BOOM Esports Alami Pekan yang Buruk di ONE Esports Dota 2 SEA League

Akhir pekan lalu menjadi pertandingan pekan ketiga bagi gelaran ONE Esports Dota 2 SEA League. Memperebutkan total hadiah sebesar 100 ribu dollar AS, turnamen ini mempertandingkan 10 tim dengan komposisi 7 tim undangan dan 3 tim dari kualifikasi. BOOM Esports termasuk ke dalam daftar tim undangan untuk kompetisi yang punya format liga ini.

Memiliki format liga, 10 tim tersebut bertanding sebanyak satu kali Round-Robin selama empat pekan sejak 18 Juni 2020 lalu. Kini, pekan ketiga menjadi pekan yang buruk bagi BOOM Esports. Sebelumnya pada pekan kedua BOOM Esports sudah amankan 2 kali seri dan satu kali kemenangan melawan Geek Fam. Sementara pada pekan ketiga liga, BOOM Esports kalah di semua jadwal pertandingan mereka.

ESL Clash of Nations Bangkok 2019 - BOOM Esports
Sumber: ESL

Pekan ini, Dreamocel dan kawan-kawan memiliki tiga jadwal pertandingan. Melawan T1, TNC, dan Adroit. BOOM Esports tidak berhasil amankan satu kali pun kemenangan dari tiga jadwal tersebut, kalah 2-0 melawan semua lawannya. Melawan T1, BOOM Esports terkena kekalahan yang cukup cepat. Walau game pertama mereka memberi perlawanan hingga menit 39, namun di game kedua mereka terkena sapu bersih. Pertandingan selesai dalam 25 menit, dengan skor kill 4-24.

Begitu juga saat Mikoto, Fbz dan kawan-kawan menghadapi salah satu tim kuat asal Filipina, TNC Predator. Ibarat terkena serangan fajar, BOOM Esports kalah dalam 30 menit saja dengan skor 9-25 di game pertama. Sementara itu pada game kedua baru mereka memberi perlawanan berarti, walau akhirnya harus menerima kekalahan kedua dalam 34 menit dengan skor 18-31.

Melawan Adroit, BOOM Esports sebenarnya hampir bisa dapatkan kemenangan di game pertama. Namun, Anti-Mage milik Dreamocel berhasil di bungkam oleh Adroit. Mereka kembali telan kekalahan di game pertama. Masuk Game kedua, BOOM Esports melakukan perlawanan yang lebih keras lagi. Secara line-up, BOOM Esports juga tampil percaya diri, apalagi melihat Mikoto sudah menggunakan Void Spirit. Sayangnya nasib berkata lain. Walau BOOM Esports berhasil mendominasi awal hingga pertengahan permainan, namun Adroit berhasil membalikkan keadaan ketika masuk late-game. Permainan usai di menit 54 dengan skor 25-30.

Meski mengalami pekan yang buruk, mari kita doakan semoga BOOM Esports bisa kembali mendapatkan performa terbaiknya, baik untuk kompetisi ONE Esports SEA League ataupun kompetisi lainnya.

Payfazz Announces Series B Funding Worth of 767 Billion Rupiah

Payfazz today (7/6) announced a series B funding worth of US$ 53 million or equivalent to 767.7 billion Rupiah. This round was led by B Capital Group and Insignia Ventures, with the participation of previous investors, Tiger Global Management, Y Combinator, ACE & Company, and Quiet Capital, also BRI Ventures as a new investor.

The fresh money is to accomplish the company’s mission to expand market coverage throughout Southeast Asia. With its various services, Payfazz is to increase digital financial access in rural areas.

In Indonesia, their services are widely applied in traditional stalls, allowing traders to accommodate various types of financial services, such as balance top-up, bill payments, loans, and cash withdrawal.

Payfazz’ Co-Founder & CEO, Hendra Kwik said in his remarks, “We see that smartphone-based fintech applications will revolutionize the financial services industry in Southeast Asia. We want to participate in the revolution by facilitating access to bill payments, money transfers, loans, opening savings accounts, and investment through smartphones, so as to accelerate financial inclusion in Southeast Asia.”

Previously, Hendra has mentioned this fundraising in an interview with DailySocial earlier last year. The regional expansion is to become the main agenda in the future. He believes the Payfazz channel is in line with rural communities’ demand for financial products.

“There are several countries in ASEAN for reference [with lessons from Indonesia]. At first, it may penetrate one or two countries, but I don’t know about this year because we still exploring the most strategic ones.”

In addition, they also schedule to build up the R&D team, to create more relevant solutions with the market share demand.

Business efficiency

Payfazz team members / Payfazz
Payfazz team members / Payfazz

The Covid-19 pandemic has quite a significant impact on Payfazz due to microeconomics stuck in rural areas by social restrictions and so on. Recently, through its official statement, the company conveyed that it has made business efficiency by allocating funds and resources to business units that are considered promising, namely small business, financial services, and digital banking.

The decision applied for a 10% reduction in labor. Hendra said the company decided to restructure and refocus that results in the professional workforce efficiency, therefore, the company remained a sustainable business. Previously, Payfazz’ team has reached 600 people.

In its journey, Payfazz performed various business expansion to form a business group called Fazz Financial. In its derivatives are POST, Sellfazz POS, Fazzcard, Billfazz, and Canfazz. All these products target a variety of consumer segments.


Original article is in Indonesian, translated by Kristin Siagian

Application Information Will Show Up Here
Application Information Will Show Up Here
Application Information Will Show Up Here

Payfazz Umumkan Pendanaan Seri B Senilai 767 Miliar Rupiah

Payfazz hari ini (06/7) mengumumkan perolehan pendanaan seri B senilai US$53 juta atau setara 767,7 miliar Rupiah. Putaran investasi ini dipimpin oleh B Capital Group dan Insignia Ventures, didukung beberapa investor terdahulunya Tiger Global Management, Y Combinator, ACE & Company, dan Quiet Capita; serta turut terlibat juga BRI Ventures sebagai investor baru.

Pendanaan ini akan memperkuat misi perusahaan untuk memperluas jangkauan pasarnya di seluruh wilayah Asia Tenggara. Seperti diketahui, dengan berbagai layanannya Payfazz mencoba meningkatkan akses finansial secara digital di daerah rural.

Di Indonesia sendiri, layanan mereka banyak diaplikasikan di warung-warung tradisional, memungkinkan pedagang mengakomodasi beragam jenis layanan finansial, seperti pembelian pulsa, pembayaran tagihan listrik, peminjaman uang, hingga penarikan dana tunai.

Co-Founder & CEO Payfazz Hendra Kwik dalam sambutannya mengatakan, “Kami melihat bahwa aplikasi fintech berbasis ponsel pintar akan merevolusi industri jasa keuangan di Asia Tenggara. Kami ingin ikut serta dalam revolusi dengan memudahkan akses pembayaran tagihan, transfer uang, pinjaman, pembukaan rekening tabungan, dan investasi melalui ponsel pintar, sehingga dapat mempercepat inklusi keuangan di Asia Tenggara.”

Sebelumnya dalam wawancara DailySocial dengan Payfazz awal tahun lalu, Hendra sudah mengatakan mengenai penggalangan dana ini. Ekspansi regional memang menjadi agenda utamanya di waktu mendatang. Dia meyakini bahwa jalur Payfazz sudah sesuai dengan kebutuhan masyarakat pedesaan terhadap produk keuangan.

“Ada beberapa negara di ASEAN yang bisa direplikasi [dengan pembelajaran dari Indonesia]. Mungkin masuk ke satu atau dua negara dulu, tapi belum tahu apakah tahun ini karena masih dipelajari yang mana yang paling strategis.”

Selain itu, mereka juga mengagendakan untuk perkuat tim R&D, untuk memungkinkan solusi yang dihadirkan selalu relevan dengan kebutuhan pangsa pasar.

Sempat lakukan efisiensi bisnis

Jajaran tim Payfazz / Payfazz
Jajaran tim Payfazz / Payfazz

Pandemi Covid-19 turut memberikan dampak bagi Payfazz, karena ekonomi mikro di daerah-daerah juga tersendat akibat pembatasan sosial dan sebagainya. Belum lama ini, melalui keterangan resminya perusahaan menyampaikan telah melakukan efisiensi bisnis dengan mengalokasikan dana dan sumber daya pada unit bisnis yang dianggap menjanjikan, yakni small business, financial services, dan digital banking.

Keputusan tersebut berimplikasi pada pengurangan 10% tenaga kerja. Hendra menyebut perusahaan mengambil keputusan untuk penataan dan pemfokusan ulang sehingga perlu adanya pengurangan tenaga kerja profesional agar perusahaan tetap menjadi bisnis yang berkelanjutan. Sebelumnya, jumlah tenaga kerja di Payfazz mencapai 600 orang.

Dalam perjalanannya, Payfazz melakukan berbagai ekspansi bisnis sehingga membentuk grup usaha bernama Fazz Financial. Di bawahnya ada POST, Sellfazz POS, Fazzcard, Billfazz, dan Canfazz. Seluruh produk tersebut menyasar beragam segmen konsumen.

Application Information Will Show Up Here
Application Information Will Show Up Here
Application Information Will Show Up Here

RRQ Hoshi Juara MPL Invitational 2020, Libas Resurgence 3-0

Hari Minggu, 5 Juli 2020, menjadi gelaran final dari MPL Invitational. Merupakan pengganti gelaran MSC 2020, turnamen ini memperebutkan 1 miliar Rupiah, dan mempertandingkan empat negara yaitu Indonesia, Malaysia, Singapura, dan Myanmar. Pekan lalu kita melihat bagaimana tim Indonesia mendominasi babak grup. Dominasi Indonesia sulit sekali dihentikan, sampai akhirnya 3 tim yang lolos ke babak Playoff adalah tim Indonesia.

Pekan lalu menjadi pertandingan babak Playoff. Pada babak Playoff, RRQ Hoshi yang merupakan tim undangan bertanding di Upper Bracket dan berhasil libas tim asal Singapura Resurgence pada fase Upper Bracket Final. Sementara itu di bagian Lower Bracket, persaingan menjadi semakin liar dan sengit. Tim Indonesia saling kanibal setelah EVOS Legends kalahkan ONIC Esports. Masuk babak selanjutnya, EVOS Legends tumbang oleh Burmese Ghouls, sampai akhirnya babak Lower Final mempertemukan Resurgence dengan Burmese Ghouls.

Sumber: Youtube MLBB Esports
Sumber: Youtube MLBB Esports

Setelah berhasil menang, Resurgence kembali menghadapi RRQ Hoshi di babak Grand Final. Game pertama Grand Final, RRQ Hoshi menunjukkan permainan tanpa ampun, langsung amankan hero agresif seperti Ling, Esmeralda, dan Selena. Berkat hal tersebut, RRQ Hoshi langsung ungguli Resurgence sejak menit 5. Dalam dua kali momentum push, RRQ Hoshi berhasil menembus jantung pertahanan Resurgence, memenangkan pertandingan secara telak di bawa 10 menit.

Game kedua, RRQ Hoshi lagi-lagi mengamankan Ling yang kali ini melakukan duet dengan Khufra. Lemon, Xin dan kawan-kawan kembali menunjukkan permainan yang eksplosif. Resurgence kembali kelabakan, tidak siap menahan gempuran tanpa henti dari RRQ Hoshi. Akhirnya RRQ Hoshi kembali menang mudah dalam 16 menit saja dengan skor 26-6.

Game terakhir menjadi penentu apakah RRQ akan menang, atau Resurgence masih bisa menyambung nyawa. Kali ini RRQ Hoshi bermain sedikit unik dengan mengandalkan R7 denga menggunakan Balmond. Walau demikian, hero tersebut ternyata terbukti efektif dengan gameplay tim RRQ Hoshi. Resurgence sempat memberikan perlawanan yang sepadan, namun pada akhirnya tim asal Singapura tersebut tetap kebobolan, tidak bisa menghentikan farming dari Lemon yang merupakan salah satu Carry tim RRQ Hoshi. Game ini pun kembali diamankan oleh RRQ Hoshi, yang juga memberikan mereka kemenangan atas turnamen MPL Invitationals 4 Regions Cup.

Ini menjadi kemenangan turnamen besar kedua bagi RRQ Hoshi, setelah mereka sebelumnya menjadi juara dalam gelaran MPL ID Season 5. Jika situasi pandemi sudah membaik, seharusnya M1 World Championship menjadi turnamen besar selanjutnya. Dengan memenangkan turnamen tersebut, gelar RRQ Hoshi akan lengkap, dan mungkin menjadi tim pertama yang meraih Treble Winners dalam satu musim. Namun pertanyaannya, dapatkan mereka melakukan hal tersebut? Apakah EVOS akan bangkit lagi di MPL ID musim berikutnya? Atau akan ada penantang baru?

Fitur ini yang Bikin Resso Lebih Menarik Dibandingkan Spotify

Resso mengumumkan kehadirannya di Indonesia pada bulan Maret lalu. Masih baru, tapi dengan fitur-fitur yang dikemas apik, Resso punya senjata yang mumpuni untuk merebut hati pengguna Spotify ataupun Joox.

Continue reading Fitur ini yang Bikin Resso Lebih Menarik Dibandingkan Spotify

Ula dan Sejumlah Startup Upayakan Disrupsi Rantai Pasokan FMCG

Pendanaan tahap awal $10 juta yang diterima Ula cukup ramai diperbincangkan beberapa waktu lalu. Nilainya bisa dibilang sangat besar untuk sebuah startup yang baru diinisiasi sejak awal tahun ini dan produknya sedang dalam fase Minimum Viable Product (MVP). Yang jelas, kapasitas dan latar belakang founder menjadi salah satu faktor yang membuat para investor percaya; namun di lain sisi prospek bisnis pasti turut menjadi salah satu variabel dalam kalkulasi dan hipotesis investasi mereka.

Solusi yang ditawarkan Ula adalah mendisrupsi rantai pasokan bisnis FMCG (Fast-moving Consumer Goods). Mereka mengembangkan aplikasi yang memungkinkan pelaku UKM (khususnya pemilik warung) untuk mendapat beragam produk dagangan secara efisien dengan harga yang diklaim lebih terjangkau, karena memungkinkan terhubung langsung dengan brand. Sehingga mereka mengakomodasi beberapa proses sekaligus: pemesanan, logistik, pembayaran, dan pembiayaan.

Tidak hanya Ula

Jauh sebelum ini, di tahun 2014, Kudo (kini bernama GrabKios by Kudo) debut dengan layanan yang memungkinkan warung tradisional melakukan lebih banyak hal, seperti melakukan berbagai pembayaran, transfer dana, hingga menjembatani masyarakat untuk membeli produk di layanan e-commerce. Startup yang telah diakuisisi Grab tersebut sudah merangkul 2,8 juta mitra di 505 kota dan kabupaten di Indonesia. Menghasilkan nilai transaksi hingga 2,7 triliun Rupiah.

Warung menjadi aspek penting dalam perekonomian di Indonesia. Keberhasilan Kudo menjadi legitimasi yang memvalidasi bahwa “pendekatan warung” sangat relevan untuk menjangkau pangsa pasar di kancah nasional – khususnya di kalangan menengah ke bawah. Konsep tersebut akhirnya direplikasi oleh beberapa pemain digital, tak terkecuali para unicorn di sektor e-commerce, seperti program Mitra Tokopedia, Mitra Bukalapak, hingga yang terbaru Mitra Shoppe.

Tahun 2018 GudangAda diluncurkan, menjadi marketplace B2B khusus produk FMCG. Fokusnya memberdayakan seluruh rantai pasokan, sehingga memudahkan bisnis mengakses berbagai produk secara efisien. Awal tahun ini mereka mendapatkan pendanaan awal dari sejumlah investor untuk akselerasi bisnis. Sasaran mereka adalah ritel tradisional, termasuk warung atau toko kelontong di berbagai daerah.

Potensi yang ada

Solusi layanan tersebut menyelesaikan isu yang sangat fundamental. Berdasarkan hasil riset bertajuk The Future of Southeast Asia’s Digital Financial Services, sekurangnya 92 juta penduduk berusia dewasa di Indonesia belum tersentuh layanan finansial perbankan (unbankable) – sehingga sulit bagi mereka untuk mengakses layanan digital transaksional secara langsung. Jumlah tersebut sangat besar, bahkan lebih besar dari total penduduk negara-negara di Asia Tenggara kecuali Filipina.

Warung adalah sistem bisnis yang paling menjangkau mereka – tempat ekonomi mikro di berbagai penjuru Indonesia berputar. Menurut data Sensus Ekonomi 2016 yang dirilis BPS, dari 26,4 juta unit Usaha Mikro Kecil (UMK) & Usaha Menengah Besar (UMB), sebanyak 46,38% masuk dalam kategori “Perdagangan Besar dan Eceran, Reparasi dan Perawatan Mobil dan Sepeda Motor” – warung masuk di sana. Jumlah ini sekaligus menjadi yang paling besar di antara jenis usaha lain yang ada di Indonesia.

Dalam wawancara dengan DailySocial, Co-Founder Ula Nipun Mehra menjelaskan analisisnya mengapa startupnya mantap merambah sektor ini. Menurutnya, ritel tradisional seperti warung adalah pilar utama ekonomi Indonesia. “Ini adalah backbone dari ekonomi konsumsi, sekaligus mempekerjakan jutaan orang. Peritel tradisional tergolong cost-effective dan memiliki pengetahuan mendalam mengenai pasar lokal. Namun, sektor ini adalah bagian paling rentan dari value chain, karena mereka biasanya bekerja secara individual dengan skala kecil.”

Diversifikasi yang coba dihadirkan adalah efisiensi sumber daya dan permodalan dengan menghadirkan sistem doorstep (pengiriman produk secara langsung) yang hemat biaya. Selain menghubungkan peritel dengan penyedia stok produk FMCG, mereka juga akan memperluas cakupan produk di kategori busana. Semua upaya peningkatan pengalaman peritel yang dilakukan Ula sepenuhnya mengutamakan pemanfaatan teknologi. “Kami menjaga pengalaman pengguna tetap sesederhana mungkin dan teknologi dihadirkan untuk menghilangkan kerumitan yang ada.”

Nipun menambahkan, “Pengiriman tepat waktu adalah salah satu alasan terkuat mengapa para mitra memilih melakukan transaksi di Ula. Kami dapat melakukan itu karena semua pemrosesan otomatis dan didorong oleh data.”

Di tahap awal ini Ula melakukan pilot project untuk MVP-nya di area Jawa Timur.

Co-Founder & CEO GudangAda Stevensang kepada DailySocial mengungkapkan, di era digital ini semakin banyak tantangan yang harus dialami oleh pemilik toko tradisional, seperti semakin sulitnya mendapatkan salesman, meningkatnya risiko bisnis, ancaman dari e-commerce besar yang langsung menghubungkan principal dengan retailers, generasi berikutnya dari pemilik toko yang enggan meneruskan bisnis keluarga yang masih konvensional, dan lain-lain; yang akan menyebabkan penurunan bisnis dan laba di kemudian hari.

“GudangAda didirikan karena adanya keprihatinan terhadap kelangsungan bisnis toko tradisional di era digital. Konsep bisnis GudangAda adalah untuk memberdayakan semua pihak yang terlibat dalam ekosistem sehingga bisa mendapatkan manfaat yang optimal dari platform. Dengan ikut dalam platform GudangAda, toko bisa berperan sebagai penjual dan/atau pembeli.”

Model bisnis

Membahas startup yang mencoba menghadirkan platform “new retail” untuk bisnis tradisional, ada satu pertanyaan yang muncul: alih-alih membuat layanan e-commerce untuk pemenuhan stok warung, kenapa tidak memilih pendekatan direct-to-consumer dengan menjual produk tersebut langsung ke konsumen akhir?

Menanggapi ini, Nipun mengatakan, “Warung sangat hemat biaya. Mereka adalah wirausaha mikro yang menjalankan toko mereka di sekitar rumah. Kebanyakan mempekerjakan keluarga dan sebagian besar bebas pajak. Mereka melayani cash-flow sensitive market. Rata-rata orang Indonesia masih lebih suka berbelanja offline. Mereka membeli dalam jumlah kecil dan dengan frekuensi tinggi.”

“Model e-commerce B2C tidak dapat mengakomodasi pesanan dengan nilai keranjang kecil karena biaya pengiriman sangat tinggi. Hal ini memungkinkan hanya produk tertentu saja yang dapat bertahan di toko offline. Misalnya, sampo sachet sangat sulit dijual di platform B2C tetapi berfungsi baik di toko offline. Karena itu, tidak mengherankan, bahwa setelah miliaran dolar produk masuk ke e-commerce B2C, pangsa pasar yang dirangkul tetap di bawah 10%.”

new retail

Banyak aspek bisnis yang bisa diakomodasi. Pemain yang ada setidaknya bisa dipetakan jadi lima komponen di atas. Misalnya Kudo, mereka menghadirkan poin pembayaran, pembiayaan, dan produk digital. Beda lagi dengan GudangAda yang banyak fokus di rantai pasokan. Sementara Ula debut dengan sistem yang mengakomodasi rantai pasokan dan pembiayaan. Masing-masing punya masalah spesifik yang hendak diselesaikan.

Ambil contoh soal pembiayaan. Ada budaya “utang” di kalangan pelanggan warung. Karena sifatnya lebih personal, kadang tidak ada model penagihan khusus yang mengakibatkan arus kas pemilik warung terganggu. Sstem pembiayaan memungkinkan warung untuk mendapatkan stok produk terlebih dulu dan membayarnya kemudian saat jualan sudah laku.

“Ya, saat ini Ula bermitra dengan beberapa lembaga penyedia pinjaman. Tugas kami memastikan pembiayaan sampai kepada pemilik toko. Kami senang memainkan peran sebagai mitra bagi perusahaan fintech yang dapat memanfaatkan data dan platform Ula untuk mengucurkan kredit modal kerja,” pungkas Nipun.

Amazfit ZenBuds Adalah TWS Khusus untuk Menemani Tidur

True wireless earphone atau TWS biasanya akan kita pakai untuk banyak kegiatan kecuali tidur. Namun sekitar tiga tahun lalu, Bose meluncurkan perangkat bernama Sleepbuds, yang pada dasarnya merupakan TWS khusus untuk mendampingi aktivitas tidur.

Sekarang giliran Huami yang merilis produk serupa. Dijuluki Amazfit ZenBuds, perangkat ini secara spesifik dirancang untuk membantu penggunanya tidur lebih nyenyak, memblokir suara dari luar selagi memutar suara-suara yang menenangkan. Dua fungsi itu sama persis seperti Bose Sleepbuds, namun di sini Huami turut menambahkan fitur sleep tracking dan heart-rate monitoring.

Fitur sleep tracking ini menarik karena dapat mewujudkan sejumlah kapabilitas baru, seperti misalnya mode Smart Playback. Jadi saat mode ini diaktifkan, suara-suara penenang itu tadi hanya akan diputar sampai perangkat mendeteksi penggunanya sudah tertidur lelap, lalu mati sendiri sehingga konsumsi baterainya pun bisa lebih dihemat.

Amazfit ZenBuds

Suara penenang yang saya maksud ada bermacam-macam, mulai dari suara ombak di pantai, suara jangkrik di malam hari, suara rintikan hujan, maupun yang lebih umum seperti white noise atau pink noise. Isolasi suaranya sendiri berlangsung secara pasif, mengandalkan wujud perangkat yang fleksibel dan mampu menutupi hampir seluruh kanal telinga.

Namun pertanyaan yang terpenting adalah, seberapa nyaman menggunakan perangkat ini selagi tidur, apalagi buat yang terbiasa tidur miring? Huami mengklaim ZenBuds tak akan terasa mengganggu berkat teksturnya yang elastis dan lembut. Ia juga sangat ringan dengan bobot hanya 1,78 gram per earpiece.

Bobot itu bahkan masih bisa dikurangi lagi, sebab angka 1,78 gram itu adalah untuk ukuran eartip M, dan paket penjualannya masih menyertakan dua ukuran yang lebih kecil (SS dan S) serta satu yang lebih besar (L). Semacam sirip yang terdapat di tiap-tiap eartip memastikan ZenBuds tidak akan terlepas dari telinga meskipun penggunanya miring ke sana-sini selama tidur.

Amazfit ZenBuds

Meski memanfaatkan konektivitas Bluetooth 5.0, ZenBuds tak bisa dipakai untuk memutar musik dari smartphone seperti TWS pada umumnya. Dalam sekali pengisian, baterainya diklaim bisa tahan sampai 8 jam saat dipakai untuk memutar suara secara nonstop, atau sampai 12 jam kalau hanya dipakai untuk memutar suara selama 3 jam.

8 jam tentunya sudah sangat cukup untuk sebagian besar konsumen, dan daya sepanjang itu memungkinkan perangkat untuk membunyikan alarm di pagi hari (atau di waktu yang pengguna tetapkan sendiri pada aplikasi pendampingnya) sebelum akhirnya baterainya perlu diisi ulang. Charging case-nya sendiri siap menyuplai hingga 56 jam daya ekstra, dan case ini sudah memakai sambungan USB-C untuk charging-nya.

Entah kebetulan atau tidak, Amazfit ZenBuds juga dipasarkan melalui situs crowdfunding Indiegogo, sama seperti Bose Sleepbuds tiga tahun silam. Harga paling murah yang bisa didapat saat ini adalah $69, sedangkan harga retailnya diestimasikan berkisar $149.

Liga Sepak Bola Finlandia Bakal Adakan Turnamen Esports

Veikkausliiga, liga sepak bola Finlandia, mengumumkan bahwa mereka akan menyelenggarakan liga esports resmi, yang dinamai eFutisliiga. Kompetisi esports tersebut diadakan sebagai pelengkap dari liga sepak bola utama di Finlandia.

“Salah satu hal yang kami pelajari selama pandemi virus corona adalah masa depan dari liga olahraga ternama seperti kami sekalipun tidak terjamin sepenuhnya,” kata Ville-Mikko Korkka, Commercial Development Director, Veikkausliiga, seperti dikutip dari Esports Insider. “Kami juga belajar bahwa selalu ada ruang untuk tumbuh dan berinovasi. Sejak lama, kami hanya mengikuti perkembangan esports sebagai pemerhati, tapi tidak lagi. Kami sangat senang dengan keputusan kami untuk memasuki esports sebagai ranah baru.”

Memang, sepanjang pandemi virus corona, banyak liga sepak bola yang dibatalkan. Namun, muncul berbagai kompetisi esports sebagai pengganti. Klub-klub sepak bola seperti LAFC dan Manchester City pun ikut serta dalam mengadakan turnamen esports selama pandemi.

liga finlandia esports
Semua klub yang berlaga di Vekkausliiga akan mengirimkan perwakilan untuk ikut dalam kompetisi esports. | Sumber: Soccer TImes

Veikkausliiga bukanlah satu-satunya liga sepak bola yang memutuskan untuk mengadakan kompetisi esports untuk melengkapi liga sepak bola sebenarnya. Minggu lalu, liga sepak bola Malaysia juga melakukan hal yang sama. Mereka sadar, generasi muda kini tidak hanya tertarik dengan olahraga tradisional, tapi juga dengan esports. Sementara itu, liga sepak bola Italia mengadakan turnamen esports FIFA 20 pada Februari 2020.

Sama seperti dengan liga esports yang diadakan di Malaysia, klub-klub sepak bola yang berlaga di Veikkausliiga akan mengirimkan perwakilan untuk bertanding di kompetisi esports yang diadakan oleh liga sepak bola Finlandia. Pertandingan dari eFutisliiga akan diadakan secara rutin setiap minggu dan disiarkan di MTV. Liga tersebut akan dimulai pada musim gugur pada tahun ini. Sayangnya, belum ada informasi tentang tanggal pasti penyelenggaraan liga esports tersebut atau format yang akan digunakan.

Liga eFutisliiga akan diadakan oleh Telia Esports Series, platform turnamen esports Finlandia. Telia dimiliki dan dioperasikan oleh perusahaan telekomunikasi Finlandia, Telia. Kali ini bukanlah pertama kalinya Telia masuk ke ranah esports. Sebelum ini, Telia menjalin kerja sama dengan DreamHack untuk mengadakan Northern League of Legends Championship. Tak hanya itu, perusahaan telekomunikasi tersebut juga mendapatkan hak siar atas ESL Pro Tour di Finlandia.

Sociolla Kantongi Pendanaan Baru Senilai 841 Miliar Rupiah

Social Bella, pemilik brand dari layanan e-commerce kecantikan Sociolla, mengumumkan pendanaan senilai US$58 juta (lebih dari 841 miliar Rupiah) dari investor global, termasuk tiga investor sebelumnya, yakni Temasek, Pavilion Capital, dan Jungle Ventures. Investasi ini didapatkan di tengah turbulensi dalam lingkungan bisnis secara keseluruhan karena pandemi Covid-19.

Disebutkan, pendanaan akan digunakan untuk meningkatkan infrastruktur teknologi. Dukungan investor selaras dengan target perusahaan untuk membawa posisinya dalam membuka potensi pertumbuhan dengan model bisnis yang berkelanjutan dan ekosistem yang komprehensif.

Sebelumnya, ketiga investor ini berpartisipasi dalam putaran Seri D pada September 2019 sebesar $40 juta. Dalam putaran itu diikuti pula oleh EV Growth.

Co-Founder dan Presiden Social Bella Christopher Madiam mengatakan, pandemi menjadi tantangan tersendiri bagi keseluruhan bisnis secara global. Namun dia mengklaim, pihaknya mampu beradaptasi dengan cepat untuk melayani kebutuhan konsumen.

Terlihat dari peningkatan organic traffic secara signifikan pada platform selama periode karantina dan mencatat rekor ukuran keranjang belanja tertinggi secara online. Kendati, klaim tersebut tidak disertai angka oleh Christopher.

“Kami bangga bahwa baik investor yang ada maupun yang baru melihat potensi luar biasa dari ekosistem kami dan sangat mendukung rencana bisnis kami,” ujarnya dalam keterangan resmi, Senin (6/7).

Managing Partner Jungle Ventures David Gowdey menambahkan, investasinya di Social Bella merupakan tonggak penting bagi kiprah perusahaan di Indonesia. Social Bella merupakan perusahaan kecantikan yang menyajikan ekosistem holistik yang belum pernah ada sebelumnya.

“Investasi tambahan ini akan memperkuat kemitraan kami dengan Social Bella dan memungkinkan Jungle Ventures untuk memperluas kerja sama secara regional,” ujar Gowdey.

Lilla by Sociolla

Co-Founder dan CEO Social Bella John Rasyid menerangkan, dengan dukungan yang kuat dari aspek teknologi dalam rutinitas sehari-hari, perusahaan ingin memberikan pengalaman berbelanja lebih baik untuk konsumennya.

“Baru-baru ini kami meluncurkan lini bisnis baru, Lilla by Sociolla yang dikhususkan untuk ibu-ibu mencari kurasi produk terbaik bagi anak-anak dan diri mereka sendiri. Kami melihat ada peningkatan kebutuhan akan produk berkualitas pada segmen konsumen ini dan kami berusaha memberikan yang terbaik,” kata dia.

Selain Lilla, Social Bella terus memperluas layanannya sejak pertama kali dirilis pada 2015. Pertama, adalah SOCO, platform online ulasan konsumen untuk produk kecantikan dan perawatan diri. Kedua, Beauty Journal, yakni media online kecantikan dan gaya hidup dengan layanan pemasaran O2O dari hulu ke hilir.

Ketiga, Sociolla, situs e-commerce kecantikan yang kini memiliki enam toko offline dengan konsep omnichannel. Terakhir, Brand Development, unit bisnis yang menawarkan layanan distributor end-to-end untuk merek kecantikan dan perawatan diri untuk produsen internasional terkemuka.

Diyakini seluruh unit bisnis ini dapat menjangkau sekitar 30 juta pengguna pada tahun ini.

Application Information Will Show Up Here

Sepak Terjang Seri OPPO Reno Selama Setahun Berkiprah di Indonesia

Setahun belakangan ini merupakan periode yang sangat produktif bagi OPPO. Bagaimana tidak, terhitung baru sekitar satu tahun berselang sejak mereka pertama kali memperkenalkan seri Reno di Indonesia, dan sekarang mereka sudah menjual generasi ketiganya.

Generasi keempatnya pun sudah di depan mata berkat peluncuran Reno4 di Tiongkok belum lama ini. Namun sebelum ponsel itu tiba di tanah air, mari kita lihat kembali sepak terjang seri Reno selama setahun mengusik pasar Indonesia, dan seberapa jauh seri tersebut sudah berkembang.

OPPO Reno dan Reno 10x Zoom

OPPO-Reno

Semuanya berawal dari ajang Mobile World Congress 2019, tepatnya ketika OPPO menyingkap Reno dan Reno 10x Zoom pertama kalinya di hadapan publik. Sekitar empat bulan setelahnya, duo Reno pertama tersebut resmi menginjakkan kakinya di Indonesia pada bulan Juni 2019.

OPPO Reno melanjutkan gaya desain layar penuh tanpa notch yang dipopulerkan oleh Find X setahun sebelumnya. Kamera depan model pop-up kala itu masih terbilang jarang, namun OPPO sudah berniat membawanya ke kalangan mainstream melalui Reno. Bukan sembarang kamera pop-up, desain pivotnya pun begitu menarik perhatian.

Reno 10x Zoom di sisi lain membuktikan bahwa seri ini juga pantas menggantikan seri R di segmen flagship sekaligus. Spesifikasinya tanpa kompromi, melibatkan chipset terunggul kala itu, Qualcomm Snapdragon 855, beserta RAM sebesar 8 GB dan storage 256 GB. Namun kalau melihat namanya, daya tarik utama 10x Zoom justru terletak pada kamera belakangnya.

Reno 10x Zoom merupakan salah satu smartphone pertama yang mengadopsi sistem kamera periskop. Struktur unik lensanya memungkinkan perangkat untuk melakukan optical zoom sampai sejauh 6x, hybrid zoom sampai 10x, dan digital zoom sampai 60x. Sekarang, seperti yang kita tahu, kamera dengan kemampuan zoom sangat jauh kerap dijadikan salah satu nilai jual utama smartphone flagship.

OPPO Reno2 dan Reno2 F

OPPO-Reno2-6

Hanya empat bulan berlalu, OPPO langsung tancap gas dan merilis Reno2 beserta Reno2 F di Indonesia pada bulan Oktober 2019. Namun ketimbang menjadi kanibal terhadap generasi sebelumnya, duo Reno2 ini dimaksudkan untuk konsumen yang memprioritaskan kapabilitas video saat membeli smartphone.

Itulah mengapa OPPO membekali Reno2 dengan teknologi OIS sekaligus EIS (Ultra Steady Video), memadukan kelebihan sistem optik dan sistem elektronik guna mewujudkan hasil rekaman video yang begitu stabil layaknya menggunakan gimbal. Di saat yang sama, kapabilitas fotografinya tetap tidak dilupakan dan masih menyuguhkan kapabilitas hybrid zoom meski tidak sampai seekstrem Reno 10x Zoom (yang memang duduk di kelas yang berbeda).

OPPO Reno3 dan Reno3 Pro

OPPO-Reno3-Ultra-Dark-Mode

Lanjut ke 2020, Maret lalu OPPO resmi meluncurkan Reno3, disusul oleh Reno3 Pro sebulan setelahnya. Kalau Reno2 ingin menonjolkan sisi videografi, Reno3 justru ingin menawarkan keseimbangan; ia jago foto sekaligus video.

Benar saja, kamera utama 48 megapixel-nya terbukti sangat cekatan dalam mengambil gambar yang jernih, bahkan di malam hari sekalipun. Saat diperlukan, Reno3 juga menyimpan fitur 108 MP Ultra Clear Image yang akan melancarkan teknik image stitching demi menghasilkan foto beresolusi luar biasa tinggi.

Hybrid zoom yang sudah menjadi ciri khas seri Reno pun tidak dilupakan, dan Reno3 turut mengemas kamera depan 44 megapixel sebagai bukti bahwa OPPO tidak lupa akan motto lamanya yang bertajuk “Selfie Expert”. Terkait videografi, Reno3 datang membawa fitur video bokeh dan integrasi aplikasi edit video cerdas bernama Soloop.

Reno3 Pro

 

Untuk Reno3 Pro, perangkat ini hadir membawa desain yang lebih elegan berkat kamera depan model hole punch. Kebetulan kamera depannya juga ada dua, dengan satu kamera ekstra yang dimaksudkan untuk menyajikan efek bokeh yang memukau pada tiap-tiap potret diri yang diambil. Kamera belakangnya pun juga punya resolusi lebih tinggi (64 megapixel).

Tentu saja Reno3 Pro juga menjanjikan upgrade spesifikasi. Chipset MediaTek Helio P90 pada Reno3 telah di-upgrade menjadi Helio P95 pada Reno3 Pro. Kapasitas RAM kedua perangkat memang sama 8 GB, akan tetapi Reno3 Pro punya storage internal sebesar 256 GB, alias dua kali lipat milik Reno3.

Faktor pembeda lain yang cukup signfikan adalah dukungan teknologi fast charging-nya. Reno3 Pro pada dasarnya membutukan waktu charging 10 menit lebih singkat daripada Reno3 (yang sendirinya sudah tergolong cepat). Kalau cuma satu kali mungkin tidak terasa, namun saat 10 menit itu diakumulasi beberapa kali, tentu ada faedah yang bisa didapat dari kecepatan charging suatu perangkat.

Disclosure: Artikel ini adalah advertorial yang didukung oleh OPPO.