Rencana Go-Jek Menggandeng Perusahaan Taksi Resmi Hadirkan Go-Car

Go-Jek berencana memperluas layanannya dengan menghadirkan layanan taksi berbasis aplikasi. Dijuluki dengan layanan Go-Car, konsep yang diusung akan berbeda dengan Uber dan Grab, karena Go-Jek akan menggandeng taksi resmi (konvensional) untuk menjadi rekanan pengemudi. Informasi ini pertama justru disampaikan Kepala Dinas Perhubungan dan Transportasi (Kadishubtrans) DKI Jakarta Andri Yansyah, kemarin pasca ditemui oleh CEO Go-Jek Nadiem Makarim dan tim.

Dari pemaparan Andri pihak Go-Jek meminta pendapat kepada pemerintah provinsi untuk skema terbaik mengusung kerja sama dengan perusahaan taksi resmi. Dan pihak pemerintah mengaku siap membantu inisiatif tersebut. Karena menurut Andri kerja sama ini sangat dimungkinkan menyusul tidak adanya pembatasan kuota operator dan angkutan umum oleh Pemerintah Provinsi (Pemprov) DKI.

Rencana pembentukan kerja sama Business to Business (B2B) ini juga diapresiasi oleh Organda. Ketua Umum Dewan Pimpinan Pusat Organisasi Angkutan Darat (DPP Organda) Adrianto Djokosoetono mengatakan bahwa pihaknya menyambut baik rencana Go-Jek untuk menggandeng perusahaan taksi resmi guna melancarkan layanan barunya Go-Car. Pihak Organda mengaku siap membuka pintu lebar jika ingin bersinergi bersama guna mematangkan rencana tersebut.

Langkah Go-Jek dengan menggandeng armada resmi sekaligus menjadi penengah isu antara layanan berbasis aplikasi dan konvensional. Kehadiran layanan Go-Car tentu akan memberikan kenyamanan sama yang selama ini banyak dielukan oleh penikmat layanan berbasis aplikasi. Dari sisi regulasi juga menjadi lebih jelas, pasanya kedua belah pihak dari sisi perizinan sudah mengikuti apa yang digariskan Dinas Perhubungan. Namun tantangannya justru bagaimana menciptakan penawaran yang kompetitif untuk mengakuisisi pelanggan layanan lain sembari membangun traksi.

CeweQuat Internationalé Forum 2016 Ajak Perempuan Indonesia Menjadi Pemimpin di Era Digital

CeweQuat Internationalé Forum 2016 (CIF 2016) merupakan sebuah inisiatif besar yang mencoba untuk mengajak para perempuan hebat di Indonesia menjadi bagian dalam era digital yang ada saat ini. Dalam rangkaian acaranya beberapa agenda akan digalakkan, termasuk di dalamnya sebuah forum diskusi internasional untuk membahas isu dan tantangan yang dihadapi perempuan untuk bisa menjadi pemimpin di ekonomi digital Indonesia.

Mengusung tema besar “Women Empowerment in Digital Era”, CIF 2016 akan menghadirkan para pemateri handal, di antaranya Sandiaga Uno (pengusaha sukses Indonesia), Wulan Tilaar (Vice Chairwoman Martha Tilaar Group), Petty S. Fatimah (Editor in Chief Femina), Andrianna Tan (Founder Wobe), Betti Alisjahbana (Founder PT Quantum Business International) dan beberapa tokoh wanita lain yang siap menjadi rekan diskusi dan inspirasi.

CIF 2016 akan diadakan dalam dua sesi utama, yakni Pre-Event (9 April 2016) dan Event (16 April 2016).

CeweQuat Internationalé Forum 2016

Dalam Pre Event yang akan diselenggarakan April mendatang, acara diadakan dalam mentuk sesi networking dan workshop. Beberapa kelas yang dapat diikuti oleh peserta di antaranya membahas seputar:

  • Bagaimana public relation membantu bisnis untuk bertumbuh.
  • Pemberdayaan difabel di lingkungan kerja.
  • Bisnis model yang efektif untuk startup.
  • Bagaimana menciptakan program CSR yang memberikan dampak besar bagi masyarakat.
  • Tips berdandan para profesional.
  • Bagaimana menciptakan konten viral di media sosial.
  • Membuat profil yang menarik untuk kebutuhan profesional.

Menjadi bahasan menarik yang dapat diikuti, karena topik tersebut di atas menjadi kebutuhan umum para profesional perempuan untuk meningkatkan kualitas profesinya.

Pendaftaran untuk acara ini masih akan dibuka hingga 30 Maret 2016. Untuk informasi pendaftaran dan lebih lanjut seputar CIF 2016, kunjungi www.cewequat.com/cif2016 atau hubungi Wulan melalui saluran email [email protected] dan telepon di 0812 1232 0226.

Disclosure: DailySocial adalah media partner CeweQuat Internationalé Forum 2016

 

Pernyataan Resmi Uber Menanggapi Demonstrasi Layanan Ridesharing

Kejadian demonstrasi besar-besaran oleh para pengemudi taksi dan angkutan umum lainnya di Jakarta, menolak keberadaan layanan transportasi berbasis aplikasi menjadi salah satu gejolak besar dalam tatanan industri teknologi tanah air. Begitu pun dirasakan oleh tim Uber di Indonesia. Melalui pernyataan resminya tim Uber telah memberikan pernyataan resminya terkait tanggapan aksi tersebut.

Dalam rilis yang kami terima, tim Uber menuliskan:

“Minggu ini kami sangat sedih dengan terjadinya peristiwa kekerasan dan perusakan yang terjadi di Indonesia dan kami juga bersimpati terhadap dengan keluarga yang terkena dampak dari peristiwa tersebut. Pengguna dan mitra pengemudi kami telah bersama-sama memberikan dukungan kepada kota Jakarta. Kami bekerja sama dengan Bapak M. Iqbal, Kabid Humas dan Bapak Mamat Surahmat, Direktur Intelijen dan Keamanan, dari Polda Metro Jaya agar menyampaikan pengumuman untuk menenangkan seluruh mitra pengemudi, dan kami juga telah menonaktifkan harga ramai (surge) untuk membantu masyarakat bisa tetap menuju ke lokasi tujuan mereka secara aman, dapat diandalkan dan terjangkau.”

Tim Uber juga kini tengah melanjutkan negosiasi bersama Menteri Perhubungan Ignasius Jonan, Menteri Komunikasi dan Informatika Rudiantara dan Menteri Koordinator Politik, Hukum dan Keamanan Luhut Panjahitan untuk memastikan kepatuhan pada peraturan di Indonesia.

Hingga saat ini Uber mengaku telah melakukan pemenuhan persyaratan regulasi sebagai layanan berbasis aplikasi, berupa:

  • Membangun kerja sama dengan perusahaan rental resmi atau koperasi.
  • Memastikan semua kendaraan telah lolos Uji Kelayakan Kendaraan (KIR) dan mendapatkan sertifikat KIR.
  • Memastikan semua pengemudi memiliki Surat Izin Mengemudi (SIM A Umum).

“Kami tetap berkomitmen untuk bekerja sama dengan Pemerintah guna memastikan manfaat penuh dari ridesharing baik bagi para pengguna maupun pengemudi yang tersedia untuk siapa pun dan di mana pun,” pungkas tim Uber.

Dari demo sebelumnya tuntutan para pengemudi taksi adalah seputar argo yang diterapkan jauh lebih rendah (dikarenakan lolosnya Uber dan layanan sejenis dari administrasi sebagai kendaraan umum), batasan trayek, serta perizinan KIR. Regulasi pasar terkait dengan sharing economy memang masih menjadi masalah pelik, tak cuma di Indonesia, tetapi juga di negara lain.

Gobi Partner dan MAVCAP Hadirkan SuperSeed Fund, Usung $14,5 juta untuk Startup Asia Tenggara

Kemitraan antara Gobi Partner dengan Malaysia Venture Capital Management Berhard (MAVCAP) mengusung Gobi MAVCAP ASEAN SuperSeed Fund, yakni pendanaan senilai $14,5 juta (sekitar Rp 188,5 miliar) yang akan didedikasikan untuk seed-stage startup di Asia Tenggara. Ini merupakan kolaborasi kedua mereka setelah pada bulan September tahun lalu juga bersatu meluncurkan $50 juta untuk investasi seri A bagi startup di Asia Tenggara dan Tiongkok.

SuperSeed Fund akan fokus pada empat bidang, yakni e-commerce, financial technology (fintech), mobile dan produk startup yang menargetkan konsumen Muslim, untuk memperkuat basis pasar di Indonesia dan Malaysia, yang ditahui mayoritas masyarakat beragama Islam. Indonesia, Malaysia dan Singapura sekaligus akan menjadi salah satu target singgah utama SuperSeed Fund, dikarenakan memiliki populasi besar dan dukungan pemerintah.

Sebelumnya sebanyak lima startup telah mendapat kucuran pendanaan SuperSeed tersebut, di antaranya Nuren Group, Offpeak, RecomN, Triip.me dan YouthsToday. SuperSeed Fund ini dikelola langsung oleh Co-founder and Managing Partner Gobi Thomas G. Tsao, Partner Gobi di Singapura Kay-Mok Ku, dan CEO MAVCAP Jamaludin Bujang.

“Itu membuat kami tidak hanya menjadi pemain pemula di pasar, tetapi juga salah satu perusahaan modal ventura Tiongkok pertama yang memperluas ke pasar Asia Tenggara. Sejak saat itu, kami telah melihat pertumbuhan signifikan di wilayah ini (Asia Tenggara). Ketika kami pertama kali memasuki Asia Tenggara, para startup umumnya tidak bisa menerima institutional funding kecuali mereka sudah profit,” ujar Kay-Mok Ku kepada Techcrunch.

Khusus untuk pasar Indonesia, Kay-Mok Ku mencontohkan awalnya para startup sulit untuk mengamankan pendanaan, karena banyak investor yang masih terpaku di Tiongkok, India dan Singapura, saat ini keadaan telah berubah. Banyak venture capital yang mulai memperhitungkan pasar Indonesia, terutama untuk basis bisnis e-commerce, apalagi bakal ada potensi startup unicorn dari Indonesia lahir di segmen ini.

Indosat Ooreedoo Hadirkan eMagic, Layanan Bisnis Berbasis IoT

Divisi bisnis Indosat Ooreedoo resmi meluncurkan eMagic (Enhance Managed IoT Connectivity), sebuah solusi M2M (Machine-to-Machine) terbaru yang dirancang untuk memudahkan pelanggan dalam menghubungkan dan mengelola perangkat dengan layanan full managed. Layanan full managed sendiri memungkinkan pengguna tidak direpotkan dengan aktivitas instalasi, operasi dan pemeliharaan. Biaya lebih efisien dan perangkat dapat beroperasi optimal menjadikan pelanggan dapat lebih fokus pada bisnis.

eMagic dapat diterapkan pada berbagai industri seperti ATM, EDC pada perbankan, gateway untuk sensor pada perusahaan oil and gas, broadcasting, retail dengan live streaming, advertising dan small branches office, dan industri lain yang membutuhkan komunikasi data yang handal dan aman.

Dalam peluncurannya, Director and Chief Wholesale & Enterprise Officer Indosat Ooredoo Herfini Haryono mengatakan:

“Layanan eMagic ini hadir untuk memberikan kesempatan pelaku usaha untuk lebih berkonsentrasi terhadap core bisnisnya dan tidak direpotkan oleh masalah konektivitas. Bisnis pun dapat menjadi lebih mudah, efisien, dan tingkat keamanan yang baik. Dengan konsep full managed services, pelanggan tidak akan direpotkan dalam hal instalasi, operasi dan pemeliharaan konektivitas.”

Pentingnya pertumbuhan bisnis untuk kelangsungan usaha membuat setiap pelakunya meningkatkan efisiensi biaya dan melayani pelanggan dengan lebih baik. Internet of Thing (IoT) menjadi solusi yang diyakini bisa dimanfaatkan pelaku usaha untuk menciptakan inovasi bagi perusahaannya, sebagai sumber energi baru untuk pertumbuhan di tengah dunia digital saat ini.

Dengan pemanfaatan teknologi digital dan konektivitas yang handal maka IoT dapat menciptakan peluang serta dampak yang positif bagi pebisnis maupun perusahaan.

“Kami ingin menjadi mitra yang tepat bagi para pelanggan bisnis atau pelaku usaha yang ingin mengimplementasikan teknologi dalam upaya mencapai pertumbuhan bisnis yang berkelanjutan, mengeksplorasi berbagai peluang usaha, membantu transformasi digital perusahaan sambil tentunya menghadirkan pengalaman terbaik bagi para pelanggan mereka,” pungkas Herfini.

Layanan Adtech Adskom Resmi Berekspansi ke India

Penyedia platform programmatic adtech Adskom baru-baru ini mengumumkan kehadirannya di India. Ekspansi ini akan memfokuskan untuk mengakselerasi produktivitas tim penjualan di New Delhi. Bersamaan dengan eskpansi ini, Adskom juga telah menunjuk Rajeev Saxena sebagai Country Director baru perusahaan untuk operasional di New Delhi.

Secara umum fungsionalitas program iklan yang dirilis Adskom adalah untuk mengurangi ketergantungan pada elemen pengambilan keputusan manusia dalam proses pembelian iklan digital dengan mengotomatisasi melalui software.

“Bisnis e-commerce booming di India dan menyajikan kepada Adskom kesempatan besar. India memiliki skalabilitas yang kita cari, masih sangat banyak mengalami proses pertumbuhan yang cepat (dalam kaitannya dengan industri digital dan periklanan). Dari perspektif ini, India menjadi masuk akal bagi kami untuk dijadikan daerah perluasan operasi kami,” ujar Italo Gani selaku CEO Adskom untuk wilayah Asia Tenggara.

Dipaparkan dalam riset perdagangan yang dilakukan oleh eMarketer, bahwa potensi belanja iklan di India melampaui angka $1 miliar di tahun ini. Dan untuk programmatic advertising sendiri diproyeksikan akan menjangkau 70 persen dari belanja iklan secara keseluruhan.

Sejak mendapatkan pendanaan Seri A dari Convergence Ventures dan East Ventures pada pertengahan tahun lalu, Adskom sudah bersemangat untuk memfokuskan bisnis melakukan ekspansi pasar. Meskipun di Indonesia sendiri sudah mendapatkan porsi yang cukup besar, namun Italo Gani selalu menekankan bahwa pasar internasional akan menjadi bidikannya dalam laju bisnis di 3-5 tahun mendatang.

Sebelumnya Adskom juga membuka kantor di Silicon Valley pada tahun 2014. Penyedia platform digital advertising untuk sistem Supply Side Platform (SSP) dan Data Management Platform (DMP) ini menjadikan kantor di Palo Alto sebagai laboratorium pengembangan teknologi, terutama untuk aspek penciptaan formula logaritma dan serta pengembangan arsitektur teknis. Untuk kantor pusatnya sendiri saat ini berbasis di Singapura.

Di bawah kepemimpinan Rajeev Saxena di India, Adskom akan mencoba bermanuver untuk mereplikasi kesuksesan yang telah didapat sebelumnya di Asia Tenggara, termasuk Indonesia. Rajeev sendiri sebelumnya menjabat Business Director South East Asia & India untuk Acxiom. Kemampuannya bersama perusahaan analisis korporasi yang bertanggar di India diyakini dapat memberikan dorongan baik bagi Adskom di New Delhi.

Sejak didirikan pada tahun 2014 silam, Adskom kini telah mengelola lebih dari 150 juta data pengguna unik untuk pasar dan Indonesia dan telah terintegrasi dengan 200 mitra supply, data dan demand. Pasar periklanan di Indonesia sendiri, menurut Adskom, akan terus bertumbuh stabil hingga tahun 2019 hingga mencapai angka US$19,58 miliar (Rp 260,7 triliun). Pada tahun tersebut, anggaran belanja iklan digital dan mobile akan berkisar di angka US$7,6 miliar (Rp 101,2 triliun).

Facebook Tunjuk Sri Widowati Pimpin Bisnis di Indonesia

Facebook resmi menunjuk Sri Widowati, yang akrab disapa Wido, sebagai Head of Facebook Indonesia. Wido yang sebelumnya menjadi Vice President of Garnier South Asia (L’Oréal) akan bertugas memimpin kegiatan bisnis Facebook di Indonesia, terutama untuk memberikan masukan dan dukungan bagi pemegang brand serta agensi yang hendak memaksimalkan potensi pasar di Indonesia melalui medium Facebook.

Memiliki traksi yang sangat besar di Indonesia, penunjukan Head of Facebook Indonesia ini dirasa memang sangat diperlukan. Dengan adanya representasi perusahaan di Indonesia, Facebook dapat memperkuat dan membangun kemitraan yang lebih luas, baik dengan pengguna ataupun rekanan bisnis yang menggunakan layanan premium Facebook.

Posisi ini sudah lowong hampir selama satu tahun, sejak Anand Tilak memegang posisi baru Global Brand Partner di Facebook.

Dipaparkan Kenneth Bishop selaku Managing Director Southeast Asia Facebook, Indonesia memberikan sumbangsih yang sangat besar untuk penggunaan Facebook di wilayah Asia. Setidaknya saat ini sudah ada 82 juta pengguna di Indonesia, dengan hampir keseluruhan pengguna (94 persen) menggunakan Facebook melalui perangkat smartphone yang digenggam.

Penunjukkan Wido, menurut Kenneth, didasarkan pada pengalamannya menyusuri pangsa pasar di Asia Tenggara (selama hampir 20 tahun). Sepak terjang Wido memang sudah tak diragukan lagi untuk membangun bisnis di wilayah tersebut. Dengan adanya pimpinan baru untuk Facebook di Indonesia, disampaikan Kenneth, Facebook akan berinvestasi dalam sumber daya guna memperkuat basis bisnis Facebook di wilayah Indonesia.

Sri Widowati

Dalam sambutannya Wido memaparkan:

“Pengguna Facebook di Indonesia sangat aktif dalam berinteraksi. Mereka adalah komunitas mobile-first yang senantiasa ingin terhubung dengan satu sama lain maupun bisnis dengan cara yang lebih bermakna. Saya senang untuk kembali ke Indonesia dan membantu mitra kami dalam memanfaatkan peluang baru yang bisa memberdayakan mereka agar bisa berinovasi dan mengembangkan bisnis mereka.”

Dalam menjalani tuhasnya Wido akan fokus mendorong nilai serta dukungan lebih besar untuk bisnis internasional maupun di indonesia dalam berbagai bidang, terutama e-commerce, consumer goods, layanan finansial dan teknologi telekomunikasi.

Cuuveed Sajikan Layanan Pembuatan CV Online dan Offline

Di era Internet seperti saat ini, memiliki visibilitas global penting untuk menunjang karier profesional seseorang. Salah satu hal yang bisa dilakukan untuk menciptakan visibilitas ialah dnegan mempublikasikan profil profesional yang dapat diakses siapa saja. Beberapa media seperti LinkedIn mendukung kebutuhan tersebut. Sebuah startup lokal berjuluk Cuuveed juga mencoba mewadahi kebutuhan tersebut dengan menghadirkan layanan virtual resume/curriculum vitae (CV).

Cuuveed merupakan sebuah layanan berplatform website yang bisa digunakan secara gratis. Pengguna hanya perlu mendaftarkan email atau akun LinkedIn untuk dapat mengakses benefit dari layanan ini.

Secara garis besar terdapat 3 fitur unggulan yang disajikan Cuuveed. Pertama ialah layanan untuk membuat CV secara virtual, kemudian ada juga layanan pembuatan v-card virtual, dan yang ketiga adalah layanan pencarian kandidat profesional.

Sistem pembuat CV virtual ini cukup memudahkan pengguna, pertama karena formatnya sudah disesuaikan dan model pengisiannya pun dituntun dari langkah demi langkah. Mulai mengisikan data diri, pengalaman, pendidikan, kemampuan, penghargaan sampai portofolio yang dimiliki. Pengguna juga dapat menyesuaikan CV yang dibuat dengan beragam desain yang telah disediakan, termasuk dengan melakukan penyesuaian warna jika dibutuhkan.

Setiap pengguna yang telah selesai mengisikan data CV melalui Cuuveed maka akan mendapatkan sebuah profil bertautan Cuuveed untuk profil virtualnya. Pengguna juga dapat mengunduh CV tersebut ke dalam ekstensi PDF untuk kebutuhan cetak. Setelah itu pengguna akan disuguhkan pada layanan untuk mendesain v-card. Ini semacam sebuah profil pribadi yang berisi berbagai informasi personal dan profesional yang dapat dipublikasikan secara luas. Dan secara otomatis akan masuk pada listing kandidat profesional yang ada di website Cuuveed.

Screen Shot 2016-03-20 at 10.36.30 PM

Selain itu Cuuveed juga dilengkapi layanan untuk berkirim pesan antar anggotanya. Ada juga beberapa menu yang sudah ditampilkan masih berlabel “coming soon”, seperti layanan untuk blogging dan juga menghimpun koneksi/rekanan.

Screen Shot 2016-03-20 at 10.36.18 PM

Mengenal lebih dekat pengusung layanan Cuuveed dan visi yang ingin ditorehkan

Dipaparkan oleh Founder Cuuveed Rizki Mardita bahwa portal ini pertama kali diluncurkan pada pertengahan 2015. Hingga saat ini Cuuveed belum melakukan monetisasi untuk layanannya. Namun dalam waktu dekat akan diluncurkan beberapa fitur premium seputar pengembangan diri yang akan dijadikan sebagai salah satu jalur monetisasi Cuuveed. Tahun ini juga ditargetkan mobile apps Cuuveed akan diluncurkan.

“Kalau target Cuuveed di tahun 2016 ini adalah memiliki pengguna yang banyak, dan yang pasti di tahun ini Cuuveed akan terus melakukan improvisasi, agar pengguna nyaman dalam menggunakan layanan kami,” ujar Rizki.

Sampai saat ini Cuuveed masih didanai dengan patungan tim. Selain Rizki, juga ada beberapa rekan lain yang memfokuskan pada user experiences, product development dan data analyst. Ke depan tim Cuuveed mengharapkan layanannya dapat bermanfaat dan dijadikan rujukan bagi masyarakat untuk membuat personal branding yang maksimal sehingga dapat menemukan jenjang karier yang sesuai. Untuk pencari talenta pekerja juga diharapkan dapat dipermudah dengan makin banyaknya visibilitas pekerja profesional di internet.

Aplikasi LOOPkita Bantu Pengguna Atur Kuota Internet

Telkomsel meluncurkan aplikasi mobile terbarunya yang dikhususkan untuk segmen muda pengguna layanan data. Aplikasi bernama LOOPkita didesain untuk mengatur aplikasi sehingga dapat memberikan efisiensi penggunaan kuota data (Internet), menghemat penggunaan baterai serta mengatur koneksi data roaming saat bepergian ke luar negeri.

Aplikasi ini diluncurkan untuk perangkat ber-platform Android. Dengan kemudahan untuk memilah aplikasi mana saja yang diizinkan mengkonsumsi data yang dikemas dalam fitur Data Saving Mode, dinilai akan membantu pengguna dalam menghemat kuota data secara lebih efisien. Karena seringkali pengguna tak menyadari atau kesulitan untuk mendapati informasi terkait aplikasi apa saja yang sedang berjalan dan menyedot kuota data yang dimiliki.

LOOPkita juga dibekali dengan sistem pelaporan penggunaan data, sehingga akan memudahkan pengguna melakukan analisis pribadi terkait penggunaan kuota internet dari nomor ponselnya. Meliputi informasi total penggunaan data mobile dan Wi-Fi serta mengetahui aplikasi mana saja yang banyak mengkonsumsi data.

Vice President Prepaid and Broadband Marketing Telkomsel Ririn Widaryani dalam keterangannya mengatakan:

“Brand LOOP yang diposisikan untuk segmen youth memiliki profile yang sangat aktif dalam penggunakan Internet, seperti untuk browsing, streaming dan berbagai aplikasi digital yang mengkonsumsi data. Untuk itu aplikasi LOOPkita dihadirkan untuk membantu Loopers mengatur pemakaian data di smartphone, sehingga akan mendapatkan pengalaman mobile digital lifestyle terbaik.”

Ririn juga menambahkan bahwa saat ini minat pelanggan terhadap layanan data atau internet pada smartphone terus meningkat, terutama di segmen remaja. Trafik penggunaan layanan data di Telkomsel sendiri naik sekitar 110% sepanjang tahun 2015.

Application Information Will Show Up Here

Ekosistem Startup Indonesia Harus Tetap Tanamkan Semangat “Starting Up”

Keberadaan startup digital di lanskap industri Indonesia saat ini sudah semakin diperhitungkan, baik dari sisi kompetisi bisnis ataupun kehadirannya dalam akuisisi konsumen. Jika kita menilik lima sampai delapan tahun lalu, saat masih sangat sedikit yang mengetahui tentang apa itu startup, istilah entrepreneur masih lebih mendominasi, karena produk yang dikembangkan sangat sedikit yang melibatkan unsur digital.

Perkembangan yang terjadi hingga saat ini telah menciptakan kompetisi yang sangat dahsyat. Inovasi startup yang sering “mengganggu” tatanan industri yang sudah ada harus dihadapkan apple-to-apple dengan pemain bisnis yang sudah matang sebelumnya. “Kekisruhan” ini turut menghadirkan persaingan yang sangat sengit, baik persaingan langsung dengan kompetitor ataupun persaingan tak langsung di kategori lain.

Tak hanya dalam kompetisi industri, regulasi pun ikut bergejolak, karena semakin banyak kepentingan yang menyenggol di dalamnya. Di sisi lain pemerintah terus mendorong generasi muda untuk terus berinovasi, sehingga pro kontra untuk merevisi dan menambahkan kebijakan terus menjadi perbincangan hingga saat ini.

Terlepas dari kekisruhan yang ada, spirit startup tetap harus terus berkembang di Indonesia, seperti beberapa tahun lalu, saat setiap peluang dijadikan kesempatan untuk starting up ke dalam sebuah solusi digital.

Penggiat startup harus terus memulai atau menciptakan sesuatu hal yang baru. Ekosistem ini masih harus terus digalakkan. Ke depannya, semakin banyak layanan digital baru, dari on-demand sampai fintech, yang akan menimbulkan polemik persaingan bisnis dan regulasi baru. Tapi bukahkah semua itu akan kembali kepada penerimaan konsumen akan sebuah layanan?

Startup Indonesia tetap harus memfokuskan pada inovasi. Bukankah masih ada banyak yang belum “digantikan” dan menjadi kesempatan startup lain untuk masuk di dalamnya? Atau bahkan menciptakan peluang baru yang lebih baik dari startup yang telah menggantikan sistem tradisional yang ada sebelumnya dengan inovasi yang lebih atraktif.

Lupakan kerisauan akan regulasi. Startup tetap harus menempatkan diri pada kodratnya, yakni berinovasi dan memulai hal baru. Mengutip kata-kata Menkominfo Rudiantara saat mencoba mengakomodasi Uber dan GrabCar:

Aplikasi berbasis online adalah suatu keniscayaan dalam era digital seperti saat ini.