Edukasi Komunikasi Startup dan Investor Jadi Fokus Puncak Startup Pitch Day BEKRAF

Pada akhir pekan lalu, selama 3 hari, dimulai pada tanggal 5 November 2016, Badan Ekonomi Kreatif (BEKRAF) bekerja sama dengan Kinara Indonesia mengadakan program puncak Startup Pitch Day. Dalam acara ini hadir 24 startup yang disaring dari 5 kota, meliputi kota Medan, Depok, Malang, Bandung dan Denpasar. Penyaringan startup dari 5 kota itu sendiri sudah berjalan sejak dua bulan lalu. Turut hadir pula sekurangnya 14 investor yang terdiri dari venture capital, angel investor dan juga perkumpulan filantropi Indonesia.

Rangkaian acara Pitch Day tersebut memang memfokuskan pada edukasi untuk membekali kemampuan pitching terhadap startup di tahap early stage (BEKRAF menyebutnya dengan cockroach startup). Disampaikan Fajar Anugerah, Senior. Partner Kinara Indonesia, salah satu hal yang ingin diraih dari acara ini adalah kemampuan founder untuk mengkomunikasikan berbagai aspek di startupnya kepada investor. Selama ini komunikasi adalah kendala yang paling krusial. Selain itu pematangan aspek teknis seperti model bisnis dan tatanan finansial turut menjadi bagian dalam kerangka workshop.

Dimulai dengan workshop terpadu, dipraktikkan langsung dengan investor

Semua startup yang tergabung memang benar-benar masih di tahap baru. Hal ini senada dengan program BEKUP (BEKRAF for Pre-Startup) yang memfokuskan pada edukasi pengembangan startup di fase awal. Rangkaian acara ini menyajikan materi terpadu untuk para founder startup, meliputi manajemen finansial, memahami perjanjian investasi, perlindungan HKI dan kiat mendesain serta penyampaian sebuah pitch deck kepada investor.

Selama dua hari materi workshop dijejalkan pada para peserta. Dan di hari terakhir, para peserta ditantang untuk melakukan pitching selama 3 menit bergantian dengan 14 investor yang dihadirkan. Acara ini memang tidak menargetkan adanya investasi yang dikucurkan, bukan yang utama, karena misinya terletak pada edukasi.

Deputi Akses Permodalan BEKRAF Fadjar Hutomo mengatakan:

“…usaha kreatif (dalam hal ini startup) berkembang begitu pesat. Namun, diakui banyak dari pendiri usaha tersebut masih sangat muda, dan sebagian besar belum memiliki pengetahuan lebih untuk mengembangkan bisnis serta menggaet investor. Menurut kami, di sinilah tanggung jawab BEKRAF harus dijalankan. Acara ini diselenggarakan bukan sebagai ajang bersaing antar startup, tetapi sebagai kesempatan belajar bagi mereka agar semakin mumpuni dalam mengembangkan bisnis.”

Harapan utama dari penyelenggaraan acara ini adalah berkembangnya ekosistem permodalan bagi para startup, terutama dari permodalan non-perbankan, serta menghubungkan pemilik industri kreatif lokal dengan jajaran investor yang lebih luas.

Startup dengan pendanaan atau bootstrapping

Di sela-sela acara, Fajar menyampaikan ketika dihadapkan pada realitas saat ini dalam kaitannya dengan cara startup berkembang, maka pilihannya ada model bootstrapping atau akselerasi melalui pendanaan. Menariknya dari startup yang kian heterogen di Indonesia, polanya tidak bisa disama-ratakan. Menurut Fajar, ini akan sangat bergantung pada apa yang dikerjakan oleh startup tersebut.

“Dari sudut pandang saya sebagai bagian dari investor, jalan scale-up startup masing-masing berbeda. Ada startup dengan produk yang bisa langsung menghasilkan keuntungan, karena sejak awal bisnisnya sudah menekankan ekonomi transaksional (menghasilkan untung). Ada pula yang perlu pendanaan untuk bisa melakukan scale-up, contohnya startup pengembang produk kesehatan atau yang lebih mengarah ke riset mendalam.”

Tren startup Indonesia yang perlu diperbaiki

Menurut Fajar, berbagai macam hal perlu untuk ditanamkan sejak awal di startup-startup baru di Indonesia saat ini. Trennya ada dua hal, terkait dengan networking dan dedikasi. Disampaikan bahwa perbedaan startup dengan UMKM pada umumnya adalah pada mode berpikir cepat. Startup terbiasa dengan dinamika yang sangat cepat, dan digitalisasi membuat bisa berlari untuk mengimbangi, karena sekarang eranya sudah “online” tanpa batas.

Networking ialah tentang kemauan para founder atau punggawa startup untuk lebih banyak bertemu calon pengguna dan rekanan strategis. Tak cukup hanya berfokus pada produk, karena mendengarkan umpan balik kadang memberikan bermacam insight yang sebelumnya tidak terpikirkan saat perancangan produk. Hal ini senada dengan apa yang dikatakan sebelumnya, bahwa komunikasi bisnis oleh founder startup baru menjadi salah satu isu yang ingin dibenahi oleh BEKRAF.

Berikutnya adalah soal dedikasi. Dibangun secara mandiri, tak jarang startup justru ditaruh pada opsi ke sekian dalam rutinitas bekerja harian. Banyak para founder startup yang bekerja paruh waktu untuk startupnya. Desakan pendapatan umumnya jadi alasan. Padahal, menurut Fajar, dedikasi full-time untuk membangun startup menjadi hal yang sangat berpengaruh untuk keberhasilan startup itu sendiri. Totalitas menjadi kuncinya.

Indigo Creative Nation Umumkan 13 Startup Terbaik di Batch Kedua 2016

Program inkubator dan akselerator Indigo Creative Nation yang diprakarsai oleh Telkom kembali mengumumkan 13 startup terpilih dari 300 pendaftar program Indigo Batch II 2016 di Jakarta Digital Valley. Penunjukan startup terbaik ini didasarkan pada tiga kriteria penilaian, yakni market validation, product validation dan customer validation.

Beberapa startup yang masuk ke dalam 13 besar tersebut termasuk Synchro, Chatkoo, Angon, Tessy, Koolva, Habibi Garden, Meetchange, Growpal, Simbah, dan Hooki Arisan. Startup-startup tersebut mengusung berbagai produk yang cukup menarik, contohnya Syncro mengembangkan aplikasi distribusi data. Ada juga Chatkoo yang mencoba mengintegrasikan layanan chatting populer dengan sistem pesanan pelanggan. Di bidang pertanian ada Angon yang menghubungkan antara investor dengan peternak, dan sebagainya.

“Program inkubasi akan berlangsung sekitar enam bulan menggunakan pendekatan metode Lean Startup dan Agile Development. Jadi, kami akan bina mereka agar makin meningkat dari tahapan dasar customer validation menuju product validation, business model validation dan akhirnya market validation,” ujar Arief Musta’in selaku EGM Divisi Digital Service PT Telkom  di sela-sela pengumuman.

Selanjutnya para startup terpilih akan dibimbing oleh tiga jenis mentor, yakni Resident Mentor (mentor inti), Visiting Mentor (mentor tamu), dan Silicon Valley Mentor (mentor langsung dari Silicon Valley). Ini adalah pencapaian yang cukup menggembirakan, setelah berjalan selama selama tujuh tahun sejak 2009. Terdata sebanyak 2056 startup yang pernah mendaftar program tersebut

Sebelumnya pada Batch I di bulan Februari 2016 lalu, program Indigo juga telah merilis daftar startup terbaiknya. Empat di antaranya baru-baru ini baru saja mengumumkan pendanaan, meliputi Trax Center, Minutes Barber, Kartoo, dan Sonar.

Beberapa peserta inkubator lain sudah masuk pasar dan makin eksis melayani pengguna, baik oleh masyarakat luas maupun oleh Telkom Group yang memiliki puluhan anak perusahaan. Dicontohkan startup platform perdagangan elektronik, Jarvis Store, yang kini digunakan Divisi Business Service PT Telkom. Xigent, pembuat tombol panik, diserap oleh Walikota Bandung Ridwan Kamil dalam Bandung Command Center-nya, dan beberapa lainnya.

“Seluruh startup akan mendapatkan dana inkubasi dalam dua tahap yaitu pendanaan awal dan lanjutan. Dan kami tidak akan halangi startup dapat pendanaan dari investor pihak ketiga selama inkubasi selama terlebih dahulu mendapat persetujuan tertulis dari Indigo,” ujar Managing Director Indigo Creative Nation, Ery Punta.

Nicko Widjaja, CEO MDI Ventures (perusahaan venture capital Telkom), menyatakan bahwa pelaksanaan program inkubasi dan akselerasi startup Indigo seluruhnya dilaksanakan oleh MDI Ventures.

Penuhi TKDN, Vivo Ajak Kerja Sama Startup dan Bangun Pabrik di Indonesia

Agar tetap bisa memasarkan produknya untuk konsumen Indonesia, para pengembang produk ponsel 4G/LTE terus berupaya untuk memenuhi persyaratan yang diberikan pemerintah melalui aturan TKDN. Salah satu yang sedang berjuang adalah Vivo.

Pengembang ponsel asal Tiongkok tersebut mengaku saat ini telah memenuhi 20% dari porsi TKDN dengan membangun pabrik di Indonesia. Dari pemaparan Chief Marketing Officer Vivo Mobile Indonesia Kenny Chandra, pabrik Vivo tersebut berlokasi di Cikupa, Tangerang, memiliki kapasitas produksi 50.000 sampai 100.000 unit untuk semua lini smartphone.

Untuk meningkatkan persentase TKDN, ditargetkan Vivo memenuhi 30% di Januari 2017, pihaknya akan mencoba bermain di inovasi aplikasi. Salah satu langkah strategis yang ingin dilaksanakan ialah dengan menjalin kerja sama dengan startup lokal. Sampai saat ini belum diinformasikan spesifik startup mana dan seperti apa yang ingin dirangkul.

TKDN membuka kesempatan pengembang dalam negeri berkolaborasi dengan pemain global

Tak hanya Vivo, berbagai brand ponsel 4G/LTE lain pun kini sedang berpikir keras untuk memenuhi standar TKDN yang telah diresmikan. Apple contohnya, beberapa waktu terakhir dikabarkan sedang dalam tahap negosiasi untuk mengembangkan pusat inovasi di Indonesia. Beberapa pabrikan ponsel lain seperti ASUS pun telah bersiap.

Kendati beberapa pengembang ponsel akhirnya hengkang, dan pertumbuhan adopsinya pun sempat terpantau melambat, aturan TKDN ini sejatinya dapat dilihat sebagai sebuah kesempatan bagi pengembang lokal. Yakni kesempatan untuk turut serta dalam pengembangan produk, baik di sisi perangkat lunak ataupun perangkat keras. Dan visi pemerintah terhadap TKDN pada dasarnya memang mengarah ke sana.

Indonesia tak diragukan lagi dalam kaitannya dengan konsumsi produk elektronik. Namun tak menutup kemungkinan dengan pembuktian pertumbuhan startup yang luar biasa, bersanding dengan kesempatan untuk kolaborasi dengan perusahaan global, tingkat inovasi digital di Indonesia akan terangkat produktif.

Tetap menuntut pengembang lokal untuk inovatif

Sederhananya aplikasi lokal akan mendapatkan tempat yang lebih luas untuk berkembang. Perangkat 4G/LTE memiliki kewajiban untuk menjadikan aplikasi dan game lokal sebagai pre-installed app, artinya sudah tertanam di ponsel sebelum ponsel sampai ke tangan konsumen. Namun demikian ini juga menjadi tantangan bagi pengembang aplikasi lokal, untuk menciptakan kreasi yang mampu mengimbangi kualitas produk tersebut. Terlebih akan ada marketstore yang mengakomodasi karya lokal. Tanpa konten yang berkualitas, tetap saja tidak akan mendapatkan traksi yang bagus, karena penentuan akhir sangar bergantung dengan ketertarikan konsumen.

TKDN dari sisi manufaktur yang mengisyaratkan pabrik perakitan di Indonesia sebenarnya juga sebagai strategi pemerintah untuk bisa menyerap tenaga kerja lebih banyak. Namun demikian sebenarnya ada hal fundamental yang tidak boleh terlupa, yaitu bagaimana mendorong individu-individu dan teknisi lokal untuk mampu mempelajari pengembangan arsitektur tersebut, sehingga tidak hanya mengerjakan aktivitas “buruh” saja, melainkan benar-benar mencetak ahli-ahli baru belajar dari proses yang ada di pabrik tersebut.

Jualo Bebaskan Biaya Escrow dan Withdrawal Fee

Layanan iklan baris Jualo baru saja mengumumkan pihaknya telah memangkas gratis seluruh biaya escrow (rekening bersama) dan withdrawal fee (tarik saldo) bagi penggunanya di seluruh wilayah Indonesia. Layanan ini dimaksudkan untuk memberikan kemudahan, kenyamanan dan terutama keamanan baik bagi pembeli maupun penjual yang melakukan transaksi di Jualo.

“Kami menginginkan Jualo menjadi sarana di mana setiap orang dapat membeli dan menjual barang dengan aman dan nyaman dari mana pun. Karena di luar sana masih banyak orang yang melakukan jual beli online tanpa adanya perlindungan apapun (melakukan pembayaran langsung ke penjual), kami ingin memastikan bahwa siapapun bisa menggunakan perlindungan ini untuk melakukan transaksi online tanpa berpikir 2 kali, oleh karena itu kami membebaskan seluruh tambahan biaya transaksi escrow di Jualo,” ujar COO Jualo Pedro Principe dalam rilis yang kami terima.

Pedro menambahkan bahwa Jualo adalah solusi yang tepat bagi masyarakat dengan jangkauan distribusi barang yang tidak sebanyak di daerah Jawa misalnya di daerah Kalimantan, Sumatera dan Sulawesi, ingin membeli barang bekas yang memang biasanya tersedia dalam jumlah yang lebih tinggi di pulau Jawa. Dalam hal ini, layanan Jualo Escrow memungkinkan masyarakat melakukan transaksi dari satu wilayah ke wilayah yang lain di Indonesia.

Kuatkan strategi untuk terus bertahan di era persaingan e-commerce yang kian “tak masuk akal”

Dalam sebuah kesempatan kunjungan media ke DailySocial HQ, Pedro pernah mengungkapkan beberapa strategi yang diramu Jualo untuk dapat bisa berada di puncak layanan online marketplace di Indonesia. Selain terus mengupayakan pembaruan inovasi aplikasi, Jualo juga berusaha untuk mengalokasikan secara strategis pendanaan yang pernah diterima. Jualo memilih untuk bersikap moderat. Artinya setiap uang yang hendak dikucurkan harus sesuai dengan kebutuhan perusahaan.

[Baca juga: Realitas Panasnya Persaingan E-Commerce Lokal]

Namun iklim persaingan di lanskap e-commerce maupun online marketplace saat ini sudah tidak masuk akal lagi. Mulai dari perang tarif, promosi yang bertebaran dan berbagai strategi lain yang diindikasi sebagai cara “membakar uang” terus digencarkan. Tak heran, di lanskap startup Indonesia, jenis startup e-commerce memiliki kepercayaan untuk mendapatkan investasi lebih besar. Potensi traksi dan perpindahan tren belanja digital yang cepat menjadi pendorongnya.

Tak hanya bersaing dengan pemain lokal, hijaunya pasar konsumtif di Indonesia membuat beberapa pemain luar pun turut mengencangkan tali kepala untuk turut bersaing. E-commerce besar yang disokong oleh korporasi dan BUMN pun tak mau kalah. Dengan mengusung segmentasi yang lebih spesifik, umumnya para bisnis tersebut menguatkan manuvernya.

[Baca juga: Lebih dari Separuh Penduduk Indonesia Telah Terhubung Internet]

Pendekatan berbasis fitur kini lebih disukai Jualo. Beberapa waktu lalu pihaknya meluncurkan Jualo Dompet, sebuah layanan rekening bersama untuk proses transaksi pembelian. Sebelumnya juga diluncurkan Jualo Kasbon yang memudahkan penggunanya untuk melakukan pembelian secara kredit.

Application Information Will Show Up Here

Tren Online Dating dan Manuver Paktor di Indonesia

Kemarin Paktor mengumumkan kucuran pendanaan baru dari MNC Media Group dan K2Global senilai $32,5 juta. Kendati tidak berbasis di Indonesia, bagi Paktor pangsa pasar online dating di Indonesia cukup menjanjikan. Hal ini tergambar jelas dari data demografi pengguna Paktor di Indonesia, didominasi oleh kaum profesional muda berusia di antara 25-35 tahun dengan perbandingan pria dan wanita hampir berimbang.

Menurut CEO Paktor Josep Phua, data tersebut menunjukkan performa yang sangat bagus dan di atas rata-rata standar industri online dating. Hal ini senada dengan makin diterimanya konsep online dating di kalangan pengguna, khususnya di Indonesia. Sejak diluncurkan satu tahun lalu, berbagai strategi penyampaian produk terus digencarkan oleh Paktor untuk mendapatkan traksi pengguna terbaiknya.

Masa depan layanan online dating di Indonesia

Indonesia adalah emerging market dan mobile-first market dengan potensi yang sangat besar di berbagai produk digital, tak terkecuali online dating. Lebih banyak orang akan memiliki smartphone sebagai perangkat pertama dan koneksi internet dan infrastruktur juga akan menjadi semakin baik.

“Kami melihat bahwa mobile dating akan menjadi salah satu cara yang paling populer dan nyaman untuk bertemu dengan orang baru dan mencari pasangan hidup. Mobile dating akan terus ada dan berkembang, serta akan bertumbuh semakin pesat karena kami telah melihat juga bahwa market ini sangat terbuka dan respektif terhadap konsep online dating,” ujar Josep.

[Baca juga: Setelah Perolehan Pendanaan, Paktor Targetkan Perluas Cakupan Layanan di Indonesia]

Jika melihat tren perkembangan saat ini, platform online dating telah berkembang menjadi format yang lebih bersifat sosial dan telah menjadi salah satu bentuk media sosial juga, dengan elemen entertainment di dalamnya.

Visi Paktor untuk menguatkan diri di sektor social entertaiment

Bersama dengan putaran pendanaan terbarunya, Paktor berencana untuk memperluas portofolio produknya sehingga mentransformasikan dirinya menjadi platform social entertainment untuk online dating yang kuat.

“Strategi yang akan Paktor adopsi adalah dengan mengambil pendekatan yang lebih inovatif dalam cara kami untuk men-delivery content untuk membantu pengguna membentuk hubungan-hubungan yang meaningful dengan orang baru,” papar Josep kepada DailySocial.

Secara tradisional Paktor bekerja menghubungkan orang melalui koneksi one-to-one, diperkuat dengan konten yang relevan dan platform teknologi mobile. Secara spesifik mengenai content sharing, terdapat perubahan tren. Content sharing bergerak lebih ke arah video. Dating App dari Tingkok, Momo, adalah salah satu contoh sukses. Mereka telah mengalami kesuksesan setelah memperkenalkan fitur live-streaming ke dalam aplikasinya.

“Sekarang kami sudah berada dalam tahap Social 2.0, di mana kami menemukan bahwa ada beberapa cara untuk pengguna dapat terhubung dengan orang baru (bisa melalui 1-to-many, 1-to1, many-to-1, dan lain-lain). Apapun caranya, denominator yang mendasar adalah content sharing,” lanjut Josep.

[Baca juga: Monetisasi Sejak Awal Mudahkan Paktor Rangkul Investor]

Tren yang terus menguat untuk pengguna online dating di sisi lain turut membuka kesempatan monetisasi bagi Paktor. Berbagai fitur premium terus digencarkan, dan terus digodok untuk menjadi revenue stream dari aplikasi.

“Semenjak kami mulai berfokus kepada monetisasi, kami telah melakukan usaha-usaha yang maksimal untuk meningkatkan fitur-fitur dalam aplikasi Paktor dan kami telah mendapatkan hasil yang signifikan, kami berhasil mencapai conversion rate yang membawa kami kepada 22x pertumbuhan revenue tahun ini,” ujar Josep.

Dalam beberapa waktu ke depan, pihaknya juga tengah mempersiapkan fitur-fitur terbaru untuk aplikasinya. Estimasinya pada kuartal ke-4 tahun ini. Terkait dengan platform social entertainment, dalam beberapa minggu ke depan, akan diluncurkan pembaruan aplikasi berkaitan dengan tujuan tersebut.

Application Information Will Show Up Here

Kejar Tren Pengguna Layanan Streaming Musik, LangitMusik Berimprovisasi

Di tengah persaingan layanan streaming musik yang ada saat ini, LangitMusik tak mau kalah. Layanan besutan Telkomsel yang dikembangkan sejak tahun 2015 tersebut menghadirkan beberapa fitur baru untuk menarik minat pengguna. Fitur Dolby Audio, penyusunan playlist, dan lirik lagu menjadi improvisasi yang baru-baru ini diperkenalkan.

LangitMusik baru hadir dengan konsep freemium, memungkinkan pelanggan menikmati pengalaman streaming semua lagu secara gratis dan berbayar. Fitur terbaru yang hadir dengan interface yang lebih segar menyuguhkan beragam playlist pilihan dari artis ternama berdasarkan jenis musik, mood, dan disesuaikan dengan selera pelanggan.

Fitur Dolby Audio membuat jutaan lagu favorit bisa didengarkan dengan kualitas yang lebih baik. Beberapa pendekatan berbasis social-platform juga diadopsi untuk memudahkan pengguna untuk saling berbagi dan menyusun playlist-nya sendiri.

Konsepnya mirip dengan apa yang diusung pemain lain, seperti JOOX atau Spotify.

“Versi terbaru LangitMusik yang kami kembangkan kembali sejak tahun 2015 hadir dengan slogan: karena kita tahu kamu pengen dengerin ini itu; di mana LangitMusik lebih jauh menggali kebutuhan para penggunanya,” ujar General Manager Music Telkomsel Auliya Ilman Fadli kepada DailySocial.

Menurut pemaparan Auliya, saat ini katalog lagu yang ada di LangitMusik berjumlah lebih dari 4 juta lagu. Secara demografi, pengguna LangitMusik masih terfokus di kota–kota besar di Indonesia. Lagu lokal terbaru masih menjadi primadona di aplikasi Langi Musik. Tren di tahun-tahun mendatang, LangitMusik ingin mencoba mengakomodir pelanggan muda dengan konsep freemium yang ditawarkan.

Memacu langkah bersaing dengan JOOX dan Spotify

Spotify dan JOOX saat ini bisa dikatakan sebagai layanan streaming musik yang sedang naik daun. Ada beberapa layanan lain juga yang mencoba relevan, seperti Yonder atau bahkan Nada Kita sebagai pemain lokal.

Kendati menurut survei DailySocial model streaming belum mendominasi cara masyarakat dalam mendengarkan musik, dengan berbagai pertimbangan banyak yang mulai berpindah ke layanan model streaming.

Untuk bersaing di ranah tersebut, LangitMusik memerlukan percepatan inovasi dan penyesuaian dengan tren kebutuhan pengguna. Ada beberapa kriteria dari konsumen yang dapat meyakinkan mereka untuk berpindah ke suatu layanan streaming musik. Menurut survei tersebut, kriterianya meliputi kelengkapan koleksi musik, ketersediaan pilihan untuk menikmati layanan secara gratis, dan kelengkapan fitur.

Pertimbangan lain, seperti koneksi yang lambat, layanan berbayar, dan layanan tersebut sulit untuk digunakan menjadi tiga alasan teratas mereka untuk tetap setia dengan caranya saat ini, yakni mengunduh musik dan menempatkannya secara offline di memori ponsel mereka. Jika mampu memecahkan masalah tersebut, pemain streaming dapat memikat hati lebih banyak konsumen untuk beralih.

Application Information Will Show Up Here

Cerita Founder Asal Ambon Natasia Malaihollo dan Kesuksesan Startup Wyzerr di Amerika Serikat

Wyzerr merupakan sebuah startup yang memberikan layanan berupa enterprise-level market research untuk semua kalangan yang membutuhkan, baik bisnis ataupun personal. Dengan memanfaatkan keandalan Artificial Intelligence (AI), Wyzerr dinilai mampu melakukan tugas dan analisis mendalam yang umumnya sulit dilakukan secara manual. Namun siapa sangka di balik nama startup yang sedang ramai dibincangkan di lanskap usaha rintisan di Amerika Serikat tersebut ada seorang pendiri asal Indonesia. Namanya Natasia Malaihollo, seorang perempuan kelahiran Ambon, Maluku.

Keberhasilan Wyzerr yang banyak diberitakan dewasa ini nyatanya bukanlah sebuah proses yang instan. Bercerita kepada DailySocial, Natasia memulai Wyzerr sekitar dua tahun lalu setelah perusahaan teknologi yang pertama dirintis mengalami kegagalan. Kejelian memberikan inspirasi sekaligus semangat kepada Natasia untuk bangkit. Kegagalan tersebut berhasil menyadarkan bahwa ia tidak mengumpulkan berbagai umpan balik ketika perusahaan tersebut didirikan.

Sempat mencoba beberapa platform untuk mengumpulkan beberapa umpan balik untuk mencari tahu apa yang sebenarnya dibutuhkan pelanggan di startup pertamanya tersebut, namun Natasia mengaku bahwa dirinya tidak puas dengan apa yang disajikannya. Dari situ ia bertekad untuk membangun sebuah sistem survei yang menyenangkan, terlihat seperti sebuah games.

“Otak platform kami adalah data umpan balik yang kami kumpulkan melalui gammified surveys. Semua survei Wyzerr bisa menangkap 25 pertanyaan tak lebih dari 60 detik,” ujar Natasia.

Memaknai kegagalan dengan menemukan kesempatan baru

Natasia lahir di Ambon, orang tuanya pun keduanya asli Ambon. Ia datang ke Amerika Serikat ketika berumur 1 tahun, tepatnya di Southern California. Di Berkeley ia mengambil kuliah jurusan hukum. Sempat bekerja di beberapa firma hukum dengan berbagai jabatan, pada akhirnya Natasia merasa dirinya lebih cocok untuk menjadi seorang pengusaha.

Pada Juni 2011 ia mendirikan Sooligan bersama rekannya Nikka Umil. Sooligan pada dasarnya mengusung sistem berbasis media sosial untuk menyuarakan berbagai kicauan terkait dengan aktivitas perkuliahan. Sebagai Co-Founder, di startup ini Natasia banyak mencurahkan pemikirannya untuk memimpin inovasi dan pengembangan produk. Namun tak jarang juga harus menyelaraskan kebutuhan operasional, mulai mendapatkan investor hingga strategi pemasaran.

Namun takdir berkata lain, pada Mei 2014 akhirnya Natasia tidak bisa melanjutkan Sooligan. Tak putus asa, bulan Juni 2014 Wyzerr terlahir menawarkan berbagai kemampuan untuk mendapatkan insight mendalam seputar umpan balik yang dibutuhkan untuk berbagai kepentingan.

“Ketika saya memutuskan untuk menjadi seorang pengusaha, saya berpindah ke sebuah kota di mana startup pertama saya dilahirkan. Saya tinggal di Northwest Arkansas, New Orleans, New York, San Francisco. Dan sekarang (bersama Wyzerr) saya tinggal di Kentucky,” cerita Natasia tentang perjalanannya.

Nataisa mempelajari ilmu komputer sejak berada di bangku sekolah, meskipun ia tidak memilih jurusan tersebut pada kuliahnya. Saudara laki-lakinya kebetulan juga seorang insinyur di bidang komputer. Namun ia mengaku dorongan terbesar untuk mempelajari ilmu komputer justru karena yang ia sempat kuliah dan belajar di bidang hukum, fokusnya di bagian paten.

Melalui firma hukum yang sebelumnya menjadi tempat Natasia bernaung, ia seingkali melihat banyak inovasi dari kliennya di perusahaan teknologi, seperti Samsung dan IBM. Dari situ ia terus mengasah kemampuannya, dan terus belajar secara mandiri dan praktik terkait dengan pengembangan produk dan inovasi digital.

Traksi yang tinggi dan prestasi gemilang diraih bersama Wyzeer

Di Wyzerr sebagai CEO, Natasia juga bertanggung jawab untuk menyelaraskan pengembangan teknologi pendukung survei umpan balik yang dipasarkan. Apa yang ia kerjakan didasarkan pada misi untuk membuat teknologi umpan balik yang digunakan dapat menyenangkan, cepat, tanggap dan mudah digunakan baik oleh responden ataupun perusahaan yang membutuhkan analisis data tersebut.

Untuk memenuhi kebutuhan tersebut, Wyzerr kini terdiri dari dua varian produk, Wyzerr Questionnaires dan Wyzerr Insight. Sistem kuesioner yang diterapkan dalam survei didesain dengan user experiences yang menyenangkan, mengadopsi bagaimana permainan digital menjadi tidak membosankan untuk dibuka oleh pengguna ponsel atau komputer. Berbasis gamifikasi, pengisian umpan balik dilakukan seefektif mungkin, rata-rata responden membutuhkan waktu tidak lebih dari 60 detik untuk menyelesaikan 25 pertanyaan.

Implementasi produk Wyzerr untuk survei beberapa perusahaan ternama
Implementasi produk Wyzerr untuk survei beberapa perusahaan ternama

Hasil isian dari responden dianalisis melalui Wyzerr Insight, sebuah dashboard visualisasi data dengan algoritma analisis mendalam. Visualisasi data ini dirancang menggunakan beberapa teknologi kognitif terbaik untuk memberikan wawasan dengan instan dari volume data yang besar. Beberapa konsep analisis big data turut diadopsi dalam pengembangan sistem ini.

Kepercayaan pelanggan terhadap kinerja Wyzerr membawanya pada putaran pendanaan senilai $1,5 juta beberapa waktu terakhir. Saat ini Wyzerr telah menjalin kerja sama dengan beberapa perusahaan global, termasuk Walmart, Volkswagen dan Unilever. Kabar terakhir Wyzerr baru saja meraih runner-up di kompetisi Forbes Change the World, sebuah ajang bagi startup yang memberikan solusi untuk mengubah dunia.

Pelajaran yang dapat dipetik dari perjalanan, kegagalan dan keberhasilan Natasia dalam menjadi founder startup

Saat ini Wyzerr juga telah tersedia untuk beberapa wilayah di Asia. Cita-citanya untuk melakukan ekspansi lebih luas masih terus diupayakan, dan tak menutup kemungkinan juga Indonesia akan menjadi salah satu tempat singgahnya. Dari perjalanan Natasia bersama bisnis rintisan yang dibentuknya, ada beberapa hal yang menurutnya penting untuk disiasati oleh pemula dalam startup. Natasia mengungkapkan ada tiga poin penting yang harus diperhatikan dengan saksama.

Pertama terkait dengan melakukan pengujian. Selalu lakukan pengujian. Founder seringkali terjebak pada aliran ide yang begitu banyak, dan eksekusi cepat bisanya menjadi tren di kalangan pemimpin muda. Bagi Natasia melakukan pengujian sebelum membangun sesuatu menjadi sebuah ritual yang harus dijalankan. Baik sebelum mengeksekusi ide, produk ataupun inovasi lainnya.

Natasia dalam sebuah pagelaran bertajuk startup di Amerika Serikat / Dok. Pribadi Natasia
Natasia dalam sebuah pagelaran bertajuk startup di Amerika Serikat / Dok. Pribadi Natasia

Kedua ia menceritakan, di Wyzerr pihaknya tidak membangun apapun yang belum berhasil dijual kepada pelanggan. Dicontohkan seperti yang dilakukan Apple, mereka bisa menjual iPhone sebelum mereka menyelesaikan produk tersebut. Artinya di sini kepercayaan dan keyakinan konsumen telah dibangun sebelum produk tersebut benar-benar dirilis.

“Jangan pernah membangun sesuatu sebelum kamu berhasil menjualnya. Kalau Apple bisa, jadi kita harus bisa juga,” ujar Natasia.

Terakhir adalah kemauan untuk menyesuaikan dan mengubah ide dan produk jika pangsa pasar tidak merespon dengan baik apa yang telah dikreasikan. Karena kadang yang terlihat menarik bagi kita, ketika dipasarkan produk tersebut tidak menjadi kebutuhan urgen untuk calon konsumen kita. Membuka pikiran untuk terus belajar dan berinovasi menjadi peranan kunci di sini.

Pengusung TrueMoney Jalin Kemitraan dengan Ant Financial, Targetkan Pasar Asia Tenggara

Ant Financial Group perusahaan digital payment pengusung Alipay hari ini umumkan cetak biru global untuk inklusi keuangan digital bebarengan dengan kerja sama strategis dengan Ascend Money yang berbasis di Thailand. Nama Ascend Money mungkin jarang didengar, di Indonesia TrueMoney Witami adalah perusahaan yang diusung oleh grup tersebut. Bergabungnya dua pemain digital finance global tersebut memiliki visi untuk mempercepat pertumbuhan mobile lifestyle dan digital financial pltform di Asia Tenggara.

Ant Financial dan Ascend Money akan bermanuver pada penumbuhan sistem pembayaran, baik online ataupun offline, memanfaatkan tren bertumbuhnya ekosistem e-commerce di kawasan Asia Tenggara. Menariknya keduanya memiliki pengalaman yang tidak diragukan lagi. Alipay menjadi salah satu yang melandasi sistem pembayaran raksasa e-commerce Alibaba yang mengakomodir lebih dari 450 juta pengguna. Sedangkan kiprah Ascend Money di Asia Tenggara saat ini juga mulai memuncak.

Apakah ini menjadi strategi Alibaba bawa sistem pembayaran digital ke Indonesia?

Kekuatan Ant Financial seringkali ditunjukkan pada kapabilitas teknologi yang dimiliki, mencakup digital payment, big data analytics, risk control management dan cloud computing (Alibaba Cloud). Kemitraannya bersama Ascend Money bukan kali ini saja, sebelumnya keduanya telah menanamkan investasi $680 juta di startup pengembang mobile payments dan commerce platform asal India, Paytm.

Di Indonesia sendiri layanan TrueMoney tengah menunjukkan taringnya. Baru-baru ini pihaknya mengumumkan rencana ekspansinya ke beberapa negara di seputaran Indonesia. Potensi yang besar untuk pasar uang elektronik di Indonesia juga tengah memberikan banyak dampak di sektor digital-commerce. Artinya menjadi “lahan hijau” bagi kedua perusahaan besar tersebut, Ant Financial dan Ascend Money, untuk menggarap potensi tersebut.

Alibaba sendiri menjadi salah satu kiblat perkembangan e-commerce di tanah air. Sempat santer diberitakan bahwa pemerintah berencana menunjuk pendiri Alibaba Jack Ma sebagai penasihat ekonomi pemerintah, khususnya untuk urusan e-commerce. Kepercayaan tersebut tentu saja bisa menjadi sebuah pintu masuk berbagai layanan Alibaba untuk masuk.

“Imajinasi, inovasi dan informasi merupakan kunci untuk mewujudkan visi Ant Financial untuk mempromosikan akses yang sama ke layanan keuangan pada platform global […] Pasar pembayaran (digital) di Asia Tenggara memiliki potensi yang belum banyak dimanfaatkan dan kami berdedikasi untuk memberikan kontribusi,” sambut CEO Ant Financial Eric Jing.

Sejak tahun 2014, Alipay telah menjalin kerja sama dengan beberapa pemain e-commerce di luar Tiongkok. Per tahun 2016 tercatat lebih dari 80 ribu merchant di 70 negara telah memanfaatkan layanan tersebut. Di Asia Tenggara, layanan Alipay telah singgah di Thailand, Singapura, Malaysia, dan Vietnam. Kuartal ketiga tahun ini pihaknya menerangkan adanya kenaikan hingga empat kali lipat dibanding tahun lalu.

MNC Kembali Kucurkan Pendanaan untuk Startup Layanan Online Dating Paktor

Layanan online dating Paktor kembali mengumumkan perolehan pendanaan, kali ini sebesar $32,5 juta. Pendanaan tersebut dipimpin oleh MNC Media Group dan K2Global. Beberapa investor baru yang tidak disebutkan namanya juga turut dalam pendanaan ini. Sebelumnya MNC juga telah mengucurkan pendanaannya pada Paktor dan beberapa startup pada bulan Maret lalu.

Pendanaan Paktor kali ini telah membawa jumlah perolehan funding mencapai $57,5 juta. Angka ini turut mendongkrak pendapatan Paktor mengalami peningkatan 22 kali lipat dibanding tahun 2015 lalu. Fokus pendanaan kali ini akan dikonsentrasikan untuk melakukan ekspansi portofolio produk ke arah social-entertainment.

Sambutan Co-Founder dan CEO Paktor Joseph Phua dalam putaran pendanaan kali ini menyatakan optimis bahwa startupnya akan mampu memperkokoh keberadaannya sebagai platform multi-aset yang melayani kebutuhan kaum lajang di wilayah operasinya.

“Kami melihat perubahan yang kuat dalam perilaku konsumsi media hiburan interaktif di platform mobile dan akan menempatkan otot-otot di balik jaringan Paktor di Asia dan mobile expertise untuk melakukan ekspansi ke dalam lini bisnis baru di social-entertainment.”

Saat ini Paktor mengaku telah memiliki pengguna mencapai 20 juta member. Saat ini aplikasi juga telah memiliki 14 bahasa dan memperkenalkan model premium sejak akhir 2015 lalu. Pertengahan tahun lalu Paktor juga meluncurkan fitur baru berupa Paktor Rewards, Paktor Questions dan One-Touch Gifts.

[Baca juga: Monetisasi Sejak Awal Mudahkan Paktor Rangkul Investor]

Sementara itu unit bisnis layanan konsultasi dating GaiGai yang menjadi bagian dalam Paktor Group juga turut bertumbuh pada kuartal ketiga tahun ini. Rencananya tren pertumbuhan tersebut akan dijadikan modal untuk melakukan ekspansi di berbagai wilayah Asia lain yang belum terjamah layanan Paktor.

Application Information Will Show Up Here

Pasca Perolehan Seed Funding, Minutes Barber Siap Lakukan Transformasi Bisnis

Pengembang aplikasi mobile pengelola booking tukang pangkas rambut Minutes baru-baru ini mendapatkan pendanaan. Tepatnya pendanaan diperoleh dari Prasetia Dwidharma, perusahaan investasi yang dimiliki Presiden Komisaris PT Astra Internasional Budi Setiadharma. Beberapa angel investor turut bergabung dalam seed funding kali ini. Perolehan ini didapat lantaran Minutes menjadi 3 terbaik dalam inkubator startup Indigo Creative Nation.

Menurut pemaparan CEO Minutes Angki Rinaldy, pendanaan ini akan difokuskan untuk pengembangan fitur tambahan guna memperlancar proses bisnis bersama rekanan. Selain itu perekrutan anggota tim juga akan menjadi fokus Minutes beberapa waktu ke depan. Saat ini Minutes memang sedang memfokuskan di satu layanan yakni pangkas rambut, dengan penambahan modal pihaknya kini berencana melakukan ekspansi vertikal ke kategori lain, seperti salon, spa, brow house dan sejenisnya.

Minutes menjadi platform aplikasi yang lebih luas

Layaknya Go-Jek yang memiliki berbagai layanan di dalamnya, Minutes pun tampaknya mengarah ke sana. Beberapa waktu ke depan pihaknya akan segera meluncurkan Minutes 2.0. Di dalam aplikasi ini nantinya akan ada beberapa kategori personal services business yang dapat dipilih. Dari kategori vertikal yang direncanakan saat ini yang akan ditambahkan yakni Minutes Barber, Minutes Salon, Minutes Spa dan lain-lain.

“Dengan launching aplikasi 2.0 ini sekaligus kami akan melakukan re-branding dari Minutes Barber menjadi Minutes,” ujar Angki.

Sebelumnya bersama Minutes Barber, pihaknya menyediakan layanan terpadu yang memudahkan pengguna dalam mendapatkan jadwal booking di tempat pangkas rambut. Beberapa fitur seperti Online Booking, Quick Book, dan Smart Notification dibubuhkan untuk menghubungkan antara rekanan pemangkas rambut dengan pengguna aplikasi.

Optimis dengan perkembangan startup di Indonesia

Saat ini layanan on-demand dan e-commerce terus mencoba untuk mentransformasikan berbagai unsur dalam keseharian. Beragam jenis startup unik seperti Minutes Barber pun turut menjamur. Kendati demikian, Angki mewakili timnya optimis dengan potensi yang masih bisa terus digerus oleh inovator digital untuk merangkul pasar digital di Indonesia.

“Dengan jumlah penduduk Indonesia yang besar dan banyaknya masyarakat yang terjun ke bisnis kecil dan menengah menghadirkan banyak gap yang bisa dimanfaatkan oleh para tech-startup di Indonesia,” ujar Angki.

Menurut Angki ketika startup sudah memiliki visi yang benar terkait dengan produk dan model bisnis yang disuguhkan, maka peluang itu nyata adanya. Secara lebih mendetail ia mengatakan, bahwa yang menjadi DNA sebuah layanan startup adalah bagaimana ia mampu menyelesaikan permasalahan umum di masyarakat secara lebih efektif dan efisien.

“Startup dapat memiliki peluang berhasil lebih besar jika produk yang dikembangkannya benar-benar menyelesaikan masalah yang nyata dan mereka bisa cukup jeli untuk mengeksploitasi gap yang ada dan menghadirkan layanan yang belum pernah ada atau terpikirkan sebelumnya,” pungkas Angki.

Application Information Will Show Up Here