JALA Dikabarkan Dapat Tambahan Pendanaan Putaran Seri A

Startup aquatech JALA dikabarkan mendapat tambahan dana untuk putaran seri A. Menurut data regulator, mengutip dari Alternative.pe, investor baru yang terlibat adalah The Yield Lab Asia Pacific. Sehingga saat ini total dana yang dikumpulkan perusahaan dalam putaran seri A mencapai lebih dari $16,3 juta atau setara Rp265,5 miliar.

Terkait pendanaan tambahan ini, kami sudah mencoba menghubungi pihak terkait, namun tidak mendapatkan respons sampai berita ini diterbitkan.

Pendanaan seri A JALA sudah mulai digalang tahun 2023 lalu, dengan Intudo Ventures bertindak sebagai pemimpin. SMDV, Mirova, dan Meloy Fund (Deliberate Capital) turut berpartisipasi. Kala itu nilai yang diumumkan mencapai $13,1 juta.

Seperti disampaikan sebelumnya, investasi akan dimanfaatkan untuk memperluas cakupan operasional di Sumatera, Sulawesi, dan Nusa Tenggara—tiga wilayah yang memiliki potensi unik bagi pertumbuhan industri budidaya udang. Serta, memperkuat teknologi di JALA App dengan fitur baru.

Perusahaan terakhir kali mengumumkan pendanaan pada November 2021 sebesar $6 juta. Sejumlah pemodal ventura yang fokus pada impact investment dari beberapa negara terlibat dalam putaran ini, di antaranya The Meloy Fund (dikelola Deliberate Capital dari Amerika Serikat), Real Tech Fund (dari Jepang), dan Mirova (dari Prancis).

Melalui pendekatan teknologi, JALA hadir memberikan solusi kepada para petambak di proses budidaya, operasional, pasca-panen, dan komunitas. Layanan yang diberikan meliputi  aplikasi manajemen budidaya, perangkat pengukur kualitas air, layanan distribusi, hingga pusat belajar.

Menurut data keberlanjutan yang dirilis, sejauh ini sudah ada lebih dari 186 hektar kolam dengan lebih dari 1,4 ribu pembudidaya yang memanfaatkan layanan JALA.

Peluang digitalisasi untuk efisiensi memang masih terbuka lebar. Hal  ini seperti disampaikan Co-Founder & CEO JALA Liris Maduningtyas dalam sesi diskusi di awal tahun ini.

“Jadi tingkat adopsi teknologi ke dalam industri akuatik sudah ada, namun masih perlu penetrasi lebih jauh ke dalam diri para petani. Tujuannya agar mereka benar-benar dapat manfaatnya. Sebab, teknologi itu selalu dapat mengatasi beberapa masalah, meminimalkan risiko, meminimalkan biaya rantai pasokan, dan lain-lain,” ujarnya.

Selain JALA, saat ini Indonesia sudah memiliki beberapa startup di bidang ini, termasuk unicorn eFishery. Ada juga FishLog, DELOS, dan beberapa pemain yang juga mencoba menggarap sektor maritim di Indonesia.

Application Information Will Show Up Here

McEasy Umumkan Pendanaan Seri A+ Dipimpin Granite Asia

Startup pengembang solusi logistik McEasy mengumumkan perolehan pendanaan seri A+, membuat dana yang berhasil terkumpul pada putaran ini mencapai $11 juta atau sekitar Rp178 miliar. Pendanaan ini dipimpin Granite Asia dengan keterlibatan investor sebelumnya, yakni East Ventures.

Putaran pendanaan seri A McEasy pertama kali diumumkan pada pertengahan 2022 dengan East Ventures sebagai pemimpin. Waktu itu perusahaan berhasil membukukan dana $6,5 juta, dengan keterlibatan investor sebelumnya. Sementara itu, pendanaan awal McEasy berhasil didapat pada September 2021 senilai $1,5 juta dipimpin East Ventures.

“Kami berencana menggunakan dana tersebut untuk mempercepat pengembangan solusi IoT baru, menerapkan video keselamatan transportasi berbasis kecerdasan buatan kelas dunia dan memperkenalkan produk ekosistem supply chain yang customer-centric. Komitmen kami adalah untuk terus memberikan solusi inovatif yang dapat menjawab tantangan pada ekosistem logistik Indonesia,” kata Co-Founder McEasy Hendrik Ekowaluyo.

McEasy didirikan tahun 2017 di Surabaya oleh Hendrik dan rekannya Raymond Sutjiono dengan visi mengubah ekosistem transportasi dan rantai pasokan Indonesia melalui digitalisasi. Adapun solusi yang saat ini tersedia cukup lengkap, mulai dari aplikasi Fleet Management, Delivery Management, Delivery Optimization, dan sebagainya — dilengkapi dengan hardware IoT yang dapat tertanam di armada.

Kinerja bisnis

McEasy sediakan solusi teknologi terpadu untuk manajemen armada logistik / McEasy
McEasy sediakan solusi teknologi terpadu untuk manajemen armada logistik / McEasy

Disampaikan bahwa dalam 18 bulan terakhir McEasy berhasil meningkatkan kemitraan 6x lipat, sehingga saat ini adalah lebih dari 1500 perusahaan yang telah memanfaatkan solusinya.

Henrdik dan Raymond percaya bahwa ruang pertumbuhan di industri ini masih sangat besar. Pasalnya sektor logistik Indonesia dilanda fragmentasi dan inefisiensi, dengan lebih dari 85% pelaku logistik masih mengandalkan metode manual menggunakan pena dan kertas.

Hal ini menyebabkan tiga tantangan utama: rendahnya kepuasan pengiriman, biaya pengiriman yang tidak efisien dan perilaku pengemudi yang buruk. Mengatasi tantangan-tantangan ini sangat penting demi meningkatkan daya saing Indonesia dan keberhasilan bisnis logistik.

“Pada tahun 2023, jumlah perusahaan yang terintegrasi dengan McEasy meningkat dengan substansial. Artinya, solusi McEasy terbukti dibutuhkan oleh pelaku industri. Pendekatan yang customer-centric dan market insight yang mendalam menjadikan McEasy sebagai solusi terbaik bagi ekosistem logistik Indonesia. Granite Asia mendukung McEasy mentransformasi industri logistik dengan menetapkan standar baru dalam keunggulan operasional dan mendorong peningkatan efisiensi yang signifikan,” imbuh Dimitra Taslim dari Granite Asia.

Di Indonesia, McEasy berhadapan dengan sejumlah pemain dalam menyajikan layanan digitalisasi logistik. Di antaranya ada TransTRACK, Titip.io, LODI, Logee, MileApp, dan sejumlah pemain lainnya.

Application Information Will Show Up Here

East Ventures, SMDV, dan Sejumlah Investor Dikabarkan Kembali Beri Pendanaan ke PasarNow

Startup online grocery PasarNow dikabarkan kembali memperoleh pendanaan tambahan untuk putaran seri A dari investor sebelumnya meliputi East Ventures, SMDV, Prasetia Dwidharma, January Capital, dan Skystar Capital.

Menurut data yang diinput ke regulator, seperti mengutip dari Alternative.pe, nilainya sekitar $1 jutaan atau setara Rp17,4 miliar. Dengan pendanaan ini, East Ventures kini memegang saham mayoritas perusahaan (50%+).

Kami mencoba mengonfirmasi pihak terkait mengenai pendanaan ini, tapi sampai berita ini diterbitkan belum mendapatkan respons.

September 2021, PasarNow mengumumkan pendanaan awal senilai $3,3 juta yang dipimpin East Ventures. Pendanaan ini sekaligus menandai aksi korporasi berupa rebranding dan pivot model bisnis, dari sebelumnya platform social commerce JamanNow menjadi online grocery PasarNow.

Startup ini didirikan sejak tahun 2019 oleh James Rijanto, Donald Wono, dan Cindy Ozzie. Dengan model bisnis yang baru, fokus utama mereka menyederhanakan rantai pasok di sektor bahan makanan segar dan menawarkan produk makanan segar berkualitas kepada pelanggan melalui platform multi-channel. Pendekatan ini memungkinkan mereka merangkul sektor B2B dan B2C sekaligus.

Tahun 2022, Pasarnow dikabarkan memperoleh pendanaan lanjutan sebesar $9,5 juta pimpin East Ventures. Kala itu, menurut data regulator, pendanaan sempat melambungkan valuasi perusahaan ke angka $56 juta. Perusahaan juga sempat membuka pasar baru di daerah Jawa Barat setelah sebelumnya melayani pengguna di seputar Jabodetabek.

Mengecek kembali ke aplikasi, saat ini PasarNow hanya tersedia di pasar Jabodetabek saja. Aplikasi pun (di platform Android) terlihat kurang terutilisasi — kendati pengguna bisa menggunakan jasa mereka lewat mobile web.

Layanan online grocery yang menyajikan produk segar memang tengah mengalami tantangan pada penetrasi pasar. Tidak hanya PasarNow, sejumlah pemain kini mulai meredup setelah sebelumnya saat pandemi mengalami growth moncer.

PasarNow berkompetisi langsung dengan sejumlah pemain lokal, di antaranya Sayurbox, Titipku, Segari, dan beberapa lainnya.

Application Information Will Show Up Here

InfinID Dikabarkan Galang Pendanaan Seri A Dipimpin Argor

Startup fintech InfinID dikabarkan tengah menggalang pendanaan seri A yang dipimpin oleh Argor (Go-Ventures). Sejauh ini Insignia Venture Partners juga terlibat diikuti sejumlah angel investor. Dari data yang dilaporkan ke regulator, seperti dikutip dari Alternative.pe, total dana yang telah terkumpul mencapai $5,42 juta atau setara Rp88 miliar.

DailySocial.id sudah mencoba mengonfirmasi hal ini ke founder InfinID, namun mereka memilih tidak berkomentar terhadap kabar tersebut.

Produk InfinID

InfinID menyalurkan pinjaman menggunakan jaminan sertifikat properti. Perusahaan berperan sebagai penghubung antara calon debitur dan lembaga jasa keuangan (LJK) yang menyediakan pinjaman dengan jaminan sertifikat properti.

Calon debitur akan dibantu untuk mendapatkan pinjaman yang sesuai dengan kebutuhan mereka. Di sisi lain, perusahaan ini membantu LJK dalam mengelola proses pengajuan, evaluasi, pelayanan, dan pemantauan dengan teknologi digital. Produk LJK yang digunakan oleh InfinID adalah kredit multiguna dan kredit usaha yang dijamin dengan sertifikat properti.

Limit pinjaman yang tersedia di InfinID mulai dari Rp100 juta dengan bunga mulai dari 12%-18% per tahun. Tenornya juga bervariasi, ada yang 3-5 tahun, ada juga yang jangka panjang, yakni 15-20 tahun.

Perusahaan menawarkan tiga produk pinjaman: InfinID FIX, InfinID FLEX, dan InfinID FLIP. InfinID FIX adalah pinjaman multiguna dengan dana besar, bunga ringan, dan skema pembayaran tetap. InfinID FLEX menawarkan kredit dengan limit lebih terjangkau dan fleksibilitas, seperti pembayaran bulanan yang lebih ringan. InfinID FLIP adalah solusi refinancing (takeover) KPR/kredit multiguna/kredit usaha ke lembaga keuangan lain dengan suku bunga lebih rendah, jangka waktu lebih panjang, dan kemudahan lainnya.

InfinID telah menggandeng sejumlah lembaga pembiayaan seperti BPR Artharindo, BPR Daya Perdana Nusantara, BPR Rifi Maligi, Bank Sampoerna, dan Maybank Syariah.

Dengan model bisnis tersebut, InfinID saat ini terdaftar di Inovasi Keuangan Digital (IKD) klaster Financing Agent yang merupakan platform regulatory sandbox di bawah OJK.

Application Information Will Show Up Here

eFishery Terus Tarik Minat Perusahaan Pembiayaan, Giliran HSBC Berikan Pinjaman Rp487 Miliar

PT Bank HSBC Indonesia (HSBC Indonesia) telah memberikan pinjaman “green and social loan” senilai $30 juta atau sekitar Rp487 miliar kepada eFishery untuk mendukung kebutuhan modal kerja perusahaan. HSBC Indonesia juga dipercaya sebagai koordinator pembiayaan berkelanjutan untuk eFishery, dengan tujuan membantu perusahaan mengintegrasikan aspek-aspek ESG dalam operasi bisnis mereka.

Pinjaman ini memungkinkan eFishery untuk memperluas produk eFeeder mereka. Teknologi ini disewakan kepada ratusan ribu pembudidaya ikan skala kecil dalam jaringan eFishery, yang memungkinkan mereka meningkatkan efisiensi pakan hingga 30% dan kapasitas produksi hingga 24%.

Untuk memperbesar bisnis ekspor, eFishery menggaet pasar Tiongkok dengan menjual hasil panen udang setelah sukses ekspor ke AS. Selain itu, eFishery juga memperluas ekspor ikan nila ke kedua negara tersebut dan menargetkan negara-negara lain seperti Singapura, Malaysia, kawasan Eropa, dan Timur Tengah.

Founder & CEO eFishery Gibran Huzaifah menyatakan bahwa pinjaman green and social loan dari HSBC Indonesia adalah langkah penting dalam merevolusi industri akuakultur di Indonesia. “Pinjaman ini memungkinkan kami memperluas armada eFeeder serta memberdayakan pembudidaya ikan dan petambak udang skala kecil dengan teknologi dan sumber daya yang mereka perlukan, sehingga dapat lebih produktif dan berkelanjutan,” ujarnya.

Managing Director Head of Wholesale Banking HSBC Indonesia Riko Tasmaya mengungkapkan, “Ini merupakan bagian dari ambisi kami untuk mendukung pertumbuhan sektor ekonomi baru berbasis platform di Indonesia. Lewat green and social loan, HSBC Indonesia turut mendukung sektor akuakultur di Tanah Air menerapkan praktik berkelanjutan di sepanjang rantai pasokannya.”

Lembaga pembiayaan yang telah bermitra

eFishery juga cukup rajin membangun kemitraan dengan lembaga finansial penyedia layanan pembiayaan. Selain untuk mendukung operasional bisnis, sebagian besar bentuknya berupa loan channeling. Hal ini untuk mendukung layanan pembiayaan mitra lewat Kabayan (Kasih Bayar Nanti) di dalam aplikasi eFisheryFund.

Berdasarkan catatan kami, ada sejumlah kemitraan yang diumumkan ke publik, di antaranya:

Mitra Kategori Tahun Kemitraan
ALAMI Fintech Lending 2020
Amartha Fintech Lending 2023
Amar Bank Bank 2024
BRI Bank 2020
Crowdo Fintech Lending 2021
Danamas Fintech Lending 2021
Investree Fintech Lending 2020
KawanCicil Fintech Lending 2021
KoinWorks Fintech Lending 2023
Kredivo Multifinance 2021
OCBC Bank 2022
Qazwa Fintech Lending 2023

Terbaru pada April 2024 ini, PT Bank Amar Indonesia Tbk (IDX: AMAR) mengumumkan kerja sama strategis dengan eFishery untuk menyalurkan fasilitas kredit kepada UMKM akuakultur atau perikanan budidaya. Fasilitas kredit bersama ini berupa close-loop financing atau pembiayaan ekosistem dengan nilai hingga Rp100 miliar.

Capaian bisnis positif

Kepercayaan para mitra finansial ini tidak terlepas dari performa bisnis eFishery. Menurut data yang disampaikan, sejak 2023 perusahaan telah menjaring lebih dari 200 ribu pembudidaya ikan dan petambak udang dengan 1,1 juta kolam aktif yang tersebar di 280 kota dan kabupaten di seluruh Indonesia. Disebutkan, valuasi perusahaan mencapai $1,3 miliar menjadikannya sebagai startup aquatech dengan valuasi terbesar sedunia.

Hingga 2022, perusahaan telah memfasilitasi 1,1 triliun transaksi penjualan ikan air tawar dan 1,12 triliun transaksi penjualan udang. Bila dinominalkan, setara dengan Rp8 triliun total transaksi penjualan ikan dan udang, serta Rp4 triliun total transaksi penjualan pakan ikan dan udang. Kontribusi terbesar disumbangkan dari Jawa Barat dengan persentase hampir 40%.

Sementara untuk ekspor, disebutkan angkanya mencapai 20 juta kilo per bulannya untuk 10 komoditas di eFishery ke Amerika Serikat dan Tiongkok.

Solusi finansialnya, Kabayan, telah didukung oleh belasan perusahaan finansial, seperti Bank OCBC NISP, Amartha, Investree, dan Kredivo. Total dana yang disalurkan mencapai Rp1,07 triliun untuk 24 ribu pembudidaya ikan dan petambak udang.

Application Information Will Show Up Here

Pemodal Ventura Jepang W Inc Mulai Tambah Portofolio Startup dari Indonesia

Pemodal ventura berbasis di Jepang, W inc., memperdalam investasinya di Indonesia. Baru-baru ini mereka mengumumkan investasinya ke startup social commerce Dagangan. Satu bulan sebelumnya, mereka juga baru mengumumkan investasinya ke platform proptech Jendela360.

Debut awal W inc. di Indonesia pada Juni 2023 lalu, tepatnya berpartisipasi pada pendanaan awal platform manajemen kreator Slice Group — dalam investasi tersebut Arise (MDI Ventures) dan Intudo Ventures turut terlibat.

Dalam pernyataannya, seperti dikutip dari LinkedIn, mereka berinvestasi ke Dagangan lantaran startup yang dinakhodai Ryan Manafe tersebut telah mencapai EBITDA positif untuk hampir semua operasi pusatnya, menunjukkan model bisnis yang kuat. Setelah mengumpulkan dana sebesar $18,5 juta, Dagangan berencana untuk menjangkau 75.000 desa, menawarkan produk berkualitas tinggi, dan membangun ekosistem ekonomi pedesaan yang komprehensif.

Sementara itu, investasinya di Jendela360 didasari kemampuan startup tersebut dalam menawarkan pengalaman yang terstandardisasi untuk pembelian/penyewaan properti, termasuk memastikan kualitas dan keamanan. Mulai dari penelusuran hingga transaksi, semuanya berjalan lancar di platform Jendela. Jendela berencana memanfaatkan dana ini untuk memperluas layanannya ke kota-kota besar lainnya, seperti Bogor, Surabaya, dan Bali.

Turut disampaikan, bahwa W inc. akan terus mengeksplorasi kemungkinan berinvestasi lebih banyak di Indonesia. Terlebih saat ini modal ventura tersebut juga sudah memiliki tim analis dari Indonesia. W inc. secara umum berinvestasi di startup tahap awal, pra-seri A, dan seri A dalam bidang lifestyle, entertainment, dan sports.

Pada Mei 2023 lalu, W inc. mengumumkan “W Fund 2” yang telah ditingkatkan nilainya ari 5 miliar Yen menjadi 7 miliar Yen, atau setara $45 juta. Lewat dana kelolaan baru ini, W inc. berkomitmen untuk mulai mengeksplorasi peluang investasi di Asia Tenggara. Selain menemukan potensi portofolio baru, diharapkan ini bisa menjadi jalur ekspansi bagi portofolio yang mereka miliki sebelumnya.

Honest Dikabarkan Mendapat Pendanaan dari Rakuten Ventures dan Jetha Global

Honest Bank dikabarkan kembali menerima pendanaan tambahan dari Rakuten Ventures dan Jetha Global. Menurut data yang diinput ke regulator, seperti yang dikutip dari Alternative.pe, investasi yang diberikan keduanya $2,5 juta atau setara Rp40 miliar.

Perolehan ini melanjutkan putaran pendanaan yang telah digalang sebelumnya. Sepanjang tahun 2023 lalu,  Orico menggelontorkan dana ke Honest mencapai $20 juta dalam dua babak. Investasi ini disebut menandai debut Orico ke Indonesia dengan target peluncuran kartu kredit virtual Orico bersama Honest. Orico adalah perusahaan pembiayaan asal Jepang yang berdiri pada 1954.

Didirikan oleh Peter Panas dan Will Ongkowidjaja sejak 2019, Honest Bank diketahui telah mendapat kucuran investasi dari sejumlah investor, termasuk Insignia Ventures Partner, Global Founder Capital, dan Alpha JWC Ventures. Selain itu, Village Global dan PermataBank juga merupakan shareholder Honest Bank.

Honest resmi meluncur ke publik pada April 2023 setelah dua bulan sebelumnya mendapatkan persetujuan regulator. Produk utamanya menawarkan layanan kartu kredit Honest Card yang bisa digunakan lewat aplikasi maupun dengan kartu fisik. Adapun secara perusahaan Honest Bank beroperasi di Indonesia lewat anak usahanya PT Honest Financial Technologies.

Saat ini, Honest memiliki lisensi penyelenggara jasa pembayaran dari Bank Indonesia dan juga terdaftar sebagai perusahaan pembiayaan yang diawasi oleh Otoritas Jasa Keuangan.

Sekadar informasi, PT Honest Financial Technologies merupakan hasil rebranding dari PT Sahabat Finansial Keluarga (SFK), perusahaan pembiayaan milik PermataBank. Perubahan nama tersebut menyusul akuisisi mayoritas sahamnya oleh perusahaan asal Singapura, yakni Honest Financial Technologies International Pte. Ltd. (Honest Bank).

Mengutip data di Google Playstore, saat ini aplikasi Honest sudah diunduh lebih dari 1 juta pengguna. Adapun dari data LinkedIn, saat ini perusahaan memperkerjakan hampir 200 pegawai. Honest Bank dipimpin Dharu Estiningrum (CEO), yang sebelumnya merupakan bankir senior di Bank Mandiri.

Application Information Will Show Up Here

Startup Pengembang Teknologi Ekstraksi Nikel dan Laterit BANIQL Umumkan Pendanaan Awal

Startup pengembang teknologi ekstraksi nikel dan kobalt dari laterit, BANIQL, mengumumkan penutupan pendanaan awal senilai $1,4 juta atau setara Rp22,4 miliar dipimpin BENEEXT. Sejumlah investor turut berpartisipasi, di antaranya Seedstars International Ventures, A2D Ventures, XA Network, dan sejumlah angel investor dari Amerika Serikat, Indonesia, Singapura, dan Malaysia.

Salah satu produk keluaran BANIQL menjadi komponen penting dalam baterai kendaraan listrik dan teknologi penyimpanan energi ramah lingkungan lainnya. Perusahaan juga mengaku telah mengantongi paten di AS atas teknologi yang dikembangkan. Dengan 25% cadangan nikel dunia, Indonesia akan menjadi pasar awal dan target utama perusahaan — selanjutnya mereka juga berencana masuk ke negara lain seperti Korea Selatan, Australia, dan Filipina.

Teknologi BANIQL menawarkan pendekatan ekstraksi alternatif yang berkelanjutan dan efisien dibandingkan metode tradisional, yang sering dikaitkan dengan kerusakan lingkungan. Proses yang dikembangkan memiliki potensi untuk mengurangi konsumsi air dan energi, meminimalkan penggunaan bahan kimia, dan mengurangi jejak ekologis.

“Kami sangat senang mendapat dukungan dari investor yang percaya pada teknologi dan misi kami. Pendanaan ini akan memungkinkan kami membawa BANIQL ke tingkat berikutnya dan memberikan kontribusi yang signifikan terhadap transisi menuju masa depan yang lebih berkelanjutan untuk industri,” ujar Co-Founder & CEO BANIQL Willy Halim.

Potensi pasar dari transisi ke teknologi terbarukan

Seiring peralihan menuju energi bersih, permintaan mineral penting ini melonjak. Pasar bahan baku baterai diperkirakan mencapai $60 miliar pada tahun 2030. Integrasi vertikal di industri ini membuka peluang pasar tambahan sebesar $62 miliar. Dengan potensi pasar gabungan sebesar $120 miliar, BANIQL ingin menangkap pangsa pasar dengan potensi meraup pendapatan $1-3 miliar.

BANIQL telah juga telah menjalin kemitraan strategis dengan pemain kunci di industri ini, seperti salah satu perusahaan pertambangan Indonesia dan distributor ROV. Co. Ltd di Korea. Kemitraan ini akan memberikan mereka akses berharga ke sumber daya, keahlian, dan jaringan pasar saat perusahaan menuju komersialisasi.

“Kami sangat senang mendukung BANIQL dalam misi mereka untuk merevolusi ruang mineral penting. Teknologi inovatif mereka memiliki potensi untuk mengatasi permintaan nikel dan kobalt yang terus meningkat secara berkelanjutan dan bertanggung jawab. Kami percaya BANIQL memiliki visi yang kuat dan menarik, dan kami berharap dapat mendukung mereka dalam perjalanan mereka,” ujar Partner BEENEXT Faiz Rahman.

Jajaran tim pendiri yang kuat

Tim BANIQL menggabungkan keahlian yang beragam dari teknik kimia, ilmu material, teknologi baterai, logistik, dan manajemen fasilitas. CEO dan Co-founder Willy Halim, lulusan UC Berkeley dan Cornell asal Indonesia, mengkhususkan diri dalam penelitian baterai kendaraan listrik. COO dan Co-founder Eric Januar, juga dari Indonesia, membawa 12 tahun pengalaman dalam R&D elektronik, baterai, dan semikonduktor, dengan keberhasilan exit di startup sebelumnya.

Co-founder Seung Wan Kim memberikan kontribusi 15 tahun pengalaman industri baterai dan jaringan yang kuat dalam produsen baterai Korea Samsung, Hyundai, dan LG. Co-founder Aristotle Vergara menawarkan lebih dari 20 tahun pengalaman logistik dan fasilitas, memainkan peran penting dalam menemukan ruang yang cocok untuk bukti konsep perusahaan dan berkontribusi pada eksperimen, pembuatan prototipe, dan pengembangan infrastruktur.

Lewat dana segar yang didapat, perusahaan akan membangun fasilitas pra-percontohan, memperluas tim R&D dan teknik, serta mendukung operasi umum, termasuk pengembangan paten, kolaborasi, dan pengembangan produk.

“Tim kami telah bekerja keras untuk mengembangkan teknologi yang tidak hanya mengatasi permintaan nikel dan kobalt yang terus meningkat, tetapi juga memprioritaskan keberlanjutan dan tanggung jawab lingkungan,” kata Co-founder & COO BANIQL Eric Januar. “Putaran pendanaan ini adalah tonggak penting bagi kami, karena memungkinkan kami untuk mempercepat upaya kami dan memberikan dampak yang langgeng pada masa depan produksi baterai dan praktik penambangan berkelanjutan.”

ReturnKey Dikabarkan Bukukan Pendanaan Seri A dari Argor, Vertex, dan Gharage

Startup pengembang platform manajemen pengembalian barang ReturnKey dikabarkan telah mendapatkan pendanaan seri A dari Argor (Go-Ventures), Vertex Ventures, dan Gharage. Menurut data yang telah diinput ke regulator, seperti dikutip Alternative.pe, nilainya mencapai $9,7 juta atau setara Rp157 miliar.

Mengutip dari sumber data yang sama, sebelumnya ReturnKey juga sempat membukukan pendanaan awal (seed) pada pertengahan 2022 senilai $3,7 juta dari sejumlah investor, termasuk Vertex, D Global Ventures, Genesis Alternative Ventures, dan beberapa lainnya.

Startup berbasis di Jakarta ini didirikan sejak 2020 oleh dua orang co-founder: Dalton Fouts (CEO) dan Will Henry (CTO).

Layanan Return Management System (RMS)

Memanfaatkan sistem manajemen pengembalian secara efisien adalah faktor penting untuk meningkatkan loyalitas dan kepuasan pelanggan. Banyak bisnis online saat ini masih mengelola pengembalian secara manual yang memakan waktu dan tidak efisien. Dari pain point ini, RMS dinilai menjadi relevan untuk membantu bisnis.

Secara umum, ReturnKey adalah platform yang digunakan untuk mengelola pengembalian, keluhan, dan klaim pelanggan. Platform ini menawarkan automasi proses kerja untuk menghindari masalah manajemen pelanggan yang mahal dan mengurangi kompleksitas terkait catatan pengiriman. ReturnKey dapat diintegrasikan dengan platform e-commerce,  omnichannel, sistem CRM, serta sistem logistik dan transportasi.

Setelah terintegrasi dengan platform e-commerce, pelanggan dapat mendaftarkan pengembalian mereka melalui menu ReturnKey yang embedded di situs/aplikasi, kemudian memilih satu atau lebih item untuk dikembalikan. Toko akan menerima semua informasi secara real-time dan dapat memprosesnya.

Startup Pembelajaran Bahasa Inggris EduKita Raih Pendanaan Awal

Startup edutech EduKita dikabarkan telah mendapat pendanaan awal (seed). Menurut data yang diinput ke regulator, seperti dikutip dari Alternative.pe, saat ini dana yang berhasil terkumpul senilai $1,75 juta atau setara 28,3 miliar Rupiah. Adapun investor yang turut andil meliputi 500 Southeast Asia, Star Capital, W Ventures, Aldi Haryopratomo, dan beberapa lainnya.

EduKita didirikan sejak tahun 2021 oleh Peter Gumulia dan Sean Widjaja. Sebelum mendirikan startupnya, Peter adalah VP Strategy & Growth di Gopay — ia bekerja saat Aldi menjadi CEO di platform pembayaran digital GoTo tersebut. Sementara Sean sebelumnya menjabat sebagai Head of Strategy & Business Operations untuk Airbnb SEA-India.

Salah satu layanan utama EduKita adalah kursus Bahasa Inggris bersama native sepaker. Mereka memiliki program kelas maupun privat bagi pelajar (usia 5-18 tahun), dan punya program khusus untuk korporasi (B2B). Kurikulum di Edukita berbasis internasional: ACTFL dari Amerika Serikat dan CEFR dari Eropa.

Selain program tersebut, Edukita menyediakan program-program pilihan berbasis internasional lainnya seperti Public Speaking, Book Club, dan Debate.

Dalam wawancara sebelumnya bersama DailySocial.id, Peter mengatakan Edukita hadir sebagai platform pembelajaran daring yang interaktif dengan metode pengajaran yang dapat meningkatkan motivasi belajar anak. Platform ini mengklaim punya konsep kelas yang berbeda dari kelas pada umumnya. Kurikulumnya terbagi antara 80% praktik dan 20% teori, yang mana bertujuan untuk mengajarkan para siswa untuk berpikir kritis.

“Bukan dengan cara tradisional, seperti membaca jurnal riset, tetapi dengan kelas menyenangkan seperti ‘Detective Club’. Kami mengajak siswa mencari petunjuk, menyimpulkan, dan mempresentasikan kasus ini di kelas. Metode ini dapat meningkatkan kemampuan siswa dalam berpikir kritis hingga menyelesaikan masalah,” tutur Peter.

Peter berpendapat, kebanyakan pembelajaran daring saat ini cenderung membosankan. Hal ini membuat banyak siswa dan orang tua menganggap online learning tidak lebih efektif dari pembelajaran tatap muka. Padahal, salah satu fondasi penting dari online learning adalah peningkatan motivasi belajar anak.

Selain EduKita, sejumlah edtech memiliki fokus pembelajaran bahasa Inggris, di antaranya Cakap, Bahaso, hingga English Academy by Ruangguru.