LocalStartupFest 2.0 Akan Kembali Hadir, Janjikan Pengalaman Dua Kali Lebih Besar

Setelah sukses dengan acara pertamanya yang diselenggarakan pada akhir bulan Februari lalu dengan total pengunjung lebih dari 2.500, kini Local.co.id bersama Komunitas StartupLokal kembali menghadirkan acara LocalStartupFest 2.0. LocalStartupFest adalah sebuah festival yang menghadirkan kepada para penggiat startup wawasan terkini dari seminar dengan pakar startup dan menemukan teknologi terbaru dari startup pendatang baru.

Acara kedua ini akan diselenggarakan pada 18-19 Oktober 2017 di Ballroom Kuningan City. Diprediksikan akan dua kali lebih besar dari acara sebelumnya, karena akan dihadirkan 70 lebih pemateri c-Level dari korporasi dan startup untuk tiga stage yang berbeda. Selain itu pada LocalStartupFest 2.0 akan ada aktivitas lainnya seperti hardware zone, startup exhibitor, dan startup pitch battle.

Adapun puluhan pembicara yang akan dihadirkan di antaranya Willix Halim (COO Bukalapak), Daniel Tumiwa (Supervisory Board Member idEA & Founder ADSvokat), Henky Prihatna (Country Industry Head Google Indonesia), Seon Yong Park (Amazon Web Services), Ken Ly (Cloud Architect Alibaba), Andy Zain (Managing Director Kejora Ventures), Abhishek Shah (Director & CFO IBM), Natali Ardianto (Founder & CTO Tiket.com), Revie Sylviana (Business Development Director LINE Corp Indonesia), Kenneth Shaw (CTO Brank.as), Rama Mamuaya (Founder & CEO DailySocial), Doni Hanafi (Co-founder & CTO Bridestory), dan masih banyak lainnya.

Selain mendapat inspirasi dan pengetahuan baru dari para pembicara yang sudah berpengalaman, di LocalStartupFest 2.0 ini peserta juga dapat mencoba produk secara langsung dari puluhan startup yang bergabung, mendapatkan berbagai macam promo-promo menarik, dan pengalaman untuk mengeksplorasi kreativitas dan teknologi.

Saat ini proses pendaftaran masih dibuka. Untuk info lebih lanjut dan pendaftaran, kunjungi situs resmi LocalStartupFest 2.0 di www.localstartupfest.id. Diharapkan dengan menjadi bagian dari LocalStartupFest 2.0, para pengunjung yang datang akan mendapatkan banyak keuntungan mulai dari pengetahuan dan pengalaman baru, inspirasi dalam membangun sebuah usaha.

LSF_Poster_07_A5_1

––

Disclosure: DailySocial merupakan media partner acara LocalStartupFest 2.0

Raih Pendanaan Seri A, Deliveree Fokuskan Ekspansi

Layanan logistik on-demand Deliveree mengumumkan raihan pendanaan seri A senilai US$14,5 juta (setara dengan 196 miliar rupiah) dipimpin oleh Gobi Partners. PSA Unboxed, Asia Summit Capital, dan Inspire Ventures juga turut berpartisipasi dalam pendanaan putaran ini. Investor Seri A ini menambah deretan investor terdahulu, Inspire Ventures dan Ardent Capital.

Berkaitan dengan pendanaan ini, Co-Founder dan CEO Deliveree Tom Kim menekankan kepada DailySocial, bahwa pendanaan Deliveree adalah tentang ekspansi. Pihaknya kini tengah menyiapkan rencana membuka operasional ke beberapa kota dan negara di Asia Tenggara. Disampaikan juga bahwa Indonesia akan menjadi yang paling banyak berpengaruh, mengingat Indonesia adalah pangsa pasar terbesar dibandingkan 2 negara lainnya (Thailand dan Filipina).

“Deliveree saat ini telah diunduh lebih dari 350 ribu pengguna di mobile — total aplikasi Deliveree untuk Indonesia, Thailand, dan aplikasi Transportify untuk Filipina. Plus, Deliveree juga memiliki pelanggan yang aktif melakukan pengiriman dengan melalui platform web. Jadi, secara keseluruhan, ada total sekitar 500 ribu pelanggan, mulai dari yang kurang aktif hingga sangat aktif,” ujar Tom.

Di Indonesia, inovasi terakhir yang dihadirkan adalah peluncuran Engkel Box (CDE) berkapasitas 2 ton untuk pengiriman ke seluruh Jabodetabek. Untuk selanjutnya, Deliveree berencana menghadirkan truk Dobel Engkel (CDD truck), termasuk armada komersial lain yang lebih besar dan melakukan ekspansi ke kota lain di Indonesia tahun depan.

“Selain itu, kami juga sedang mengembangkan satu teknologi baru yang menarik, yang akan membuat Deliveree menjadi mitra logistik tak tergantikan untuk pengiriman jalur darat dengan biaya yang efisien,” lanjut Tom.

Memfokuskan pada investasi dan profit

Selama beberapa tahun terakhir, investasi pada pengiriman untuk paket kecil, dan ke konsumen akhir (last-mile) semakin bertambah seiring meningkatnya bisnis e-commerce di Asia Tenggara. Kendati demikian, sektor ini dinilai kurang berpotensi dari segi ekonomi. Untuk itu, Deliveree lebih memfokuskan untuk memberikan solusi pada pengiriman barang dan kargo berukuran besar yang dihadapi oleh pebisnis. Deliveree percaya hal ini lebih jauh lebih menguntungkan dari segi investasi dan profit.

“Kebutuhan logistik kargo dan barang besar banyak terjadi pada distribusi mid-mile. Marketplace Deliveree menggabungkan lebih dari 15 ribu truk, van, pickup, dan armada ekonomi di seluruh Asia Tenggara, dan melayani ribuan pelanggan yang melakukan distribusi mid-mile setiap hari, mencakup korporasi besar, brand, dan perusahaan logistik,” jelas Tom.

Diluncurkan tahun 2015, Deliveree mencoba menghadirkan revolusi bagi pemilik usaha untuk mengirimkan paket besar, barang dagangan, dan kargo di seluruh daerah Bangkok, Jakarta, dan Manila. Platform mobile dan webapp Deliveree memberikan perusahaan akses kepada ribuan pengemudi kendaraan komersial dengan model pay-as-you-go. Model ini dinilai dapat mengurangi biaya pengiriman hingga 50%.

Application Information Will Show Up Here

Brata Rafly Ditunjuk Jadi CEO Oto.com

Portal otomotif Oto.com resmi menunjuk Brata Rafly sebagai CEO untuk operasional bisnis di Indonesia. Sebelumnya Brata menjabat sebagai CEO Dimo dan mengundurkan diri pada awal bulan Juni lalu. Oto.com sendiri mengukuhkan operasionalnya di Indonesia sejak dua tahun yang lalu, bekerja sama dengan KMK Online (EMTEK). Diklaim, saat ini sudah ada sekitar 3,4 juta pengguna bulanan yang membeli dan menjual mobil/motor baru.

Sistem jual beli yang dilakukan menggunakan pendekatan konten dan advokasi netral. Salah satu tujuan Oto.com ialah membantu konsumen memilih kendaraan yang tepat, sekaligus menghubungkan konsumen dengan dealer atau jasa pembiayaan yang sesuai. Untuk portal jual beli mobil sendiri di Indonesia sudah ada beberapa, misalnya RajaMobil, Garasi.id dan lain sebagainya.

“Saya senang bisa bergabung dengan Oto.com. Dengan dukungan teknologi dan pengalaman di bidang teknologi otomotif dari tim manajemen GirnarSoft, serta strategi pemasaran yang telah terbukti selama lebih dari 10 tahun di India, kami yakin dapat mereplikasi kesuksesan GirnarSoft di Indonesia untuk Oto.com menjadi portal otomotif yang terlengkap di Indonesia,” tutur Brata menanggapi penunjukannya.

Soal penunjukan Brata, Amit Jain selaku Co-Founder & CEO GirnarSoft (perusahaan pengusung Oto.com) mengungkapkan bahwa Indonesia merupakan negara tujuan investasi strategis bagi perusahaannya.

“Penunjukan Brata Rafly merupakan bentuk komitmen kami dalam memberikan layanan terbaik untuk konsumen di Indonesia. Visi, kemampuan untuk menghadapi risiko, kegemaran terhadap produk internet serta optimisme yang tinggi dari Brata membuat dirinya sangat cocok untuk memimpin brand yang sedang berkembang pesat seperti Oto.com. Maka dari itu, Brata kami tunjuk menjadi CEO pertama untuk Oto.com di Indonesia,” sambut Jain.

Jain melanjutkan, “Di bawah kepemimpinannya, kami harap Oto.com akan berkembang dalam membangun ekosistem yang lengkap bagi konsumen dan produsen mobil, dealer, jasa pembiayaan dan bisnis-bisnis terkait, untuk menjadikan Oto.com sebagai portal otomotif terlengkap di Indonesia.”

Sebagai informasi, GirnarSoft selaku perusahaan induk Oto.com didukung oleh investor seperti Google Capital, Sequoia Capital, Hillhouse Capital dan Tybourne Capital. Perusahaan induk ini juga menjalankan portal otomotif lain di berbagai negara seperti CarDekho.com, ZigWheels.com dan Gaadi.com. Di Indonesia, porsi kepemilikan Oto.com 70% dimiliki oleh GirnarSoft dan 30% dimiliki oleh KMK Online.

Application Information Will Show Up Here

Indonesia Knowledge Forum VI Digelar BCA, Bahas Pembentukan Ekosistem Ekonomi Digital

Bank Central Asia (BCA) pada 3-4 Oktober 2017 lalu kembali menggelar Indonesia Knowledge Forum (IKF) VI. Mengambil tema “Elevating Creativity & Innovation Through Digital Collaboration”, IKF VI 2017 menghadirkan 23 pembicara yang kompeten di bidangnya, baik dari dalam maupun luar negeri, untuk berbagi ilmu, pengalaman serta inspirasi dalam mengembangkan dunia bisnis berbasis digital.

Di hari pertama, seminar bertajuk “Peta Perekonomian di Era Digital” digelar dengan menghadirkan pengamat ekonomi nasional Faisal Basri. Dilanjutkan sesi seminar yang diisi oleh beberapa pemateri, termasuk Partner dan Presiden Direktur McKinsey Indonesia Phillia Wibowo, Celebrity Investor Ashraf Sinclair, dan Founder & Managing Kejora Group Sebastian Togelang.

IKF VI 2017 juga disemarakkan dengan serangkaian expo dan pameran yang diikuti oleh 35  startup dan penyedia pengetahuan teknologi terpilih yang diharapkan dapat menjadi inspirasi dan pengetahuan baru bagi perkembangan dunia usaha masyarakat Indonesia.

“Kami mencermati perkembangan startup belakangan ini sangat pesat, dan melalui gelaran IKF VI 2017 ini kami ingin memfasilitasi pertukaran ide, inovasi, dan kreativitas dalam memanfaatkan perkembangan teknologi saat ini untuk menjadi entrepreneur. Gelaran ini juga adalah bagian upaya kami melalui BCA Learning Service untuk memberikan nilai tambah bagi pengembangan kualitas sumber daya manusia melalui pembelajaran yang memadai dari narasumber-narasumber yang mumpuni dari sisi pengetahuan dan pengalaman,” ujar Cyrillus Harinowo selaku Komisaris BCA.

Memasuki hari kedua IKF VI menghadirkan Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral Republik Indonesia Ignasius Jonan. Dalam pemaparan yang disampaikan, Jonan mengatakan pentingnya teknologi informasi dalam mendorong efisiensi pengelolaan sumber daya energi.

“Misalnya, dengan tersedianya aplikasi ESDM One Map Indonesia, semua data terkait sektor ESDM kini terintegrasi, tak ada lagi perbedaan data antar ditjen, mudah untuk menjadikannya sebagai acuan pengambilan kebijakan. Masyarakat juga bebas mengaksesnya untuk berbagai kepentingan,” ungkap Jonan.

Presiden Direktur BCA Jahja Setiaatmadja dalam closing remarks-nya menyampaikan pentingnya kolaborasi seluruh pemangku kepentingan dalam memajukan ekonomi digital yang inklusif di Indonesia. “Indonesia memiliki potensi besar menciptakan kesejahteraan melalui ekonomi digital. Kolaborasi di antara seluruh pemangku kepentingan di antaranya pemerintah, perbankan, dan pelaku startup sangat diperlukan sebagai fasilitator terwujudnya inklusi keuangan dan ekonomi digital di Indonesia.”


Disclosure: DailySocial merupakan media partner Indonesia Knowledge Forum (IKF) VI.

Pendekatan Digital Produsen Kasur “Mimpi” dan Efektivitas yang Dihasilkan

Membicarakan startup digital tak melulu tentang sebuah bisnis yang menjual solusi berbasis aplikasi atau layanan perangkat lunak. Bisa saja inti dari produk yang dikembangkan bukan sebuah barang digital, namun proses bisnis yang dipilih cenderung memaksimalkan potensi digital. Di Indonesia sudah ada beberapa startup yang mengusung konsep tersebut, yang paling baru ada Mimpi.

Dikembangkan oleh dua orang berkebangsaan Belgia, Frank De Witte dan Sven Vervaert, Mimpi menjadi sebuah platform e-commerce untuk produk mebel kasur. Brand dari produk tersebut juga bernama Mimpi, yang dinilai sebagai produk kasur revolusioner. Tidak hanya mengklaim istilah revolusioner sebagai nama, tim Mimpi melakukan riset dan pengembangan mendalam untuk menghadirkan produk kasur berkualitas.

Disrupsi dengan pendekatan digital, didukung kepercayaan diri dengan produk

Mimpi resmi memulai debut pada 10 Oktober 2017 dan berbasis di Jakarta. Menariknya, tidak seperti produsen mebel pada umumnya yang memilih untuk menjual melalui gerai fisik, Mimpi dijual sepenuhnya secara online. Cara ini dipilih untuk dapat memotong rantai penjualan, sehingga dari produsen menyampaikan langsung produknya ke konsumen. Dari perhitungan Mimpi, efisiensinya bisa mencapai 1/3 harga di toko.

“Kasur kami terbuat dari latex foam, memory foam, high resilience foam dan support foam, Mimpi membandrol kasur mewah ini dengan harga terjangkau. Mimpi adalah kasur pertama di Indonesia yang membawa ide seperti ini. Mimpi percaya bahwa kualitas tidur yang baik tidak membutuhkan harga yang tinggi. Guna mengaplikasikan ide ini, kasur Mimpi hanya tersedia secara online melalui website Mimpi,” ujar tim Frank De Witte.

Tampak sudah sangat dipikirkan secara matang, dari desain produk sampai pemilihan proses distribusi secara online. Produk kasur Mimpi dikemas secara optimal dengan metode vacuum-compressed, sehingga kasur dapat dimuat dalam kotak yang relatif kecil, dengan proses pelipatan dan penggunaan. Hal ini tentu menjadi faktor yang memberikan efektivitas untuk kegiatan distribusi.

Teknik vacuum-compressed untuk pengemasan yang lebih ringkas / Mimpi
Teknik vacuum-compressed untuk pengemasan yang lebih ringkas / Mimpi

Sebagai langkah awal untuk memulai penetrasi basis pelanggan, kepercayaan diri terhadap produk Mimpi memberikan jaminan dengan program 100 malam percobaan gratis. Mimpi menyediakan fasilitas 100 malam percobaan gratis untuk mencoba kasur secara langsung. Disampaikan juga jika masih kurang puas, Mimpi menyediakan pengembalian uang secara penuh jika kasur dikembalikan. Menjadi terobosan yang “berani”, dibandingkan dengan hanya mencoba kenyamanan  kasur beberapa saat saja di toko.

Apa yang bisa dipelajari dari debut Mimpi?

Menjadi penting, lantaran apa yang dilakukan mimpi sebenarnya applicable dengan industri kreatif di Indonesia kebanyakan. Keunggulannya biasanya pada produk yang orisinal dan unik, sebut saja kerajinan atau produk kreatif lain. Kadang apa yang dibutuhkan adalah sebuah terobosan, dengan menciptakan kanal sendiri guna terhubung dengan calon konsumen prospektif. Jika ditarik sebuah kesimpulan, ada dua hal yang bisa direplikasi untuk sebuah transformasi bisnis.

Pertama, kepercayaan diri terhadap produk sudah selayaknya didukung dengan pendekatan pemasaran dan distribusi yang tepat, jika perlu dilakukan secara mandiri untuk berbagai pertimbangan, misalnya penekanan harga. Kedua, pendekatan digital membawakan pada satu kesatuan proses, tidak hanya memikirkan sebuah pengembangan situs untuk menampilkan dan transaksi produk, melainkan juga perlu penyesuaian di sisi produknya, misalnya untuk proses distribusi.

Akseleran Hadirkan Layanan P2P Lending

Platform equity crowdfunding Akseleran hari ini mengumumkan hadirnya layanan baru dalam situsnya. Masih seputar investasi finansial, kali ini yang dihadirkan ialah peer to peer lending (p2p lending). Sama seperti layanan investasi penyertaan saham yang telah dibuat sebelumnya, p2p lending milik akseleran ini juga ditargetkan untuk membantu kalangan UKM mendapatkan permodalan.

“Akseleran ingin selalu berinovasi untuk menghadirkan layanan yang dapat membantu perekonomian inklusif di Indonesia. Kami menyadari jika masih banyak UKM yang belum mempunyai akses pendanaan. Di sinilah kami berharap bahwa layanan tambahan kami, p2p lending, dapat memberi opsi pendanaan bagi UKM,” ungkap CEO Akseleran Ivan Tambunan.

Kontribusi UKM terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) di Indonesia mengalami peningkatan dari 57,84% menjadi 60,34% dalam lima tahun terakhir. Namun sumbangan UKM ke rantai pasok produksi global masih sangat minim yaitu hanya sebesar 0,8%. Hal ini disebabkan oleh lemahnya sektor permodalan yang mempengaruhi rendahnya tingkat produktivitas UKM.

Menurut Ivan, salah satu tantangan yang dihadapi oleh UKM adalah minimnya pengetahuan dan ketertarikan dalam berinvestasi terutama di kalangan profesional muda. Oleh sebab itu edukasi dan layanan yang memudahkan dalam berinvestasi di Indonesia menjadi penting.

“Karena itulah di Akseleran, kami memberikan banyak insentif dan keamanan bagi masyarakat yang ingin berinvestasi melalui portal kami, termasuk dengan telah terdaftarnya Akseleran pada Otoritas Jasa Keuangan (OJK),” imbuh Ivan.

Di Akseleran, dana yang dapat diinvestasikan sebagai pinjaman modal usaha bagi UKM akan menghasilkan imbal hasil sebesar 11.75%-30% efektif per tahun. Hanya dengan menyisihkan mulai dari Rp100.000 masyarakat dapat berinvestasi melalui portal Akseleran. Sedangkan UKM, mendapat fasilitas pinjaman hingga Rp 2 miliar dengan bunga ringan mulai dari 6.35% flat per tahun.

“Kami berharap melalui portal Akseleran dan dengan menyediakan dua layanan dari equity crowdfunding serta p2p lending, kami dapat menjadi jembatan antara investor dan UKM. Sehingga pertumbuhan ekonomi yang inklusif di Indonesia dapat semakin berkembang,” tutup Ivan.

Mengenal Synchro, Startup Pengembang Layanan Transmisi dan Distribusi Data

Dalam transformasi digital yang ada saat ini, optimasi pengelolaan data menjadi salah satu yang banyak dikonsentrasikan bisnis. Melihat peluang tersebut, Synchro hadir menawarkan salah satu solusi untuk sinkronisasi data. Dengan semboyan “Any Data to Any Target”, sistem Synchro akan membantu bisnis menarik data dan mentransmisikan untuk selanjutnya diproses sesuai kebutuhan. Synchro baru saja mendapatkan dana investasi dari PT Multidata Rancana Prima senilai 2,7 miliar rupiah.

Paket aplikasi Synchro terdiri dari dua bagian, Agents dan Master. Aplikasi Agents dipasangkan dan ditanamkan pada titik-titik data yang akan dikompresi, biasanya disesuaikan dengan kemampuan bandwidth yang ada. Kemudian data tersebut ditarik dan dikirimkan secara aman melalui konektivitas terenkripsi ke aplikasi Master. Aplikasi Master akan melakukan dekripsi dan melakukan ekstraksi data yang telah dikompresi untuk dimasukkan ke basis data tujuan.

Semua proses yang berjalan di paket aplikasi Synchro dapat dijadwalkan sesuai dengan kebutuhan. Layanan ini juga mendukung untuk otomasi proses di Machine-to-Machine (M2M), sehingga dapat meminimalkan proses operasi manual dari administrator.

Didesain untuk jaringan yang kurang stabil

Latar belakang Synchro adalah banyak area di Indonesia yang belum terjangkau konektivitas jaringan (internet) stabil, sehingga proses sinkronisasi dalam pengiriman data menjadi salah satu keunggulan yang ingin ditawarkan. Setelah data dikompresi dan dikirimkan (umumnya berukuran besar), bisa saja koneksi terputus, namun algoritma yang ditanamkan dapat menghadirkan model auto-resume. Saat koneksi terputus proses pengiriman data akan terhenti, ketika terhubung akan menyambung kembali tanpa harus mengulang dari awal.

“Synchro ini bisa bekerja di berbagai jenis sistem operasi, platform, aplikasi, dan basis data. Istilahnya gula untuk semua jenis kopi. Synchro berusaha membantu menyederhanakan pengiriman data, seiring sistem dalam proses bisnis yang makin kompleks. Kami menyediakan ojek data,” ujar Co-Founder Synchro Sindarta Gemilang.

Dari proses bisnis yang ada saat ini, Synchro cocok diterapkan untuk B2B dan B2G dengan skala sistem yang besar dan lingkungan kompleks yang membutuhkan konsolidasi dan distribusi data. Pangsa pasar yang dituju untuk implementasi aplikasi ini saat ini memfokuskan pada sistem IoT dan smart city, perbankan, pemerintah, korporasi, supply chain, logistik, dan ritel.

“Desain awal Synchro ada karena makin kompleksnya environment untuk technology dan berbagai macam arsitektur serta berkembangnya ide-ide baru membuat data adalah komoditas penting, sama seperti mencari jawaban bagaimana mengirimkan barang dengan cepat. Bahkan pada era sekarang bukan cuma data terkirim, tapi terkirim dalam waktu secepatnya untuk keluar dan masuk sistem yang berbeda-beda,” lanjut Sindarta.

Synchro didirikan sejak tahun 2014 oleh Sindarta Gemilang, Argon Usman dan Eko Sukaryanto. Terakhir Synchro sempat mengikuti ajang inkubasi Indigo Creative Nation.

Sempat terpikir untuk mengikat di perangkat keras

Pada awalnya para tim Synchro sempat berpikir untuk mengaplikasikan layanannya dalam bentuk kotak perangkat keras, jadi semacam router. Tapi faktor kompleksitas hardware manufacturing (harga, ukuran, jaminan, dukungan dll) membuat Synchro memutuskan untuk hanya menjadi aplikasi saja. Sebagai aplikasi Synchro harus menjadi efisien dan bisa masuk dari berbagai sistem perangkat keras, mulai dari server, ponsel, tablet, desktop, router, sensor, dan banyak lagi.

“Banyak orang merasa bahwa pengiriman data selesai dengan bandwidth internet besar, bagaimana mengirimkan dan metodologinya perlu diperhatikan. Misalnya mengirimkan data atau menyalin data film blueray yang besarnya fantastis, banyak yang gagal. Synchro membantu mengoptimalkan cara dan hasil pengiriman data, bandwidth hanyalah sarana. Bayangkan bila pengiriman data via sensor dilakukan terus menerus via mobile network yang menghabiskan daya dan biaya karena broadcast terus menerus,” lanjut Sindarta.

Era IoT adalah kesempatan berkembang bagi Synchro

Tahun ini, Synchro memiliki target untuk mensosialisasikan solusi yang ia miliki ke kalangan yang lebih luas. Salah satunya untuk sinkronisasi data di dalam Pemerintahan, Kementerian dan Lembaga Negara, karena saat ini kondisinya data tersebar dan tidak saling terintegrasi antar badan.  Di samping itu, target lainnya adalah melakukan banyak vertical testing dengan mitra startup yang menggunakan platform data Synchro untuk membantu memecahkan masalah-masalah spesifik di industri. Karena menurut tim Synchro dalam IoT tidak ada single vendor dan solution provider yang bisa semua bidang, perlu kolaborasi.

“IoT adalah kebutuhan dan faktor utama untuk pembangunan infrastruktur yang mengarah ke pendekatan digital, jadi opportunity costs harus diperhitungkan untuk membuat enhancements dalam teknologi kami. Perjalanan kami masih jauh,” tutup Sindarta.

Strategi EV Hive di Tengah Eksplorasi Industri Coworking Space

Menyusul pendanaan pra-seri A senilai 46 miliar rupiah yang diumumkan bulan lalu, EV Hive meresmikan coworking space ketujuhnya di kawasan Sudirman Jakarta. EV Hive Tower begitu julukannya, didesain layaknya tempat yang dimiliki sebelumnya, terdapat ruang kantor, ruang kerja, ruang pertemuan hingga fasilitas relaksasi.

Tujuh tempat di kawasan produktif ibukota menunjukkan keseriusan EV Hive. Menurut CEO EV Hive Coworking Space Carlson Lau, ia melihat bahwa industri coworking saat ini menjadi salah satu tren di generasi muda dan millennials. Salah satu pola yang terbentuk ialah mobile workforce yang berpegang pada komunitas.

Demografi pengguna EV Hive sendiri sangat tersegmentasi berdasarkan layanan yang ada. Sebagai contoh, penggunaan ruang kerja privat kebanyakan digunakan ostartup yang sudah memiliki tim antara 5-10 orang. Sementara ruang kerja bersama kebanyakan didominasi oleh anak muda, pekerja lepas dan tim startup yang baru terbentuk. Sedangkan ruang acara banyak dioptimalkan oleh komunitas atau perusahaan setempat.

Persaingan model coworking space di Indonesia

EV Hive bukan satu-satunya penyedia layanan coworking space. Masih ada pemain lain seperti Rework, Freeware, Spacemob (yang kini diakuisisi WeWork), hingga BLOCK71. Kendari demikian, Carlson Lau menilai bahwa industri ini masih tergolong pendatang baru dan pasar yang bisa dieksplorasi masih sangat besar dengan beragam model yang ditawarkan coworking space di Indonesia.

“Kami yang berkecimpung di industri ini melihat bahwa generasi saat ini sudah sangat berkembang dan bervariasi. Pekerjaan tidak lagi hanya sekedar membutuhkan kantor dengan gaya tradisional saja, jenis lapangan pekerjaan sudah sangat luas. Oleh karena itu, semakin banyak variated industry player yang kami ajak bekerja bersama, semakin luas pula jaringan yang kami bentuk untuk merasakan keuntungan dan keunikan bekerja menggunakan fasilitas coworking space,” ujar Carlson kepada DailySocial.

EV Hive disebutkan memilih memfokuskan pada visi utama yang menargetkan kalangan entrepreneur. Yang dilakukan ialah memahami secara detail apa yang dibutuhkan para pengguna, contohnya sisi fasilitas bekerja dan kesempatan networking.

“Kami memberikan pendekatan pada pengguna dengan mendengar kebutuhan dan keinginan mereka dan berusaha menyediakan berupa kenyamanan dalam fasilitas lingkungan kerja. Servis bisnis bahkan menghadirkan sarana networking antar komunitas yang bertujuan untuk meluaskan jaringan bisnis dan membuka kesempatan baru,” terang Carlson.

Kejelian bermanuver

Model bisnis yang ditawarkan bisnis coworking space yang ada saat ini cukup unik. Tidak lagi secara pragmatis mengejar untung dengan menyewakan layanan fasilitas, lebih dari itu mereka ingin menciptakan sebuah sinergi berkesinambungan dengan para pemain bisnis dan pengembang ekosistem/komunitas, khususnya industri kreatif.

Carlson menjelaskan, “Kami melihat dan mempertimbangkan bahwa masing-masing komunitas mempunyai karakter dan kebutuhan yang unik. Kekuatan kami adalah membentuk konsep yang berbeda-berbeda sesuai dari suatu kelompok target market tersebut. Sebut saja kebutuhan dari komunitas fashion, tech startup dan creative industry. Tentu saja kami tidak akan lengah dan tetap terus beradaptasi dengan berkembang dan meluasnya kebutuhan.”

Industri secara umum tengah dihadapkan pada sebuah pergeseran, yang banyak disokong urgensi dari transformasi digital. Implikasinya juga menyusur langsung pada pekerja secara individu, karena keterbukaan yang diberikan memberikan banyak kesempatan sekaligus keleluasaan untuk dapat bergerak maju di tengah persaingan yang sangat ketat.

“Dalam beberapa tahun yang akan datang, coworking akan menjadi salah satu pemain terbesar di perubahan industri ini. coworking akan memunculkan suatu potensi besar sendiri dalam bisnis, individu maupun komunitas. Dengan perkembangan variasi industri di Indonesia, coworking akan menjadi tujuan utama sebagai wadah modernisasi tempat bekerja, juga untuk membentuk suatu kolaborasi dalam bentuk strong business partnership,” tutup Carlson.

KASKUS Creator Resmi Diluncurkan, Mungkinkan Pembuat “Thread” Menghasilkan Uang

Hari ini KASKUS meresmikan program terbarunya yang berjuluk KASKUS Creator. Program ini dihadirkan untuk memfasilitasi para Kaskuser yang dapat membuat konten orisinal dan berkualitas. Konsepnya masih sama seperti KASKUS sebagai forum, yakni menekankan pada user generated content, hanya saja di KASKUS Creator akan ada poin yang didapat oleh penulis sebagai reward.

KASKUS Creator bisa diikuti oleh seluruh Kaskuser dengan persyaratan pernah membuat minimal 1 thread di forum, aktif memberikan komentar di forum (minimal 5), serta memiliki histori thread/post yang positif di KASKUS. Pendaftaran dibuka melalui situs resminya di creator.kaskus.co.id. Setiap pendaftar akan diverifikasi terlebih dulu sebelum selanjutnya bisa menjadi bagian dari program KASKUS Creator.

Kami melihat banyak Kaskuser yang berbakat dalam menulis konten orisinal dan kreatif. Beberapa thread yang ada di KASKUS bahkan sudah ada yang diadaptasi menjadi novel hingga film, seperti Keluarga Tak Kasat Mata, Petak Umpet Minako, dan lainnya. Hal itulah yang kemudian membuat kami ingin mendorong Kaskuser lainnya yang juga berbakat dalam menulis untuk bergabung dalam KASKUS Creator. Kami akan memberikan apresiasi pada setiap karya yang lolos dari kurasi tim kami,” ujar Chief Marketing Officer KASKUS Ronny W. Sugiadha.

[Baca juga: Inovasi Kaskus Kini Fokus ke Pengembangan Produk]

Setiap tulisan yang dihasilkan di KASKUS Creator akan dikurasi oleh tim KASKUS untuk dilihat kreativitas dan orisinalitasnya. Jika thread tersebut lolos dari kurasi, setiap view yang didapat bisa dikumpulkan menjadi poin kemudian ditukar dengan saldo Kaspay. Setiap 10 views akan diubah menjadi 1 poin yang bisa ditukarkan menjadi saldo Kaspay, minimal poin untuk penukarannya adalah 5.000 poin atau setara Rp 50.000 dan maksimal 10.000 poin atau setara Rp 100.000.

Sebagai strategi di tahap awal ini, program KASKUS Creator akan secara rutin menghadirkan KOPDAR Creator sebanyak dua kali tiap bulannya pada hari Jumat di Minggu ke-1 dan 3. KOPDAR Creator ini akan menjadi ajang para KASKUS Creator untuk saling berbagi ilmu, pengalaman, dan berdiskusi mengenai tren di bidang kreasi konten.

Application Information Will Show Up Here

Video on Demand dan Penerimaannya oleh Masyarakat Indonesia

Ponsel pintar berhasil mengubah banyak hal, tidak hanya terkait aktivitas keseharian, juga pada preferensi seseorang dalam menikmati konten. Semuanya kini menjadi serba on demand, yang mengisyaratkan sebuah fleksibilitas dan penyesuaian kebutuhan berdasarkan kriteria tertentu, pun demikian dengan layanan konten. Salah satu yang mulai populer saat ini adalah video on demand (VoD).

Layanan VoD sederhananya sebuah sistem penyampaian konten video online, versi premium dengan mekanisme pembayaran berlangganan atau berdasarkan apa yang ingin dilihat. Trennya saat ini hampir semua layanan VoD di Indonesia menjalin kerja sama khusus dengan perusahaan telekomunikasi, dijajakan sebagai keuntungan/bonus atas paket berlangganan internet yang telah dibayar setiap bulannya. Lantas, apakah VoD ini diminati oleh masyarakat Indonesia secara umum?

Untuk menjawab pertanyaan tersebut, DailySocial bekerja sama dengan JakPat mengadakan sebuah survei terhadap 1037 pengguna ponsel pintar di berbagai wilayah di Indonesia. Sebagian besar responden sudah memahami apa itu layanan VoD, paling banyak (51,21%) mendefinisikan sebagai konten video yang ditonton melalui medium internet, sebagiannya lagi (49,66%) mendefinisikan sebagai konten video yang dibayar berdasarkan judul apa yang dipilih.

Layanan VoD populer di Indonesia

Di Indonesia saat ini sudah ada beberapa layanan VoD, rata-rata yang memiliki persentase besar sebarannya dibarengkan dengan paket data sebuah provider, misal HOOQ dan Viu bersama Telkomsel, iflix bersama Indosat Ooredoo. Berikut untuk persentase daftar layanan VoD berbayar yang paling populer berdasarkan masukan dari responden survei:

Hasil Survei VoD 1

Dan berikut ini adalah persentase hasil survei untuk penggunaan layanan VoD yang dapat dinikmati secara gratis di internet:

Hasil Survei VoD 2

Dari survei juga mengungkapkan sebuah data, bahwa sebagian besar responden (sekitar 70%) menyadari benefit layanan VoD yang mereka dapatkan dari hasil berlangganan paket data seluler ataupun pemasangan layanan tv kabel atau sejenisnya. Dari situ mereka memutuskan untuk memanfaatkan layanan tersebut. Dan keberadaan model VoD ternyata cukup mempengaruhi kebiasaan responden dalam menyaksikan konten video. Sebagian besar kini lebih suka melalui perangkat ponsel dan komputer.

Hasil Survei VoD 3

Apakah pengguna VoD di Indonesia bersedia untuk membayar?

Kendati layanan seperti YouTube sudah menjadi bagian dari konsumsi harian pengguna ponsel pintar, lantas apakah mereka bersedia untuk membayar layanan VoD untuk konten-konten premium? Berbicara rentang harga, sebanyak 54,32% responden mengharapkan harga jual konten tidak melebihi dari Rp25.000, lalu di rentang Rp25.000 – Rp50.000 ada sekitar 28,90% responden yang merasa masih mau untuk membayar. Sedangkan untuk harga di atas itu hanya persentase minoritas responden yang bersedia membayar.

Hal tersebut dikarenakan memang lebih banyak pengguna yang lebih suka menonton layanan VoD gratis, pun demikian saat dibandingkan dengan alternatif kanal video lainnya.

Hasil Survei VoD 4

Dari sini dapat disimpulkan, bahwa pendekatan yang dilakukan oleh pemilik layanan VoD dengan menggandeng dan membundel paket video dengan paket internet operator seluler menjadi langkah yang tepat. Pendekatan ke pengguna memang harus dilakukan secara bertahap, dengan mengenalkan seberapa eksklusif konten yang ada di VoD misalnya, sembari membuat ketertarikan semakin meningkat.

Di atas adalah beberapa cuplikan dari Video on Demand Survey 2017 yang telah dilakukan oleh DailySocial. Untuk mengunduh survei lengkap, dapat mengunjungi tautan berikut ini: klik di sini. Simak juga pembaruan berita tentang penyedia layanan VoD Indonesia di sini.