasaran BukaIklan

Upaya Facebook untuk memberikan kemudahan kepada pelaku UMKM di tanah air semakin agresif dilancarkan. Kali ini menggandeng platform marketplace terkemuka yaitu Bukalapak. Dengan mengusung nama Bukaiklan, semua penjual yang telah bergabung sebagai pelapak di Bukalapak bisa menggunakan fitur terbaru ini dengan harga khusus.

Kerja sama antara Facebook dengan Bukalapak merupakan yang pertama kali dilakukan untuk mendorong kegiatan promosi kedua belah pihak. Selanjutnya jika terlihat bisa memberikan kontribusi yang besar untuk Bukalapak akan dibuka lebih banyak lagi kerja sama dengan platform pemasaran (Ads) dengan brand lainnya.

“Dengan jumlah pelapak di Bukalapak yang mencapai 1 juta pelapak dari total 9 juta pengguna dan lebih dari 70 produk ditambah dengan jumlah pengguna Facebook yang besar, maka kerja sama ini bertujuan untuk mendorong optimalisasi pemasaran dan penjualan produk UKM Indonesia khususnya di Bukalapak,” kata COO Bukalapak Willix Halim.

Sejak diluncurkannya fitur ini satu bulan lalu, Bukalapak mengklaim telah memiliki sekitar 200 subscriber dari pelapak Bukalapak di seluruh Indonesia. Bukalapak juga mencatat kebanyakan pelapak yang tertarik untuk menggunakan fitur BukaIklan adalah pelapak dengan kategori produk seperti busana hingga otomotif. Diharapkan dengan adanya fitur ini, bisa dilihat lebih spesifik lagi, pelapak seperti apa yang tertarik dan produk apa yang diminati oleh pembeli.

Keuntungan BukaIklan dibanding Facebook Ads

Pelapak yang tertarik menggunakan fitur BukaIklan bisa menentukan pilihan harga mulai dari Rp 250 ribu hingga Rp 2,5 juta. Pelapak hanya perlu memastikan bahwa saldo di BukaDompet cukup untuk berlangganan fitur ini.

Iklan akan otomatis muncul pada newsfeed Facebook dan selanjutnya pengguna yang ingin melihat lebih detil akan diarahkan kepada halaman produk. Nantinya aktifitas pemasaran bisa dilihat di dashboard khusus yang disediakan oleh Bukalapak. Iklan akan ditampilkan di newsfeed Facebook secara acak sesuai dengan budget yang dpilih oleh pelapak.

“Kami menyadari bahwa para konsumen di Indonesia unggul dalam penggeseran perilaku membeli melalui mobile. Peluncuran fitur terbaru BukaIklan ini bertujuan untuk membuka peluang baru bagi UMKM,” kata Head of SMB Market Development Facebook Indonesia Waizly Darwin.

Setiap subscriber baru yang mendaftar di BukaIklan, Bukalapak akan mendapatkan 10% management fee selama masa promosi yang berlaku hingga akhir bulan Desember 2016. Usai masa promosi management fee yang dikenakan oleh Bukalapak akan berubah menjadi 20%.

Fitur ini merupakan channel baru yang bisa dikembangkan Bukalapak untuk mendapatkan profit dari pelapak sekaligus membantu kegiatan pemasaran menjadi lebih masif.

Dari sisi layanan, BukaIklan Facebook di Bukalapak tidak jauh berbeda dengan Facebook Ads yang bisa digunakan secara umum, namun Bukalapak mengklaim perbedaan tersebut justru terdapat dalam targeting dari audience, yang selama ini telah dimiliki oleh Bukalapak dan Facebook. Bukalapak sendiri menargetkan 88 juta pengguna Facebook di Indonesia dari kerja sama ini.

Application Information Will Show Up Here

Jadikan Bukalapak “Profitable” dan “Sustainable”, Komitmen COO Bukalapak Willix Halim

Strategi growth hacking sudah banyak digunakan startup asing hingga perusahaan teknologi secara global. Selain membantu pertumbuhan bisnis, growth hacking merupakan salah satu cara ampuh menekan biaya pemasaran dalam jumlah yang besar. Salah satu ahli growth hacking Indonesia yang sebelumnya telah memiliki pengalaman bekerja di luar negeri adalah Willix Halim. Ia kini telah sebulan menjabat sebagai Chief Operation Oficer (COO) Bukalapak.

Direkrutnya Willix oleh Bukalapak merupakan langkah strategis yang dilakukan untuk menumbuhkan bisnis melalui growth hacking. Di Indonesia sendiri Bukalapak merupakan marketplace yang memiliki potensi untuk menjadi dominan diantara kompetitor lainnya, ungkap Willix kepada DailySocial.

“Saya melihat saat ini sudah banyak [layanan] e-commerce dan marketplace di Indonesia, namun pada akhirnya hanya satu atau dua saja yang bisa bertahan dan mengalami growth yang stabil, dan saya lihat Bukalapak memiliki potensi ke arah sana,” katanya.

Tidak berbeda jauh dengan pengalamannya bekerja sebagai VP of Growth di Freelancer, role Willix di Bukalapak adalah untuk menumbuhkan mindset growth hacking di seluruh divisi Bukalapak. Mulai dari produk, customer service, manajemen dan bagian lainnya, semua harus fokus untuk bisa meningkatkan pertumbuhan melalui growth hacking.

“Memang agak sedikit radikal ketika hampir 90% anggota tim saya dulu di Freelancer fokus untuk menciptakan growth hacking yang baik dan cara tersebut terbilang sukses, karena dalam waktu 5 tahun Freelancer sudah bisa lebih unggul dibandingkan pesaing lainnya bahkan sudah IPO dan memiliki nilai valuasi yang fantastis,” kata Willix.

Bereksperimen dan mencoba channel baru

Pendekatan yang dilakukan Willix untuk Bukalapak adalah banyak melakukan percobaan dan eksperimentasi kepada produk berdasarkan data yang dimiliki. Kegiatan tersebut nantinya akan terlihat secara alami produk yang berfungsi dengan baik dan yang gagal.

“Pada umumnya semua perusahaan yang sejenis memiliki kendala yang serupa yaitu ide yang tidak terbatas namun tidak memiliki cukup resource. Tujuan saya memprioritas produk yang cepat nanti akan langsung terlihat impact seperti apa jauh sebelum produk dibuat,” kata Willix.

Prioritas lainnya yang menjadi pekerjaan rumah dari Willix dalam waktu satu bulan dirinya bekerja sebagai COO Bukalapak adalah fokus kepada fitur yang memiliki efek kecil namun berpotensi menghasilkan impact yang besar.

“Saat ini masih banyak prospek low-hanging fruit yang bisa digarap yaitu dengan melakukan quick wins dan A/B Testing yang lebih kecil. Untuk itu saya secara rutin melakukan dialog dengan product manager dan operation manager agar semua fokus harus mengutamakan pada growth,” kata Willix.

Kepiawaiannya sebagai master growth hacking akan dibuktikan di Bukalapak dengan menemukan celah baru untuk melakukan kegiatan growth hacking yaitu memanfaatkan channel-channel baru yang belum dilakukan oleh startup lainnya. Tidak hanya fokus kepada paid marketing yang kebanyakan digunakan oleh startup di Indonesia, namun juga memanfaatkan channel gratisan yang terbukti ampuh dan masih jarang digunakan.

“Saya melihat apa yang dilakukan oleh Facebook Marketing saat ini jauh berbeda dengan Facebook Marketing di awal, ketika harga masih murah dan peluang masih banyak. Hal tersebut menyebabkan kegiatan akuisisi user semakin sulit dan tentunya tidak profitable. Dengan alasan itulah saya akan mencari strategi baru untuk melakukan kegiatan marketing,” kata Willix.

Fokus lain yang sedang diproses oleh Willix dan tim adalah mengurangi waktu checkout pengguna agar tertarik untuk kembali lagi mengunjungi situs dan aplikasi Bukalapak, yang artinya adalah mengurangi waktu Call to Action (CTA)  atau Time to Perform.

“Ibaratnya seperti belanja ke toko dengan menghabiskan waktu sekitar 10 menit akan lebih baik lagi jika mampu mengurangi waktu menjadi 2 menit biasanya pengguna akan kembali lagi dan conversion rate akan lebih baik lagi,” kata Willix.

Strategi Bukalapak menghadapi persaingan dengan Amazon dan Alibaba

Disinggung tentang rencana Amazon dan Alibaba hadir di Asia Tenggara, Willix mengungkapkan tidak terlalu khawatir dengan kedatangan dua perusahaan raksasa tersebut. Keunggulan yang dimiliki Bukalapak sebagai layanan e-commerce lokal adalah pengetahuan lebih dari sisi consumer behavior hingga logistik yang sangat berbeda dengan perusahaan seperti Amazon dan Alibaba.

“Bagusnya [layanan] e-commerce lokal adalah kita memiliki pemahaman lebih yang tidak dimiliki oleh brand asing dalam hal ini adalah Amazon. Terutama dalam hal logistik tentunya akan menjadi berbeda antara Amazon di Amerika Serikat dan di Asia, dengan beragam masalah kemacetan yang dihadapi di tanah air.”

Willix juga melihat Amazon tidak akan 100% melancarkan penjualannya di Indonesia, karena perbedaan yang ada serta potensi yang ada di Indonesia.

“Saya melihat Amazon tidak akan 100% ke Indonesia mungkin hanya 5% saja konsentrasi Amazon di Indonesia, sementara Bukalapak fokusnya 100% di Indonesia dan mudah-mudahan Bukalapak bisa menjadi lebih baik dari mereka,” kata Willix.

Di tahun 2017 mendatang Willix memiliki komitmen untuk menjadikan Bukalapak berbeda dengan layanan e-commerce dan marketplace lainnya. Mulai dari layanan hingga produk, sesuai dengan target membuat Bukalapak mencapai tahap profitable dan sustainable growth. Bukalapak akhir-akhir ini menjadi sorotan media karena isu burn rate yang dianggap terlalu tinggi sehingga mendatangkan kerugian perusahaan yang cukup besar.

“Saya harapkan Bukalapak bisa tampil beda dari [layanan] e-commerce lainnya in a good way, yaitu agar produk bisa lebih advanced dan membedakan produk Bukalapak dengan lainnya. Dan mereka mengunjungi Bukalapak bukan karena diskon namun karena produknya bagus,” kata Willix.

Application Information Will Show Up Here

Asisten Virtual MobilKamu Membantu Memilih Mobil dengan Harga Terbaik

Layanan asisten virtual Diana baru saja menghentikan layanan, dan belum tahu kapan bakal beroperasi lagi. Meskipun demikian, bukan berarti layanan asisten virtual adalah segmen teknologi yang tidak menarik. Salah satu layanan yang memiliki fungsi mirip, seperti asisten atau agen virtual, tapi mengkhususkan diri ke segmen pembelian mobil, adalah Mobilkamu.

Saat ini Mobilkamu mengkhususkan diri untuk membantu konsumen mencari mobil dengan penawaran harga terbaik. Awalnya mereka hanya menawarkan pembelian mobil baru, tetapi kini mereka juga membuka segmen pencarian mobil bekas.

Co-Founder MobilKamu Wilton Halim yang ditemui DailySocial menyebutkan ide hadirnya MobilKamu berawal dari hal sepele. Wilton melihat rate keyword di Google Adwords, khususnya di Indonesia, untuk urusan mobil sangat rendah. Menurut penelusurannya, marketplace mobil yang ada saat ini tidak menyelesaikan masalah utama konsumen. Konsumen membutuhkan mobil dengan kualitas bagus dengan penawaran harga terbaik. Biasanya mobil yang dijual kembali di marketplace tidak dalam kondisi terbaik, terutama karena urusan perawatan dan pemakaian.

Meskipun tampilan situs MobilKamu masih jauh dari kata “bagus” dan “mudah digunakan”, yang ditawarkan melalui MobilKamu adalah asisten virtual yang membantu konsumen mencari mobil yang diinginkan dengan harga terbaik. Wilton menjelaskan role model layanannya adalah Carwow yang berbasis di Inggris.

Co-Founder MobilKamu Wilton Halim
Co-Founder MobilKamu Wilton Halim

Setelah konsumen memasukkan data mobil yang diinginkan dan kontaknya, pihak MobilKamu akan mencarikan mobil tersebut ke berbagai dealer rekanan untuk memastikan konsumen bisa memperoleh harga terbaik, karena biasanya setiap dealer memiliki kebijakan berbeda-beda untuk urusan diskon dan bonus.

Khusus untuk pembelian mobil bekas, yang baru saja dibuka, MobilKamu akan bertindak sebagai penjamin mutu karena telah memverifikasi semua produk yang terdaftar. Hal ini untuk memastikan kualitas produk yang ditawarkan ke konsumen.

Berbeda dengan marketplace atau iklan baris, MobilKamu akan bertindak sebagai agen yang akan membantu konsumen menentukan mobil yang paling cocok tanpa dipungut biaya. MobilKamu memperoleh pendapatan melalui komisi dari pihak dealer dan penjual mobil bekas.

Segmen utama konsumen MobilKamu adalah konsumen dengan rentang usia di atas 35 tahun yang cenderung lebih mapan secara ekonomi. Seperti kita ketahui, pembelian mobil secara umum adalah pembelian benda termahal kedua dalam hidup seseorang, setelah rumah.

Jatuh bangun membangun layanan

Sebagai layanan yang masih baru, plus dengan co-founder yang berusia muda, Wilton tak menampik bahwa MobilKamu tidak dimulai dengan mulus. Dengan ide yang dimulai dari Melbourne, Australia, tempat ia berkuliah, Wilton sempat kesulitan mencari mitra Co-Founder dan pendanaan untuk menjalankan operasional. Setelah memperoleh bimbingan dan pendanaan dari sebuah inkubator di Melbourne, Wilton bisa bernafas lebih lega dan kini telah merelokasi keseluruhan timnya (termasuk beberapa orang Australia) ke Jakarta.

Untuk mendukung pertumbuhan layanannya, Wilton telah memasukkan kakaknya, Willix Halim, yang kita kenal sebagai SVP of Growth Freelancer.com, dan CEO Prasetia Dwidharma Arya Setiadharma di jajaran Penasihat.

Data Jadi Bahan Bakar Skalabilitas Startup

BKL

Tak bisa dipungkiri bahwa data-driven decision membantu perusahaan-perusahan besar untuk bermanuver di tengah pasar yang berkembang untuk mendongkrak bisnisnya. Skema yang sama juga bisa diimplementasikan pada startup dengan dampak yang lebih signifikan dengan memanfaatkan data yang lebih terukur dan dieksekusi dengan tepat sasaran.

Segala keterbatasan startup perihal materi, sumber daya manusia, perlahan terkikis jika segala keputusan-keputusan yang dilakukan berdasarkan apa yang memang dibutuhkan. Hal tersebut dapat digali memanfaatkan data terhimpun dari semua aktivitas perusahaan. Jangan hanya karena kekurangan data, atau kasus terburuknya gagal mengolah data, sebuah startup salah menyelesaikan masalah bahkan memberikan solusi yang salah.

Dalam acara berjudul “Hyper-Growth through Data Science”, BukaLapak sebagai salah satu pemain besar di industri startup dan ranah e-commerce tanah air mendorong para penggiat startup untuk mampu memberdayakan data yang ada.

CEO BukaLapak Achmad Zaky akan memberikan pengalamannya dan teknik bagaimana banyak cara bisa dilakukan hanya dengan memanfaatkan data yang berhasil dihimpun. Ia menggandeng Senior Vice President of Growth Freelancer Willix Halim, CEO GNews Yopie Suryadi, dan Data Scientist BukaLapak Teguh Nugraha untuk duduk bersama dalam sesi diskusi ini yang akan diselenggarakan pada tanggal 23 November mendatang.

Acara ini diselenggarakan tanpa dipungut biaya, untuk keterangan lebih lanjut dan pendaftaran silakan merujuk pada tautan berikut ini.

_
Disclosure: DailySocial merupakan media partner dalam acara Hyper-Growth through Data Science

Willix Halim’s Tips on Growth Hacking

Growth hacking isn’t something new in internet industry. It’s the solution for startups with limited capital who intend to have a performance optimation. Freelancer’s Vice President of Growth & Data Science, Willix Halim, shared his tips on growth hacking for startup in “Game of Growth:Redux”. Continue reading Willix Halim’s Tips on Growth Hacking

Willix Halim Bagikan Rahasia Sukses Menerapkan Growth Hacking

Vice President of Growth & Data Science Freelancer Willix Halim / DailySocial

Growth hacking bukanlah sesuatu yang baru atau sekadar tren dalam dunia industri Internet. Semua yang bergerak dalam bisnis digital sangat akrab dengan terminologi ini, sebab growth hacking merupakan sebuah jawaban bagi startup dengan keterbatasan dana untuk tumbuh secara optimal. Vice President of Growth & Data Science Freelancer Willix Halim, memberikan tip seputar growth hacking untuk startup dalam acara “Game of Growth: Redux”.

Continue reading Willix Halim Bagikan Rahasia Sukses Menerapkan Growth Hacking

Freelancer Messenger Dukung Produktivitas secara Mobile di Layanan Crowdsourcing Freelancer

Layanan crowdsourcing terbesar di dunia Freelancer mengumumkan kehadiran aplikasi Freelancer Messenger untuk mendukung produktivitas secara mobile. Freelancer Messenger sudah tersedia untuk platform Android — ketersediaan untuk platform iOS menyusul — dan dapat digunakan untuk melakukan komunikasi internal dengan penyedia pekerjaan ataupun freelancer yang sedang mengerjakan pekerjaan yang diinginkan.

Continue reading Freelancer Messenger Dukung Produktivitas secara Mobile di Layanan Crowdsourcing Freelancer

Willix Halim: “Don’t (Just) Go to Facebook, Earn Some Money (Online)”

Kutipan di judul ini merupakan hal menarik yang saya dengar dari Willix Halim, Vice President of Growth, Freelancer.com, dalam keynote-nya di Sparxup 2012. Sekitar 55 juta orang Indonesia menggunakan Internet tahun ini di mana sekitar 43 juta di antaranya terkoneksi dengan Facebook dan sekitar 20 juta juga terkoneksi dengan Twitter. Sayangnya, belum banyak orang yang memanfaatkannya untuk mencari uang, setidaknya begitulah menurut data Freelancer. Perusahaan crowdsourcing pekerjaan terbesar di dunia ini mencatat hanya sekitar 63 ribu orang yang terdaftar di database mereka yang berasal dari Indonesia, di antara 4.3 juta user global.

Continue reading Willix Halim: “Don’t (Just) Go to Facebook, Earn Some Money (Online)”

Situs Crowdsourcing Freelancer Kini Tersedia Dalam Bahasa Indonesia

Baru beberapa hari yang lalu kami memberitakan tentang situs crowdsourcing terbesar di dunia, Freelancer, yang berencana untuk membuka versi lokal. Kini Freelancer telah tersedia dalam bahasa Indonesia, sedangkan situs lokal yang beralamat di Freelancer.co.id secara default tersedia dalam bahasa Indonesia. Bahasa Indonesia menjadi bahasa keenam yang didukung oleh layanan yang berbasis di Australia ini. Dikabarkan versi bahasa Indonesia ini akan diresmikan tanggal 3 Oktober mendatang.

Continue reading Situs Crowdsourcing Freelancer Kini Tersedia Dalam Bahasa Indonesia