Qlue Luncurkan Qlue Glass

Hari ini Qlue meluncurkan Qlue Glass sebagai inovasi teknologi teranyar. Setelah melalui proses research and development yang komprehensif selama kurang lebih dua tahun belakangan Qlue Glass akhirnya diluncurkan untuk meningkatkan keamanan dan kenyamanan pengguna Qlue saat melaporkan permasalahan atau pelanggaran di sekitarnya. Dilengkapi dengan sistem imagery analysis, voice recognation, dan learning machine yang membuat Qlue Glass dapat menginformasikan pelanggaran atau permasalahan di sekitar kepada penggunanya. Teknologi Eye Motion Detector yang terdapat pada Qlue Glass memberi kemampuan untuk pelapor mengambil foto laporan hanya dengan tiga kali mengedipkan mata.

“Qlue Glass dilengkapi dengan sistem imagery analysis, voice recognation, dan learning machine yang membuat Qlue Glass dapat menginformasikan pelanggaran atau permasalahan di sekitar kepada penggunanya. Teknologi Eye Motion Detector yang terdapat pada Qlue Glass memberi kemampuan untuk pelapor mengambil foto laporan hanya dengan tiga kali mengedipkan mata.”, ungkap Gerry Mangentang selaku Project Manager Qlue Glass.

Dalam proses penemuan Qlue Glass, QLUE memanfaatkan bank data-nya terkait permasalahan kota. Data atau laporan-laporan yang telah masuk melalui aplikasi Qlue ini dibuat menjadi sebuah historical data kemudian didukung dengan teknologi learning machine, maka menciptakan sebuah sistem pendektesi masalah dalam radius tertentu. Setelah berkonsultasi dengan berbagai pihak, akhirnya Qlue memutuskan untuk menggunakan Eye Motion Detector sehingga Qlue Glass akan otomatis melakukan hal tertentu dengan membaca sensor gerakan mata.

Saat ini Eye Motion Detector akan membaca kedipan pengguna tiga kali berturut-turut sebagai perintah untuk megaktifkan kamera dan mengambil foto laporan.

“Qlue tidak akan berhenti berinovasi untuk mendukung perubahan kota dengan kontribusi teknologi. Beberapa curhatan warga mengenai perlakuan tidak menyenangkan yang dialami setelah melaporkan permasalahan lewat Qlue, memperkuat keinginan kami untuk melakukan
peningkatan keamanan dan kenyamanan untuk ratusan ribu pengguna Aplikasi Qlue. Walaupun terhitung tidak banyak kasus intimidasi, Qlue berharap keberadaan Qlue Glass dapat memperkecil kendala melapor di lapangan.” ungkap RaMa Raditya, CEO QLUE.

Qlue menyatakan akan melempar 50 perangkat Qlue Glass ke masyarakat secara cuma-cuma pada tanggal 1 April 2017. Untuk menjadi salah satu dari 50 orang pertama pengguna Qlue Glass, masyarakat bisa mengunjungi Forum Diskusi di Aplikasi Qlue yang berjudul “Qlue Glass”. Tulis di kolom komentar forum tersebut alasan mengapa anda adalah orang yang tepat memiliki Qlue Glass? Qlue akan memberikan pengumuman keesokan harinya.

Plug and Play Indonesia akan Menanamkan Investasi kepada Entrepreneur “Sangat Muda”

​Hari ini, akselerator startup teknologi terkemuka Plug and Play Indonesia mengumumkan bahwa pihaknya akan menanamkan investasi kepada wirausahawan ‘sangat muda’ di Nusantara, bahkan perusahaan tersebut juga akan mempertimbangkan mereka yang masih berusia 5 tahun.

Akselerator startup yang berbasis di Silicon Valley tersebut sering menjadi perbincangan karena metode inovatif yang digunakannya dalam menemukan dan membina orang-orang yang berbakat dalam bidang teknologi. Namun, Nayoko Wicaksono, selaku direktur program lokal mengatakan bahwa Plug and Play Indonesia harus menciptakan terobosan terbaru jika pihaknya ingin menghasilkan produk-produk dan entrepreneur yang akan berpengaruh nantinya.

“Jenjang wirausahawan dimulai sejak dini. Rentang usia ini – mulai dari usia sekitar lima tahun – merupakan usia terbaik untuk menyerap pengetahuan serta melakukan pembelajaran,” terang Nayoko.

“Membangun sebuah bisnis akan memberikan pengalaman berharga yang akan membantu mengembangkan kepercayaan diri, keterampilan berorganisasi, manajemen, serta komunikasi. Anak-anak ini dapat dibina sedini mungkin untuk menjadi entrepreneur ulung di masa depan. Lagipula, kami merupakan investor yang menawarkan investasi jangka panjang yang melihat prospek hingga 30 tahun ke depan.”

Nayoko juga mengatakan bahwa misi Plug and Play di Jakarta tidak semata-mata hanya untuk mendapatkan keuntungan. ”Kami sangat passionate untuk membina entrepreneur terbaik 30 tahun lebih cepat daripada kompetitor. Kami ingin wirausahawan muda bisa mengejar impian mereka. Ketika Anda memiliki passion untuk melakukan sesuatu, kami percaya bahwa Anda sudah menempuh setengah jalan menuju kesuksesan.”

Di samping menanamkan investasi di startup yang dikelola anak-anak, Plug and Play Indonesia juga menawarkan kesempatan bagi anak-anak untuk belajar mengenai investasi. “Kami juga memiliki koneksi dengan beberapa investor muda sukses berumur 10-15 tahun, yang menanamkan modal bersama dengan orang tua mereka yang kaya untuk membantu sesama entrepreneur,” tambah Nayoko.

Ketika ditanya apakah konsep ini akan membuahkan hasil di Indonesia, Wicaksono mengatakan:

“Mereka tidak takut gagal. Justru, sebagai pakar teknologi inheren, mereka penuh dengan rasa penasaran. Mereka mengenal teknologi sejak lahir. Fasilitas tempat belajar yang kami sediakan bagi anak-anak tersebut dipenuhi dengan berbagai tools startup dalam bentuk mainan yang akan membantu mengembangkan ketertarikan serta pembangunan usaha mereka. Kami juga memiliki koneksi mentor yang luas yang dapat menjadi guru serta pengasuh yang baik bagi wirausahawan muda tersebut.”

Tiga Perusahaan Coworking Space Jakarta Bergabung!

Menjamurnya usaha coworking space di Indonesia ini menandakan ketartarikan akan masyarakat terhadap tren untuk membuat perusahaan startup dan juga munculnya freelancer-freelancer. Itulah manfaat dari coworking space adalah untuk menopang wirausaha-wirausaha yang ada di negeri ini dengan menyediakan alternatif berkantor yang lebih flexibel untuk perusahaan-perusahaan baru dan juga memberikan komunitas entrepreneurship dan support-support bisnis lainnya guna memberikan semangat dan bantuan terhadap perintis-perintis tersebut.

Berita yang menarik hari ini adalah diumumkannya penggabungan dari tiga coworking space Jakarta favorit, yaitu Conclave, Cre8, dan Freeware Spaces. Ketiga perusahaan ini merupakan beberapa pemain coworking space pertama di Indonesia. Conclave berdiri pada tahun 2015, Cre8 baru pada tahun 2016 (Tetapi brand VOffice sudah ada sejak 2013), dan Freeware Spaces sejak tahun 2013. Masing-masing mempunyai karakter yang berbeda-beda sehingga membuat proses merger ini terlihat menarik dan patut diikuti.

Apa sebenarnya alasan di balik ini semua? CEO & Founder dari Freeware Spaces, Aryo Ariotedjo menyebutkan bahwa dengan adanya isu WeWork (perusahaan coworking space terbesar dari Amerika Serikat), akan memasuki pasar Indonesia. Oleh sebab itu, ketiga perusahaan ini merasa bahwa ini merupakan kesempatan yang baik untuk menggabungkan menjadi kerajaan yang lebih besar lagi.

WhatsApp Image 2017-03-31 at 7.19.12 PM

Pada saat ini, merger ini menghasilkan suatu perusahaan coworking space baru yang memiliki 8 cabang yang berada di daerah2 strategis di Jakarta. Conclave mempunyai 2 cabang di daerah Wijaya & Gatot Subroto, Cre8 di Cilandak & Pantai Indah Kapuk dan juga ada 2 di Malaysia dan Filipina, dan Freeware Spaces ada 4 cabang di Ampera, Kemang, dan Sudirman Commercial & Business District atau SCBD (Energy Building & Equity Tower). Mereka berniat untuk membuka setidaknya 4-5 lokasi dalam tahun ini selama merger.

Aditya Hadiputra (Conclave), Albert Goh (Cre8 & Voffice), dan Aryo Ariotedjo (Freeware Spaces) mengungkapkan bahwa merger ini akan menghasilkan nama baru, USWORK, yang artinya “Kita Bekerja”.

“Pokoknya harus ada kata Work biar bagus untuk SEO mungkin,” ungkap mereka bertiga sambil tersenyum seru.

Mereka juga mengabarkan bahwa setelah merger ini ingin melakukan fund raising besar-besaran untuk mengalahkan WeWork di kawasan Asia Tenggara.

Wawancara dengan CEO HyperGrowth Samuel Chan tentang Pendanaan Baru, Relokasi Operasional ke Indonesia, dan GrowthBot

HyperGrowth adalah sebuah perusahaan teknologi yang menarik. Awalnya didirikan di Singapura tiga tahun lalu, Founder dan CEO Samuel Chan memindahkan operasionalnya ke Jakarta (termasuk relokasi seluruh pegawainya) dan kini juga memiliki kantor di Ho Chi Minh, Vietnam. DailySocial berbincang dengan Samuel tentang keputusan relokasi, perolehan pendanaan terbarunya, dan produk chatbot Growthbot yang menjadi pertaruhan barunya.

HyperGrowth sendiri, menurut Samuel, awalnya dibangun sebagai perusahaan teknologi yang mengembangkan solusi otomasi pemasaran untuk pengiklan mobile dan perusahaan aplikasi mobile.

Layanan unggulannya adalah layanan SaaS Audience Kit yang membantu pemasar mobile mengembangkan manajemen audience, termasuk engagement dengan platform iklan mobile populer, seperti Facebook dan Google AdWords.

HyperGrowth saat ini memiliki 14 orang di dalam timnya di dua kantor operasional. Samuel mengatakan keputusannya memindah pusat operasional ke Jakarta merepresentasikan pasar yang sangat berpotensi untuk berkembang.

“Ukuran pasar aplikasi mobile [di Indonesia] lebih besar [ketimbang Singapura] dan kami ingin lebih dekat dengan lokasi klien / konsumen kami.”

Sebagai layanan konsultan, Samuel mengatakan perusahaannya secara operasional sustainable sejak didirikan tiga tahun lalu, karena mereka memberikan produk freemium berbasis langganan untuk layanan SaaS-nya. HyperGrowth juga memberikan layanan konsultasi di sesi teknis  untuk membantu konsumennya lebih fokus mengurusi data atau mengotomasi proses pemasaran.

HyperGrowth membangun joint venture dengan EMTEK untuk membentuk operasional perusahaan di Indonesia.

Pendanaan baru dan pengembangan chatbot Growthbot

Meskipun secara operasional sudah berhasil mendanai diri sendiri, Hypergrowth tak mau berpuas diri. Samuel mengatakan pihaknya baru saja memperoleh pendanaan seed dari goVentures Fund milik SEGA dan Gunung Sewu untuk pengembangan produk baru Growthbot.

Meski tidak menyebutkan nominal, Samuel mengatakan valuasi perusahaan kini mencapai $7 juta (93 miliar Rupiah) pasca perolehan pendanaan.

GrowthBot adalah layanan chatbot, yang saat ini terintegrasi untuk Slack, untuk membuat analisis kompetitif terotomasi bagi aplikasi mobile yang terdaftar di App Store dan Google Play.

Misalnya Anda memiliki aplikasi di App Store dan Google Play, GrowthBot bisa menampilkan rangkuman data soal peringkat aplikasi, pendapatan yang diperoleh rating, dan review dengan tampilan visualisasi yang diklaim mudah dimengerti secara real time.

Di masa depan, data yang bisa diolah pun makin berkembang.

Founder dan CEO HyperGrowth Samuel Chan / HyperGrowth
Founder dan CEO HyperGrowth Samuel Chan / HyperGrowth

“Kami bertaruh ke [pembuatan] asisten chat karena kami sebagai tim mengalami ‘kelelahan data’ dan sebagai pemasar mobile kami memiliki terlalu banyak sumber informasi. [Kami] menghabiskan terlalu banyak waktu untuk membersihkan data menjadi sebuah analisis komprehensif ketimbang waktu untuk mempelajari analisis tersebut.”

“Kami percaya bahwa yang dibutuhkan saat ini bukanlah dasbor analitik baru atau big data tool baru. Yang kami pikir pasar butuhkan adalah data dan insight yang mudah diakses tentang metrik pertumbuhan [produk] mereka sendiri dan timbal balik dari pengguna,” lanjut Samuel.

GrowthBot saat ini bisa diakses secara gratis. Menurut Samuel, fokus HyperGrowth adalah membangun GrowthBot agar menyenangkan untuk digunakan. Untuk memenuhi standar tinggi tersebut, mereka memerlukan timbal balik konsumen dan pembaruan secara berkala.

“GrowthBot akan meluncurkan versi premium/berbayar ketika kami sudah siap. Pada saat itu pun kami tetap akan hadir dalam versi gratis untuk startup dan tim kecil.”

Mengapa mereka butuh pendanaan baru? Samuel mengatakan keduanya adalah investor strategis. “Kami memiliki rencana sangat ambisius untuk GrowthBot dan dengan pendanaan baru ini kami berencana terus berinvestasi untuk [pengembangan] kapabilitas GrowthBot.”

Dalam perencanaannya mereka juga akan menggunakan pendanaan untuk merekrut talenta terbaik untuk bergabung dengan timnya di Jakarta.

“Dalam tiga bulan mendatang, kami akan membawa GrowthBot ke platform pesan lainnya, seperti Facebook Messenger dan (harapannya) WhatsApp. Kami juga bersiap untuk mendorong [perkenalan produk] ke pasar regional,” pungkasnya.

Grab Dikabarkan Bakal Peroleh Lagi Dana Segar 20 Triliun Rupiah

Bloomberg melaporkan layanan on-demand Asia Tenggara Grab memperoleh dana segar baru senilai $1.5 miliar (sekitar 20 triliun Rupiah) sebagai amunisi berkompetisi dengan Uber dan Go-Jek. Pendanaan disebutkan bakal dipimpin Softbank. Bulan September lalu Grab telah memperoleh pendanaan Seri F senilai $750 juta (9,8 triliun Rupiah) untuk mengembangkan pasar Indonesia dan sistem pembayaran GrabPay.

Pasar Asia Tenggara memang menjanjikan dan tiga pemain besar di sektor ini berlomba-lomba meningkatkan penguasaan marketshare-nya. Grab sendiri telah berkomitmen berinvestasi $700 juta (9,3 triliun Rupiah) untuk membangun tim R&D di Indonesia. Rumor kencang juga menyebutkan Grab mengakuisisi layanan assisted e-commerce dan pembayaran Kudo senilai $100 juta (1,3 triliun Rupiah).

Valuasi Grab saat ini mencapai lebih dari $3 miliar dan pendanaan ini, jika terwujud, bakal melontarkan valuasi Grab mendekati $5 miliar. Sebagai perbandingan, Ola di India yang memiliki bisnis serupa bervaluasi sekitar $3 miliar, sementara Didi di Tiongkok memiliki valuasi $35 miliar

Application Information Will Show Up Here

Bank QNB Indonesia yang Pertama Peroleh Lisensi E-Money Tahun Ini, Entitas Go-Pay Resmi Gantikan MV Commerce di Daftar Bank Indonesia

Angin segar kembali berhembus soal lisensi uang elektronik (e-money) dari Bank Indonesia. Bulan Maret ini BI kembali menerbitkan lisensi baru. Pemiliknya adalah Bank QNB Indonesia dengan produk DooEt yang resmi beroperasi per 1 Maret lalu. Pembaruan di daftar BI juga menunjukkan bahwa entitas pemilik Go-Pay, PT Dompet Anak Bangsa (DAB), telah menggantikan MV Commerce Indonesia. Go-Pay sendiri mulai bertransformasi sebagai produk e-money murni awal bulan ini.

Lambatnya penerbitan lisensi e-money sempat menjadi polemik, apalagi banyak startup yang berharap membangun sistem pembayarannya sendiri untuk mempermudah transaksi. Dalam 2 tahun terakhir, BI hanya menerbitkan 3 lisensi baru dan DooEt dari QNB Indonesia masuk ke dalam daftar eksklusif di urutan ke-22. DooEt adalah solusi e-money berbasis server, seperti halnya Sakuku dari BCA dan Mandiri E-Cash dari Bank Mandiri.

Di sisi lain, masuknya nama DAB memformalkan evolusi Go-Jek yang tak hanya ingin menjadi juara di sektor on-demand, tetapi juga di sektor pembayaran. Lisensi e-money akan mempermudah gerak Go-Pay untuk bermain di luar aplikasinya sendiri, misalnya menjadi sarana pembayaran transaksi di layanan e-commerce.

Menurut Surat Edaran Bank Indonesia Nomor 18/41/DKSP perihal Penyelenggaraan Pemrosesan Transaksi Pembayaran (PBI PTP) pada akhir tahun lalu, BI membuat sejumlah aturan main yang perlu ditaati. Mulai dari persyaratan, tata cara dan pemrosesan permohonan izin sebagai penyelenggara switching, payment gateway, dan dompet elektronik. Perusahaan yang berniat mengajukan izin sebagai penyelenggara dompet elektronik selain bank harus memiliki kecukupan modal disetor minimal Rp3 miliar.

Sulitnya memperoleh izin lisensi baru membuat perusahaan independen pemilik lisensi menjadi incaran akuisisi. Setidaknya 2 perusahaan sudah diakuisisi karena alasan lisensi e-money, yaitu Witami Tunai Mandiri (oleh True Money) dan MV Commerce (oleh Go-Jek). Rumor akuisisi Doku oleh EMTEK sampai saat ini belum terkonfirmasi.

Secara potensi, perkembangan uang elektronik di Indonesia sangat menarik. Berdasarkan statistik dari BI, sepanjang tahun lalu jumlah uang elektronik beredar mencapai 51,2 juta kartu tumbuh 49,22% secara year-on-year (YOY). Sementara dari segi volume transaksi 683,13 juta tumbuh 27,6% dengan nominal transaksi tumbuh 33,69% senilai Rp7,06 triliun.

Induk Perusahaan KreditGoGo Peroleh Pendanaan Seri A 60 Miliar Rupiah

Jirnexu, induk perusahaan agregator finansial KreditGoGo, mengumumkan perolehan pendanaan Seri A senilai $4,5 juta (hampir 60 miliar Rupiah) yang akan digunakan untuk mengakselerasi pengembangan dan implementasi solusi teknologi di pasar prioritasnya, yaitu Malaysia dan Indonesia. Putaran pendanaan kali ini dipimpin investor terdahulu DMP, dengan partisipasi investor baru Gobi Partners dan OSK Ventures International Berhad.

Selain fokus melalui RinggitPlus di Malaysia dan KreditGoGo di Indonesia, Jirnexu mengembangkan produk whitelabel XpressApply yang diharapkan juga bisa ditawarkan ke solusi-solusi di kawasan Eropa, Timur Tengah, dan Afrika (EMEA).

Data Swiss Re Institute menunjukkan bisnis berbasis komisi untuk produk perbankan ritel dan produk asuransi di Asia Tenggara $25 miliar per tahun.

Jirnexu sendiri tak cepat puas dengan pendanaan kali ini. Dalam pernyataannya mereka sudah siap mencari pendanaan Seri B yang diharapkan diperoleh di awal tahun depan. Pendanaan Seri B ini akan fokus untuk meningkatkan positioning RinggitPlus sebagai yang terdepan di Malaysia.

Di Indonesia sendiri KreditGoGo bisa dibilang masih tertinggal jika dibandingkan CekAja dan Cermati yang memiliki bisnis serupa.

Secara keseluruhan, kedua layanan tersebut memiliki 550 ribu konsumen dengan lebih dari satu juta kunjungan per bulan.

“Jirnexu saat ini mencari jawaban mengapa kebanyakan konsumen Asia Tenggara tidak memiliki akses ke layanan kredit dan tidak memiliki asuransi atau asuransi yang dimiliki belum mencukupi. Platform teknologi dan analitik data konsumen kami memposisikan Jirnexu untuk menyelesaikan masalah fundamental dengan inklusi finansial,” ungkap CEO Jirnexu Yuen Tuck Siew.

Studi McKinsey tentang konsumen ASEAN menyebutkan 40-50% responden mengidentifikasi mereka mempertimbangkan membuka akun dengan bank tanpa jaringan fisik, dalam hal ini kantor cabang.

Wawancara dengan Group CEO C88 J.P. Ellis soal Akuisisi Otobro, Penambahan Pendanaan, dan Masuknya Marketplace ke Industri Fintech

Minggu lalu layanan fintech Asia Tenggara C88 mengumumkan akuisisi terhadap layanan pembantu pembelian kendaraan secara online Otobro. Dalam waktu yang berdekatan, platform marketplace Bukalapak menjalin kemitraan dengan MobilKamu untuk menjalankan bisnis serupa dalam bentuk BukaMobil. Bagaimana sebenarnya alasan di balik akuisisi ini dan bagaimana C88 melihat geliat marketplace besar memasuki layanan fintech?

DailySocial berbincang dengan Group CEO C88 J.P. Ellis tentang hal ini. Ellis menyebutkan alasan grup memasuki sektor finansial otomotif dan mengakuisisi Otobro berkaitan dengan kematangan produk yang dimiliki (KTA, kartu kredit, dan asuransi) dan usahanya memasuki pasar kredit rumah (KPR) dan kredit kendaraan (KKB).

“Hal ini penting karena menambah seleksi produk ritel, tapi juga membutuhkan langkah khusus karena membantu konsumen memiliki produk ketimbang sekedar menjual fitur finansial produk tersebut. Otobro adalah perusahaan unik yang melakukan hal menarik di ranah [bisnis] kendaraan. Kami yakin bahwa kami bisa membawa bisnis asuransi kendaraan dan KKB secara bersama dan memberikan layanan ke konsumen yang jauh lebih baik. Untungnya para pendiri Otobro memiliki visi yang sama.”

Ellis memastikan Otobro, yang didirikan oleh Patrick Williamson dan Mathew Jones, tetap berjalan seperti saat ini, terpisah dari situs CekAja atau Premiro, dua layanan C88 di Indonesia. Meskipun demikian, ada perubahan di sejumlah detil untuk memastikan layanan sesuai dengan pengetahuan C88 tentang pasar kendaraan.

“Penawaran akan dibungkus dalam penawaran produk finansial dan asuransi yang sudah kami miliki. Kami merasa hal ini akan menjadi pengalaman konsumen yang lebih baik dan cara baru untuk mencari kendaraan dan bagaimana mendanai dan memberikan asuransi terhadap produk tersebut.”

Perolehan pendanaan baru

Pasca perolehan pendanaan Seri B dari Telstra Ventures, C88 kembali mendapatkan pendanaan baru dari Kickstart Ventures dan Socrates Capital. Menurut Ellis, mereka senang memiliki tambahan investor yang mendukung perusahaan sebagai pemimpin pasar di Indonesia dan Filipina.

Ellis mengklaim C88 berbeda dari sekedar agregator atau pembuat lead penjualan (lead generator).

“Kami selalu fokus untuk menyediakan layanan transaksi secara penuh ke konsumen kami dan mitra institusi finansial, Hal ini sangat teknis dan membutuhkan banyak otomasi di belakang layar (back office automation). Apa yang ada di situs dan aplikasi, dalam pembentuk perbandingan, hanya 10% dari rangkaian produk kami.”

Soal transaksional, Ellis menganalogikannya dengan layanan OTA (travel online). Tanpa perlu mengunjungi pemilik layanan, transaksi bisa dilakukan di situs OTA. Kira-kira produk finansial C88 memiliki kebebasan dan kemudahan seperti itu.

Marketplace masuk ke fintech: kompetisi atau kolaborasi?

Tak cuma C88 yang bertransformasi sebagai layanan e-commerce finansial. Marketplace besar mulai membidik hal serupa. Menurut Ellis, hal ini bukan hal yang acak jika mengacu pada perkembangan startup di Tiongkok.

Mulai bermunculan hal yang disebut sebagai “perusahaan platform” di Indonesia. Bayangkan Go-Jek, Tokopedia, dan Bukalapak yang memiliki berbagai layanan di satu aplikasi.

Kebanyakan platform ini menambahkan layanan pembayaran dan finansial ke dalam ekosistemnya, hal ini juga terjadi di Tiongkok dan sudah diprediksi sebelumnya. Saat yang fokus mereka adalah soal pembayaran.

Ellis mengatakan, “C88 bukan perusahaan pembayaran, sehingga kami bisa bermitra dengan siapapun. Ketika sebuah platform menambah layanan finansial, seperti peminjaman, kami melihatnya sebagai sebuah peluang. Konsumen akan bertanya: apakah saya seharusnya mengambil pinjaman dari perusahaan [platform] ini, bank, atau perusahaan lain? C88 akan membantu [memberikan perbandingan].”

“Jika perusahaan platform menawarkan layanan finansial, maka mereka berkompetisi dengan bank dan layanan peminjam/multifinance yang lain, bukan dengan C88. Kami bisa bermitra dengan mereka, sebagaimana kami bermitra dengan lebih dari 100 institusi finansial di kawasan [Asia Tenggara]. Kasus kolaborasi dalam fintech lebih kuat ketimbang kompetisi,” pungkas Ellis.

Platform Perekrutan Sosial Wantedly “Meluncur Kembali” di Indonesia dengan Kearifan Lokal

Di bulan November lalu, kami mengangkat cerita tentang platform perekrutan sosial yang berasal dari Jepang, Wantedly, yang ingin relaunch dengan strategi baru di Indonesia. Perkembangan bisnis Wantedly di Indonesia, yang hadir sejak tahun 2015, dinilai belum memuaskan terutama karena operasional tidak dipegang tim lokal.

Hari ini Wantedly memperkenalkan tim barunya yang dipimpin Country Head Lius Widjaja. Selain Kentaro Adachi yang merupakan perwakilan Wantedly (dari Jepang), direkrut pula Imelda Dharmawi sebagai anggota tim Business Development.

Selain tim lokal, Wantedly berusaha untuk melokalkan berbagai fitur ke dalam bahasa Indonesia, termasuk beberapa hal yang khas Indonesia, misalnya mengkoneksikan fitur messaging (Wantedly Chat) ke beberapa platform messaging populer.

Meskipun terbuka untuk berbagai jenis pekerjaan, Wantedly dikhususkan untuk menjangkau talent pool di kalangan millennial.

Dalam paparannya ke awak media, Lius menjelaskan bahwa titik berat Wantedly, dibanding platform pencarian pekerjaan lainnya, adalah memberikan penjelasan budaya perusahaan ke setiap anggota Wantedly. Lius mengibaratkan matchmaking antara perusahaan dan pegawai layaknya dua insan yang berkencan. Ada fase berkenalan, merasakan kecocokan, hingga akhirnya proses lamaran dan penerimaan.

Saat ini tampilan Wantedly layaknya platform media sosial kerja lainnya, tapi kanal akun perusahaan akan menonjolkan bagaimana nuansa kerja di suatu perusahaan, kegiatan luar kantor yang biasa dilakukan, dan budaya yang diusung. Akun perusahaan didorong untuk memberikan pengenalan awal sebelum seorang calon pegawai benar-benar masuk ke dalam lingkungan kerja perusahaan tersebut.

Co-Founder dan CIO Bizzy Norman Sasono dalam kesempatan yang sama berkomentar, “Sebagai salah satu perusahaan yang telah mencoba menggunakan Wantedly untuk perekrutan pegawai, khususnya untuk tim teknologi, kami percaya bahwa Wantedly mampu menghubungkan kami dengan kandidat yang berkualitas serta memiliki mentalitas yang tepat untuk beradaptasi dengan budaya perusahaan startup.”

Di Indonesia, Wantedly membidik banyak startup sebagai kliennya, mengingat mereka sangat mudah beradaptasi dengan teknologi baru untuk perekrutan.

Mayoritas pekerja mencari perusahaan yang budayanya sesuai

Hasil temuan Research Work Institute menunjukkan hanya 25,5% pekerja yang meninggalkan pekerjaan lama karena isu gaji atau tunjangan. Sisanya (sebagian besar) mencari budaya kerja, visi dan misi perusahaan yang sesuai dengan aspirasinya. Hal tersebut yang mendorong Wantedly menonjolkan budaya perusahaan sebagai “wajah depannya”.

Lius mengatakan, “Berbeda dengan situs lowongan pekerjaan lainnya yang berusaha menarik kandidat dengan iming-iming gaji dan tunjangan, Wantedly mengambil pendekatan yang berbeda terhadap perekrutan. Posting dari perusahaan di platform kami akan lebih berfokus pada penjelasan mengenai budaya kerja serta visi mereka sehingga dapat menarik calon kandidat yang memiliki pemikiran yang sejalan.”

Faktor media sosial

Berbicara soal millennial tidak bisa lepas dari faktor media sosial. Karena banyak millennial yang tidak bergabung ke dalam job board, cara yang dianggap efektif adalah menyebarkan informasi lowongan ke berbagai media sosial. Wantedly mengambil kesempatan itu dengan mempermudah proses berbagi informasi lowongan ke berbagai platform.

Lius menyebutkan, “Kami melihat hanya ada 25% populasi talent pool di platform lowongan kerja tradisional. Sedangkan 75% talent pool adalah passive job seeker yang tidak aktif di platform penarian kerja namun aktif di berbagai media sosial. Mereka adalah orang-orang yang telah memiliki pekerjaan namun sebetulnya terbuka untuk kesempatan kerja yang lebih baik. Wantedly yang mengintegrasikan platform lowongan kerja dengan media sosial memberikan solusi bagi perusahaan untuk memudahkan menjangkau kandidat-kandidat ini.”

Application Information Will Show Up Here

Deals@DS Minggu Ini (17 – 23 Maret 2017)

Sesuai komitmen kami, Deals@DS kami terus perbarui tiap minggunya. Kami memberikan diskon-diskon menarik dari berbagai layanan e-commerce, SaaS, cloud hosting, atau co-working space yang produk-produknya menjadi kebutuhan pembaca kami.

Untuk dapat menikmati penawaran ini, pembaca diwajibkan melakukan login, yang bisa dilakukan dengan menautkan akun Facebook atau LinkedIn. Tenang, kami menjaga privasi data-data Anda.

Berikut ini adalah promo yang sedang berjalan:

Tunggu apalagi, daftar sekarang dan nikmati privilege menjadi member dengan penambahan deals sepanjang waktu. Tentu saja syarat dan ketentuan berlaku.