Peneliti Tak Sengaja Ciptakan Baterai yang Awet Selamanya

Bisa ditemukan di hampir semua perangkat elektronik, lithium-ion ialah salah satu tipe baterai rechargeable terpopuler karena mampu menyimpan daya paling banyak dan memiliki persentase self-discharge terkecil. Tapi seiring pemakaian, umur li-ion tentu akan berkurang. Biasanya, setelah 500 kali proses isi ulang, kapasitasnya turun hingga 80 persen.

Para ilmuwan tanpa lelah berusaha mencari cara untuk terus memperpanjang, atau menciptakan baterai yang tahan lama. Dan ada sebuah pencapaian tak terduga diperoleh tim University of California di Irvine. Para ilmuwan di sana secara tak sengaja menemukan solusi di teknologi nanowire (kawat berukuran super-kecil) sehingga baterai dapat diisi ulang sampai ratusan ribu kali.

Di makalah online, Mya Le Thai menjelaskan bahwa tim memanfaatkan nanowire untuk menciptakan baterai tersebut. Material ini beberapa ribu kali lebih tipis dari rambut manusia dan sangat efektif dalam menghantarkan arus listrik. Area di permukaannya cukup besar buat menyimpan serta mentransfer elektron, dan mempunyai sifat unik lain yang memungkinkannya dipakai di perangkat elektronik.

Problemnya, nanowire sangatlah rapuh dan siklus proses charging dan discharging berkali-kali membuatnya cepat rusak. Di baterai lithium-ion biasa, bahan ini akan mengembang dan menjadi getas. Solusi Le Thai dan kawan-kawan peneliti adalah melapisi nanowire emas dengan cangkang dari mangan dioksida, lalu menaruhnya dalam gel mirip Plexiglas untuk meningkatkan daya tahannya. Hal itu dilakukan tanpa sengaja.

“Mya sedang bermain-main dan ia melapis semua [nanowire] itu dengan lapisan tipis gel dan mulai mengujinya,” jelas chairman departemen kimia UCI Reginald Penner via The Inquirer. “Dia mendapati, gel membuat siklus [isi ulang dan pembuangan] tersebut dapat dilakukan ratusan ribu kali tanpa kehilangan kapasitas. Penemuan ini sangat mengejutkan, karena pada umumnya baterai akan mati sesudah 5.000, 6.000, atau 7.000 siklus isi ulang.”

Struktur baterai UCI diuji coba lebih dari 200.000 kali selama tiga bulan, dan ilmuwan melaporkan tidak ada kehilangan tenaga ataupun kapasitas. Thai bilang, elektroda yang diberi lapisan dapat menjadi opsi handal, dan riset ini membuktikan bahwa elektroda baterai berbasis nanowire mampunyai umur panjang dan kita bisa mengimplementasikannya di berbagai alat elektronik.

Bayangkan besarnya dampak invensi tersebut pada gadget-gadget kesayangan Anda: tak lagi ada masalah baterai ‘bocor’ di tablet, smartphone serta laptop. Dan manfaatnya tak berhenti sampai di sana, teknologi ini juga dapat diterapkan ke home appliance, mobil listrik, serta pesawat terbang.

Via The Inquirer. Sumber: ACS.org.

Lewat Mega Drive Classic Hub, Sega Hadirkan Kembali Pengalaman Gaming ala Tahun 90-an

Didorong rasa nostalgia dan kesuksesan bundel kompilasi game di era console ke-6 sampai ke-7 (Dreamcast hingga PlayStation 3), retrogaming menjadi aspek yang diakui di industri. Sayangnya, legalitas proses emulasi masih dipertanyakan, dan Nintendo sendiri dengan tegas bilang bahwa hal ini merupakan sebuah ancaman besar terhadap kekayaan intelektual.

Namun siapa yang bisa menahan manisnya kenangan menikmati game klasik? Banyak perusahaan telah menciptakan console spesialis retrogaming dan menjanjikan konten melimpah. Namun sebentar lagi, hobi ini akan jadi jauh lebih simpel. Sega mengumumkan dukungan mereka terhadap upaya modifikasi permainan-permainan lawas di Genesis (dikenal sebagai Mega Drive di Negara Barat) melalui platform distribusi digital terfavorit, Steam. Dan kabar gembiranya, momen itu tiba tidak lama lagi.

Sang publisher Jepang menyingkap Sega Mega Drive Classic Hub, dan di sana, Sega berjanji Anda dapat memainkan sembari mengutak-atik game Genesis. Semuanya didukung fitur Steam Workshop, memungkinkan kita saling sharing game yang sudah dimodifikasi. Langkah ini sangat tidak biasa, karena umumnya developer dan publisher menentang upaya alterasi dan emulasi permainan-permainan tua – biasanya berkaitan dengan pembajakan.

Keistimewaan Sega Mega Drive Classic Hub tak cuma itu. Saat masuk, Anda akan dibawa ke ruang tidur virtual, memperlihatkan keadaan kamar gamer di era 90-an: televisi CRT, rak berisi koleksi game, poster-poster Golden Axe dan Steets of Rage tertempel di tembok, dan buku-buku komik berserakan. Di sana, Anda bisa berjalan-jalan dan waktu-pun ikut bergerak.

Sega memang belum menjelaskan lebih banyak modifikasi apa yang bisa dilakukan lewat Steamworks – info detail akan diungkap minggu depan. Saat ini diketahui, pemain dapat meng-edit dan mendistribusikan tileset grafis, serta mengganti sprite resmi dan background dengan buatan mereka. Ada kemungkinan, musik serta elemen lain juga bisa diganti.

Terdapat puluhan judul yang Sega cantumkan dalam daftar, namun beberapa seri game belum mereka masukkan, contohnya Toejam and Earl dan Sonic the Hedgehog serta sejumlah permainan dari program bundel lain. Asumsi saya, jumlahnya akan diperbanyak melalui update.

Sega Mega Drive Classic Hub rencananya akan meluncur pada tanggal 28 April 2016. Namun ada satu hal yang mengganjal: pengumuman ini dilakukan oleh channel PR di Inggris (itu mengapa ia mengusung nama Mega Drive, dan bukan Genesis). Apakah Classic Hub nanti cuma tersedia di wilayah tertentu saja? Saya harap tidak.

Via Engadget. Sumber: Sega.

Berbincang Santai Dengan Tim Esport NXL

Dengan keberhasilan mengumpulkan penghargaan serta reputasi sejak pertama berdiri, NXL kini menjadi panutan para pemuda-pemudi Indonesia yang memimpikan esport sebagai karier mereka. Jika ditanya mengenai rahasia kesuksesan, keuletan dan kerja keras biasanya menjadi jawaban jawaban sang founder, Richard Permana. Tapi untuk sekarang, saya akan membahas tema yang lebih ringan.

Buat menulis artikel ini saya menghubungi Richard dan kawan-kawan untuk berbincang santai dengan NXL, serta bertanya-tanya mengenai perubahan yang terjadi di tim mereka. Beberapa minggu silam, Agung ‘Sys’ Frianto dikabarkan mengundurkan diri, digantikan oleh Bagas ‘Banteng’ Gunadi. Pertanyaan sama saya ajukan pada ke lima anggota NXL, terkait aktivitas sehari-hari dan hobi.

NXL Article 1 04
Dari kiri ke kanan: Richard Permana, Vega Tanaka, Albert Giovanni, Baskoro Dwi Putra.

Meskipun anggota termudanya bahkan belum menyentuh usia 20 tahun, layaknya pekerjaan profesional, NXL dan Counter-Strike: Global Offensive menuntut perhatian penuh serta waktu kerja yang konsisten. Mereka ‘bekerja’ delapan jam sehari sebagai pro-gamer, lima kali seminggu. Jika ada jadwal turnamen saat weekend, maka itulah tuntutan pekerjaan.

Baskoro Dwi Putra menceritakan pengalamannya. Sewaktu dahulu kuliah, Ujian Tengah Semester bentrok dengan agenda kejuaraan di India. Lalu di tengah kesibukan membuat skripsi dan revisi, NXL harus berangkat ke TWC di Serbia. Namun semua akhirnya dapat diselesaikan dengan baik. Khususnya untuk gamer pro yang masih berkuliah, Baskoro memberi saran, “Kalau bisa selesaikan tugas-tugas dulu baru main, biar ketika main tidak kepikiran. Intinya, jalankan saja.”

NXL Article 1 03
Roseau dan FrostMisty sedang bermain.

Ternyata menjadi atlet esport tidak menghilangkan kecintaan tim NXL terhadap gaming. Albert Giovanni sekarang lagi sering memainkan Fallout 4 dan Grand Theft Auto V. Di luar boot camp, FrostMisty gemar pergi ke gym. Saya bertanya apakah bermain game lain akan mempengaruhi performa, dia menjawab riang, “Mestinya sih tidak ya. Tidak ngaruh, kalau mau jago mah jago saja.”

Vega Tanaka juga menggemari video game. Ia menyukai RPG dan action-RPG, contohnya seri Final Fantasy atau Star Ocean. Hobi lain Vega yang tidak melibatkan keyboard dan mouse meliputi olahraga sepakbola, basket dan ping-pong. Untuk kehidupan pribadi, gamer ber-nickname Soifong itu cukup beruntung karena ‘kebetulan’, belahan hatinya ialah sesama pro gamer, anggota tim CS:GO Female Fighters.

NXL Article 1 05
Vega Tanaka A.K.A Soifong.

Menjawab pertanyaan saya bertanya soal siapa yang suka menjadi target kelakar, Albert dan Baskoro kompak bahwa Vega-lah orangnya. Ia adalah ‘bagian kena bully‘. “Paling santai dan paling sering dikerjain itu Vega. Saking seringnya, dia tidak merasa sedang dikerjain,” tutur Albert.

Dan akhirnya, saya bertanya pada Richard (sang sosok kepala sekolah, begitu menurut Bagas Gunadi), bagaimana proses NXL menentukan personel baru buat jadi pengganti. Pertama-tama, mereka harus mengeksplorasi karakter bermainnya – apa saja kelemahan, kekuatan, serta senjata favoritnya. Selanjutnya tim akan berunding dan mengajak calon anggota bermain bersama. Pelan-pelan, ia bisa beradaptasi, walaupun boleh jadi butuh waktu sampai beberapa bulan hingga ia benar-benar membaur.

NXL Article 1 02
Anggota terbaru tim NXL, Bagas ‘Banteng’ Gunadi.

Richard, Vega, Baskoro dan Albert setuju bahwa Bagas ialah sosok yang tepat menggantikan Agung. Mereka juga memberi komentar senada: skill individunya sangat tinggi. Sys sendiri juga merekomendasikan Bagas karena pada saat latihan, ia sering menjadi korban headshot sang Banteng…

NXL Article 1 06
NXL dalam sesi latihan.

Disclosure: DailySocial adalah media partner tim NXL. Gambar: Facebook NXL.

Siap Bermain di Ranah VR, Acer Umumkan Gaming Notebook Predator 17 X

Acer Predator kembali menunjukkan taringnya di tahun ini. Tak cuma desktop, Predator kini diperkuat oleh notebook gaming, aksesori, serta tablet. Di Indonesia, Acer tampak bersungguh-sungguh untuk mengimbangi kompetitor senegaranya. Dan di era kelahiran kembali virtual reality, Acer sudah menyiapkan senjata andalan serta strategi buat menyongsongnya.

Beberapa produsen Taiwan menjadi brand pertama yang menyediakan sistem pendukung VR. Dua PC Asus masuk ke deretan Oculus Ready PC, dan MSI telah mengungkap gaming laptop ‘VR ready‘ pertama di dunia. Kali ini giliran Acer: mereka memperkenalkan varian lain dari Predator 17 dalam event di kota New York semalam. Acer menamainya Predator 17 X, sebuah notebook berperfoma desktop bersertifikasi Nvidia VR Ready.

Acer Predator 17X 01
Penampilan Predator 17 X dari sisi depan.

Di sisi penampilan, Predator 17 X tak berbeda jauh dari saudarinya. Perangkat sama-sama mengusung desain ala pesawat perang ruang angkasa, didominasi warna hitam dengan bumbu merah. LED warna-warni di keyboard full-size-nya bisa dikustomisasi, dan Anda juga mendapatkan tombol macro. Untuk layar 17,3-inci di sana, konsumen dapat memilih varian beresolusi full-HD atau panel 4K, semuanya ditopang Nvidia G-Sync.

Komponen yang memungkinkan Predator 17 X menangani game di ultra-HD serta headset virtual reality sekelas Rift adalah chip grafis Nvidia GeForce GTX 980 desktop serta prosesor Intel Core i7-6820HK. Hardware turut didukung memori DDR4-2133 serta penyimpanan SSD RAID 0. Buat memaksimalkan pembuangan panas saat ber-gaming maupun overclocking (via software PredatorSense), Predator 17 X dibekali sistem pendingin triple-fan.

Acer Predator 17X 02
Desainnya mirip pesawat perang ruang angkasa.

“Predator 17 X ditenagai satu-satunya GPU notebook yang sanggup mendukung virtual reality: GeForce GTX 980. Perangkat dapat dimanfaatkan baik oleh gamer maupun pencipta konten berkat tingginya performa serta mobilitas; memungkinkan VR diakses di manapun dan kapanpun,” kata GM Nvidia Kaustubh Sanghani di press release. Pernyataan itu mungkin sedikit kurang tepat karena 17 X sama sekali tidak ringan. Dengan bobot 4,5kg, ia lebih cocok dijadikan desktop replacement.

Membahas pengalaman VR di device gaming high-end, biasanya kita akan teringat pada Vive atau Rift. Meski 17 X tak akan kesulitan menghidangkan keduanya, Acer juga memutuskan untuk mendukung pengembangan platform Open Source Virtual Reality (OSVR) yang diujungtombaki Razer. Hacker Development Kit-nya memang belum serapi headset milik Oculus ataupun HTC, tetapi saat ini OSVR merupakan opsi paling terjangkau bagi gamer PC.

Kembali ke Predator 17 X, rencananya ia akan mulai dipasarkan pada bulan Juli di Amerika. Tertarik? Siapkan saja uang sebanyak US$ 2.800.

Sumber: Acer. Tambahan: Digital Trends.

Tiba di Indonesia, Oppo F1 Plus Disajikan Buat Maksimalkan Pengalaman Ber-Selfie

Melalui peluncuran F1 bulan Februari silam, Oppo mencoba mengubah konsep dalam memasarkan produk. Fokus mereka kini adalah menyajikan cameraphone, yaitu handset-handset dengan kapabilitas fotografi yang handal. Dibekali sejumlah fitur unik seperti shutter via gesture sampai screen flash, di kelasnya, F1 memang merupakan salah satu pilihan optimal bagi pecinta selfie.

Untuk menggapai kalangan konsumen yang lebih tinggi, Oppo resmi meluncurkan F1 Plus di Indonesia. Selain upgrade kemampuan mengabadikan momen, sang produsen Tiongkok itu tak lupa menyematkan hardware baru. Oppo sangat bangga dengan bagaimana mereka merancang F1 Plus, namun bagian terunik di smartphone ada pada kamera. Umumnya, kamera utama sebuah handset terletak di sisi belakang. Di smartphone anyar ini, posisinya dibalik.

Oppo F1 Plus 16
Dari kiri ke kanan: Aryo Meidianto, Alina dan Suwanto.

Oppo F1 Plus mengusung kamera depan bersensor ISOCELL1/3,1-inci 16-megapixel. Katanya, sensor ini didesain khusus untuk F1 Plus, dapat menangkap cahaya empat kali lebih efektif dengan dynamic range dua kali lebih tinggi dibandingkan kamera smartphone lain. Hal tersebut dimungkinkan berkat dukungan lensa wide ber-aperture f/2.0. Oppo turut menjanjikan hasil jepretan yang bersih dari noise dan cerah apapun kondisi cahayanya.

Oppo F1 Plus 11
Tampilan depan.

Sejumlah fitur di cameraphone sebelumnya muncul kembali di F1 Plus. Oppo tampaknya melihat bagaimana konsumen sangat menyukai Beautify, dan menghadirkan versi 4.0-nya di sini. Ia dioptimalkan untuk membuat kulit wajah Anda mulus tanpa menghilangkan kontur. Lalu terdapat pula teknologi TrueBright image signal processor yang dibawa oleh chip MediaTek Helio P10.

Oppo F1 Plus 15
Lensa di kamera depan terlihat kecil.

Beberapa fitur sempat saya jajal di sesi hands-on singkat. Pemakaian group selfie 120 derajat ternyata lebih mudah dari yang saya duga, Anda tidak perlu mengoperasikannya seperti mengambil foto panorama. Buat screen flash sendiri, Anda dapat memilih mode (always on atau auto). Di situasi indoor dalam mall yang cerah, saya belum bisa melihat seberapa efektif teknik ini, tapi Oppo mengklaim flash melalui layar tidak menyebabkan wajah terlihat flat.

Oppo F1 Plus 09
Kamera belakang dibekali sensor 13-Mp.

Untuk kamera belakang, setup-nya masuk ke kategori menengah. Oppo menyematkan sensor 13-megapixel, dibantu oleh phase detection autofocus, lensa f/2.2, dan flash LED. Jangan terlalu berharap kualitasnya mampu mengejar smartphone-smartphone high-end kompetitor. Saya melihat efek seperti cat air begitu foto di-zoom, namun selama pencahayaannya mencukupi, Anda tetap memperoleh hasil memuaskan buat koleksi di sosial media.

Oppo F1 Plus 10
Tampilan depan dengan sedikit menyerong.
Oppo F1 Plus 06
6,6mm, tubuhnya sangat tipis.
Oppo F1 Plus 07
Tombol power ada di sebelah kanan.

Ringan, tipis dan nyaman menjadi prinsip utama Oppo di aspek desain. Tubuh unibody F1 Plus memiliki rasio metal sebesar 98 persen, dan telah melewati 68 kali proses pemolesan. Di sisi kiri dan kanan layar AMOLED 1080p seluas 5,5-incinya, bezel hanya berukuran 1,66mm. Dipadu tubuh setebal 6mm, F1 Plus tampak begitu ramping. Oppo bilang, tekstur pada permukaannya diramu supaya handset tidak mudah terselip dari genggaman.

Oppo F1 Plus 12
Punggungnya bertekstur halus.
Oppo F1 Plus 08
Tombol volumenya terpisah, berada di sisi kiri smartphone.

Oppo turut membubuhkan kemampuan pemindai sidik jari, sebagai metode mudah mengakses perangkat. Fitur Touch Access itu ditempatkan di sebuah tombol fisik (bentuknya mirip punya Samsung), berdurasi input super-singkat, cuma 0,2-detik. Ia tetap dapat membaca jari meskipun tidak sejajar dengan tombol – terbalik ataupun dari samping. Di presentasi, Suwanto selaku Public Communication Oppo Indonesia menjelaskan bahwa Touch Access akan bertambah pintar dan akurat jika semakin sering digunakan.

Oppo F1 Plus 04
Ukuran bingkai di pinggir layar sangat tipis.
Oppo F1 Plus 13
Bundel pembelian F1 Plus sudah termasuk casing silikon transparan.

F1 Plus dilengkapi teknologi VOOC Fast Charge agar waktu pengisian baterai 2.850mAh-nya tak memakan waktu terlalu lama. Charge selama lima menit mampu memberikan Anda talk-time dua jam. Handset memanfaatkan platform ColorOS 3.0 (berbasis Android 5.1), menyuguhkan kecepatan loading home screen 35 persen dan instalasi app 41 persen lebih gesit dari versi 2.1. Sistem operasi tak hanya lebih simpel dan mudah dipakai, tetapi juga membantu menghemat baterai.

Spesifikasi hardware:

  • System-on-chip Mediatek MT6755 Helio P10 (prosesor octa-core Cortex-A53 2,0GHz dan GPU Mali-T860MP2)
  • RAM 4GB
  • Memori internal 64GB, bisa diekspansi sampai 128GB
  • Baterai non-removable Li-Po 2.850mAh

Gerbang pre-order telah dibuka sejak tanggal 7 April lalu. Di Indonesia, Oppo F1 Plus dijajakan seharga Rp 5,5 juta, tersedia dalam dua pilihan warna: gold dan rose gold.

Oppo mengundang Anda semua untuk menjajalnya langsung di Exhibition & Experience Event, berlokasi di mall Grand Indonesia sampai tanggal 24 April 2016 nanti.

Oppo F1 Plus 02
Tim Oppo dalam sesi tanya jawab.

Rilis Versi Chrome ke-50, Google Singkap Pencapaian dan Strategi Mereka

Di masa kepemimpinannya, selama enam tahun CEO Google Eric Schmidt menentang ide untuk pembuatan browser web. Ia berpendapat bahwa Google masih merupakan perusahaan kecil, kurang bijak jika mereka turut serta dalam perang browser. Keputusan tidak berubah hingga akhirnya Sergey Brin dan Larry Page menyewa developer Mozilla buat menggarap versi demo Chrome.

Delapan tahun telah berlalu semenjak Chrome dilepas untuk publik di Windows XP. Kini ia adalah browser terfavorit, menguasai ranah desktop, dan juga menjadi pilihan 45 persen pemilik perangkat bergerak. Dan bulan April ini merupakan momen penting bagi Google, karena mereka sedang merayakan pelepasan versi Chrome ke-50. Varian mobile menyusul tak lama setelah peluncuran Chrome 50 di Windows, Mac dan Linux.

Google Chrome 50 02

Meski terbilang penting, Google tidak mengumumkannya dengan cara yang heboh. Mereka mengundang beberapa media untuk berbincang-bincang langsung bersama Rahul Roy-Chowdhury mengenai pencapaian selama ini dan langkah-langkah apa yang telah mereka ambil. Pembahasan lebih didominasi app Chrome di handset karena ternyata penggunaan smartphone dan tablet turut memengaruhi evolusinya di era mobile.

Sebelum membahasnya lebih jauh, via infografis Google menginformasikan bahwa saat ini terhitung ada satu miliar pengguna Chrome di perangkat bergerak tiap bulan – 118 kali lebih banyak dari populasi kota New York. Selama 30 hari itu, user membuka page sebanyak 771 miliar kali. Google juga bangga dengan prestasi Chrome, terutama dalam menyajikan kecepatan, kesederhanaan dan keamanan.

Google Chrome 50 06

Berkat Chrome, pengguna menghemat pengetikan lebih dari 500 miliar karakter dan dua juta gigabyte data tiap bulan. Di periode yang sama, browser membantu menerjemahkan 3,6 miliar page serta menyederhanakan proses input password sebanyak 9,1 miliar kali. Di bidang keamanan, Chrome melindungi user hingga 145 juta kali. Untuk terus meningkatkan level proteksi, Google akan memberikan hadiah US$ 2,5 juta bagi siapapun yang bisa menemukan bug di sistem.

Kemudian bagaimana selanjutnya? Target mereka cukup simpel: agar Chrome lebih cepat, lebih sederhana dan lebih aman. Google ingin terus mengembangkan platform ini ke arah open web. Di negara maju, smartphone umumnya berperan sebagai gadget komplemen, namun bagi mayoritas user di Indonesia dan India, handset merupakan satu-satunya device yang mereka punya. Di sini, data plan adalah hal sensitif bagi konsumen. Dan tahukah Anda, gambar-gambar di internet ternyata mengonsumsi bandwidth sebesar 70 persen.

Google Chrome 50 03

Menyadari keadaan ini, Google bertekad untuk meramu app browser agar sesuai dengan pengguna yang peduli terhadap data plan. Rahul menjelaskan, platform web perlu berubah, dari yang tadinya fokus ke desktop menjadi ke mobile. Itulah alasannya mereka memperkenalkan Progressive Web App. Ia mengombinasikan elemen web dan aplikasi, serta bekerja untuk semua user apapun pilihan browser mereka. ‘Cepat, immersive dan selalu melibatkan pengguna’ begitu janji sang product lead Chrome.

Kehadiran Progressive Web App mendapatkan sambutan hangat serta antusiasme tinggi dari developer-developer di negara ‘mobile first‘ seperti India dan Indonesia. Di sini, sejumlah tim secara aktif memanfaatkannya, contohnya BaBe, JalanTikus, Buka Lapak, KapanLagi, serta Kaskus. Mereka ini adalah para pengguna awal, dan Rahul yakin Progressive Web App akan digunakan oleh lebih banyak developer, dan Indonesia serta India menjadi ujung tombaknya.

Google Chrome 50 05

“Kami gembira melihat banyak perubahan, mobile web mengubah banyak aspek. Google merespons perubahan itu dengan tanggap dan usaha kami belum selesai. Ada banyak hal yang masih harus dikerjakan,” ucap Rahul.

Di desktop, Chrome versi 50 (tepatnya 50.0.2661.75) telah tersedia semenjak tanggal 13 April lalu, dan Google menjabarkan berbagai macam perbaikan dan fitur baru secara lengkap di Blogspot mereka. Pembaruan dapat dilakukan melalui dua cara: via fitur silent update build-in atau langsung mengunduhnya di Google.com/Chrome. Perlu Anda ketahui juga, bersamaan dengan versi ke-50, Chrome tak lagi mendukung Windows XP, Vista, OS X 10.6 Snow Leopard, OS X 10.7 Lion, serta OS X 10.8 Mountain Lion.

Google Chrome 50 04

Varian mobile-nya sendiri baru meluncur beberapa jam lalu. Tampaknya proses pembaruan diterapkan secara bertahap, karena saat artikel ini ditulis, Chrome di tablet tujuh-inci dan smartphone Android saya masih menunjukkan angka 49.

Peralihan dari 49 ke 50 menandai langkah besar, namun selain itu, Google tak lupa selalu menyajikan update kecil secara berkala paling tidak setiap enam minggu sekali.

Benarkah Microsoft Sedang Garap Versi Baru Xbox One?

Terkait Sony yang dirumorkan sedang sibuk menggodok versi baru PlayStation 4, ingatkah Anda saat Phil Spencer bilang bahwa ia bukanlah ‘penggemar angka satu setengah’? Pernyataan ini boleh jadi benar, namun tak ada halangan bagi Microsoft untuk berusaha menandingi rival besarnya itu dengan segala cara, dan khalayak memang ingin mengetahui apa strategi mereka selanjutnya.

Setelah muncul bocoran informasi komprehensif mengenai PlayStation ‘4.5’, ber-codename Neo, kali ini Microsoft dikabarkan akan turut meng-upgrade Xbox One mereka. Sumber berita tersebut adalah anggota forum NeoGAF. Belum lama seorang user menemukan sejumlah pengajuan di Federal Communications Commission yang menunjukkan bahwa Microsoft sedang menguji coba chip wireless baru Xbox One dengan nomor model baru pula.

Persetujuan FCC dibutuhkan sebelum produsen memasarkan perangkat elektronik yang memiliki kemampuan komunikasi. Dalam skenario ini, badan independen AS itu berupaya menjaga kerahasiaan melalui non-disclosure agreement, tapi periodenya tak begitu lama, NDA antara Microsoft dan FCC akan berakhir pada tanggal 25 Juni – tepatnya 12 hari selepas jadwal konferensi pers E3 2016 Microsoft.

Menariknya lagi, info serupa juga muncul di Anatel, yaitu badan telekomunikasi nasional setara FCC dari Brazil. Dan Anatel ternyata tidak seketat FCC dalam menjaga NDA. Di sana muncul sebuah foto chipset wireless Xbox One, lengkap dengan nomor model, serta tulisan unit ‘prototype‘ milik ‘Microsoft Corp.’ Data tersebut perkuat lagi oleh The Verge. Informan mereka menyampaikan, memang benar Microsoft sedang melakukan tes terhadap sejumlah varian purwarupa Xbox, di antaranya mengusung hardware anyar.

Di artikelnya, Tweak Town sendiri cukup yakin bahwa apa yang kita lihat ini merupakan tipe refresh Xbox One, kemungkinan Xbox One ‘slim‘. Nomor model 1682 yang tertera cocok dengan pengajuan FCC, diidentifikasi sebagai wireless LAN dual-band 802.11a/b/g/n/ac Xbox One.

Gosip tentang versi mungil console current-gen Microsoft sebetulnya sudah beredar sejak tahun lalu. Saat itu dikatakan bahwa Xbox One ‘mini’ dedesain agar berukuran hanya sepertiga model standar. Lalu optical disk drive drive dihilangkan, sehingga unit sepenuhnya bersandar pada sistem distribusi digital, dan tentu saja ada potongan pada harganya. Terlepas dari ketiadaan ODD, ia tetap mendukung fitur backward compatibility.

Selain varian slim, probabilitas lain ialah Microsoft sedang meramu versi Xbox buat menangani headset virtual reality. Tak seperti Sony, mereka tidak mempunyai device VR sendiri. Untuk menyajikan konten, console harus kompatibel dengan Rift atau Vive.

Memang banyak tanda tanya. Semoga semuanya terjawab di E3 2016.

Via Forbes.

Melalui The 64, Anda Disuguhkan Pengalaman Retro Gaming Ala Commodore 64

Kenangan manis terhadap karya digital klasik mendorong banyak pihak menciptakan platform-platform untuk menjalankan game retro. Sinclair ZX Spectrum Vega, IndiGo serta Analogue Nt merupakan sedikit contoh realisasinya. Dan kali ini, satu tim kecil dari Inggris ingin menghidupkan kembali pengalaman gaming di Commodore 64 – single computer terlaris sepanjang masa.

Dipimpin oleh veteran industri gaming Darren Melbourne, developer memperkenalkan The 64, inkarnasi terkini dari Commodore C64. Tim menjelaskan, perangkat tersebut dikembangkan menggunakan teknologi ‘tua terbaru’. Dan menariknya, mereka menyiapkan dua varian: desktop klasik dengan penampilannya yang khas, serta console handheld, memungkinkan Anda menikmati koleksi game lawas dalam perjalanan.

The 64 bukan sekedar proyek yang digarap demi memuaskan dahaga nostalgia. Ia dibuat oleh para talenta pencita Commodore 64 dan retro gaming. Beberapa di antara mereka juga sempat terlibat dalam pengerjaan C64DTV serta game-game C64 di Nintendo Wii via Virtual Console. Untuk kontennya sendiri, developer sudah menghubungi para pemegang IP agar game mereka dapat disertai di The 64.

The 64
Dua jenis The 64: komputer dan handheld.

Tim tidak menyebutkan judul-judulnya lebih spesifik. Mereka hanya bilang bahwa ‘retro gamer akan sangat bahagia’. Dan selain permainan klasik, developer turut menjanjikan game-game baru kreasi para pengembang independen. Console sengaja didesain agar Anda mudah memasukkan permainan, dan telah tersedia ribuan game di internet yang bisa diunduh secara legal.

Sistem memanfaatkan teknologi baru berbasis arsitektur C64. Buat sekarang, spesifikasinya pastinya masih belum ditentukan, dan developer memilih untuk merundingkannya dulu bersama komunitas. Yang pasti, The 64 diramu agar wujudnya betul-betul menyerupai Commodore 64, dengan sedikit modifikasi. Di sana ada output HDMI, dan tim sedang mempertimbangkan buat turut membubuhkan connector composite video supaya kompatibel ke TV-TV tua.

The 64 1
Komparasi penampilan The 64 (kiri) dengan Commodore 64 (kanan).

The 64 dirancang agar mendukung berbagai macam format emulator serta media menyimpanan saat ini (contohnya kartu SD), serta dapat disambungkan ke lebih dari satu joystick agar bisa dimainkan bersama. Versi handheld-nya sendiri lebih menyerupai platform game modern. Selain rangkaian tombol kendali (D-Pad, action serta function button) ada port micro-HDMI dan dua port MicroUSB.

Anda dapat memesan The 64 sekarang sembari membantu developer mengumpulkan dana untuk merampungkan proyek ini. Di situs crowdfunding Indie Gogo, The 64 versi komputer dijajakan seharga US$ 150 dan varian handheld-nya dibanderol US$ 170.

[Rumor] NEO Ialah Codename Untuk Sony PlayStation ‘4.5’, Berikut Detail dan Spesifikasinya

Rumor mengenai rencana Sony menggarap versi lebih canggih PlayStation 4 membuat perhatian seisi industri gaming tertuju pada perusahaan Jepang itu. Berita tersebut memunculkan banyak pertanyaan: Bagaimana cara mereka menyajikannya? Lalu bagaimana nasib pemilik PS4 biasa? Informasi ini bukan sekedar kabar angin, karena lagi-lagi diperkuat laporan dari sumber berbeda.

Info terakhir mengenai PlayStation ‘4.5’ atau ‘PS4K’, panggilan favorit para fans dan pers, diungkap oleh Austin Walker dari Giant Bomb. Ia melaporkan, sejumlah informan yang mengetahui langsung proyek ini mengonfirmasi bahwa console anyar Sony itu diberi codename NEO. Selain julukan, tersingkap pula detail mengenai hardware. Dengan begitu kita memiliki patokan untuk menakar kesanggupan NEO menangani konten VR serta 4K.

Komponen-komponen yang memengaruhi performa memperoleh upgrade. NEO dibekali CPU Jaguar octa-core berkecepatan 2,1GHz (1,6GHz di PS4), versi baru kartu grafis AMD GCN (Graphics Core Next, 36 CU di kecepatan 911 MHz), serta memori RAM 8GB GDDR5 218GBps. Dari dokumen yang diperoleh Giant Bomb, NEO seperti masih menggunakan hard disk PlayStation 4 standar, namun belum jelas soal kapasitas maupun kecepatan koneksinya.

Upgrade ini tentu saja akan mendongkrak kualitas visual. NEO mendukung output ultra-HD, tetapi tidak mengharuskan developer mengembangkan game di resolusi native 4K. Sony dikabarkan telah menghubungi para developer buat merundingkan beberapa hal penting. Di bulan Oktober nanti, tiap permainan harus memiliki ‘Base Mode’ dan ‘NEO mode’ untuk digunakan di console baru.

Bagi pemilik TV 4K, NEO mampu meng-upscale game ke format itu, meski menakar dari hardware, sepertinya sulit bagi NEO buat menyuguhkan pengalaman 4K gaming sejati. Menariknya lagi, Sony bersikeras supaya komponen baru tidak menyebabkan frame rate jadi meningkat. Di dokumen, berkali-kali Sony mengingatkan developer agar frame rate permainan di NEO tetap sama seperti di PlayStation 4.

NEO bukanlah pengganti PlayStation 4, ia akan dipasarkan secara berdampingan dengan console current-gen tersebut. Kedua sistem tetap tersambung ke PSN store serta komunitas yang sama, serta menghidangkan pengalaman serupa. Sony berkomitmen untuk menjaga playerbase kedua sistem tetap tersambung, dan tidak akan ada judul game atau fitur-fitur eksklusif NEO. Hal serupa berlaku bagi dukungan periferal, termasuk PlayStation VR: tidak akan ada mode virtual reality eksklusif di NEO.

Melihat namanya, NEO memang memiliki keterkaitan dengan PlayStation VR. Sebelum diumumkan, headset VR Sony itu disebut Project Morpheus. Tim Sony Computer Entertainment pasti penggemar berat The Matrix…

Via Polygon.

Ilmuwan Tiongkok Ciptakan Jia Jia, Robot Berparas Cantik yang Pemalu

Saat negara-negara modern menggunakan robot di bidang manufaktur atau sebagai asisten, visi ilmuwan Jepang lebih ambisius. Bagi mereka, robot bukanlah sekedar pembantu. Ambil contohnya Profesor Hiroshi Ishiguro. Ia telah lama mengembangkan android yang mempunyai wajah menyerupai orang sungguhan. Tapi Jepang belakangan mendapatkan kompetisi berat dari beberapa negara tetangga.

Awal April lalu, mungkin Anda sudah mendengar soal desainer grafis asal Hong Kong yang menghabiskan dana US$ 50.000 untuk menciptakan robot Scarlett Johansson. Kali ini, tim ahli dari University of Science and Technology di China (USTC) memperkenalkan Jia Jia, sebuah robot ultra-realistic berparas cantik. Dan tak cuma penampilan, peneliti juga membekalinya dengan pemrograman khusus, seakan-akan ia pemalu.

Betapapun besarnya usaha para ahli, uncanny valley (yaitu rasa kurang nyaman saat kita melihat robot berwujud mirip manusia) memang sulit dihilangkan. Tetapi USTC mampu meminimalisir efeknya karena Jia Jia memiliki wajah sangat cantik. Dengan rambut panjang dan pipi kemerahan, sekedar melihat Jia Jia dari foto, mungkin Anda akan mengiranya sebagai model.

Jia Jia 01
Jia Jia dipamerkan pertama kali di depan publik.

USTC mencurahkan segenap kepiawaian mereka agar Jia Jia tampil natural. Detail ekspresinya sangat apik: kelopak dan bola mata bisa bergerak alami, lalu bibir juga terinskronisasi dengan ucapan. Agar tak kalah dari kapabilitas android sejenis, peneliti mengajarinya kemampuan belajar, dan sejauh ini Jia Jia bisa memperkenalkan diri dan berinteraksi bersama orang disekitarnya.

Tim baru fokus pada area kepala robot – tangan Jia Jia belum bisa bergerak. Buat sekarang, Jia Jia belum dapat tertawa atau menampilkan ekspresi sedih. Sebagai perbandingan: selain didukung kesanggupan interaksi, robot Scarlett Johansson ‘Mark 1’ juga bisa menggerakan bagian tubuh dan kepala, mengangguk, menyeringai, serta mengedipkan mata.

Jia Jia
Seperti yang Jia Jia bilang, sebaiknya jangan terlalu dekat saat mengambil foto.

Di acara pengenalannya, Jia Jia berkata ke para pengunjung, “Jangan terlalu dekat ketika mengambil foto, karena saya akan terlihat gemuk.”

Tim ilmuwan yang dipimpin oleh direktur Chen Xiaoping membutuhkan waktu tiga tahun untuk menciptakan Jia Jia, dan proyek mereka masih belum selesai. Xiaoping memiliki agenda buat melengkapi robot dengan kecerdasan buatan melalui deep learning. Lalu selanjutnya, peneliti berencana membubuhkan fitur pengenal ekspresi wajah. Sang direktur berharap, Jia Jia bisa menjadi ‘dewi robot’ yang bijaksana.

Chen Xiaoping menyampaikan bahwa unit prototype-nya ‘sangat berharga’, dan buat sementara ia belum berpikir untuk memproduksi Jia Jia secara massal.

Sumber: Xinhua.