Umma Luncurkan uClass, Platform Edtech Pembelajaran Islam

Pekan lalu Umma resmi meluncurkan uClass, platform e-learning baru mereka. Melalui fitur ini Umma ingin memperkuat posisinya sebagai aplikasi dengan ekosistem layanan muslim terlengkap. uClass sendiri tidak hanya akan menghadirkan materi seputar agama tapi juga materi lain yang dianggap berguna untuk pengembangan diri.

Dalam siaran pers resminya, Co-founder & CEO Umma Indra Wiralaksamana menjelaskan bahwa hadirnya uClass adalah bentuk komitmen mereka untuk membantu masyarakat muslim di Indonesia menjadi khairu ummah yang berarti umat terbaik.

Indra kepada DailySocial menjelaskan, kelas-kelas yang ada di uClass terbuka untuk diikuti oleh non-muslim, namun uClass tidak secara langsung menyasar pasar non-muslim. Menurutnya, jika edtech kebanyakan fokus pada pendidikan skill dan pendidikan wajib 12 tahun, uClass fokus pada pembelajaran membaca dan memahami Alquran sebagai kitab pedoman hidup umat Islam.

“Seiring dengan posisi Umma sebagai aplikasi komunitas dan gaya hidup muslim, uClass juga menawarkan kelas-kelas yang relevan dengan konteks gaya hidup muslim sebagai pembeda, karena kebutuhan akan tema-tema tersebut belum banyak diakomodasi secara struktur oleh platform edtech yang lainnya yang ada yang dikenal masyarakat pada umumnya,” jelas Indra.

uClass, menurut Indra, mengambil peran sebagai platform yang menyajikan berbagai macam topik seperti kewirausahaan dengan prinsip-prinsip Islam, keuangan syariah, parenting dan relationship sesuai kaidah agama Islam, hingga hobi dan keterampilan yang bisa diikuti oleh pengguna dari segmen manapun sesuai kebutuhan. uClass juga akan hadir dalam dua bentuk, video live dan video on demand.

“[…] khusus uClass, Umma mengutamakan konten-konten pembelajaran yang sifatnya praktis dan sistematis, seperti Belajar Baca Quran dan kewirausahaan muslim, yang dapat membantu pengguna mendapatkan ilmu secara terstruktur dari mulai teori hingga praktik. Selain manfaat bagi pengguna, harapannya uClass dapat menjadi wadah bagi pemateri untuk dapat menjangkau peserta yang lebh luas lagi dan menyebarkan ilmu dengan mudah di dalam satu aplikasi,” terang Indra.

Memanfaatkan peluang

Peresmian uClass dilakukan di momen yang tepat. Di saat masyarkat banyak di rumah saja dan kebutuhan akan pembelajaran yang terus meningkat. Secara bisnis uClass akan bersaing dengan layanan edtech lainnya yang juga menyediakan kelas-kelas beragam. Sederet nama itu antara lain SkillAcademy, Cakap, Pintaria, dan lain-lain.

Jika ditengok lebih jauh pasar edtech mulai menanjak lain. Banyak layanan yang pada akhirnya menghadirkan kelas-kelas pelatihan keterampilan. Ruangguru misalnya, menghadirkan SkillAcademy sebagai tempat kelas-kelas keterampilan, mulai ketarampilan teknologi hingga keterampilan mengaji Al Quran.

Ada juga Cakap, sebuah layanan pembelajaran bahasa kini mulai memasuki segmen keterampilan lain melalui Cakap Upskill. Umma adalah salah satu yang menangkap peluang ini dengan hadir dengan fokus pada ekosistem muslim di Indonesia.

Saat ini uClass sudah memiliki lebih dari 100 ustaz dan pemateri. Angka ini dipastikan akan terus bertambah mengingat Umma terus menjajaki kerja sama dengan lebih banyak ustaz, institusi, komunitas, hingga narasumber ahli untuk mengisi materi-materi yang ada di uClass.

“Selain memperkaya kelas-kelas dan pemateri di uClass dan terus memperbanyak jumlah pengguna melalui penyempurnaan user experience yang berkelanjutan. Fokus selama 1 tahun ke depan adalah menjadikan Umma default go-to platform bagi masyarakat Indonesia dalam hal gaya hidup muslim. Tanpa menghadirkan iklan dan tanpa mengenakan biaya untuk fitur-fitur penunjang ibadah utama seperti Alquran, jadwal alat, arah kiblat, dan doa-doa harian. Umma akan terus berinovasi untuk menghadirkan fitur-fitur lainnya yang relevan dan bermanfaat bagi pengguna dalam kehidupan sehari-hari,” tutup Indra.

Application Information Will Show Up Here

Migo Develops Business Maturity in Indonesia, Partnering with Small Shops to Distribute Videos

Migo.tv (Migo) announced the closing of the Series B2 funding round. Participated also some well-known names in the Southeast Asian technology industry, such as Gojek and Lippo Karawaci’s Commissioner Ray Zage, YouTube’s Co-founder & ex-CTO Steve Chen, Agaeti Ventures’ Founder Pandu Sjahrir. One of their plans is to further develop their plans in Indonesia.

Migo’s representative said that its main objective in this round is to gather teams in supporting Migo to develop their plans in Indonesia.

“We are pleased with the quality of Indonesian investors who have joined us in this round, and they have provided strategic advantages for Migo,” one of Migo’s representatives told DailySocial.

Migo will bring their expertise in providing their flagship service in  Indonesia through online to offline (O2O) videos-to-go which allows users to watch offline without buffering.

First developed by Barrett Comiskey, Migo allows app users to download movies and TV shows from Wargo (Warung Migo). In simple terms, users only need to go to the location of the grocery store that works with Migo to download movies or TV shows on the spot, and so they can enjoy the content offline.

“We just started this service in mid-June, we’re still quite an unknown brand [..] Our average customer visits Wargos to download 2 times per week. Average downloads per download day are nearly 800 MB, which is more of 4x the amount of data transmitted by the average mobile operator,” Migo’s representative said.

In particular, Migo’s target market is the mass market segment having issues with data and does not have adequate connectivity at home. Migo is here to solve this problem with global player partners such as Disney +, Netflix, and HBO.

“We are excited to find new investors with experience and expertise in the field when we launch it in Indonesia. With their capital and support, they have allowed us to focus on our core mission of giving everyone smartphone access to premium digital content at affordable prices. reduce the risk of our launch, and take advantage of this favorable environment,” Migo’s Founder and CEO Barret Comiskey said.

Migo’s business

Migo started his journey in Indonesia in March, and finally established in June with a subscription model. Since then, Migo claims to have experienced a quite high increase, especially in the current pandemic condition.

Migo explained that their first product was O2O video-to-go, also included in their plan to present exclusive technology for one-way digital experiences for learning materials, O2O e-commerce, services, finance, and others.

“In 2021 we will expand our network to more than 5000 locations and our active customer base to millions. Based on our current results, we also hope to achieve operating profitability by 2021,” Migo’s representative said.


Original article is in Indonesian, translated by Kristin Siagian

Migo Matangkan Bisnis di Indonesia, Bermitra dengan Warung untuk Distribusi Video

Migo.tv (Migo) mengumumkan penutupan putaran pendanaan seri B2. Beberapa nama tersohor di industri teknologi Asia Tenggara turut serta di dalamnya seperti Komisioner Gojek dan Lippo Karawaci Ray Zage, Co-founder & ex-CTO Youtube Steve Chen, Founder Agaeti Ventures Pandu Sjahrir. Salah satu rencana mereka adalah mengukuhkan rencananya di Indonesia.

Juru bicara Migo menyebutkan, bahwa tujuan utama mereka dalam putaran ini adalah membantu tim yang bisa mendukung Migo dalam mengembangkan upaya-upaya mereka di Indonesia.

“Kami senang dengan kualitas investor Indonesia yang bergabung dengan kami dalam putaran ini, dan mereka telah memberikan keuntungan strategis bagi Migo,” terang salah satu juru bicara Migo kepada DailySocial.

Migo di Indonesia akan membawa keahlian mereka dalam menyediakan layanan andalan mereka berupa online to offline (O2O) videos-to-go yang memungkinkan pengguna menonton secara offline tanpa buffering.

Dikembangkan oleh Barrett Comiskey, Migo memungkinkan pengguna aplikasi untuk mengunduh film dan acara TV dari Wargo (Warung Migo). Secara sederhana pengguna hanya perlu menuju lokasi warung kelontong yang bekerja sama dengan Migo untuk mengunduh film atau acara TV di tempatnya, dan seterusnya bisa menikmati konten secara offline.

“Kami baru saja memulai layanan ini pada pertengahan Juni, jadi kami merek yang relatif belum dikenal luas [..] Rata-rata pelanggan kami mengunjungi Wargos untuk mengunduh 2 kali per minggu. Pengunduhan rata-rata per hari pengunduhan hampir 800 MB, yang lebih dari 4x jumlah data yang dikirimkan oleh operator seluler rata-rata,” jelas juru bicara Migo.

Secara khusus target pasar Migo adalah segmen pasar masal yang memiliki isu  dengan data dan tidak memiliki konektivitas memadai di rumah. Migo hadir untuk menyelesaikan masalah tersebut dengan mitra pemain global seperti Disney+, Netflix, dan HBO.

“Kami sangat senang bisa mendapatkan investor baru dengan pengalaman dan keahlian di lapangan saat kami meluncurkannya di Indonesia. Dengan modal dan dukungan mereka, mereka mengizinkan kami untuk fokus pada misi inti kami yaitu memberi semua orang akses ponsel cerdas ke konten digital premium di harga terjangkau, kurangi risiko peluncuran kami, dan manfaatkan lingkungan yang menguntungkan ini,” terang Founder dan CEO Migo Barret Comiskey.

Rencana bisnis Migo

Migo mulai menapaki perjalanan di Indonesia sejak Maret, sebelum kemudian meluncur penuh di dunia Juni dengan model berbayar. Sejak saat itu Migo mengklaim mengalami lonjakan cukup tinggi, terlebih di kondisi pandemi seperti sekarang ini.

Pihak Migo menjelaskan, produk pertama mereka adalah O2O video-to-go, kemudian masuk dalam rencana mereka untuk menghadirkan teknologi eksklusif untuk pengalaman digital satu arah untuk materi pembelajaran, O2O e-commerce, layanan, keuangan, dan lainnya.

“Di 2021 kami akan mengembangkan jaringan kami ke lebih dari 5000 lokasi dan basis pelanggan aktif kami menjadi jutaan. Berdasarkan hasil kami saat ini, kami juga berharap dapat mencapai profitabilitas operasi pada tahun 2021,” ujar salah satu juru bicara Migo.

Application Information Will Show Up Here

Perjalanan Umrah Berhenti Sementara, PergiUmroh Lakukan Penyesuaian Bisnis

Karena penyebaran Covid-19, Kerajaan Saudi Arabia memutuskan untuk menutup sementara kegiatan umrah dari luar Saudi sejak tanggal 27 Februari 2020. Kondisi ini berdampak langsung pada sejumlah agen perjalanan umrah, tak terkecuali PergiUmroh. Untuk tetap mempertahankan bisnis, sejumlah rencana sudah disiapkan.

Co-founder dan CEO PergiUmroh Faried Ismunandar berbagi cerita kepada DailySocial tentang kondisi ini. Menurutnya kondisi ini hadir di tengah industri perjalanan umrah yang sedang dalam tren pertumbuhan yang cukup signifikan. Sejak tahun 2018 jamaah umrah Indonesia disebut sudah mencapai 1 juta untuk tiap tahunnya. Termasuk juga pembelian melalui platform digital seperti PergiUmroh.

Di kuartal keempat tahun 2019, pertumbuhan terus terjadi. Bahkan sampai Januari 2020 pembelian mencapai rekor tertinggi. Namun sayang, setelah itu pembelian berhenti total.

“Industri secara keseluruhan juga mengalami goncangan, mungkin tidak semua travel agents umrah bisa bertahan. Salah satu yang masih kami syukuri adalah cancelation rate di PergiUmroh sendiri masih bisa dibilang manageable, hanya sekitar 30% yang melakukan cancel dan sisanya masih setuju untuk reschedule. Ini menandakan konsumen yang sudah mempersiapkan diri untuk umrah masih mempunyai keinginan untuk tetap menjalankan umrah walaupun harus tertunda,” terang Faried.

Mengantisipasi perubahan yang menerpa industri, pihak PergiUmroh tidak tinggal diam. Beberapa langkah mulai diambil di awali dengan memastikan semua konsumen mendapatkan informasi yang cukup dan memproses keinginan konsumen.

“Secara bisnis, issue terutamanya adalah main revenue source kami masih belum ada indikasi kapan lagi kita bisa dapatkan. Sehingga yang harus kami lakukan adalah revisit roadmap kami, dan hasilnya adalah kami menarik project yang rencananya kami baru lakukan tahun 2021 – yaitu e-commerce muslim –ke sekarang, karena dari analisa kami ini  salah satu yang feasible untuk menggerakkan perusahaan,” papar Faried.

Perubahan industri dan sejumlah layanan baru

Pandemi sudah berjalan lebih dari setengah tahun. Belum ada tanda-tanda penurunan angka penularan di Indonesia. Tentunya ini berakibat pada ketidakpastian industri umrah. Toh jika suatu saat dibuka perjalanan umrah akan terdapat banyak penyesuaian, seperti pembatasan umum, kuota dalam satu rombongan, dan semacamnya. Kondisi ini akan berdampak pada naiknya biaya umrah.

Sadar kondisi tampak belum segera membaik, PergiUmroh gerak cepat untuk mengupayakan dua hal, pertama mencari revenue stream baru dengan cepat, kedua menguatkan fitur dan layanan di platform. Sehingga ketika waktunya sudah tiba, umrah sudah dibuka, pengalaman dan perjalanan pengguna diharapkan bisa lebih baik lagi.

“Untuk revenue stream baru kami meluncurkan PergiBelanja, reward platform for muslim shoppers. Ini adalah cashback platform belanja dengan target produk dan konsumen muslim pertama. Setiap pembelian di brands partner melalui PergiBelanja, konsumen pasti akan mendapatkan ‘bagi hasil’  yang langsung didapatkan dan kemudian bisa dicairkan ke rekening bank, uang digital, ataupun pulsa. Kami bekerja sama tidak hanya dengan brand besar tapi juga penjual barang dan jasa yang selama ini mengoptimalkan melalui media sosial mereka. Harapannya selain konsumen dapat benefit yang lebih, partner kami juga terbantu dalam penjualan,” jelas Faried.

Sedangkan untuk peningkatan fitur dan layanan, ini mencakup produk (travel halal), metode pembayaran, dan perencanaan seperti tabungan, cara pemesanan, kanal penjualan hingga jumlah mitra yang bergabung. Menurut Faried, belum semua fitur di atas diluncurkan. Ada beberapa yang masih dalam proses. Tak hanya itu, PergiUmroh juga sudah memiliki sejumlah rencana untuk pendanaan.

“Jadi setelah tahun lalu kita masuk di Grab Ventures Velocity, tahun ini PergiUmroh juga masuk dalam program akselerasi oleh Telkom melalui Indigo Creative Nation. Kami sedang persiapan untuk melakukan raise fund juga, segera,” kata Faried.

Setelah Bali dan Surabaya, SayurBox Targetkan Bisa Tersedia di Seluruh Jawa

Peningkatan transaksi dan pengguna untuk layanan online grocery di Indonesia tampaknya juga dirasakan oleh SayurBox. Dengan klaim untuk membantu petani lokal dan memenuhi kebutuhan pelanggan, kini mereka resmi hadir di Surabaya dan Bali.

Head of Communications SayurBox Oshin Hernis menyampaikan, selain operasional pihaknya juga sudah memiliki kantor, warehouse, dan tim lapangan di area tersebut.

“Surabaya dan Bali memiliki potensi Agrikultur yang besar. Kami memberikan akses bagi petani lokal untuk menjual hasil panen mereka kepada konsumen. Peluncuran SayurBox di kedua kota ini diharapkan dapat memberikan dampak positif bagi kelangsungan bisnis petani lokal. Terlebih lagi di masa pandemi ini, kami mengakomodasi masyarakat untuk memenuhi kebutuhan pokok harian dengan aman melalui aplikasi SayurBox,” terang Oshin.

Oshin lebih jauh menjelaskan, setelah Bali dan Surabaya pihak SayurBox sudah menargetkan area baru untuk beroperasi. Bandung dan luar Pulau Jawa secara keseluruhan adalah target selanjutnya. Hal ini menurutnya tak lepas dari permintaan masyarakat di daerah-daerah tersebut.

Pihak SayurBox enggan menjelaskan secara rinci mengenai capaian yang didapat selama masa pandemi ini, hanya saja buah dan sayuran seperti Mangga dan Kangkung menjadi produk unggulan. Banyak dikonsumsi karena mudah untuk mengolahnya.

Ekspansi di waktu yang tepat

SayurBox tercatat sudah empat tahun berkecimpung di ekosistem jual-beli sayur dan buah segar. Secara konsep, mereka menyalurkan langsung hasil panen dari petani ke pelanggan. Tahun ini mereka resmi beroperasi di Surabaya dan Bali, tepatnya pada Agustus 2020.

SayurBox sendiri saat ini menyandang status centaur dengan pendanaan yang didapat dari Insigna Venture, Patamar Capital, East Ventures, dan Tokopedia. Ekspansi di tengah pandemi ini merupakan salah satu keputusan yang tepat. di waktu yang tepat. Selain Sayurbox sudah cukup berpengalaman di industri ini persaingan dengan layanan sejenis juga menjadi menjadi pertimbangan.

Salah satu cara untuk menjangkau lebih banyak tentunya dengan hadir di lebih banyak kota. Mengingat pandemi sukses mendorong pertumbuhan industri online grocery ini adalah waktu yang tepat.

Sebelum industri ini cukup ramai dengan pemain baru atau pemain lama yang mengambil langkah agresif. Etanee, TaniHub, Happy Fresh, atau KedaiSayur (pivot ke layanan pesan antar bahan makanan) adalah beberapa nama yang cukup aktif menjalankan strategi inovasi dan eksoansi.

Sementara itu di Surabaya sendiri pilihan untuk belanja sayur dan buah segar sudah ada beberapa. Ada Happy Fresh, Tanihub, dan TukangSayur.

Application Information Will Show Up Here

Cerita DapurGo, Startup Katering Online di Yogyakarta

Transformasi digital di era pandemi seperti sekarang ini adalah sebuah kewajiban. Teknologi, selain bisa memudahkan juga bisa mengangkat daya saing sebuah bisnis. DapurGo adalah salah satu yang membuktikannya.

Bermula sebagai bisnis katering “konvensional” pada tahun 2018, DapurGo mulai menerapkan teknologi digital untuk pemesanannya. Implementasi tersebut membuat DapurGo kini mampu mengirimkan 2500 kotak makan siang dan malam setiap harinya untuk melayani pelanggan di wilayah Yogyakarta.

DapurGo adalah startup yang digagas oleh Pirli Wahyu dan Eka Setyawati. Dengan pendanaan awal yang didapatkan dari beberapa investor mereka mulai melakukan peningkatan pengalaman pengguna dan penetrasi pasar agar bisa mendapatkan lebih banyak pengguna.

“Kami sadar saat ini sudah banyak kompetitor sehingga peta persaingan di Industri ini cukup ketat. Namun yang membedakan kami dengan yang lainnya adalah affordability dan quality. Karena kami mencoba memberikan makanan terbaik dengna harga yang tetap ekonomis kepada kalangan mahasiswa dan karyawan kantoran. Kami juga berupaya memberikan customer experience yang baik, dengan memilih membangun dapur dan memiliki kuasa penuh terhadap kualitas makanan yang disajikan,” terang Eka.

Sejak pertama berdiri hingga sekarang, DapurGo beroperasi di wilayah Provinsi Yogyakarta dengan pelanggan yang datang dari kalangan mahasiswa, pekerja kantoran, hingga penghuni indekos. Mereka juga memiliki dapur independen yang berada di daerah Godean, Sleman, dan Yogyakarta.

Digitalisasi untuk mudahkan pengguna

Implementasi teknologi di DapurGo paling terlihat dari sisi kehadiran situs web mereka. Di sana dipaparkan informasi seputar menu, customer service, hingga informasi mengenai promo-promo yang sedang berlaku.

Melayani lebih dari 2000 pengguna DapurGo mengandalkan pilihan menu yang berganti setiap minggunya. Sehingga pelanggan yang mengambil pilihan berlangganan tidak bosan dan tetap mendapatkan makanan yang berkualitas. Untuk saat ini, sebagai bisnis katering DapurGo akan berbagi “kue” dengan bisnis makanan lain yang mulai memanfaatkan teknologi dengan mengandalkan layanan pesan antar dari layanan seperti GoFood maupun GrabFood.

DapurGo sendiri memilih menggunakan pengantaran pribadi untuk lebih melakukan efisiensi. Sehingga makanan yang di antar bisa tepat waktu (untuk makan siang dan makan malam) dan kualitas makanan yang diantarkan tetap terjaga.

Sebelumnya, di Yogyakarta untuk pasar katering online atau layanan pesan antar juga ada makandiantar.com. Waktu itu (medio 2014-2015) karena pasar dianggap masih sepi, mereka memutuskan untuk “boyongan” ke Jakarta dengan nama Kulina, dan hingga sekarang masih eksis sebagai salah satu layanan katering online. Selain itu sempat ada nama-nama seperti owl-kitchen (layanan sudah tidak bisa diakses) dan PesanSaja (berubah menjadi layanan COD untuk oleh-oleh).

Pasar makanan dulu dan sekarang tentu berbeda. Budaya yang ditumbuhkan oleh GoFood dan GrabFood tidak bisa dimungkiri menjadi salah satu faktornya. Masyarakat sekarang jadi lebih percaya dan beberapa nyaman dengan membeli makanan via online. Belum lagi integrasi dengan berbagai macam pilihan pembayaran tentu menjadi salah keunggulan dalam bertransaksi.

“Tantangan yang kami hadapi saat ini ialah lokasi dapur kami yang berada di lokasi pemukiman serta agak sedikit jauh dari perkotaan, sehingga setiap harinya kami perlu menghitung dan memprediksi waktu tempuh kurir tiba di lokasi pengantaran tepat waktu agar makanan yang disajikan tetap fresh sehingga enak untuk disantap. Selebihnya masih relatif sama seperti halnya perusahaan rintisan lainnya dalam menjalankan bisnisnya,” lanjut Eka.

Kini dengan pengalamannya dan apa yang telah dicapai selama ini DapurGo berencana untuk melakukan penggalangan dana baru untuk bisa mendukung rencana mereka melakukan penambahan dapur baru di titik strategis di Yogyakarta dan ekspansi ke pasar baru seperti Jakarta, Banten, dan sekitarnya.

Skilvul Hadirkan Kelas Pemrograman Online, Tawarkan Sistem “Income Share Agreement”

Impact Byte selama ini dikenal sebagai penyedia bootcamp atau pelatihan untuk programmer. Di luncurkan pada 2017 silam, mereka terus melakukan penyesuaian kurikulum dalam 2 bulan sekali, seiring pengembangan teknologi yang sangat cepat. Hingga akhirnya pada satu titik mereka memutuskan meluncurkan Skilvul. Masih seputar pembelajaran coding atau programming, tapi bentuknya kelas online.

Skilvul secara resmi dihadirkan pada April 2020. Secara konsep layanan ini diprediksi lebih bisa menjangkau lebih banyak masyarakat, karena fleksibel dan tidak terbatas pada lokasi tertentu.

“Kami menyadari bahwa model coding bootcamp efektif, namun tidak efisien. Menggunakan metode tatap muka dan ruangan kelas fisik, solusi kami tidak scalable dan tidak bisa cepat berkembang dalam menyediakan akses pendidikan skill digital kepada lebih banyak orang. Solusi kami terbatas pada ketersediaan lokasi fisik dan kapasitas mentor (saat ini kampus fisik Impact Byte hanya ada di Jakarta dan Batam),” jelas Co-Founder dan Chief of Product & Content Skilvul Amanda Simanjuntak

Diakui Amanda, mereka secara spesifik menyasar siswa SMK dan perguruan tinggi. Tujuannya tentu ingin berperan dalam meningkatkan SDM Indonesia terutama dalam keterampilan di bidang teknologi digital. Dengan menerapkan metode belajar blended learning Skilvul tidak hanya menyediakan materi secara online, tetapi juga menyediakan bimbingan langsung dari mentor-mentor yang ada.

“Dalam satu bulan pertama, terdapat lebih dari 4 ribu pengguna yang bergabung di Skilvul. Saat ini Skilvul sedang mencari pendanaan agar dapat berkembang dan menjadi platform belajar yang memajukan keterampilan digital anak bangsa,” jelas Amanda.

Bersaing dengan inovasi teknologi

Skilvul bukanlah yang pertama hadir sebagai platform kursus atau belajar coding secara online. Sebelumnya sudah ada Dicoding dan Kode.id dengan tema serupa. Belum lagi kelas belajar coding yang ada di Udemy, Udacity, maupun MOOC (Massive Open Online Course) lainnya.

Kendati demikian pemain-pemain yang hadir membaca keunggulan masing-masing. Dicoding misalnya, memiliki beberapa kelas dengan “skill path” yang sudah disesuaikan dan disusun rapi dan materi yang beragam. Demikian juga Kode.id, merupakan inovasi dari Hacktiv8 yang juga fokus pada pengembangan keterampilan coding dengan kesempatan disalurkan ke perusahaan atau startup yang membutuhkan tenaga developer.

Untuk bisa tetap bersaing, Skilvul mengembangkan sebuah teknologi IDE (Integrated Development Environment — aplikasi untuk coding) yang terintegrasi. Mereka mengklaim hadirnya integrasi tersebut memudahkan pengguna dalam menulis kode dan memecahkan permasalahan yang disajikan dalam pembelajaran.

Sejauh ini ada beberapa kelas atau materi belajar yang disajikan, antara lain HTML Dasar, CSS Dasar, dan Javascript Dasar. Namun beberapa kelas lain seperti belajar pemrograman Golang, Node.js, dan lainnya sudah masuk dalam rencana untuk segera diluncurkan. Tidak hanya itu, Skilvul juga menyediakan kesempatan bagi penggunanya untuk terhubung dengan lowongan pekerjaan.

“Selain belajar coding online melalui platform Skilvul, kami juga menyediakan ruang bagi pelajar untuk bertemu secara langsung dengan mentor, demi mendapatkan pemahaman yang maksimal. Sehubungan dengan masih berlangsungnya pandemi, Skilvul menyediakan ruang belajar privat dengan mentor secara online, yang akan diluncurkan pada tanggal 7 September 2020 nanti,” jelas Amanda.

Siap kerja dulu, bayar kemudian

Hadirnya Skilvul akan melengkapi ekosistem belajar pemrograman milik Impact Byte. Pilihan belajar tidak hanya sebatas bootcamp, tetapi juga kelas online. Untuk menggaet lebih banyak siswa mereka juga memiliki program ISA atau Income Share Agreement. Sebuah program yang merupakan kesepakatan antara siswa dan lembaga pendidikan (dalam hal ini Impact Byte) yang memungkinkan tagihan belajar siswa dibayarkan kemudian setelah siswa sudah berhasil mendapatkan kerja dan memiliki gaji sendiri. Modelnya potong gaji.

Salah satu program yang sedang digaungkan adalah program “Siap Kerja Dulu Bayar Kemudian”. Program ini memungkinkan peserta bootcamp terhubung langsung dengan 150 mitra kerja Skilvul. Amanda mengklaim, sejauh ini mereka sudah memiliki 200 web developer yang telah disalurkan ke dunia kerja.

“Peserta dapat mengikuti program ini dengan memilih jalur reguler, atau Sia Kerja Dulu bayar Kemudian, di mana peserta dapat mengikuti program dan membayar biaya program setelah bekerja. Program ini juga dikenal dengan sebutan ISA,” terang Amanda.

Amanda menambahkan bahwa ia berharap ke depan Skilvul akan menjadi jawaban bagi pembelajaran anak muda di Indonesia, sekaligus membawa banyak anak muda untuk semakin melek dengan perkembangan teknologi sehingga bisa turut membangun Indonesia melalui inovasi digital.

“Impact Byte sampai saat ini masih bootstrapping dan profitable, sehingga kami bisa melahirkan Skilvul melalui Impact Byte. Namun kami sekarang sedang mencari pendanaan untuk pengembangan Skilvul sehingga bisa menjadi platform belajar skill digital siap kerja yang menjangkau seluruh Indonesia,”

Program ISA sendiri mulai banyak diterapkan untuk model pembiayaan sekolah atau kursus. Program ISA sebelumnya juga diadopsi oleh Hacktiv8 pasca-dapatkan pendanaan pra-seri A di awal tahun lalu.

Unduh laporan DSResearch tentang Ekosistem Startup Edtech di Indonesia: klik di sini.

Pencarian Talenta “Engineer AI” untuk Startup Indonesia

Apakah kalian pernah mendengar istilah automatisasi, chatbot, hingga kecerdasan buatan? Dulu teknologi ini dianggap sebagai keajaiban. Kini teknologi itu terus dipelajari dan terus dikembangkan oleh engineer AI (Artificial intelligence). Mereka adalah orang-orang di balik robot yang membalas chat kita dengan cepat, sistem yang mampu mengkalkulasi dan memvisualisasi data, dan semacamnya.

DailySocial mencoba menggali bagaimana startup yang memiliki fokus di layanan AI atau memiliki tim atau divisi khusus AI mengembangkan tim dan saling menumbuhkan pengetahuan dan keterampilan masing-masing.

100% talenta lokal

Volantis, misalnya, adalah perusahaan yang menawarkan layanan pengelolaan data menggunakan teknologi AI dan Machine Learning, baik untuk keperluan preskriptif maupun prediktif. Kini mereka memiliki 12 software engineer dan 6 data scientist. Semua merupakan karyawan lokal yang sudah dibina sejak tahun 2016.

“Kami percaya bahwa senioritas bukan segalanya dan kami percaya bahwa anak-anak yang cerdas jika diberikan pelatihan dan kesempatan akan sangat cepat dalam mengakuisisi skill. Sebagian besar engineer kami merupakan kader dari fresh graduate yang kami didik dari awal. Kami juga percaya bahwa problem solving, sains dasar, logika dan math yang kuat sangat berperan di dalam kualitas engineer. Sebagian besar engineer merupakan anak-anak (sains) murni, baik dari fisika, matematika, ataupun ilmu komputer,” terang CEO Volantis Bachtiar Rifai.

Salah satu bidang AI yang banyak diterapkan di bisnis Indonesia adalah NLP. Menggunakan cabang ilmu ini, teknologi mampu membaca inputan bahasa Indonesia kemudian merespons secara natural. Semuanya otomatis. Teknologi AI berperan menerjemahkan maksud dan memberikan respons yang relevan.

Startup yang menerapkan teknologi ini adalah Kata.ai. CTO Kata.ai Pria Purnama menjelaskan, saat ini mereka memiliki 2 Senior Research Scientist dan 1 Machine Learning Engineer. Semuanya orang Indonesia. Hanya saja mereka adalah lulusan luar negeri, yaitu Italia, Inggris, dan Jerman.

“Benang merahnya ada satu: orang Indonesia yang paham bagaimana tantangannya membuat NLP Bahasa Indonesia,” jelasnya.

Di lini bisnis yang hampir sama hadir Prosa.ai. Teguh Budiarto, CEO Prosa.ai, menceritakan pihaknya saat ini membangun building blocks technology berupa fungsi AI untuk menghasilkan analisis maupun kemampuan merespons data. Hasilnya diimplementasikan dalam bentuk chatbot, sentiment analysis, dan regulatory technology untuk data berupa teks. Data suara akan menghasilkan solusi voice biometric, call center transcription, dan semacamnya; sedangkan data image dan video untuk people and vehicle management system.

“Kami ada lebih dari 30 orang AI engineer dan lebih dari 20 orang software engineer. Dibantu persiapan data oleh lebih dari 60 orang annotator, baik itu untuk data text, suara maupun image atau video. 100% mereka talenta lokal,” terang Teguh.

Sementara Bahasa.ai mengombinasikan kemampuan AI dan WhatsApp untuk layanan yang secara otomatis mengakomodir kebutuhan pengguna. Mereka memiliki sejumlah klien kenamaan, seperti DANA, Smartfren, Bank Sinarmas, dan Sociolla.

“Tim inti yang mengembangkan core model natural language processing kami ada 3 orang AI engineer (termasuk salah satu founder), dibantu beberapa software engineer yang membantu implementasi model tersebut di real business use. Sampai saat ini kami masih dibantu dengan 100% talenta dalam negeri. Karena bisnis kami adalah mengembangkan teknologi AI untuk pemahaman Bahasa Indonesia, kami ingin semua tim kami memiliki konteks bahasa yang lengkap—yang hanya dapat didapat oleh penutur asli bahasa tersebut,” ungkap Co-Founder & Chief AI Bahasa.ai Samsul Rahmadani.

Kemudian ada Nodeflux. Startup yang bergerak di bidang vision AI ini menyediakan solusi mengubah data gambar atau video menjadi data terstruktur atau informasi yang bermanfaat.

Co-founder dan CEO Nodeflux Meidy Fitranto menjelaskan, saat ini mereka memiliki 50 engineer dan semuanya talenta lokal.

“Iya untuk talenta engineer AI, kita untuk pengkaderan akan ada semacam mentoring dari senior level AI engineer ke junior level, di mana senior AI engineer akan bersama-sama junior engineer menyelesaikan computer vision case, mulai dari membuat model analytics hingga optimisasi dan experiment,” terang Meidy.

DailySocial juga berbincang dengan dua startup unicorn Indonesia, Bukalapak dan Gojek.

Head of AI Research Bukalapak Muhammad Ghifary menceritakan bahwa mereka memiliki divisi khusus AI. Divisi tersebut fokus pada penyediaan dan inovasi produk dan layaan berbasis AI. Ada dua proses yang berkaitan dengan AI, yakni R&D dan engineering. Proses R&D bertujuan menghasilkan model atau solusi AI yang melakukan fungsi-fungsi tertentu. Sementara proses engineering dilakukan agar solusi AI tersebut mampu diimplementasi dan digunakan di skala besar.

“Saat ini kurang lebih ada 14 engineer AI yang semuanya merupakan talenta-talenta dalam negeri dengan latar belakang pendidikan dalam negeri maupun luar negeri,” jelas Ghifary.

Di Gojek, tim yang bertanggung jawab mengembangkan dan menerapkan teknologi AI adalah tim data science. Tim ini mengikuti proses CRISP-DM (Cross Industry Standard Process for Data Mining). Gojek memiliki sekitar 40 data scientist dan 20 machine learning engineer.

“Sebagai global company, tim kami tersebar di berbagai negara, yaitu Indonesia, Singapura, India, dan Thailand,” ujar Senior Data Scientist Gojek Ardya Dipta.

Talente AI engineer

Pengelolaan dan pengembangan tim

Di Volantis, pembentukan tim AI melalui beberapa tahap penyaringan, baik melalui tes tertulis maupun wawancara. Talenta yang dicari adalah mereka dengan kemampuan logika dan problem solving yang cemerlang. Ketika sudah berhasil bergabung, mereka akan didukung sarana riset dan pengembangan yang mumpuni sehingga bisa berkembang dan memberikan value ke perusahaan.

Untuk Kata.ai, mereka aktif dan rutin melakukan bedah paper, inovasi baru apapun yang sudah dipublikasikan akan dibahas. Jika ada yang dinilai sesuai dengan kebutuhan, mereka akan mengembangkannya lebih lanjut.

“Hasilnya dapat berubah improvement di platform Kata.ai dan juga kita publikasikan kembali. Biasanya kita publish 2/3 paper per tahunnya di konferensi seperti INACL, ACL, CICLing, dan semacamnya,” jelas Pria.

Pengembangan dan review paper juga dilakukan tim engineer AI di Bahasa.ai. Setiap penelitian baru bertema AI akan dibahas, didiskusikan, hingga diimplementasikan jika perlu. Ini mereka lakukan agar tetap update terhadap perkembangan teknologi.

Pengelolaan dan pengembangan di Prosa.ai dimulai dengan seleksi dengan kualifikasi yang cukup lengkap. Di dalam perusahaan mereka melakukan pengkaderan dengan menyelenggarakan pelatihan yang terbagi menjadi beberapa level, sharing pengembangan teknologi AI, hingga mengirim anggota tim untuk menghadiri pelatihan, meetup, dan acara semacamnya di dalam maupun luar negeri.

“Prosa menyediakan sarana secara infrastruktur, serta dukungan biaya pelatihan disesuaikan dengan rekomendasi dari supervisor / lead di masing-masing divisi, yang dapat diajukan oleh setiap engineer. Kalau proposal disetujui, mereka bisa mengikutinya dengan dukungan penuh maupun sebagian,” imbuh Teguh.

Sementara di Nodeflux, tim engineer AI setidaknya harus memiliki minat dan kemampuan di bidang terkait. Selanjutnya ketika sudah menjadi bagian tim mereka akan mendapatkan sesi peer tutorial, tempat sesama engineer AI berbagi pengetahuan.

“Sumber referensi untuk ide-ide terkait AI biasanya dari research paper yang bersumber dari institusi, jurnal dan konferensi-konferensi terkemuka.  Itupun tidak semua dapat diterapkan. Engineer AI secara reguler mendiskusikan research paper dan aplikasinya serta membuat eksperimen yang dapat diterapkan di pekerjaan,” jelas Meidy.

Sementara untuk bisa menjadi tim engineer AI di Bukalapak dibutuhkan beberapa keahlian, seperti pengolahan dan analisis data, pengembangan model/solusi AI, hingga implementasi perangkat lunak berbasis AI untuk skala besar. Di samping itu dibutuhkan pula kemampuan matematis dan problem solving yang kuat.

Menurut Ghifary, Bukalapak memberikan kesempatan bagi anggota tim engineer AI untuk berkembang melalui development program yang mereka miliki. Training dan knowledge sharing juga menjadi tradisi di dalam tim.

Ardya menceritakan environment di Gojek sangat mendukung untuk pengembangan pengetahuan dan kemampuan. Selain adanya sesi knowledge sharing rutin mereka juga memiliki study group yang tiap minggunya membahas buku-buku yang berkatian.

“Penularan ilmu juga dapat dilakukan pada saat mengerjakan proyek bersama, yaitu dengan cara data scientist yang lebih senior memberikan mentorship ke yang lebih junior sambil melakukan review berkala secara mendalam. Setiap review terdokumentasi dengan baik dan ada sign-off dari mentor bahwa proyek yang dilakukan sudah sesuai dengan standar,” imbuh Ardya.

Susahkah mencari talenta?

Semakin banyaknya perusahaan yang menghadirkan dan mengembangkan solusi AI menciptakan kebutuhan engineer AI yang semakin meningkat. Bachtiar menilai di Indonesia banyak talenta yang hebat, hanya saja kesulitan utama yang ditemui adalah membentuk budaya inisiatif dan berfikir yang strategis.

“Kelemahan kita terkadang kita cenderung pasif walaupun sebenarnya mampu,” terangnya.

Sementara bagi Meidy, pencarian talenta secara umum merupakan tantangan tersendiri. Fokusnya tidak hanya pada skill tapi juga attitude yang sesuai dengan kultur perusahaan dan kemampuan untuk berkolaborasi. Apalagi AI adalah area yang masih terus berkembang.

“Gampang-gampang susah. Tentu saja experienced talent lebih susah karena selain perusahaan AI di Indonesia belum banyak, engineer AI cenderung berminat pada data text atau speech atau vision saja [satu cabang ilmu saja –red]. Tidak mudah mencarinya yang bagus-bagus performanya,” terang Teguh.

Bahasa.ai sendiri fokus mencari talenta yang memiliki keunggulan dua bidang, karena belum banyak pendidikan khusus di bidang studi AI.

“Biasanya kita mencari antara 2 macam orang: lulusan computer science yang mahir dalam matematika, atau lulusan matematika yang mahir dalam programming,” imbuh Samsul.

Sementara Gojek melihat masih adanya kesenjangan yang cukup tinggi antara kebutuhan dan ketersediaan talenta engineer AI di Indonesia. Gojek berusaha menghadirkan beberapa solusi terkait hal ini dengan menghadirkan GoAcademy, Upscale,  Bangkit, Gojek Xcelerate, hingga Community up dan meetup Data Science.

“Saat ini Gojek memiliki ribuan karyawan di Asia Tenggara dengan lebih dari 30 kewarganegaraan. Kami berharap adanya asimilasi talenta tersebut dapat mendorong akselerasi untuk pengembangan skill dan mencetak talenta-talenta berkualitas dunia, serta mendapatkan eksposur perusahaan multinasional dengan berbagai tantangan serta key learning-nya,” tutup Ardya.

BukuKas Dapatkan Pendanaan Pra-Seri A Senilai 134 Miliar Rupiah

BukuKas, startup yang menawarkan solusi pengelolaan finansial bagi UKM mengumumkan telah berhasil mengamankan pendanaan pra-seri A sebesar $9 juta atau setara dengan 134 miliar Rupiah. Investor baru yang terlibat putaran pendanaan kali ini adalah Surge (program akselerator milik Sequoia Capital India), Credit Saison, Speedinvest, S7V, January Capital, dan Cambium Grove Capital.

Investor di tahap sebelumnya yakni Prasetia Dwidharma juga turut terlibat lagi dalam pendanaan ini. Dengan pendanaan kali ini secara keseluruhan BukuKas telah membukukan pendanaan senilai $12 juta.

Dihubungi DailySocial, Co-founder & CEO BukuKas Krishnan Menon mengaku pihaknya sedang membangun ekosistem layanan yang mampu menyentuh berbagai aspek untuk kemudahan mitra merchant mereka yang tersebar di 700 kota di Indonesia. Untuk saat ini fitur atau layanan yang sedang dipersiapkan mencakup layanan invoice, manajemen inventori, dan beberapa hal lain yang sesuai dengan kebutuhan UKM.

“Kesulitan para pedagang tidak terbatas pada manajemen keuangan. Kami bermaksud untuk menawarkan lebih banyak layanan digitalisasi kepada merchant oleh kami sendiri atau melalui kemitraan,” sambung Krishnan.

Krishnan turut mengatakan, para investor cukup antusias melihat peluang pasar yang besar dan pengalaman para founder yang sudah 8 tahun berjibaku di pasar Indonesia. Termasuk semangat dan obsesi tim BukuKas untuk menyelesaikan permasalahan yang di hadapi UKM di Indonesia.

Gambaran Persaingan

Di Indonesia BukuKas baru berjalan selama 8 bulan. Kendati demikian menurut Krishnan mereka telah berhasil menjangkau banyak kota yang berada di luar tier 1 dan termasuk ke berbagai jenis usaha. Ini juga yang menjadi salah satu bukti bahwa konsep manajemen keuangan untuk UKM seperti BukuKas bisa jadi sangat fleksibel. Wajar jika potensi ini coba dilirik pemain lain seperti BukuWarung dan Kasvlo.

BukuWarung belum lama ini juga mengumumkan penggalangan dana pra-seri A yang dipimpin Quona Capital, padahal tiga bulan sebelumnya mereka baru saja merampungkan pendanaan tahap awal dari East Ventures. Sementara Kasvlo baru mengumumkan kehadirannya pada Juni kemarin.

Menanggapi persaingan ini Krishnan cukup optimis dengan pengalaman dan pengetahuan mereka terhadap produk dan pasar di Indonesia.

“Kekuatan inti kami terletak pada pengetahuan kami tentang para merchant, tentang denyut nadi dan pain point mereka. Ini memang pasar yang kompetitif tetapi kami fokus pada apa yang kami kuasai, yaitu mendengarkan pengguna, fokus pada produk dan teknik, dan eksekusi cepat. Ini telah menunjukkan hasil sejauh ini dan kami yakin itu akan terus berlanjut,” terang Krishnan.

“Meskipun ekosistem pengelolaan keuangan digital sedang dan akan tetap kompetitif, kami juga melihat banyak peluang bagi pemain yang berbeda untuk bermitra bersama untuk melayani pengguna dengan lebih baik,” lanjutnya.

Menuju ulang tahun pertamanya tampaknya BukuKas masih terus berambisi untuk menjangkau lebih banyak pengguna dan mencari solusi terbaik untuk permasalahan-permasalahan UKM.

“Kini mengarungi 2020 BukuKas menetapkan tiga fokus utama mereka ada pada meningkatkan pengalaman merchant dalam menggunakan platform mereka, menambahkan beberapa fitur kunci yang berguna, dan membantu merchant untuk menghadapi pandemi ini,” ujar Krishnan pada wawancara Mei silam.

Application Information Will Show Up Here

IUIGA E-commerce to Arrive in Indonesia, Bags Funding from Konimex Group

The Singapore-based e-commerce platform, selling various personal and household items, IUIGA has officially launched in Indonesia. This expansion is undergone after successfully securing funding from Konimex Group with undisclosed details.

The business model is, they work together with manufacturers of manufacturing designs, then do branding and sell their products online.

The IUIGA team said this concept was implemented in order to produce quality products at affordable prices. “IUIGA works closely with factories to produce quality products which will be labeled with IUIGA goods.”

“IUIGA collaborates with more than 400 ODM (Original Design Manufacturer) factories [..] Unlike Contract Manufacturers, ODM is a factory with the capability and license in product design and development,” IUIGA Indonesia’s Managing Director William Firman explained.

With a focus on the supply of goods from ODM, IUIGA considers not to have a product development team for product design and development are carried out by factories.

“The existence of an integrated technology and information system allows consumers to experience the first online-to-offline experience in Indonesia that prioritizes self-service technology and information transparency, therefore, every consumer can understand the value obtained from every price paid for an IUIGA product,” William added.

Quality and price transparency as leading features

Although Indonesian e-commerce is one of the rapid-growing industries, the competition is quite tight. In response to this, IUIGA comes with some differentiation, such as converting distribution channels to direct-to-consumer.

With the change in distribution channels, IUIGA claims to be able to cut prices for goods. For example, previously on the market, it could reach 8 to 15 times the production price, now it is only 1.6 to 2 times.

“At IUIGA, we allow consumers to know the cost component of each IUIGA product through the transparent pricing feature. The transparent pricing feature contains information on production costs, profits, and traditional retail price comparisons of each IUIGA product,” William explained.

In Indonesia, IUIGA offers 11 product categories, from home living to personal care. Apart from being accessible through the website and mobile application, IUIGA will also open a physical store to enhance the user experience.

“We will deliver from our warehouse in Jakarta. In addition, we have collaborated with several delivery services to reach IUIGA customers throughout Indonesia. Our delivery providers are divided into instant, same day, next day, and regular,” he explained.


Original article is in Indonesian, translated by Kristin Siagian