Kebutuhan “Scaling-Up” Lebih Mendesak untuk Ekosistem Startup Indonesia

Bersamaan penyusunan artikel menyambut Hari Ulang Tahun Kemerdekaan Indonesia ke-72 beberapa waktu lalu, kami mewawancara beberapa pihak, termasuk dari kalangan investor startup Indonesia. Salah satu narasumber kami adalah Nicko Widjaja, CEO MDI Ventures. Dari review seputar perjalanan startup Indonesia yang dipaparkan Nicko, ada satu hal yang menjadi garis besar sekaligus sebuah penegasan: we need more scale-ups, not startups. Menarik menjadi perhatian, pasalnya banyak pihak masih menggemborkan tentang penumbuhan startup digital dari sisi kuantitas.

“Series A Crunch”, startup terpaku pada pendanaan awal

“Saya memulai bisnis venture capital sejak tahun 2010, saat itu industri startup mulai terlihat arahnya, seperti Koprol diakuisisi oleh Yahoo! pada bulan Mei 2010, Kaskus oleh Djarum di tahun berikutnya, dan beberapa akuisisi kecil berdatangan setelahnya. Dari pandangan pemodal ventura, tentunya hal ini menjadi perhatian karena terlihat jalan exit, meskipun pasar modal di Indonesia sampai saat ini belum mempersiapkan platform untuk IPO bagi startup,” terang Nicko menceritakan pengalamannya.

Terkait dengan proposisi investor, Nicko memberikan pandangan bahwa yang ada di Indonesia saat ini semakin banyak pemodal yang siap untuk bertaruh. Tidak hanya dari kalangan venture capital –kendati saat ini porsi investasi startup digital masih didominasi VC—tetapi juga pihak permodalan lain, baik private equity maupun konglomerat pun, ingin ikut ke dalam rancah startup digital di Indonesia.

“Sayangnya para pemodal tersebut tidak siap untuk bermain di pendanaan berikutnya. Selain pemodal ventura, tidak banyak yang mengerti industri startup. Industri startup bukan UKM yang hanya sekali dua tiga kali diinvestasi lalu akan menghasilkan dividen. Yang terjadi saat ini yaitu ‘Series A Crunch’ di mana startup yang laku saat pendanaan awal, tidak laku ketika menawarkan growth runway berikutnya,” ujar Nicko menerangkan fenomena pendanaan startup saat ini.

Menurut Nicko, fenomena Series A Crunch terjadi karena overvaluation. Disebabkan karena banyak pemodal ventura yang ingin menggoreng valuasi bagi keuntungan mereka. Pada akhirnya tidak banyak venture capital yang siap Seri A percaya dengan valuasi sebelumnya. Series A Crunch bukan terjadi karena tidak ada modal, tetapi tidak ada startup yang valid dengan valuasi yang diinginkan.

“Jika anda berbicara dengan top-tier investor di luar sana, mereka akan berkomentar sama, bahwa Indonesia memiliki demand (dana) yang besar tetapi tidak dipenuhi dengan supply (startup) yang mencukupi. Sekali lagi saya tekankan, bukan berarti tidak memiliki banyak startup, tetapi tidak memiliki startup yang mampu berkompetisi dan melakukan scaling-up dengan cepat,” terang Nicko.

Akses menuju “growth” mutlak dibutuhkan startup Indonesia

Pada kenyataannya dari ekosistem startup mulai terlihat signifikan –kurang lebih tahun 2010 sampai sekarang, banyak pemodal yang akhirnya menyerah dengan startup, hanya segelintir yang bertahan. MDI Ventures menjadi salah satu yang bertahan. Walau pada akhirnya pihaknya memilih bergabung dengan Telkom dalam menginkubasi dan mengakselerasi startup binaannya.

“Kami belajar banyak sebelum akhirnya bergabung dengan Telkom, dan kami percaya bahwa ekosistem startup di Indonesia hanya unik di Indonesia. Mereka yang berpikir dapat copy-paste model dari luar dibawa ke sini sudah belajar mahal, lihat saja Rocket Internet,” ujar Nicko.

Nicko lanjut memaparkan, bahwa mereka (VC) yang melakukan ‘spray model‘ akan terimbas lebih mahal lagi, karena terlihat dari spraying seperti itu hanya kurang dari setengah persen yang menjadi unicorn dan yang berbahaya lagi path to liquidity-nya belum jelas terlihat.

“Setelah sekian tahun, akhirnya model yang saya lihat adalah ‘synergy model’. Inilah yang menjadi fondasi tesis kami ‘bits by bricks’. Tanpa adanya fondasi bisnis brick-and-mortar, tidak mungkin bisnis digital (bit) ini dapat scale-up, karena model pasar di Indonesia ini hybrid, tidak seperti di Amerika Serikat, bahkan India.”

Akses terhadap growth yang penting dalam membangun sebuah ekosistem. Menurut Nicko, tanpa adanya bentuk korporasi yang mendukung, bisnis startup dan modal ventura pada akhirnya akan bubble and burst. Investor akan hilang kepercayaan kepada industri dan industri akan hilang dengan sendirinya.

Algoritma, Kejora HQ, dan AWS Akan Adakan Workshop “Data Science” bagi Pemula

Era digital melahirkan banyak hal baru, tidak hanya yang berdampak pada teknologi penopang proses bisnis di atasnya, akan tetapi keluaran dari proses bisnis itu sendiri yang dapat diolah lebih lanjut, yakni data. Dewasa ini juga muncul istilah “data is the new currency“, mengisyaratkan betapa bernilainya data untuk berbagai kebutuhan strategis, untuk beragam jenis kebutuhan.

Namun data hanya sebagai data tanpa melalui proses pengolahan. Data Science adalah orang yang bertugas mengumpulkan, memproses, mengompilasi, dan memvisualisasikan data yang dari berbagai sumber untuk menghasilkan sebuah pengetahuan yang berguna. Misalnya dalam bisnis e-commerce, data aktivitas pembeli dalam website dapat dijadikan rujukan untuk mendesain antar muka yang sesuai. Menu mana yang paling sering digunakan, atau produk apa yang pada akhirnya mudah ditemukan.

Contoh lain untuk dunia pendidikan misalnya, data yang terkumpul dapat dilakukan untuk pengambilan keputusan. Misalnya untuk menambah jam mata pelajaran apa untuk persiapan menyambut ujian akhir, atau membeli buku genre apa di perpustakaan sesuai yang paling banyak diminati pembaca, dan lain sebagainya. Data yang sudah diolah dapat menyimpulkan banyak hal, dari aktivitas-aktivitas yang pernah dilakukan dalam bisnis.

Untuk memberikan pemahaman lebih lanjut terkait Data Science dan proses di dalamnya, lembaga pelatihan khusus pengolahan data Algoritma, bekerja sama dengan Kejora HQ dan Amazon Web Services mengadakan workshop bertajuk “Kickstart Series: Building Machine Learning Applications“. Tiga hal yang menjadi bahasan utama dalam acara ini, yakni pemrograman dasar bahasa R, pengenalan visualisasi data, dan teknik machine learning.

Workshop ini akan dipandu oleh Samuel Chan dan Seon Young. Samuel Chan adalah co-founder dan course producer di Algoritma. Sementara itu, Seon Young adalah Developer/Startup Specialist Solutions Architect di Amazon Web Services. Di workshop ini, Seon Young juga akan mengenalkan Machine Learning Service di Amazon, visualization tools untuk menciptakan model machine learning tanpa harus belajar algoritma machine learning yang sulit. Salah satu hasil akhirnya, Seon akan mengajarkan bagaimana prediksi dapat ditemukan dari berbagai aplikasi menggunakan API sederhana.

Workshop ini akan diselenggarakan pada tanggal 5 September 2017 pada pukul 17:45 di Kejora HQ. Para peserta disarankan untuk membawa laptop serta memasang R dan RStudio untuk kebutuhan praktik. Workshop ini didesain untuk dihadiri oleh 100 orang, baik untuk kalangan mahasiswa, karyawan, sampai startup. Seusai dengan misinya Algoritma ingin menjadikan Data Science dapat dipelajari oleh siapa saja. Info lebih lanjut dan pendaftaran, kunjungi tautan berikut http://bit.ly/algoDS0905.

Kickstart Series: Building Machine Learning Applications


Disclosure: DailySocial merupakan media partner acara Kickstart Series – Building Machine Learning Applications

BLOCK71 Jakarta Akan Selenggarakan Diskusi Bertajuk “UX Design Strategy for Mobile Apps”

Bagi pengembang aplikasi atau layanan digital lainnya, menyajikan fungsionalitas saja tidak cukup. Misalnya seseorang sedang membutuhkan sebuah aplikasi untuk mengatur pengeluarannya, maka ia melakukan pencarian di App Store dengan kata kunci “Digital Wallet”. Banyak sekali aplikasi yang dimunculkan, semuanya menyajikan fungsi dasar yang sama, menjadi sebuah dompet digital. Lantas selanjutnya apa yang dilakukan pengguna?

Mungkin ia akan memilih aplikasi berdasarkan rating bintang yang ada di aplikasi, atau bahkan memilih yang desain ikonnya unik, bisa jadi juga dari deskripsi. Yang jelas sampai titik ini pengguna tahu bahwa mereka memiliki banyak pilihan untuk sebuah dompet digital. Setelah proses instalasi selesai, maka ia akan mencoba aplikasi tersebut. Selanjutnya pengalaman dari aplikasi yang diberikan kepada pengguna menjadi kunci.

Jika pengalaman pengguna yang ditawarkan dalam aplikasi itu memberikan kenyamanan sudah pasti ia akan meneruskan penggunaannya, sebaliknya jika pengalaman pengguna yang diberikan buruk, sudah pasti percobaan aplikasi lain akan dilakukan.

Sebuah data yang dikumpulkan UX Measure mengemukakan 52 persen pengguna mengatakan bahwa pengalaman yang buruk membuat mereka cenderung tidak menggunakan sebuah produk atau terlibat dengan brand tersebut.

Untuk memastikan pengalaman pengguna sempurna, konsep User Experience Design (UX Desain) kini menjadi bagian yang sangat penting dalam membuat sebuah produk, khususnya aplikasi mobile. Konsentrasinya ialah membuat sebuah alur dan proses yang nyaman bagi pengguna saat menjalankan fungsionalitas yang ditawarkan sebuah layanan atau produk aplikasi.

Untuk membahas seputar tren terkini dan teknik dalam penyusunan UX Design, BLOCK71 Jakarta mengadakan sebuah acara bertajuk Kopi Chat membawakan tema “UX Design Strategy for Mobile Apps“. Acara ini terbuka bagi semua pelaku startup, UX designer, product manager dan semua orang yang tertarik tentang UX Design.

Kopi Chat merupakan acara signature BLOCK71 Jakarta yang diadakan sebulan sekali dengan mengangkat topik spesifik dan mengundang entrepreneur serta startup founder berpengalaman untuk berbagi kisah mereka ke para pelaku startup lainnya.

Dalam acara kali ini, materi UX Design akan dibawakan oleh dua pemateri. Pertama ialah Eunice Sari, Google Experts in UI/UX dan pendiri dari UX Indonesia, sebuah perusahaan User Experience dengan keahlian di bidang UX training, research, dan consulting. Pembicara kedua yaitu Monika Halim, VP UX Design dari startup pertama di Indonesia yang menyandang gelar unicorn, GO-JEK.

Acara ini akan dilaksanakan tanggal 30 Agustus 2017 pada pukul 19.00 WIB, bertempat di BLOCK71 Kuningan Timur. Untuk informasi lebih lanjut dan pendaftaran, silakan kunjungi tautan resmi acara ini: http://kopichatux.eventbrite.com.

Kopi Chat UX Design Strategy for Mobile Apps


Disclosure: DailySocial merupakan media partner acara Kopi Chat: UX Design Strategy for Mobile Apps

Memaknai Kemerdekaan, Refleksi Perjalanan Startup Indonesia

Tanggal 17 Agustus selalu menjadi hari yang istimewa bagi seluruh rakyat Indonesia. Di momen tersebut, semangat memajukan bangsa selalu terpupuk kembali, bersamaan dengan curahan rasa hormat kita atas jasa pahlawan yang telah memerdekakan bangsa ini. Setelah merdeka, tugas kita tak lain untuk mengisinya dengan berbagai hal positif yang mampu membawa Indonesia pada tingkat kemakmuran yang lebih baik.

Banyak hal yang bisa dilakukan, tak terkecuali berkarya melalui startup digital

Sekitar 8-9 tahun yang lalu tren startup digital mulai beranjak populer di Indonesia. Beberapa produk inovasi mulai hadir, bersama dengan internet yang kala itu merangkak jadi komoditas konsumsi publik. Mengenang awal pergerakan bisnis digital, kami berbincang dengan Nicko Widjaja dari MDI Ventures. Karier di bisnis venture capital telah ia jalani sejak tahun 2010 silam.

“Saat itu industri startup mulai terlihat arahnya, seperti Koprol diakuisisi oleh Yahoo! pada bulan Mei 2010, Kaskus oleh Djarum di tahun berikutnya, dan beberapa akuisisi kecil berdatangan setelahnya. Dari pandangan pemodal ventura, tentunya hal ini menjadi perhatian karena terlihat ‘jalan’ exit, meskipun pasar modal di Indonesia (sampai sekarang pun) belum mempersiapkan platform untuk IPO bagi startup,” ujar Nicko bercerita.

Trennya berkembang pesat, bahkan hingga saat ini beragam inovasi baru berbasis teknologi terus bermunculan, dibungkus dengan proses bisnis yang khas ala startup digital. Nicko juga menyampaikan, perkembangan cukup membawa dampak yang signifikan bagi kepercayaan pemodal untuk bertaruh –tidak hanya pemodal ventura tetapi pihak permodalan lain baik private equity maupun konglomerat holding pun ingin ikut ke dalam rancah startup digital di Indonesia.

Kemajuan sektor bisnis digital tersebut juga diamini oleh Willson Cuaca dari East Ventures. Proposisi tren positif lebih mendominasi di kalangan startup. Menurutnya Indonesia menjadi salah satu negara yang beruntung dapat menyaksikan dan terlibat dalam bisnis digital, mengawal pertumbuhan pengguna internet dari 22 juta pengguna hingga saat ini lebih dari 100 juta pengguna.

“Tidak ada negara lain di dunia yang mungkin akan mengalami hal ini selain Tiongkok, Amerika Serikat atau India. Indonesia sedang menuju ke era keemasan digital. Tidak ada yang terlambat untuk berbenah untuk menjadi lebih baik, kita berkembang terus dan mencoba untuk selalu relevan terhadap pangsa pasar,” ujar Willson.

Jeffri Sirait dari Amvesindo turut memberikan tanggapan tentang kondisi lanskap startup digital Indonesia saat ini. Baginya, ini adalah fase terbaik dalam transformasi digital yang telah melakukan terobosan di berbagai sektor industri, bahkan mengubah gaya hidup yang membuat berbagai hal menjadi lebih mudah dan efisien. Perubahan digital bukan saja sudah dekat, melainkan tengah terjadi, dan proses ini menjadi bagian penting. Berbagai komponen telah berperan, termasuk para pemain dan regulator.

Startup Indonesia sebagai masa depan generasi muda

Optimisme menjadi salah satu bahan bakar untuk memajukan bangsa. Termasuk untuk industri startup digital yang tengah berkembang saat ini. Namun menurut CEO Kibar Yansen Kamto, optimis saja tidak cukup, Indonesia butuh lebih banyak pihak yang bersama-sama berkontribusi membangun fondasi ekosistem yang lebih kuat.  Komunitas, universitas, media, korporasi, dan pemerintah adalah pilar-pilar yang berperan penting untuk terus bersama-sama mendorong lebih banyak future startup founders. Ia percaya kolaborasi yang kuat akan melahirkan startup yang makin tangguh dan bermanfaat.

Dari kaca mata Ery Punta, Managing Director Indigo Creative Nation, saat ini ekosistem startup digital walaupun banyak yang mengatakan masih tahapan pematangan namun perkembangannya sangat signifikan. Dari pengamatannya, pertumbuhan startup yang berkualitas juga terus berlangsung, ditandai dengan diterimanya kehadiran aplikasi dan solusi dari startup dalam memenuhi kebutuhan sehari-hari masyarakat. Industri, pemerintah dan berbagai pihak lainnya juga kian semangat bahu-membahu untuk turut serta dalam penumbuhan kewirausahaan digital di negeri ini.

Mengenai masa depan startup digital, Jeffri Sirait berpendapat, “Perubahan digitalisasi bukan sudah dekat, tapi sudah terjadi dan menjadi bagian penting. Regulator sudah berperan lebih baik dan perlu adanya insentif yang diberikan kepada para pelaku, baik untuk startup, investor, inkubator dan komponen lain. Ekosistemnya sendiri juga perlu diperkuat dan dibukakan akses. Di sisi pelaku kreatif dan startup juga harus selalu mau untuk meningkatkan kapabilitas untuk menang dalam kecepatan dan kompetisi. Sinergi sangat dibutuhkan untuk akselerasi sektor startup digital, supaya jangan sampai kehilangan momentum.”

Ada hal yang perlu dibenahi dalam proses pertumbuhan ini

Sebelumnya di awal sudah disinggung tentang kepercayaan pemodal yang sudah mulai meningkat terhadap startup lokal. Nicko Widjaja juga memotret bahwa masih ada hal yang mestinya bisa diperbaiki kulturnya. Ia melihat sesuatu yang disayangkan, saat ini para pemodal banyak yang tidak siap untuk bermain di pendanaan berikutnya untuk startup Indonesia. Selain pemodal ventura, tidak banyak yang mengerti industri startup. Industri startup bukan UKM yang hanya sekali dua tiga kali diinvestasi lalu akan menghasilkan ‘dividen’.

“Yang terjadi saat ini yaitu ‘Series A Crunch’, di mana startup yang ‘laku’ saat seed, tidak laku ketika menawarkan growth runway berikutnya.  Series A Crunch terjadi karena overvaluation. Ini disebabkan karena banyak pemodal ventura yang ingin ‘menggoreng’ valuasi bagi keuntungan mereka. Pada akhirnya tidak banyak institusi modal ventura yang siap Series A percaya dengan valuasi sebelumnya. Series A Crunch bukan terjadi karena tidak ada modal, tetapi tidak ada startup yang ‘valid’ dengan valuasi yang diinginkan,” jelas Nicko.

Nicko menambahkan, “Jika Anda berbicara dengan top-tier investor di luar sana, mereka akan berkomentar yang sama. Bahwa Indonesia memiliki demand (dana) yang besar tetapi tidak dipenuhi dengan supply (startup) yang mencukupi. Sekali lagi saya tekankan, bukan berarti tidak memiliki banyak startup, tetapi tidak memiliki startup yang mampu berkompetisi dan melakukan scaling-up dengan cepat.”

Terkait dengan tren pertumbuhan startup yang sempat dikatakan menurun beberapa waktu terakhir oleh beberapa pihak, menurut Ery Punta hal tersebut terjadi lantaran adanya potensi diserapnya para calon founder oleh para startup yang telah menjadi unicorn, namun sebagai penggerak inkubator startup, ia tetap optimis mengingat market Indonesia yang sangat unik dapat menjadikan peluang untuk tumbuhnya startup lokal yang memiliki kelebihan dalam memahami kearifan lokal dan secara demografi penduduk Indonesia. Sangat penting untuk terus melakukan pembinaan digital talent, penyiapan infrastruktur digital dan keberpihakan lokal yang terbuka dengan kolaborasi global.

“Model pengembangan startup Indonesia harus end-to-end, mulai dari nurturing talent, inkubasi, akselerasi sampai dengan bridging market access antara startup dengan perusahaan yang telah mapan, agar dapat meningkatkan tingkat keberhasilan dan daya tahan serta kemampuan untuk melakukan scaling,” tambah Ery.

Memaknai kemerdekaan dengan terus berkarya

Setiap warga negara memiliki cara tersendiri dalam memaknai dan mengisi kemerdekaan. Kepada DailySocial, CEO Kudo Albert Lucius memaparkan arti mengisi kemerdekaan Indonesia. Baginya mengisi kemerdekaan dengan semangat muda adalah terus berusaha menjadi lebih baik dan jangan pernah putus asa. Karena dengan semangat ini kita bisa semakin produktif memberikan kontribusi yang nyata bagi Indonesia. Kemerdekaan merupakan sebuah pilihan dan artinya adalah sebuah kebebasan. Bebas yang bertanggung jawab tentunya.

“Kita sebagai pemuda akan selalu bersemangat untuk memberikan yang terbaik  melalui kontribusi dari setiap apa yang kita lakukan. Indonesia tahun ini merayakan kemerdekaan yang ke-72, meskipun angka ini tidak muda, jiwa dan semangat kita selaku pemuda bangsa harus senantiasa ada,” ujar Albert.

Semangat sama ditunjukkan CEO Bukalapak Ahmad Zaky. Ia menyebutkan bahwa merdeka di era sekarang adalah tentang kemandirian bangsa. Mengisi kemerdekaan tidak bisa hanya bicara, atau beretorika, kita juga tidak hanya bisa berpikir, tidak pula cukup hanya bekerja. Semua jiwa, raga, dan tenaga harus dicurahkan untuk berkarya.

“Karena bidang saya teknologi. Mari kita lihat apa sudah mandiri alias merdeka. Artinya kita menggunakan karya bangsa kita sendiri. Mungkin masing-masing dari kita perlu menjawab pertanyaan ini dalam bidang masing-masing. Generasi muda harus berpikir, bagaimana di masa depan anak cucu kita menggunakan produk kita sendiri. Itu baru merdeka. Saya tidak bisa memberikan tips yang lebih baik selain: Buktikan! Tunjukkan!” ujar Zaky.

Bagi Zaky, bukti akan menginspirasi generasi selanjutnya. Bukti kekal abadi antar generasi. Kita butuh banyak orang yang bekerja dibalik layar dan membuktikan. Bukti lebih besar pengaruhnya daripada yang lain.

Hal ini turut ditegaskan Kevin Mintaraga, CEO Bridestory. Ia menyampaikan bahwa sebagai generasi muda yang berkarya, jangan selalu berpikir untuk melakukan suatu hal demi mengejar uang atau kesuksesan (pribadi) semata, lakukanlah sesuatu demi kesuksesan orang lain, maka uang dan kesuksesan yang akan balik mengejar.

Dare to be different and true to yourself, but remain accountable, tegas Kevin.

Tanggung jawab berat sekaligus kesempatan ada di tangan kita

Melalui kesempatan ini, DailySocial turut mengucapkan selamat hari ulang tahun kemerdekaan Indonesia yang ke-72. Semoga momentum ini benar-benar membawa perubahan yang lebih baik di berbagai bidang. Startup digital mulai menunjukkan eksistensinya dalam membangun ekonomi bangsa, urun tangan inovasi pengembang dalam negeri sudah selayaknya menjadi tonggak kemakmuran bangsa ini.

“Lebih dari setengah populasi Indonesia adalah pemuda-pemudi di bawah 30 tahun, artinya dalam 10 tahun ke depan nasib Indonesia benar-benar ada di tangan pemuda-pemudi Indonesia. Hal ini bisa diartikan sebagai beban berat yang ada di pundak kita, namun juga bisa diartikan sebagai kekuatan kita untuk membentuk masa depan bangsa. Jadi, tanyakan kepada diri Anda masing-masing, apa kontribusimu untuk Indonesia?” sambut CEO DailySocial Rama Mamuaya.

Dalam keyakinan kami, anak muda Indonesia adalah penggerak utama inovasi digital di Indonesia. Dengan pangsa pasar yang muda dan luar biasa besar, Indonesia punya aset yang tidak dimiliki negara-negara lain. Semua analis pasar global setuju bahwa Indonesia akan menjadi salah satu pemimpin ekonomi terbesar di Indonesia, terutama di industri digital. Kembali lagi, kita punya kemampuan untuk membentuk pasar, diberikan kesempatan untuk berkontribusi ke pasar global.

Sekali lagi, selamat ulang tahun kemerdekaan Indonesia yang ke-72. Merdeka!

Rovo Mudahkan Pemain Bulutangkis dan Tenis Temukan Lawan Bermain

Rovo merupakan sebuah aplikasi yang mencoba menghubungkan pemain olahraga (saat ini baru tenis, tenis meja, squash, dan bulutangkis) menyesuaikan dengan keahlian dan lokasi di mana ia berada. Startup ini didirikan di Singapura pada bulan Juli tahun lalu dan pihaknya mulai mempertimbangkan pasar Indonesia sebagai salah satu basis pangsa pasarnya. Saat ini aplikasi Rovo sudah dapat diunduh di Google Play Store atau App Store.

Salah satu co-founder Rovo, Ritesh Angural, menceritakan kepada DailySocial bahwa salah satu alasan ekspansinya ke Indonesia lantaran permainan ala bulu tangkis dan tenis cukup populer. Selain itu terlihat sebuah pergeseran dalam pola konsumen masyarakat di sini, dalam kaitannya dengan gaya hidup.

“Konsumen Indonesia juga berkembang dan selalu melihat tren yang ada terkait produk gaya hidup modern. Sebenarnya, sebelum diluncurkan di Indonesia, kami mendapat banyak permintaan dari orang Indonesia. Jadi kami lakukan,” ujar Ritesh.

Dari sisi fungsionalitas, Rovo membantu pemain menemukan orang lain di sekitarnya yang sama-sama bermain olahraga yang sama. Tendensi orang mencari rekan ialah untuk sekedar olahraga ataupun latihan. Untuk itu Rovo juga menambahkan kemampuan untuk mengetahui tingkatan keterampilan seseorang tersebut dalam bermain olahraga yang sama.

Bahkan untuk beberapa permainan, misalnya bulu tangkis, Rovo memfasilitasi penemuan rekan untuk bermain dalam tunggal (2 orang) ataupun ganda (4 orang).

“Pendiri Rovo meliputi Danny, Joshua, James dan saya. Kami berempat adalah karyawan awal di RedMart dan memimpin inisiatif utama RedMart di Singapura. Rovo kami jalankan dan kembangkan secara bootstrapping,” ujar Ritesh.

Ide awal pendirian, sebagai pemain tenis, Ritesh kerap kali kesulitan mencari teman ketika hendak berlatih atau bermain. Masalah tersebut ternyata juga menjadi gagasan yang sama oleh rekannya, hanya saja untuk tipe olahraga yang berbeda. Awalnya tidak terpikirkan untuk merealisasikan dalam bentuk startup, namun pada akhirnya mereka tertantang untuk membuat pemecahan terkait masalah tersebut. Sehingga dikembangkanlah Rovo.

Setelah aplikasi diterbitkan, ternyata terjadi pertumbuhan signifikan secara organik. Banyak orang asing yang memulai menggunakan produk tersebut. Dari situ proses bisnis mulai diterapkan. Dari pengembangan aplikasi yang hanya sebagai hobi, kini ditempuh lebih serius.

“Indonesia, seperti yang kita harapkan tumbuh sangat cepat. Singapura saat ini merupakan pasar terbesar kami dalam hal pertandingan dan jumlah permainan yang diatur, namun kami melihat Indonesia akan mengambil alih segera,” tutup Ritesh.

Application Information Will Show Up Here

GO-JEK Lanjutkan Ekspansi ke 25 Kota Baru

Belum lama ini GO-JEK mengumumkan ekspansi ke 25 lima kota baru di beberapa kawasan Indonesia. Ekspansi ini menjadikan GO-JEK menjadi layanan on-demand dengan jangkauan terluas di Indonesia, yakni telah merangkum 50 area kota.

Seperti langkah ekspansi pada umumnya, layanan GO-JEK yang bisa dipesan di area baru tersebut meliputi GO-RIDE dan layanan yang bisa diakomodasi pengojek lainnya, termasuk GO-FOOD, GO-SEND, G0-MART, dan GO-SHOP. Tentu layanan GO-PAY juga tak luput langsung bisa digunakan ke seluruh area ekspansi terbaru GO-JEK.

Ekspansi kali ini meliputi area Banda Aceh, Banyuwangi, Belitung, Bukittinggi, Cilacap, Cirebon, Garut, Jember, Karawang, Kediri, Madiun, Madura, Magelang, Mojokerto, Pasuruan, Pekalongan, Pematang Siantar, Probolinggo, Purwakarta, Purwokerto, Salatiga, Serang, Sumedang, Tasikmalaya, dan Tegal.

Application Information Will Show Up Here

Melalui “Meat Up” Freeware Space Ingin Kuatkan Jaringan Bisnis Startup

Acara Meat Up oleh Freeware Space bekerja sama dengan Jenius telah dilaksanakan beberapa waktu lalu. Tepatnya pada 9 Agustus 2017, acara ini difokuskan untuk sesi networking para penggiat startup digital. Setidaknya ada lebih dari 400 orang dari kalangan pengusaha dan profesional yang hadir ke dalam acara ini. Para peserta berbaur, saling berbagi info, untuk dapat bekerja sama di kemudian hari.

Seprti yang sudah diinformasikan sebelumnya, terdapat beberapa hal yang ingin menjadi tujuan akhir dari acara ini. Pertama ialah untuk saling berbagi informasi. Diyakini dengan adanya perkumpulan networking seperti ini, startup dapat saling berbagi info, dapat saling memberi referral, serta dapat bekerja sama di kemudian hari. Kedua yakni tentang menumbuhkan koneksi bisnis, dengan mengikuti acara bertajuk networking, dinilai sebagai salah satu cara untuk mendapatkan koneksi yang luas bagi startup.

Meat Up adalah sebuah acara yang memiliki visi untuk mewujudkan tujuan tersebut di atas, memfasilitasi berkumpulnya para entrepreneur, investor, dan profesional. Acara ini turut diikuti oleh berbagai kalangan, mulai dari MNC, BTPN, GO-JEK, Kudo, HappyFresh, Tiket.com, Fabelio, hingga 500 Startups.

Acara Meat Up akan diadakan rutin, dan selanjutnya diagendakan pada bulan Februari 2018 mendatang. Acara yang diisi dengan ragam keseruan dan sesi informal ini diharapkan dapat dijadikan startup sebagai ajang untuk meningkatkan kualitas bisnis, dalam hal pengalaman dan juga rekanan.


Disclosure: DailySocial merupakan media partner dari acara Meat Up oleh Freeware Space.

Plaform Reward dan Loyalitas Member.id Dapatkan Pendanaan Awal dari East Ventures

Penyedia platform reward dan loyalitas konsumen Member.id mengumumkan pendanaan awal dari East Ventures dengan dukungan Ismaya Group. Tidak diinformasikan besaran pendanaan yang didapat. Pendanaan ini akan difokuskan Member.id untuk memaksimalkan pemasaran, sehingga semakin banyak perusahaan di Indonesia yang menghadirkan program loyalitas pengguna melalui platformnya.

Member.id memungkinkan penggunanya untuk mengubah poin ke berbagai macam bentuk penukaran. Platform yang disediakan end-to-end, mulai dari konsultasi perancangan hingga operasional. Ismaya sebagai salah satu investor kini juga menerapkan platform yang dimiliki Member.id dan pihaknya mengaku mendapatkan efektivitas dari sisi pertumbuhan pelanggan.

“Pengeluaran untuk mempertahankan pelanggan adalah 5 hingga 10 kali lebih terjangkau dibandingkan dengan pengeluaran untuk mendapatkan pelanggan baru. Konsumen di Indonesia mempunyai kecenderungan untuk tunduk kepada diskon daripada setia terhadap suatu brand, karena banyak bisnis ditekan untuk membuat penjualan lebih cepat. Mereka tidak menyadari bahwa hal ini dapat menjadi sebuah persoalan dalam mempertahankan pelanggan dan akan menjadi pengeluaran yang lebih besar dalam jangka panjang,” jelas Co-Founder & CEO Marianne Rumantir.

Dari riset yang dirilis Member.id, 5% peningkatan kesetiaan pelanggan dapat menaikkan keuntungan rata-rata per konsumen sebesar 25% hingga 100%. 55% dari millennial mengaku setia terhadap suatu brand, dibandingkan 39% dari grup berumur 35 ke atas. Dari angka tersebut Member.id melihat adanya kebutuhan brand untuk menanggapi konsumen dengan cara yang lebih efektif.

“Mencari platform loyalty yang holistik susah didapatkan di Indonesia. Setiap merchant berada di dunia mereka sendiri dan konsumen mengalami kesusahan untuk mengingat keuntungan-keuntungan dari setiap program loyalty tersebut. Kami berharap untuk mengubah hal tersebut dan tim Member.id berada di posisi yang tepat untuk ini,” sambut Managing Partner East Venture Willson Cuaca.

Member.id sendiri didirikan oleh Marianne Rumantir, Robert Tedja dan Edy Sulistyo (sebagai informasi Edy merupakan salah satu co-founder dari Loket yang baru-baru ini diakuisisi GO-JEK). Member.id hadir berbarengan dengan tren yang ada di kalangan konsumen Indonesia saat ini, yakni konsumen lebih tertarik kepada penghematan uang daripada mendapatkan penghargaan untuk dapat membangun kesetiaan mereka terhadap sebuah brand. Tetapi untuk mempertahankan konsumen dalam jangka panjang, brand di Indonesia harus mengumpulkan data dari pelanggan, antara lain mengenai tingkah laku target pasar mereka.

Menyimpulkan Kondisi Bisnis E-Commerce Indonesia di Paruh Pertama 2017

Bisnis e-commerce mulai memuncak di lanskap digital Indonesia setidaknya sejak tahun 2014 lalu. Nama seperti Bhinneka, Lazada, Tokopedia, Blibli, dan Bukalapak makin santer didengar, senada dengan pemasaran masif melalui berbagai saluran, seperti televisi, untuk menyentuh berbagai kalangan masyarakat. Faktor eksternal, seperti logistik dan regulasi, juga mendukung terciptanya bisnis e-commerce yang lebih kondusif.

Dinamika antar pemain bisnis terjadi tatkala investasi besar mengucur, akuisisi pelanggan gencar dilakukan dengan beragam cara. Sebut saja Shopee, online marketplace besutan Sea (dulu bernama Garena) yang berambisi menjadi C2C marketplace terbesar di Indonesia. Sebelumnya sudah ada SaleStock yang mengusung konsep sejenis. Gencar melakukan akuisisi pelanggan, insentif seperti gratis ongkos kirim dan publikasi besar-besaran dilakukan Shopee yang dinahkodai Chris Feng, berbekal pengalamannya di Zalora dan Lazada.

[Baca juga: GDP Venture Berpartisipasi dalam Pendanaan Baru untuk Induk Shopee Senilai 7 Triliun Rupiah]

Akuisisi Lazada oleh Alibaba turut menghadirkan tremor untuk pemain lokal. Kendati eksistensi Alibaba sebagai raksasa e-commerce belum tampak hadir di Indonesia, namun secara bisnis Lazada di Indonesia tumbuh dengan pesat. Berdasarkan data SimilarWeb, Lazada masih menjadi yang tertinggi dalam kaitannya dengan kunjungan web, yakni mencapai 58,3 juta pada kuartal pertama tahun 2017 ini. Masih di atas Tokopedia sebagai pemain lokal yang digadang-gadang sebagai jawara dalam negeri dengan jumlah kunjungan mencapai 50,6 juta.

Akuisisi pengguna menjadi segalanya, ketika kini setiap platform telah menawarkan berbagai keunggulan layanan dan produk yang nyaris sama.

Penguasa bisnis e-commerce dunia

Memboyong penemunya menjadi jajaran orang terkaya di dunia, meski hanya dalam beberapa saat, tak salah jika Amazon ditempatkan di level puncak pemain e-commerce dunia, kendati lini bisnisnya pada akhirnya berkembang ke berbagai arah. Pola yang sama dilakukan raksasa Tiongkok Alibaba, mengawali debutnya dari IPO dengan layanan e-commerce kini penguasaan bisnis dilakukan di beragam lini bisnis, mulai dari logistik hingga penyediaan layanan komputasi awan. Keduanya bersiap hadir dan menguasai pasar di Asia Tenggara.

JD.com tak tinggal diam, dirumorkan “berebut” dengan Alibaba, akhirnya JD.com dikabarkan berhasil memboyong Tokopedia. Tak lain tujuannya adalah pasar Indonesia. Jika melihat hasil riset Google dan Temasek, potensi e-commerce di Asia Tenggara akan bertumbuh hingga $87,8 miliar di 2025. Proyeksi pertumbuhan tercatat sekitar 3,8 juta pengguna baru per bulan. Indonesia akan menyumbangkan separuh dari total nilai tersebut, menjadi sebuah kesempatan sekaligus tantangan yang sangat fantastis.

[Baca juga: Tujuh Poin Utama yang Tersusun dalam Roadmap E-Commerce]

Kondisi bisnis e-commerce dalam negeri

Di Indonesia sendiri, pemerintah menerbitkan Peraturan Presiden No. 74/2017 tentang Peta Jalan Sistem Perdagangan Nasional Berbasis Elektronik (Roadmap E-Commerce) Tahun 2017-2019. Di dalamnya berisi 26 program yang harus direalisasikan pemerintah terkait dengan bisnis digital, termasuk aturan tentang pendanaan, perpajakan dan lainnya. Indonesia menargetkan sebagai negara ekonomi digital terbesar di Asia Tenggara pada 2020 dengan nilai US$130 miliar.

Menurut Menkominfo Rudiantara, Perpres tersebut adalah cara baru pemerintah dalam membuat kejelasan arah aturan.

Menurut riset yang dilakukan iPrice tentang perbandingan pemain e-commerce yang ada di Indonesia, Tokopedia selalu berada di posisi jajaran teratas dari berbagai parameter Peta E-Commerce Indonesia, yaitu pengunjung per bulan, instalasi aplikasi, aktivitas Twitter, ativitas Facebook dan juga karyawan.

Analisis peringkat e-commerce di Indonesia / iPrice
Analisis peringkat e-commerce di Indonesia / iPrice

Tren menarik yang ada, pemain e-commerce –khususnya online marketplace—berusaha menghadirkan layanan all-in-one pada layanannya. Model dompet digital juga menjadi salah satu inovasi masif yang banyak dikembangkan. Dapat ditarik sebuah benang merah arah inovasinya, yakni membuat pengguna betah memenuhi seluruh kebutuhan di satu tempat dengan mengakomodasi perputaran uang di platform yang sama.

Pembayaran, logistik dan segmentasi menjadi hal yang coba dioptimalkan penyedia layanan e-commerce di Indonesia untuk menjadi pemenang di negeri sendiri. Konsolidasi dan akuisisi diperkirakan bakal terus santer terdengar hingga akhir tahun. Setelah Alfacart dan Cipika, siapa lagi pemain yang bakal mengibarkan bendera putih tahun ini?

Fitur “In-App Chat” Uber Sudah Tersedia di Indonesia

Tren transaksi layanan transportasi berbasis aplikasi di Indonesia, ketika pengemudi telah mengambil pesanan, umumnya akan menghubungi pemesan menanyakan detail lokasi, baik via SMS ataupun telepon. Melihat kecenderungan tersebut, Uber meluncurkan fitur terbaru di aplikasinya, yakni Uber In-App Chat. Saat ini layanan tersebut sudah bisa diakses untuk pengguna Uber di Indonesia setelah memperbarui versi aplikasi di perangkatnya.

Lalu apa kelebihan dibanding dengan cara lama yang digunakan pengemudi? Melalui aplikasi chat bawaan, Uber yakin fitur ini akan memberikan kenyamanan dan keamanan pengguna dalam hal privasi. Fitur terbaru tersebut memungkinkan mitra-pengemudi dan penumpang untuk bertukar pesan singkat di dalam aplikasi Uber secara real-time.

Penumpang dan mitra-pengemudi bisa melihat status pesan mereka, apakah sudah terkirim dan dibaca. Seluruh pembicaraan dalam Uber In-App Chat akan dihapus begitu perjalanan selesai.

Di Indonesia, Uber memang dituntut untuk terus berinovasi demi kenyamanan pengguna. Mereka harus bersaing ketat dengan Grab dan GO-JEK yang memiliki amunisi dana yang kuat dan dukungan inovasi teknologi yang tak kalah kencang. Fitur in-app chat sebelumnya sudah tersedia di Grab.

[Baca juga: Survei layanan on-demand di Indonesia (2017)].

Sebelum In-App Chat untuk pengguna Indonesia, inovasi yang diterapkan Uber meliputi kerja sama dengan TRAFI untuk integrasi transportasi multi-moda, kemudian fitur Hop On untuk pemesanan langsung dari mitra pengemudi terdekat, lalu kerja sama dengan Transit untuk menampilkan jadwal kereta komuter.

Application Information Will Show Up Here