5 Mouse Pad Gaming Pilihan untuk Semua Tipe Gamer

Berhubung sebagian besar mouse sudah bisa berfungsi secara normal di atas permukaan meja, mouse pad mungkin tidak bisa dikategorikan sebagai produk yang esensial. Namun kalau dalam konteks gaming, terutama jika sudah masuk dalam ranah kompetitif, menggunakan mouse pad adalah cara termudah untuk memaksimalkan kapabilitas mouse gaming sekaligus skill bermain kita.

Mouse pad tentu ada banyak macamnya, dari yang halus sampai yang kasar, dan dari yang murah sampai yang mahal. Menentukan satu mouse pad gaming yang terbaik merupakan tugas yang hampir mustahil, sebab masing-masing gamer punya selera dan kebutuhannya sendiri-sendiri. Jenis game yang dimainkan pun juga menjadi salah satu faktor yang perlu diperhatikan saat memilih mouse pad gaming.

Di artikel ini, saya telah merangkum 5 mouse pad gaming pilihan untuk semua tipe gamer. Silakan tentukan sendiri mana yang terbaik buat Anda, sesuai dengan kebutuhan dan bujet masing-masing.

1. Zowie G-SR

Zowie G-SR merupakan salah satu opsi terfavorit para pro player CS:GO. Ukurannya cukup besar (47 x 39 cm) buat yang terbiasa menggunakan sensitivitas (DPI) rendah, sementara permukaan kainnya yang sedikit kasar sangat ideal untuk memaksimalkan kontrol. Tipe mouse pad seperti ini memungkinkan Anda untuk langsung menyetop pergerakan mouse begitu melihat ada musuh lewat, bahkan ketika menggunakan mouse yang paling ringan sekalipun.

Sebagai produk premium, tentu saja sekelilingnya telah dijahit dengan rapi. Mouse pad ini memiliki ketebalan 3,5 mm, dan sisi bawahnya dilapisi bahan karet yang 100% rata demi memastikan ia tidak mudah bergeser selagi tangan pengguna bermanuver di atasnya. Di angka Rp649.000, harganya memang tidak bisa dibilang murah, tapi layak dipertimbangkan jika Anda rutin bermain game FPS kompetitif.

Link pembelian: Zowie G-SR

2. Logitech G440

Di sisi sebaliknya, jika Anda menginginkan permukaan yang paling mulus dan nyaris tanpa friksi supaya mouse bisa terasa seperti meluncur di atas es, Anda bisa melirik mouse pad dengan bahan yang kaku seperti Logitech G440 ini. Berkat permukaan yang terbuat dari plastik polietilena, mouse pad ini memungkinkan pergerakan mouse yang sangat cepat dengan tenaga yang minimal.

Di harga Rp339.000, mouse pad dengan dimensi 34 x 28 cm dan tebal 3 mm ini tergolong cukup kompetitif. Buat penggemar genre RTS atau MOBA yang memprioritaskan kecepatan respons, Logitech G440 bakal cocok buat Anda. Mereka yang memiliki permukaan meja tidak rata juga bisa mempertimbangkan mouse pad berbahan kaku semacam ini.

Link pembelian: Logitech G440

3. Razer Strider – Large

Bingung harus memilih antara yang berbahan kain atau plastik? Mouse pad besutan Razer ini boleh jadi pertimbangan. Razer mendeskripsikan permukaannya sebagai model hybrid; tingkat kemulusannya mendekati mouse pad berbahan kaku, akan tetapi materialnya tetap cukup lentur untuk digulung dan dibawa-bawa dengan mudah. Best of both worlds kalau kata Razer.

Razer Strider diciptakan untuk memberikan keseimbangan antara kecepatan sekaligus kontrol, dan ukurannya cukup besar (45 x 40 cm) untuk mengakomodasi setelan DPI berapapun. Tertarik? Siapkan dana Rp549.000 untuk meminangnya.

Link pembelian: Razer Strider – Large

4. Corsair MM1000

Alternatif lain buat yang mengincar mouse pad berbahan kaku, Corsair MM1000 cukup istimewa karena ia punya peran kedua, yakni sebagai Qi wireless charger. Gambar lingkaran di pojok kanan atasnya itu menandakan posisi koilnya; letakkan perangkat apapun yang mendukung teknologi Qi wireless charging di atas lingkaran tersebut, maka baterainya otomatis akan terisi. Cukup membantu selagi bekerja sambil menunggu jam main tiba.

Ponsel Anda tidak kompatibel? Tidak masalah, sebab paket penjualannya yang seharga Rp699.000 turut menyertakan adaptor dengan tiga macam konektor (Micro USB, USB-C, Lightning) sehingga perangkat yang tidak mendukung pun tetap bisa diisi ulang secara nirkabel. Sebagai bonus, MM1000 juga punya satu port USB 3.0 pass-through. Saat tiba waktunya untuk push rank Dota 2, permukaan plastik seluas 35 x 26 mm miliknya bakal membantu pengguna beraksi dengan lebih responsif.

Link pembelian: Corsair MM1000

5. SteelSeries QcK Prism 3XL

Satu model mouse pad umumnya terdiri dari beberapa varian ukuran agar konsumen dapat mencocokkannya dengan ukuran meja masing-masing. Tidak jarang, sebagian orang juga memilih mouse pad yang berukuran sangat panjang sehingga bisa menjadi alas untuk keyboard sekaligus. Opsi lainnya, Anda juga bisa mendapatkan mouse pad gaming yang luar biasa luas sampai-sampai bisa dikategorikan sebagai taplak meja.

SteelSeries QcK Prism 3XL adalah salah satunya. Dengan ukuran 122 x 59 cm dan tebal 4 mm, ia bisa menutupi permukaan meja secara menyeluruh, sehingga tidak ada lagi alasan ruang pergerakan mouse yang terbatas. Seperti yang bisa dilihat, sekelilingnya juga dihiasi pencahayaan RGB yang terbagi menjadi dua zona, menjadikannya sebagai aset yang berharga buat para streamer. Mouse pad ini jelas bukan untuk semua orang, dan harganya pun jauh dari kata murah: Rp1.650.000.

Link pembelian: SteelSeries QcK Prism 3XL

Gambar header: Rebekah Yip via Unsplash.

Xbox Cloud Gaming Janjikan Kualitas Visual yang Lebih Baik di Browser Microsoft Edge

Layanan seperti Xbox Cloud Gaming (xCloud) memungkinkan kita untuk memainkan beragam game AAA hanya dengan bermodalkan koneksi internet yang cepat dan stabil. Laptop yang Anda gunakan tidak punya kartu grafis diskret? Tidak masalah, sebab semua pemrosesannya berlangsung di server, dan yang dikerjakan laptop Anda pada dasarnya cuma sebatas streaming. Mirip Netflix, tapi yang di-stream video game, bukan film.

Namun seperti halnya Netflix, Xbox Cloud Gaming juga tidak luput dari salah satu kelemahan metode streaming: terkadang gambar bisa kelihatan kurang tajam, terutama jika dibandingkan dengan yang tersaji ketika game diinstal dan dimainkan langsung di perangkat.

Kabar baiknya, Microsoft sudah menyiapkan solusi dalam wujud fitur bernama Clarity Boost. Dengan mengandalkan penyempurnaan teknik scaling dari sisi client, Clarity Boost bisa membantu meningkatkan kualitas visual selama streaming berlangsung.

Perbandingan kualitas visual di game Gears Tactics; detail wajah kelihatan lebih tajam jika Clarity Boost aktif (gambar kanan) / Xbox

Berdasarkan pengujian yang dilakukan The Verge, fitur ini terbukti mampu membuat detail-detail kecil dalam game jadi terlihat lebih tajam, seperti misalnya semak-semak dan tekstur jalanan di game Forza Horizon 5. Kendati demikian, perbedaannya tidak bisa dibilang dramatis.

Hal lain yang perlu dicatat adalah, Clarity Boost sejauh ini cuma tersedia di browser Microsoft Edge, persisnya Edge Canary yang merupakan versi eksperimental. Microsoft juga bilang bahwa ada kemungkinan fitur ini berakibat pada konsumsi baterai perangkat yang lebih boros. Namanya fitur eksperimental, pasti masih ada beberapa hal yang perlu disempurnakan lagi. Rencananya, fitur ini bakal tersedia buat versi standar Edge mulai tahun depan.

Terlepas dari itu, Clarity Boost tentu bisa Microsoft jadikan salah satu cara untuk menggaet lebih banyak pengguna browser Edge, meski tentu saja ini bakal lebih efektif lagi seandainya layanan Xbox Cloud Gaming sendiri sudah tersedia secara resmi di lebih banyak negara. Namun paling tidak cara ini jauh lebih elegan ketimbang strategi licik yang Microsoft terapkan untuk mempersulit pengguna Windows 11 memakai browser selain Edge.

Sumber: The Verge dan Xbox.

Sebuah Aset NFT Super-Langka untuk The Sandbox Berhasil Terjual Seharga $650.000

Seberapa serius respon publik terhadap hype seputar game play-to-earn, NFT, cryptocurrency, metaverse, dan pada dasarnya semua komponen yang terkait dengan teknologi blockchain? Cukup serius untuk mengeluarkan dana ratusan ribu dolar buat sebuah aset digital di dalam game yang masih setengah jadi.

Belum lama ini, beredar kabar bahwa sebuah kapal pesiar digital bernama Metaflower Super Mega Yacht berhasil terjual seharga 149 ETH, atau kurang lebih setara $650.000. Kapal pesiar digital tersebut merupakan aset NFT untuk game/metaverse The Sandbox.

Tentu saja ini bukan pertama kalinya kita mendengar berita tentang in-game item yang laku dijual dengan harga selangit. Kalau statusnya benar-benar sangat langka, bahkan skin senjata di CS:GO pun bisa dihargai lebih dari $100.000. Namun perlu diingat, CS:GO merupakan game yang sudah eksis selama hampir satu dekade, dengan skena esport berskala global yang amat sukses. The Sandbox di sisi lain masih berstatus closed alpha.

Metaflower Super Mega Yacht merupakan kreasi Republic Realm, sebuah perusahaan yang aktif mengembangkan ekosistem metaverse untuk berbagai game P2E. Salah satu proyek NFT terbesarnya di The Sandbox adalah Fantasy Islands, yang terdiri dari 100 pulau virtual yang masing-masing merupakan aset NFT. Semuanya sudah terjual habis dalam waktu 24 jam, dan harga terendah untuk sebuah pulau saat ini disebut mendekati $300.000.

Kenapa bisa ada orang yang rela menggelontorkan uang sebanyak itu demi sebuah objek digital yang pixelated di dalam game yang belum selesai digarap? Entahlah, tapi toh ini bukan NFT teraneh yang pernah terjual dengan harga luar biasa mahal. Agustus lalu, sempat beredar berita mengenai sebuah gambar batu yang terjual seharga $1,3 juta. Benar-benar sebuah gambar batu dalam format JPEG yang oleh penciptanya sendiri disebut tidak ada fungsinya.

Setidaknya kapal pesiar digital tadi masih punya nilai fungsional sebagai sebuah playable asset.

Sumber: Hypebeast dan Republic Realm.

Pokemon Unite Rebut Gelar Game Android Terbaik 2021 Versi AS, Versi Indonesia Dimenangkan Ragnarok X

Melanjutkan tradisi tahunan, Google mengumumkan para pemenang dari ajang penghargaan Google Play’s Best of 2021. Untuk pertama kalinya dalam sejarah, yang masuk nominasi bukan cuma deretan game dan aplikasi smartphone saja, melainkan juga yang dibuat untuk tablet, smartwatch maupun smart TV.

Untuk kategori game Android terbaik 2021, titel juaranya jatuh pada Pokémon Unite. MOBA versi Pokémon ini berhasil merebut gelar yang sebelumnya dipegang oleh Genshin Impact (2020), Call of Duty: Mobile (2019), dan PUBG Mobile (2018). Menurut Google, Pokémon Unite layak menjadi pemenang berkat gameplay-nya yang dinamis dan pengalaman lintas platform yang ditawarkan.

Dirilis di Nintendo Switch pada bulan Juli 2021, kemudian di Android dan iOS pada bulan September 2021, Pokémon Unite memang terbukti sangat populer. Per Oktober 2021, game tersebut tercatat sudah diunduh lebih dari 25 juta kali di semua platform. Pencapaian ini rupanya di luar ekspektasi tim pengembangnya, seperti diakui oleh Masaaki Hoshino selaku produser dari Pokémon Unite. “Saya ragu game-nya bakal diterima dengan baik oleh pemain di seluruh dunia,” ucapnya.

Itu versi Amerika Serikat. Kalau untuk versi Indonesia, titel game terbaik 2021 rupanya dimenangkan oleh Ragnarok X: Next Generation. Well, tampaknya gamer Indonesia memang masih sangat suka dengan genre MMORPG, dan menurut saya kesulitan bersosialisasi selama masa pandemi turut berkontribusi atas popularitas genre tersebut.

Ragnarok X: Next Generation / Nuverse

Sementara itu, untuk kategori User’s Choice Game yang penilaiannya didasarkan pada pemungutan suara pengguna, gelar juaranya jatuh pada Garena Free Fire MAX, baik untuk versi AS maupun Indonesia.

Beralih ke aplikasi non-gaming, kategori aplikasi terbaik 2021 versi AS dimenangkan oleh aplikasi relaksasi Balance, sedangkan kategori User’s Choice App dimenangkan oleh aplikasi streaming Paramount+.

Di Indonesia, yang terpilih sebagai aplikasi terbaik 2021 adalah SejutaCita yang berfokus pada pengembangan diri dan karier. Lalu untuk kategori User’s Choice App versi Indonesia dimenangkan oleh aplikasi toko online Tokko.

Daftar lengkap pemenangnya bisa langsung dicek di situs Google Play, termasuk game yang memenangkan kategori-kategori yang lebih spesifik seperti Best Game Changers dan Best Indies, maupun Best Hidden Gems dan Best Everyday Essentials untuk aplikasi non-gaming. Untuk versi AS, Anda bisa lihat langsung daftar pemenangnya di blog Google.

Sumber: Digital Trends.

Update Besar dan Versi Next-Gen Cyberpunk 2077 Dijadwalkan Hadir di Awal 2022

Tidak terasa sudah nyaris setahun sejak Cyberpunk 2077 resmi dirilis, akan tetapi versi next-gen dari game bikinan CD Projekt Red tersebut masih tak kunjung datang. Saat saya coba memainkannya kembali belum lama ini, pengalaman yang saya dapat pun masih tidak jauh berbeda dari saat game-nya pertama diluncurkan pada 10 Desember 2020.

Di titik ini, sebagian dari kita mungkin mempertanyakan apakah game ini masih bisa ‘diselamatkan’. CD Projekt sendiri cukup optimistis, dan dalam laporan finansial perusahaan terbarunya, mereka mengumumkan bahwa Cyberpunk 2077 bakal menerima sebuah update besar pada kuartal pertama 2022, bersamaan dengan peluncuran versi next-gen-nya.

Isi update-nya seperti apa tidak dijelaskan, apakah mencakup konten DLC gratis seperti yang dijanjikan, atau sebatas perbaikan dan penyempurnaan saja. Dalam sebuah siaran pers, Adam Kicinski selaku bos besar CD Projekt mengatakan bahwa timnya juga tengah sibuk mengerjakan expansion pack buat Cyberpunk 2077, tidak ketinggalan pula update versi next-gen dari The Witcher 3 yang ditargetkan hadir pada kuartal kedua 2022.

Rumornya, expansion pack untuk Cyberpunk 2077 bakal berfokus pada region Pacifica / CD Projekt Red

Mei lalu, Games Industry melaporkan bahwa CD Projekt menunjuk seorang game director baru untuk Cyberpunk 2077 yang akan berfokus pada pengembangan konten expansion pack-nya. Saya pribadi menaruh harapan besar pada rencana terkait expansion ini, sebab kalau berdasarkan pengalaman sebelumnya, The Witcher 3 juga baru benar-benar terasa matang setelah expansion pack keduanya dirilis.

Terlepas dari banyaknya permasalahan yang dihadapi, Cyberpunk 2077 tetap menjadi salah satu game yang paling diminati tahun ini. Pada bulan Juni 2021 misalnya, Cyberpunk 2077 berhasil menduduki peringkat pertama game PS4 terlaris setelah sempat ditarik dari PlayStation Store selama sekitar enam bulan.

Pekan lalu, bertepatan dengan event Steam Autumn Sale, Cyberpunk 2077 menjadi game terlaris ketiga berdasarkan data dari SteamDB. Cyberpunk 2077 juga kebanjiran ulasan positif dari pengguna Steam; dari tanggal 24 November 2021 sampai artikel ini dipublikasikan, tercatat sudah ada lebih dari 18.000 review pengguna dengan sentimen sangat positif.

Sumber: PC Gamer.

[Tekno] Winamp Sedang Dirombak Total, Bakal Jadi Platform Streaming Audio ala Spotify?

Jauh sebelum Spotify eksis, dunia lebih dulu mengenal sebuah aplikasi komputer bernama Winamp. Aplikasi pemutar musik tersebut memang sudah tidak lagi sepopuler dulu, akan tetapi itu tidak mencegah pengembangnya mencoba menghidupkan kembali nama besar Winamp.

Bagi Anda yang berusia 25 tahun atau kurang, kemungkinan besar Winamp bakal terdengar asing di telinga Anda. Hal itu wajar mengingat software ini pertama kali dirilis di tahun 1997, hanya beberapa bulan setelah Blizzard meluncurkan game Diablo yang pertama, dan sekitar dua bulan sebelum seorang petinju profesional menggigit telinga lawannya dalam sebuah pertandingan resmi.

Kala itu, yang namanya streaming musik masih belum ada, dan salah satu cara populer untuk menikmati musik digital adalah dengan mengekstrak CD dan mengubah isinya menjadi format MP3. Winamp adalah salah satu aplikasi pemutar MP3 paling populer saat itu. Selain gratis, alasan lain Winamp disukai banyak orang adalah segudang skin yang tersedia sehingga kita dapat mengubah tampilannya sesuka hati.

Tampilan klasik Winamp / Dokumentasi pribadi

Kalau kita kunjungi situs Winamp sekarang, bisa kita lihat bahwa pengembangnya sedang sibuk merombak Winamp secara total. Jelasnya seperti apa masih tanda tanya, tapi semestinya bukan lagi sebatas pemutar musik biasa kalau melihat perkembangan zaman. Kalau berdasarkan informasi yang tertera, versi baru Winamp ini bakal “membawa kita lebih dekat dengan musisi yang kita sukai”, sekaligus menjadi “rumah dari siniar (podcast) dan stasiun radio favorit kita”.

Satu bagian di situsnya yang mencuri perhatian adalah tulisan “A unique space for Creators”. Dijelaskan bahwa melalui versi anyar Winamp ini, pengembangnya punya misi untuk memberikan para musisi dan podcaster kontrol atas konten bikinannya, sekaligus membantu mereka “mendapatkan penghasilan yang lebih adil”.

Kemudian kalau berdasarkan informasi di situs AudioValley (induk perusahaan pengembang Winamp sekarang), versi baru Winamp ini diproyeksikan sebagai platform lengkap untuk audio enthusiast yang “menghubungkan kreator dengan konsumen musik, siniar, stasiun radio, audiobook dan konten periferal lainnya”.

Sejauh ini, versi baru Winamp lebih terdengar seperti platform streaming audio macam Spotify ketimbang sebatas aplikasi pemutar musik biasa. Bisa jadi pengembangnya berharap nama besar Winamp dapat membantu menumbuhkan hype, dan yang pada akhirnya mendapat banyak sorotan media. Buat yang penasaran, Anda bisa mendaftar sebagai beta tester jika mau.

Sumber: XDA Developers.

10 Game yang Paling Dinanti di Tahun 2022

2021 sisa sebulan lagi, dan sudah tiba saatnya untuk membahas deretan video game yang bakal dirilis di tahun berikutnya. Di artikel ini, saya telah merangkum 10 game yang paling dinanti di tahun 2022.

Sebagian besar di antaranya memang sudah punya jadwal rilis yang spesifik, namun seperti yang kita tahu, tidak ada hal yang benar-benar pasti di masa pandemi seperti sekarang. Beberapa judul yang tercantum bahkan sebelumnya sudah pernah ditunda perilisannya dari 2020 menjadi 2021.

Well, semoga saja hal itu tidak terulangi di 2022.

1. Elden Ring

Ketika kreator Dark Souls bertemu dengan kreator Game of Thrones, maka lahirlah Elden Ring. Buat yang tidak tahu, ini merupakan sebuah action RPG dengan tingkat kesulitan tinggi dan sistem combat yang sangat memuaskan, yang dikemas dalam setting fantasi open-world buah pemikiran novelis kondang George R. R. Martin.

Menurut pengembangnya, FromSoftware, ini merupakan game dengan skala terbesar yang pernah mereka buat, dan itu tentu bakal membuat mode co-op multiplayer-nya semakin menarik lagi. Elden Ring kabarnya bakal dirilis pada 25 Februari 2022 di PC, PS5, PS4, Xbox One, dan Xbox Series X/S.

2. God of War Ragnarök

Selagi gamer PC menanti kehadiran God of War, pengguna PlayStation dengan sabar menunggu suksesor dari game keluaran tahun 2018 tersebut. Meski belum berani memberikan jadwal rilis yang pasti, Santa Monica Studio berharap mereka bisa meluncurkan God of War Ragnarök di tahun 2022 untuk PS4 dan PS5.

Dari trailer-nya, bisa dilihat bahwa permainan sekali lagi bakal menyuguhkan petualangan Kratos bersama anaknya, Arteus, yang kini sudah bertambah dewasa dan jadi jago sihir di samping sebatas jago panah. God of War Ragnarök juga bakal menghadirkan salah satu tokoh paling terkenal dari mitologi Norse, Thor, lengkap bersama palu kesayangannya, Mjölnir.

3. Horizon Forbidden West

Batal dirilis tahun ini, Horizon Forbidden West dijadwalkan bakal hadir untuk PS4 dan PS5 mulai 18 Februari 2022. Game ini secara langsung melanjutkan cerita dari Horizon Zero Dawn, serta akan membawa sang tokoh utama, Aloy, ke beragam lokasi baru.

Seperti game pertamanya, eksplorasi kembali menjadi salah satu aspek unggulan di sini. Menariknya, Aloy kali ini juga bebas menjelajahi dunia bawah air, sekaligus tentu saja bertarung melawan monster-monster yang sebelumnya tidak pernah ia jumpai di darat.

4. Gran Turismo 7

Suguhan spesial lain dari Sony yang juga sempat tertunda tahun ini adalah Gran Turismo 7. Game balap andalan Sony ini akan tersedia di PS4 dan PS5 pada tanggal 4 Maret 2022, dengan lebih dari 420 mobil yang dapat dikumpulkan langsung sejak hari pertama.

Selain koleksi mobil yang melimpah, Gran Turismo 7 juga bakal menghadirkan fitur legendaris GT Simulation Mode, lengkap beserta kumpulan mobil dan sirkuit klasiknya. Di PS5, Gran Turismo 7 juga bakal sepenuhnya mendukung fitur Adaptive Trigger dan Haptic Feedback milik controller DualSense demi menyuguhkan pengalaman bermain yang lebih immersive lagi.

5. Pokémon Legends: Arceus

Diumumkan pada perayaan ulang tahun franchise Pokémon yang ke-25, Pokémon Legends: Arceus bisa dibilang merupakan hasil kawin silang antara RPG tradisional Pokémon dan RPG open-world macam The Legend of Zelda: Breath of the Wild.

Satu hal yang paling menarik dari game ini adalah setting-nya, yakni region Sinnoh tapi di era Pokémon League belum eksis dan istilah Pokémon Trainer juga belum pernah terdengar. Poké Ball di game ini bahkan juga terbuat dari bahan kayu guna semakin menunjukkan perbedaan zamannya. Pokémon Legends: Arceus rencananya akan hadir di Nintendo Switch pada 28 Januari 2022.

6. Starfield

Kalau saya disuruh memilih, inilah game yang paling saya tunggu-tunggu kehadirannya tahun depan. Starfield merupakan RPG pertama Bethesda di luar franchise The Elder Scrolls dan Fallout, dan kali ini Bethesda bakal mengajak pemain menjelajah antariksa di masa depan.

Buat yang tertarik dengan premis tersebut, sayangnya Anda harus punya kesabaran ekstra, sebab Starfield baru dijadwalkan hadir di PC dan Xbox Series X/S pada 11 November 2022. Well, kalau untuk RPG open-world dengan skala sebesar ini, saya jauh lebih sreg apabila developer-nya mengambil waktu sebanyak mungkin daripada buru-buru dan jadi seperti Cyberbug, eh, maksud saya Cyberpunk 2077.

7. Redfall

Setelah Deathloop, proyek berikutnya dari Arkane Studios adalah Redfall, sebuah game co-op FPS dengan setting open-world dan sejumlah karakter yang memiliki skill uniknya masing-masing. Kedengarannya seperti Borderlands? Ya, betul, tapi yang alur ceritanya melibatkan vampir ketimbang alien.

Sebagai penggemar setia seri Borderlands sekaligus Dishonored (salah satu karya terbaik Arkane), saya juga sangat menanti kehadiran game ini. Sayang Bethesda sejauh ini belum punya jadwal rilis yang lebih spesifik dari “musim panas 2022”. Seperti Starfield, game ini juga hanya akan tersedia secara eksklusif di PC dan Xbox Series X/S.

8. Dying Light 2 Stay Human

Tiga tahun setelah diumumkan pertama kali, Dying Light 2 Stay Human akhirnya punya jadwal rilis spesifik: 4 Februari 2022 di PC, PS4, PS5, Xbox One, dan Xbox Series X/S. Secara naratif, Dying Light 2 mengambil tempat 20 tahun setelah peristiwa yang terjadi di game pertamanya. Lakon utamanya boleh ganti, akan tetapi skill parkour-nya malah lebih superior lagi daripada sebelumnya.

Di samping sebuah grappling hook, tokoh utamanya kali ini juga mempunyai paraglider untuk semakin memudahkannya berpindah dari satu titik ke yang lain. Buat yang menyukai brutalitas pertarungan jarak dekat dari sudut pandang orang pertama, Dying Light 2 sama sekali tidak boleh dilewatkan.

9. Tiny Tina’s Wonderlands

Meluncur pada 25 Maret 2022 di PC, PS4, PS5, Xbox One, dan Xbox Series X/S, Tiny Tina’s Wonderland merupakan spin-off dari franchise Borderlands, dengan narasi dan setting yang lebih jenaka lagi ketimbang sebelumnya. Seperti seri Borderlands, game ini juga bakal menghujani pemainnya dengan segudang kombinasi senjata. Namun yang lebih menarik, koleksi senjatanya kali ini bukan cuma pistol dan senapan saja, melainkan juga pedang, kapak, gada, dan masih banyak lagi senjata jarak dekat lainnya.

Anda memang tidak perlu memainkan semua seri Borderlands untuk bisa menikmati game ini. Namun agar pengalamannya lebih asyik, saya sarankan Anda memainkan setidaknya satu DLC dari Borderlands 2 yang berjudul Tiny Tina’s Assault on Dragon Keep, yang belum lama ini sempat dikemas ulang menjadi game terpisah.

10. Sekuel dari The Legends of Zelda: Breath of the Wild

Terakhir, ada sekuel dari salah satu game terbaik Nintendo Switch, The Legends of Zelda: Breath of the Wild. Informasi mengenai game ini memang belum banyak, dan bahkan judul resminya pun masih belum diungkap oleh Nintendo demi menjauhkan para penggemarnya dari spoiler.

Meski belum punya jadwal rilis yang lebih spesifik dari “2022”, game ini tetap merupakan salah satu yang paling diantisipasi jika melihat kesuksesan game pertamanya. Satu hal yang pasti, Breath of the Wild 2 (atau apapun judulnya nanti) bakal terlihat mengagumkan di layar Nintendo Switch OLED.

Nreal Light Adalah Satu dari Segelintir Kacamata AR yang Dapat Dibeli oleh Konsumen Umum

Terlepas dari begitu menjanjikannya premis yang ditawarkan kacamata AR, nyatanya hingga kini belum banyak perangkat di kategori ini yang tersedia untuk konsumen secara umum. Bahkan perusahaan sebesar Magic Leap pun sejauh ini hanya tertarik untuk memasarkan kacamata AR di kalangan enterprise saja.

Kondisi seperti itu pada akhirnya membuat kacamata AR bernama Nreal Light ini mendapat sorotan publik. Perangkat ini sebenarnya sudah dijual secara luas di Korea Selatan sejak tahun lalu dan di beberapa negara lainnya. Namun baru-baru ini, pengembangnya berhasil menggandeng Verizon untuk memasarkan di Amerika Serikat. Di sana, konsumen dapat membelinya seharga $599.

Secara fisik, Nreal Light lebih kelihatan seperti kacamata dengan bingkai dan tangkai yang tebal ketimbang sebuah gadget. Bobotnya pun cuma 106 gram. Namun saat dilihat dari depan, sepasang kamera yang tertanam di lensanya dengan jelas menunjukkan kalau ini bukan kacamata biasa, melainkan yang menawarkan tracking 6DoF ala VR headset.

Agar bisa beroperasi, Nreal Light membutuhkan bantuan sebuah smartphone, spesifiknya smartphone yang dilengkapi chipset 5G bikinan Qualcomm. Ia menyambung ke ponsel via kabel USB-C yang terpasang di tangkai sebelah kirinya, dan setelah tersambungkan, pengguna bisa memilih antara me-mirror konten di smartphone atau masuk ke mode mixed reality. Saat berada dalam mode mixed reality, ponsel yang terhubung otomatis merangkap peran sebagai controller.

Nreal Light memproyeksikan gambar AR ke hadapan pengguna dengan memanfaatkan panel display micro OLED. Field of view yang disajikan memang cuma 53° saja, akan tetapi pengembangnya bilang ini sudah lebih luas daripada yang ditawarkan Magic Leap One maupun Microsoft HoloLens 2. Pada masing-masing tangkainya, kita juga bisa menemukan speaker sekaligus mikrofon.

Andai sukses, Nreal sejatinya berpotensi menciptakan preseden bahwa kacamata AR juga punya peluang di pasar non-enterprise. Namun agar ini bisa terwujud, Nreal Light juga membutuhkan dukungan ekosistem software yang lengkap sehingga konten AR yang tersaji pun melimpah.

Kabar baiknya, salah satu nama terbesar di industri AR saat ini, Niantic, baru-baru ini resmi meluncurkan platform pengembangan konten AR bernama Lightship yang bisa digunakan oleh komunitas developer secara cuma-cuma. Semoga saja ini bisa mengakselerasi pertumbuhan industri AR, dan pada akhirnya memicu kelahiran lebih banyak perangkat seperti Nreal Light.

Sumber: The Verge via ScreenRant.

10 Mouse Gaming Pilihan dengan Desain Honeycomb dan Bobot Super-Ringan

Saya masih ingat zaman mouse gaming masih menawarkan kustomisasi berat sebagai salah satu fitur unggulannya. Sekarang trennya sudah bergeser. Yang lebih diincar kini justru adalah mouse berdesain honeycomb yang memiliki bobot luar biasa ringan.

Tidak tanggung-tanggung, deretan mouse yang masuk di kategori ini mempunyai berat hanya di kisaran 60 gram saja — beberapa bahkan ada yang kurang dari itu. Kenapa harus sampai seringan itu? Karena kebanyakan pro player, khususnya yang bermain game shooter, menggunakan DPI (sensitivitas) rendah agar bidikannya bisa lebih presisi.

Berhubung sensitivitas mouse-nya rendah, tidak jarang mereka melakukan gerakan menyapu yang ekstrem, dan itu jelas akan jauh lebih mudah dilangsungkan jika menggunakan mouse yang enteng. Nah, salah satu trik yang produsen terapkan untuk menciptakan mouse gaming berbobot super-ringan adalah dengan mengadopsi desain bolong-bolong alias honeycomb. Sebagai bonus, lubang-lubang di rangka mouse itu juga berperan sebagai ventilasi untuk membantu mencegah telapak tangan jadi cepat berkeringat.

Di artikel ini, saya telah merangkum 10 mouse gaming honeycomb pilihan yang dapat dibeli di Indonesia. Beberapa di antaranya ada yang wireless, ada yang ambidextrous, ada yang ergonomis. Jadi, sesuaikan saja dengan selera dan kebutuhan masing-masing — dan bujet, tentu saja.

1. SteelSeries Aerox 3 Wireless 2022 Edition

Salah satu kekhawatiran utama konsumen saat pertama melihat mouse dengan begitu banyak lubang di atasnya adalah betapa mudahnya cairan masuk ke dalamnya. Hal itu sama sekali bukan masalah untuk mouse ini, sebab ia telah mengantongi sertifikasi ketahanan air dan debu IP54. Ia bahkan masih bisa selamat dan berfungsi dengan normal setelah diguyur sekaleng Diet Coke.

Performa mouse seberat 68 gram ini juga tidak boleh diremehkan. Sensornya memiliki sensitivitas 100-18.000 DPI, sementara switch-nya diklaim mampu bertahan sampai 80 juta kali klik. Selain via dongle USB, Aerox 3 Wireless juga dapat dihubungkan via Bluetooth jika perlu. Baterainya diklaim kuat sampai 80 jam pemakaian, atau sampai 200 bila memakai Bluetooth.

Di Indonesia, mouse ini dijual seharga Rp1.399.000.

Link pembelian: SteelSeries Aerox 3 Wireless 2022 Edition

2. Glorious Model O

Bagi yang memiliki tangan berukuran sedang atau besar, Glorious Model O boleh jadi pilihan. Namun jangan tertipu oleh ukurannya, sebab bobotnya masih tergolong sangat ringan di angka 67 gram. Pergerakannya pun bakal tetap lincah berkat penggunaan kabel braided yang amat fleksibel.

Model O mengemas sensor Pixart PMW-3360 dengan sensitivitas maksimum 12.000 DPI, sedangkan switch-nya menggunakan bikinan Omron dengan klaim ketahanan hingga 20 juta kali klik. Buat yang tertarik, siapkan dana sebesar Rp830.000 untuk meminangnya.

Link pembelian: Glorious Model O

3. Glorious Model D Wireless

Kalau kurang suka dengan desain ambidextrous milik Model O, Anda bisa mempertimbangkan saudaranya yang berdesain ergonomis ini. Kebetulan ini juga merupakan varian nirkabel, jadi harganya otomatis lebih mahal: Rp1.289.000. Bobotnya sendiri masih tetap sangat enteng di angka 69 gram.

Sensor yang tertanam adalah hasil rancangan Glorious sendiri dengan sensitivitas maksimum 19.000 DPI, demikian pula switch-nya, yang diyakini tahan sampai 80 juta kali klik. Dalam sekali pengisian, baterainya cukup untuk pemakaian selama 71 jam (tanpa RGB), dan perangkat masih bisa digunakan seperti biasa selagi dicolok kabel.

Link pembelian: Glorious Model D Wireless

4. Xtrfy MZ1

Bentuk gepeng dengan lekukan-lekukan yang dalam di sisi atas maupun sampingnya menjadikan mouse ini sangat nyaman untuk digenggam, belum lagi ditambah bobotnya yang luar biasa ringan di 56 gram. Sebagai informasi, mouse dengan rancangan unik dan bodi semi-transparan ini merupakan buah pemikiran reviewer mouse kawakan yang dikenal dengan nama Rocket Jump Ninja.

Performanya ditunjang oleh sensor Pixart PMW-3389 dengan sensitivitas 400-16.000 DPI, sedangkan switch-nya menggunakan Kailh GM 8.0. Aspek lain yang menarik dari mouse ini adalah, semua opsi kustomisasinya dapat dilakukan via tombol dan tuas fisik, tidak perlu bantuan software sama sekali. Berminat? Siapkan modal sebesar Rp1.149.000.

Link pembelian: Xtrfy MZ1

5. Cooler Master MM711

Opsi lain di bawah 60 gram yang boleh dipertimbangkan adalah Cooler Master MM711. Desainnya sengaja dibuat agar bisa mengakomodasi jenis grip apapun, mulai dari claw, fingertip, sampai palm grip. Keberadaan kabel yang begitu lentur juga membantu mengurangi bobotnya secara signifikan.

Untuk sensornya, MM711 mengandalkan sensor Pixart PMW-3389 yang mempunyai sensitivitas maksimum 16.000 DPI. Lalu untuk switch-nya, Cooler Master memercayakan pada bikinan Omron yang tahan sampai 20 juta kali klik. Di angka Rp499.000, harganya terbilang cukup kompetitif.

Link pembelian: Cooler Master MM711

6. Cooler Master MM720

Bagi yang merasa kisaran 50 gram masih kurang enteng, coba lirik penawaran lain dari Cooler Master berikut ini. Di angka 49 gram, MM711 merupakan salah satu opsi teringan yang bisa dibeli secara resmi di Indonesia. Sepintas bentuknya memang terkesan tidak umum, tapi ini sangat cocok buat pemain yang terbiasa menggunakan claw grip.

Dari segi performa, MM720 identik dengan MM711 karena memang menggunakan sensor Pixart PMW-3389 yang sama persis. Yang berbeda adalah, MM720 menggunakan switch jenis optical yang lebih responsif sekaligus lebih tahan lama. Di Indonesia, mouse ini bisa dibeli dengan harga Rp699.800.

Link pembelian: Cooler Master MM720

7. HyperX Pulsefire Haste

Satu hal yang kerap disepelekan namun sebenarnya sangat penting untuk sebuah mouse gaming adalah feel mengkliknya. Idealnya, setiap klik harus terasa taktil dan memuaskan, dan itulah yang dijanjikan oleh mouse ini. Tak hanya menyenangkan untuk diklik, switch yang tertanam di mouse seharga Rp629.000 ini juga diklaim anti-debu dan tahan sampai 60 juta kali klik.

Tentu saja ia juga memenuhi kriteria utama artikel ini, dengan desain bolong-bolong dan bobot cuma 59 gram saja. Kinerjanya sendiri ditunjang oleh sensor Pixart PMW-3335 yang memiliki sensitivitas maksimum 16.000 DPI, dan supaya semakin lincah, HyperX tak lupa menyematkan kaki-kaki dari bahan PTFE murni.

Link pembelian: HyperX Pulsefire Haste

8. Roccat Burst Pro

Paling unik di antara yang lain, mouse ini pada dasarnya punya rangka dua lapis: transparan di luar, bolong-bolong di dalam. Dengan begitu, bobotnya bisa ditekan sampai 68 gram, dan pengguna pun tak perlu khawatir perangkat mudah kemasukan debu atau cairan. Win-win solution.

Terkait performanya, Roccat Burst Pro mengandalkan sensor Pixart 3389 dengan sensitivitas maksimum 16.000 DPI. Lalu untuk switch-nya, Roccat menyematkan switch jenis optical rancangannya sendiri yang diklaim mampu bertahan sampai 100 juta kali klik. Harganya pun sangat menarik: Rp749.000.

Link pembelian: Roccat Burst Pro

9. Rexus Daxa Air III

Rp699.000 tapi sudah wireless dan didukung oleh kinerja yang sangat mumpuni, kira-kira begitulah cara saya mendeskripsikan mouse terbaru Rexus ini secara singkat. Sensor yang dipakai adalah Pixart PMW-3370 dengan sensitivitas 50-19.000 DPI, sementara switch yang digunakan adalah Kailh GM 8.0 dengan klaim ketahanan hingga 80 juta kali klik.

Di angka 72 gram, bobotnya memang terpaut cukup jauh dari model yang paling ringan di sini, tapi tetap sangat enteng jika mengingat bahwa ia perlu mengemas modul baterainya sendiri. Dalam sekali charge, baterainya diklaim sanggup bertahan hingga 60 jam pemakaian (tanpa RGB).

Link pembelian: Rexus Daxa Air III

10. Pulsar Xlite Superglide

Opsi terakhir sekaligus yang paling spesial adalah Pulsar Xlite Superglide. Spesial karena ia merupakan edisi terbatas yang hanya diproduksi sebanyak 1.000 unit saja di seluruh dunia. Embel-embel “Superglide” sendiri merujuk pada kaki-kakinya yang terbuat dari tempered glass aluminosilicate, yang bakal memastikan pergerakan semulus mungkin di atas permukaan.

Di balik rangka seberat 57 gramnya, tertanam sensor Pixart PAW-3370 dengan sensitivitas 50-20.000 DPI, serta switch Kailh GM 8.0 yang sangat kapabel. Di Indonesia, mouse ini dipasarkan seharga Rp1.299.000. Semisal tidak kebagian jatah, Anda juga bisa melirik varian standar maupun varian nirkabelnya, yang keduanya dibanderol lebih murah.

Link pembelian: Pulsar Xlite Superglide

Developer Game Indonesia Dominasi SEA Games Awards 2021, Rebut 5 dari 10 Kategori Penghargaan

Ajang SEA Games Awards 2021 telah usai digelar pekan lalu, dan Indonesia boleh berbangga melihat sekumpulan developer-nya mendominasi perhelatan tersebut. Dari 10 kategori penghargaan yang diperebutkan, 5 di antaranya berhasil dimenangkan oleh developer game asal tanah air.

Di kategori Best Game Design misalnya, ada rogue-lite platformer Rising Hell yang keluar sebagai pemenang, mengalahkan judul-judul lain seperti Tank Brawl 2: Armor Fury, The Signal State, Malice, dan Eldritch. Rising Hell dikembangkan oleh Tahoe Games, studio game indie yang bermarkas di kota Kediri.

Rising Hell tak hanya menerima pujian dari sisi gameplay. Musik heavy metal dalam game ini rupanya juga cukup memukau sampai-sampai ia berhasil memenangkan kategori lain, yakni Best Audio. Padahal, saingannya di kategori ini bisa dibilang berat-berat, termasuk Coffee Talk yang soundtrack resminya kini dikemas sebagai vinyl.

Selanjutnya, ada kategori Best Technology yang dimenangkan oleh Biwar Legend of Dragon Slayer karya Devata Game Production asal Bali. Biwar merupakan sebuah action adventure dengan banyak elemen puzzle. Grafiknya tampak memukau berkat penggunaan Unreal Engine 4, akan tetapi bagian yang lebih istimewa adalah, keseluruhan game-nya menggunakan dialek tradisional Bali.

Beralih ke kategori Best Visual Art, giliran When the Past Was Around yang terpilih sebagai pemenang. Game petualangan ini digarap oleh Mojiken Studio, developer asal Surabaya yang portofolionya memang dipenuhi oleh game-game yang masing-masing memiliki art style uniknya sendiri-sendiri.

Kategori kelima sekaligus yang paling prestisius adalah Grand Jury Award yang berhasil dimenangkan oleh Coffee Talk. Mahakarya Toge Productions ini sejatinya sudah tidak perlu perkenalan lagi, dan game-nyapun juga telah beberapa kali mendapat sorotan internasional sejak diluncurkan pertama kali di awal 2020. Sekuelnya sudah dijadwalkan meluncur tahun depan.

Lanjut ke kategori Best Innovation, ada Airship Academy karya Revolution Industry. Dengan lebih dari 150 komponen yang bisa dipasangkan ke lebih dari 30 jenis rangka pesawat yang berbeda, kompleksitas yang ditawarkan game ini betul-betul tidak perlu diragukan. Di saat yang sama, pengembangnya masih bisa menyajikan narasi yang tidak kalah mendalam.

Bicara soal narasi, kategori Best Storytelling dimenangkan oleh DeLight: The Journey Home karya developer Malaysia, DreamTree Studio. Game ini menceritakan kisah seorang perempuan tuna netra dalam perjalanannya bertemu kembali dengan orang tuanya. Selama bermain, pemain bakal dihadapkan dengan pilihan-pilihan sulit, dan semua ini akan berdampak langsung pada alur cerita game.

Untuk kategori Audience Choice Award, pemenangnya adalah Fallen Tear: The Ascencion, sebuah metroidvania dengan bumbu open-world dan grafik 2D yang memukau. Dibuat oleh studio asal Filipina, CMD Studios, Fallen Tree terlihat menjanjikan meski sejauh ini masih dalam tahap pengembangan.

Kategori berikutnya, yakni Best Student Game, berhasil direbut oleh Water Child. Game dengan atmosfer yang kuat dan musik yang emotif ini digarap oleh sekelompok mahasiswa UOW Malaysia KDU University College yang menamai dirinya SkyJus Works.

Terakhir, ada kategori Rising Star Award yang dimenangkan oleh Exist.EXE karya Skyfeather Games Studio. Game ini banyak terinspirasi oleh JRPG klasik, dengan sistem combat turn-based yang unik dan agak berbeda dari biasanya.

Buat yang tertarik menyaksikan perhelatan SEA Games Awards 2021 secara lengkap, Anda bisa menonton siaran ulangnya di laman Facebook resmi eGG Network.

Via: IGN.