Kerja Sama dengan Google, Gojek Bakal Hadirkan Sederet Permainan pada GoGames

September lalu, Gojek meluncurkan GoGames. GoGames dirancang untuk menjadi “one-stop gaming ecosystem” di Indonesia, menyajikan sederet artikel dan video eksklusif seputar gaming, serta menjembatani keperluan top up para gamer. Satu yang absen justru adalah game itu sendiri.

Salah tempat jika Anda membuka GoGames untuk memainkan sesuatu. Namun kabar baiknya, semua itu akan segera berubah berkat proyek terbaru dari Area 120 (divisi eksperimental Google) bernama GameSnacks.

GameSnacks diciptakan dengan tujuan untuk menyajikan web game ke semua orang, bahkan mencakup mereka yang masih menggunakan smartphone berspesifikasi rendah, atau yang masih terhubung ke jaringan 2G maupun 3G. Sebuah web game berbasis HTML5 yang tadinya butuh waktu loading yang lama di browser jadi bisa diakses dengan cepat berkat GameSnacks.

Peningkatan performa ini dicapai dengan memangkas ukuran laman HTML yang dibuka, menerapkan kompresi pada aset-aset tambahan seperti script, gambar, dan suara, serta menunda proses loading hingga benar-benar dibutuhkan.

Semua game GameSnacks dapat dimainkan menggunakan layar sentuh, mouse atau keyboard / GameSnacks
Semua game GameSnacks dapat dimainkan menggunakan layar sentuh, mouse atau keyboard / GameSnacks

Hasilnya benar-benar signifikan. Sebuah web game berjudul Tower di katalog GameSnacks dapat dibuka dalam waktu 3,9 detik saja pada perangkat yang hanya memiliki RAM 1 GB dan koneksi 3G. Web game lain pada umumnya memerlukan waktu loading sekitar tiga kali lebih lama di perangkat berspesifikasi serupa.

Lalu apa hubungannya dengan GoGames? Well, katalog game GameSnacks saat ini memang sudah bisa diakses melalui browser di perangkat apapun (Android, iOS, desktop), akan tetapi dalam waktu dekat permainan-permainan tersebut juga bakal dapat dinikmati melalui aplikasi Gojek.

Semua game di katalog GameSnacks sengaja dibuat sesederhana mungkin. Permainan-permainannya mudah dipahami dan dirancang supaya bisa selesai dimainkan dalam waktu yang singkat, cocok untuk mengisi waktu selagi mengantri maupun menunggu di halte.

GoGames baru awal dari perjalanan GameSnacks. Mereka juga mengajak developer lain yang tertarik untuk meng-embed katalog game-nya ke aplikasi bikinannya masing-masing.

Sumber: Google.

6 Tips Push Rank PUBGM Untuk Pemain Tingkat Lanjut

Mendaki rank atau push rank, memang bukan hal yang mudah. Pada dasarnya mendaki rank memang sebuah kegiatan yang menantang ketahanan, ketajaman dan konsistensi permainan Anda dari waktu ke waktu. Jadi, sebenarnya jangan heran jika rank Anda masih staganan, atau malah turun terus, karena menaikkan rank memang tidak semudah yang Anda kira. Jika Anda sudah kehabisan akal, ada beberapa tips agar permainan Anda naik tingkat jadi lebih baik. Berikut beberapa di antaranya:

1) Hindari Kesalahan Pemula

Sumber:
Tidak memprediksi circle bisa dibilang salah satu kesalahan pemain pemula. Sumber:

Mati karena tidak waspada, bertahan di tempat yang tidak strategis, lupa membawa suatu perlengkapan, tidak memperhatikan arah circle, menyerang dengan sembrono, adalah daftar kesalahan-kesalahan yang biasanya dilakukan para pemula. Jika Anda ingin rank terus naik, maka Anda harus terus mengoptimasi permainan Anda, membuatnya jadi tanpa celah.

Berhubung banyak hal di PUBG Mobile bisa berjalan secara otomatis, penting bagi Anda untuk lebih menyadari setiap pergerakan Anda di dalam permainan. Bermain tidak harus selalu cepat dan terlalu waspada dengan keadaan, terkadang Anda juga bisa santai dan menyadari setiap gerakan yang Anda lakukan.

Contohnya ketika looting, setelah kondisi cukup aman coba periksa tas Anda, Apakah semua peralatan sudah lengkap? Periksa map, lihat posisi circle berikutnya. Jika posisi Anda jauh dari circle, coba cari tempat paling strategis di dalam circle, rencanakan jalur rotasi paling aman. Saat menemui musuh di tempat yang ingin Anda tempati, coba lihat sekeliling, cari jalur terbaik bagi Anda untuk menyerang musuh yang sedang bertahan. Jika main TPP, jangan lupa musuh juga punya kamera Third-Person seperti Anda, yang menguntungkan saat dalam posisi bertahan. Mereka bisa saja bersembunyi, namun tetap melihat pergerakan Anda, jadi jangan terlalu sembrono.

2) Gunakan Pengaturan Grafis dan Kontrol Ternyaman

Sumber:
Kontrol claw mungkin banyak dipakai pro player, tapi belum tentu itu nyaman bagi semua orang. Sumber: Twitter @pcgame

Jika bicara pengaturan dalam sebuah game, menurut saya tidak ada satupun pengaturan yang bisa dibilang terbaik. Kalau tidak ada yang terbaik, lalu pengaturan apa yang harus dicari? Tentunya pengaturan paling nyaman, yang membuat Anda bisa bermain dengan tanpa celah. Dalam PUBG Mobile, menurut saya setidaknya ada tiga elemen pengaturan yang perlu diperhatikan.

Pertama adalah grafis. Menurut opini personal saya, game competitive shooter seperti PUBG Mobile sebenarnya tidak terlalu butuh kualitas grafis terbaik, namun butuh frame-per-second tertinggi agar Anda tidak telat merespon keadaan. Jika smartphone Anda mumpuni, atur Graphics pada tingkat Smooth dan Frame Rate pada tingkat Extreme. Jangan lupa juga untuk coba-coba Style grafis di dalam game. Style Colorful mungkin bisa membantu memudahkan Anda menemukan musuh karena grafis yang kontras, namun pada intinya Anda bisa coba Style grafis satu per satu yang Anda rasa paling nyaman.

Kedua adalah layout kontrol. Pemain PUBG Mobile biasanya terbagi ke dalam beberapa golongan kontrol, ada pemain dua jari jempol, pemain empat jari bergaya claw, atau pemain kontrol tiga jari. Anda bisa gunakan salah satu yang menurut Anda paling nyaman. Jika Anda bingung, Anda juga bisa melihat referensi layout kontrol milik pemain profesional dan mencobanya.

Ketiga adalah Sensitivity. Pengaturan ini juga personal bagi setiap pemain. Ada pemain yang nyaman dengan Sensitivity rendah ada yang tidak. Ada yang suka pakai kontrol Gyroscope ada yang tidak. Anda harus rajin bereksperimen mengatur ini, sampai menemukan pengaturan paling nyaman bagi Anda. Lagi-lagi, Anda bisa mencari referensi pengaturan pemain profesional jika Anda kebingungan mencari pengaturan yang tepat.

3) Main Squad Dengan Mental Individualis

Sumber:
Bermain Squad tanpa teman mabar? Tak usah khawatir, mute semua dan main dengan mentalitas individualis. Sumber: Youtube iGameplay1224

Sebenarnya tidak terlalu masalah jika Anda ingin menaikkan rank Squad namun tak punya kawan mabar. Pada rank awal, anggaplah Silver sampai Platinum, permainan masih bisa dimenangkan walau Anda main sendirian melawan Squad. Namun, sebelum mulai bermain persiapkan mental individualis terlebih dahulu.

Jadi ketika bermain, hanya pikirkan keselamatan Anda sendiri tanpa harus peduli teman random yang Anda temui melalui matchmaking. Jangan lupa, matikan fitur voice communication yang mungkin akan menguji kesabaran Anda nantinya. Tak perlu mendengarkan atau memberi komando, bermain mengikuti insting saja. Kalau Anda melihat ada satu kawan yang jago segera ikuti, juga tak usah ragu untuk meninggalkannya jika kemampuannya menyedihkan.

4) Belajar Mengambil Keputusan

Sumber:
Revive atau habisi musuh? Merupakan salah satu skenario pengambilan keputusan terpenting. Sumber: Cnet.com

Satu kemampuan yang paling terlatih dari banyak game kompetitif biasanya adalah kemampuan pengambilan keputusan atau decision making. Tetap looting atau rotasi? Rotasi lewat mana? Bertahan atau agresif? Revive atau habisi musuh? Itu mungkin hanya baru beberapa keputusan saja yang harus Anda buat.

Nyatanya masih banyak lagi yang harus diputuskan dan Anda harus memutuskannya dengan cepat di dalam game ini. Jika ada tips yang harus saya katakan soal pengambilan keputusan, mungkin ada dua hal yang penting Anda catat, yaitu percaya diri dan jangan panik.

Soal percaya diri, intinya jangan ragu ketika membuat keputusan di dalam game. Jangan merasa takut disalahkan atas keputusan yang Anda buat. Revive atau habisi? Jika Anda percaya diri untuk menghabisi musuh lakukan saja! Walau nantinya berakhir gagal, tak usah khawatir, karena masih ada game berikutnya untuk membalas hal tersebut. Tetapi harap bedakan percaya dengan keras kepala. Anda juga harus rajin melakukan evaluasi atas keputusan-keputusan yang Anda lakukan. Jika itu salah, Anda harus menerimanya, dan coba buat keputusan berbeda pada skenario yang sama.

Kedua adalah jangan panik. Tetap tenang adalah kunci dari game seperti Battle Royale. Semakin Anda tenang, semakin tajam keputusan yang Anda buat. Bagaimana agar tetap tenang? Kembali kepada poin pertama soal menghindari kesalahan pemula dan menyadari permainan. Dalam skenario pertarungan, jika Anda menyadari secara tenang di mana posisi Anda dan musuh, Anda bisa dengan lebih mudah dan lebih baik memutuskan untuk kabur atau konfrontasi karena sudah menyadari keadaan tersebut.

5) Gunakan Gadget Untuk Menambah Pengalaman Bermain Anda

Sumber: GearBest
Sumber: GearBest

Walau mungkin dilarang dalam turnamen tingkat profesional, namun saya tetap merasa tidak ada salahnya untuk menggunakan gadget-gadget canggih dalam bermain untuk mendaki rank PUBG Mobile. Hal ini bisa Anda lakukan terutama jika Anda main PUBG Mobile sepenuhnya hanya untuk senang-senang saja. Kenapa demikian? Karena menggunakan gadget akan membuat pengalaman bermain Anda jadi lebih penuh dan menyenangkan.

Jika Anda bermain PUBG Mobile, sebenarnya ada beberapa gadget menarik selain dari sekadar trigger untuk menembak dengan jari telunjuk. Salah satunya adalah satu set lengkap dengan fitur grip seperti joystick, kipas pendingin, power bank, dan trigger telunjuk untuk memudahkan Anda menembak. Gadget seperti ini cukup marak dijual, yang bisa Anda cari dengan mudah di berbagai kanal laman ecommerce.

6) Beli Royale Pass, Kenapa Tidak?

Sumber: Screenshot Pribadi
Sumber: Screenshot Pribadi

Ini mungkin sedikit melenceng dari tips untuk menjadi jago. Menurut saya, jika Anda menginvestasikan waktu untuk mendaki rank PUBG Mobile, penampilan karakter yang keren bisa menjadi hadiah yang terus memotivasi Anda untuk terus bermain. Maka dari itu, Royale Pass bisa menjadi penawaran terbaik.

Mengapa demikian? Soalnya, hanya dengan modal Rp150.000, Anda sudah bisa menikmati bermacam-macam konten penambahan yang membuat permainan jadi makin semarak; entah itu kostum, skin senjata, parasut, dance emote tambahan, dan lain sebagainya.

Kalau Anda punya dana berlebih, langsung saja beli Royale Pass Elite Upgrade Plus dengan menggunakan Razer Gold. Selain mudah, Razer Gold juga punya berbagai macam voucher game yang Anda butuhkan. Nominal denominasi UC dengan Razer Gold juga sangat beragam, mulai 50 UC (Rp10.000) sampai 2500 UC (Rp500.000). Apalagi Anda juga akan mendapatkan berbagai benefit menarik jika membeli Royale Pass dengan menggunakan Razer Gold, mulai dari skin khusus Scar-L, sampai kesempatan mendapatkan Razer official merchandise, Razer Phone 2, dan Razer Kraken Ultimate.

Semoga semua tips di atas bisa membantu Anda mencapai rank Conqueror di PUBG Mobile. Selamat bermain, selamat berjuang!

razer gold banner

Disclosure: Artikel ini disponsori oleh Razer Gold, layanan virtual credit terbesar di dunia dari Razer untuk para gamer.

Sumber header: PUBG Official

 

Bos Epic Games Ingin Developer Berhenti Gunakan Sistem Loot Box

Di industri game, loot box adalah salah satu topik kontroversial yang sering dibahas. Tahun lalu, pemerintah Amerika Serikat bahkan berencana membuat regulasi tentang loot box. Loot box menjadi pembicaraan hangat karena belakangan, semakin banyak game yang menggunakan sistem tersebut. Game-game populer sekalipun menggunakan sistem loot box, seperti Overwatch, Apex Legends, dan FIFA. Memang, penggunaan sistem loot box terbukti menguntungkan. Belum lama ini, Nintendo mendapatkan US$1 miliar dari game mobile. Game yang memberikan kontribusi paling besar adalah Fire Emblem, yang merupakan game gacha. Namun, CEO Epic Games, Tim Sweeney merasa, developer harus berhenti menggunakan sistem loot box atau gacha demi mendapatkan untung.

“Kita harus bertanya pada diri kita sendiri, sebagai industri, kita mau menjadi industri seperti apa? Apa kita ingin seperti Las Vegas, yang penuh dengan perjudian… atau kita mau dikenal sebagai kreator dari produk yang bisa dipercaya oleh konsumen?” kata Sweeney, menurut laporan Dexerto. Dia merasa, saat ini, industri game sedang berada di persimpangan jalan dan mereka harus memilih jalan yang benar. “Kita harus berhati-hati dalam menciptakan game yang pengalaman bermain para pemain dipengaruhi oleh jumlah uang yang dihabiskan. Sistem loot box memiliki mekanisme yang sama dengan judi. Hanya saja, Anda tidak bisa mendapatkan uang Anda kembali di loot box.”

X-ray Llama dalam Fortnite. | Sumber: Dexerto
X-ray Llama dalam Fortnite. | Sumber: Dexerto

Sweeney memang tidak hanya besar omong. Fortnite sempat mengimplementasikan sistem loot box, yang berbentuk Llama, dalam mode Save the World. Ketika penggunaan sistem loot box ini dianggap “predatory”, Epic memutuskan untuk mengubahnya. Mereka membuat agar pemain bisa tahu item yang mungkin mereka dapatkan ketika mereka membeli sebuah Llama. Selain itu, setelah Epic mengakuisisi Psyonix — developer Rocket League — pada 2019, Sweeney juga mengubah sistem loot box yang ada dalam game Rocket League.

Keputusan Epic memengaruhi beberapa developer lain untuk melakukan hal yang sama. Salah satunya adalah Bungie yang memutuskan untuk menghilangkan sistem konten random berbayar pada Destiny 2. Mengingat Fortnite masih menghasilkan uang untuk Epic — pada tahun 2019, Epic mendapatkan US$1,8 miliar dari Fortnite — keputusan Sweeney mungkin akan mendorong developer lain untuk berhenti menerapkan sistem loot box.

Sweeney mengatakan, untuk mendapatkan keuntungan jangka panjang, sebuah developer harus bisa membuat hype tentang game-nya. Dia memberikan contoh kerja sama Fortnite dengan Star Wars dan Marvel. Dia menambahkan, sekarang, game tak hanya dimainkan untuk menghilangkan stres, tapi telah menjadi “tempat” bagi para pemain untuk berkumpul. Karena itu, industri game memiliki tanggung jawab atas jutaan orang yang bermain game mereka setiap hari.

Sumber header: Polygon

7 Game Android Paling Ditunggu di Tahun 2020

Dengan perkembangan teknologi yang begitu pesat, perkembangan game mobile jadi salah satu hal yang turut diantisipasi. Mungkin Anda generasi 90an masih ingat ketika game mobile hanya ada Snake atau Fruit Ninja sebagai pengisi waktu luang. Sekarang? Anda bisa bermain MOBA, FPS, bahkan Battle Royale di mobile, yang juga berkembang menjadi esports. Tahun 2020, tentunya teknologi menjadi semakin maju, dan game android yang hadir juga akan semakin menarik. Kira-kira ada game android apa saja yang akan hadir di tahun 2020?

1. Apex Legends Mobile

Game yang satu ini sebenarnya sudah beberapa saat menjadi rumor di kalangan gamers. Banyak kabar burung yang mengatakan bahwa Apex Legends akan diterbitkan untuk mobile agar bisa dimainkan oleh siapapun. Berawal dari rumor, Electronic Arts sang pengembang akhirnya mengkonfirmasi kehadiran game android Apex Legends.

Namun demikian belum ada informasi lebih lanjut terkait tanggal rilis ataupun bentuk game yang akan dirilis nanti. Ada yang bilang, ini akan menjadi versi direct port. Ini artinya bisa jadi game android Apex Legends tidak akan seperti PUBG Mobile yang menjadi seperti game standalone di mobile. Jika benar game android Apex Legends bersifat direct-port, maka ia kurang lebih bentuknya akan seperti Fortnite Mobile, yang mana pemain bisa cross-play dengan pemain di PC ataupun konsol.

2. Diablo Immortal

Pada pembukaan BlizzCon 2018, Activision Blizzard mengumumkan game terbarunya yang akan rilis di mobile. Game tersebut adalah Diablo Immortal. Sontak, pengumuman ini membuat para fans mengamuk. Bukan, alasannya bukan karena Diablo Immortal yang diumumkan, tapi dari Blizzard mengumumkan hal tersebut yang segera merusak ekspektasi para penggemar yang sudah datang dengan penuh passion ke BlizzCon.

Tapi, bukan berarti game android ini tidak patut untuk ditunggu di tahun 2020 ini. Salah satu alasannya, karena sesederhana game ini terlihat sangat menjanjikan dengan grafis ciamik dan gameplay penuh aksi. Mengutip dari Gamespot, alpha test Diablo Immortal direncanakan akan hadir tahun 2020 ini. Digarap bersama NetEase dari Tiongkok, Diablo Immortal sampai saat ini masih belum memiliki tanggal rilis resminya.

3. Final Fantasy Crystal Chronicles: Remastered

Sebagai salah satu franchise game paling sukses milik Square Enix, tak heran jika seri game Final Fantasy terus hadir dengan cerita-cerita baru. Final Fantasy Crystal Chronicle sendiri sebenarnya adalah game yang rilis tahun 2003 lalu yang memiliki genre co-op RPG. Setelah 15 tahun berlalu, Square Enix akhirnya mengumumkan akan melakukan remake dari Final Fantasy Crystal Chronicle, dan akan merilisnya akhir 2019 lalu.

Namun, karena berbagai kendala teknis, perilisan Final Fantasy Crystal Chronicles terus tertunda. Sempat ditunda jadi 23 Januari 2020, kini akhirnya Final Fantasy Crystal Chronicle dikabarkan baru akan rilis pada musim panas, atau kuartal 3 tahun 2020 nanti. Final Fantasy Crystal Chronicles merupakan game yang bersifat cross-platform yang dapat dimainkan di PlayStation 4, Nintendo Switch, iOS, dan Android.

4. Path of Exile Mobile

Walau mungkin kurang terkenal di Indonesia, namun Path of Exile menjadi fenomena tersendiri di luar negeri sana. Game besutan Grinding Gear Games ini berhasil memberikan pengalaman bermain layaknya Diablo namun dengan ciri khasnya tersendiri berupa pertarungan bertempo cepat. Pertama rilis di PC pada tahun 2013, game ini sendiri sudah berkembang sampai akhirnya juga rilis di PlayStation 4 dan Xbox One.

Kini, perkembangan selanjutnya adalah versi mobile. Isu soal Path of Exile Mobile pertama kali muncul pada November 2019 lalu, dalam acara bertajuk ExileCon. Namun demikian Chris Wilson CEO Grinding Gears mengatakan bahwa titel ini merupakan titel game “eksperimental”. Ia cenderung berhati-hati dan tidak mau salah langkah seperti Blizzard. Jadi tanggal rilis game ini sepenuhnya masih menjadi tanda tanya, karena pengembangannya bisa berlanjut bisa berhenti, tergantung komentar dari para fans.

5. Tom Clancy’s Elite Squad

Pertama kali diumumkan pada E3 2019 lalu, Tom Clancy’s Elite Squad merupakan game dengan genre Real-Time Strategy. Game yang dibesut Ubisoft ini masih melanjutkan seri Tom Clancy’s yang memunculkan karakter agen kepolisian dari berbagai belahan dunia dengan kemampuan khusus dari masing-masing mereka. Jadi pada game ini, Anda dapat melihat karakter dari Rainbow Six: Siege, seperti Caveira, Montagne, atau bahkan karakter legendaris yaitu Sam Fisher dari serial Splinter Cell.

Melihat dari trailer announcement, game ini sepertinya akan melibatkan hero collection, yang mana memungkinkan Anda mengumpulkan karakter dari berbagai seri Tom Clancy dan membuat pasukan terbaik untuk mengalahkan teror di dunia. Namun demikian tanggal rilis untuk game ini masih tentatif, walau sudah dipastikan akan rilis di Android terlebih dahulu.

6. Teamfight Tactics Mobile

Sejak tahun 2009 Riot Games pada awalnya hanya fokus mengembangkan League of Legends saja. Sampai akhirnya mereka menginjak ulang tahun kesepuluh dan memutuskan untuk mengembangkan berbagai game lain selain dari League of Legends. Lewat siaran streaming spesial bernama Riot Pls: 10th Anniversary Edition – League of Legends. Mereka mengumumkan rencana mereka di masa depan, termasuk salah satunya merilis iterasi Auto Battler League of Legends yang bernama Teamfight Tactics ke platform mobile.

Mengutip dari Dexerto TFT Mobile dikabarkan akan rilis untuk kebanyakan negara di dunia pada pertengahan Maret. Nantinya game ini akan dapat dimainkan secara cross-platform antara PC dengan mobile. Untuk saat ini, Anda sudah dapat melakukan pra-registrasi pada laman Play Store TFT Mobile berikut ini.

7. League of Legends: Wild Rift

Terakhir dan yang paling ditunggu-tunggu adalah League of Legends Wild Rift. Setelah pertarungan MOBA di mobile yang tiada henti sejak dari tahun 2018 lalu, akhirnya si “boss-nya MOBA” turun tangan. Sama-sama diumumkan saat Riot Pls: 10th Anniversary Edition – League of Legends, Wild Rift segera mendapat banyak perhatian karena menunjukkan trailer yang sangat menjanjikan.

Namun demikian, kehadirannya juga memunculkan tanda tanya. Akankah game ini bisa sama suksesnya dengan League of Legends? Akankah bisa menggeser Mobile Legends dalam persaingan MOBA mobile di Indonesia. Terkait tanggal rilis, Riot Games belum bisa memastikan apapun. Mereka hanya mengatakan bahwa Wild Rift akan rilis pada akhir tahun 2020 ini. Untuk sementara waktu, Anda bisa pra-registrasi terlebih dahulu di laman resmi Wild Rift berikut.

Walau ada banyak game android menarik yang akan rilis di tahun 2020 ini, sayang kebanyakan tanggal rilisnya masih belum bisa dipastikan. Kita pemain mobile games sepertinya memang harus ekstra sabar menunggu game-game tersebut rilis, terutama League of Legends: Wild Rift.

Activision Blizzard Mau Dorong Jumlah Pemain Aktif dengan Mobile Game dan Esports

Salah satu franchise game dari Activision Blizzard yang paling dikenal adalah Call of Duty. Namun, sejak Activision Blizzard mengakuisisi King Digital Entertainment pada 2016, sebagian besar pemain mereka justru merupakan mobile gamer. Memang, game konsol kini kalah menarik jika dibandingkan dengan game PC atau mobile game, yang bisa dimainkan dimana saja.

Melihat hal ini, Activision Blizzard mengikuti tren pasar dan meluncurkan Call of Duty: Mobile pada akhir tahun 2019. Sejak saat itu, Call of Duty: Mobile telah diunduh sebanyak 150 juta kali dan menjadi salah satu game mobile paling populer. Selain itu, Activision juga meluncurkan Call of Duty: Modern Warfare untuk PC dan konsol pada Oktober 2019. Total penjualan Modern Warfare naik hingga lebih dari 10 persen jika dibandingkan dengan total penjualan seri Call of Duty sebelumnya. Sayangnya, seperti yang disebutkan oleh The Motley Fool, Activision tidak mengungkap keuntungan yang dihasilkan oleh setiap franchise. Satu hal yang pasti, keuntungan dari segmen Activision, yang membawahi Call of Duty, mencapai US$1,43 miliar, naik sedikit jika dibandingkan dengan tahun sebelumnya.

Tak melulu soal untung, salah satu strategi Activision selama ini adalah untuk meningkatkan jumlah pemain aktif bulanan (MAU). Sayangnya, dalam beberapa tahun terakhir, angka MAU mereka justru mengalami penurunan. Pada Q3 2019, jumlah MAU mereka turun menjadi 316 juta orang. Kabar baiknya, jumlah MAU mereka naik menjadi 409 juta pada Q4 2019. Ini menunjukkan bahwa total MAU dari Activision Blizzard bisa kembali tumbuh, yang bisa mendorong pendapatan.

Jumlah pemain aktif bulanan. | Sumber: The Motley Fool
Jumlah pemain aktif bulanan tiga segmen Activision Blizzard. | Sumber: The Motley Fool

Sementara untuk membuat para gamer tetap tertarik bermain Call of Duty, Activision mencoba untuk kembali menggelar turnamen esports dari game tersebut. Memang, sebelum ini, telah ada Call of Duty World League. Sayangnya, liga esports tersebut tak begitu populer. Kali ini, Activision akan menggunakan format franchise untuk Call of Duty League, yang telah diikuti oleh 12 tim. Dikabarkan, masing-masing tim harus membayar US$25 juta untuk dapat ikut serta dalam liga tersebut.

Pertandingan perdana Call of Duty League diadakan pada 24 Januari 2020 di Minneapolis, Amerika Serikat. Liga tersebut menggunakan sistem kandang-tandang. Jadi, nantinya, tim-tim yang berlaga di liga itu akan saling bergantian menyambut musuhnya. Hasil penjualan tiket pertandingan bisa jadi salah satu sumber pemasukan tim yang bertanding di liga itu.

Selama ini, Call of Duty merupakan salah satu game Activision Blizzard yang paling dikenal. Namun, beberapa tahun belakangan, popularitas game itu mulai menurun. Jika Activision sukses dengan liga esports dan game mobile dari Call of Duty, tak tertutup kemungkinan franchise itu kembali populer di kalangan gamer.

call of duty league dotesports

Selain Call of Duty, Activision juga tertarik untuk membuat versi mobile dari franchise game mereka yang lain, seperti Diablo Immortal. Ke depan, tidak tertutup kemungkinan, mereka akan membuat game mobile dari StarCraft atau Overwatch. Ini bukan berarti Activision Blizzard akan berhenti membuat game PC atau konsol. Namun, mereka sadar bahwa mobile bisa menjangkau gamer yang biasanya tak bisa mereka dapatkan dengan game konsol atau PC.

Drake Bekerja Sama dengan Platform Live-Stream Caffeine

Sepertinya Aubrey Drake Graham atau yang biasa dipanggil Drake ini tergiur dengan dunia live-streaming. Ketika bermain Fortnite bersama Tyler “Ninja” Blevins pada bulan Maret 2018, Drake memecahkan rekor jumlah penonton (non-turnamen) pada platform Twitch. Drake menyadari bahwa seberapa banyak penonton yang bisa ia bawa dalam satu sesi live-stream. Namun, tentu akan berbeda hasilnya apabila live-stream miliknya dilakukan pada platform yang lain.

Sumber: HypeBeast
Sumber: HypeBeast

Drake baru saja menandatangani kontrak dengan live-streaming platform yaitu Caffeine. Didirikan oleh mantan Designer dari Apple yaitu Ben Keighran, Caffeine telah mengudara selama 4 tahun. Pada tahun 2018 kemarin, 21st Century Fox menanam investasi di Caffeine sebesar US$100.000.000. Ben Keighran berkata dalam pengumumannya. “Kami sangat bangga bisa bekerja sama dengan Drake. Sebagai platform, Caffeine memberikan kebebasan kepada Drake untuk menciptakan ide kreatif dan kami tidak sabar untuk melihat konten-konten terbaru darinya.”

Telah diumumkan bahwa Drake akan membawa Ultimate Rap League (URL) ke Caffeine. URL adalah liga rap terbesar di Amerika Serikat. Mempertontonkan dua rapper yang beradu kemampuan rap-nya dan pemenangnya ditentukan dengan sistem poin atau rapper yang berhasil mengambil lebih banyak histeria penonton. Drake berkomentar “saya sangat senang bisa memperkenalkan Caffeine dan bisa menyediakan semua yang dibutuhkan oleh URL untuk meningkatkan kualitas pengalaman menonton bagi para penonton.”

Sumber: FastCompany
Sumber: FastCompany

Caffeine tidak akan berencana untuk menjadi pesaing Twitch, Facebook Gaming atau Mixer. Berbeda dari platform live-streaming lain yang fokus pada gaming, Caffeine akan jadi yang pertama fokus pada entertainment dan olahraga. Anda bisa melihat Mixer atau Facebook yang mengajak para gaming live-streamer untuk bekerja sama. Di Caffeine, mereka lebih memilih untuk menarik rapper selebriti seperti Kiari Kendrell Cephus yang dikenal sebagai Offset. Keighran berharap bahwa ke depannya, Caffeine bisa menjadi tempat anak muda bisa mendapatkan tontonan dari X-games, Coachella sampai Fortnite.

Facebook Gaming memberikan pernyataan “kami tidak akan pernah memberikan penawaran eksklusif kepada Drake. Walaupun kami sangat mencintai Drake, sepertinya ini bukan rencana Tuhan.” Keighran juga menolak untuk menyebutkan berapa nominal kerja sama tersebut. “Kami tidak bisa membayar Drake sebanyak Microsoft ataupun Amazon. Maka kami melakukan hal berbeda, kami menawarkan produk yang lebih menarik.”

Activision Blizzard Tarik Semua Game-nya dari GeForce Now, Ada Apa?

Setelah masa uji coba yang begitu panjang, GeForce Now akhirnya meluncur resmi minggu lalu. Bukan lagi sebuah nama baru, ia merupakan layanan cloud gaming ciptaan Nvidia. Berbeda dari Stadia, platform milik sang raksasa teknologi grafis itu menawarkan kemudahan akses melalui integrasi ke Steam hingga Epic Games Store – sehingga pelanggan tak lagi perlu membeli game ketika ingin memainkannya via cloud.

Respons gamer terhadap GeForce Now memang lebih positif dibanding Stadia, yang ternyata tidak didukung sejumlah fitur esensial saat dirilis dan dianggap minim pilihan game. GeForce Now sendiri menyuguhkan kompatibilitas ke lebih dari 100 permainan dan sudah bisa dinikmati dari Windows, Mac, perangkat Android dan Shield TV. Tapi ketika kita berharap jumlahnya terus bertambah, layanan Nvidia itu malah kehilangan beberapa judul besar dari Blizzard dan Activision.

Secara tiba-tiba, Activision Blizzard memutuskan untuk menarik semua permainan mereka dari GeForce Now. Kabar ini diungkap oleh Nvidia melalui forumnya. Itu berarti, seluruh seri Call of Duty dan StarCraft, Overwatch, Diablo III, Crash Bandicoot N. Sane Trilogy sampai Spyro Reignited Trilogy tak lagi dapat diakses dari layanan ini. Dan karena Sekiro: Shadows Die Twice dipublikasikan oleh Activision, permainan juga menghilang dari GeForce Now.

Saat artikel ini ditulis, baik Nvidia maupun Activision Blizzard belum menjelaskan alasan penghapusan game-game tersebut. Juru bicara Nvidia hanya menyampaikan bahwa semuanya merupakan permintaan sang publisher. Ia juga bilang, “Walaupun hal ini sangat disayangkan, kami berharap untuk bisa bekerja sama lagi dengan Activision Blizzard dan kembali menyajikan permainan mereka [di GeForce Now] beserta judul-judul yang akan hadir di masa depan.”

Sebagai kompensasinya, Nvidia menjanjikan kehadiran lebih dari 1.500 permainan di GeForce Now. Para developer kabarnya ‘sudah mengantre’ buat memasukkan game mereka di platform on demand Nvidia itu. Judul-judul baru rencananya akan disingkap setiap minggu melalui update.

Hilangnya dukungan game-game Battle.net boleh dikatakan sebagai pukulan cukup telak bagi Nvidia. Dan keadaan ini sangat aneh, karena begitu GeForce Now melepas status beta, nama-nama seperti Capcom, EA, Konami, Remedy, Rockstar serta Square Enix juga menarik permainan mereka. Banyak pelanggan tampak menyalahkan Nvidia atas kejadian ini, namun perlu diingat bahwa keputusan tersebut datang dari pihak publisher.

Metode penyajian GeForce Now tidak sama seperti Google Stadia: Kita harus memiliki game-nya terlebih dulu agar dapat menikmati layanan cloud dengan membelinya dari distributor digital yang ada. Itu berarti, tersedianya permainan-permainan tersebut di GeForce Now pada dasarnya tidak merugikan publisher maupun developer – bahkan berpeluang menguntungkan karena memberikan kesempatan bagi orang-orang yang tak punya PC ber-hardware canggih untuk tetap bisa bermain.

Via The Verge & PC Gamer.

Hearthstone Battlegrounds, Auto Battler Card Game Blizard

Akhir tahun lalu, tepatnya 1 November 2019, Hearthstone memperkenalkan mode baru yang bernama Hearthstone Battlegrounds. Mode ini sebenarnya merupakan melakukan iterasi genre Auto-Battler dari Hearthstone. Belakangan, Auto Battler memang sedang naik daun, gara-gara custom game Dota 2 berjudul Auto Chess.

Hampir mirip dengan Auto-Battler kebanyakan, Hearthstone Battlegrounds mempertandingkan 8 pemain dengan format pertandingan last-man standing. Ini artinya, semua pemain saling bermusuhan, saling melawan, untuk berjuang menjadi orang terakhir yang bertahan di permainan. Satu perbedaan yang terasa mungkin adalah game ini tetap mempertahankan gaya Card Game Hearthstone di dalamnya, dengan tampilan kartu, dan menggunakan karakter-karakter dari semesta Warcraft.

Tidak seperti Hearthstone biasanya, yang mana Anda harus membuat satu set deck kartu yang Anda miliki, pada mode ini Anda akan diminta untuk membuat pasukan Anda sendiri dari berbagai kartu Minion dan Hero yang tersedia. Saat ini sudah ada 27 Hero yang tersedia untuk dimainkan, dengan total 83 macam Minion yang akan membantu Anda mendapatkan kemenangan dalam Hearthstone Battlegrounds.

Pada awal permainan, Anda harus merekrut Hero terlebih dahulu. Hero adalah karakter yang akan Anda gunakan sepanjang permainan. Setiap Hero punya kemampuannya masing-masing, yang akan menentukan pemilihan Minion yang Anda beli di Bob’s Tavern dan gaya permainan Anda nantinya.

Sebagai contoh, Hero Milificent Manastorm memiliki skill pasif yang membuat semua Minion tipe Mech mendapat tambahan power +1. Contoh lain, Hero Arthas akan membuat Minion Anda yang paling kanan hidup kembali. Jadi, pilih Hero dengan baik-baik, dan pertimbangkan kecocokan gaya main Anda dengan kekuatan yang dimiliki Hero.

Jika Anda bingung mau memilih Hero yang mana, Anda bisa mengintip artikel guide yang membuat peringkat kekuatan Hero Hearthstone Battlegrounds. Mengutip Hearthstonetopdecks.com, saat ini ada 6 Hero yang tergolong Tier 1 dan dianggap paling kuat sejauh ini. Mereka adalah Yogg-Saron, Hope’s End, Dancin’ Deryl, Arch-Villain Rafaam, Edwin VanCleef, Tirion Fordring, dan A. F. Kay.

Jika sudah memiliki Hero, permainan akan berjalan seperti kebanyakan Auto-Battler. Anda akan mendapat Tavern Coin setiap ronde, yang bisa digunakan untuk merekrut Minion. Anda bisa melakukan reroll atau Refresh, jika Minion yang muncul di papan tidak sesuai dengan apa yang Anda inginkan. Jangan lupa juga untuk meningkatkan level Tavern Anda, agar bisa merekrut lebih banyak Minion, dan membuat serangan Anda lebih kuat. Tak lupa, Anda juga bisa membuat tiga Minion yang sama menjadi satu Golden Minion, yang punya serangan dan efek lebih kuat.

Terakhir, Anda tinggal bermain dan temukan racikan formasi Hero dan Minion terbaik Anda agar bisa memenangkan permainan dan menjadi last-man standing. Hearthstone Battlegrounds dapat diakses melalui tombol “Modes” yang berada di menu utama Hearthstone. Selain itu, Anda juga akan mendapat bonus-bonus menarik untuk Hearthstone Battleground seperti Battleground Emote, jika telah membeli Card Pack expansion terbaru, Descent of Dragons.

Bagaimana? Apakah Anda sudah sempat mencoba Hearthstone Battlegrounds? Jangan lupa untuk memantau situs Hybrid.co.id dan follow akun media sosial Hybrid di InstagramTwitterFacebook, dan YouTube.

Telkom Kembali Adakan Program Inkubasi untuk Developer Game Lokal

Menurut Newzoo, pasar game di Indonesia mencapai US$879,7 juta. Pada 2018, angka itu naik menjadi US$1,1 miliar. Sementara dalam laporan The Global Mobile Game Confederation (GMGC) SEA Mobile Report 2017, disebutkan bahwa pasar game di Indonesia bertumbuh 37,3 persen setiap tahunnya selama 4 tahun dari 2013 sampai 2017. Sayangnya, tidak banyak developer lokal yang mendapatkan untung dari besarnya pasar game Indonesia. Data dari Asosiasi Game Indonesia (AGI) menyebutkan, hanya 8 persen dari total pendapatan industri game yang masuk ke perusahaan di Indonesia. Sementara dari total game yang dijual, hanya 0,4 persen yang dibuat oleh developer lokal.

Besarnya pasar game Indonesia, membuat Telkom tertarik untuk masuk ke industri game. Saat ini, mereka hanya menjadi aggregator untuk game dan menyediakan platform pembayaran. Namun, mereka menyebutkan bahwa ke depan, mereka juga ingin membuat game developer sendiri melalui inkubator mereka. Telkom menyelenggarakan program inkubasi untuk game startup pertama pada September 2019. Ketika itu, mereka bekerja sama dengan Agate International. Batch pertama dari Program Indigo Game Startup Incubation menghasilkan 10 game startup.

Sumber: Newzoo
Sumber: Newzoo

“Program Indigo Game Startup Incubation merupakan salah satu langkah awal Telkom Indonesia dalam memajukan industri game di Indonesia. Game will be the future of digital business. Let’s growing it and be serious at it,” kata Direktur Digital Business Telkom, Faizal Rochmad Djoemadi dalam pernyataan resmi. Dia menyebutkan, ketiadaan modal adalah masalah utama yang ditemui oleh game startup yang ikut serta dalam batch pertama program inkubasi mereka. Selain itu, pengetahuan para developer lokal tentang industri game juga terbatas. Ini membuat game mereka sulit untuk bertahan lama karena pihak developer tak memiliki kemampuan untuk menjangkau orang-orang yang menjadi target pasar mereka.

Karena itu, Telkom kembali mengadakan program Indigo Game Startup pada Februari 2020. Pendaftaran untuk program Indio Game Startup Incubation batch dua sudah dibuka sejak 31 Januari 2020. Selain itu, Telkom juga akan mengadakan roadshow ke lima kota besar di Indonesia, yaitu Bandung, Jakarta, Malang, Surabaya, dan Yogyakarta. Tahap pertama dari program inkubasi ini adalah bootcamp yang akan berlangsung selama satu bulan. Di sini, peserta boleh membuat game baru atau menyelesaikan game yang tengah mereka kembangkan. Selain itu, peserta juga boleh mengikuti online course DILo Game Academy.

Tahap kedua adalah inkubasi. Telkom akan menentukan developer yang bisa masuk ke tahap ini. Tahap inkubasi berlangsung selama tiga bulan. Developer yang terpilih untuk masuk ke tahap inkubasi akan mendapatkan dana dan mentor untuk mengembangkan game mereka. Selain itu, Telkom juga menyediakan ruangan bagi developer untuk bekerja agar mereka bisa menjadi lebih produktif. Telkom bahkan memberikan kesempatan untuk menguji game mereka ke target pasar untuk memvalidasi cara monetisasi dalam game. Pada akhir program inkubasi, developer yang dipilih bisa memamerkan game mereka pada mitra publisher.

Activision Blizzard Akan Merilis Lebih Banyak Game Remaster di Tahun Ini

Di gaming, remaster dan remake ialah dua pendekatan berbeda dengan tujuan yang sama: agar konten permainan tersaji maksimal di hardware modern – entah melalui dukungan resolusi tinggi dan grafis lebih cantik, atau malah dibangun dari nol. Remake dan remaster memang bukan sesuatu yang baru, namun arahan ini belakangan jadi populer berkat keberhasilan sejumlah judul klasik memukau gamer.

Ada begitu banyak game remake dan remaster brilian tersedia saat ini. Kesuksesan mereka bahkan mendorong pihak pemilik IP mengubah strategi bisnis. Contohnya: Capcom sempat mengumumkan rencana untuk mengembangkan lebih banyak remake karena respons khalayak terhadap Resident Evil 2 sangat positif. Kali ini hal senada diungkap oleh Activision Blizzard dalam presentasi pemasukan Q4 FY2019 minggu lalu.

Di sana, CFO Dennis Durkin menyampaikan agenda Activision Blizzard buat melepas lebih banyak permainan remaster dan ‘reimagined‘ di tahun 2020, berbekal franchise-franchise terkenal mereka. Reimagined merupakan istilah yang menarik, boleh dibilang sebagai titik temu antara remaster dengan reboot. Satu game yang dibangun berdasarkan gagasan ini adalah Call of Duty: Modern Warfare 2019. Ia bukanlah reboot seri Modern Warfare, tapi bukan pula sekuel.

Istilah remake dan remaster sebetulnya belum mempunyai batasan jelas dan kadang tercampur aduk. Remaster biasanya mengacu pada upaya pengembangan atau porting permainan ke sistem gaming anyar, membuat aspek visual (atau kendalinya) jadi lebih baik tanpa mengubah gameplay terlalu jauh. Untuk remake, umumnya developer membangun game atau aset-asetnya dari awal. Selain Resident Evil 2, contoh remake meliputi Shadow of the Colossus, The Legend of Zelda: Link’s Awakening dan Final Fantasy VII.

Activision sendiri cukup berpengalaman dalam menggarap remaster. Lewat studio first-party seperti Vicarious Vision dan Toys for Bob, Activision sempat merilis Crash Bandicoot N. Sane Trilogy serta Spyro Reignited Trilogy. Animo gamer terhadap keduanya sangat baik, Crash Bandicoot N. Sane Trilogy bahkan terjual lebih dari 10 juta kopi. Ada kemungkin pula perusahaan akan mencoba menghidupkan kembali franchise yang sudah lama tak aktif seperti Guitar Hero dan Tony Hawk’s Pro Skater.

Terlepas dari catatan pencapaian yang cukup membanggakan, tak semua upaya remaster/remake Activision Blizzard berjalan mulus. Anda mungkin telah mendengar soal kontroversi Warcraft III: Reforged. Gamer dan fans mengeluhkan perbedaan drastis antara presentasi konten di BlizzCon 2018 dengan saat permainan RTS ini dirilis, belum lagi banyaknya bug serta absennya sejumlah fitur penting.

Beberapa pakar berpendapat, salah satu alasan mengapa Warcraft III: Reforged jadi begitu mengecewakan adalah karena Blizzard ragu-ragu terhadap arahan remaster serta seberapa jauh modifikasi yang perlu dieksekusi. Dan selama periode pengembangannya, developer juga kurang baik dalam mensosialisasikan info terkait perubahan yang mereka terapkan di game.

Via IGN.