SociaBuzz Kantongi Pendanaan Baru dari UMG Idealab

Platform marketplace jasa kreatif SociaBuzz mengumumkan perolehan pendanaan tahapan awal dari UMG Idealab. Tidak disebutkan lebih lanjut berapa nilai investasi yang diterima. Kepada DailySocial, Co-Founder & CEO Rade Tampubolon mengungkapkan, selain untuk mengembangkan produk, dana segar akan digunakan juga untuk kegiatan pemasaran agar semakin banyak kreator dan talenta yang bisa mendapatkan manfaat dari berbagai fitur yang SociaBuzz sediakan.

“Secara keseluruhan kami telah menerima tiga pendanaan. Sebelumnya SociaBuzz telah mendapatkan pendanaan dari angel investor dengan nominal yang tidak disebutkan tahun 2015 lalu. SociaBuzz juga telah menerima dana dari program Ideabox Accelerator tahun 2016 lalu,” kata Rade.

Ada beberapa alasan mengapa penggalangan dana kembali dilancarkan SociaBuzz tahun ini dan memilih UMG Idealab sebagai investor. Di antaranya adalah kesamaan visi. Selain itu juga ekosistem portfolio yang ada, menghadirkan peluang kolaborasi bermanfaat ke depannya.

“Bagi kami di UMG Idealab, pendanaan ini merupakan langkah strategis yang selaras dengan tujuan kami untuk meningkatkan kolaborasi antar startup di ekosistem UMG Idealab agar mereka dapat saling mengenalkan produk mereka dan berbagi teknologi,” kata Managing Partner UMG Idealab Kiwi Aliwarga.

Pertumbuhan stabil selama pandemi

Beroperasi sejak 2015, SociaBuzz menjembatani bisnis atau pelanggan dengan influencer media sosial atau kreator. Platform bertujuan untuk menciptakan koneksi individu atau bisnis untuk menemukan pembuat konten atau talenta yang tepat untuk kebutuhan bisnis. Hingga saat ini SociaBuzz telah memiliki sekitar 72 ribu influencer/kreator dalam platform. Mereka juga telah memiliki 1.350 pengguna aktif — baik dari kalangan bisnis maupun konsumer.

Selama pandemi tidak ada perubahan yang signifikan dari bisnis SociaBuzz. Rade menegaskan, untuk fitur tertentu mengalami pertumbuhan yang signifikan. Dampak negatif pandemi lebih terasa ke layanan managed service influencer marketing yang SociaBuzz sediakan untuk brand.

Pada saat pandemi, beberapa brand memilih untuk menghentikan sementara proyek-proyek yang sudah direncanakan. Namun saat ini mulai terlihat brand sudah mulai pulih kembali dan lebih percaya diri lagi untuk mengeluarkan anggaran.

“Harapannya walaupun pandemi memberikan banyak tantangan, setiap orang yang memiliki passion dan kreativitas bisa menghasilkan lebih melalui fitur-fitur SociaBuzz,” kara Rade.

Logisly Peroleh Pendanaan Seri A 87,7 Miliar Rupiah, Dipimpin Monk’s Hill Ventures

Bertujuan untuk memperluas dan memperkuat bisnis mereka di Indonesia, platform logistik Logisly baru saja merampungkan pendanaan seri A senilai $6 juta atau setara 87,7 miliar Rupiah dipimpin oleh Monk’s Hill Ventures. Co-Founder & CEO Logisly Roolin Njotosetiadi mengungkapkan, fokus utama perusahaan ke depannya adalah melakukan proses digital secara menyeluruh terkait dengan industri logistik di Indonesia.

Rencananya perusahaan akan memanfaatkan dana segar tersebut untuk meningkatkan tim penjualan dan tim vendor acquisition untuk memperkuat jaringan pengirim dan mitra juga produk dan pengembangan. Hal ini termasuk menyediakan tools untuk shippers atau pengirim dan mitra penyedia angkutan untuk meningkatkan operasional bisnis mereka.

“Dalam jangka panjang, tujuan kami adalah menciptakan nilai dengan menggunakan teknologi untuk menghilangkan sistem lama, dan fokus pada otomatisasi dan efisiensi. Semakin sedikit pekerjaan manusia, semakin baik dan semakin tinggi margin-nya,” kata Roolin.

Ke depannya perusahaan juga ingin membuka lebih banyak rute agar memberikan lebih banyak peluang bisnis. Hal ini termasuk mencakup lebih banyak pengiriman FCL (full container load) ke pulau-pulau terluar Indonesia. Logisly juga akan terus memikirkan penciptaan nilai untuk ekosistem dan melihat bahwa pengambilan keputusan yang cerdas akan menjadi fokus dalam hal inovasi.

Bulan Agustus 2019 lalu, Logisly telah mengantongi pendanaan awal. Putaran investasi tersebut dipimpin oleh SeedPlus, Genesia Ventures, dan Convergence Ventures. Tidak disebutkan besaran nominal dana yang diperoleh.

“Roolin dan Robbi telah membuat langkah besar dalam memecahkan inefisiensi besar di Industri logistik B2B Indonesia dan mendorong digitalisasi yang lama tertunda. Pendekatan tim pasar berbasis kepada teknologi yang dikombinasikan dengan pusat operasi yang ramping dan efisien, memberikan nilai instan bagi pengemudi truk dan pengirim yang membedakan mereka dengan pemain lainnya,” kata Partner Monk’s Hill Ventures Justin Nguyen.

Perkembangan bisnis Logisly

Tumbuhnya sektor logistik di Indonesia saat pandemi dirasakan juga oleh Logisly, sebagai platform yang menjembatani kebutuhan para pengguna dengan penyedia transportasi truk di Indonesia.

“Bisnis sebenarnya telah berkembang selama pandemi. Mengingat pendekatan kami yang sangat ramping, gesit, dan terdiversifikasi, kami dapat mengalihkan fokus dan mendukung pengirim di sektor-sektor yang melihat pertumbuhan yang kuat seperti sektor e-commerce, kesehatan, telekomunikasi, dan bantuan sosial, misalnya. Dengan mengoptimalkan proses kami, kami dapat mendorong margin kontribusi positif untuk bisnis.” kata Roolin

Logisly saat ini telah melayani lebih dari 300 pengirim perusahaan dari berbagai sektor, termasuk FMCG, bahan kimia, konstruksi, dan platform e-commerce.  Dengan jaringan lebih dari 40 ribu  truk, Logisly menyediakan 100% ketersediaan truk dengan harga terjangkau untuk pengguna.

“Model bisnis kami tidak berubah karena kami terus fokus pada keunggulan operasional, pasokan yang kuat dan hemat biaya. Covid-19 hanya membuat kami lebih berpusat pada pelanggan dan lebih tajam dalam cara kami memikirkan operasional dan logistik pelanggan kami dan apa yang dapat kami lakukan untuk menyelesaikannya, seperti menyediakan mereka truk yang mereka butuhkan,” kata Roolin.

Pendanaan startup logsitik

Perolehan Logsily menambah daftar startup logistik lokal yang bukukan pendanaan tahun ini. Belum lama ini, Andalin juga baru umumkan pendanaan terbarunya. Mereka fokus pada sistem manajemen ekspor-impor. Selain Logisly, berikut daftar startup logistik yang dapatkan pendanaan di tahun 2020 ini:

Startup Tahapan Nilai Investor
Andalin Seed BEENEXT, Access Ventures, ATM Capital
Waresix Series B EV Growth, Jungle Venture, SoftBank Ventures Asia, EMTEK Group, Pavilion Capital, Redbadge Pacific
Webtrace Seed Corin Capital, Prasetia Dwidharma, Astra Ventures
Shipper Series A $20 juta Prosus Ventures, Lightspeed, Floodgate, Y Combinator, Insignia Ventures, AC Ventures
GudangAda Series A $25,4 juta Sequoia India, Alpha JWC Ventures, Wavemaker Partners
Kargo Technologies Series A $31 juta Tenaya Capital, Sequoia India, Intudo Ventures, Amatil X, Agaeti Convergence Ventures, Alter Global, Mirae Asset Venture Investment
Waresix Series A $25,5 juta EV Growth, Jungle Ventures
Application Information Will Show Up Here

Alex Rusli in the Ecosystem: Startup Founder and Angel Investor

Alex Rusli is very familiar in ecosystem circles. One of the peaks of his career was when he served as CEO of Indosat Ooredoo (Indosat), one of the largest telecommunications services in Indonesia.

Now Alex Rusli is busy with his business and investments. DailySocial tries to find out what he is currently busy with as an entrepreneur, a commissioner in three companies, and an angel investor.

Enthusiasm for innovation

Alex first joined Indosat in January 2010 as an Independent Commissioner. Then he was appointed President Director and CEO two years later. Several digital products launched by Indosat under his leadership are Cipika, Cipika Play, Cipika Books, and Dompetku.

“Before serving as CEO at Indosat Ooredoo, my career at Indosat was quite long. Previously I also had experience working in government and other companies,” said Alex.

After leaving Indosat in 2017, Alex has been involved in various positions which are claimed to have spent more time working than when he was at Indosat.

“For me, activities as an entrepreneur, and especially starting a startup, provide its own adrenaline which is very interesting to follow. The structure of an irregular startup makes this process full of challenges but full of disruption,” said Alex.

Together with his former colleague at Indosat, Prashant Gokarn (former Chief Digital & Service Officer), Alex founded Digiasia Bios (Digiasia). The company, which targets fintech services, is the holding company for the e-wallet service KasPro, the P2P lending platform KreditPro, and remittance services with digital channels and the RemitPro offline network.

“Right now Digisasia is the biggest investment that I have made. Together with Prashant, we are starting to acquire several companies and their licenses and then we will refresh it into a new story,” said Alex.

All of his professional experiences are used by Alex to further understand fintech services, including regulatory compliance, in Indonesia.

Angel investor journey

Currently Alex has invested in around 11 companies. He does not hesitate to help develop the company’s business, provide consultation, and help them find the right solution for the company’s interests.

Alex claims to enjoy this new activity. Of the several investments made, only one, according to Alex, should be closed. The reason is because of the stubborn attitude and position of the startup founder.

“I have experienced several conditions when startup founders are very stubborn and reluctant to accept input or feedback from investors. As an angel investor, this is quite crucial and certainly disturbs the creation of a good relationship with the startup founder. angel investors, “said Alex.

In the future, Alex sees the dynamics and ecosystem of angel investors will increase in number. According to him, there are already many angel investors that exist in Indonesia, although their movements are not very visible. The concept of long-term investment is one of the attractions to become an angel investor.

“I who like things that are not standard and full of challenges are ideal [conditions] to enter the world of startups and entrepreneurship. But for those who like things that are organized and structured, it’s good to avoid getting into the world of startups,” said Alex.

The dynamics in operator business

Alex himself said that he did not close the opportunity to invest in the telecommunications sector which he has controlled for the last 7 years. However, at this time, he wanted to try to go outside and enter into new sectors and different innovations.

Regarding the challenges faced by telecommunication operators during the pandemic, even though it was a traffic harvest, Alex said, “I see this condition is quite difficult, because during the pandemic telecommunication operator companies could not raise prices. So even though traffic has increased, it is not accompanied by an increase in prices to customers. , “said Alex.

In fact, the telecommunication industry experienced an increase in revenue in the February-March period. However, income growth since March has continued to decline during the pandemic. The need for greater internet bandwidth makes their expectations quite high.

“I see that although fixed broadband services have experienced an increase in the number of new subscribers, from the connection side, there are still many who say that telecommunication operator connections are sometimes better than fixed broadband connections. This means that from the service side, it is still good for telecommunication operators,” said Alex.


Original article is in Indonesian, translated by Kristin Siagian

Digital Campaign Platform “Dukung Calonmu” is to Facilitate the Election of Political Contestants

Starting from a public fundraising campaign site (crowdfunding), Dukung Calonmu is to shift into a comprehensive digital campaign platform. Even though it hasn’t left the crowdfunding feature which is currently known as a donation, the Founder & CEO, Christian Hutabarat shared his vision and ambition with us.

He said his service pivot was based on in-depth observations regarding the current conditions in Indonesia. Fundraising platforms have not been fully accepted by political contestants.

“Such a concept is difficult to enter into Indonesian political culture because there are several obstacles that are encountered. Among them, political contestants are concerned about the small number of donations coming in. Then there is a concern that by raising campaign funds, there is a negative perception that they (political contestants) don’t have the capacity economically,” Christian said.

Currently, it is still difficult for political digital platforms such as Support Your Candidates to instantly disrupt habits or methods that have previously been embedded in Indonesian society for a long time. For that reason, Dukung Calonmu strives to present relevant features and services for users.

“Political contestants who are included in our scope are not limited to the special legislative circle, but also for those candidates for RT heads, BEM heads, student council leaders can take advantage of our platform. Starting from a small-scale success story, the hope is that Support Candidates can expand its coverage to medium to the national scale,” Christian said.

Dukung Calonmu will continue to actively communicate with regulators such as the KPU and Bawaslu, to ensure that the steps taken are in accordance with existing regulations. Meanwhile, to create a wider network and provide even more massive education, they work with organizations to communities ranging from small to large scale.

“We hope that support from stakeholders can help Dukung Calonmu to be better known and eventually used as a digital campaign platform that supports political contestants and the general public,” Christian added.

Two leading features

Because the function is not used for daily needs, Dukung Calonmu is currently not available as an application. It only use the website.

One of its features is dubbed the “Digital Campaign”, and includes several interesting options that can be used. For example, to create a campaign site, a candidate profile information center, to a center for interaction with the community.

There is also an “Online Election” feature, providing options such as easy voter registration, verification of registered voters with guaranteed security.

For the donation feature, Dukung Calonmu is to embed this choice in the Digital Campaign feature. For contestants who want to launch donation activities, they can take advantage of this option by managing the money accommodated in advance by Dukung Calonmu team, using a third party payment gateway.

After the donation has been successfully collected, the money can be disbursed through a verified account. Dukung Calonmu already has a number of users who are scattered in their locations. Not only in Indonesia, they claim to have users in the Netherlands.

“Through Dukung Calonmu, the wider community can find out more relevant information about political contestant candidates, build direct relationships and, if interested, can make donations according to the initiation of the political contestants,” Christian said.

For the monetization strategy that is implemented, Dukung Calonmu provides a subscription option (subscribe) within a certain time frame and also certain features that can be used. Meanwhile, Online Election is a price package, depending on the number of voters who will use it.

Claiming to be the first and only platform to present political campaigns online, there are several plans and targets for Dukung Calonmu to achieve, including conducting fundraising.

“Dukung Calonmu’s target next year is certainly to be able to develop even more, and also for the product itself, there will always be developments to improve existing products to satisfy or meet all the needs that are difficult for our users,” Christian said.


Original article is in Indonesian, translated by Kristin Siagian

Platform Kampanye Digital “Dukung Calonmu” Ingin Permudah Pemilihan Kontestan Politik

Berawal dari situs kampanye penggalangan dana publik (crowdfunding), saat ini Dukung Calonmu berpindah haluan menjadi platform kampanye digital yang menyeluruh. Meskipun belum meninggalkan fitur crowdfunding yang saat ini dikenal sebagai donasi, Founder & CEO Christian Hutabarat menceritakan visi dan ambisinya kepada kami.

Ia mengatakan, pivot layanannya didasarkan pada hasil pengamatan mendalam terkait kondisi terkini di Indonesia. Platform penggalangan dana belum bisa diterima sepenuhnya oleh kalangan kontestan politik.

“Konsep seperti itu sulit untuk masuk ke budaya politik Indonesia, karena ada beberapa hambatan yang ditemui. Di antaranya dari kontestan politiknya ada kekhawatiran sedikit jumlah donasi yang masuk. Kemudian ada kekhawatiran dengan melakukan penggalangan dana kampanye, ada persepsi negatif bahwa mereka (kontestan politik) tidak memiliki kemampuan secara ekonomi,” kata Christian.

Saat ini memang masih sulit bagi platform digital politik seperti Dukung Calonmu untuk mendisrupsi kebiasaan atau cara-cara yang sebelumnya sudah tertanam cukup lama di kalangan masyarakat Indonesia secara instan. Untuk itu Dukung Calonmu berupaya untuk menghadirkan fitur dan layanan yang relevan bagi pengguna.

“Kontestan politik yang masuk dalam cakupan kami tidak terbatas dari kalangan khusus legislatif saja, namun juga untuk mereka calon ketua RT, ketua BEM, ketua Osis bisa memanfaatkan platform kami. Dimulai dari kisah sukses skala yang kecil, harapannya Dukung Calonmu bisa memperluas cakupan hingga ke skala menengah hingga nasional,” kata Christian.

Dukung Calonmu juga terus melakukan komunikasi secara aktif dengan regulator seperti KPU dan Bawaslu, demi memastikan langkah yang diambil sudah sesuai dengan peraturan yang ada. Sementara untuk membuka jaringan lebih luas dan memberikan edukasi lebih masif lagi, mereka bekerja sama dengan organisasi hingga komunitas mulai dari skala kecil hingga besar.

“Kami berharap dukungan dari stakeholder bisa membantu Dukung Calonmu lebih dikenal dan pada akhirnya dimanfaatkan sebagai platform kampanye digital yang mendukung kontestan politik dan masyarakat umum,” kata Christian.

Dua fitur unggulan

Karena fungsinya tidak digunakan untuk keperluan sehari-hari, hingga saat ini Dukung Calonmu tidak tersedia dalam aplikasi. Hanya memanfaatkan situs web.

Salah satu fiturnya dijuluki “Kampanye Digital”, di dalamnya ada beberapa pilihan menarik yang bisa dimanfaatkan. Misalnya untuk membuat situs kampanye, pusat informasi profil calon, hingga pusat interaksi dengan masyarakat.

Ada juga fitur “Online Election”, menyediakan pilihan seperti kemudahan pendataan daftar pemilih, verifikasi pemilih terdaftar dengan jaminan keamanan.

Untuk fitur donasi, Dukung Calonmu menyematkan pilihan tersebut dalam fitur Kampanye Digital. Bagi kontestan yang ingin melancarkan kegiatan donasi, bisa memanfaatkan pilihan tersebut dengan pengelolaan uang ditampung terlebih dahulu oleh pihak Dukung Calonmu, memanfaatkan payment gateway pihak ketiga.

Setelah donasi berhasil dikumpulkan, uang bisa dicairkan melalui akun rekening yang telah diverifikasi. Saat ini Dukung Calonmu sudah memiliki jumlah pengguna yang tersebar lokasinya. Bukan hanya di Indonesia, mereka mengklaim telah memiliki pengguna di Belanda.

“Melalui Dukung Calonmu, masyarakat luas bisa mencari tahu lebih jauh informasi yang relevan tentang calon kontestan politik, membina relasi langsung dan jika berminat bisa memberikan donasi sesuai dengan inisiasi dari kontestan politik tersebut,” kata Christian.

Untuk strategi monetisasi yang diterapkan, Dukung Calonmu menyediakan pilihan berlangganan (subscribe) dalam rentan waktu tertentu dan juga fitur-fitur tertentu yang dapat digunakan. Sementara untuk Online Election adalah paket harga, bergantung jumlah pemilih yang akan menggunakan.

Mengklaim sebagai platform pertama dan satu-satunya yang menghadirkan kampanye politik secara online, ada beberapa rencana dan target dari Dukung Calonmu yang ingin dicapai, di antaranya adalah melakukan penggalangan dana.

“Target Dukung Calonmu tahun depan pastinya adalah bisa berkembang lebih besar lagi, dan juga untuk produk sendiri akan selalu ada perkembangan untuk menyempurnakan produk yang sudah ada hingga memuaskan atau memenuhi segala kebutuhan yang menjadi kesulitan dari para pengguna kita,” kata Christian.

Mendiskusikan Minat Masyarakat Indonesia Berinvestasi Lewat Platform Online

Keunikan yang dimiliki oleh masyarakat Indonesia banyak menciptakan peluang baru bagi platform fintech lokal hingga asing. Mulai dari peer-to-peer lending, investasi reksa dana, hingga emas. Sampai saat ini masih besar peminatnya. Tercatat saat pandemi, investasi emas makin digandrungi oleh masyarakat. karena sifatnya yang stabil dan tentunya mudah untuk diakses hingga di jual-belikan.

Pandemi juga mendorong lebih banyak masyarakat untuk menabung. Dalam hal ini menurut Co-Founder Pluang Claudia Kolonas, di Indonesia persentasenya hanya 10% saja masyarakat Indonesia yang menyimpan uang mereka dalam tabungan. Dalam sesi #Selasastartup kali ini, DailySocial mengupas lebih jauh tentang risiko dan peluang untuk berinvestasi memanfaatkan platform fintech.

Fleksibilitas dan kemudahan

Sebagai platform yang menawarkan kemudahan untuk berinvestasi, Pluang sejak awal telah mengamati keunikan yang hanya ada di Indonesia. Yaitu pentingnya bagi masyarakat Indonesia untuk memiliki kepercayaan, saat mereka berniat untuk berinvestasi. Salah satu produk investasi yang tidak pernah ditinggalkan oleh masyarakat Indonesia sejak dulu hingga saat ini adalah emas.

“Kenapa toko emas menjadi pilihan kebanyakan masyarakat Indonesia untuk menabung, yaitu menurut mereka, pemilik toko emas sudah dikenal dan tidak berubah banyak dari dulu hingga sekarang. Rasa kekeluargaan dan kepercayaan yang erat menjadi alasan utama mengapa mereka lebih senang berinvestasi di emas dan membeli langsung di toko emas,” kata Claudia.

Mengedepankan teknologi, Pluang ingin menjadi sumber yang terpercaya bagi semua kalangan, yang ingin berinvestasi di emas dengan mudah dan fleksibel. Dalam hal ini mereka berupaya untuk mendengarkan semua feedback dari pelanggan dan memiliki pilihan harga yang stabil. Berbeda jika membeli emas secara konvensional.

“Selama ini kita menawarkan investasi emas karena ingin menawarkan produk investasi yang mudah dipahami. Namun ke depannya kami mau menambah produk lain, seperti reksa dana dan kripto tapi masih menunggu izin dari regulator terkait,” pungkas Claudia kepada DailySocial.

Kolaborasi membantu edukasi

Salah satu kunci sukses Pluang melakukan edukasi adalah, dengan memanfaatkan kolaborasi strategis dengan berbagai mitra ternama di Indonesia. Mulai dari Gojek melalui GoInvetasi, Dana, Lazada dan Bukalapak, dimanfaatkan benar oleh Pluang untuk menjangkau lebih banyak target pengguna yang dimiliki oleh masing-masing mitra.

Selama pandemi, Pluang juga mengklaim mengalami pertumbuhan yang positif. Gaya hidup yang mulai shifting ke online selama pandemi, semakin memudahkan lebih banyak pengguna untuk mengakses dan pada akhirnya berinvestasi dalam platform.

“Jika sebelumnya mereka sudah terbiasa melakukan transaksi di dompet digital seperti Gopay, Dana, dan Ovo, hal tersebut sudah membuka mata mereka tentang teknologi. Dan harapannya bukan hanya pengguna yang melek teknologi yang memiliki minat untuk berinvestasi secara online, namun juga semua kalangan,” kata Claudia.

Secara umum kebanyakan pengguna yang mendaftarkan diri untuk berinvestasi di Pluang adalah mereka para pemula. Meskipun secara jumlah 30% pengguna berasal dari gabungan kalangan milenial dan gen-Z, namun 70% pengguna Pluang adalah mereka usia matang, yang sudah terbiasa untuk berinvestasi dan sangat familiar dengan emas hingga produk investasi lainnya.

“Dengan produk dan pilihan yang ada, kami juga memiliki target untuk bisa menjangkau lebih banyak kalangan milenial berinvestasi emas. Yang selalu kami tekankan adalah, investasi emas merupakan kebiasaan yang sudah banyak diterapkan bukan hanya di Indonesia, namun juga secara global,” kata Claudia.

Dirinya menambahkan, para hedge fund di Amerika Serikat contohnya, banyak yang menyisihkan uangnya untuk berinvestasi dalam emas. Komitmen itulah yang dicoba untuk disampaikan oleh Pluang kepada berbagai kalangan, khususnya generasi muda.

“Pada akhirnya platform fintech seperti Pluang dan lainnya ingin memudahkan dan tentunya meringankan biaya yang harus dikeluarkan pengguna saat berinvestasi. Dengan demikian akan lebih banyak lagi masyarakat yang tertarik untuk menabung dan berinvestasi, bukan hanya kepada emas, namun juga reksa dana dan produk lainnya,” kata Claudia.

Application Information Will Show Up Here

JD.id Sematkan Teknologi AR untuk Produk Kecantikan

Industri kecantikan menjadi salah satu pasar yang paling menarik dieksplorasi, apalagi jika disinergikan dengan perkembangan teknologi. Melihat potensi tersebut, platform e-commerce JD.id meluncurkan fitur “AR Make-up Try-On” memanfaatkan teknologi augmented reality (AR) yang memungkinkan para pelanggan mencoba berbagai produk make-up dari berbagai macam brand secara virtual di dalam aplikasi mobile.

Dalam melancarkan idenya, JD.id menggandeng sejumlah brand kosmetik dan kecantikan ternama di Indonesia, termasuk Wardah, Emina, Make Over, Maybelline, Loreal, Nacific Cosmetic, I’m Meme, Somethinc, Pixy, Safi, dan Marina Glow Ready.

“Melalui fitur ‘AR Make-up Try-On’, kami berupaya untuk memudahkan proses belanja para pelanggan serta menawarkan pengalaman yang baru dalam membeli produk make-up secara online di JD.id,” kata Head of Beauty Retail JD.id Liana Heryono.

Meningkatnya minat masyarakat untuk berbelanja online saat pandemi, juga menjadi pendorong JD.id merilis teknologi AR ini. Tanpa harus datang ke toko, pengalaman pengguna yang lebih baik bisa didapatkan.

JD.id mencatat di masa pandemi pihaknya mengalami pertumbuhan bisnis yang positif. Mereka mengklaim nilai penjualan mengalami kenaikan hingga 40%.

Telah diterapkan di Tiongkok

Meskipun baru resmi meluncur di Indonesia tahun ini, teknologi AR sudah hadir di Tiongkok sejak tahun 2018, tempat induk perusahaan JD.id beroperasi, untuk meningkatkan pengalaman pengguna saat membeli produk kecantikan. Di blog JD disebutkan, Fitur “AR Styling Station” JD memungkinkan pengguna secara virtual mencoba berbagai produk, termasuk lipstik, blush, lensa kontak berwarna, dan pensil alis.

AR Styling Station diluncurkan sebagai bagian upaya JD menciptakan fungsi belanja mutakhir dan dipersonalisasi bagi konsumen yang melek digital.

Beautytech di Indonesia

Di artikel DailySocial sebelumnya disebutkan, industri kecantikan yang mengedepankan teknologi atau beautytech, diprediksi bakal menjadi primadona di pasar ekonomi digital Indonesia. Platform seperti Sociolla telah melakukan ekspansi ke Vietnam setelah mengantongi penggalangan dana senilai $58 juta (lebih dari 841 miliar Rupiah) pada bulan Juli lalu. Platform yang mengusung konsep direct-to-consumer seperti Base dan Callista makin agresif memproduksi dan menjual produk kecantikan mereka.

Menurut Co-Founder & CEO Female Daily Hanifa Ambadar, ada sejumlah faktor pasar kecantikan kian membesar. Tren global, kemunculan merek-merek lokal, hingga serbuan kultur K-Drama dan K-Pop berakibat banyaknya produk kosmetik asal Korea yang mencoba peruntungan di sini. Platform review seperti Female Daily mengamplifikasi semua hal tersebut sehingga menghasilkan ekosistem yang lengkap.

“Sampai sekarang apa yang kita bangun di Female Daily itu berdasarkan feedback user,” ujar Hanifa.

Application Information Will Show Up Here

Cerita-Cerita Bisnis Line Indonesia Tahun Ini

Line merupakan satu di antara segelintir platform asing, buatan Jepang-Korea, yang mampu bertahan dan memiliki basis lokal yang besar. Tak hanya satu atau dua aplikasi, jajaran aplikasi Line memberikan warna tersendiri bagi perkembangan industri teknologi di Indonesia, termasuk industri kreatif.

Tercatat saat ini Monthly Active User (MAU) Line secara global berjumlah 185 juta, dengan 166 juta di antaranya berada di empat pasar terbesar Line, yaitu Jepang, Taiwan, Thailand, dan Indonesia.

DailySocial mencoba menggali bisnis Line di Indonesia saat ini, apakah kondisi pandemi memberikan dampak bagi performa bisnis, dan bagaimana potensi pengembangan bisnis selanjutnya.

Pertumbuhan bisnis selama pandemi

Dari sisi traffic selama pandemi, Line mengklaim mengalami pertumbuhan yang baik di penggunaan Group Video Call dan game Face Playdi mana pengguna dapat bermain game interaktif bersama teman mereka di Line sambil video call.

Line Indonesia juga mencatat pengguna cenderung lebih aktif dalam bersosialisasi dan lebih banyak terlibat dalam komunitas, seperti diskusi-diskusi online yang ada di dalam fitur OpenChat.

“Selama pandemi ini kami tidak menemukan isu di dalam aplikasi Line. Sebagai perusahaan yang membawa misi Closing the Distance, kami akan terus berupaya menyediakan berbagai layanan dan konten yang dapat medekatkan jarak pegguna dengan ragam layanan komunikasi,” kata Strategy & New Business Director Line Indonesia Fanny Verona.

Tentang revenue perusahaan, Fannny mengatakan sumber pendapatan Line Indonesia berasal konsumen bisnis (B2B) dan retail (B2C). Pendapatan dari segmen bisnis didapatkan dari layanan Messenger, Official Account, Line Today, Line Timeline, dan Line Points. Sementara pendapatan dari segmen retail berasal dari Stiker, Tema, dan Emoji.

Namun, di 4 bulan pertama pandemi, pendapatan dari sektor bisnis mengalami dampak. sebagian besar klien memotong anggaran untuk membatalkan kampanye mereka (terutama event), karena mereka perlu menyesuaikan diri dengan kondisi dan mencari cara yang lebih baik untuk melakukan kampanye selama pandemi.

“Kami biasanya memperoleh 200% pendapatan di bulan Ramadhan, tetapi tahun ini secara tidak terduga turun di bawah 100% dari target kami,” kata Sales Director Line Indonesia Anchali Kardia.

Di sisi lain, produk stiker justru mengalami kenaikan jumlah transaksi selama pandemi. Diklaim semakin pengguna yang memanfaatkan Line sebagai kegiatan untuk menjalin komunikasi secara online, khususnya kaum muda. Line mencatat terdapat peningkatan hingga 30% di bulan Maret-Juli.

“Kami melihat tren kembali normal dan pendapatan kami mulai mengikuti tren ([agi] sama seperti tahun lalu. Melihat ketidakpastian kondisi ini, kami belum bisa benar-benar memproyeksikan pendapatan akhir tahun. Biasanya, Q4 akan menjadi penyumbang pendapatan terbesar kedua, setelah Ramadhan,” kata Anchali.

Layanan finansial

Pada Oktober 2018, Line Corporation mengumumkan bahwa anak usahanya Line Financial Asia mengakuisisi 20% PT Bank KEB Hana Indonesia (PT Bank KEB Hana). Langkah ini dirancang untuk mendukung langkah perluasan layanan perbankan digital Line di Indonesia.

“Seperti yang sudah direncanakan, bahwa Line akan meluncurkan layanan finansial sebagai fokus new business di tahun 2020 dan 2021. Sejauh ini kami sudah merilis fitur Split Bill sebagai upaya untuk menciptakan layanan yang terasosiasi dengan transaksi,” kata Fanny.

Melalui kolaborasi dengan Bank KEB Hana, Line ingin menciptakan produk deposit/microcredit, remittance & payment services, menerapkan dan meningkatkan model peringkat kredit melalui proyek dengan lembaga pemeringkat kredit lokal dan internasional, menciptakan proses verifikasi identitas (e-KYC) yang dioptimalkan untuk peraturan lokal, dan langkah-langkah lainnya.

Line juga telah memperbarui tampilan More Tab agar menjadi lebih transaction-centric dengan memfokuskan tampilan ke layanan-layanan yang bersifat finansial ataupun transaksi, seperti menampilkan produk-produk e-commerce melalui kerja sama dengan Blibli.

“Hal-hal ini dilakukan sebagai upaya agar pengguna menjadi terbiasa terlebih dulu dengan experience ini sebelum kami fully launch tahun depan. Rencananya pada kuartal pertama tahun 2021 nanti kami akan merilis beberapa fitur dan layanan finansial baru untuk melengkapi Split Bill dan Wallet Tab,” kata Fanny.

Informasi produk lain

Opsi pembayaran melalui Go-Pay untuk Line Stickers
Opsi pembayaran melalui Go-Pay untuk Line Stickers

Pihak Line juga memberikan informasi terbaru tentang perkembangan beberapa produk lainnya. Untuk Line Stickers, saat ini mereka telah membuka kemitraan dengan GoPay dan OVO untuk pembelian stiker. Line Stickers, melalui Line Creators Market, telah memiliki lebih dari 200 ribu kreator terdaftar dan lebih dari 75 ribu stiker di Indonesia hingga awal bulan Oktober 2020.

“Kami juga telah meluncurkan Line Siaga yang merupakan inisiatif baru untuk memberikan informasi terkini kepada penggunanya mengenai pandemi COVID-19. LINE Siaga dapat diakses melalui akun resmi dan website,” kata Fanny.

Untuk meningkatkan pengalaman pengguna, Line juga telah merilis beberapa produk baru. Yang pertama adalah Line Meeting, panggilan video grup hingga 500 orang, yang memungkinkan pengguna untuk mengakses layanan melalui URL, baik di smartphone maupun desktop.

Terdapat juga Line Avatar yang memungkinkan pengguna mengatur dan membuat sebagai foto profil atau membagikannya di ruang obrolan.

Tentang persaingan antar platform yang serupa saat ini, Fanny mengungkapkan, setiap perusahaan teknologi di setiap negara memiliki pasar dan target mereka sendiri. Line memiliki tujuan untuk menyediakan layanan yang bervariasi bagi penggunanya di negara tempat beroperasi, termasuk di Indonesia.

Perkembangan Line Webtoon

Sebagai salah satu sister company Line, Webtoon mengklaim mengalami pertumbuhan positif sejak kehadiran mereka tahun 2015 lalu. Kepada DailySocial, Line Webtoon Indonesia Lead Ghina Fianny mengungkapkan, sebagai penyedia layanan konten, Webtoon memiliki komitmen menjadi platform yang diminati secara umum.

“Meskipun penting untuk membuat konten yang populer dan umumnya disukai, kami juga memiliki sejumlah konten yang memiliki tema unik dan kaya akan elemen dan ide yang sangat relatable. Untuk genre paling popular tercatat, genre romance menjadi pilihan kebanyakan pengguna.” kata Ghina.

Salah satu upaya yang dilakukan Webtoon untuk menjangkau lebih banyak pengguna adalah melalui kegiatan dan promosi secara langsung. Mereka melihat pengguna di Indonesia menyukai interaksi langsung, terlibat, dan berbagi cerita mereka.

“Pada bulan Mei lalu, kami meminta pembaca kami untuk mengirimkan kisah cinta mereka [yang] menghasilkan lebih dari 52 ribu cerita. Bersama dengan kreator, kami memilih 30 cerita paling menarik dan mengubahnya menjadi seri komik yang berisi 30 episode,” kata Ghina.

Webtoon saat ini telah memiliki 67 juta MAU secara global. Di Indonesia sendiri terdapat 7,5 juta MAU atau peringkat kedua setelah Amerika Serikat.

“Kami melihat bahwa masih ada ruang untuk tumbuh di Indonesia. Tidak hanya dilihat dari jumlah populasi, tetapi juga dengan melihat bahwa anak muda Indonesia sangat aktif dalam menikmati hiburan digital dan juga bereaksi positif terhadap hal-hal baru yang menarik,” kata Ghina.

Secara keseluruhan saat ini Line Webtoon telah merilis sekitar 364 judul, dengan 130 judul di antaranya yang merupakan judul lokal. Saat ini ada 23 ribu kreator yang terdaftar di Indonesia dan telah mempublikasikan karya mereka melalui platform user generated content Webtoon Kanvas.

“Untuk penulis yang kami kontrak dan saat ini menerbitkan cerita mereka di bawah Webtoon Original, kami memiliki lebih dari 130 penulis dan 65 judul Indonesia yang masih ongoing statusnya hingga saat ini,” kata Ghina.

Ghina mengungkapkan, Webtoon melihat kebangkitan kreator lokal sebagai hal yang baik untuk menumbuhkan ekosistem kreatif Indonesia.

“Menemukan dan melancarkan inkubasi kepada konten lokal membutuhkan waktu dan effort yang lebih dibandingkan dengan mempublikasikan webtoon yang sudah diterjemahkan. Namun belajar dari pengalaman, menjadi platform yang disukai oleh pembaca di Indonesia untuk long term, menjadi penting memproduksi konten lokal yang bisa diterima oleh pembaca di Indonesia. Ke depannya kami akan fokus kepada Webtoon Kanvas, membina kreator pemula melalui kompetisi dan program yang akan kami luncurkan,” kata Ghina.

Application Information Will Show Up Here
Application Information Will Show Up Here

Cooklab Jajakan Bahan Makanan Siap Masak Lewat Aplikasi Digital

Meskipun pertumbuhan plaform penyedia bahan makanan “ready to cook” sempat mengalami penurunan kuantitas selama beberapa tahun terakhir, namun tidak menyurutkan minat penggiat startup untuk menyediakan layanan serupa.

Nama BlackGarlic sempat familiar beberapa tahun lalu di kalangan pecinta kuliner, namun saat ini platform tersebut sudah tidak lagi beroperasi. BerryKitchen yang juga menawarkan layanan serupa dan katering online sejak tahun 2012, lalu diakuisisi oleh Yummy Corp tahun 2019. Kini adalah startup baru yang coba bermain di sana, namanya adalah Cooklab.

Kepada Dailysocial, Kartika Baswara (co-founder) menerangkan, platform Cooklab yang didirikannya bersama rekannya, Clarence Eldy, memiliki model bisnis yang terletak pada penjualan paket masak melalui kanal e-commerce dan aplikasi. Paket masak yang dijual sudah termasuk bahan sesuai takaran, menu card, dan juga video resep. Ke depannya, mereka ingin mengeksplorasi kesempatan bekerja sama dengan penyedia bahan masak lokal, untuk membuat menu kolaborasi.

“Saya dan partner sudah memulai bisnis di bidang fresh product sejak Oktober 2019. Pada saat itu, kami menyuplai sayur dan buah ke restoran dan kafe di Bali. Semua sourcing-nya kami dapatkan dari petani lokal, dan sampai akhirnya bulan Maret 2020, kami berhasil bekerja sama dengan lebih dari 10 restoran dan 150 petani sebagai mitra,” kata Kartika.

Pandemi dan dampaknya untuk bisnis

Saat pandemi, Cooklab kemudian mulai melancarkan aksi strategis dengan melakukan pivot. Menyadari bahwa tidak bisa meneruskan menyuplai ke restoran seperti biasanya akibat terdampak efek pandemi, mereka kemudian melihat tren masak di rumah yang cukup meningkat selama masa karantina mandiri.

“Kami berpikir bahwa akan sangat memudahkan ya, kalau orang mau masak tapi semua kebutuhan sudah menjadi satu paket. Karena sudah sesuai takaran, jadi tidak ada yang tersisa. Dari sana, kami memulai untuk membuka cabang di Surabaya pada bulan Agustus, dan ekspansi ke Jakarta pada bulan Oktober ini. Cooklab sendiri memiliki kantor pusat di Jakarta,” kata Kartika.

Langkah tersebut ternyata memberikan hasil yang positif. Ia mengklaim saat ini mengalami pertumbuhan bisnis yang sangat pesat di Surabaya. Salah satu alasannya adalah, karena belum banyak pemain (startup digital F&B) masuk ke pasar Surabaya. Sehingga masyarakat di sana tertarik untuk mencoba.

“Menariknya pada saat itu, DM Instagram kami lumayan banyak dipenuhi oleh orang Jakarta yang juga ingin mencoba. Karena hal tersebut, kami memutuskan untuk buka cabang di Jakarta lebih awal dari rencana semula yaitu bulan Januari 2021,” kata Kartika.

Untuk pelanggan di Surabaya, terdapat sekitar 85 pengguna yang sudah mencoba produk Cooklab untuk 2 bulan terakhir. Sementara untuk untuk di Jakarta, karena belum diluncurkan, masih seputar teman dan keluarga saja pelanggannya. Setiap pengguna Cooklab mencatat, biasanya berjumlah antara 2-3 pesanan. Kisarannya sekitar 220 paket masak yang sudah terjual di Surabaya.

Rencana penggalangan dana

Tim Cooklab
Tim Cooklab

Disinggung apa yang membedakan Cooklab dengan pemain serupa lainnya, Kartika menegaskan, Cooklab menyediakan paket masak yang sudah sesuai takaran sehingga membuat penggunanya bisa masak tanpa ada waste. Cooklab juga memiliki video masak yang didemokan langsung oleh juru masak profesional.

Saat ini mereka masih berupaya fokus kepada “survival mode” atau mengakali agar bisnis bisa bertahan. Selain menyukseskan ekspansi, target selanjutnya adalah memulai kegiatan penggalangan dana di pertengahan bulan November 2020 mendatang.

“Pasti kami merasakan lebih banyak orang yang berhati-hati dalam berinvestasi, dan itu wajar. Namun, kami tetap optimis untuk bisa menutup fundraising di akhir Januari 2021 sebagai seed round kami,” kata Kartika.

Application Information Will Show Up Here

Capaian Positif Saat Pandemi Dorong Social Bella Ekspansi ke Vietnam

Pandemi bukan hanya memberikan dampak kepada pertumbuhan bisnis Social Bella, namun juga telah menciptakan behaviour baru di kalangan masyarakat, khususnya beauty enthusiast di Indonesia. Kepada DailySocial Co-Founder & President Social Bella Christopher Madiam menyebutkan, industri kecantikan dan skincare menjadi salah satu yang memiliki ketahanan cukup baik selama pandemi beberapa bulan terakhir.

“Kami juga melihat adanya pergeseran pola perilaku konsumen dari offline ke online yang cukup signifikan. Hal tersebut terlihat dari adanya peningkatan tren berbelanja kebutuhan produk kecantikan dan perawatan diri secara online,” kata Christopher.

Tercatat produk perawatan diri lebih mendominasi saat ini, karena rata-rata konsumen termotivasi untuk memanfaatkan momen beraktivitas di rumah untuk merawat diri. Disinggung tentang berapa besar market share dari Sociolla saat ini, Christopher enggan untuk menyebutkan lebih jauh.

Namun secara garis besar selama periode pandemi mulai awal Maret sampai dengan September, terdapat sejumlah peningkatan organic traffic secara signifikan terhadap platform selama masa pandemi dan adaptasi baru. Selain itu, terdapat juga peningkatan hampir 50% dalam ukuran keranjang belanja untuk Sociolla selama periode Covid-19 dibandingkan dengan sebelumnya.

“Dengan ekosistem Social Bella yang terintegrasi, didukung oleh teknologi serta pemahaman yang mendalam tentang konsumen di Indonesia, kami mampu melayani konsumen dengan relevan dan tetap kompetitif,” kata Christopher.

Sejak didirikan pada tahun 2015, Sociolla kini memiliki ribuan pilihan produk seperti make-up, skincare, hair care, wewangian, dan alat kecantikan dari ratusan brand terkemuka yang melayani para beauty enthusiast di seluruh Indonesia. Selain platform e-commerce, Sociolla juga memiliki 8 toko offline dengan konsep OmniChannel dan memiliki beberapa unit bisnis yang diperkirakan akan melayani kebutuhan sekitar 30 juta pengguna pada 2020.

“Secara keseluruhan, kami melihat industri kecantikan tetap menyimpan potensi yang menjanjikan. Lewat dukungan teknologi, kami berharap industri ini dapat terus bertumbuh dengan lebih baik,” kata Christopher.

Berkembangnya konsep bisnis direct-to-consumer melalui kanal digital sebenarnya juga membuka kesempatan bagi produsen produk kecantikan untuk bermanuver lebih. Di Indonesia, tren tersebut mulai terlihat, banyak brand produk perawatan “indie” bermunculan, beberapa di antaranya  BaseCallista, dan Neuffa.

Ekspansi ke Vietnam

Konsisten dengan rencana perusahaan usai mengantongi pendanaan senilai $58 juta (lebih dari 841 miliar Rupiah) pada bulan Juli lalu, perusahaan mengumumkan ekspansinya ke Vietnam. Ekspansi ke Vietnam ditandai dengan hadirnya platform e-commerce kecantikan dan perawatan pribadi Sociolla di negara tersebut.

Fokus perusahaan ke depannya adalah, berupaya untuk memperkenalkan Sociolla kepada masyarakat Vietnam dan bagaimana mengembangkan bisnis dengan menyediakan produk-produk kecantikan dan perawatan diri berkualitas dan terstandardisasi.

“Kami sangat senang dapat memperluas kehadiran Social Bella di luar Indonesia. Sebagai salah satu pasar kecantikan dan perawatan diri dengan pertumbuhan tercepat di Asia Tenggara ditambah populasi masyarakat muda yang melek digital, Vietnam memiliki banyak kesamaan dengan Indonesia. Oleh karena itu, kami yakin Vietnam adalah negara yang tepat untuk rencana ekspansi internasional pertama kami,” kata Christopher.

Ekspansi ini diklaim telah dipersiapkan dengan matang, termasuk dalam pemahaman perilaku konsumen lokal di Vietnam. Dari hasil analisa internal terhadap pasar-pasar potensial untuk bidang kecantikan dan perawatan diri, Vietnam adalah salah satu pasar dengan pertumbuhan tercepat untuk kecantikan dan perawatan pribadi di Asia Tenggara.

“Setelah ekspansi yang dilakukan ke Vietnam di tahun ini, kami fokus untuk meningkatkan kemampuan teknologi kami untuk lebih memahami pelanggan kami, dan terus berinovasi untuk memberikan yang terbaik bagi para pelanggan dan konsumen kami,” kata Christopher.

Application Information Will Show Up Here