Samsung dan Vivo Adalah Vendor Smartphone 5G dengan Pertumbuhan Paling Pesat di Q1 2021

Berdasarkan riset terbaru yang dipublikasikan oleh Strategy Analytics (SA), total pengapalan smartphone secara global mencapai angka 136 juta unit pada kuartal pertama tahun 2021 kemarin (Q1 2021). Jumlah ini naik sekitar 6% jika dibandingkan dengan angka pengapalan di kuartal sebelumnya (Q4 2020).

Dari lima pabrikan, Samsung dan Vivo keluar sebagai dua vendor smartphone 5G dengan pertumbuhan tercepat di seluruh dunia. Samsung, dengan lineup keluarga Galaxy S21 5G yang diperkenalkan pada Q1 2021, berhasil mengapalkan 17 juta unit smartphone 5G, naik sekitar 79% dibanding kuartal sebelumnya.

Menyusul di belakang Samsung adalah Vivo dengan angka pertumbuhan per kuartal sebesar 62%. Menurut SA, Vivo berhasil mengapalkan 19,4 juta smartphone 5G di Q1 2021, sebagian besar adalah iQOO U3 5G dan U7 5G. Kalau dua ponsel tersebut kedengaran asing, itu karena Vivo memang tidak menjualnya di Indonesia, dan sejauh ini pasar 5G terkuat mereka terpusat di dataran Tiongkok serta Eropa.

Selanjutnya, ada OPPO dan Xiaomi yang masing-masing mencatatkan pertumbuhan sebesar 55% dan 41% dibanding kuartal sebelumnya. Satu-satunya yang mengalami penurunan adalah Apple, turun sekitar 23% dari 52,2 juta unit di Q4 2020 menjadi 40,4 juta unit di Q1 2021. Namun ini tidak terlalu mengagetkan mengingat iPhone 12 dirilis di Q4 2020, dan ponsel 5G pertama Apple itu memang merupakan salah satu opsi paling populer yang dijadikan hadiah selama musim liburan di berbagai negara.

Satu catatan menarik yang SA tambahkan adalah bagaimana pertumbuhan pesat Samsung tidak diimbangi dengan popularitasnya di Tiongkok. Menurut SA, tingkat kehadiran Samsung sangatlah kecil di Tiongkok, yang notabene merupakan pasar 5G terbesar, dan ini yang pada akhirnya menghambat laju pertumbuhannya lebih jauh lagi. Sebaliknya, vendor asal Tiongkok seperti Vivo, OPPO, maupun Xiaomi nyaris tidak punya andil di pasar Amerika Serikat, dan ini menurut SA berdampak terhadap besaran laba yang bisa dihasilkan.

SA melihat bahwa permintaan atas smartphone 5G terus bertambah kuat, terutama di Tiongkok, Amerika Serikat, dan negara-negara di Eropa Barat. Diprediksi bahwa total pengapalan smartphone 5G secara global selama tahun 2021 bakal mencapai angka 624 juta unit, naik drastis dari 269 juta unit di sepanjang tahun 2020.

Sumber: Strategy Analytics.

Xiaomi Luncurkan Mi 11 Lite dan Mi 11 Ultra: Smartphone seri Mi 11 Termurah dan Termahal

Xiaomi kembali meluncurkan perangkat terbarunya di akhir kuartal kedua tahun 2021 ini. Awalnya, Xiaomi hanya mengumumkan kehadiran smartphone Mi 11 Lite dan juga Mi Band 6. Namun diakhir acara, Xiaomi ternyata juga mengumumkan Mi 11 Ultra yang saat ini menduduki peringkat pertama situs benchmark kamera, DXO. Acara ini diadakan pada tanggal 15 Juni 2021 secara langsung melalui kanal Youtube resminya.

“Melanjutkan kesuksesan peluncuran Mi 11 di awal tahun, Xiaomi Indonesia bangga dapat meluncurkan Mi 11 Lite, Mi 11 Ultra, dan Mi Smart Band 6 dengan konsep yang berbeda untuk para Mi Fans sekaligus mengukuhkan komitmen kami untuk menghadirkan teknologi terbaru dengan harga yang sebenarnya. Mi 11 Lite merupakan hasil inovasi tiada henti dan kerja keras untuk memenuhi kebutuhan smartphone kelas flagship dengan spesifikasi termutakhir dan desain yang elegan yang tidak hanya menunjang produktivitas saja namun juga melengkapi gaya hidup sebagai fashion statement.” jelas Stephanie Sicilia, Head of PR Xiaomi Indonesia.

Mi 11 Lite yang masuk ke Indonesia merupakan seri yang mendukung jaringan 4G. Dengan begitu, perangkat ini kembali menggunakan Snapdragon 732G yang juga diusung pada Poco X3 NFC serta Redmi Note 10 Pro. Xiaomi sendiri menawarkan perangkat yang paling tipis pada seri Mi 11. Hal tersebut membuatnya ditujukan untuk konsumen yang lebih mengedepankan fashion.

Berbeda dengan Mi 11 Ultra, perangkat ini memiliki kamera dengan sensor yang besar, yaitu 1/1.12″ buatan Samsung dengan ISOCELL GN2. Selain itu, Xiaomi juga melengkapi lensa telephoto serta ultrawide dengan sensor 48 MP dari Sony IMX 586. Foto yang dihasilkan oleh Mi 11 Ultra juga diklaim memiliki kualitas yang lebih baik dibandingkan dengan sebuah kamera prosumer.

Perangkat ini memiliki hampir semua teknologi baru yang ada di dunia. SoC yang digunakan tentu saja buatan Qualcomm yang terbaru, yaitu Snapdragon 888. Akan tetapi karena kelangkaan chip yang sedang melanda, smartphone yang satu ini dijual dengan jumlah yang sangat terbatas serta harga yang cukup mengagetkan. Harganya bahkan lebih tinggi dibandingkan dengan India, Tiongkok, dan Malaysia. Alvin Tse sendiri membandingkan harga Indonesia dengan penjualan di Eropa.

Kedua perangkat tersebut memiliki spesifikasi sebagai berikut

Mi 11 Lite Mi 11 Ultra
SoC Snapdragon 732G Snapdragon 888
CPU 2 x 2.3 GHz Kryo 470 Gold + 6 x 1.8 GHz Kryo 470 Silver 1 x 2.84 GHz Kryo 680 + 3 x 2.42 GHz Kryo 680 + 4 x 1.80 GHz Kryo 680
GPU Adreno 618 Adreno 660
RAM 6 GB dan 8 GB 12 GB
Internal 64 GB dan 128 GB 256 GB
Layar 6.55″ AMOLED 2400×1080 GG5 6.81″ AMOLED 3200×1440 GG Victus
Dimensi 160.5 x 75.7 x 6.8 mm 164.3 x 74.6 x 8.4 mm
bobot 157 gram 234 gram
baterai 4250 mAh 5000 mAh Si O2
kamera 64 MP / 16 MP (main), 8 MP (ultrawide), 5 MP (Macro), 16 MP (selfie) 50 MP (main), 48 MP (ultrawide), 48 MP (telephoto), 20 MP (selfie)
OS Android 11 MIUI 12 Android 11 MIUI 12.5

Selanjutnya yang diperkenalkan adalah Mi Smart Band 6. Cukup banyak peningkatan yang dibawa oleh Mi Band 6 dari sang pendahulunya, Mi Band 5. Pada seri ke 6 ini, layar AMOLED yang dimiliki Mi Band 6 berdimensi 1,56 inci dengan resolusi 152×486. Bobotnya juga ringan, hanya 12,8 gram saja.

Mi Band 6 juga sudah mendukung pendeteksian SpO2. Selain itu, terdapat 30 jenis olahraga yang dapat dideteksi perangkat ini, termasuk beberapa olahraga yang dapat dilakukan dari rumah seperti Zumba, Pilates, dan HIIT. Daya tahan baterainya bisa mencapai 14 hari dengan waktu pengisian baterainya 2 jam. Dan tentunya, gelang pintar ini memiliki ketahanan 5 ATM.

Xiaomi menjual Mi 11 Lite dengan harga Rp3.699.000 (6GB+64GB), Rp3.799.000 (6GB+128GB), dan Rp3.999.000 (8GB+128GB). Untuk Mi 11 Ultra, Xiaomi menjualnya dengan harga Rp. 16.999.000. Mi Smart Band 6 dijual dengan harga Rp. 499.000.

Yakin dengan harga tinggi?

Harga yang dipatok oleh Xiaomi Indonesia untuk Mi 11 Ultra memang terbilang sangat tinggi. Tentu saja, harga yang hampir 17 juta tersebut juga merupakan keputusan yang disebabkan oleh langkanya chip pada saat ini. Namun apakah Xiaomi bakal yakin bahwa perangkatnya akan terjual?

Alvin Tse selaku Country Director Xiaomi Indonesia pun menjawab bahwa penjualan perangkat ini mungkin bukan sebuah masalah, karena unitnya sendiri sangat terbatas. Masalahnya adalah bagaimana Xiaomi menjual perangkat yang satu ini. Xiaomi sendiri memiliki cara tersendiri, yaitu dengan menggunakan F-Code sehingga tidak semua orang bisa mendapatkan kesempatan untuk membelinya.

Alvin yakin bahwa produknya akan terjual karena perangkat ini membawa setidaknya 4 teknologi terbaru di dunia. Pertama adalah penggunaan keramik unibody dengan IP68, lalu menggunakan baterai Silicon Dioxide yang biasa digunakan pada mobil listrik. Ketiga adalah pendinginan dengan 3 fase dengan vapor chamber dan graphite. Terakhir adalah penggunaan sensor ISOCELL GN2 dan menggunakan dua buah Sony IMX 586.

Mi 11 Ultra juga datang dengan VIP Service di mana akan mendapatkan garansi 24 bulan. Xiaomi akan menyediakan agen terdedikasi untuk Mi 11 Ultra dan juga pengambilan unit tanpa biaya. Xiaomi juga akan langsung mengganti unit yang rusak karena perangkat ini sangat sulit untuk diperbaiki atau jika unitnya habis akan mendapatkan refund. Terakhir, Xiaomi akan memberikan cleaning gratis serta screen protector tak terbatas.

Terakhir, Alvin mengatakan bahwa Mi 11 Ultra mencoba menjadi sebuah standar premium dari smartphone Android. Nantinya mereka berharap bahwa Mi 11 Ultra adalah awal Xiaomi untuk bersaing dengan kamera profesional dan juga komputer. Jadi, Xiaomi berharap dengan word of mouth dari para tech enthusiast akan membuat konsumen untuk tertarik dengan Mi 11 Ultra.

[Review] Poco X3 Pro: Smartphone Murah untuk Bermain Game

Saat ini banyak sekali smartphone yang diklaim mampu menjalankan game-game kelas berat. Padahal, perangkat tersebut menggunakan system on chip yang bisa dikatakan dibuat untuk smartphone mainstream dan bahkan entry level. Namun berbeda dengan apa yang dilakukan oleh Poco. Saat ini, Poco X3 Pro merupakan smartphone mainstream yang menggunakan chipset flagship.

Smartphone mainstream mengindikasikan bahwa Poco X3 Pro diposisikan pada rentang harga tersebut. Akan tetapi, Poco menggunakan SoC baru rasa lama dari Qualcomm yang pernah memberikan tenaga untuk smartphone-smartphone flagship. Poco pertama kalinya menggunakan SoC Snapdragon 860 pada smartphone mereka pada X3 Pro.

Snapdragon 860 merupakan saudara kembar dari Snapdragon 855+ yang pernah digunakan pada smartphone-smartphone gaming dengan harga 8 hingga 10 jutaan. Xiaomi sendiri menegaskan bahwa lini Poco memang dibuat khusus untuk memberikan performa tinggi pada harga yang terjangkau.

Jika dibandingkan dengan saudaranya, Poco X3 NFC, perangkat ini juga memiliki kemiripan dari segi desainnya. Akan tetapi jika melihat dari spesifikasinya, keduanya terlihat cukup berbeda. Ada beberapa bagian pada Poco X3 NFC, seperti kamera, yang lebih unggul dibandingkan dengan Poco X3 Pro. Namun dari segi kinerja, Poco X3 Pro memang lebih unggul.

Spesifikasi lengkap dari Poco X3 Pro yang saya dapatkan adalah sebagai berikut

Poco X3 Pro
SoC Snapdragon 860
CPU 1×2.96 GHz Kryo 485 Gold + 3×2.42 GHz Kryo 485 Gold + 4×1.78 GHz Kryo 485 Silver
GPU Adreno 640
RAM 8 GB LPDDR4x
Internal 256 GB UFS 3.1
Layar 6,67 inci Super AMOLED 2400 x 1080 120 Hz
Dimensi 165.3 x 76.8 x 9.4 mm
Bobot 215 gram
Baterai 5160 mAh dengan pengisian 33 watt
Kamera 48 MP / 12 MP utama, 8 MP Ultrawide, 2 MP Macro, 2 MP Depth, 20 MP Selfie
OS Android 11 MIUI 12 POCO

Pemindaian yang dilakukan pada CPU-Z, AIDA 64, dan Sensor Box adalah seperti di bawah ini

Pada beberapa aplikasi, SoC yang digunakan pada Poco X3 Pro masih terdeteksi sebagai Snapdragon 855+. Keduanya memang sebenarnya kembar. Hal ini terjadi karena CPU-Z belum mengenali karakteristik dari Snapdragon 860. Sebaliknya, AIDA-64 sudah bisa mengenali SoC yang satu ini dengan akurat.

Unboxing

Inilah yang akan ditemukan pada paket penjualannya. Charger yang diberikan oleh Xiaomi pada paket penjualan Poco X3 Pro memiliki kemampuan untuk menghantarkan daya hingga 33 watt.

Desain

Seperti yang sudah saya tuliskan di atas, perangkat yang satu ini seperti saudara kembar dari Poco X3 NFC. Jika diletakkan bersebelahan, maka saya yakin kita tidak bisa membedakan antara keduanya karena desain kameranya sama persis, yaitu bundar berada di tengah. Logo Poco juga tertulis cukup besar pada bagian belakang bawahnya. Warna yang saya dapatkan adalah Metal Bronze.

 

Layar Poco X3 Pro memiliki resolusi 2400×1080 pada layar dengan dimensi 6,67 inci ini serta memiliki refresh rate 120 Hz. Smartphone ini sudah menggunakan layar dengan jenis Super AMOLED dan dilindungi dengan Gorilla Glass 6 sehingga lebih tahan terhadap goresan serta benturan. Hal ini lah yang membedakannya dengan X3 NFC yang masih menggunakan Gorilla Glass 5.

Pada bagian belakangnya akan ditemukan sebuah ruang bundar dengan empat buah kamera dan sebuah LED Flash. Kamera utama dengan 48 MP berada pada sisi kanan atas dan LED berada pada kiri atas. Kamera ultrawide ada pada bagian tengah dari bundaran ini. Kamera makro ada pada sebelah kiri bawah dan diseberangnya adalah depth sensor.

Pada bagian atasnya ditemukan sensor inframerah, microphone, dan speaker tambahan untuk menyajikan suara stereo. Volume naik dan turun serta tombol power yang juga merupakan pemindai sidik jari diletakkan pada sisi sebelah kanan. Dan pada bagian bawahnya terdapat slot USB-C, speaker,  port audio 3,5mm, serta microphone utama. Slot nano SIM serta microSD (slot hibrid) terletak pada bagian kirinya.

Karena kembar dengan Poco X3 NFC, X3 Pro juga memiliki masalah yang sama. Bagian belakang dari Poco X3 NFC dan X3 Pro akan bergetar cukup keras saat pengguna mendengarkan musik dengan kedua speaker-nya. Walaupun sebenarnya tidak terlalu mengganggu, namun beberapa orang akan merasa tidak suka. Menggunakan case bawaan akan sedikit meredam getaran tersebut.

Unit yang saya dapatkan sudah memakai MIUI untuk Poco versi 12.0.3. Sistem operasi yang digunakan sudah memakai Androi 11 R. Bagi pengguna Xiaomi, Anda tidak akan bingung saat menggunakannya karena MIUI untuk Xiaomi dan Poco hampir tidak ada bedanya, hanya pemilihan default untuk tema dan app drawer. Jadi, semua itu dapat diatur langsung dari setting-nya.

Jaringan

Poco X3 Pro menggunakan SoC yang ditujukan untuk perangkat pada kelas flagshipSystem on Chip ini sendiri menggunakan modem X24 yang sudah masuk dalam Catergory 20. Modem ini telah mendukung Carrier Aggregation hingga 7 koneksi. Secara teoritis, kecepatan download dari modem ini bisa mencapai hingga 2000 Mbps.

Smartphone ini sudah mendukung bandwidth 1, 2, 3, 4, 5, 7, 8, 20, 28, 38, 40, dan 41 untuk jaringan 4G. Perlu diingat bahwa perangkat ini belum bisa terkoneksi pada jaringan 5G. Modemnya sendiri sudah mendukung jaringan WiFi 5 GHz dengan 802.11ac dan tentunya akan cukup kencang saat melakukan transfer data secara nirkabel serta akan mendapatkan kecepatan tinggi saat menjelajah internet.

Kamera: 48 MP hasil trade-off SOC kencang

Alvin Tse selaku Country Director Xiaomi Indonesia selalu mengatakan bahwa dalam meramu spesifikasi, selalu ada yang diunggulkan dan juga dikorbankan (trade off). Pada Poco X3 NFC, kamera yang digunakan memiliki sensor 64 MP dan pada X3 Pro sensornya “hanya” 48 MP. Namun pada Poco X3 Pro, sensor yang terpasang adalah buatan Sony dengan IMX 582 yang tidak mendukung perekaman 4K 60 fps.

Sony IMX 582 juga memiliki fitur quad bayer. Hal ini berarti bahwa saat fitur tersebut dinyalakan, hasil tangkapan kamera akan memiliki resolusi 12 MP. Saat dimatikan, semua piksel akan mengambil gambar, sehingga hasil foto akan memiliki resolusi 48 MP. Gambarnya akan menjadi lebih besar, namun hasilnya mungkin tidak akan sebaik saat menggunakan 12 MP.

Kamera utamanya dapat menangkap gambar pada siang hari dengan apik. Warnanya cukup akurat, tingkat noise cukup rendah, dan ketajamannya yang cukup baik. Walaupun begitu, beberapa kali algoritma pengurang noise-nya sedikit menghilangkan detail gambar. Namun, trade off yang diambil Poco sepertinya tidak terlalu mengecewakan.

Kamera ultrawide pada Poco X3 Pro ternyata dapat mengambil gambar dengan cukup baik. Hasil yang tertangkap ternyata cukup tajam dan memiliki noise yang cukup rendah. Warnanya juga cukup akurat saat dibandingkan dengan aslinya. Walaupun begitu, dengan resolusi 8 MP belum tentu bisa memuaskan semua orang.

Kamera makro yang terpasang mungkin akan membuat pengguna (termasuk saya) kecewa. Dengan resolusi hanya 2 MP, mungkin hanya akan menjadi bagus pada saat ingin melihat tulisan-tulisan yang kecil. Hasil gambarnya tidak terlalu tajam dan sering melewatkan beberapa detail gambar.

 

Untuk penggemar swafoto, ternyata mengambil gambar sendiri pada Poco X3 Pro bisa cukup terpuaskan. Hal tersebut dikarenakan detail gambar yang diambil cukup baik. Akan tetapi, hasilnya terasa kurang kontras sehingga warnanya agak sedikit lebih pudar.

Pengujian

Poco X3 Pro menggunakan Snapdragon 860 yang saat ini mungkin menjadi chipset 4G terkencang. Snapdragon 860 sendiri merupakan saudara kembar dari Snapdragon 855+ yang digunakan pada beberapa smartphone gaming. Perbedaan antara keduanya hanyalah penggunaan RAM maksimal, di mana 855+ hanya mendukung hingga 12 GB dan 860 hingga 16 GB. Kinerja yang diusung juga seharusnya sama aja, asal tidak ada tweak kinerja seperti pada smartphone gaming.

Snapdragon 860 menggunakan sebuah prime core dengan kecepatan 2,96 GHz ditambah tiga prosesor Kryo 485 Gold (Cortex A76) berkecepatan 2,42 GHz serta empat inti prosesor Kryo 485 Silver (Cortex A55) berkecepatan 1,8 GHz. Hal tersebut membuat Snapdragon 860 memiliki total delapan inti prosesor. SoC ini menggunakan Adreno 640 sebagai GPU-nya.

Menguji untuk bermain

Menguji bermain game dengan perangkat yang menggunakan Snapdragon 860? Sepertinya hal ini mudah dilakukan karena SoC yang satu ini sudah terbukti pada saat kembarannya digunakan pada perangkat gaming. Jadi, hal tersebut tidak akan berubah: game yang lancar pada setting tinggi.

Banyak game yang saya uji pada saat menggunakan Poco X3 Pro. Akan tetapi, mari kita kerucutkan pada tiga buah game, yaitu Genshin Impact, PUBG Mobile, dan LifeAfter. Genshin saya pasang pada mode High 60 fps, PUBG Mobile pada HDR Extreme, dan LifeAfter pada mode Movie. Saya tidak menemukan kendala yang berarti saat bermain ketiganya dengan setting tersebut.

Berikut adalah grafik perolehan frame rate dari ketiga game tersebut. Data frame rate saya ambil dengan menggunakan aplikasi GameBench.

Rasa puas bermain pada sebuah perangkat yang memiliki harga hanya tiga jutaan, namun lancar. Jika ada beberapa kendala, coba turunkan setting ke satu level di bawahnya agar menjadi lebih lancar lagi. Sayangnya, belum banyak game yang bisa berjalan pada 120 Hz di perangkat ini.

Untuk Bekerja

Jika untuk bermain game saja sudah lancar, tentunya saat dipakai untuk bekerja juga akan lancar. Betul saja, tidak ada kendala sama sekali saat menggunakan perangkat ini untuk bekerja. Aplikasi seperti Trello, Slack, GMail, Whatsapp, Facebook, serta Chrome yang menggunakan banyak tab tidak akan terasa lambat. Hal tersebut juga dikarenakan oleh spesifikasi Poco X3 Pro yang tinggi.

Saat melakukan edit video, banyak resource yang digunakan pada smartphone ini. Akan tetapi, semuanya terasa cepat saat melakukan rendering video. Tugas-tugas sekolah di rumah anak-anak saya pun juga menjadi lebih cepat dikumpulkan. Rasanya seperti menggunakan perangkat flagship.

Benchmarking

Pada pengujian kali ini, saya kembali menghadirkan Poco X3 NFC. Selain itu, saya juga menghadirkan Snapdragon 855+ dari salah satu smartphone gaming yang dinyalakan tweak-nya. Saya juga akan membandingkan dengan Snapdragon 865 sehingga akan cukup terukur bagaimana kinerja dari Poco X3 Pro ini.

Artikel ini juga membawa perdana benchmark PCMark versi 3.0 untuk Android. Dua benchmark pendahulunya juga saya ikut sertakan agar pengguna tidak bingung saat membandingkan dengan perangkat lamanya. Berikut adalah hasil benchmarking-nya

Uji baterai: 5000 mAh lebih sedikit

Pengujian baterai dari Poco X3 Pro memang memakan waktu yang cukup lama. Oleh karena itu, pengujian ini harus dilakukan pada saat saya akan tidur (he he he). Dengan SoC yang membutuhkan tenaga ekstra, refresh rate 120Hz,  dan layar FullHD+, tentunya perangkat ini akan sedikit lebih boros jika disandingkan dengan smartphone yang memiliki rentang harga yang sama.

Benar saja, saat saya mengujinya dengan menggunakan sebuah video MP4 yang diputar berulang-ulang, perangkat ini hanya bisa mencapai 11 jam 58 menit saja. Pengisian ulang pada perangkat ini menggunakan charger bawaan yang mampu mengisi 33 watt. Poco X3 Pro pun dapat diisi dalam waktu sekitar 70 menit dari 0% hingga 100%.

Verdict

Ada banyak tipe konsumen smartphone. Oleh karena itu, vendor smartphone harus benar-benar pintar dalam menyuguhkan perangkatnya kepada masing-masing pengguna. Salah satunya adalah Xiaomi yang menawarkan Poco X3 Pro kepada para gamer dan mereka yang membutuhkan sebuah smartphone yang mulus dalam bermain game namun murah.

Dengan menggunakan Snapdragon 860, membuat perangkat yang satu ini bisa melahap hampir semua game yang ada di Play Store dengan setting tertinggi. Kinerjanya sudah tidak perlu lagi dipertanyakan, apalagi untuk bekerja dan melakukan rendering video. Baterai yang terpasang juga besar sehingga bisa bertahan seharian.

Kamera yang memiliki resolusi 12 MP dan hingga 48 MP juga bisa diandalkan untuk momen sehari-hari. Perangkat ini juga sudah memiliki fitur-fitur yang lengkap seperti NFC, infra merah, speaker stereo, dan lain sebagainya. Layar 120 Hz juga akan menjadi satu hal yang membuat penggunanya merasa nyaman.

Xiaomi menjual Poco X3 Pro dengan harga Rp. 3.499.000 untuk versi 6/128 GB dan Rp. 3.999.000 untuk versi yang saya dapatkan, yaitu 8/256. Harganya akan naik Rp. 100.000 jika Anda membelinya secara offline seperti pada Mi Store. Dengan harga tersebut, Anda akan mendapatkan sebuah smartphone gaming dengan harga paling murah.

Sparks

  • Kinerja tinggi pada harga 3 jutaan
  • Responsif
  • Layar 120 Hz membuat tampilan mulus
  • Speaker stereo
  • Kamera yang walaupun hanya 48 MP, tapi bisa mengambil gambar dengan baik
  • Daya tahan baterai yang cukup baik

Slacks

  • Area kamera yang terlalu menonjol
  • Desain yang sama dengan X3 NFC
  • Bagian belakang bergetar saat memainkan musik
  • Kamera makro 2 MP yang kurang tajam

Xiaomi Kenalkan Poco M3 Versi Pro dengan 5G dan Layar 90Hz, Harga Rp3 Jutaan

Masih ingat dengan Poco M3? Smartphone entry-level yang disiapkan oleh Xiaomi pada awal tahun 2021 tersebut dibekali spesifikasi tinggi di kelasnya tetapi dengan harga terjangkau, mulai dari Rp1.799.000 ditenagai chipset Snapdragon 662.

Kini Xiaomi telah memperkenalkan versi Pro dari Poco M3 dengan konektivitas jaringan 5G. Perangkat ini ditenagai chipset lebih powerful, refresh rate layar lebih tinggi, dan desain baru.

Dapur pacu Poco M3 Pro 5G mengandalkan chipset 5G dari MediaTek yakni Dimensity 700. SoC ini dibuat pada proses pabrikasi 7nm dan punya modem 5G yang menawarkan kecepatan download hingga 2,77Gbps.

Di dalam Dimensity 700 terdapat dua core Cortex-A76 yang berjalan pada 2,2GHz, enam core Cortex-A55 pada 2GHz, serta GPU ARM Mali-G57 MC2. Sebagai pembanding, Snapdragon 662 pada Poco M3 merupakan chipset 11nm dengan empat core besarnya menggunakan Cortex-A73 dan GPU Adreno 610.

Lebih lanjut, Poco M3 Pro 5G mengusung layar IPS 6,5 inci beresolusi FHD+ dalam rasio 20:9. Panelnya memiliki refresh rate lebih tinggi, 90Hz dengan kecerahan maksimum 400 nits, dan diproteksi Corning Gorilla Glass 3.

Beralih ke belakang, Poco M3 Pro 5G punya tampilan baru dalam balutan warna Poco Yellow, Power Black, atau Cool Blue. Lis yang membingkai modul kamera belakangnya kini memanjang vertikal dan permukaan covernya punya sentuhan akhir glossy.

Konfigurasi kameranya masih identik, ada tiga unit kamera belakang dengan kamera utama 48MP, 2MP macro, dan 2MP depth, serta 8MP untuk kamera depan. Peningkatan yang dibawa Poco M3 Pro 5G ialah kini didukung Dual-LED dual-tone flash dan perekaman videonya sudah mencapai 4K 30fps.

Selain itu, Poco M3 Pro 5G sudah langsung menjalankan MIUI 12 berbasis Android 11. Kapasitas baterainya turun dari 6.000 mAh menjadi 5.000 mAh dengan fast charging 18W. Fitur lainnya meliputi sensor sidik jari di samping, infrared blaster, slot microSD, jack headphone 3.5mm (dengan radio FM), dan NFC di beberapa wilayah.

Harga Poco M3 Pro 5G dibanderol dengan harga €180 (Rp3,1 jutaan) dengan RAM 4GB LPDDR4X dan penyimpanan internal UFS 2.2 64GB. Sementara, versi memori 6GB/128GB dijual €200 (Rp3,5 jutaan). Kita nantikan saja kehadirannya di Indonesia, bulan lalu Xiaomi juga meluncuncurkan Poco X3 Pro dan Poco F3.

Sumber: GSMArena

Xiaomi Luncurkan Redmi Note 10S: Helio G95 dengan Kamera 64 MP, NFC, serta MIUI 12.5

Seri Xiaomi Redmi Note 10 sudah diperkenalkan pada akhir bulan Maret 2021 yang lalu.  Akan tetapi, sepertinya Xiaomi ingin menutup gap antara  harga dari Redmi Note 10 dan Redmi Note 10 Pro. Oleh karena itu pada tanggal 18 Mei 2021, Xiaomi kembali meluncurkan sebuah perangkat yang ditempatkan pada rentang harga yang belum tertutup tersebut. Smartphone yang diluncurkan memiliki nama Redmi Note 10s.

“Dengan hadirnya Redmi Note 10S ini, kami ingin rangkaian Redmi Note 10 series semakin menjangkau berbagai Mi Fans Indonesia sesuai dengan pilihannya. Redmi Note 10 akan menjadi pilihan yang tepat bagi pengguna yang mencari produk value for money, lalu Redmi Note 10S kami hadirkan untuk pengguna yang ingin upgrade performa lebih baik, sedangkan Redmi Note 10 Pro kami dedikasikan bagi para Mi Fans yang ingin merasakan pengalaman dan performa terbaik di kelas mid-range.”, ujar Alvin Tse, Country Director Xiaomi Indonesia.

Redmi Note 10s memiliki bentuk yang sama persis dengan Redmi Note 10. Perbedaannya hanya ada pada spesifikasi yang dibawanya. Jika Xiaomi mempercayakan Redmi Note 10 pada chipset baru Snapdragon 678, Redmi Note 10s datang dengan cip buatan Mediatek, yaitu Helio G95. Smartphone ini juga merupakan yang pertama menggunakan MIUI 12.5 terbaru.

Xiaomi juga melengkapi smartphone ini dengan teknologi UFS 2.2, walaupun Helio G95 hanya mendukung hingga 2.1 saja. Selain itu, Xiaomi juga kembali menggunakan layar Super AMOLED dengan dimensi 6,43 inci yang hanya diproduksi oleh Samsung pada perangkat ini. Layar yang terpasang juga menggunakan DotDisplay yang diklaim oleh Alvin lebih mahal jika dibandingkan dengan model waterdrop.

Redmi Note 10s yang diluncurkan di Indonesia juga cukup berbeda dengan yang ada pada negara lain, yaitu memiliki Near Field Communication atau NFC. Fitur ini cukup penting mengingat kartu uang elektronik sangat digunakan untuk membayar parkir dan juga jalan tol. Berbeda dengan kedua saudaranya, kamera yang terpasang pada smartphone ini menggunakan sensor 64 MP buatan OmniVision. Baterai yang terpasang juga memiliki kapasitas 5000 mAh yang bisa diisi dengan charger 33 watt.

Redmi Note 10S hadir dalam tiga pilihan warna yakni Ocean BlueOnyx Gray, dan Pebble White. Xiaomi menjual perangkat ini dengan harga Rp. 2.899.000 untuk varian 6/64 GB dan Rp. 3.299.000 untuk varian 8/128 GB. Seperti biasa pada saat flash sale, harga perangkat ini dipotong Rp. 100.000. Xiaomi menunjuk Akulaku dan Lazada sebagai ecommerce untuk menjual perangkat ini pertama kalinya pada tanggal 24 Mei 2021.

Masih 60 Hz?

Sudah saya sebut sebelumnya bahwa perangkat ini memiliki desain yang sama dengan Redmi Note 10. Perbedaan yang dapat ditemukan hanya pada kamera, NFC, serta SoC yang digunakan. Oleh karena itu, Xiaomi juga menggunakan layar Super AMOLED 60 Hz yang sama dengan Redmi Note 10. Padahal, harga jualnya lebih tinggi jika dibandingkan dengan saudaranya tersebut.

Saya pun menanyakan mengapa Redmi Note 10s masih menggunakan layar Super AMOLED dengan refresh rate 60 Hz dan bukan 90 Hz atau 120 Hz. Alvin mengatakan bahwa hal tersebut merupakan sebuah trade off di mana pada rentang harga yang diberikan pada Xiaomi Redmi Note 10s, ada dua pilihan. Pilihan pertama adalah menggunakan layar LCD dengan refresh rate 90 Hz dan yang kedua adalah layar Super AMOLED dengan 60 Hz.

Alvin mengatakan bahwa pada survey yang mereka lakukan, 70% orang lebih memilih layar Super AMOLED dengan 60 Hz. Untuk mendapatkan layar Super AMOLED 120 Hz, pengguna bisa membeli Redmi Note 10 Pro. Oleh karena itu, Xiaomi memilih menggunakan layar Super AMOLED yang memiliki reproduksi warna yang lebih cerah, rasio kontras yang tinggi, dan brightness yang lebih baik.

Apa bedanya MIUI 12.5 dibandingkan dengan sebelumnya?

Alvin juga mengatakan bahwa Redmi Note 10s merupakan perangkat pertama yang menggunakan MIUI 12.5. Lalu apa yang membedakan antar muka yang satu ini dengan MIUI sebelumnya? Dan mengapa bukan MIUI 13?

MIUI 12.5 dibuat khusus agar menjadi lebih ringan saat digunakan, lebih mulus, serta lebih efisien dalam menggunakan baterainya. Jadi dari pada menambahkan fitur-fitur baru, Xiaomi kembali membuka basis kode mereka dan menganalisa apa yang membuat permasalahan pada MIUI terbarunya. Hal-hal tersebut seperti baterai yang lebih boros, adanya lag pada animasi, serta penggunaan RAM yang lebih besar.

MIUI 12.5 sudah membenahi masalah-masalah yang telah disebutkan tadi. Oleh karena itu, Alvin percaya bahwa MIUI 12.5 akan memberikan pengalaman penggunaan yang lebih baik lagi. MIUI 12.5 juga nantinya akan dikeluarkan untuk beberapa perangkat Xiaomi lainnya dalam bentuk update OTA.

Xiaomi Ungkap FlipBuds Pro, TWS Pertamanya yang Dibekali Active Noise Cancellation

Pasar TWS terus bertambah besar di tahun 2021 ini. Apple masih menguasai sebagian besar pangsa pasar, akan tetapi gap-nya sudah tidak sejauh di tahun-tahun sebelumnya. Mengintai di belakangnya adalah Xiaomi, yang sampai kemarin rupanya belum punya TWS dengan active noise cancellation (ANC) sama sekali.

Itu semua berubah dengan diumumkannya Xiaomi FlipBuds Pro. Ini merupakan TWS paling premium dari Xiaomi sejauh ini, dan fitur unggulannya adalah ANC yang mampu meredam suara-suara di sekitar sampai 40 dB, kira-kira sehening di dalam perpustakaan kalau kata Xiaomi sendiri.

Untuk mewujudkannya, Xiaomi membekali FlipBuds Pro dengan tiga buah mikrofon di setiap unitnya: satu untuk menangkap dan mengisolasi suara-suara di sekitar, satu untuk menangkap suara pengguna, dan satu lagi untuk memastikan suara pengguna tidak teredam tanpa disengaja. Untuk output-nya, masing-masing unitnya mengandalkan dynamic driver berdiameter 11 mm.

Guna semakin memaksimalkan kinerjanya, Xiaomi turut membekali FlipBuds Pro dengan chip Bluetooth kelas premium besutan Qualcomm, QCC5151. Secara teknis, chip ini tak hanya mendukung konektivitas Bluetooth 5.2 saja, melainkan juga teknologi-teknologi seperti Google Fast Pair, Qualcomm TrueWireless Mirroring, Qualcomm Adaptive Active Noise Cancellation, maupun codec aptX Adaptive.

Ketika digunakan bersama ponsel-ponsel Xiaomi seperti Mi Mix Fold, Mi 11 Series, Mi 10 Series, Redmi K40 Series, Redmi K30 Series, maupun Redmi Note 9 Pro, perangkat juga bisa beroperasi dalam latensi yang sangat rendah. Dengan kata lain, TWS ini juga cocok untuk dipakai dalam sesi gaming.

Melihat desainnya, tidak bisa dipungkiri kalau TWS ini tampak seperti AirPods Pro versi hitam legam. Baterainya diklaim mampu bertahan sampai 7 jam pemakaian (5 jam kalau ANC-nya dinyalakan terus), atau total 28 jam jika digabung dengan charging case-nya. Selain via kabel USB-C, case-nya juga dapat diisi ulang menggunakan Qi wireless charger.

Di Tiongkok, Xiaomi menjual TWS ini seharga 799 yuan, atau kurang lebih sekitar 1,8 jutaan rupiah. Sayang sekali sejauh ini belum ada informasi terkait kapan Xiaomi bakal membawanya ke negara-negara lain.

Sumber: GSM Arena dan GizmoChina.

[Review] Xiaomi Redmi Note 10 Pro: Smartphone dengan Hardware Kamera 108 MP Termurah di Indonesia

Setiap kali, Xiaomi selalu mengeluarkan smartphone yang memiliki harga yang tergolong terjangkau pada kelasnya. Xiaomi mengklaim bahwa penetapan harga tersebut tidak lepas dari pengambilan keuntungan yang hanya 5% per perangkat. Hal tersebut juga berlaku pada smartphone yang baru saja mereka luncurkan yang memiliki kamera mobile dengan resolusi paling tinggi saat ini. Perangkat tersebut adalah Xiaomi Redmi Note 10 Pro.

Dengan menyandang nama Pro, Xiaomi membenamkan kamera dengan resolusi 108 MP. Selain itu, perangkat ini juga dipasangkan layar yang mampu memberikan refresh rate 120 Hz. Penyimpanan internal pada Redmi Note 10 Pro juga menggunakan UFS 2.2. Terakhir, baterai 5020 mAh yang digunakan dapat diisi dengan cepat karena menggunakan charger 33 watt.

Menggunakan layar Super AMOLED memang memiliki kontras yang lebih baik dibandingkan dengan IPS. Dan menyajikan untuk para gamer, perangkat ini juga hadir dengan touch sampling 240 Hz yang akan merespons dengan cepat saat disentuh. Spesifikasi lengkap dari Xiaomi Redmi Note 10 Pro yang saya dapatkan adalah sebagai berikut

Redmi Note 10 Pro
SoC Snapdragon 732G
CPU 2×2.3 GHz Kryo 470 Gold + 6×1.8 GHz Kryo 470 Silver
GPU Adreno 618
RAM 8 GB LPDDR4x
Internal 128 GB UFS 2.2
Layar 6,67 inci Super AMOLED 2400 x 1080 120 Hz
Dimensi 164 x 76.5 x 8.1 mm
Bobot 193 gram
Baterai 5020 mAh dengan pengisian 33 watt
Kamera 108 MP / 12 MP utama, 8 MP Ultrawide, 5 MP Macro, 2 MP Depth, 16 MP Selfie
OS Android 11 MIUI 12

Untuk hasil dari CPU-Z dan Sensorbox adalah sebagai berikut

Xiaomi menggunakan chipset yang sama dengan Poco X3 NFC, sehingga membuatnya memiliki kinerja yang kurang lebih sama. Hal ini tentu saja membuatnya terlihat lebih menarik karena Redmi Note 10 Pro menawarkan fitur yang lebih menarik pada sisi kameranya.

Unboxing

Inilah yang akan ditemukan pada paket penjualannya. Charger yang diberikan oleh Xiaomi pada paket penjualannya memiliki kemampuan untuk menghantarkan daya hingga 33 watt.

Desain

Beda perangkat, tentu saja beda desain bagian belakang dari Xiaomi Redmi Note 10 Pro. Hal tersebut sangat terlihat dari desain bagian kameranya yang sangat fresh dan berbeda dari saudaranya maupun pesaingnya. Logo Redmi terletak pada bagian kiri bawah dari perangkat ini dan menggunakan font yang cukup kecil. Warna yang saya dapatkan adalah Onyx Gray.

Layar Xiaomi Redmi Note 10 memiliki resolusi 2400×1080 pada layar dengan dimensi 6,67 inci ini. Smartphone ini sudah menggunakan layar dengan jenis Super AMOLED dan dilindungi dengan Gorilla Glass 5 sehingga lebih tahan terhadap goresan serta benturan. Layarnya juga sudah memiliki rasio kontras 4.500.000:1 dan mendukung DCI-P3. Xiaomi juga sudah menempelkan lapisan anti gores tambahan sehingga lebih melindungi lagi dari goresan.

Pada bagian belakangnya terdapat empat buah kamera yang tergabung dalam sebuah blok tersendiri. Bagian paling atas dengan lingkaran perak merupakan kamera 108 MP disertai dengan kamera makro pada sisi kiri, sensor depth pada bagian kanan, dan ultrawide pada bagian bawahnya. Di sebelah blok tersebut terdapat sebuah LED flash.

Pada bagian atasnya ditemukan sensor inframerah, microphone, port audio 3,5mm, dan speaker tambahan untuk menyajikan suara stereo. Volume naik dan turun serta tombol power yang juga merupakan pemindai sidik jari diletakkan pada sisi sebelah kanan. Dan pada bagian bawahnya terdapat slot USB-C, speaker, serta microphone utama. Slot nano SIM serta microSD (tiga slot) terletak pada bagian kirinya.

Bagi Anda yang membeli Xiaomi Redmi Note 10 Pro, usahakan minimal menggunakan MIUI 12.0.5 karena telah menyelesaikan bug layar berkedip saat di set ke 120 Hz dan Dark Mode. Pada MIUI 12.0.5, Xiaomi sudah menggunakan Android 11 atau R  terbaru. Hal ini membuat pengguna akan mendapatkan fitur-fitur baru seperti chat head saat menerima pesan dan lain sebagainya. Anda pun juga bisa memilih antara menggunakan launcher dengan app drawer atau full homescreen.

Jaringan

Xiaomi Redmi Note 10 Pro menggunakan SoC yang ditujukan untuk perangkat pada kelas premiumSystem on Chip ini sendiri menggunakan modem X15 yang sudah masuk dalam Catergory 15. Modem ini telah mendukung Carrier Aggregation hingga 3 koneksi. Secara teoritis, kecepatan download dari modem ini bisa mencapai hinggai 800 Mbps.

Smartphone ini sudah mendukung bandwidth 1, 2, 3, 4, 5, 7, 8, 20, 28, 32, 38, 40, dan 41 untuk jaringan 4G. Tentunya, kanal jaringan ini sudah mendukung semua yang digunakan oleh operator seluler di Indonesia dan beberapa negara lainnya. Modemnya sendiri sudah mendukung jaringan WiFi 5 GHz dengan 802.11ac dan tentunya akan cukup kencang saat melakukan transfer data secara nirkabel serta akan mendapatkan kecepatan tinggi saat menjelajah internet.

Kamera: 108 MP kelas mainstream

Xiaomi kembali menghadirkan kamera 108 MP pada Redmi Note 10 Pro. Akan tetapi, sensornya berbeda dengan yang digunakan pada Mi Note 10 Pro dan Mi 10T Pro. Redmi Note 10 Pro menggunakan ISOCELL HM2 yang menggunakan teknologi nonapixel, menggabungkan 9 piksel menjadi sebuah piksel berukuran 2.1μm. Berbeda dengan kedua pendahulunya yang menggunakan ISOCELL HMX yang menggunakan teknologi tetrapixel.

Teknologi nonapixel akan menghasilkan gambar 12 MP (mudahnya, 108/9 = 12). Sedangkan teknologi tetrapixel menghasilkan gambar yang lebih besar, yaitu 27 MP. Produsennya sendiri menjanjikan framerate yang lebih baik serta perekaman hingga 8K pada sensornya yang lebih baru ini. Jadi teknologi yang dibawa bukan merupakan hasil interpolasi, namun benar-benar memiliki 108 juta piksel pada sensornya.

Hasil kamera 108 MP (yang diambil pada resolusi 12 MP) memang sangat bagus untuk rentang harganya. Dynamic range yang bagus, tidak overbrightness, kontras juga baik, dan noise yang dihasilkan rendah. Tingkat ketajamannya juga bagus, namun sering terlihat pula beberapa bagian yang oversharpening.

Kamera ultrawide pada Redmi Note 10 Pro ternyata dapat mengambil gambar dengan cukup baik. Dengan menggunakan sensor Sony IMX 355, hasil yang tertangkap ternyata cukup tajam dan memiliki noise yang rendah. Warnanya juga cukup akurat saat dibandingkan dengan aslinya.

Kamera makro yang ada para perangkat ini memiliki resolusi 5 MP. Sensor yang digunakan adalah OmniVision OV5675. Walaupun tidak sebaik dua sensor lainnya, hasil tangkapannya memang lebih tajam dibandingkan dengan beberapa perangkat di pasaran yang masih menggunakan kamera 2 MP. Namun, warnanya masih kurang akurat dan kurang kontras.

Kamera swafoto yang ada pada Redmi Note 10 Pro akan menangkap gambar lebih baik dan tajam pada saat siang hari. Akan tetapi pada saat tingkat cahaya menurun seperti di malam hari, siap-siap untuk mendapatkan gambar seperti lukisan cat air. Hal tersebut mungkin algoritma perangkat ini dalam menekan noise yang muncul.

Lalu bagaimana perbandingan gambar antara saat diambil pada 12 MP dan 108 MP? Tentu saja 108 MP memiliki tingkat ketajaman yang lebih baik dibandingkan dengan 12 MP. Namun, jika kita berbicara mengenai keakuratan warna dan kontras, 12 MP mendominasi. Dan ingat, 108 MP hanya boleh digunakan pada saat kondisi cahaya cukup terang agar mendapatkan hasil yang lebih baik.

Keduanya di zoom hingga kurang lebih menampilkan area yang sama. Pada bagian kiri merupakan hasil dari 108 MP dan yang sebelah kanan adalah dengan nonapixel 12 MP. Dapat dilihat bahwa di sebelah kiri helai daun dapat terlihat jedanya serta tulisan juga terlihat lebih tajam. Tingkat ketajaman juga bisa dilihat pada bagian atasnya.

Pengujian

Xiaomi Redmi Note 10 Pro menggunakan Snapdragon 732G yang saat ini mungkin menjadi chipset 4G terakhir pada seri 700. Xiaomi pertama kali memperkenalkan chipset ini pada Poco X3 NFC, sehingga konsumen sudah bisa mengira seberapa kencang kinerjanya. Chipset ini sendiri masih kurang lebih seimbang dengan Snapdragon 720G, walaupun seringkali kinerjanya berada di bawah saudaranya tersebut.

Snapdragon 732G menggunakan dua inti prosesor Kryo 470 Gold dengan kecepatan 2,3 GHz pada cluster performa. Untuk cluster hemat daya, masih menggunakan enam inti Kryo 470 Silver yang berbasis Cortex A55 dengan kecepatan 1,8 GHz. Adreno 618 adalah graphics processing unit yang menjadi bawaan Snapdragon 732G.

Menguji untuk bermain

Menggunakan prosesor Snapdragon 732G mengartikan bahwa SoC ini memang ditujukan untuk bermain game (G pada akhiran 732 memang berarti game). Walaupun begitu, bukan berarti bahwa kita bisa bermain pada setting paling tinggi.

Dalam menguji perangkat ini untuk bermain, saya menggunakan dua buah game yang saat ini sedang ramai diperbincangkan. Kedua game tersebut adalah Genshin Impact dan PUBG Mobile. Oleh karena beratnya grafis dari kedua game ini untuk dijalankan oleh Snapdragon 732G, saya menggunakan setting low dengan frame rate yang paling tinggi (60 fps) yang bisa disajikan oleh game tersebut.

Di lain pihak, PUBG Mobile belum mendeteksi refresh rate tinggi dari Xiaomi Redmi Note 10 Pro. Hal tersebut membuat frame rate yang dapat dimainkan hanya tertahan di 30 fps. Semoga saja Xiaomi bekerja sama dengan developer PUBG Mobile untuk menghadirkan frame rate 90 Hz dan 120 Hz pada setiap perangkatnya.

Berikut adalah grafik perolehan frame rate dari kedua game tersebut. Data frame rate saya ambil dengan menggunakan aplikasi GameBench.

Terus terang, bermain kedua game yang saya uji bisa berjalan dengan lancar. Memang ditemukan sedikit lag pada Genshin Impact, namun tidak sampai membuat motion sickness saat bermain. Untuk membuat frame rate-nya menjadi lebih tinggi lagi, turunkan saja profile-nya menjadi lowest.

Untuk bekerja

Dengan menggunakan SoC yang khusus ditujukan untuk bermain game, membuat perangkat ini menjadi cukup andal jika digunakan untuk bekerja. Pasalnya, aplikasi-aplikasi untuk bekerja yang ada di perangkat Android tidak memerlukan resource yang sangat tinggi. Jadi, aplikasi seperti Trello, Slack, GMail, Whatsapp, Facebook, serta Chrome yang menggunakan banyak tab tidak akan terasa lambat.

Bagi Anda yang memiliki seorang anak, pada masa WFH ini tentu saja akan banyak tugas yang harus dikumpulkan melalui aplikasi tukar pesan. Untuk melakukan editing gambar dan video, diperlukan smartphone yang memiliki processing power yang cukup tinggi. Dalam pengujian yang saya lakukan, Snapdragon 732G sudah lebih dari cukup untuk menangani pekerjaan tersebut.

Benchmarking

Pada pengujian kali ini, saya kembali menghadirkan SoC Snapdragon 730G, 720G, serta 678 yang baru digunakan pada sang “adik” dari Redmi Note 10 Pro. Hal ini tentu saja hanya sekedar untuk membandingkan kinerja dari tiap-tiap chipset. Walaupun konfigurasi tiap perangkat berbeda, namun pada akhirnya pengguna akan mendapatkan gambaran bagaimana kinerja dari sebuah smartphone secara utuh.

Berikut adalah hasil benchmark-nya

Seperti yang sudah saya katakan sebelumnya, Snapdragon 732G akan bersaing ketat dengan 720G, meninggalkan 730G dan 678 di belakang. Namun, rentang kinerja ini tentu saja tidak akan terlalu terasa karena tergolong cukup kecil. Hasil seperti ini tentu saja sudah lebih dari cukup dalam menjalankan setiap aplikasi dan game pada sistem operasi Android.

Uji baterai 5000 mAh

Sudah tidak dipungkiri lagi bahwa pengujian baterai memakan waktu yang cukup panjang. Apalagi dengan Redmi Note 10 Pro yang memiliki kapasitas sebesar 5020 mAh. Perangkat ini sendiri sudah menggunakan layar FHD+ yang sedikit lebih boros dibandingkan dengan layar HD+ yang biasa digunakan pada smartphone di kelas entry level.

Dengan menggunakan video MP4 dengan resolusi 1080p yang diputar secara terus menerus, Redmi Note 10 bisa bertahan hingga 17 jam 40 menit. Namun saat digunakan untuk bermain, tentu saja tidak akan bertahan sampai waktu tersebut.  Pengisian baterainya sendiri akan memakan waktu kurang lebih 75 menit dari benar-benar habis hingga penuh.

Verdict

Kamera sampai saat ini masih merupakan salah satu fitur yang paling dicari pada sebuah smartphone. Oleh karena itu, produsen smartphone selalu saja membuat perangkat yang memiliki hasil kamera yang menakjubkan. Teknologi terbaru pun dipasangkan pada perangkat-perangkat mereka diluar kelas premium dan flagship. Salah satunya adalah smartphone mainstream Xiaomi Redmi Note 10 Pro.

Dengan menggunakan Snapdragon 732G, Redmi Note 10 Pro memiliki kinerja yang kencang. Semua pekerjaan yang dilakukan masih akan terasa cepat jika dikerjakan pada perangkat yang satu ini. Ditambah dengan menggunakan baterai yang bisa bertahan lebih dari satu hari kerja dan cepat saat diisi ulang, membuat perangkat ini nyaman digunakan.

Kamera yang menjadi poin penting dalam penjualan perangkat ini juga dapat diandalkan. Dengan ISOCELL HM2, membuat Redmi Note 10 Pro dapat mengambil momen dengan nyaman di mana saja, termasuk saat lebaran nanti. Namun, hal tersebut tentunya berlaku saat kondisi cahayanya sedang bagus. Saat rendah cahaya, gunakan saja mode malamnya.

Perangkat yang saya dapatkan memiliki spesifikasi 8/128 GB. Untuk varian ini, Xiaomi menjualnya dengan harga Rp. 3.999.000 dan akan didiskon Rp. 100.000 pada saat flash sale. Varian di bawahnya, 6/64 dijual dengan harga Rp. 3.599.00 dan bisa mendapatkan diskon Rp. 100.000 pada saat flash sale. Hal ini tentu saja membuat Xiaomi Redmi Note 10 Pro menjadi smartphone dengan hardware kamera 108 MP termurah di Indonesia.

Sparks

  • Kinerja baik dengan Snapdragon 732G
  • Layar 120 Hz yang sangat responsif
  • Speaker stereo
  • Daya tahan baterai mencapai 17 jam
  • Hasil kamera yang sangat bagus untuk rentang harganya
  • NFC sudah menjadi standar
  • Pengisian baterai yang cepat, hanya 75 menit

Slacks

  • Hasil kamera saat cahaya rendah kurang bagus jika tidak menggunakan night mode
  • Bagian kamera terlalu menonjol
  • Sayangnya, masih belum 5G

[Review] Redmi Note 10: Harga Terjangkau dengan Spesifikasi Lengkap dan Snapdragon 678

Xiaomi kembali meluncurkan smartphone generasi terbaru dari kelas Redmi Note-nya. Kelas ini sendiri merupakan seri mainstream yang dimiliki oleh Xiaomi. Smartphone yang dimaksud adalah Xiaomi Redmi Note 10. Perangkat ini sendiri digadang sebagai “Jawaranya AMOLED”, di mana menggunakan layar dengan rasio kontras 4,5 juta berbanding 1 tersebut.

Saat datang ke meja pengujian DailySocial, saya langsung mencari spesifikasi apa saja yang digunakan. Hal pertama yang pasti adalah Xiaomi Redmi Note 10 merupakan perangkat pertama yang ada di Indonesia yang menggunakan SoC Snapdragon 678, yang merupakan versi dengan clock CPU lebih tinggi dari Snapdragon 675. Clock GPU yang digunakan, walau sama-sama Adreno 612, juga cukup berbeda antara keduanya. Hal ini membuat Snapdragon 678 memiliki kinerja yang sedikit lebih tinggi.

Xiaomi juga telah menggunakan penyimpanan internal dengan teknologi UFS 2.2. Hal yang memang masih jarang ditemukan pada rentang harganya karena kebanyakan masih menggunakan eMMC. Selain itu, perangkat ini juga menggunakan charger dengan daya 33 watt yang tentunya akan mengisi baterai yang ada dengan cepat.

Spesifikasi lengkap dari Xiaomi Redmi Note 10 yang saya dapatkan adalah sebagai berikut

Redmi Note 10
SoC Snapdragon 678
CPU 2×2.2 GHz Kryo 460 Gold + 6×1.8 GHz Kryo 460 Silver
GPU Adreno 612 – 800 MHz
RAM 4 GB LPDDR4x
Internal 64 GB UFS 2.2
Layar 6,43 inci Super AMOLED 2400 x 1080
Dimensi 160.46 x 74.5 x 8.29 mm
Bobot 178.8 gram
Baterai 5000 mAh dengan pengisian 33 watt
Kamera 48 MP / 12 MP utama, 8 MP Ultrawide, 2 MP Macro, 2 MP Depth, 13 MP Selfie
OS Android 11 MIUI 12

Untuk hasil dari CPU-Z dan Sensorbox adalah sebagai berikut

Oleh karena ini merupakan chipset baru, semua aplikasi pendeteksi akan mengenali SoC-nya sebagai Snapdragon 675. Namun jika diperhatikan, clock CPU memang berbeda dengan Snapdragon 675. Pada cluster kinerja, clock-nya berbeda 200 MHz.

Unboxing

Inilah yang akan ditemukan pada paket penjualannya

Desain

Xiaomi memang dikenal dengan desain bagian belakangnya yang cukup berbeda antara satu dengan yang lainnya. Hal tersebut pula yang terdapat pada Xiaomi Redmi Note 10, di mana desain bagian kameranya berbeda dengan perangkat lainnya. Logo Redmi juga didesain lebih kecil, tidak seperti yang terdapat pada Redmi 9T. Warna yang saya dapatkan bernama Pebble White.

Layar Xiaomi Redmi Note 10 memiliki resolusi 2400×1080 pada layar dengan dimensi 6,43 inci ini. Dengan klaim gelar Jawaranya AMOLED, smartphone ini sudah menggunakan layar dengan jenis Super AMOLED dan dilindungi dengan Gorilla Glass 3. Xiaomi mengklaim bahwa layarnya memiliki rasio kontras 4.500.000:1 dan mendukung DCI-P3. Layarnya juga sudah mendapatkan tambahan lapisan anti gores langsung dari pabriknya.

Desain penempatan kamera pada Xiaomi Redmi Note 10 juga dibuat dengan cukup unik dan berbeda dari lainnya. Ada empat buah kamera pada bagian belakangnya dengan sebuah flash yang didesain pada sebuah kotak dengan dua warna yang berbeda. Kamera dengan resolusi 48 MP sendiri berada pada bagian atas. Sedangkan kamera ultrawide dan depth ditempatkan pada bagian tengah serta makro berada sendirian dibawahnya.

Pada bagian atasnya ditemukan sensor inframerah, microphone, dan speaker tambahan untuk menyajikan suara stereo. Volume naik dan turun serta tombol power yang juga merupakan pemindai sidik jari diletakkan pada sisi sebelah kanan. Dan pada bagian bawahnya terdapat slot USB-C, speaker, port audio 3,5mm, serta microphone utama. Slot nano SIM serta microSD (tiga slot) terletak pada bagian kirinya.

Smartphone ini saya dapatkan dengan menggunakan MIUI dengan versi 12.0.5. Sistem operasinya sendiri masih menggunakan Android 11. Saya sangat menyarankan Anda yang membeli perangkat ini untuk langsung melakukan upgrade firmware. Hal tersebut dikarenakan firmware bawaannya yang terasa sangat lag saat melakukan loading aplikasi dan bernavigasi.

Jaringan

Xiaomi Redmi Note 10 menggunakan SoC yang ditujukan untuk perangkat pada kelas mainstreamSystem on Chip ini sendiri menggunakan modem X12 yang sudah masuk dalam Catergory 12. Modem ini telah mendukung Carrier Aggregation hingga 2 koneksi. Secara teoritis, kecepatan download dari modem ini bisa mencapai hinggai 600 Mbps.

Smartphone ini sudah mendukung bandwidth 1, 2, 3, 4, 5, 7, 8, 20, 28, 38, 40, dan 41 untuk jaringan 4G. Tentunya, kanal jaringan ini sudah mendukung semua yang digunakan oleh operator seluler di Indonesia. Modemnya sendiri sudah mendukung jaringan WiFi 5 GHz dengan 802.11ac dan tentunya akan cukup kencang saat melakukan transfer data secara nirkabel.

Kamera: Sepertinya 48 Megapiksel sudah menjadi standar

Xiaomi kembali menghadirkan sebuah smartphone pada harga dua jutaan yang memiliki kamera dengan resolusi 48 MP. Kali ini, Xiaomi menggunakan sensor buatan Sony dengan IM 582 yang memiliki teknologi quad bayer. Teknologi ini sendiri akan menggabungkan 4 pixel sekaligus dan menghasilkan gambar dengan resolusi 12 MP. 48 MP tentu saja hanya digunakan pada saat kondisi cahayanya sangat baik.

Pada saat kondisi cahayanya cukup, hasil kameranya memang terlihat cukup baik. Dynamic range pada kamera ini juga cukup lumayan bagus. Tingkat noise juga terjaga dengan baik. Sayangnya saat kondisi cahayanya kurang terang, gambar yang dihasilkan memang kurang bisa diandalkan, bahkan saat menggunakan night mode sekalipun.

Untuk kamera ultrawide, gambarnya memang tidak sebaik kamera utamanya. Walaupun begitu, kamera ini masih bisa digunakan untuk berfoto bersama keluarga, seperti pada momen lebaran.

 

Kamera selfie pada smartphone ini juga bisa menghasilkan gambar yang lumayan. Walaupun begitu, gambarnya masih menghasilkan noise yang cukup terlihat pada bagian yang gelap. Tingkat ketajamannya juga cukup baik walaupun detail yang ada tidak semua tertangkap dengan jelas.

Kamera makro yang ada hanya memiliki resolusi 2 MP saja. Seperti kebanyakan smartphone yang ada di pasaran, hasilnya sedikit kurang memuaskan.  Walaupun begitu, hasilnya masih bisa digunakan untuk beberapa kebutuhan pengambilan gambar yang mungkin bisa mengembangkan kreativitas para penggunanya.

Pengujian

Xiaomi Redmi Note 10 menggunakan chipset baru yang sebenarnya hanya ditingkatkan saja clock-nya. Snapdragon 678 memang perdana digunakan pada smartphone yang satu ini. Namun, terdapat kesamaan antara Snapdragon 678 dan Snapdragon 675 yang sudah digunakan oleh beberapa vendor dari sekitar dua tahun yang lalu.

Keduanya sama-sama menggunakan prosesor Kryo 460 Gold pada cluster performa yang merupakan Cortex A76 yang di-tweak. SD 678 memiliki clock 2,2 GHz dan SD 675 ada pada 2 GHz. Pada bagian cluster hemat daya, 6 inti prosesor Kryo 460 Silver yang merupakan turunan dari Cortex A55 memiliki clock 1,8 GHz pada SD 678 dan 1,7 pada SD 675. Perbedaan clock yang cukup kecil ini mungkin tidak akan terasa oleh mereka yang sudah menggunakan SD 675, namun akan menjadi sebuah lompatan kinerja yang cukup tinggi jika sebelumnya menggunakan Snapdragon seri 400.

Menguji untuk bermain

Sepertinya setiap smartphone saat ini pasti akan digunakan untuk bermain. Apalagi, saat ini hampir semua game dapat diperoleh dengan gratis melalui Google Play. Hal ini tentu saja tidak luput bagi para pengguna Xiaomi Redmi Note 10.

Dalam menguji perangkat ini untuk bermain, saya menggunakan dua buah game yang saat ini sedang ramai diperbincangkan. Kedua game tersebut adalah Genshin Impact dan PUBG Mobile. Oleh karena beratnya grafis dari kedua game ini untuk dijalankan oleh Snapdragon 678, saya menggunakan setting paling rendah dengan frame rate yang paling tinggi yang bisa disajikan oleh game tersebut.

Berikut adalah grafik perolehan frame rate dari kedua game tersebut. Data frame rate saya ambil dengan menggunakan aplikasi GameBench.

Saat pertama kali dijalankan, PUBG akan memilih resolusi HD pada frame rate High. Hasilnya, rata-rata frame rate yang didapatkan adalah 30 fps dan berjalan secara konstan. Hasilnya berbeda saat bermain Genshin Impact yang saya atur pada setting lowest dengan 60 fps. Sayangnya, smartphone ini hanya mampu berjalan pada frame rate yang cukup rendah, yaitu rata-rata hanya 23 fps saja.

Dengan frame rate tersebut, saya cukup terganggu saat bermain. Saya harus mengulang beberapa kali tugas-tugas yang diberikan pada game tersebut. Apalagi, saat menggunakan mode terbang pada game tersebut, saya kesulitan untuk mengendalikannya. Semoga saja hal ini dibenahi oleh Xiaomi, mengingat game ini sangat digemari oleh konsumen di Indonesia.

Untuk bekerja

Trello, Slack, GMail, Whatsapp, Facebook, serta Chrome merupakan ‘makanan’ saya sehari-hari dalam menggunakan sebuah smartphone. Dan aplikasi-aplikasi ini pun menjadi sebuah benchmark untuk sebuah perangkat baru. Hasilnya, saya bisa menggunakan aplikasi-aplikasi yang saya butuhkan tersebut dengan cukup lancar.

Kondisi WFH tentu saja membuat keuntungan tersendiri dalam menguji sebuah smartphone. Hal tersebut dikarenakan perangkat ini menjadi sebuah alat bantu untuk mengerjakan tugas sekolah anak yang membutuhkan perekaman dan editing video. Hasilnya, perangkat ini memang tidak terlalu kencang dalam melakukan editing ringan, namun masih bisa diandalkan.

Benchmarking

Pada pengujian kali ini, saya kembali menghadirkan chipset Snapdragon 675. Saya juga mengambil data dari perangkat Redmi 9 yang menggunakan Helio G80 serta Poco X3 NFC yang memakai SD 732G. Hal ini tentu saja untuk membandingkan seberapa kencang chipset terbaru dari Snapdragon yang digunakan pada Xiaomi Redmi Note 10.

Pada pengujian kali ini, saya tidak memasukkan Antutu 9. Hal tersebut dikarenakan sampai versi terbaru di akhir bulan April 2021, yaitu versi 9.0.5B tidak dapat jalan dengan baik pada Redmi Note 10. Program benchmark tersebut akan terus men-download versi lite dari Antutu 3D. Jadi, hasilnya tentu tidak valid.

Dapat dilihat bahwa Snapdragon 678 memang sedikit mengungguli Snapdragon 675. Hanya saja, rentang kinerja tersebut tidak akan terlalu terasa saat digunakan. Kinerjanya memang terpaut jauh jika dibandingkan dengan Snapdragon 732G yang memang memiliki spesifikasi yang cukup jauh lebih tinggi.

Uji baterai 5000 mAh

Sudah tidak dipungkiri lagi bahwa pengujian baterai memakan waktu yang cukup panjang. Apalagi dengan Redmi Note 10 yang memiliki kapasitas sebesar 5000 mAh. Perangkat ini sendiri sudah menggunakan layar FHD+ yang sedikit lebih boros dibandingkan dengan layar HD+ yang biasa digunakan pada smartphone di kelas entry level.

Dengan menggunakan video MP4 dengan resolusi 1080p yang diputar secara terus menerus, Redmi Note 10 bisa bertahan hingga 18 jam 19 menit. Namun saat digunakan untuk bermain, tentu saja tidak akan bertahan sampai waktu tersebut.  Pengisian baterainya sendiri akan memakan waktu kurang lebih 75 menit dari benar-benar habis hingga penuh.

Verdict

Sebuah perangkat pada rentang harga dua jutaan memang sepertinya memiliki spesifikasi yang tidak terlalu tinggi. Setidaknya hal tersebut bertahan sampai Xiaomi mengeluarkan perangkat barunya yang menggunakan peripheral kelas atas. Pada Redmi Note 10, Xiaomi ingin membuktikan bahwa perangkat terjangkau tidak harus memiliki spesifikasi yang rendah.

Kinerja yang ditawarkan oleh Xiaomi Redmi Note 10 memang cukup baik pada rentang harganya. Snapdragon 678 memang terasa membuat perangkat ini menjadi responsif, baik saat bekerja maupun menjalankan aplikasi hiburan dan game ringan. Baterai besarnya mampu membuat perangkat ini memiliki daya tahan lebih dari satu hari.

Dengan menggunakan resolusi 48 MP buatan Sony, kamera pada perangkat ini memiliki teknologi yang bisa mengambil gambar dengan cukup baik. Namun, hal tersebut tentunya berlaku saat kondisi cahayanya sedang bagus. Hasilnya masih bisa diandalkan untuk mengambil momen apa pun.

Xiaomi menjual Redmi Note 10 pada harga Rp. 2.499.000 dan hanya tersedia dalam satu varian saja, yaitu 4/64 GB. Dengan spesifikasi yang didapatkan dan harga yang dipatok, memang terlihat cukup terjangkau dan bahkan bisa dibilang murah. Akan tetapi, saya merasa bahwa Xiaomi seharusnya masih bisa melakukan tweaking yang lebih baik lagi agar perangkat ini lebih optimal.

Sparks

  • Menggunakan layar Super AMOLED pada harga dua jutaan
  • Daya tahan baterai yang panjang serta pengisian yang cepat
  • Kinerja cukup baik
  • Hasil kamera di siang hari cukup bagus
  • Speaker Stereo
  • Sertifikasi IP53

Slacks

  • Hasil kamera pada kondisi rendah cahaya tidak bagus
  • Kesulitan menjalankan game berat
  • Tanpa NFC

 

Snapdragon 860 Diperkenalkan: Kembaran Snapdragon 855+

Saat ini, Xiaomi sudah mengeluarkan sebuah smartphone yang menggunakan cip terbaru dari Qualcomm. Chipset yang dimaksud adalah Snapdragon 860 yang digunakan pada Poco X3 Pro. Harga perangkat ini juga cukup terjangkau di mana hanya dijual pada harga kurang dari Rp. 4 juta.

Qualcomm dan Xiaomi pun mengadakan sebuah acara untuk memperkenalkan cip terbaru tersebut. Snapdragon 860 sendiri diposisikan berada di antara Snapdragon 855+ dan Snapdragon 865. Hal ini tentu saja membuat perangkat yang menggunakannya memiliki kinerja yang cukup tinggi.

Snapdragon 855 sendiri diluncurkan oleh Qualcomm pada tahun 2018 yang lalu. Kinerjanya sendiri sampai saat ini belum bisa ditandingi oleh saudaranya pada kelas 700 ke bawah. Apalagi Snapdragon 855+, versi dengan clock yang lebih tinggi, sampai saat ini masih merupakan salah satu chipset terkencang dan bisa dipakai untuk bermain game.

Ternyata, Snapdragon 860 masih memiliki spesifikasi yang sama dengan Snapdragon 855+. Perbedaannya adalah Snapdragon 860 memiliki dukungan untuk pemakaian RAM sampai dengan 16 GB. Jadi, Snapdragon 860 merupakan Snapdragon 855+ yang ditingkatkan kemampuan dukungan RAM-nya. Spesifikasinya bisa dilihat pada tabel di bawah ini

Snapdragon 860
Pabrikasi 7 nm
CPU 1×2.96 GHz Kryo 485 Gold + 3×2.42 GHz Kryo 485 Gold + 4×1.8 GHz Kryo 485 Silver
GPU Adreno 640
RAM 4x16bit, LPDDR4x 2133MHz hingga 16 GB
Camera Spectra 380

Single camera: 192 MP

Dual camera: 22 MP 30fps

Video Codec H.265 (HEVC), HDR10+, HLG, HDR10, H.264 (AVC), VP8, VP9
Display 4K UHD HDR 10+
Modem Snapdragon X24 LTE Cat 20
Connectivity Bluetooth 5, WiFi 6, GPS, GLONASS
Charging Quick Charge 4+

Qualcomm sendiri mengklaim bahwa Snapdragon 860 bakal menjadi chipset 4G terkencang saat ini. Walaupun begitu, kinerjanya mungkin akan sama saja saat menggunakan RAM hingga 12 GB. Apalagi pada perangkat Poco X3 Pro, RAM yang digunakan paling besar adalah 8 GB.

Dengan menggunakan basis yang sama dengan Snapdragon 855+, tentu saja Snapdragon 860 tidak akan mendapatkan fitur-fitur baru yang diperkenalkan pada Snapdragon 865. Padahal, fitur seperti update driver yang bisa langsung di-download dari aplikasi Google Play membuat perangkat yang menggunakan chipset yang mendukung menjadi lebih baik. Dan Snapdragon 860 tidak akan mendapatkan “kemewahan” tersebut.

Snapdragon 855 sendiri merupakan yang pertama dari Qualcomm yang mendukung Computer Vision untuk AI. Hal inilah yang membedakan Snapdragon seri 855 ke atas (termasuk Snapdragon 860) dibandingkan dengan Image Signal Processor yang ada pada seri 700. Fitur ini membuat kemampuan pengambilan foto bisa lebih cepat, akurat, dan fokus yang lebih baik.

Lalu apakah mereka yang sudah memiliki perangkat dengan Snapdragon 855+ perlu melakukan upgrade ke Snapdragon 860? Ya dan tidak. Anda perlu melakukan upgrade ke Snapdragon 860 jika para perangkat tersebut terdapat teknologi pendukung yang lebih baik serta menggunakan RAM 16 GB. Jika penggunaan RAM masih di bawah 16 GB, Anda tidak perlu melakukan upgrade karena spesifikasinya yang sama.