Ketika Startup Harus Menutup Bisnis

Penutupan startup adalah proses yang tidak dapat dihindari ketika produk yang dihasilkan tidak mencapai product market fit, perusahaan tidak mampu pivot atau menghasilkan skema bisnis berkelanjutan untuk mendukung operasional, atau bahkan terjadi perpecahan di antara para pendiri.

Jika akhirnya startup harus menutup bisnis, langkah apa yang harus dilakukan untuk memberikan pertanggungjawaban terbaik ke investor, pegawai, dan stakeholder lainnya.

DailySocial mencoba mencari tahu bagaimana investor dan pendiri startup berbagi pengalaman ketika harus dihadapkan pada keputusan menutup startup.

Memahami alasan penutupan

Salah satu alasan mengapa kebanyakan pendiri startup enggan berbagi cerita tentang penutupan startup adalah rasa malu untuk mengakui kegagalan. Menurut Partner Y Combinator Aaron Harris, menutup bisnis merupakan proses yang sulit. Itu berarti mengakui secara terbuka bahwa Anda salah, tidak beruntung, atau tidak kompeten. Kebanyakan founder tidak memiliki cara yang tepat untuk memikirkan kapan waktu yang tepat menutup startup.

Founder juga tidak selalu dapat memilih untuk menutup. [..] Itu keputusan yang sulit dan menyakitkan. Itu adalah keputusan yang emosional dan berat.”

Partner Alpha JWC Ventures Erika Dianasari mengatakan, “Umumnya [penutupan] terjadi akibat kurang akurasi pencatatan data dan laporan usaha. Ketidakakuratan data bisa terjadi karena blank spot dalam proses operasional startup, competency issue, atau hal lain. Kurangnya akurasi data ini dalam kasus yang parah membuat founder tidak memiliki cukup waktu dan resources untuk membiayai operasional startup.”

Saat perusahaan dihadapkan pada situasi tidak ada pilihan lain untuk meneruskan bisnisnya, mereka harus melakukan pendekatan intensif dengan investor untuk menentukan langkah selanjutnya.

“Semua tentu saja bergantung pada bisnis, status pendanaan, layanan, produk, dan strateginya. Mungkin ada sejumlah kemungkinan yang dapat terjadi. Termasuk kemungkinan membuat startup tidak aktif untuk sementara waktu sampai situasinya membaik, penjualan aset atau kekayaan intelektual, reorganisasi, pivoting dan pengembalian dana, merger atau akuisisi kecil oleh orang lain atau hanya menghentikan operasi,” kata Executive Director Alpha Momentum Indonesia Kelvin Yim.

Dialog atau komunikasi yang terbuka penting dilakukan, demi mencari jalan yang tepat agar proses penutupan berjalan dengan baik dan hubungan antara investor dan pendiri startup tetap terjaga.

“Sebelum menjawab pertanyaan tentang penutupan, saya rasa kita harus kembali ke dasar hubungan antara investor dan pendiri startup. Di Alpha JWC Ventures hubungan kita didasarkan pada kepercayaan dan empati. Kita tahu bahwa kita semua melakukannya bersama-sama. Sebagai investor, kita tahu bahwa investasi startup [..] berisiko tinggi. Kita tidak bisa mengharapkan semua investasi berhasil. Oleh karena itu kami memilih pendekatan high touch untuk meningkatkan peluang sukses bagi para pendiri,” kata Co-Founder & Managing Partner Alpha JWC Ventures Jefrey Joe.

Pertanggungjawaban

Idealnya startup berada di posisi terbaik untuk berhenti secara elegan ketika ada perjanjian yang mencakup detail penutupan: siapa yang memiliki otoritas pengambilan keputusan, bagaimana aset didistribusikan, siapa yang dibayar, dan dalam urutan apa. Hal ini biasanya tidak terlintas di pikiran kebanyakan pendiri startup saat baru mulai merintis. Ke depannya, langkah ini wajib dilakukan sebagai antisipasi skenario terburuk.

Menurut Daniel Tumiwa yang telah menutup startup adtech Adsvokat, penting untuk menjaga hubungan baik dan selalu transparan. Tidak hanya ke investor namun juga pegawai dan rekan bisnis.

Be transparent to all employees. Sebagai pemimpin harus bisa memberikan informasi jika saldo perusahaan sudah berada pada X rupiah misalnya. Saya akan menjadi orang pertama yang memberikan informasi kepada pegawai, untuk segera mencari pekerjaan baru, dan bersiap meninggalkan perusahaan,” kata Daniel.

Sementara Benny Tjia menyebutkan dirinya dihadapkan pada pilihan yang cukup berat untuk menutup Bornevia tahun 2017 lalu. Semua upaya telah dilakukan Benny dengan melibatkan pihak terkait.

“Saya jadi percaya bahwa satu-satunya alasan mengapa seorang pendiri menutup startupnya adalah jika dia menyerah dan tidak lagi ingin mengoperasikan / menjalankan perusahaan. Dalam keadaan lain apapun, itu harus menjadi pilihan terakhir. Saya pikir akan menjadi bijaksana bagi pendiri untuk duduk bersama jajaran manajemen dan investor lainnya untuk mempertimbangkan opsi lain untuk mengoptimalkan nilai pemegang saham, seperti perubahan haluan besar, kemungkinan untuk melakukan pivoting dan alternatif strategis lainnya,” ungkap Benny yang kini menjadi Principal Indogen Capital.

Di sisi lain, Benny menambahkan, banyak pihak yang bakal terdampak dari keputusan ini, termasuk investor, pegawai, dan mitra.

“Melihat ke belakang, kami sangat berterima kasih kepada pemegang saham dan para stakeholder kami yang selalu setia dan mendukung kami selama masa-masa sulit,” kata Benny.

Penyelesaian akhir dan dukungan investor

Startup Anda kemungkinan besar memiliki berbagai jenis aset, mulai dari inventaris yang tidak terjual, hingga perabot kantor dan kekayaan intelektual (IP). Menjadi tanggung jawab para pendiri untuk mendapatkan nilai sebanyak mungkin dari beberapa kemungkinan tersebut. Menurut Erika, ada beberapa langkah yang wajib dilakukan pendiri setelah startup tutup.

Langkah pertama adalah memberikan informasi resmi ke semua stakeholder  terkait permodalan, usaha, dan operasional startup. Sampaikan seluruh informasi yang akurat mengenai posisi keuangan startup (kas, aset, kewajiban) dengan pemegang saham. Siapkan langkah-langkah selanjutnya untuk penyelesaian kewajiban-kewajiban dengan skala prioritas yang telah disepakati. Yang terakhir memberikan referensi pegawai ke startup yang masih aktif melakukan perekrutan.

“Walaupun tidak mudah, upayakan yang terbaik untuk meminimalisasi dampak kerugian dari seluruh pihak terkait berhentinya operasional,” kata Erika.

Hal senada diungkapkan Kelvin. Meskipun pertanggungjawaban beragam kondisinya, secara hukum startup harus mematuhi semua peraturan sebelum menghentikan operasi. Oleh karena itu, startup harus mengacu kembali ke perjanjian hukum yang telah ditandatangani. Jika tidak ada yang ditentukan di awal, terlepas dari hubungan dan kewajiban sosial, startup tidak memiliki kewajiban hukum setelah berhenti beroperasi.

“Hal ini sangat tergantung pada syarat pembayaran yang disepakati oleh kedua belah pihak. Jika ada [pilihan] kebutuhan untuk mengembalikan dana atau menganggap dana hangus sebagai kerugian. Juga sangat bergantung pada persyaratan yang disepakati selama putaran investasi,” kata Kelvin.

Terkait dukungan atau upaya terakhir investor untuk terus membantu startup yang mulai mengalami kerugian dan terlihat tanda-tanda untuk penutupan, menurut Kelvin, tidak ada jawaban yang tepat.

Menurutnya hal ini sangat tergantung pada situasi dan bisnis startup serta penilaian investor terhadap kondisi tersebut. Jika kedua belah pihak sepakat bisnis tidak akan dapat bertahan setelah meninjau semua aspek, maka tidak ada gunanya memberi dorongan.

“Proposisi bisnis selalu didasarkan pada faktor bisnis dan situasinya dan tidak boleh didasarkan pada emosi. Hanya setelah penilaian dan tinjauan situasi, sebagian besar investor akan memberikan reaksi dan tanggapan yang sesuai. Tetapi saya berasumsi bahwa itu adalah kewajiban startup untuk memberi tahu investor tentang situasi apa pun yang akan memengaruhi seluruh operasinya,” kata Kelvin.

Hal senada diungkapkan Jefrey. Menurutnya, dalam situasi sulit tersebut, dapat dilihat bagaimana investor memainkan peran besar dalam mempengaruhi hasil akhir.

“Di Alpha JWC Ventures misalnya, kami membantu para pendiri untuk memaksimalkan apa yang mereka miliki. Kami membantu mereka menemukan pembeli untuk aset mereka, mengidentifikasi dan menghargai aset tidak berwujud mereka, seperti merek, tim dan teknologi. Kami bahkan membantu pegawai mereka untuk dipekerjakan kembali di perusahaan lain. Kami mengetahui pasar, sehingga kami benar-benar dapat membantu mereka dan memfasilitasi diskusi lebih lanjut yang diperlukan untuk mendapatkan win-win solution,” kata Jefrey.

Pada akhirnya, investasi yang digelontorkan perusahaan modal ventura menjadi investasi berisiko paling tinggi. Jaga trust yang telah diberikan dan pertanggungjawabkan semua kemungkinan terburuk, jika pendiri startup terpaksa harus menutup bisnis.

Masa Depan Teknologi Iklan Luar Ruang di Indonesia

Kegiatan kampanye pemasaran saat ini sudah menjadi salah satu peluang menarik yang dijajaki solusi teknologi. Salah satu cara yang mulai marak di Jabodetabek adalah kehadiran iklan bergerak memanfaatkan mobil (car advertising) dan motor.

Dalam waktu tiga tahun terakhir DailySocial mencatat ada beberapa startup yang mencoba menyasar layanan car advertising dan iklan luar ruang di Indonesia. Termasuk di antaranya adalah Stickearn, Adroady, UBiklan, PayRide, Promogo yang diakuisisi Gojek dan baru saja meluncurkan GoScreen, dan IDN Media melalui IDN Programmatic Out-of-Home (IDN POOH).

Seperti apa perkembangan model bisnis Digital OOH berlangsung saat kondisi pandemi? Apakah teknologi yang dimiliki masing-masing platform memiliki efektivitas yang sesuai ke target pasar?

Peluang bisnis iklan luar ruang

Meskipun terlihat mudah untuk dipahami, konsep iklan luar ruang memanfaatkan mobil, motor, dan medium lainnya memerlukan strategi dan teknologi yang tepat.

Platform adtech yang didirikan Daniel Tumiwa, Adsvokat, mengusung konsep O2O (online-to-offline) dan beroperasi sejak Juli 2017. Adsvokat memanfaatkan stiker di mobil, helm, smartphone, pakaian sebagai medium.

Setelah berjalan selama beberapa bulan, pada akhir tahun 2018, Adsvokat memutuskan untuk tidak meneruskan bisnis dan menutup perusahaan sepenuhnya. Daniel Tumiwa mengungkapkan, kegagalan terbesar Adsvokat adalah timing. Terlalu cepat. Yang kedua kurang memperhitungkan permainan cash flow.

“Saya melihat ide Adsvokat lebih dekat dan relevan pada masanya pada waktu itu, karena sebelum-sebelumnya saya pernah menjalankan beberapa startup dan mereka sangat too advance dari zamannya dan Adsvokat ini lebih real,” terang Daniel.

Kegagalan yang terjadi pada Adsvokat tidak menurunkan minat pemain lain untuk menawarkan konsep serupa. Pemain-pemain lain pun bermunculan dan mencoba adaptif agar tetap relevan dengan tren.

CEO UBiklan Glorio Yulianto mengungkapkan, konsep hybrid advertising saat ini menjadi pedoman UbIklan.

“Media offline sebagai media iklan, sedangkan analytic-nya berbasis online. We called it hybrid advertising media. Kami bisa ambil budget [pengiklan] dari dua divisi, yakni online dan offline,” ujar Glorio.

Di tahun 2020 muncul dua platform baru dengan klaim teknologi Digital Out of Home terbaru. Mereka adalah IDN Programmatic Out-of-Home (IDN POOH) dan GoScreen. Yang terakhir adalah produk Promogo yang memanfaatkan integrasi ekosistem dan data Gojek.

Pandemi dan pertumbuhan bisnis

Saat pandemi banyak startup yang mengalami kendala dan terhambat pertumbuhan bisnisnya. Adanya aturan PSBB dan semakin banyak pegawai yang beraktivitas dari rumah membuat kondisi jalan lebih lengang dan menyulitkan segmen teknologi periklanan luar ruang berfungsi dengan baik.

Salah satu startup yang masih bertahan di segmen ini adalah StickEarn. Akhir tahun 2019 lalu StickEarn mengumumkan layanan baru yang diberi nama StickTron (kini menjadi MobileLED). Perusahaan juga mengantongi pendanaan seri A dengan nilai $5,5 juta atau setara 77,6 miliar Rupiah.

“StickEarn mengerti pembatasan yang pemerintah lakukan dan kami mendukung kebijakan tersebut supaya kondisi bisa kembali membaik. Dampak pandemi terasa bagi semua bisnis, termasuk StickEarn yang memang memanfaatkan kemacetan lalu lintas menjadi peluang bagi brand untuk memperkenalkan iklan mereka,” ujar Co-Founder StickEarn Archie Carlson.

Menurut CEO IDN Media Winston Utomo, selama pandemi berlangsung, tidak bisa dipungkiri industri OOH terkena dampaknya, termasuk IDN POOH. Namun, perusahaan sangat percaya dengan potensi dan masa depan sektor ini.

“Jadi, selama 6 bulan terakhir, kita menambah jumlah unit IDN POOH sebanyak 2x lipat atau 100%. Kita juga memperbanyak jumlah tim Sales dan Engineering untuk IDN POOH. Kita juga melakukan beberapa penyempurnaan dari sisi hardware dan software. Contohnya, teknologi IDN POOH sekarang dapat memberikan kebebasan bagi pengiklan untuk merencanakan, mengganti [konten] kreatif, maupun memonitor iklan yang sedang jalan secara real time,” kata Wiston.

Pandemi juga tidak menghambat rencana Gojek (melalui Promogo) menghadirkan GoScreen. Setelah diakuisisi Gojek, Promogo mencoba menghadirkan teknologi yang relevan menggunakan data dan ekosistem terpadu Gojek. Memanfaatkan kendaraan roda dua milik mitra pengemudi, tidak hanya brand besar yang bisa menikmati teknologi iklan luar ruang ini, namun juga merchant Gojek dan pelaku UKM lainnya. Meskipun baru terbatas di wilayah Jakarta, GoScreen memiliki target memperluas wilayah jangkauan hingga ke kota tier 2 dan tier 3.

“Tantangan utama pengguna iklan luar ruang saat ini adalah mengukur efektivitas dan kinerja iklan. GoScreen menjawab ini melalui teknologi yang mampu mengukur kinerja iklan berdasarkan lokasi dan waktu secara tepat sehingga memberikan pengiklan laporan yang lengkap,” kata Chief Commercial Officer Gojek Antoine de Carbonnel.

Data road analytics TomTom menunjukkan penurunan tingkat kemacetan hingga lebih dari 60% saat awal PSBB. Hal ini membuat brand menahan diri untuk melakukan aktivitas iklan luar ruang. Namun, dengan kebijakan yang cukup longgar, tingkat kemacetan kembali meningkat hingga 30% dan masyarakat kembali beraktivitas di luar rumah. Hal ini membuat demand untuk beriklan kembali meningkat.

Efektivitas dan masa depan iklan luar ruang

Teknologi iklan luar ruang car advertising dan Digital OOH diprediksi termasuk salah satu dari 12 tren teknologi periklanan yang telah dan akan terus berkembang.

Hingga Q3 2020, secara rata-rata, seluruh solusi Digital OOH Promogo diklaim mengalami peningkatan pertumbuhan bisnis sebesar 40% dan lebih dari 50 ribu mitra driver tergabung. Menghasilkan impresi sebesar 15 miliar kali penayangan.

“Layanan yang kami tawarkan ini memberikan brand solusi periklanan yang lebih terukur secara data dengan harga kompetitif. Brand dapat mengoptimalkan iklan mereka secara real time dan memonitor performanya melalui online dashboard khusus yang transparan dan jelas,” kata Direktur Promogo Kiranjeet Purba.

Konsep real time juga ditawarkan IDN POOH. Pihaknya mengklaim menggunakan teknologi khusus yang telah dipatenkan untuk menampilkan iklan secara real time dan terukur. IDN POOH menawarkan beragam output iklan yang dapat disesuaikan dengan kebutuhan.

“Dengan teknologi terbaik di industri OOH, tim yang kompeten, dan ekosistem IDN Media yang lengkap, kita sangat yakin IDN POOH akan menjadi pilihan terbaik untuk iklan Out-of-Home (OOH),” kata Winston.

Sementara bagi StickEarn, penggunaan real time dashboard, memberikan kemudahan bagi pengiklan bisa mengakses jalannya kampanye iklan.

Terkait efektivitas kegiatan kampanye memanfaatkan teknologi Digital OOH, baik IDN Media, StickEarn, maupun GoScreen mengklaim saat ini masih menunjukkan pertumbuhan yang baik. Meskipun kondisi pandemi sempat mengganggu jalannya bisnis, hal ini tidak menjadi kendala untuk mengembangkan produk dan bisnis OOH.

“Saat ini kami sedang dalam tahap Research & Development (R&D) untuk hyperlocal targeting. Dengan teknologi ini diharapkan dapat melakukan targeting secara lebih tepat dan akurat, sehingga industri UKM juga dapat memanfaatkan teknologi dari IDN POOH karena ROI-nya lebih bagus dan optimal,” kata Winston.

GoScreen sendiri sebelum diluncurkan telah melakukan sekitar 50 proyek. Salah satunya dengan Disney+ Hotstar. GoScreen menargetkan hingga akhir tahun 2021 bisa mencapai 20 ribu screen di Indonesia.

“Melalui GoScreen, mitra kami berkesempatan mendapatkan peluang penghasilan tambahan hingga 20% dari pendapatan normalnya. Selain itu, solusi GoScreen dengan harga yang terjangkau juga dapat dimanfaatkan oleh pelaku bisnis UKM untuk mulai meningkatkan visibilitas merek, serta mengembangkan bisnisnya ke level lebih tinggi melalui pemanfaatan data, sehingga mereka mampu memutuskan strategi bisnis yang lebih efektif,” ujar Kiran.

Sesuai dengan misi perusahaan, StickEarn ingin menjadikan platform beriklan lebih efektif, canggih, dan lebih mudah diakses, dan membuat iklim iklan luar ruang lebih bergairah.

“Dengan harga yang kompetitif dan sangat customisable, kini OOH bisa diakses brand dari segala level, mulai dari perusahaan multinasional, hingga UKM. Kami mencatat 20% dari klien kami adalah UKM. Ini adalah kabar baik bagi industri ini,” kata Archie.

Olsera Luncurkan Zenwel, Mudahkan UKM di Bidang Jasa Buat Sistem Reservasi Online

Bertujuan untuk memudahkan proses dan manajemen pembayaran untuk penyedia layanan dan jasa, pengembang aplikasi point of sales Olsera meluncurkan Zenwel. Lebih lanjut diungkapkan oleh Co-Founder Novendy Chen, produk terbaru tersebut diposisikan menjadi solusi POS berbasis O2O serupa, hanya saja dikhususkan untuk bidang usaha jasa yang lebih fokus kepada manajemen reservasi layanan.

Beberapa bisnis yang kemudian ditargetkan oleh Olsera untuk bisa memanfaatkan Zenwel di antaranya adalah pelaku usaha di bidang pelayanan jasa seperti massage, spa, salon kecantikan, barbershop, fitness, yoga, hingga klinik konsultasi kecantikan dan kesehatan.

Selama pandemi, ada perubahan dari kebiasaan banyak masyarakat yang kemudian memanfaatkan semua layanan dan jasa secara online, dan mengharuskan proses pembayaran dilengkapi. Mulai dari olahraga di rumah memanfaatkan Zoom hingga klinik konsultasi secara online.

“Pada prinsipnya, kami ingin membawa pengalaman kami dari Olsera, sekaligus memenuhi permintaan dari para merchant kami yang bergerak di bidang layanan jasa seperti salon dan spa, akan pentingnya sebuah platform khusus yang benar-benar dapat digunakan secara maksimal untuk pertumbuhan bisnis yang lebih sehat dan sustainable sesuai dengan perkembangan teknologi,” kata Founder Zenwel Ali .

Terdapat beberapa pilihan paket yang bisa digunakan oleh bisnis, mulai dari pilihan secara gratis yang memiliki keterbatasan jumlah pemakai (staf) hingga paket Enterprise yang ditawarkan dengan harga cukup terjangkau untuk per bulan dan per tahunnya dengan jumlah staf yang tidak terbatas.

Untuk strategi monetisasi, pada tahap awal Zenwel menerapkan subscription dan MDR fee sharing dari transaksi offline dan online. Istilah MDR sendiri adalah Merchant Discount Rate, yang berfungsi ketika pengguna melakukan pemesanan secara online kepada merchant pilihan. Nantinya akan dikenakan MDR fee dari pembayaran tersebut.

Dari layanan yang telah dikonfirmasi, nantinya juga akan langsung diketahui oleh staf yang akan menangani tamu tersebut melalui aplikasi mobile Zenwel yang digunakan staf yang bersangkutan.

“Tidak hanya itu, para merchant pengguna Zenwel juga dapat membuka reservasi online melalui situs atau media sosial pribadi yang berjalan 24 jam, dan setiap reservasi yang masuk akan terhubung ke dalam POS,” kata Ali.

Fokus bisnis Olsera

Setelah meluncurkan aplikasi mobile Olsera Office akhir tahun 2019 lalu, hingga kini mengklaim telah memiliki sekitar 10 ribu lebih merchant aktif yang bergabung dalam platform. Olsera juga telah menjalin kerja sama strategis dengan Grab, Surge, Xendit, Midtrans, Ovo, GoPay, Dana, ShopeePay, LinkAja, KoinWorks, BFI Finance, Alumak, Gandeng Tangan dan lainnya. Ke depannya perusahaan menjanjikan segera menghadirkan dukungan layanan serupa ke dalam platform Zenwel dalam waktu dekat.

Meskipun pandemi sempat menghambat pertumbuhan bisnis Olsera khususnya kepada merchant, namun dari sisi pemesanan secara online termasuk di dalamnya pemesanan delivery dan take away, secara perlahan saat ini mulai pulih kembali.

“Tahun ini menjadi tahun yang begitu spesial dan produktif bagi tim. Sebelumnya, kami telah menghadirkan inovasi online order yang terhubung ke Olsera POS, di mana sangat membantu merchant untuk terus berjualan di tengah tantangan pandemi. Kini genap di 5 tahun Olsera, Zenwel adalah kado terbaik dari kami untuk merchant yang bergerak di industri jasa yang telah lama menantikan hadirnya solusi ini,” kata Novendy.

Application Information Will Show Up Here

[Where Are They Now] Apa Kabar Lima Penggiat Startup Ini (Bagian 2)

Dinamika dunia startup diwarnai kisah-kisah yang kerap membawa pendiri startup menjadi rising star dan entrepeneur sukses. Ada juga kisah yang kurang menyenangkan ketika startup harus tutup karena berbagai alasan. Beberapa pemain industri kini sudah memiliki karier baru, meski kebanyakan masih berkutat di ekosistem ini.

Di edisi kedua Where Are They Now, DailySocial mencoba mencari tahu kesibukan lima penggiat startup berikut ini.

Guntur Siboro

Sosok yang satu ini sudah cukup lama berkiprah di dunia telekomunikasi dan bisnis over-the-top (OTT) di Indonesia, Sejak meninggalkan posisinya di HOOQ sebagai Country Head, kini Guntur Siboro mengisi kesibukan sebagai pengajar di Universitas Pelita Harapan.

Kepada DailySocial, Guntur mengungkapkan, meskipun masih harus menyelesaikan penutupan kantor perwakilan HOOQ di Indonesia, saat ini Guntur juga tengah membantu mempersiapkan kehadiran platform OTT baru asal Amerika Serikat yang rencananya meluncur awal tahun 2021 mendatang.

Guntur enggan menyebutkan nama platform tersebut untuk saat ini, namun ia menyatakan, berdasarkan pengalaman profesionalnya selama ini, enggan beralih ke sektor lain dan masih setia di bisnis OTT Indonesia.

Calvin Kizana

Dikenal sebagai pendiri dan CEO PicMix dan PlayDay, kini Calvin Kizana menyandang posisi baru. Sejak bulan April 2020 lalu, Calvin resmi menjabat sebagai COO & Head of Platform GoPlay. Masuknya Calvin ke ekosistem Gojek memanfaatkan pengalamannya berkecimpung di industri kreatif.

GoPlay adalah anak perusahaan Gojek yang fokus ke layanan video on-demand dan mulai merambah ke konten live interaktif. GoPlay tahun ini memperoleh pendanaan dari investor eksternal untuk meningkatkan kualitas teknologi dan konten yang dimilikinya.

Benny Tjia

Nama Benny Tjia masuk ke industri startup Indonesia sejak tahun 2014 lalu. Pendiri startup Bornevia ini sejak kuliah telah bercita-cita untuk terjun dalam dunia startup.

Tahun 2013 Bornevia didirikan oleh Benny Tjia dan Tjiu Suryanto. Melalui produk berbasis SaaS, Bornevia digadang-gadang sebagai startup lokal yang akan mungkin memberikan pengaruh besar di lanskap produk teknologi korporasi. Namun pada tahun 2017, Bornevia mengumumkan penutupan operasional bisnisnya,

Kini Benny disibukkan pekerjaan barunya sebagai Principal di perusahaan modal ventura Indogen Capital. Berangkat dari pengalamannya sebagai mantan pendiri startup, insight dan pengalaman Benny memberikan warna bagi proses kurasi startup yang dilakukan perusahaan.

“Indogen Capital saat ini telah memiliki 19 investasi, termasuk di dalamnya Wahyoo, Evos, dan Travelio. Tanggung jawab saya termasuk memimpin investment team untuk mencari peluang investasi, penggalangan dana, dan juga melakukan monitoring dan mendukung portofolio kami,” kata Benny kepada DailySocial.

Ongki Kurniawan

Nama Ongki Kurniawan sangat dikenal ketika dirinya menjabat sebagai Direktur dan Chief Digital Services Officer XL Axiata. Setelah 7 tahun bekerja di XL Axiata, pertengahan tahun 2016 Ongki menjabat sebagai Managing Director Line Indonesia. Lepas dari Line, Ongki bergabung dengan Grab dan menjabat sebagai Executive Director Grab Indonesia.

Pasca mundur dari Grab Indonesia, Ongki hijrah ke posisi barunya mengurusi Revenue & Growth APAC, Stripe. Layanan pembayaran global Stripe menawarkan sistem pembayaran yang dapat diintegrasikan ke berbagai platform digital melalui konektivitas API.

Sukan Makmuri

Nama Sukan Makmuri dikenal sejak tahun 2013 lalu saat dirinya bergabung dengan tim Kaskus Networks. Lepas dari Kaskus, Sukan kemudian bergabung dengan GDP Venture. Tahun 2016 Sukan bergabung dengan Kudo dan menjabat sebagai CTO selama 1 tahun. Lepas dari Kudo, Sukan mendirikan startup dan ikut terlibat dalam private equity (PE) MaksPro Enterprises selama 4 tahun.

Terakhir Sukan menjabat sebagai CTO di Uang Teman, namun  tahun ini ia mempersiapkan peluncuran startup baru yang masih dirahasiakan nama dan bisnisnya.

Lakukan Restrukturisasi Dana Investasi, Aryo Ariotedjo Perkenalkan “Absolute Confidence”

Pengalaman sebagai investor sejak tahun 2013 memberikan inspirasi bagi Aryo Ariotedjo untuk menghadirkan sebuah pilihan pembiayaan baru ke bisnis di Indonesia. Mengusung nama Absolute Confidence, Aryo (sebagai Managing Partner) dan partner ingin memberikan pilihan baru ke bisnis tradisional untuk mengadopsi mindset  startup.

Kepada DailySocial, Aryo menegaskan, Absolute Confidence ingin fokus berinvestasi ke bisnis atau perusahaan yang memiliki pondasi kuat dari sisi cashflow dengan model bisnis yang scalable dan replicable. Ia menegaskan bisnis tersebut tidak harus memiliki latar belakang atau didukung teknologi terkini.

“Di Indonesia memang mimpinya adalah startup yang memiliki teknologi terkini, namun faktanya masih banyak bisnis di Indonesia yang masih tradisional. Dengan dukungan dan pemikiran ala startup, kami melihat [Absolute Confidence] bisa membantu bisnis untuk berkembang,” kata Aryo.

Aryo menyontohkan perkembangan Kopi Kenangan mengadopsi teknologi ke dalam bisnis yang selama ini berjalan secara tradisional. Menyematkan teknologi ke model bisnis yang sudah sangat umum dipercaya bisa meningkatkan value atau nilai dari bisnis tersebut.

Rencana investasi perusahaan

Meskipun saat ini sebagian besar tim, kantor, dan infrastruktur masih memanfaatkan entitas Grupara Ventures, Aryo menyebut dana yang dikelola menggunakan branding Absolute Confidence. Untuk melancarkan investasi ini, Aryo berencana melakukan penggalangan dana dalam waktu dekat.

Secara khusus Aryo menyebutkan proses “peleburan” Grupara ke Absolute Confidence sebagai restrukturisasi, bukan rebranding atau merger.

Beberapa bisnis dan kreator yang sudah didanai Absolute Confidence tahun ini adalah platform produk grosir Dagangan, kreator podcast Podkesmas Asia Network / Podkesmas, dan restoran Wanfan.

“Bisa dibilang kita sedang melakukan restrukrurisasi dengan nama baru yang lebih segar yaitu Absolute Confidence. Ke depannya kita ingin fokus kepada bisnis F&B atau bisnis lain yang profitable,” kata Aryo.

Perjalanan Aryo di bidang teknologi dimulai tahun 2010 silam dia bersama beberapa rekannya memulai bisnis di bidang pembayaran digital. Melalui Grupara Ventures, Aryo telah berinvestasi ke beberapa startup, termasuk  Fabelio, Wellspace, Andalin, Maskoolin, dan Seekmi.

Lewat Akuisisinya Terhadap Promogo, Gojek Luncurkan Layanan Iklan GoScreen

Setelah diakuisisi tahun 2018 lalu oleh Gojek, startup pemasang iklan kendaraan Promogo memperkenalkan produk terbarunya yang merupakan integrasi dengan ekosistem di Gojek yaitu “GoScreen”. Direktur Promogo Kiranjeet Purba mengungkapkan, melalui GoScreen yang menggunakan konsep Digital Out Of Home (OOH) diharapkan bisa dimanfaatkan oleh brand besar hingga pelaku UKM dan merchant Gojek untuk melancarkan kegiatan pemasaran.

Memanfaatkan mitra pengemudi Gojek, nantinya iklan OOH ini akan dihadirkan oleh GoScreen dengan beberapa fitur unggulan. Di antaranya adalah teknologi iklan terprogram (programmatic ads) untuk personalisasi konten sesuai waktu dan lokasi audiens, pengukuran impresi secara real-time, memanfaatkan armada roda dua Gojek yang memiliki mobilitas tinggi.

“Bukan hanya memberikan produk yang bermanfaat untuk semua, melalui GoScreen kami juga ingin memberikan penghasilan tambahan kepada mitra pengemudi Gojek hingga 20% dari pendapatan normalnya,” kata Kiranjeet.

Memanfaatkan data yang terkumpul dari tiga aplikasi utama di ekosistem Gojek, yaitu aplikasi untuk konsumen, merchant dan mitra pengemudi; diharapkan bisa memberikan data yang relevan yang tentunya bisa dimanfaatkan oleh brand hingga UKM yang ingin memasarkan produk mereka. Bukan hanya untuk awareness, melalui GoScreen diharapkan bisa menjadi channel pemasaran baru brand dan UKM.

“Saat ini GoScreen masih terbatas di wilayah Jakarta saja. Namun kami memiliki target teknologi ini bisa dinikmati oleh mereka di kota tier 2 hingga 3 juga. Targetnya ada 20 ribu screen di Indonesia melalui GoScreen hingga akhir tahun 2021 mendatang,” kata Kiranjeet.

Disinggung apakah layanan GO-ICE dan GO-VEND yang diluncurkan oleh Promogo tahun 2018 lalu masih berjalan, Kiranjeet menyebutkan kedua layanan tersebut tidak aktif lagi, dan saat ini Promogo fokus kepada GoScreen.

Di pasaran sudah ada beberapa platform serupa yang menawarkan teknologi OOH untuk brand, di antaranya adalah IDN Programmatic Out-of-Home (IDN POOH) dan StickEarn. GoScreen baru akan resmi dikomersialisasikan pada bulan Januari 2021 mendatang.

Kegiatan pemasaran OOH saat pandemi

Meskipun kondisi pandemi, namun menurut Kiranjeet tidak menurunkan minat brand untuk melancarkan kegiatan pemasaran secara offline. Inovasi terbaru dari Promogo ini diklaim mendapat antusiasme tinggi dari pengiklan, mengingat inovasi ini termasuk salah satu dari 12 tren teknologi periklanan yang telah dan akan terus berkembang.

“Saat pandemi ini justru mendorong kami dari Promogo dan Gojek untuk menciptakan solusi baru yang bisa dimanfaatkan mitra pengemudi untuk menambah penghasilan. Harapannya GoScreen bisa memberikan social impact yang membantu bukan hanya mitra tapi merchant mempromosikan bisnis,” kata Kiranjeet.

GoScreen dilengkapi kamera serta teknologi berbasis suar (beacon technology) untuk menghitung tingkat impresi iklan, sehingga brand bisa secara transparan memantau tingkat eksposur, jumlah kendaraan yang aktif maupun jarak tempuh yang dicapai oleh para mitra. Solusi teknologi periklanan inovatif GoScreen ini juga telah mendapatkan sertifikasi Open Measurement SDK (OM SDK) dari lembaga internasional IAB Tech Lab (Interactive Advertising Bureau Tech Lab).

“Layanan yang kami tawarkan ini memberikan brand solusi periklanan yang lebih terukur secara data, dengan harga kompetitif. Brand dapat mengoptimalkan iklan mereka secara real-time, serta memonitor performanya melalui online dashboard khusus yang transparan dan jelas,” kata Kiranjeet.

Efektivitas GoScreen telah dirasakan oleh Publicis Media, salah satu mitra bisnis pertama yang telah merasakan GoScreen dalam fase uji coba selama dua bulan di Jabodetabek, saat mempromosikan Disney+ Hostar di Indonesia.

“Hasilnya, lebih dari empat juta tayangan dengan 40% Share of Voice, menjangkau lebih dari 850 ribu orang melalui 2 ribu jam pemutaran iklan dengan waktu dan lokasi yang tepat sebagai kuncinya,” kata General Manager Publicis Media Saravanan Mudaliar.

Application Information Will Show Up Here

Rencana Ekspansi iSeller Usai Rampungkan Pendanaan “Strategic Round” Seri A

Startup pengembang layanan point of sales berbasis omni-channel iSeller telah merampungkan penggalangan dana perpanjangan putaran seri A+ atau strategic round. Pendanaan tersebut dipimpin oleh Mandiri Capital Indonesia (MCI), Openspace Ventures turut bergabung dalam putaran pendaan kali ini.

Kepada DailySocial Founder & CEO iSeller Jimmy Petrus mengungkapkan, untuk jangka pendek perusahaan akan melakukan key hiring terutama untuk tim acquisition dan business development, yang bertujuan untuk semakin memperluas jangkauan iSeller terhadap bisnis UKM di Indonesia. Selain itu perusahaan juga akan terus mengembangkan inovasi baru yang akan mempermudah UKM untuk mengakses layanan finansial.

“Saat ini selain Jabodetabek kami baru menjangkau 5 kota terbesar di Indonesia. Awal tahun depan, ekspansi ke top 25 kota sudah ada dalam roadmap kami,” kata Jimmy.

Disinggung seperti apa integrasi dan kolaborasi iSeller dengan Bank Mandiri, Jimmy menyebutkan akan ada banyak integrasi finansial dan layanan perbankan dalam platform iSeller, yang diharapkan dapat membantu UKM Indonesia untuk terus berkembang dalam kondisi pandemi ini.

Pandemi yang mengganggu pertumbuhan bisnis sebagian besar startup di Indonesia, ternyata tidak memberikan pengaruh yang cukup besar kepada iSeller. Saat pandemi justru bisnis iSeller bisa terus berkembang.

“Salah satu faktor kontribusi terbesar adalah dengan semakin meningkatnya kesadaran para pelaku usaha untuk ‘go online’ dan beralih ke sistem digital, di mana keunggulan iSeller memang terletak pada kapabilitas omni-channel dan O2O yang memungkinkan UKM berjualan di toko fisik, online, dan marketplace dengan mudah di dalam satu platform,” kata Jimmy.

Kerja sama strategis dengan GrabFood

Bertujuan untuk memudahkan pelaku bisnis F&B di Indonesia untuk menerapkan sistem pemesanan online yang sudah terintegrasi dengan aplikasi kasir, iSeller menjalin kerja sama strategis dengan GrabFood. Untuk mengakali jumlah penurunan trafik saat PSBB, melalui inisiatif ini diharapkan dapat memitigasi dampak pandemi terhadap industri F&B.

Bentuk kerja sama iSeller dengan GrabFood adalah integrasi sistem pemesanan GrabFood dengan aplikasi kasir iSeller, pesanan dari GrabFood akan otomatis masuk ke aplikasi secara real time, sehingga mempermudah kasir untuk dapat memproses pesanan dengan lebih cepat dan efisien. Selain itu, pemilik usaha F&B juga dapat mengakses seluruh transaksi penjualan dan laporan keuangan dengan mudah melalui dasbor iSeller, baik penjualan dari outlet maupun GrabFood.

Go online dengan GrabFood menjadi simpel, mulai dari pembaruan menu dan harga GrabFood, pembaruan stok otomatis, hingga laporan keuangan dari berbagai channel penjualan, semuanya bisa dikelola dari satu platform iSeller. Kami percaya solusi integrasi ini akan memberikan dampak positif bagi seluruh pelaku usaha F&B di Indonesia,” kata Jimmy.

Hingga kini iSeller telah digunakan oleh ribuan merchant mulai dari bisnis UKM hingga berskala korporasi seperti Geprek Bensu, Mama Roz, Sour Sally, HopHop, Okirobox, Yogurtland, dan masih banyak lagi. Mengedepankan fitur terlengkap seperti manajemen penjualan, produk dan inventaris, serta fleksibilitas channel penjualan yang didasarkan pada konsep omni-channel, iSeller mengklaim sebagai super merchant platform terunggul di Indonesia.

Application Information Will Show Up Here

Mendiskusi Strategi Keberlangsungan Bisnis Bersama Pelaku Startup dan Pemodal Ventura

Banyak tantangan yang dihadapi startup saat pandemi, mulai dari menurunnya jumlah klien hingga pemasukan bisnis yang tersendat. Meskipun tantangan terberat dirasakan benar oleh startup di masa awal pandemi, namun dalam beberapa bulan terakhir, situasi diklaim sudah jauh lebih baik dan berangsur-angsur pulih kembali.

Dalam webinar yang diinisiasi oleh Asosiasi Modal Ventura Untuk Startup Indonesia (AMVESINDO), tiga penggiat startup yang diwakilkan oleh Co-Founder & CEO Cashlez Tee Teddy Setiawan, Founder ProSehat & Chairman Healthtech.id Gregorius Bimantoro, dan CMO SiCepat Wiwin Dewi Herawati, berbagi pengalaman mereka tentang bagaimana cara tepat menyiasati tantangan bisnis saat pandemi.

Menyiasati langkah yang tepat

Ada beberapa catatan menarik yang kemudian disampaikan oleh perwakilan komunitas startup saat sesi webinar. Meskipun tidak dapat dimungkiri penurunan pendapatan sempat terjadi, namun melihat perubahan pola konsumen saat pandemi yang memanfaatkan sepenuhnya layanan digital, kemudian menjadi fokus utama dari startup seperti SiCepat dan Cashlez.

Sebagai layanan finansial berbasis teknologi, Cashlez memiliki jumlah merchant yang cukup beragam, dari layanan entertainment hingga p2p lending. Meskipun mengakui untuk beberapa layanan sempat mengalami penurunan secara drastis, namun di sisi lain layanan yang kemudian dimanfaatkan oleh platform e-commerce justru mengalami peningkatan.

“Di kuartal ketiga dan memasuki keempat kami melihat adanya peningkatan dari bisnis Cashlez. Momentum ini kemudian menjadi baik bagi kami untuk bisa fokus meng-capture target pasar yang ada,” kata Teddy.

Sementara itu, bagi layanan logistik yang dihadrikan oleh SiCepat, pandemi justru memberikan kesempatan yang lebih baik bagi perusahaan untuk merangkul lebih banyak pelanggan. Tidak hanya fokus kepada pemgiriman barang dalam volume dan kapasitas yang besar, namun SiCepat juga menawarkan pilihan pengiriman barang berharga dengan volume dan ukuran yang lebih kecil.

“Saat ini kami tengah berada pada masa-masa survive” saat awal pandemi kami sempat mengalami penurunan hingga 30% lebih untuk logistik darat dan udara hampir 80%,” kata Wiwin.

Dengan menerapkan diversifikasi, SiCepat mengklaim mampu untuk menjalankan bisnis dan tentunya bisa tetap bertahan saat pandemi hingga memasuki kondisi new normal.

Salah satu layanan yang kemudian menjadi primadona saat pandemi adalah layanan healthtech. Bukan hanya mampu mengakselerasi layanan konsultasi dokter secara online, dengan berbagai produk yang makin bervarias seperti menyematkan teknologi artificial intelligence hingga genetics, kini platform healthtech semakin banyak jumlah pemainnya.

“Selama pandemi layanan yang menyasar kepada segmen B2B memang mengalami penurunan. Namun di sisi lain untuk layanan yang menyasar B2C justru mengalami peningkatan. Meskipun belum maksimal namun dari pemain healthtech sendiri memang masih memiliki keterbatasan untuk menghadirkan layanan yang lebih menyeluruh karena adanya peraturan dan regulasi yang ditetapkan,” kata Gregorius.

Kinerja PMV selama pandemi

Meskipun ada beberapa perusahaan modal ventura (PMV) yang melakukan penundaan investasi ke startup selama pandemi, namun tidak menjadikan beberapa kegiatan penggalangan dana menurun jumlahnya. Amvesiondo mencatat ada 52 transaksi pendanaan yang dilakukan oleh PMV untuk startup, dengan jumlah pendanaan mencapai $1,9 miliar.

Hal tersebut bukan hanya memperlihatkan kepercayaan dari pihak investor kepada startup, namun juga kolaborasi yang senantiasa berjalan antara PMV dan startup di masa-masa krisis ini menandakan optimisme dan kepercayaan PMV terhadap potensi pertumbuhan pelaku startup nasional.

AMVESINDO memandang, para perusahaan tersebut mampu menunjukkan kemampuannya dalam mengubah lanskap industri (new normal), memberikan nilai tambah, dan menyelesaikan masalah yang dihadapi pelanggan dan konsumen.

“Pandemi bukan berarti startup harus berdiam diri, kondisi seperti ini justru menjadi momentum bagi startup untuk memaksimalkan upaya mereka untuk menjalankan bisnis agar bisa bertahan,” kata Anggota Dewan Kehormatan AMVESINDO Nicko Widjaja.

Nicko juga menambahkan, mewakili BRI Ventures hingga saat ini telah berinvestasi kepada 8 startup. BRI Ventures juga telah meluncurkan kelolaan baru bernama “Dana Ventura Sembrani Nusantara”. Fund tersebut menjadi kendaraan baru bagi BRI Ventures untuk mendanai startup early stage yang bermain di segmen non-fintech, seperti pendidikan, agro-maritim, ritel, transportasi, dan kesehatan.

Sementara itu menurut Sekjen AMVESINDO Eddi Danusaputro, tidak hanya fokus berinvestasi kepada startup baru, PMV juga harus tetap memperhatikan existing portofolio mereka. Meskipun tidak semuanya berniat untuk melakukan penggalangan dana saat ini, namun perlu juga diberikan dukungan yang relevan, memanfaatkan ekosistem yang ada.

“Saya juga melihat saat pandemi ada beberapa sektor yang menarik untuk dijajaki dan tentunya bermanfaat bukan hanya untuk PMV tapi juga masyarakat umum. Yaitu sektor agritech, mereka yang menyasar pertanian dan hal terkait lainnya menjadi perhatian bagi kami di MCI.” kata Eddi.

Startup turut berperan dalam pemulihan ekonomi nasional lewat kolaborasi dengan program pemerintah, seperti layanan startup agritech yang membantu menyalurkan pembiayaan dari pemerintah untuk petani, dan kolaborasi antar startup penyedia digital signature dan digital identity dengan lembaga perbankan untuk kemudahan proses restrukturisasi kredit.

“Untuk itu ke depannya perlu adanya peraturan dan regulasi yang mendukung bisnis startup terutama dari regulator,” kata Bendahara AMVESINDO Edward Ismawan Chamdani.

Catatan AMVESINDO Terkait Ekosistem Startup Digital Selama Pandemi

Lanskap startup Indonesia diwarnai sejumlah investasi dari perusahaan modal ventura lokal hingga asing. Asosiasi Modal Ventura Untuk Startup Indonesia (AMVESINDO) mencatat, pandemi memberikan dampak yang beragam kepada perusahaan rintisan dan UKM. Sejumlah pelaku usaha mengalami dampak negatif, seperti menurunnya transaksi hingga tutupnya layanan; tapi sebagian lainnya mengalami dampak positif, seperti melonjaknya permintaan/transaksi dan jangkauan konsumen yang semakin meluas.

Dalam sesi webinar yang diinisiasi oleh AMVESINDO terungkap, beberapa tren hingga potensi yang cukup menarik di beberapa sektor yang bisa dijadikan acuan kegiatan investasi para perusahaan modal ventura lokal hingga asing.

Pemetaan perubahan kebiasaan konsumen

Pemetaan perubahan kebiasaan pengguna
Pemetaan perubahan kebiasaan pengguna

Pandemi yang datang sejak awal tahun, secara khusus telah mengubah kebiasaan kebanyakan konsumen. Mereka sebelumnya masih melakukan kegiatan online dan juga offline, ketika aturan PSBB diberlakukan, kegiatan mulai shifting kepada online. Menurut Ketua I AMVESINDO William Gozali, hal ini mendorong perusahaan rintisan untuk mampu beradaptasi dengan situasi seiring perubahan perilaku masyarakat.

“Jika kita lihat perusahaan rintisan atau perusahaan teknologi yang mampu bertahan saat pandemi adalah ride-hailing. Ketika demand untuk ride-hailing menurun, mereka kemudian mulai shifting kepada produk atau layanan lainnya sepeti makanan dan logistik,” kata William.

Sektor lain yang juga mengalami peningkatan cukup drastis adalah sektor edutech, e-commerce, dan healthtech. Meskipun produk yang mereka hadirkan belum maksimal, namun adopsi digital menjadi lebih terakselerasi saat pandemi. Amvesindo juga mencatat, peranan layanan fintech dan logistik sangat penting untuk memperkenalkan dan membiasakan masyarakat Indonesia untuk melakukan transaksi secara nontunai. Kebiasaan tersebut menurut William semakin meningkat jumlah adopsinya saat pandemi.

“Yang perlu diperhatikan adalah, apa yang dibutuhkan dan tentunya bisa berjalan dengan baik saat ini dan mulai lakukan perubahan. Karena ke depannya atau yang dikenal dengan istilah new normal, memiliki potensi untuk berjalan seterusnya,” kata William

Potensi social commerce, supply chain, dan UKM

Selama pandemi juga semakin banyak perusahaan rintisan yang secara khusus menargetkan UKM sebagai target pasar. Meskipun dalam 3 tahun terakhir sudah banyak startup yang menyasar sektor tersebut, namun tahun ini tercatat semakin banyak jumlah startup yang menghadirkan layanan, khususnya layanan warung digital yang ingin memudahkan pelaku UKM menjalankan bisnis.

Sektor kecantikan juga menjadi potensi bagi startup hingga investor yang ingin memberikan pendanaan. Makin banyaknya pemain lokal hingga asing yang menghadirkan produk kecantikan untuk masyarakat Indonesia, terlihat makin banyak pemainnya dan tentunya menjadi peluang tersendiri.

“Sebagai negara yang sarat dengan pengguna media sosial, konsep social commerce menjadi relevan, untuk memetakan seperti apa kebutuhan dan biaya logistik yang perlu dikeluarkan oleh pemain saat menawarkan produk kepada pelanggan,” kata William.

Di sisi lain perlahan tapi pasti, food tech atau platform kuliner yang berbasis teknologi juga mulai banyak menunjukkan pertumbuhan yang positif saat ini. Diinisiasi oleh platform ride hailing, kini makin banyak platform food tech yang mengalami pertumbuhan yang positif. Salah satu kekuatan mereka adalah, dengan dukungan big data yang sebelumnya telah diimplementasikan oleh platform ride hailing di Indonesia.

“Sejak awal terdapat 3 sektor yang memiliki peranan penting dalam ekosistem startup, yaitu finansial, e-commerce, dan logistik. Ketiga sektor tersebut saling membutuhkan dan masing-masing memiliki peranan terkait. Kini sektor turunan e-commerce mulai muncul dan memiliki potensi yang menarik untuk dijajaki,” kata William.

Masih besarnya jumlah pendanaan

Dinamika investasi perusahaan rintisan Indonesia
Dinamika investasi perusahaan modal ventura

Industri modal ventura secara umum juga mengalami peningkatan kinerja pada tahun 2019. Mulai dari kenaikan aset, sumber pendanaan, dan modal yang merupakan tanda bahwa industri modal ventura masih bisa tumbuh. Adapun tantangan yang masih menjadi pekerjaan rumah adalah masih besarnya porsi instrumen Pembiayaan Bagi Hasil dari portofolio perusahaan modal ventura yang ada.

AMVESINDO mencatat hingga 31 Desember 2019, pertumbuhan aset PMV termasuk PMVD (Perusahaan Modal Ventura Daerah) mencapai Rp 19.65 Triliun, mengalami peningkatan sebesar 58.72% dibandingkan periode 2018.

Meskipun kondisi sedang mengalami krisis secara global, namun jumlah pendanaan sejak awal tahun hingga bulan November ini masih cukup besar jumlahnya. Tercatat Q3 tahun 2020, ada 52 transaksi pendanaan yang dilakukan oleh perusahaan modal ventura untuk startup, dengan jumlah pendanaan mencapai $1.920.900.000.

Pendanaan ini disalurkan kepada startup dari berbagai sektor, dengan tiga sektor terbanyak yaitu fintech (6 transaksi pendanaan), edutech (6 transaksi pendanaan), dan SaaS (6 Transaksi Pendanaan).

 

Dalam memberikan pendanaan kepada startup, setidaknya ada empat poin yang menjadi pertimbangan PMV, yaitu: potensi pertumbuhan pasar, kemampuan beradaptasi, kualitas founders, serta model bisnis yang jelas, dan penggunaan dana yang efisien.

“Ke depannya diprediksi sektor yang terakselerasi dengan baik adalah e-health, e-groceries, edutech dan e-logistic yang memiliki potensi besar untuk berkembang dan saat ini masih belum terjawab di Indonesia. Diversifikasi juga menjadi sangat baik untuk diterapkan oleh perusahaan rintisan, agar bisa bertahan saat pandemi dan ketika kondisi memasuki new normal,” kata William.

JD.id Makin Fokus Ke Rantai Pasokan, Penambahan Gudang, dan Logistik

Layanan logistik kini menjadi salah satu sektor yang krusial. Salah satu faktor pendorong sektor saat pandemi adalah meningkatnya kegiatan belanja online. Layanan terpadu dan menyeluruh makin diprioritaskan platform e-commerce di Indonesia, mulai dari menggandeng mitra logistik berpengalaman hingga menjalankan sendiri kegiatan logistiknya.

DailySocial mencoba menggali lebih mendalam fokus bisnis JD.id hingga tahun depan dan upaya mereka untuk tampil sebagai platform terdepan di sektor pengiriman cepat di seluruh Indonesia.

Komitmen untuk “fast delivery”

President dan CEO JD.id Zhang Li mengatakan, “Sesuai dengan visi dan misi perusahaan, JD.id akan terus membangun kapabilitas perusahaan untuk melayani konsumen dengan pengalaman belanja terbaik, dengan terus memperkuat tiga elemen utama, yakni pengembangan strategis pada rantai pasokan, menambah jumlah gudang dan memperluas cakupan logistik, serta mengembangkan teknologi ritel online-ke-offline (O2O).”

Marketing Chief JD.id Mia Fawzia menjelaskan, selama 6 bulan terakhir, perusahaan mengalami pertumbuhan bisnis yang positif. Tidak hanya dalam jumlah visitor, tetapi pertumbuhan jumlah penjualan yang mencapai hingga 40%. Jenis produk yang populer adalah produk-produk di kategori Elektronik, Groceries, Mom & Baby, dan Home Living & Virtual.

Perihal layanan logistik, perusahaan mencatat di bulan September 2020 85% pengiriman paket pesanan menuju seluruh wilayah Indonesia sukses dilakukan dalam kurun waktu 24 jam. Data tersebut juga menunjukkan 95% pengiriman paket pesanan menuju wilayah Jabodetabek sukses dilakukan dalam kurun waktu 24 jam. Untuk armada logistik, penjual dibebaskan memilih J-Express (layanan logistik internal JD.id) atau memakai jasa yang lain.

“Hingga saat ini, JD.id sudah dapat menjangkau hampir seluruh wilayah Indonesia. Namun, terkhusus untuk wilayah Papua, kami masih bekerja sama dengan third-party logistics untuk membantu kami dalam proses pengiriman barang,” kata Mia.

Secara keseluruhan JD.id telah memiliki sekitar 12 gudang yang tersebar di beberapa wilayah di Indonesia. Lokasi gudang tersebut tersebar di beberapa wilayah. Mulai dari Jakarta (Marunda) 6 gudang, Cikarang (disewa IKEA) 1 gudang, Medan 1 gudang, Semarang 1 gudang, Makassar 1 gudang, Pontianak 1 gudang, dan Sidoarjo 1 gudang.

Kepemilikan gudang menjadi salah satu kunci mempercepat proses logistik. Dengan dikelola secara mandiri, platform e-commerce bisa melakukan proses sorting dan pengiriman secara cepat, tanpa adanya hambatan akses data inventory dan proses pengambilan dari mitra logistik pihak ketiga.

Perluas layanan

Teknologi QR Code di JD X-Mart Indonesia
Teknologi QR Code di JD X-Mart Indonesia

Sebagai platform e-commerce, JD.id telah memperluas layanannya ke berbagai produk. Perusahaan juga memiliki beberapa produk asuransi atau proteksi.

“Kami bermaksud memberikan pengalaman belanja dan pelayanan yang lengkap dan menyeluruh kepada para pelanggan JD.id, [..] membantu meringankan resiko konsumen dalam berbelanja jika ada hal yang tidak diinginkan terjadi.” kata Mia.

Ke depan JD.id tertarik mengeksplorasi layanan ini lebih jauh, salah satunya dengan bekerja sama dengan beragam perusahaan proteksi nasional dan multinasional.

Untuk menambah pilihan produk, JD.id menghadirkan layanan on demand JD Life. Total ada 12 kategori layanan untuk membantu kehidupan sehari-hari, mulai dari layanan pemasangan, perawatan, hingga pembersihan. Kebanyakan jasa yang ditawarkan JD Life fokus ke kebutuhan household, termasuk pemasangan dan pembersihan perangkat elektronik, mesin cuci, hingga AC untuk perumahan dan apartemen.

“Jangkauan dari layanan JD Life tergantung pada masing-masing kategori, namun saat ini hampir di semua kota besar di Indonesia sudah dapat memesan dan menikmati jasa JD Life,” kata Head Operations JD Life Ryan Sebastian.

Tentang perkembangan JD.id X-Mart, Mia mengugkapkan, serupa dengan usaha ritel lainnya, JD merasakan dampak pandemi Covid -19. Meskipun demikian sarana ritel offline ini dikelola secara omni channel, sehingga dampaknya tidak begitu terasa.

Dihadirkan tahun 2018 lalu, JD.ID X-Mart merupakan toko tanpa kasir pertama di Indonesia (di luar negara asalnya, Tiongkok) yang berlokasi di PIK Avenue. Karena mengusung konsep toko tanpa kasir, JD.ID X-Mart menggunakan QR code yang ada di aplikasi mobile di smartphone ke alat verifikasi di gerbang masuk toko.

“Bisnis modul JD X-Mart sendiri memang merupakan omni channel, sehingga sangat memudahkan kami untuk beralih dan fokus pada penjualan online,” kata Mia.

Application Information Will Show Up Here