Industri Kripto Bertumbuh Pesat, Hasilkan Pajak 246,45 Miliar Rupiah

Kesadaran pemerintah akan pesatnya pertumbuhan industri kripto di Indonesia telah mendorong kebijakan pengenaan pajak atas transaksi kripto. Sesuai dengan Peraturan Menteri Keuangan (PMK) Nomor 68/PMK.03/2022 tentang PPN PPh, pemerintah memandang aset kripto sebagai komoditas yang memenuhi kriteria sebagai objek PPN. Ketentuan ini mulai berlaku pada 1 Mei 2022.

Berdasarkan Final Publikasi APBN KiTa Edisi Januari 2023, pajak atas transaksi Kripto jika merujuk pada PMK 68/2022 Pasal 19, dikenakan PPh Pasal 22 kepada Penjual aset Kripto, Penyelenggara PMSE, dan Penambang Aset Kripto (miner). Sedangkan subjek PPN Kripto atau yang dikenakan PPN atas transaksi aset Kripto adalah Pembeli aset Kripto dan Penjual aset Kripto.

Bila dijabarkan per jenis pajaknya, Pajak Kripto merupakan hasil dari penerimaan PPh Pasal 22 atas Transaksi Aset Kripto melalui Penyelenggara PMSE DN, serta penyetoran sendiri PPN DN atas Pemungutan oleh Non-Bendaharawan.

Sumber: Final Publikasi APBN KiTa Edisi Januari 2023

Belum lama ini, Wakil Menteri Perdagangan Indonesia Jerry Sambuaga mengungkapkan bahwa akumulasi pajak kripto per Desember 2022 mencapai Rp246,45 miliar. Dengan rincian, total perolehan pajak PPh sebesar Rp117,44 miliar dan PPN sebesar Rp129,01 miliar.

Angka tersebut mewakili 53,55% dari total pajak atas transaksi kripto dan pajak Fintech P2P Lending yang bernilai Rp456,49 miliar. “Kontribusi  transaksi kripto kepada negara, dibandingkan negara lain, seperti Korea Selatan dan India, kita termasuk yang proporsional,” tambahnya.

Chairwoman Asosiasi Blockchain Indonesia (A-B-I) Asih Karnengsih turut menyampaikan, “Walaupun pajak kripto baru diterapkan pada 1 Mei 2022, sudah dapat meraih  angka Rp246,45 pada Bulan Desember 2022. Asosiasi Blockchain Indonesia beserta pemain Kripto lainnya percaya bahwa pengembangan sektor kripto akan terus tumbuh seiring dengan perkembangan regulasi dan minat masyarakat.”

Penggunaan token kripto di Indonesia

Memasuki tahun 2022, pasar kripto disebut tengah mengalami masa bear market. Mengacu pada situs Investopedia, bear market adalah kondisi di mana nilai cryptocurrency telah turun setidaknya 20% dan terus turun. Contohnya ketika terjadi crash cryptocurrency di tahun 2017 lalu, investor melihat Bitcoin turun dari US$20 ribu menjadi US$3.200 dalam beberapa hari.

Kondisi ini juga berdampak pada jumlah transaksi kripto di Indonesia yang mengalami penurunan dan hanya bernilai Rp266,9 triliun. Angka ini menurun 68,9% dari tahun sebelumnya di angka Rp858,76 triliun. Terkait hal ini, Jerry mengungkapkan, “Kontribusi transaksi kripto kepada negara, dibandingkan negara lain, seperti Korea Selatan dan India, kita termasuk yang proporsional.”

Meskipun demikian, pengguna platform kripto yang telah melewati tahapan know your customer (KYC) disebut meningkat menjadi 16,3juta pengguna. Faktanya, jumlah pengguna kripto di negara ini terus bertambah, yang tadinya hanya 11,2 juta pengguna di tahun 2021, meningkat sebesar 48,7% pada November 2022 di angka 16,55 juta pengguna.

Di samping itu, Jerry juga melihat adanya potensi ekspor pada token yang diterbitkan proyek lokal. Ia menyebutkan ada 10 token lokal dari 383 token yang telah disetujui Bappebti. Token lokal yang dimaksud, antara lain Toko Token (TKO), LDX Token, Zipmex Token (ZMT), NanoByte (NBT), TadPole (TAD), ASIX Token (ASIX), Leslar, Pintu (PTU), Vexanium (VEX), dan Tokenomy (TEN).

Menurut Jerry, konsep aset kripto dan blockchain akan memberikan pengaruh luas dan mengubah pola pengaturan ekonomi perdagangan menjadi berbasis otoritas pasar dan komunitas. Salah satu yang menjadi perhatian adalah diperlukan kehadiran sebuah lembaga yang mengatur dan mengawasi industri kripto terkait perlindungan konsumennya.

Asih menambahkan, “Kami belum lama ini juga telah melakukan audiensi dengan OJK dan turut menyampaikan potensi dari pembentukan Bursa Kripto yang dapat membantu pengawasan perdagangan dan inovasi aset kripto kedepannya. Kami harap untuk kedepannya, peresmian Bursa Kripto ini dapat membantu industri Kripto di Indonesia serta pengembangan teknologi Blockchain secara keseluruhan.”

Kemendag dan Bappebti juga disebut segera merealisasikan hal tersebut adalah dengan menyegerakan peluncuran bursa kripto yang ditargetkan segera rilis sebelum Juni 2023. Bursa Kripto Indonesia akan berperan sebagai “pengatur” dalam industri kripto dengan tujuan untuk mencegah pihak-pihak tertentu dalam melakukan monopoli pasar.

Lanskap industri Web3 di Indonesia. Sumber: Indonesia Cypto Outlook 2022

Laporan “Indonesia Web3 Landscape dan Crypto Outlook 2022” yang dirilis Asosiasi Blockchain Indonesia (A-B-I) dan Indonesia Crypto Network (ICN) menunjukkan bahwa terdapat 569 perusahaan atau startup terdaftar di sistem Online Single Submission (OSS) yang masuk dalam kategori “Aktivitas Pengembangan Teknologi Blockchain” dengan Klasifikasi Baku Lapangan Usaha Industri (KBLI) 62014.

Saturdays Siap Ekspansi Toko Usai Kantongi Pendanaan

Startup D2C lifestyle Saturdays siap memperluas jangkauan pasarnya di Indonesia usai memperoleh pendanaan dalam bentuk venture debt dengan nominal yang dirahasiakan dari Genesis Alternative Ventures.

Saturdays kini punya 45 toko di 11 kota yang tersebar di Jabodetabek, Bandung, Surabaya, Medan, Palembang, Makassar, Banjarmasin, Samarinda, dan Batam. Mereka juga baru saja membuka gerai lifestyle di Central Park Mall, Jakarta. Sejumlah merek terkemuka yang telah bekerja sama dengan Saturdays termasuk Marvel dan Indomie.

Tahun lalu, Saturdays mendapat pendanaan seri A yang dipimpin Altara Ventures serta partisipasi DSG Consumer Partners. Satu tahun sebelumnya, Saturdays telah menutup pendanaan awal dari Alpha JWC Ventures, Kinesys Group, dan Alto Partners.

“Kami mencari pendanaan dari berbagai sumber dan bermitra dengan berbagai lembaga yang punya value sama dan dapat membawa keterampilan, pengetahuan, dan sumber daya yang saling melengkapi. Ini memungkinkan kami memaksimalkan manfaat melalui kemitraan beragam dan menciptakan nilai jangka panjang karena kami ingin memecahkan masalah gangguan penglihatan di Indonesia,” tutur Co-Founder Saturdays Rama Suparta kepada DailySocial.id.

Rama mengungkap, pendapatan Saturdays tumbuh berkali lipat pada 2022 dibandingkan tahun sebelumnya. Dengan pencapaian tersebut, pihaknya akan mempertahankan pertumbuhannya secara berkelanjutan di tahun mendatang. Saturdays juga berupaya untuk tetap gesit sambil berhati-hati dalam berinvestasi ke SDM dan menambah lini produk baru di tengah situasi ekonomi saat ini.

Sekadar informasi, Saturdays merupakan merek produk lifestyle dengan kaca mata sebagai lini produk utama. Startup ini didirikan oleh Andrew Kadolha dan Rama Suparta di 2016. Saturdays menyebut memproduksi sendiri material lensa dan bingkai kacamata, termasuk desain, manufaktur, hingga pengiriman ke konsumen.

Untuk menjangkau pengguna, Saturdays menggunakan pendekatan omnichannel untuk memasarkan produk secara offline (toko retail) dan online (website dan aplikasi). Pada kanal offline, Saturdays mengintegrasikan tokonya dengan gerai kopi untuk memberikan sentuhan lifestyle.

Pada penjualan website, pihaknya menanamkan fitur pemindai wajah berbasis AI untuk memberikan rekomendasi bingkai kacamata dan pengalaman omnichannel yang seamless kepada konsumen. Selain itu, konsumen dapat menjajal bingkai kacamata secara langsung melalui fitur Corporate & Home Try-On di aplikasi.

“Dalam 12 bulan terakhir, kami melihat tren kunjungan ke toko kami meningkat karena preferensi customer mulai beralih ke offline dengan melandainya pandemi. Kami perkirakan penjualan mengikuti tren kenaikan pada bulan Ramadan di April ini,” tambahnya.

Dampak tren D2C

Lebih lanjut, Rama berujar bahwa Indonesia telah menyaksikan lonjakan merek D2C yang dipicu oleh kemajuan teknologi dan perubahan preferensi konsumen. Menurutnya, merek D2C membawa dampak positif terhadap pertumbuhan ekonomi karena mendorong inovasi dan investasi, serta menciptakan lapangan kerja baru.

“Indonesia terus mengembangkan infrastruktur digital dan mengembangkan ekosistem yang mendukung kewirausahaan dan inovasi. Maka itu, potensi pertumbuhan dan investasi lebih lanjut di sektor D2C akan tetap signifikan. Kami terus berinvestasi dalam teknologi untuk memberikan pengalaman berbelanja yang nyaman bagi pelanggan kami, baik online maupun offline,” tuturnya.

Perkembangan D2C di Indonesia turut dipicu oleh perilaku konsumen Gen Z dan milenial dalam mengonsumsi barang. Menurut riset Capgemini, Gen Z (68%) dan milenial (58%) suka memesan produk langsung dari si pemilik merek dalam enam bulan terakhir. Sementara, hampir dua pertiganya (60%) lebih memilih membeli langsung daripada beli di gerai ritel tradisional.

Dalam tulisan kami mengenai tren D2C, Chief Investment Officer BRI Ventures Markus Liman menuturkan bahwa startup D2C harus menyadari kapan mereka harus meningkatkan skalanya ketika sudah mengantongi product-market fit. Hal ini juga dapat menjadi tantangan selanjutnya karena ada risiko operasional lebih tinggi yang perlu diperhatikan oleh pelaku D2C.

“Tantangan D2C ini hari ini adalah scalability karena scaling D2C and scaling platform adalah dua hal berbeda. Misalnya scaling inventori, artinya pelaku D2C harus memikirkan biaya logistik. Jika sudah masuk supply chain, seperti supermarket dan general trade, apa yang perlu disiapkan? Ini sesuatu yang mungkin tidak dipikirkan tech startup. Kunci scalability D2C adalah bagaimana bisa masuk ke mass retail. Kalau tidak, bagaimana bisa coba potensi spend yang lebih besar?”

Application Information Will Show Up Here

Cara Mengaktifkan Verifikasi Dua Langkah di TikTok Shop

Verifikasi dua langkah atau autentikasi dua langkah merupakan fitur untuk memberikan lapisan keamanan ekstra ke akun Anda, serta melindungi akun dari akses yang tidak sah.

Di era digital saat ini, akun layanan online yang kita gunakan merupakan aset penting yang harus dijaga kerahasiaannya. Isi data dari akun tersebut merupakan incaran utama cyber crime.

TikTok Shop memberikan fitur verifikasi dua langkah untuk memberi keamanan ekstra bagi para penggunanya. Anda tidak perlu khawatir Akun dibajak, karena dengan adanya fitur ini akun Anda akan dilindungi dengan dua autentikasi.

Verifikasi dua langkah ini adalah opsional, sehingga Anda harus mengaktifkan terlebih dahulu. Mengaktifkannya pun mudah. TikTok Shop menyediakan dua cara untuk mengaktifkannya. Anda dapat melakukannya melalui desktop dan aplikasi di handphone Anda.

Pelajari juga panduan lengkap menggunakan TikTok Shop di sini.

Cara Verifikasi Dua Langkah di TikTok Shop Melalui Desktop

  • Kunjungi laman TikTok Shop Seller Center melalui browser atau desktop.
  • Masuk ke akun TikTok Shop Seller Center yang terdaftar.

  • Pilih Akun Saya.

  • Klik opsi Profil Penjual.

  • Pilih Informasi Akun dan gulir ke bawah hingga menemukan Verifikasi Dua Langkah.

  • Anda dapat mengaktifkan verifikasi dua langkah dengan beberapa opsi, yaitu nomor ponsel, email, dan aplikasi authenticator.

Mengaktifkan verifikasi dua langkah dengan Nomor Ponsel, Anda dapat mengaktifkannya, lalu klik Kirim Kode. Masukkan kode yang didapat lalu klik Konfirmasi.

Anda dapat mengaktifkan verifikasi dua langkah dengan Email, Anda dapat mengaktifkannya, lalu klik Kirim Kode. Masukkan kode yang didapat lalu klik Konfirmasi.

Atau Anda dapat memilih verifikasi dua langkah dengan Google Authenticator, Anda dapat mengaktifkannya dengan pindai kode QR atau masukkan kode pengaturan ke aplikasi Google Authenticator. Lalu, klik Berikutnya.

Cara Verifikasi Dua Langkah di TikTok Shop Melalui Aplikasi TikTok Shop Seller Center

  • Masuk ke akun TikTok Seller Center melalui aplikasi pada handphone.
  • Pilih opsi Pengaturan pada laman TikTok Seller Center

  • Pilih Informasi Akun.

  • Pilih Verifikasi Dua Langkah.

  • Sama seperti via desktop atau browser, Anda dapat mengaktifkan verifikasi dua langkah dengan beberapa opsi, yaitu nomor ponsel, email, dan aplikasi authenticator.

Mengaktifkan verifikasi dua langkah dengan Nomor Ponsel, Anda dapat mengaktifkannya, lalu klik Kirim Kode. Masukkan kode yang didapat lalu klik Konfirmasi.

Anda dapat mengaktifkan verifikasi dua langkah dengan Email, Anda dapat mengaktifkannya, lalu klik Kirim Kode. Masukkan kode yang didapat lalu klik Konfirmasi.

Atau Anda dapat memilih verifikasi dua langkah dengan Google Authenticator, Anda dapat mengaktifkannya dengan pindai kode QR atau masukkan kode pengaturan ke aplikasi Google Authenticator. Lalu, klik Berikutnya.

Demikian cara mengaktifkan verifikasi dua langkah di TikTok Shop. Sangat mudah bukan? Selamat mencoba!

Zi.Care Kantongi Pendanaan Seri A Dipimpin Greenwillow Capital

Startup healthtech Zi.Care mengantongi $2 juta (sekitar 29,3 miliar Rupiah) dari Greenwillow Capital Management dalam putaran pendanaan seri A yang ditargetkan sebesar $3 juta (sekitar 44,1 miliar Rupiah). Pendanaan tersebut disuntik melalui dana kelolaan Oriza Greenwillow Technology Fund.

Saat ini, Zi.Care mengembangkan solusi untuk digitalisasi rumah sakit, dengan fokus utama pada rekam medis elektronik (RME) yang mencakup diagnosis, hasil tes kesehatan, obat-obatan, hingga perawatan.

Zi.Care akan menggunakan pendanaan tersebut untuk memperluas jangkauan bisnisnya ke berbagai area di Indonesia. Pihaknya menargetkan kemitraan dengan 150 rumah sakit dari 100 kemitraan yang telah terealisasi di seluruh Indonesia.

Sebelumnya, pada 2021 Zi.Care tercatat memperoleh pendanaan sebesar $500 ribu (lebih dari Rp7,2 miliar) dari Southeast Asia Venture Capital, Iterative VC, Telkomsel Mitra Inovasi, dan Choco-Up.

“Kami membidik pertumbuhan pendapatan hingga 100% setiap tahun, juga mendorong pangsa pasar [digitalisasi] rekam medis elektronik di Indonesia. Hal ini untuk mendukung target Kementerian Kesehatan dalam mendigitalisasi industri kesehatan,” tutur Co-Founder dan Managing Director Zi.Care Jodi Pujiyono Susanto dilansir DealStreetAsia.

Zi.Care mengklaim telah meraup pendapatan sebesar $1,3 juta di semester II 2022, serta mencapai EBITDA positif pada kuartal IV 2022. “Kami akan terus mendorongnya dengan menambah cakupan pasar dan jumlah customer untuk mencapai profitabilitas secara penuh di tahun 2023,” tambahnya.

Sementara, Managing Partner of Oriza Greenwillow Technology Fund Loh Wai Keong menambahkan, pihaknya meyakini solusi RME milik Zi.Care memiliki potensi besar di Tanah Air, dan krusial dalam mendukung transformasi digital industri kesehatan, baik bagi tenaga profesional maupun pasien.

Saat ini, startup kesehatan di Indonesia mayoritas bermain di layanan telemedis dan pemesanan produk kesehatan online, seperti Halodoc, Alodokter, dan KlikDokter. Diketahui, Alodokter menjadi platform telemedis pertama yang telah mengimplementasikan rekam medis elektronik (RME).

Sementara itu, belum banyak pelaku healthtech yang fokus pada digitalisasi fasyankes. Klinik Pintar misalnya, fokus pada segmen akar rumput dengan mendigitalisasi rantai pasok klinik. Ada juga pemain yang masuk ke layanan kesehatan korporasi berbasis platform, yakni Prixa.

Transformasi kesehatan Indonesia

Upaya pelaku healthtech untuk mentransformasi industri kesehatan Indonesia kini mendapat dukungan penuh pemerintah. Salah satunya melalui kebijakan implementasi Rekam Medis Elektronik (RME) yang termuat dalam PMK No. 24 Tahun 2022 tentang Rekam Medis, yang merupakan perubahan dan pemutakhiran dari peraturan sebelumnya PMK No. 269 Tahun 2008.

Selama ini, pelaku healthtech kesulitan untuk mendigitalisasi sektor kesehatan karena terbentur peraturan yang ketat. Di samping itu, masih banyak fasilitas layanan kesehatan yang menggunakan sistem secara manual. Melalui peraturan baru ini, fasilitas layanan kesehatan diwajibkan untuk menyelenggarakan RME. Pemerintah memberikan masa transisi kepada fasilitas layanan kesehatan hingga akhir 2023.

Berdasarkan survei Kemenkes, anggaran digitalisasi RS rata-rata tak sampai 3% dari total anggaran mereka. Faktor ini membuat transformasi digital belum menjadi prioritas. Sekitar 22% dari 2.595 RS di Indonesia belum memiliki Sistem Informasi Manajemen Rumah Sakit (SIMRS).

Dari 2.291 RS yang memiliki SIMRS, implementasi RME di front office baru 24% dan 64% untuk back office. Sementara, dari 737 RS, sebanyak 359 belum menerapkan RME, 175 RS baru sebagian, dan 203 RS sudah.

Application Information Will Show Up Here

Cara Mengubah Alamat Email Akun TikTok Shop

Electronic mail atau disingkat email sudah menjadi kebutuhan yang sangat penting bagi sebuah perangkat, seperti kebutuhan berkirim surel, mendaftar media sosial, mendaftar berbagai situs penting, dan masih banyak lagi.

Ada banyak alasan orang ingin menghapus dan mengganti nama email. Bisa saja karena mengganti ponselnya dengan ponsel baru, ingin mengganti nama email menjadi lebih profesional dan sejumlah alasan lainnya.

Bagi para pengguna TikTok Shop dan ingin mengubah alamat email, saat ini pengubahan alamat email hanya dapat dilakukan melalui TikTok Shop Seller Center via desktop atau browser. Pada aplikasi TikTok Shop Seller Center di handphone masih belum tersedia.

Pelajari juga panduan lengkap menggunakan TikTok Shop di sini.

Cara Mengubah Alamat Email di TikTok Shop

  • Kunjungi laman TikTok Shop Seller Center melalui browser atau desktop.
  • Masuk ke akun TikTok Shop Seller Center yang terdaftar.

  • Pilih Akun Saya.

  • Klik opsi Profil Penjual.

  • Pilih Informasi Akun, pada bagian email klik Ubah.

  • Terdapat dua opsi, Anda dapat memilih verifikasi kode melalui nomor telepon atau melalui kode yang dikirim ke email lama.

  • Masukkan kode yang didapat via email atau nomor telepon. Lalu klik Berikutnya.
  • Masukkan email baru untuk akun TikTok Shop Anda. Klik Kirim Kode untuk mendapatkan kode verifikasi melalui email baru Anda. Lalu, klik Berikutnya.

  • Selesai, Email Anda sudah diubah dengan yang baru.

Itulah langkah-langkah cara merubah alamat email akun TikTok Shop di TikTok Shop Seller Center via desktop atau browser. Selamat mencoba!

Strategi Waresix Jaga Tren Pertumbuhan Positif Setelah Pandemi

Startup logistic tech integrator Waresix mengklaim mampu menjaga tren pertumbuhan revenue positif naik 2x lipat setiap tahunnya, pencapaian tersebut tetap tercapai meski sempat terkena dampak pandemi. Ini mematahkan kondisi sebaliknya yang menimpa di sejumlah startup logistik lokal lainnya yang harus efisiensi bisnis.

Dalam media briefing yang diselenggarakan Waresix kemarin (13/4), Group President Waresix Eric Dharma menjelaskan beberapa strategi yang dilakukan perusahaan, salah satunya diversifikasi pendapatan ke target klien ke sektor yang tumbuh positif, di antaranya komoditas, mining, agrikultur, dan consumer goods, menjauhi sektor konstruksi yang sempat terpuruk saat awal pandemi di 2020.

“Kami sadar tentang pentingnya diversifikasi bisnis, kami masuk ke sektor-sektor bisnis yang secara GDP besar dan dampak ekonominya besar. Positifnya, sebelum Covid-19, klien perusahaan ini tidak tertarik pakai solusi Waresix, tapi setelahnya mereka sangat terbuka,” terang Eric.

Padahal, saat pandemi bisnis logistik B2B di Indonesia, menurut riset yang ia dapatkan, tercatat turun hingga 20% alias hampir seperempat dari seluruh bisnis keseluruhan. Berbeda dengan logistik last-mile yang tumbuh subur-suburnya. “Tapi kita tetap tumbuh double, jumlah head count juga tumbuh tapi tetap dijaga.”

Meski tidak dirinci dengan angka spesifik, Eric menyebut pendapatan Waresix tumbuh dua kali lipat tiap tahunnya, selalu berorientasi pada dua benchmark utama: pendapatan dan profit, serta tidak memberikan subsidi. Alhasil, Waresix diklaim punya unit economics yang positif.

Model bisnis Waresix adalah aset ringan (tidak memiliki aset truk/gudang), menawarkan solusi logistik terintegrasi, mulai dari transportasi darat, pergudangan, hingga pengiriman ke seluruh pulau. Monetisasi dilakukan dengan perjanjian kontrak berkala dengan para pelanggan korporasi, yang mana Waresix akan bantu dari sisi manajemen dan teknologinya.

Kini Waresix telah mengelola lebih dari 50 ribu truk, 150 ribu meter persegi area pergudangan, dan telah dipercaya oleh lebih dari 1.500 pelanggan korporasi sebagai pengguna jasa Waresix. Para klien ini berasal dari beragam industri, nama-nama perusahaannya antara lain, Sinar Mas, Wilmar, Unilever, P&G, dan Kino.

Waresix

Karena teknologi jadi backbone utama Waresix, maka inovasi di sektor ini juga diperkuat. Salah satu yang sudah diluncurkan adalah menghadirkan smart matching jumlah muatan dengan ukuran truk dengan tenaga AI. Namun, hal ini perlu didukung database lengkap terkait ukuran dan jenis truk yang menjadi mitranya.

Waresix memetakan kebutuhan pelanggan dan mencocokkannya dengan sejumlah mitra transporter yang memiliki kapabilitas untuk melakukan pengiriman. Dengan demikian, para mitra tersebut mendapatkan muatan sesuai dengan truk lebih cepat. Mereka pun dapat terbantu dalam mengurangi potensi kehilangan pelanggan yang biasanya disebabkan oleh proses konfirmasi ketersediaan truk yang lama.

Isu logistik di Indonesia

Eric menjelaskan masalah paling besar dalam bidang logistik, yakni perencanaan pengiriman yang kurang baik. Beberapa contohnya adalah:

  1. Ketidakpastian ketersediaan dan datangnya truk,
  2. Seringkali kapasitas loading dan unloading barang tidak sesuai, sehingga truk yang datang harus antre hingga berhari-hari, sehingga truk menjadi gudang berjalan yang berdampak pada rendahnya utilisasi truk,
  3. Ketidaktepatan pesanan, seperti truk yang datang tidak cukup untuk mengangkut muatan karena ukuran box truk di Indonesia belum terstandar,
  4. Kurangnya akses terkait pesanan truk yang mengakibatkan truk menganggur atau jalan balik dengan muatan kosong,
  5. Trip kurang efisien misalnya, banyak truk yang harus jalan padahal muatannya tidak penuh yang berdampak pada lamanya waktu pengiriman dan meningkatnya konsumsi bahan bakar.

Rendahnya utilisasi armada tersebut berdampak pada tingginya biaya operasional pengusaha truk. Bahkan mereka sering merugi karena harus membayar fixed cost, namun pendapatan tidak mencukupi. Kadang, untuk mengakalinya, mereka harus menaikkan biaya sewa untuk menutupi fixed cost tersebut. “Dampaknya, biaya pengiriman menjadi lebih tinggi.”

Menurut Asosiasi Pengusaha Truk Indonesia (ATPRINDO), rata-rata truk di Indonesia hanya menempuh 50 ribu km per tahun. Angka tersebut sangat minim dibandingkan Thailand yang mampu tembus 120 ribu km/tahun, dan Eropa 200 ribu km/tahun.

Data lainnya yang diungkap oleh Bank Dunia 2018, biaya logistik di Indonesia adalah termahal di ASEAN, yakni 24% dari GDP. Adapun rata-rata di dunia itu sendiri adalah 11%. Posisi termahal kedua dipegang oleh Vietnam (20%), Thailand (15%), Filipina dan Malaysia masing-masing (13%), dan Singapura (8%).

Waresix sebagai integrator dapat meningkatkan utilisasi dengan membuat perjalanan truk lebih efisien dengan solusi konsolidasi muatan yang ditawarkan. Hal itu dapat mengurangi jumlah perjalanan yang tidak diperlukan dan mengurangi kemacetan, sehingga potensi kerugian akibat konsumsi bahan bakar berkurang.

Data internal Waresix menunjukkan, utilisasi truk para mitra yang terdedikasi untuk Waresix catatkan peningkatan sebesar 32% selama April 2022-Maret 2023. Bila diibaratkan, angka tersebut sama dengan perjalanan truk selama empat kali dalam seminggu.

Sepanjang tahun lalu, Waresix tumbuh dua kali lipat dengan 70 ribu transaksi atau perjalanan dan 20 juta metrik ton yang diangkut.

Disebutkan Waresix mengantongi pendanaan sebesar $50 juta pada April 2022 dari sejumlah investor, di antaranya Tiger Global, East Ventures, dan Temasek. Perusahaan juga menjadi salah satu investor untuk pendanaan startup rantai pasok agribisnis Gokomodo pada September 2022.

Application Information Will Show Up Here

NusaTrip Akuisisi Startup OTA Asal Vietnam VLeisure

NusaTrip mengumumkan akuisisi startup akomodasi perjalanan B2B bernama VLeisure dengan nominal dirahasiakan. Diharapkan solusi VLeisure yang melayani hotel ukuran kecil hingga menengah dapat memperluas cakupan layanan dan jangkauan NusaTrip di luar Indonesia, sekaligus dalam rangka memanfaatkan momentum pertumbuhan industri perjalanan di Asia Tenggara yang mulai bangkit secara signifikan setelah pandemi.

VLeisure merupakan akuisisi internasional perdana NusaTrip setelah bulan lalu buka kantor regional yang ketiga di Vietnam.

Founder Society Pass yang juga menjabat sebagai CEO NusaTrip Dennis Nguyen menjelaskan, VLeisure sangat menyatu dan sejalan dengan strategi NusaTrip. Ada penggabungan teknologi B2B penerbangan NusaTrip yang kuat dan luasnya operasional B2C dengan inventaris manajemen hotel VLeisure yang ekstensif.

“Sebagai orang Vietnam, saya sangat bangga untuk terus mendanai dan mendukung sektor startup Vietnam melalui akuisisi VLeisure ini. Saya percaya bahwa pengusaha Vietnam akan terus menjadi contoh bagi negara Asia Tenggara lainnya, contoh yang mudah adalah Phan Le,” ujarnya dalam keterangan resmi, Jumat (14/4).

Founder dan Managing Director VLeisure Phan Le menambahkan, dirinya merasa terhormat bisa bergabung dengan ekosistem SoPa dan NusaTrip. Melalui pertumbuhan pesat pada 2021-2022, perusahaan dapat mengakses dukungan dari induk, baik itu infrastruktur modal, teknologi, pemasaran, dan layanan pelanggan, memungkinkan VLeisure untuk melayani lebih baik.

“Perencanaan perjalanan VLeisure, kemampuan pemesanan, keahlian teknologi hotel dapat melengkapi layanan perjalanan NusaTrip yang ada untuk memberikan pengalaman pengguna yang lebih personal,” terang Phan.

Pasca-akuisisi ini Phan didapuk sebagai Managing Director NusaTrip Vietnam. Pengalaman dan pengetahuan yang signifikan di sektor perjalanan Vietnam diharapkan dapat menciptakan layanan perjalanan yang menarik, memenuhi permintaan wisatawan Vietnam.

VLeisure

VLeisure itu sendiri sudah berdiri sejak 2011 di Ho Chi Minh City, menjual akomodasi hotel, maskapai penerbangan, dan agen perjalanan. Startup ini memberdayakan OTA di Vietnam, regional, dan internasional dengan mendistribusikan produk perjalanan mereka. Diklaim inventaris di VLeisure mencapai lebih dari 650 ribu hotel yang terdaftar.

Memanfaatkan kapitalisasi SoPa dan teknologi NusaTrip, VLeisure akan memasarkan produk SaaS (Software as a Service) manajemen hotelnya ke berbagai akomodasi berukuran kecil hingga menengah, berawal dari Vietnam dan kemudian ke seluruh Asia Tenggara. Selain itu, NusaTrip kini memiliki jangkauan operasional untuk memperluas bisnis baik secara B2C dan B2B dengan signifikan di Vietnam.

Menurut Web In Travel, jumlah reservasi perjalanan yang diprediksi pada 2025 akan bertumbuh hingga 94% dari 2019. Administrasi Pariwisata Nasional Vietnam, memperkirakan bahwa sektor pariwisata akan mendatangkan sekitar 110 juta wisatawan pada 2023, senilai $27 miliar, mencakup 5,7% dari proyeksi PDB (Produk Domestik Bruto) 2023 Vietnam sejumlah $469 miliar.

Application Information Will Show Up Here

Tokopedia Pertajam Bisnis Mitra Lewat Produk Digital

Tokopedia mengambil langkah penyesuaian pada lini bisnis Mitra Tokopedia dengan mengeliminasi layanan pembelian produk grosir di aplikasi dan fokus pada produk digital. Perusahaan disebut tengah mengupayakan keberlanjutan bisnis dengan mempertajam fokus menjadi platform yang lebih spesifik demi menghasilkan dampak positif jangka panjang.

Head of Mitra Tokopedia Carlo Yudhistira Praditya mengungkapkan presentase pengguna produk digital seperti pulsa, paket data, game voucher, dan token listrik di aplikasi Mitra Tokopedia jauh lebih tinggi dibandingkan produk grosir, seperti sembako dan produk fisik lainnya.

“Melihat data tersebut, kami memutuskan untuk  menyesuaikan bisnis kami dengan mengeliminasi fitur pembelian produk grosir di aplikasi Mitra Tokopedia, dan memfasilitasi individu dan pemilik usaha untuk menjual 21 jenis produk digital dengan harga kompetitif, sehingga mereka bisa mendapatkan penghasilan lebih,” jelas Carlo.

Sebanyak 21 jenis produk digital terbagi atas tiga kategori, antara lain Pembelian (mencakup 5 produk, seperti pulsa dan voucher game), Dompet Digital (mencakup 3 produk, seperti saldo dan top up GoPay, dan Pembayaran (mencakup 13 produk, seperti tagihan Tokopedia dan PDAM).

“Penyesuaian bisnis Mitra Tokopedia ini sejalan dengan tujuan grup GOTO untuk membangun bisnis yang bertumbuh secara jangka panjang,” tambahnya.

Di samping itu, Mitra Tokopedia juga berupaya membantu masyarakat yang terkendala mengakses produk digital. Masyarakat di lebih dari 700 kota atau kabupaten kini bisa mengakses berbagai produk digital lewat individu atau pemilik usaha (termasuk warung) melalui aplikasi Mitra Tokopedia.

Berdasarkan data Mitra Tokopedia, sejumlah produk digital tercatat mengalami pertumbuhan pesat pada kuartal I 2023, seperti biaya pendidikan, internet dan TV kabel, serta e-samsat. Rata-rata peningkatan transaksi mencapai hampir 4x lipat dibandingkan periode yang sama di 2022.

“Ke depannya Mitra Tokopedia bersama seluruh mitra strategis akan terus fokus membantu pemerataan ekonomi secarar digital di Indonesia. Kami percaya bahwa hal tersebut hanya bisa terwujud jika ada kolaborasi dan inovasi.”

Digitalisasi warung

Mengutip data Euromonitor, tercatat ada sebanyak 3,61 juta bisnis ritel di Indonesia. Angka ini mencakup ekosistem bisnis warung yang sudah ada sejak lama dan sangat dekat dengan orang Indonesia. Menurut survei internal Warung Pintar, sebanyak 9 dari 10 orang Indonesia memenuhi kebutuhan hariannya di warung, mulai dari kebutuhan pokok hingga makanan siap santap.

Kehadiran warung dan toko kelontong ini membawa dampak positif terhadap roda perekonomian nasional, dan sekaligus menjadi fenomena bisnis mikro yang prospektif di Indonesia. Nilai penjualan ritel tradisional bahkan disebut tembus Rp6 triliun setiap harinya. Salah satu cara untuk bisa tetap relevan serta  menjaga dinamika dan keberlangsungan industri ini adalah melalui digitalisasi.

Di Indonesia sendiri, pemerintah juga terus menggulirkan berbagai upaya dan menargetkan setidaknya 30 juta usaha mikro, kecil dan menengah (UMKM) untuk dapat go digital pada 2024Selain itu, program transformasi digital nasional Indonesia juga telah menciptakan sebuah kerangka pembangunan ekonomi dan kebutuhan atas infrastruktur digital.

Terkait digitalisasi warung, Tokopedia juga telah berkolaborasi dengan Kementrian Koperasi dan UKM Republik Indonesia demi mendorong adopsi platform digital untuk pengembangan usaha para pemilik warung. Selain Mitra Tokopedia, platform seperti Gudang Ada, Warung Pintar, Dagangan, dan Ula juga menawarkan solusi digitalisasi warung di Indonesia.

Application Information Will Show Up Here

Tips Mengakselerasi Bisnis UMKM di Era Digitalisasi

Dalam upaya mengakselerasi bisnis UMKM di Indonesia, penting untuk mengetahui kondisi terkini dari UMKM guna menentukan strategi akselerasi yang tepat. UMKM menjadi tonggak penting bagi pertumbuhan perekonomian Indonesia. Karenanya, akselerasi di era digital menjadi salah satu hal yang dapat diupayakan guna mendukung pertumbuhan UMKM.

Gambaran dan Peran UMKM di Indonesia

Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah atau yang lebih dikenal dengan istilah UMKM merupakan sektor yang memainkan peran penting dan memberikan kontribusi besar bagi perekonomian Indonesia. UMKM memiliki ragam kategori, mulai dari mikro hingga medium dengan nominal modal maksimal 10 Milyar dan pendapatan maksimal 50 Milyar.

Berbeda dengan korporat, kategori UMKM ditentukan oleh ukuran bisnis dan aset yang dimiliki oleh perusahaan tersebut. Namun, kendati aset yang dimiliki tidak sebesar korporat, jumlah dan keberadaannya yang mendominasi di Indonesia mampu menjadikannya sebagai penyokong perekonomian negara.

Sumber: MSME Empowerment Report 2022 (halaman 4)

Jumlah UMKM di Indonesia mengalami peningkatan yang signifikan dari tahun ke tahun. Melalui laporan bertajuk MSME Empowerment Report 2022, data yang disajikan oleh BPS menunjukkan jumlah UMKM di Indonesia mencapai 65.460.000 pada tahun 2020 dan angka tersebut naik sekitar 8.000.000 dibanding 5 tahun sebelumnya.

Sumber: MSME Empowerment Report 2022 (halaman 5)

Tidak hanya meningkatkan PDB negara, UMKM juga menjadi sumber lapangan kerja bagi masyarakat Indonesia. Menurut Kementerian Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah, dengan jumlah UMKM yang disebutkan oleh data BPS diatas, UMKM tersebut telah mempekerjakan 114,7 juta orang atau sekitar 56% dari tenaga kerja dan memberikan kontribusi lebih dari 60% terhadap PDB negara (MSME Empowerment Report, 2022:5).

Sumber: MSME Empowerment Report 2022 (halaman 6-7)

Bisnis UMKM bisa dibentuk dan dijalankan oleh berbagai lapisan masyarakat di manapun mereka berada. Berdasarkan portal Satu Data dari Kementerian Koperasi dan UMKM, sebaran UMKM di Indonesia masih didominasi oleh pulau Jawa (61,48%) dengan Jawa Barat sebagai provinsi yang memiliki jumlah UMKM terbanyak di pulau Jawa. Sedangkan untuk jenis usaha, kategori retail menempati posisi teratas (54,33%) disusul dengan akomodasi dan penyedia makanan dan minuman (20,21%). Sementara itu dari kategori usia, generasi X mendominasi demografi UMKM (43,51%) diikuti dengan generasi milenial (37,71%) (MSME Empowerment Report, 2022:6-7).

Namun, sebagai bisnis mikro, UMKM kerap mengalami kendala terutama dalam hal keuangan dan sumber daya. Kendala tersebut kian bertambah dengan pesatnya digitalisasi dan adanya bencana pandemi Covid-19.

Pesatnya era digital memiliki dua dampak sisi bagi UMKM. Di satu sisi, kemunculan online marketplace di era digital akan menjadi peluang yang baik bagi UMKM untuk memperluas pasar, mendapat pelanggan baru, meningkatkan pendapatan serta nilai ekspor. Hal ini dikarenakan total nilai ekspor UMKM Indonesia masih cenderung rendah jika dibandingkan beberapa negara tetangga, seperti Singapura (41%) dan Thailand (29%). Data Kementerian Koperasi dan UMKM pada tahun 2019 menunjukkan total nilai ekspor UMKM Indonesia berada di angka 15,65% atau setara Rp 2.167 triliun (MSME Empowerment Report, 2022:6).

Namun, di sisi lain, UMKM yang tidak mampu beradaptasi dan mengimbangi pesatnya digitalisasi berpotensi tumbang dan gulung tikar. Terlebih, bencana pandemi juga menyebabkan turunnya jumlah permintaan yang akan berpengaruh pada rantai pasok dan pendapatan UMKM.  

Pandemi telah menimbulkan dampak signifikan terhadap UMKM. Namun, dampak yang dirasakan UMKM tidak merata di semua sektor dan wilayah. Misalnya, UMKM di wilayah perkotaan cenderung lebih tangguh daripada UMKM di wilayah pedesaan. Hal tersebut dikarenakan UMKM di wilayah perkotaan memiliki tingkat digitalisasi yang lebih tinggi sehingga lebih mampu untuk bertahan di tengah turbulensi bisnis selama pandemi. Dalam MSME Report 2022, survei yang dilakukan Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) pada tahun 2020 menunjukkan 94,69% UMKM di Indonesia mengalami dampak penjualan yang negatif akibat pandemi (MSME Empowerment Report, 2022:13). Pertumbuhan UMKM yang sebelumnya stabil menjadi goyah dan menurun akibat pandemi.

Digitalisasi UMKM di Indonesia

Pesatnya digitalisasi membuat pelaku bisnis UMKM harus mampu beradaptasi terhadap perubahan. Namun, tidak semua pelaku bisnis memiliki kemampuan dan kecakapan dalam akselerasi digital.

Akselerasi digital dalam dunia bisnis, khususnya UMKM di Indonesia, masih terhitung cukup jauh dari target yang sudah ditetapkan. Dalam Forum Ekonomi Digital KOMINFO IV, Menteri Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah, Teten Masduki menyebutkan bahwa per 4 April 2022 sebanyak 17,59 juta UMKM sudah memasuki platform digital. Angka tersebut merupakan 27% dari total UMKM di Indonesia dan 58% dari 30 juta UMKM yang ditargetkan memasuki ekosistem digital pada tahun 2023. Hal itu menunjukkan setidaknya masih ada 12 juta UMKM yang ditargetkan untuk memasuki ekosistem digital tahun ini.

Proses digitalisasi UMKM dihadapkan dengan berbagai kendala, salah satunya adalah akses internet dan layanan infrastruktur yang belum merata di setiap daerah di Indonesia. Beberapa daerah terpencil di Indonesia bahkan belum terjamah akses internet. Karenanya, peran pemerintah/lembaga/para pemangku kepentingan lainnya dibutuhkan untuk mendukung pemerataan akselerasi digital UMKM.

Pemerintah mengambil peran untuk mendorong digitalisasi UMKM melalui berbagai program, mulai dari memperluas jaringan internet ke wilayah terpencil, program pelatihan digitalisasi UMKM, program pembiayaan UMKM yang merupakan hasil kerjasama dengan perbankan, perbaikan infrastruktur, hingga penyederhanaan regulasi dan proses perizinan usaha bagi UMKM.

Tentunya, terlepas dari upaya yang dilakukan, masih banyak tantangan yang harus dihadapi seperti kebutuhan literasi digital bagi UMKM dan sulitnya sumber akses pembiayaan UMKM. Namun, dengan adanya upaya tersebut diharapkan mampu merangkul lebih banyak UMKM untuk mengadopsi teknologi digital dalam upaya pengembangan bisnisnya.

Adopsi teknologi juga menjadi salah satu cara UMKM mampu bertahan melewati kondisi pandemi yang tidak kondusif. Hal tersebut menjadi bukti bahwa digitalisasi UMKM adalah salah satu opsi yang dapat dipilih untuk membantu memperkuat bisnis UMKM. Pembatasan mobilitas selama pandemi yang menurunkan penjualan konvensional membuat UMKM memanfaatkan teknologi untuk beralih ke penjualan online sehingga UMKM bisa bertahan.

Digitalisasi UMKM telah berlangsung sejak lama bahkan sebelum pandemi Covid-19, namun tidak bisa dipungkiri bahwa tekanan kondisi pandemi Covid-19 juga turut memperluas digitalisasi di kalangan UMKM.

Digitalisasi menjadi opsi bagi UMKM untuk memperluas pasar. Dengan memanfaatkan platform digital, pelaku bisnis UMKM bisa memasarkan produknya tidak terbatas di daerah tertentu saja. Penguatan bisnis UMKM bisa terus ditingkatkan melalui digitalisasi agar UMKM mampu menguasai pasar nasional.

Digitalisasi penting untuk meningkatkan efisiensi dan produktivitas UMKM. Melalui pemanfaatan digital, bisnis UMKM dapat menyederhanakan proses, sumber daya, dan waktu untuk mengerjakan tugas-tugas yang sebelumnya dilakukan secara konvensional. Hal itu juga turut memengaruhi pengeluaran anggaran agar dapat dialokasikan untuk hal lain yang lebih efektif demi kemajuan bisnis. Mereka juga bisa memperluas jangkauan pasar dan mendapat pelanggan baru.

  MSME Empowerment Report 2022 (halaman 20-21)

Sumber: MSME Empowerment Report 2022 (halaman 20-21)

DailySocial melakukan survei terkait tren digitalisasi terhadap 1.500 pemilik bisnis UMKM dari berbagai daerah di Indonesia. Hasilnya menunjukkan bahwa kendala terbesar yang dihadapi UMKM adalah pemasaran produk (70,2%) diikuti dengan kendala modal (51,2%). Kendala lain muncul akibat pandemi dimana 38,4% pelaku UMKM merasakan turunnya nilai transaksi hingga 25%. Hanya 10,5% bisnis yang tetap stabil atau tidak terpengaruh (MSME Empowerment Report, 2022:20-21).

Tantangan lainnya dalam digitalisasi UMKM ditunjukkan oleh laporan dari International Finance Corporation. Laporan menyebutkan bahwa kendala utama dalam digitalisasi UMKM di negara berkembang adalah keuangan. Akses kredit yang sangat minim membuat UMKM kesulitan mengalokasikan dana untuk investasi teknologi digital dalam bisnisnya.

Tantangan lainnya adalah minimnya keterampilan digital dari para pelaku bisnis UMKM, terlebih bisnis UMKM biasanya hanya dijalankan dengan sumber daya terbatas yang mana tiap individu harus mengerjakan berbagai tugas sekaligus. Persebaran infrastruktur digital yang tidak merata dan keterbatasan anggaran untuk menjaga keamanan aset digital juga menjadi kendala dalam upaya digitalisasi UMKM.

Beberapa Tips Mengakselerasi Bisnis UMKM di Era Digitalisasi

Tren perkembangan teknologi yang pesat disertai adanya perubahan pola perilaku belanja konsumen akibat pandemi mendorong UMKM untuk mengadopsi teknologi menjadi bagian dalam pengembangan bisnisnya.

Pemerintah dan berbagai pemangku kepentingan lainnya pun terus berupaya untuk menggalakkan transformasi digital bagi pelaku UMKM yang belum merambah atau masih minim kemampuan digitalnya.

Pelaku UMKM yang sama sekali belum tersentuh digitalisasi tentu akan bingung harus memulai pemanfaatan teknologi digital dari mana. Karenanya, simak tips akselerasi bisnis UMKM di era digital berikut ini.

  • Literasi digital

Literasi pemasaran digital menjadi salah satu hal penting dalam upaya meningkatkan UMKM ke ekosistem digital. Pemerintah mengikutsertakan bidang pendidikan dalam upaya digitalisasi UMKM melalui program Bangga Buatan Indonesia. Melalui program ini, pemerintah bekerja sama dengan LinkAja untuk memberikan pendampingan dalam literasi pembayaran digital kepada pelaku usaha.

  • Manfaatkan e-Commerce 

Dalam program digitalisasi UMKM oleh bank Indonesia, akselerasi pengembangan UMKM digital di era digitalisasi dilakukan dengan cara memanfaatkan e-Commerce sebagai platform untuk memperkuat pemasaran produk ke pasar global dan e-Financing untuk memudahkan transaksi digital bagi UMKM.

Pandemi telah membawa perubahan pola perilaku belanja konsumen. Kini, kian banyak konsumen yang lebih memilih belanja melalui platform digital. Berdasarkan hasil survei yang disajikan dalam laporan bertajuk MSME Empowerment Report 2022, beberapa platform penjualan digital yang banyak diminati UMKM diantaranya Shopee (87,1%), Tokopedia (58,2%), TikTok Shop (44,8%), Bukalapak (37,8%), dan Blibli (22,6%). Meskipun TikTok terhitung sebagai pemain baru di Indonesia, namun platform tersebut memiliki pertumbuhan yang cepat. Terbukti dengan hasil survei tersebut yang menunjukkan TikTok sebagai salah satu platform yang paling banyak diminati UMKM. Survei tersebut juga menunjukkan 63,2% responden mengaku pernah menggunakan TikTok, dengan 22,4% lainnya memanfaatkan TikTok Shop sebagai sarana penjualan online.

  • Social Commerce

Selain e-Commerce, social commerce juga menjadi platform yang banyak digunakan masyarakat untuk berbelanja. Social Commerce merupakan kegiatan jual beli online yang dilakukan melalui media sosial. 

Menurut laporan dari We Are Social dan Hootsuite, jumlah pengguna media sosial per Oktober 2022 mencapai 4,74 miliar di seluruh dunia. Jumlah tersebut setara dengan 59,3% dari total keseluruhan populasi di dunia. Karenanya, media sosial bisa menjadi peluang pasar yang cukup besar bagi pelaku bisnis UMKM.

Selain adanya peningkatan jumlah pengguna media sosial, pemahaman akan penggunaan social commerce juga menjadi penting karena social commerce akan memudahkan pelaku bisnis untuk mengukur dan mengevaluasi perkembangan bisnis mereka. Social Commerce memiliki indikator pengukuran yang jelas melalui hasil laporan analitik seperti impressions, engagement, reach, dan laporan transaksi yang bisa diakses dengan mudah.

Survei yang dilakukan oleh Populix pada September 2022 menunjukkan TikTok Shop (46%) menjadi social commerce paling banyak diminati, disusul oleh WhatsApp (21%), Facebook Shop (10%), dan Instagram Shop (10%). Selain itu, survei menunjukkan TikTok Shop dan Instagram Shop akan menjadi dua platform yang paling banyak digunakan di masa mendatang.

  • Content Creator

Penggunaan content creator di berbagai media sosial banyak dilakukan oleh UMKM untuk berbagai tujuan, mulai dari membangun brand image, menyebarkan campaign, hingga menjangkau lebih banyak pelanggan dan meningkatkan penjualan. Setiap creator memiliki cara unik tersendiri dalam membungkus dan menyampaikan pesan kepada audiensnya, karenanya penting untuk memilih creator yang tepat sesuai tujuan dan kebutuhan bisnis. 

Selain itu, pelaku bisnis juga semakin merasakan adanya kemudahan untuk terhubung dengan creator salah satunya melalui TikTok Affiliate. TikTok Affiliate merupakan program yang dibuat TikTok untuk memudahkan para creator dan seller untuk saling terhubung melalui komisi dan kreativitas. Penjual bisa berkolaborasi dengan para kreator terbaik dengan basis komisi atas setiap penjualan yang dihasilkan kreator. Kreator juga memiliki kebebasan untuk memilih, mempromosikan, dan merekomendasikan produk pilihan yang relevan dengan karakteristik pengikut mereka. Selain itu, kreator akan mendapat komisi berbayar dari penjual dari total penjualan yang dihasilkan. 

  • Gunakan Aplikasi

Selain media sosial, era digital juga telah melahirkan berbagai aplikasi yang bisa dimanfaatkan untuk membantu pengelolaan operasional bisnis UMKM. Contohnya aplikasi pembuatan invoice, akuntansi, pembukuan, pengelolaan karyawan, hingga sistem pemberian gaji secara digital. Penggunaan aplikasi tersebut bisa meningkatkan visibilitas dan efisiensi dalam suatu bisnis.

  • Strategi Digital Marketing

Penggunaan media sosial dan e-Commerce saja tidak menjamin adanya peningkatan penjualan. Penggunaan tersebut harus diimbangi dengan strategi digital marketing seperti menggunakan fitur ads di media sosial, menggunakan email marketing, Search Engine Optimization (SEO), penggunaan influencer, penjualan dengan cara live streaming, dan berbagai strategi lainnya.

Data analisa kondisi UMKM menjadi dasar untuk menentukan strategi akselerasi UMKM yang tepat di Indonesia. Dengan begitu, UMKM bukan hanya mampu bertahan tetapi juga mampu berkembang. DailySocial merangkumnya dalam laporan bertajuk MSME Empowerment Report yang bisa memberikan gambaran kondisi UMKM di Indonesia saat ini dan analisis dari hasil survei terkait peluang dan tantangan yang harus dihadapi UMKM dalam upaya digitalisasi. Baca laporan lengkapnya di MSME Empowerment Report 2022.

Alibaba Dilaporkan Suntik Dana 5,2 Triliun Rupiah ke Lazada

Alibaba Group kembali menyuntik dana segar ke Lazada sebesar $353 juta atau sekitar 5,2 triliun Rupiah berdasarkan laporan VentureCap. DailySocial.id telah menghubungi pihak Lazada Indonesia untuk mengonfirmasi kabar ini, tetapi belum ada tanggapan.

Sejak didirikan pada 2012, Lazada Group tercatat telah mengumpulkan dana ratusan juta dolar dari berbagai investor, termasuk beberapa perusahaan teknologi terbesar di dunia. Lazada diakuisisi Alibaba senilai $1 miliar pada 2016. Pada 2017, perusahaan mengantongi $1,1 miliar pada putaran pendanaan yang dipimpin oleh Alibaba dan Temasek dengan total pendanaan yang telah dikumpulkan mencapai lebih dari $3 miliar.

Kemudian, Lazada kembali mengantongi dana segar sebesar $1 miliar dari Alibaba di 2018, menjadikan total investasi perusahaan Tiongkok ini di Lazada menjadi lebih dari $4 miliar. Pendanaan ini digunakan untuk mendukung pertumbuhan dan ekspansi Lazada di seluruh Asia Tenggara, dengan fokus  membangun jaringan logistik dan memperluas penawaran produknya.

Pada 2020, Lazada kembali mendapatkan pendanaan lagi sebesar $1,3 miliar dari sekelompok investor termasuk Alibaba, Temasek, dan investor institusional lainnya. Pendanaan ini digunakan untuk mendukung pertumbuhan dan ekspansi Lazada yang berkelanjutan, dengan fokus membangun kemampuan teknologi dan memperluas basis pelanggannya.

Seiring dengan semakin matangnya pasar e-commerce di Asia Tenggara, Lazada membutuhkan modal agar dapat bersaing secara sehat dengan pesaing lainnya yang semakin populer di Asia Tenggara, khususnya Indonesia.

Perkuat posisi di e-commerce

Indonesia adalah pasar yang besar pemain e-commerce dengan populasi lebih dari 270 juta orang dan kelas menengah yang berkembang pesat. Menurut laporan Google, Temasek, dan Bain & Company, pasar e-commerce Indonesia diperkirakan mencapai $82 miliar pada 2025, naik dari $13 miliar pada 2015.

Lazada Group telah mengalami pertumbuhan positif di Indonesia, salah satu pasar utama mereka. Sejak diluncurkan di Indonesia pada 2012, Lazada telah menjadi pemain terkemuka di industri e-commerce dengan penetrasi kuat di daerah perkotaan maupun pedesaan. Salah satu kunci sukses Lazada di Indonesia adalah kemampuannya menjangkau pelanggan di pedesaan.

Indonesia adalah pasar yang sangat terfragmentasi, dengan banyak konsumen yang tinggal di daerah terpencil dengan akses terbatas ke toko tradisional. Lazada tercatat telah mampu memasuki pasar ini dengan menawarkan berbagai macam produk dan menyediakan pengiriman yang andal, bahkan ke daerah yang paling terpencil sekalipun.

Pemain lain yang juga memiliki basis pelanggan besar di Indonesia adalah Shopee. Hingga saat ini, Shopee telah beroperasi di lebih dari 10 negara, termasuk Indonesia, Malaysia, Filipina, Singapura, Thailand, dan Vietnam. Shopee menawarkan rangkaian produk yang serupa dengan Lazada, tetapi dengan penekanan lebih besar pada social commerce dan mobile-first technology.

Persaingan antara Lazada dan Shopee diprediksi semakin meningkat sejalan dengan perkembangan pesat e-commerce Asia Tenggara. Kedua perusahaan terus berinvestasi di pemasaran, logistik, dan teknologi untuk tetap menjadi yang terdepan dalam persaingan, sekaligus berinovasi untuk menawarkan pengalaman berbelanja yang baru dan menarik bagi pelanggan mereka.