Bantal Pintar Dreampad ‘Menggetarkan’ Suara Untuk Bantu Anda Terlelap

Ada kabar gembira bagi Anda yang tidak pernah menunda-nunda waktu beristirahat: cukup tidur membuat umur lebih panjang, juga memperkuat daya ingat serta meningkatkan performa fisik. Sejauh ini, teknologi banyak dimanfaatkan untuk mempermudah kita memahami tidur, tapi mungkin, mayoritas dari mereka baru difokuskan buat menakar kualitasnya saja.

Kreasi baru tim Integrated Listening Systems merupakan satu dari beberapa perangkat yang betul-betul didesain untuk membantu kita terlelap, dibekali sistem canggih dan menitikberatkan faktor kenyamanan. Mereka memperkenalkan versi baru Dreampad, sebuah bantal pintar berkemampuan mengalunkan lagu untuk membuat penggunanya rileks melalui ‘getaran’.

Dreampad 2

Versi awal Dreampad sebetulnya lebih difokuskan sebagai bantal terapi untuk anak-anak, khususnya mereka yang menderita trauma ataupun autisme. Namun karena teknologi di dalamnya terbukti ampuh, banyak orang dewasa diketahui memanfaat perangkat ini. Dan melihat meningkatnya permintaan buat menangani masalah gangguan tidur, developer memutuskan buat menghidangkan Dreampad ke lebih banyak konsumen.

Penampilan Dreampad betul-betul menyerupai bantal biasa, menawarkan tiga pilihan tipe: model standar untuk menopang kepala, leher dan pundak; varian berbahan memory foam; serta versi slim buat anak-anak. Fitur andalan Dreampad sendiri tidak tampak oleh mata, berupa konektivitas, dukungan app serta metode penyajian musik yang unik, bernama Intrasound Technology.

Dreampad 1

Teknologi ini dirancang untuk mengubah suara menjadi getaran lembut yang diarahkan ke bagian dalam telinga lewat tulang – prosesnya biasa dikenal sebagai bone conduction. Keunggulan metode ini adalah, musik hanya dapat terdengar oleh Anda dan tidak mengganggu orang lain. Output audionya juga bukan lagu biasa, dioptimalkan khusus demi menghilangkan stres. User bisa membelinya via aplikasi companion atau menggunakan musik yang sudah mereka miliki.

Pemakaian Dreampad sangat sederhana: tinggal unduh app, sambungkan bantal Dreampad ke smartphone via Bluetooth (ILS menyarankan Anda mengkatifkan airplane mode agar tidur tidak terganggu), colokkan receiver ke port, pilih lagu serta sesuaikan volume, dan selanjutnya Anda tinggal bersantai. Berkat Dreampad, tubuh dijanjikan dapat rileks lebih cepat, kurang lebih hanya lima menit, dan bantal ini juga telah dimanfaatkan oleh para dokter.

Dreampad bisa Anda pesan sekarang lewat situs  crowdfunding  Kickstarter seharga mulai dari US$ 110. Bundel pembelian sudah termasuk satu bantal Dreampad dan sebuah unit receiver Bluetooth. Pengiriman pada backer rencananya akan dilangsungkan pada bulan Desember 2016.

eSport Pelan-Pelan Mencuri Penonton Olahraga ‘Sungguhan’?

Perdebatan mengenai apakah eSport dapat dikategorikan sebagai olahraga terus berlangsung hingga hari ini. Di satu sisi, penyajiannya hampir mirip catur atau pertandingan poker. Tapi beberapa orang berargumen, kurangnya elemen fisik di eSport menyebabkannya tidak bisa dianggap olahraga. Terlepas dari itu, eSport memang terbukti mengancam kepopularitasan olahraga fisik.

Basis argumentasi tersebut sebetulnya lebih bersifat semantik, namun meski keduanya berhasil menghimpun penggemar masing-masing, persaingan di jumlah penonton tetap ada. Dan bersumber pada data firma riset Newzoo, terungkap bahwa eSport perlahan-lahan mencuri pemirsa olahraga ‘sungguhan’. Asosiasi-asosiasi dari berbagai cabang olahraga menyadari hal ini dan memaksa mereka untuk beradaptasi.

Berdasarkan studi di kawasan Amerika Serikat, eSport kini sama populernya dengan baseball ataupun hoki, menjadi hobi 22 persen khalayak dengan rentang umur 21 sampai 35 tahun. 76 persen dari mereka mengakui bahwa menyaksikan eSport mengambil waktu yang biasa mereka gunakan buat menonton pertandingan olahraga favorit. Bagi beberapa orang, eSport bahkan merupakan satu-satunya ‘olahraga’ kesukaan mereka.

Sedikit fakta menarik: kurang lebih ada 20 juta penggemar eSport di seluruh dunia, enam juta berada di Amerika, dan mereka sama sekali tidak mengikuti/menonton baseball, hockey, bola basket, serta American football.

Umumnya, fans eSport ialah orang-orang berusia muda dan hal ini membuatnya bernilai tinggi. Sebagai perbandingan: 56 persen dari total pemirsa American football berumur di atas 35 tahun, sedangkan 76 persen penggemar eSport berusia 35 tahun ke bawah. Menurut Newzoo, khalayak millennial (21-35 tahun) mempunyai karakteristik cara mengonsumsi media yang berbeda dari orang berusia lebih tua. Video game dan eSport menantang serta memberi sensasi yang tidak mereka rasakan di jenis hiburan lain.

Dari pengamatan Newzoo, eSport menyimpan potensi bisnis senilai miliaran dolar. Di tahun ini saja, pemasukan dari penjualan merchandise, tiket, hak tayang, perusahaan-perusahaan media, serta pemberian sponsor mencapai angka US$ 500 juta. Bila eSport dapat jadi sebesar NBA, ia tidak akan kesulitan meraup US$ 2,5 miliar. Itulah alasannya eSport jadi perhatian para investor.

Di September kemarin, Philadelphia 76ers mengakuisi dua tim eSport yaitu Team Dignitas dan Team Apex; difokuskan ke permainan League of Legends, Counter-Strike: GO, Overwatch, Heroes of the Storm dan Smite. Lalu para eksekutif dan pemilik tim NBA, NHL, MLB, serta MLS juga diketahui menanam saham di ranah gaming kompetitif.

Laporan lengkap Newzoo bisa Anda unduh lewat tautan ini.

Sumber: Games Industry. Gambar header: IBTimes.

Di Steam Dev Days, Valve Bicara Masa Depan VR dan Pamerkan Controller Baru

Steam Dev Days ialah ajang tahunan yang diadakan penyedia layanan distribusi digital terbesar di dunia untuk mewadahi kegiatan sharing informasi, dari mulai strategi bisnis sampai teknologi. Dan sejak Valve mulai bermain di virtual reality, bidang ini juga jadi komponen penting di Steam Dev Deys. Dan di kesempatan kali ini, Valve mengungkap visi mereka mengenai masa depan VR.

Tak seperti acara gaming biasa, Steam Dev Days tidak terbuka untuk publik dan penyelenggara tak menyediakan live stream. Itu berarti, kita hanya bisa mengandalkan posting Twitter ber-hashtag  #SteamDevDays. Headset VR high-end mungkin sudah tersedia berbulan-bulan lalu, namun ‘balapan’ baru benar-benar dimulai di bulan ini, ditandai dengan pelepasan PSVR, serta dilangsungkannya Oculus Connect 3, dan tentu saja Steam Dev Days.

Valve sempat mengungkap bahwa teknologi tracking SteamVR mereka telah diadopsi oleh lebih dari 300 perusahaan buat beragam kegunaan, mayoritas produk segera diungkap atau diluncurkan di 2017. Untuk tahun ini, fokus para perusahaan teknologi adalah mencoba membawa pemakaian perangkat virtual reality ke luar ruangan; lalu di tahun depan, kita akan melihat peluncuran perangkat-perangkat VR baru beserta teknologi pelengkapnya.

Steam Dev Days 2016 1

Salah satu hal paling menarik di acara konferensi developer selama dua hari ini adalah penampakan unit prototype motion controller baru Valve untuk SteamVR. Detail mengenainya masih minim, tapi dari foto, penampilan device menyerupai versi mini controller HTC Vive. Ia mempunyai kait serta tersambung ke strap, dan lewat cara ini, Anda bisa melepas genggaman tanpa membuat controller terjatuh.

Valve menempatkan touchpad bundar berpermukaan cekung di modul kepala controller. Rancangan ini memudahkan user dalam menakar posisi jempol di touchpad. Saya belum dapat memastikan apakah objek lonjong di sisinya merupakan tombol, tapi saya melihat ada titik-titik sensor di bagian depan.

Steam Dev Days 2016 2

Masih berbicara soal input kendali, Valve juga berencana menghadirkan dukungan DualShock 4 di Steam. Via API buatan mereka, sang developer mengklaim performanya mampu menyerupai Steam Controller. Meskipun DualShock 4 sudah kompatibel ke PC, menurut Valve, masih ada banyak kelemahan di sana. Mereka bermaksud menyempurnakannya dengan menyederhanakan proses komunikasi antar device.

Di Steam Dev Days 2016, Valve juga mengumumkan bahwa koleksi game di Steam telah melewati angka 10.000 judul – tersedia untuk Windows, OC dan Mac. Dukungan buat VR sendiri memang belum lama tiba di Steam, diperkenalkan enam bulan lalu. Menariknya, developer sudah merilis 600 lebih ‘pengalaman’ virtual reality di sana.

Via PC Gamer & VentureBeat. Sumber: Gamasutra.

Respawn Ungkap Visi Mereka di Belakang Pembuatan Mode Singleplayer Titanfall 2

Titanfall boleh dikatakan sebagai salah satu inovator di ranah permainan shooter. Ia menawarkan pertempuran antara robot dan manusia yang seimbang, dikemas dalam aksi baku tembak bertempo cepat dengan bumbu parkour. Sayang, ambisi Respawn buat menyatukan campaign dan multiplayer belum berjalan mulus, dan akhirnya mereka memutuskan untuk mengambil arahan tradisional di game terbarunya.

Niatan developer buat menyajikan mode singleplayer di Titanfall 2 telah diketahui cukup lama, dan mereka bangun sejak tahap awal pengembangan game. Dengan makin banyaknya permainan multiplayer shooter blockbuster, peran singleplayer pelan-pelan berubah menjadi sekedar pelengkap. Namun Respawn tidak ingin kreasi mereka dianggap seperti ini. Lewat sebuah video, developer ungkapkan visi di belakang penciptaan campaign singleplayer.

Didirikan oleh pentolan tim di belakang kesuksesan Call of Duty, Respawn mengetahui jelas faktor-faktor yang menyebabkan Modern Warfare dan sekuel-sekuelnya begitu legendaris. Tapi developer juga menyadari, mereka tidak bisa menerapkan formula serupa karya-karya terdahulu. Pendekatan ‘corridor shooter‘ bukanlah solusi – mereka telah mengujinya dan merasakan sendiri bahwa resep ini tidak lagi menyenangkan.

Jalan keluarnya ialah menghadirkan bermacam-macam variasi gameplay dalam permainan. Di mode singleplayer Titanfall 2, pemain dapat menjajal beragam robot dan setup persenjataan yang ada di multiplayer. Game juga dibekali adegan-adegan perang berskala besar ala permainan FPS blockbuster, tapi Titanfall 2 tidak lupa menyuguhkan momen-momen tenang, di mana tugas Anda hanyalah berjelajah menggunakan skill parkour.

Menariknya lagi, permainan tak hanya menghidangkan tembak-menembak. Developer turut membenamkan elemen puzzle, sehingga dalam artikel preview-nya, PC Gamer menyampaikan bahwa Titanfall 2 terasa lebih mirip Portal 2 dari pada Call of Duty. Kekuatan lain di game ialah karakter-karakter yang Anda temui, beberapa di antara mereka akan jadi lawan berat, dan tentu saja sang robot Titan bernama BT-7274.

Hubungan antara karakter yang Anda mainkan, Jack Cooper dan BT menjadi fokus utama di singleplayer. Untuk menumbuhkan emosi, beberapa kali game akan memisahkan mereka. Developer tidak lupa menambahkan lapisan elemen lagi, agar memberi kesan bahwa BT dan Jack beraksi dengan kompak serta tampak saling memercayai.

Titanfall 2 adalah game yang paling saya nanti di bulan ini, akan segera dirilis di PC via EA Origins, console Xbox One dan PlayStation 4 pada tanggal 28 Oktober nanti.

Sumber: Titanfall.com.

Betulkah Harga dan Spesifikasi Nintendo NX Telah Bocor?

Satu hal yang jadi pertanyaan besar bagi konsumen dan para pemain di industri game adalah, apakah kita sedang melihat akhir dari perjalanan console, atau mungkinkah dengan segala konsep uniknya, Nintendo NX memicu dimulainya era console generasi kesembilan? Sayangnya hingga kini, sang raksasa spesialis hardware dan software hiburan asal Kyoto itu masih enggan berkomentar.

Terlepas dari bungkamnya Nintendo, bocoran mengenai NX terus mengalir di tahun ini, arusnya kian deras mendekati 2017. Kabarnya, device merupakan platform game hybrid antara home console dan handheld, didukung fitur backward compatibility, mempunyai controller mirip HTC Vive, bahkan Nintendo diketahui berniat merilis permainan Zelda, Mario dan Pokémon baru di sana.

Melengkapi data-data menarik di atas, kali ini giliran spesifikasi dan harga NX yang bocor. Sumbernya ialah pengguna Reddit ber-username FlapSnapple, informasi tersebut ia peroleh dari laporan salah satu staf perusahaan retail ternama. Identitas sang narasumber diklaim telah dikonfirmasi dan juga sudah didukung bukti-bukti memadai. Menurut FlapSnapple, verifikasi sangatlah penting karena beberapa orang tak segan memanfaatkan 3D printer untuk membuat berita palsu.

FlapSnapple menyingkap info spesifikasi melalui beberapa poin. Nintendo mengangkat moto ‘interact with your game on the go‘ (nikmati game Anda dalam perjalanan) di sebuah poster dan mengusung branding Mario. Narasumber menyebutkan kemampuan NX dalam menghidangkan konten 4K, tapi kemungkinan besar untuk streaming video dan bukan game. Buat gameplay sendiri, console boleh jadi sanggup suguhkan permainan di resolusi 1080p dan 60 frame rate per detik. Namun ada probabilitas, resolusi maksimalnya adalah 900p.

Sang informan turut mengungkap harga ‘dasar’ NX, yaitu US$ 300. Konten didistribusi melalui cartridge, dan Nintendo dirumorkan berencana melepas setidaknya empat game buat menemani perilisan hardware. Produsen dikabarkan akan menyediakan opsi bundel seharga US$ 400, tapi isinya belum diketahui. Demo unit dijadwalkan untuk tersedia di toko bulan Februari 2017.

Berbicara bundel, packacking NX akan sedikit lebih besar dari punya Wii U, dengan kombinasi warna putih dan biru. Sayang sekali belum ada bocoran mengenai nama asli NX, dan FlapSnapple juga bilang, area yang biasa dipakai buat menaruh deskripsi hardware telah di-blur oleh Nintendo.

Tentu saja ada peluang cukup besar laporan di atas keliru, dan untuk info resminya, kita harus menunggu dengan sabar hingga Nintendo memberikan update. Berdasarkan hasil pertemuan bersama investor di bulan April silam, NX rencananya akan meluncur di bulan Maret 2017.

Via Tech Radar.

Overwatch Rayakan Halloween Dengan Skin Monster dan Mode Game Baru

Trick or treat ialah bagian dari perayaan Halloween di mana anak-anak biasa mengenakan kostum dan mengunjungi rumah ke rumah buat meminta permen. Tapi tanpa perlu diminta, Blizzard Entertainment sudah menyiapkan sebuah ‘treat‘ menarik untuk para pemain setia Overwatch menjelang perayaan All Hallow’s Eve yang jatuh di penghujung bulan Oktober nanti.

Lewat website resmi, Blizzard mengumumkan event  Overwatch Halloween Terror, hadir melalui update cukup besar untuk versi PC, PlayStation 4 dan Xbox One. Kontennya bisa langsung Anda tebak, yaitu berisi koleksi item bertema hantu dan monster, dan dengannya, developer juga menghidangkan mode permainan PvE co-op pertama di Overwatch.

Penyajian Overwatch Halloween Terror menyerupai event Olimpiade ‘Summer Games 2016’ kemarin. Blizzard menyiapkan lebih dari 100 upgrade ‘kosmetik’ baru, meliputi ikon profile, spray, pose kemenangan, emote, highlight intro, skin dan lain-lain; semuanya bisa Anda peroleh dari loot box – wujudnya kini digantikan oleh jack-o’-lantern. Seperti biasa, ada dua cara buat mendapatkannya: naik level atau membeli bundel loot box.

Perlu diingat, item-item di dalam loot box jack-o’-lantern tersuguh secara acak, dan kita tidak dapat membeli langsung barang yang diinginkan (saya masih belum bisa menghilangkan rasa gemas karena tidak sempat mendapatkan skin Sprinter untuk Tracer di Summer Games). Kabar gembiranya adalah, walaupun event ini mempunyai batas waktu, segala item yang telah diperoleh akan menjadi milik Anda selamanya.

Overwatch Halloween Terror 1

Tema Halloween mempengaruhi seluruh elemen di game, termasuk peta, namun bagian paling spesial di Overwatch Halloween Terror adalah mode Brawl PvE co-op bertajuk Junkenstein’s Revenge, sebuah upaya Blizzard mengadaptasi novel populer Frankenstein tulisan Mary Shelley. Tak seperti match biasa, mode ini menantang kerja sama pemain untuk melindungi kastil Lord of Adlersbrunn (Reinhardt, menggunakan peta Eichenwalde sebagai basisnya) dari serangan monster-monster ciptaan Dr. Jamison Junkenstein (Junkrat, tentu saja).

Ada empat hero yang bisa dimainkan di Junkenstein’s Revenge, yaitu Ana (Alchemist), Hanzo (Archer), McCree (Gunslinger) dan Soldier (Soldier: 76). Bersamaan dengan pelepasan Overwatch Halloween Terror, Blizzard turut merilis web comic, juga berperan sebagai latar belakang cerita mode Brawl Junkenstein’s Revenge. Bahkan bagi Anda yang tidak bermain Overwatch, komik pendek ini lucu dan sangat menarik buat disimak.

Seluruh konten Overwatch Halloween Terror sudah bisa dinikmati sekarang juga, akan berlangsung hingga tanggal 1 November 2016.

Rayakan Ulang Tahun ke-100, BMW Pamerkan Motor Futuristis Dengan Kecerdasan Buatan

BMW mulai memproduksi motor sejak berakhirnya Perang Dunia pertama dan brand tersebut kini dikenal sebagai BMW Motorrad. Demi menjaga tradisi, sang produsen asal Jerman itu masih memanfaatkan konfigurasi flat twin boxer, namun mereka tentu saja punya visi akan masa depan alat transportasi. Dan di momen ulang tahun ke-100, BMW menyingkap gagasan terbarunya.

Dalam acara yang dilangsungkan di Santa Monica, BMW Group memamerkan beberapa kendaraan konsep futuristis, dan BMW Motorrad Vision Next 100 merupakan salah satu di antaranya. Dalam mengembangkan ide-ide tersebut, BMW berpedoman pada prinsip ‘efficient dynamics‘, tapi kali ini mereka lebih menitikberatkan faktor dinamika. Alhasil, Motorrad Vision Next 100 tidak seperti kendaraan roda dua yang biasa kita lihat.

BMW Motorrad Vision Next 100 1

Penampilan Motorrad Vision Next 100 lebih unik dari wujud Lightcycle Tron yang kadang dijadikan standar rancangan motor masa depan. Frame tubuhnya menyerupai segitiga, dikombinasi garis-garis sejajar. Di tengah, BMW menempatkan mesin boxer klasik, dimaksudkan agar mempunyai benang merah dengan R32, motor pertama buatan BMW. Tempat duduk, cover frame dan sayap terbuat dari bahan karbon, dan Motorrad Vision Next 100 kabarnya akan ditenagai ‘bahan bakar non-bensin’.

Lalu untuk menyempurnakan kesan futuristis itu, BMW menghilangkan semua tombol di area depan, kecuali sebuah switch merah di ujung setang sebelah kanan.

BMW Motorrad Vision Next 100 2

BMW juga berencana mengimplementasikan struktur ‘flexframe‘, sebuah bahan yang memungkinkan sepeda motor menikung tanpa memerlukan engsel atau sambungan. Idenya adalah, ketika pengendara menggerakkan setang, Motorrad Vision Next 100 segera menyesuaikan frame-nya.

Meski baru berupa gagasan, kemampuannya tidak kalah mutakhir. BMW bermaksud membekali motor dengan kecerdasan buatan sehingga kita tidak perlu lagi mengenakan baju pelindung dan helm ketika mengendarai Motorrad Vision Next 100. AI tersebut memungkinkan tersedianya fitur self-balancing, menjaga posisi kendaraan tetap lurus sewaktu berhenti dan miring secara optimal saat belok.

BMW Motorrad Vision Next 100 3

Selain itu, Motorrad Vision Next 100 juga dibekali Digital Companion, bertugas memberikan masukan pada pengemudi serta menyarankan hal-hal esensial sehingga Anda memperoleh pengalaman berkendara terbaik. Terdapat pula aksesori pelengkap bernama The Visor, berbentuk seperti kacamata, dengan fungsi menyajikan field of vision yang luas serta info-info penting terkait kondisi jalan. Ia mampu merespons serta menyesuaikan gerakan mata.

Jika kebetulan sedang berada di wilayah Los Angeles, Anda bisa melihat langsung Motorrad Vision Next 100 di Barker Hangar, terbuka untuk publik mulai tanggal 13 sampai 16 Oktober.

BMW Motorrad Vision Next 100 4

Via Bloomberg & Arstechnica. Sumber: BMW.

[Review] Xiaomi Redmi 3 Prime, Salah Satu Kandidat Smartphone Entry-Level Terbaik?

Sejak resmi menapak di pasar Indonesia dua tahun silam, Xiaomi merupakan salah satu brand tempat berpaling ketika kita mencari smartphone berkualitas dengan harga paling bersaing. Prinsip ini Xiaomi terapkan pada seluruh handset mereka, dari mulai produk terekonomis hingga model flagship. Dan di pasar entry-level yang sangat padat, Redmi 3 Prime tampil cukup mencolok.

Redmi 3 Prime sebetulnya hampir identik dengan Redmi 3 Pro yang meluncur bulan Januari 2016 silam, tanpa dukungan 4G. Belum mampunya sang produsen smartphone asal Beijing itu untuk memenuhi peraturan pemerintah soal Tingkat Kandungan Dalam Negeri di perangkat 4G LTE mungkin mendorong mereka menggunakan nama baru. Dan dengan alasan ini, Redmi 3 Prime baru bisa beroperasi di jaringan 3G.

Namun meski ia berada di belakang kompetitor dari sisi jaringan mobile, Redmi 3 Prime menyimpan sejumlah senjata andalan yang boleh dibilang cukup mumpuni buat produk di kelasnya, bisa Anda temukan baik di dalam maupun di luar device. Dan selama beberapa minggu, saya diberi kesempatan untuk mengutak-atik perangkat ini. Silakan simak ulasan lengkapnya di bawah.

Xiaomi Redmi 3 Prime 1

Packaging

Sebelum Anda bingung, tidak ada kata ‘Prime’ di bungkus smartphone. Xiaomi hanya menuliskan ‘Redmi 3’ di boks kotak berwarna putih. Seperti biasa, produsen berpegang pada prinsip ‘hemat’, hanya menyediakan kelengkapan esensial saja. Unit handset ditemani oleh kabel, charger, pin pembuka tray kartu SIM/SD dan lembaran-lembaran panduan.

Xiaomi Redmi 3 Prime 14

Look and feel

Redmi 3 Prime tetap setia pada arahan desain keluarga Redmi. Meski disiapkan untuk memperkuat lini smartphone terjangkau, beberapa tipe Redmi terbaru telah mengusung struktur unibody, termasuk 3 Prime. Unit review yang saya dapatkan memiliki tubuh abu-abu metalik dengan bagian frame berwarna hitam mengelilingi layar 5-incinya. Jika disejajarkan bersama Redmi Note 3 (apalagi andai warnanya sama), Redmi 3 Prime terlihat seperti adik kecil dari phablet tersebut.

Xiaomi Redmi 3 Prime 20

Xiaomi Redmi 3 Prime 5

Mempunyai tubuh berukuran 139,3×69,6×8,5mm dan berat 144g, Redmi 3 Prime memang bukanlah handset teramping maupun teringan. Walaupun begitu, rasio lebar dan tebalnya memberikan kemudahan pada penggunaan satu tangan serta memungkinkan handset keluar-masuk kantong celana tanpa kesulitan, terbantu oleh tekstur matte halus di punggungnya. Dari pengamatan saya, bagian ini terbuat dari almunium, kecuali pada area atas (dekat modul kamera) dan bawah (grille speaker).

Xiaomi Redmi 3 Prime 11

Xiaomi Redmi 3 Prime 17

Tidak ada lagi kesan feminin berkat kombinasi warna abu-abu metalik dan hitam, kini memberikan efek industrial, dengan body tanpa sudut dan lekukan simpel. Dipegang di tangan kanan, jempol Anda ditempatkan di kedua tombol power dan volume. Lalu terdapat pula pemindai sidik jari di punggung, mudah dicapai jari telunjuk. Tombol kapasitif utama berada di area bawah frame, dan berbeda dari Redmi Note 3, mereka tidak memiliki LED. Selanjutnya, produsen menaruh tray kartu SIM di sebelah kiri device dan port audio di atas.

Xiaomi Redmi 3 Prime 10

Xiaomi Redmi 3 Prime 3

Berdasarkan penilaian pribadi, menurut saya akan lebih baik jika tombol power dan volume ditempatkan di sisi berbeda sehingga pengambilan screenshot jadi lebih mudah.

Saya tidak menemukan kelemahan struktur smartphone, Redmi 3 Prime terasa mantap di genggaman dan saya tidak melihat adanya bekas-bekas cetakan ataupun sambungan. Xiaomi kembali membuktikan bahwa mutu jempolan kadang kala tidak perlu dibayarkan dengan harga yang tinggi.

Xiaomi Redmi 3 Prime 19

Xiaomi Redmi 3 Prime 13

Xiaomi Redmi 3 Prime 7

Screen

Xiaomi membekali Redmi 3 Prime bersama layar 1280×720-pixel berkepadatan kurang lebih 294-pixel seluas 5-inci, dengan rasio panel ke tubuh ialah sebesar 71,1 persen. Display handset ini cukup tangguh dalam melawan terpaan sinar matahari. Saya belum bisa mengonfirmasi apakah layar 3 Prime dilengkapi oleh teknologi Sunlight Display, tapi yang jelas, panel segera berubah sangat terang begitu terekspos cahaya berintensitas tinggi (saya mengujinya dengan senter LED).

Xiaomi Redmi 3 Prime 18

Layar ini menyajikan level kecerahan tinggi dan kaya warna – Xiaomi memamerkannya dengan menampilkan beragam foto di lockscreen. Suhu warna dan kontras bisa Anda atur sendiri di-setting, dapat dinaikkan atau biarkan handset yang mengatur secara otomatis. Display tidak terlihat oversaturated, viewing angle-nya memuaskan, tajam walaupun hanya 720p, dan sanggup mereproduksi warna secara akurat.

Uniknya lagi, kecerahan bisa diturunkan ke level sangat redup, agar tidak menyakiti mata jika Anda harus menggunakan handset di ruang gelap.

Xiaomi Redmi 3 Prime 21

Hal lain yang belum bisa saya pastikan adalah apakah panel dilindungi oleh lapisan/coating khusus atau tidak. Dalam pemakaian sehari-hari, Redmi 3 Prime mengumpulkan cukup banyak sidik jari dan minyak.

Camera

Redmi 3 Prime dilengkapi kemampuan fotografi serupa varian Redmi 3 standar, yakni kamera utama bersensor 13-megapixel, dibantu LED flash tunggal, serta sistem autofocus phase-detection. Performa kamera tidak lepas dari dukungan app, dan layaknya smartphone Xiaomi lain, 3 Prime menghidangkan UI yang simple. Hanya melalui langkah-langkah sederhana, Anda bisa segera mengakses delapan mode dan 18 filter di sana, serta mengaktifkan/menonaktifkan HDR atau flash.

Xiaomi Redmi 3 Prime 9

Di tingkatan ini, tidak ada yang dapat dikeluhkan dari kinerja kamera Redmi 3 Prime. Hasil jepretannya terbilang baik dengan syarat ditopang pencahayaan memadai. Ia sanggup mengambil foto secara cepat, tajam, white balance-nya akurat, serta bisa menekan jumlah noise; lalu kamera juga dapat membaca detail di area-area gelap tanpa perlu menyalakan HDR. Khusus untuk mode HDR, ia dapat merangkul warna-warna terang serta gerap, dan tidak menyebabkan foto jadi flat.

Xiaomi Redmi 3 Prime 4

Grain mulai tampak ketika Redmi Note 3 harus menangani kegiatan berfoto di kondisi kurang cahaya. Supaya hasil jepretan tampil jelas, mau tidak mau flash harus dinyalakan. Buat video, Anda diperkanankan merekam di resolusi maksimal 1080p di 30 frame rate per detik.

Ada pula kamera 5-megapixel di depan. Meskipun fungsi utamanya ialah video chat, kamera depan ini bisa juga dimanfaatkan buat ber-selfie. Hasil jepretannya lembut dan detailnya terbilang standar, namun sudah cukup untuk sosial media.

Sampel fotonya bisa Anda lihat di bawah:

Xiaomi Redmi 3 Prime 24

Xiaomi Redmi 3 Prime 25

Xiaomi Redmi 3 Prime 26

Xiaomi Redmi 3 Prime 27

Xiaomi Redmi 3 Prime 30

Dan seperti ini hasil foto di tempat berpencahayaan rendah:

Xiaomi Redmi 3 Prime 29

Xiaomi Redmi 3 Prime 28

Hardware, battery & UI

Berikut ini adalah komposisi hardware Redmi 3 Prime:

  • System-on-chip Qualcomm Snapdragon 615 berisi prosesor quad-core ARM Cortex-A53 1,5GHz plus prosesor quad-core ARM Cortex-A53 1,21GHz, serta GPU Adreno 405.
  • Memori RAM 3GB
  • Penyimpanan internal 32GB, bisa diekspansi hingga 256GB via micro SD di slot SIM 2

Redmi 3 Prime ditenagai baterai besar untuk sebuah perangkat 5-inci, bermuatan 4.100mAh. Berdasarkan uji coba langsung, smartphone mampu bertahan melampaui tiga hari jika digunakan sesekali saja, serta sanggup menjaga Anda tetap terkoneksi (melakukan panggilan telepon dan browsing standar) dan terhibur (bermain game serta menikmati video) satu hari penuh.

Xiaomi Redmi 3 Prime 23

Handset beroperasi di platform Android 5.1.1 dengan overlay MIUI versi 8.0.2.0. MIUI merupakan salah satu custom ROM Android terbaik, didukung interface sederhana berisi satu layer saja. Setting, kamera sampai Play Store dapat diakses di satu ‘lapis’ menu. Membuat folder baru sangat mudah, begitu pula saat ingin menghapus aplikasi, Anda tidak perlu repot-repot membuka menu setting.

Xiaomi Redmi 3 Prime 40

Saya menemukan hal unik di MIUI 8: terdapat bagian ‘Promoted Apps’ di folder More Apps, walaupun ia tidak muncul di folder lain.

Benchmark & performance

Saya menguji kinerja hardware Redmi 3 Prime dengan tiga software benchmark, yaitu AnTuTu v6.2.1, 3DMark dan PCMark. Skor terbaiknya ialah sebagai berikut:

Skor 36059 memposisikan Redmi 3 Prime di bawah Meizu M3.

Xiaomi Redmi 3 Prime 31

Lalu di 3DMark Sling Shot, Redmi 3 Prime mencetak nilai 455, dan menurut penjelasan di software, handset bekerja tanpa masalah. Sayangnya, skor ini mengekspos kelemahan pada GPU (dibahas lebih lengkap di bawah).

Xiaomi Redmi 3 Prime 32

Tes performa kerja smartphone menghasilkan angka 3763 di PCMark, dan Redmi 3 Prime dideskripsikan sebagai salah satu perangkat berkinerja terkuat.

Xiaomi Redmi 3 Prime 33

Angka-angka di atas tentu saja belum mewakilkan pengalaman penggunaan. Saya juga turut menjajal sejumlah game di Redmi 3 Prime: Real Racing 3, Modern Combat 5: Blackout serta Gangstar 4 Vegas, masing-masing mewakilkan tiga genre berbeda. Smartphone sama sekali tidak kesulitan menjalankan mereka, tapi layar 720p membuat tekstur beresolusi rendah terlihat jelas, terutama di Gangstar Vegas – grafis mengingatkan saya pada permainan-permainan di tahun 2000-an.

Xiaomi Redmi 3 Prime 34

Xiaomi Redmi 3 Prime 35

Xiaomi Redmi 3 Prime 36

Modern Combat 5 tampak jauh lebih baik, kecuali saat karakter berada terlalu dekat kamera, memungkinkan Anda melihat sisi-sisi poligon. Efek visual seperti ledakan juga belum tampil maksimal, kemudian Anda juga harus memaklumi ketiadaan anti-aliasing, menyebabkan ujung objek jadi jaggy.

Xiaomi Redmi 3 Prime 41

Xiaomi Redmi 3 Prime 42

Xiaomi Redmi 3 Prime 43

Di Real Racing 3 sendiri, Redmi 3 Prime menyuguhkan visual cukup baik. Partikel debu memang jarang terlihat, tapi setidaknya pantulan di cermin tersaji sempurna, efek bayangannya dinamis, indikator kecepatan dan speedometer tampil jelas, dan yang terpenting, tidak ada penurunan frame rate secara signifikan.

Xiaomi Redmi 3 Prime 38

Xiaomi Redmi 3 Prime 37

Xiaomi Redmi 3 Prime 39

Di luar permainan, susunan hardware 3 Prime memastikan UI terhidang mulus dan responsif. Saya tidak merasakan adanya keterlambatan input. Peralihan dari app ke app lain lewat task manager juga berlangsung singkat berkat RAM 3GB, padahal saya membuka lebih dari 10 aplikasi, termasuk game, email, messaging dan 9GAG. Hal ini memperkuat dugaan saya bahwa handset mampu melahap hampir semua tugas yang Anda berikan.

Verdict

Mungkin satu-satunya penghalang terbesar bagi Redmi 3 Prime menjadi smartphone favorit user di segmen entry-level adalah ketiadaan dukungan jaringan 4G LTE. Jika hal tersebut bukan masalah bagi Anda, sulit untuk tidak merekomendasikan produk ini. Selain hardware andal dan memori 3GB, device menawarkan keringkasan akses lewat fingerprint scanner, desain simpel dan build quality solid, baterai tahan lama, serta mutu layar dan kinerja kamera yang memuaskan.

Di Indonesia, Redmi 3 Prime hadir dalam dua pilihan warna, yaitu abu-abu silver dan emas. Produk sudah bisa dimiliki, dijajakan di harga Rp 2,3 juta saja setelah diskon di Erafone dan 2,2 juta di Blibli setelah diskon.

Xiaomi Redmi 3 Prime 16

Simpan Teknologi Akustik High-End, Sennheiser GSP 350 Siap Jadi Teman Setia Gamer

Butuh lebih dari dua dekade bagi Sennheiser buat memperkenalkan open headphone pertama mereka sejak didirikan beberapa minggu seusai Perang Dunia kedua. Puluhan tahun setelahnya, perusahaan Jerman spesialis produk audio hi-fidelity ini terus beradaptasi mengikuti perkembangan tren di ranah itu. Dan belakangan, gaming menjadi salah satu perhatian mereka.

Di acara Gamescom 2016 bulan Agustus silam, Sennheiser menyingkap sebuah headphone dan dua amplifier baru yang mereka racik khusus buat para gamer profesional. Sepertinya ekspansi sang produsen di tahun ini tidak berhenti sampai di sana karena belum lama Sennheiser mengumumkan headset GSP 350, yaitu versi lebih premium dari GSP 300. Senjata andalan mereka kali ini adalah teknologi akustik high-end dan sistem surround sound 7.1.

Sennheiser GSP 350 1

Dari sisi penampilan, GSP 350 hampir identik dengan GSP 300 – desainnya terinspirasi dari headset penerbang. Perangkat tersebut mudah disesuaikan ke telinga, seperti apapun bentuk kepala Anda. Sennheiser mengerti gamer mudah terbawa suasana dan sering kali ’emosional’. Oleh karena itu, headphone dibuat dari bahan yang kuat serta telah lulus uji ekstensif. Sennheiser juga memberikan garansi internasional selama dua tahun. Perbedaan utama dari GSP 300 hanya penggunaan warna merah – bukan biru – di sisi dalam tubuh hitamnya.

Headphone dilengkapi bantalan telinga ergonomis dengan memory foam. Fungsi utamanya tentu saja adalah untuk memastikan Anda mendapatkan kenyamanan maksimal saat harus ber-gaming di waktu lama. Kegunaan kedua dari bahan ini ialah sebagai sistem noise cancelling pasif.

Sennheiser GSP 350 2

Selain itu, GSP 350 turut dibekali Surround Dongle, dan di dalamnya-lah Sennheiser menyematkan teknologi akustik. Dongle berperan sebagai ‘jembatan’ antara headphone dan PC, tersambung via colokan audio dan USB. Dengannya, Anda bisa mengkatifkan mode stereo atau Dolby 7.1 Surround Sound. GSP 350 turut ditopang software yang memungkinkan Anda mengustomisasi setting sesuai game dan memilih preset equalizer: netral/normal, gaming, eSport, dan mode premium untuk menikmati musik.

Buat fungsi komunikasi, Sennheiser membubuhkan microphone noice-cancelling, mampu menyingkirkan gangguan suara-suara eksternal. Kemudian, ‘lengan’ mic boom pendek di sana dimaksudkan untuk meminimalisir suara nafas, sehingga obrolan jarak jauh bersama kawan jadi lebih jelas. Fungsi mute bisa diaktifkan cukup dengan mengangkat microphone ke atas.

Sennheiser GSP 350 3

Perlu Anda ketahui, Sennheiser GSP 350 kompatibel ke platform gaming berbeda, namun fitur Dolby 7.1 Surround Sound hanya bisa diakses dari PC. Sang produsen belum memberi tahu kapan GSP 350 akan meluncur, tapi mereka sudah menginformasikan harganya, yaitu US$ 140.

Sumber: Sennheiser.

Mobil Elektrik Maserati Bukan Sekedar ‘Ikut-Ikutan’ Tesla

Walau konsepnya sudah lama ada, kesuksesan Tesla Motors memasarkan mobil elektrik yang betul-betul bisa diandalkan membuat perusahaan otomotif Amerika itu dianggap sebagai pionir sekaligus standar electric vehicle modern. Hampir semua nama di industri mencoba menggarap EV kreasi mereka, besar maupun kecil, dan Maserati termasuk salah satu di antaranya.

Rencana sang produsen kendaraan mewah asal Itali untuk mencoba menyaingi Tesla terdengar sejak bulan Juni silam. Waktu itu, CEO Fiat Chrysler Automobiles Sergio Marchionne mengungkap bahwa timnya sedang berdiskusi buat menghadirkan beberapa versi elektrik produk Fiat; mengikuti langkah Porsche, Jaguar, Mercedes-Benz, serta Audi. Belum lama kepala engineering Roberto Fedeli mengonfirmasi info tersebut dan menegaskan, upaya mereka bukan sekedar meniru kesuksesan Tesla.

Via blog Car and Driver, Fedeli menjelaskan bahwa menciptakan kompetitor Tesla bukanlah ide bagus. Menurutnya, Tesla bukanlah produk otomotif terbaik di pasar meskipun mereka sukses menjual 50.000 unit kendaraan tiap tahun. Perwakilan Fiat Chrysler itu menuturkan alasannya, dari sisi kualitas engineering sampai dinamika mengemudi, “Eksekusi dan mutu mobil Tesla setara kendaraan OEM Jerman di tahun 1970-an. Mereka tidak menawarkan solusi yang terbaik.”

Fedeli mengutarakan kendala lain yang sering ditemui di kendaraan elektrik saat ini: mereka terasa berat sehingga kurang nikmat dikendarai. Pertama-tama, akselerasi maksimal membutuhkan waktu tiga detik, dan di sanalah pencinta kendaraan dapat merasakan ’emosi’. Baterai juga menjadi faktor penyumbang masalah. Komponen ini berat, dan walaupun torsi dan tenaga bisa membuat Anda melupakannya sejenak, bobot menyebabkan mobil tidak enak dikendarai di jalanan normal.

Problem selanjutnya adalah, EV tidak mengeluarkan suara ala mobil berbahan bakar bensin, dan Fedeli mengakui inilah tantangan terbesar bagi Fiat. Mobil-mobil Maserati sendiri telah dikonfigurasi agar mesin V-6 dan V-8 di dalam mengeluarkan suara yang mereka inginkan, bahkan mempekerjakan seorang komposer opera La Scala di Milan untuk memastikan kendaraan menghasilkan nada yang tepat.

Roberto Fedeli belum memberi tahu apa nama kendaraan elektrik Maserati itu. Kemungkinan, ia dirancang dengan tubuh anggun aerodiamis bervolume kecil ala coupe grand-touring, boleh jadi mirip mobil konsep Maserati Alfieri.

Kabar kurang gembiranya, mereka yang sudah tidak sabar buat meminang mobil elektrik Maserati harus menunggu hingga pihak Fiat Chrysler Automobiles meluncurkan kendaraan tersebut di tahun 2020, atau paling cepat 2019.