Daftar Startup Fintech di Indonesia

Sektor teknologi finansial atau umumnya disebut dengan istilah fintech, menjadi salah satu yang banyak berkembang dewasa ini di kalangan startup tanah air. Potensinya luar biasa, karena fungsionalitas dari sebuah layanan finansial umumnya menjadi penggerak sektor keuangan. Saat ini yang ada di Indonesia pun bentuknya sudah sangat beragam, mulai dari layanan P2P (Peer-to-Peer) Lending, e-money, layanan utang paymet gateway dan beragam lainnya.

DailySocial mencoba mendaftar startup di kategori tersebut, yang sudah lama berdiri dan bertahan, juga yang baru meluncurkan produknya. Berikut ini daftar startup fintech di Indonesia dalam basis data DailySocial:

Amartha

Amartha merupakan sebuah lembaga keuangan mikro yang telah berdiri sejak tahun 2010. Menanggapi geliat konsumen digital yang terus bertumbuh, sejak tahun 2015 mereka mencoba mendigitalkan bisnisnya. Melalui PT Amartha Mikro Fintek, layanan digital ini menyenggarakan jasa P2P Lending Platform dengan sasaran spesifik penggerak ekonomi inklusif (UMKM).

Amartha mencoba menjadi jembatan antara orang yang pemilik modal sebagai investor dan orang yang membutuhkan pembiayaan bisnis. Untuk itu, startup yang didirikan oleh Andi Taufan Garuda Putera ini menyebut dirinya sebagai P2P Lending Marketplace. Saat ini sudah puluhan ribu transaksi yang telah diproses Amartha, dan per Juni 2016 lalu, pihak Amartha menginformasikan kepada DailySocial bahwa telah membukukan dana Rp 37 miliar, dengan rasio kredit macet 0%.

Cashlez

Didirikan oleh Teddy Setiawan Tee, Cashlez menyediakan perangkat mPOS (Mobile Point of Sales) yang memudahkan pengguna (dalam hal ini pemilik merchant dan konsumen) untuk melakukan transaksi finansial melalui smartphone. Bediri sejak tahun 2015, Cashlez menghadirkan produk dongle mPOS yang dapat dimiliki dan digunakan penyedia jasa untuk dapat memproses transaksi melalui ponsel konsumen yang terhubung lewat sambungan bluetooth dalam proses pembayaran.

Application Information Will Show Up Here

CekAja

CekAja merupakan sebuah portal web yang menyajikan perbandingan beragam produk finansial yang ada di Indonesia. Mulai dari tabungan, berbagai produk kredit, produk syariah, produk asuransi, untuk individu dan UKM. Didirikan oleh J.P. Ellis, startup yang sudah berdiri sejak tahun 2014 ini mengaku telah memiliki traksi terbesar pengguna untuk layanan sejenis di tanah air.

Hal tersebut dibuktikan dengan kemantapan CekAja berekspansi ke Filipina dengan produk eCompareMo. Per tahun 2015 rata-rata kunjungan unik ke situs mencapai 2 juta pengguna. Baru-baru ini pihaknya juga mulai memperlebar cakupan bisnis dengan menghadirkan layanan penjualan asuransi secara online.

Cermati

Masih tentang situs pembanding produk finansial, Cermati juga menjadi salah satu startup yang turut meramaikan persaingan di lanskap layanan tersebut. Bedanya Cermati memfokuskan diri untuk menyasar tech-savvy users, alias orang-orang yang sudah terbiasa dengan layanan digital.

Cermati diluncurkan pada akhir tahun 2014. Dari data pengguna yang telah terhimpun, saat ini rata-rata pengguna layanan Cermati adalah masyarakat usia produktif 20 – 40 tahun yang sedang dalam tahap pematangan finansial. Umumnya mereka sudah terbiasa dengan smartphone dan layanan digital ala media sosial, e-commerce atau on-demand.

DavestPay

Startup asal kota Makassar ini menyediakan layanan digital untuk segmentasi B2C (Business to Consumer). DevestPay memberikan kemudahan kepada konsumen (masyarakat umum) untuk melakukan pembayaran berbagai jenis tagihan dan pembayaran layanan online (seperti e-commerce) melalui smartphone. Semua transaksi pembayaran di DavestPay dilakukan secara online. Para pengguna dapat mengisi saldo deposit yang kemudian bisa digunakan untuk bertransaksi.

DavestPay memiliki ragam fitur pembayaran dalam satu aplikasi, seperti pembayaran listrik (prepaid, post-paid, non-taglis), iuran BPJS, tagihan PDAM, tagihan telepon, tagihan internet, TV berlangganan, pembayaran cicilan kendaraan, pembelian pulsa, tiket pesawat, voucher hotel, hingga voucher game. Ke depan mereka juga akan memiliki fitur transfer serta peminjaman uang.

Application Information Will Show Up Here

Dimo

Didorong rendahnya penetrasi produk perbankan di masyarakat terutama kartu kredit, dan tingginya kepemilikan smartphone di Indonesia, Dimo (dulunya FLASHiZ Indonesia) meluncur menyuguhkan layanan yang cukup unik untuk kategori mobile payment, yakni Pay by QR. Pay by QR merupakan metode pembayaran yang dapat digunakan oleh para pengguna smartphone melalui berbagai sumber (bank, telco, e-wallet) di merchant apa pun yang sudah menjadi mitra dari Pay by QR. Pay by QR sudah bisa diunduh di platform iOS dan Android. Saat ini Pay by QR sudah mendukung aplikasi Dompetku, Uangku, Simobi, dan Zimplepay.

Doku

Doku telah berdiri selama tujuh tahun sebagai penyedia platform pembayaran online untuk berbagai layanan digital. Melalui layanan andalannya Doku Wallet, per tahun 2015 pihaknya telah merangkul lebih dari 850 ribu pengguna, dengan jumlah merchant mencapai 17 ribu. Hingga kini Doku Wallet juga masih didominasi pembayaran e-commerce oleh kebanyakan penggunanya.

Jenis transaksi yang kerap digunakan di antaranya adalah transfer uang sesama pengguna Doku Wallet, pembayaran atau pembelian rutin seperti voucher pulsa, pembayaran premi asuransi, BPJS dan pembelian program promo dari merchant menjalin kemitraan dengan Doku melalui Doku Wallet, pembelian konten online games, kebutuhan sehari-hari di Alfa Online, kebutuhan travel seperti pembelian tiket di Ezytravel, Citilink, KAI dan lainnya.

Application Information Will Show Up Here

Dompet Sehat

Dompet Sehat menyediakan layanan online untuk jasa pengatur keuangan untuk kebutuhan sehari-hari. Layanan ini membantu pengguna personal dalam mengelola berbagai macam hal, mulai dari  tabungan, isi dompet, ataupun sumber lain yang dapat disesuaikan dengan kondisi yang sebenarnya. Anggaran-anggaran seperti makan keluarga, bayar tagihan, transfer, dll dapat dialokasikan saat pertama kali menggunakan layanan ini. Nantinya pengguna tinggal mencatat pengeluaran yang dilakukan maka Dompet Sehat secara otomatis platformnya akan mengurangi dari pos anggaran yang sesuai.

Dompet Sehat juga dapat mengetahui jumlah rekening yang terdapat dalam tabungan penggunanya apabila pengguna menambahkannya dengan mengisi form login seperti pada layanan internet banking yang disediakan. Meski belum mendukung banyak bank, namun setidaknya nasabah bank BCA, BNI, dan Mandiri sudah dapat menambahkan data ke dalam akun Dompet Sehat yang dimiliki.

Pengembang Dompet Sehat juga sempat mengembangkan Veryfund, sebuah layanan mobile menawarkan kemudahan untuk memeriksa saldo dan juga melacak transaksi keuangan berbagai akun bank yang dimiliki penggunanya. Namun sayangnya sampai saat ini Veryfund tidak memiliki kejelasan, sampai artikel ini dirilis website official-nya pun tidak bisa diakses. Konon tim pengelola sedang dalam keadaan vakum.

Flip

Flip merupakan sebuah layanan berupa virtual wallet yang mengedepankan kemudahan transfer antar bank. Salah satu keunggulan yang ditawarkan adalah tidak adanya biaya tambahan untuk transfer ke bank mana pun. Didesain untuk melakukan transaksi, sebagai antisipasi keamanan lebih Flip sudah menyiapkan beberapa skenario keamanan seperti keamanan di layer aplikasi, layer transmisi dengan memanfaatkan SSL dan keamanan two step verification yang bisa digunakan sesuai kebutuhan pengguna. Flip dikembangkan oleh orang-orang berbakat yang juga pernah mengembangkan aplikasi donasi Pushla, yakni Rafi Putra Arriyan (kiri), Luqman Sungkar (tengah), dan Ginanjar Ibnu Solikhin (kanan).

Investree

Startup ini memiliki konsep marketplace yang akan mempertemukan para investor (mereka yang mempunyai dana) dengan peminjam. Startup yang digawangi oleh Adrian Asharyanto Gunadi, Andi M Andries dan Dickie Widjaja ini meluncur pada akhir tahun lalu.

Jojonomic

Jojonomic merupakan startup yang menyediakan layanan pengelolaan keuangan, baik untuk pribadi maupun untuk kalangan bisnis (dalam Jojonomic Pro). Melalui aplikasi dengan pendekatan social platform, Jojonomic mencoba untuk menghadirkan kenyamanan bagi pengguna sehingga memiliki manajemen finansial yang lebih tertata.

Melalui versi Jojonomic Pro, prosedur reimbursement di organisasi/perusahaan cukup dilakukan melalui foto dan pengisian formulir di aplikasi ponsel. Mereka mengklaim departemen sumber daya manusia bakal menghemat waktu pengurusan reimbursement hingga 70%.

Application Information Will Show Up Here

Kanopi

Kanopi mengkhususkan diri hadir untuk membantu institusi-institusi finansial di Indonesia dengan menyediakan solusi untuk pemantauan rekening dan transaksi dilengkapi dengan teknologi mobile terpadu dan real-time. Kanopi juga menyediakan perangkat Android kepada staf-staf perusahaan finansial mikro untuk melakukan registrasi dan transaksi yang diklaim lebih aman dan akurat. Kanopi mendistribusikan smartphone Android untuk staf-staf institusi finansial mikro untuk memudahkan mereka melakukan transaksi di mana saja, termasuk menghubungkan mereka dengan kantor pusat menggunakan sistem yang dikembangkan Kanopi.

Kartuku

Kartuku dikenal sebagai sebuah perusahaan teknologi keuangan Indonesia yang mengkhususkan diri pada solusi pembayaran. Sebagai penyedia Third Party Processor (TPP) dan Payment Service Provider (PSP), Kartuku memberikan solusi end-to-end yang dapat diterapkan mitranya dalam mengelola pembacaran secara cashless melalui sistem elektronik.

Kesles

Aplikasi membership yang sudah tersedia di platform Android ini memungkinkan transaksi keuangan dilakukan melalui pemindaian QR Code. Selain kemudahan cara bertransaksi, Kesles juga menawarkan sejumlah keuntungan lain seperti penawaran menarik dari merchant dan juga poin reward yang didapat setiap kali bertransaksi. Dari segi keamanan, pihak Kesles menjamin bahwa tingkat keamanan layanan mereka setara dengan mobile banking atau mobile payment lainnya.

Application Information Will Show Up Here

Koinworks

KoinWorks merupakan sebuah platform online yang menyediakan sistem penilaian pinjaman, sistem pembayaran, dan teknologi yang memberikan pengalaman lebih baik untuk para pemberi pinjaman dan peminjam. Layanan peminjaman uang digital ini diinisiasi dengan dalih untuk memberikan sebuah alternatif layanan finansial yang sederhana.

Selain itu juga memberi pilihan di tengah opsi pinjaman dari institusi finansial yang masih mematok margin bunga (Net Interest Margin) yang sangat tinggi (jika dibandingkan negara-negara lain). Koinworks juga menerapkan sistem fraud-check yang ketat, dan juga membuat algoritma khusus untuk analisis kredit.

Modalku

Modalku merupakan platform P2P Leding yang mengklaim sebagai perusahaan dengan model bisnis pertama di Indonesia yang meluncurkan produk bisnis alternatif dari investasi berbasis digital. Dengan konsep mirip seperti crowdfunding, para pemberi pinjaman dapat menyalurkan dananya dan berinvestasi di perusahaan UKM yang membutuhkan dana.

NgaturDuit

NgaturDuit merupakan sebuah layanan web interaktif yang memberikan kemudahan kepada penggunanya untuk mengatur berbagai jenis kegiatan finansial. Mulai dari pencatat pengeluaran, memonitor portofolio investasi hingga melakukan konsultasi keuangan secara gratis. Didirikan oleh Api Perdana, layanan ini sudah berdiri sejak tahun 2010. Tidak hanya membantu melakukan pencatatan keuangan, sistem NgaturDuit juga memandu penggunaannya dalam merencanakan dan memantau realisasi anggaran. Kategori pengeluarannya pun sangat disesuaikan dengan kebutuhan finansial pengguna di Indonesia.

PayBill

Paybill menyediakan layanan online untuk pembayaran tagihan (termasuk tagihan asuransi, listrik, cicilan motor, mobil, PDAM, hingga TV berbayar) dan pembelian voucher digital. Startup yang resmi diluncurkan awal tahun ini datang dengan menawarkan kemudahan dan pengalaman baru kepada pengguna untuk melakukan transaksi rutin. Paybill saat ini juga telah bekerja sama dengan ATM Bersama sebagai rekanan teknologi untuk produk akun virtual atau transfer pembayaran.

PinjemDoku

PinjemDoku adalah platform digital yang bisa menjembatani antara kreditur dan debitur. Startup fintech asal Surabaya ini mengusung dua pendekatan sekaligus, B2C dan B2B. Untuk B2C, masyarakat yang butuh pinjaman kredit multiguna bisa mengisi data pribadinya lewat platform PinjemDoku. Berikutnya, petugas akan datang untuk survei dan memeriksa kelengkapan data. Bila setuju dana akan cair dalam beberapa hari kemudian.

Sementara untuk konsep B2B, tenaga pemasar PinjemDoku yang dinamai Sahabat Doku akan memasarkan produk cicilan multiguna yang dimiliki MUF (PT Mandiri Utama Finance sebagai rekanan PinjemDoku) kepada orang-orang yang tidak memiliki akses internet. Nantinya, proses pengajuan akan dilakukan dalam loket yang dimiliki PinjemDoku untuk kemudian diproses ke kantor pusat MUF.

SatuLoket

SatuLoket merupakan startup asal Yogyakarta yang memberikan kemudahan kepada masyarakat untuk mengakomodir kegiatan pembayaran sehari-hari. Produknya melingkupi pembelian voucher pulsa seluler, voucher online game, voucher listrik atau token PLN, tagihan PAM, dan lain sebagainya.

Shiv App

Shiv bekerja sebagai perantara antara seseorang yang ingin mentransfer uang dengan calon penerimanya. Setiap transaksi dilakukan melalui rekening perantara Shiv. Nantinya Shiv akan mengirimkan kepada penerima yang dituliskan, meski ke nomor rekening berbeda. Keuntungan bagi pengguna, tidak ada biaya transfer untuk kebutuhan tersebut. Saat ini limit transfer tiap pengguna per hari mencapai 2 juta.

Taralite

Taraline merupakan portal online yang menyediakan layanan kredit kepada penggunanya. Layanan Taralite juga memberikan pinjaman sesuai dengan spesifikasi kebutuhan, misalnya untuk kebutuhan pendidikan, kredit usaha, persalinan, ataupun umroh. Modal untuk pinjaman Taralite menggunakan dana yang dimiliki perusahaan dan bekerja sama dengan beberapa rekanan perbankan.

Secara khusus saat ini Taralite juga telah bermitra dengan Uber. Hal ini untuk mempermudah pengguna ketika ingin mendapatkan pinjaman dana untuk pembelian mobil yang akan digunakan bisnis. Taralite bekerja sama dengan Uber untuk membantu calon driver Uber (Uber Partner) baru maupun yang sudah menjadi Uber Partner memiliki mobilnya sendiri.

UangTeman

UangTeman mencoba memberikan solusi bagi masyarakat yang sedang membutuhkan pinjaman atau dana talangan dengan jumlah maksimal Rp 3,5 juta serta dengan jangka waktu peminjaman yang tidak lebih dari 30 hari. Karena tidak adanya agunan dalam proses ini, meskipun peminjamannya tergolong mudah bunganya yang diberikan bisa dibilang tinggi. Di situsnya disebutkan suka bunga pinjaman rata-ratanya adalah 1% per hari. Ada pula sejumlah biaya dan denda yang dikenakan jika cicilan tidak dibayar tepat pada waktunya.

Application Information Will Show Up Here

Veritrans

Veritrans juga bermain dalam sektor payment gateway. Sejauh ini Veritrans menawarkan beberapa produk untuk metode pembayaran seperti VT-Link, VT-Web, dan VT-Web. Salah satu hal yang membuat Veritrans ini layak diperhitungkan adalah jalinan kerja sama yang telah dibangun dengan beberapa bank kenamaan seperti BNI, Mandiri, CIMB Niaga, BCA, BRI, serta Permata Bank. Keragaman payment channel yang dimiliki Veritrans juga menjadi keunggulan Veritrans.

Media Sosial yang Tertata dan Tepat Guna Bersama ombaQ

Dari mulai marathon meeting dengan klien sampai decision making operasional kantor, semuanya mungkin sudah cukup menyita perhatianmu untuk urusan bisnis hari ini. Lalu, bagaimana dengan pengelolaan berbagai kanal media sosial dalam bisnis? Apakah Anda perlu mengurangi jam tidur untuk mengorganisasikannya?

ombaQ kini bisa Anda manfaatkan untuk social media maintenance yang lebih apik, efektif, dan efisien, tanpa harus mengganggu waktu istirahat. ombaQ adalah platform pengelolaan media sosial yang mampu mengefisiensikan waktu Anda dalam menata konten-konten dan menyebarkannya.

Dengan fasilitas social media update, engagement, access control, dan performance analytics, ombaQ kini bisa Anda pertimbangkan untuk pengoperasian media sosial yang tertata dan tepat guna di tengah kesibukan Anda.

Fasilitas social media engagement yang disediakan ombaQ sangat menarik. Setelah membuat content planning dengan file Excel, yang sudah disediakan ombaQ, Anda bisa langsung meng-upload-nya dan konten dari berbagai kanal media sosial pun siap dijadwalkan. Selanjutnya, Anda hanya tinggal menunggu respon audience dan berbincanglah dengan mereka.

Untuk memberikan respon tersebut, terlebih dahulu yang Anda perlu lakukan adalah mendengarkan apa yang diperbincangkan orang-orang–utamanya yang berkaitan dengan brand Anda. ombaQ punya fitur yang bisa memudahkan untuk urusan yang satu ini. Dengan memanfaatkan kolom stream, Anda tak perlu takut lagi tertinggal social media update dan trending topic.

Oh iya, Anda masih sering berbagi password ke anggota tim yang mengelola media sosial? Mulai sekarang, hindari cara riskan seperti itu! Di ombaQ, Anda hanya perlu mengundang tim Anda untuk ikut mengoperasikan social account terkait, sehingga memudahkan workflow dan meminimalisasi kesalahan.

Setelah semua bentuk pengelolaan harian aman terkendali, saatnya mempresentasikan kinerja media sosial Anda. Yang perlu Anda siapkan adalah social media analytics, dan ombaQ menyajikannya untuk Anda. Dengan analytics dari ombaQ, Anda bisa mendapatkan analisa performa kanal-kanal media sosial yang Anda pegang, mengunduhnya dalam format csv, dan mendapat data update dalam hitungan jam. Anda tak perlu lagi menunggu satu hari kemudian untuk mendapatkan data.

Jadi, untuk media sosial Anda yang tertata dan tepat guna dan waktu istirahat Anda yang lebih berkualitas, siapkah Anda mengarungi media sosial bersama ombaQ?


Disclosure: Artikel ini adalah hasil kerja sama DailySocial dan ombaQ.

Meningkatkan Kualitas SDM di Bidang Teknologi Informasi Agar TNI AD Tetap Jaya di Darat

Sembunyi di balik semak-semak dan pepohonan, menggunakan coret-coretan di wajah, dan melakukan baku tembak dengan musuh negara di medan pertempuran. Agaknya, gambaran itu menjadi hal umum yang ada di benak masyarakat mengenai TNI Angkatan Darat (AD). Harus diakui, sejak awal pelatihan militer, TNI AD memang membentuk para prajurit untuk melaksanakan pertempuran konvensional. Sebelum era digital seperti sekarang ini, ancaman militer masih bersifat tradisional.

Nyatanya, bentuk ancaman terhadap kedaulatan negara semakin berkembang dari hari ke hari. Jika sebelumnya bertarung dengan senjata api, kini ancaman yang bersifat non-tradisional mulai menunjukkan batang hidungnya.

Perkembangan ancaman terhadap kedaulatan negara, baik yang bersifat tradisional maupun non tradisional, saat ini semakin dinamis. Ada yang dilakukan oleh state actor, tapi tak jarang juga ada peran non-state actor. Yang pasti, mereka melakukannya dengan memanfaatkan kemajuan ilmu pengetahuan, termasuk di dalamnya kemajuan teknologi informasi dan komunikasi.

Merujuk pada UU No. 34 tahun 2004 tentang TNI, disebutkan bahwa TNI bertugas menjaga kedaulatan negara dari ancaman dan gangguan melalui operasi militer perang (OMP) dan operasi militer selain perang (OMSP). Dalam melaksanakan tugasnya, saat ini TNI AD menghadapi ancaman yang semakin kompleks, yang merupakan gabungan dari ancaman tradisional dan non tradisional, atau biasa disebut ancaman hibrida.

Implementasi Teknologi untuk Mengimbangi Perkembangan Ancaman

Perlahan tapi pasti, ancaman-ancaman siber mulai terdengar gaungnya di dunia pertahanan internasional, yang hampir menyamai serangan konvensional. TNI AD, sebagai garda terdepan dalam menjaga keutuhan Republik Indonesia, merasa terpanggil untuk melakukan penyesuaian diri agar lebih melek terhadap dunia teknologi informasi dan komunikasi.

Untuk mencapai tujuannya, state actor dan non state actor sudah memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi sebagai media dan didukung dengan peralatan dan persenjataan teknologi tinggi. TNI AD dengan sigap segera memenuhi kebutuhan alat utama sistem persenjataan (alutsista) berbasis teknologi informasi dan komunikasi yang memiliki spesifikasi teknologi tinggi pula untuk mengimbangi perkembangan ancaman, baik saat ini maupun yang akan datang.

Sejauh ini TNI AD secara bertahap sudah mengimplementasikan teknologi melalui peremajaan peralatan dan alutsistanya berbasis komputerisasi. Mekanisme kerja sehari hari di satuan jajaran TNI AD sudah menggunakan sistem informasi melalui pembangunan aplikasi untuk mempermudah dan mempercepat tugas serta dapat memberikan data yang lebih akurat.

Sebagai contoh termutakhir, TNI telah memaksimalkan teknologi informasi menggunakan pesawat tanpa awak (drone) untuk menghadapi kasus terorisme di Poso. Kala itu, prajurit berhasil mendapatkan data-data tentang keberadaan makhluk hidup melalui sistem informasi yang ditangkap dan diolah oleh drone, sehingga mereka lebih mudah dalam mencari target.

Menyikapi tantangan di Era Digital

Tantangan TNI AD yang perlu mendapat perhatian serius sebenarnya selain peremajaan peralatan dan alutsista berbasis komputerisasi, namun tidak kalah pentingnya yaitu pengembangan SDM prajurit dalam menghadapi era digital.

Perubahan teknologi itu bisa terjadi dalam hitungan bulan. Di sisi lain, prajurit TNI AD siap pakai dalam bidang TI perlu dilatih secara intensif kurang lebih di atas tiga tahun. Nah, antara pengembangan SDM yang perlu waktu hingga tiga sampai empat tahun ini tidak sebanding dengan perubahan teknologi yang dalam satu tahun bisa terjadi hingga dua kali.

Pengadaan alutsista berbasis komputerisasi dapat terealisasi selama anggaran tersedia, sedangkan ketersediaan SDM yang kompeten di era digital perlu waktu cukup lama. Ada tahapan proses yang perlu dilalui untuk menghasilkan SDM prajurit yang kompeten di bidang TI.

Pernah dengar ungkapan “man behind the gun”? Istilah ini sangat tepat dalam menyikapi kemajuan TI. Dengan kata lain, alutsista berbasis komputerisasi maupun sistem informasi akan berfungsi dengan baik bila manusia yang mengawakinya paham betul dengan teknologi informasi.

Menyikapi hal ini, TNI AD telah melakukan terobosan-terobosan melalui pelatihan, kursus dan pendidikan TI secara terus menerus. Pihak TNI AD juga sudah melakukan kerja sama dengan Universitas Gunadarma berkaitan penyediaan dosen TI.

Dalam waktu dekat akan dilangsungkan perlombaan hackathon yang berkaitan dengan sistem informasi kemiliteran. Ini adalah salah satu terobosan TNI AD untuk menyikapi keterbukaan informasi dan akses digital. TNI AD memanggil generasi muda bangsa yang ahli di bidang TI untuk memberikan sumbangsih pemikirannya untuk membangun TNI AD yang kokoh dan kuat sebagai wujud kecintaannya terhadap TNI dan NKRI.

TNI punya semboyan “Bersama rakyat TNI kuat”. Inilah salah satu implementasi TNI AD terhadap semboyan tersebut. TNI AD menyikapi tantangan digital ini dengan mengundang masyarakat sipil untuk bahu-membahu menjaga negara dari segala bahaya, dan ancaman baik yang bersifat tradisional maupun non tradisional.

Perkembangan teknologi adalah sesuatu yang harus diterima. Semua pihak tidak bisa menghindar apalagi bersikap resisten. Hal tersebut justru akan merugikan baik secara pribadi maupun organisasi. Perkembangan teknologi tentu memiliki dampak positif dan negatif. TNI AD telah menyiapkan prajuritnya sebagai generasi penerus calon pemimpin TNI di masa depan untuk dapat mengembangkan dampak positif dan meminimalisasi dampak negatif perkembangan teknologi agar TNI AD tetap jaya di darat.


Disclosure: Artikel tamu ini ditulis oleh Brigadir Jenderal Nugraha Gumilar, Kepala Dinas Informasi dan Pengolahan Data (Kadisfolahtad) TNI Angkatan Darat.

Artikel ini adalah hasil kerja sama DailySocial dan TNI Angkatan Darat sebagai artikel awal kegiatan Hackathon Cipta Yudha Kartika Eka Paksi TNI AD.

Evolusi Model Bisnis E-commerce di Asia Tenggara

Sebagai pendatang baru, e-commerce di Asia Tenggara memiliki keuntungan untuk belajar dari kesalahan-kesalahan yang telah terjadi di pasar e-commerce yang lebih berkembang seperti AS dan Tiongkok. Kita sudah melewati lebih dari 20 tahun setelah Amazon (1994) dan eBay (1995) didirikan. Jack Ma memulai Alibaba di apartemennya di Hangzhou pada 1999, persis sebelum era internet 1.0 berakhir.

Banyak hal yang telah terjadi di industri e-commerce global sejak itu, termasuk pergerakan yang perlahan tapi pasti dari Amazon, naik dan turunnya kehadiran situs daily deals dan flash sale, serta IPO Alibaba yang menakjubkan di tahun 2015. Lalu apa yang akan terjadi selanjutnya? Ulasan sejarah ini menciptakan dua kerangka; Siklus Kehidupan E-commerce dan E-commerce 1.0/2.0, untuk membantu memprediksi kesempatan bagi e-commerce di Asia Tenggara di masa depan.

(1) Siklus Hidup E-commerce – Bagaimana Model E-commerce Berevolusi dari Waktu ke Waktu

Ada pola berbeda yang telah muncul dari evolusi pasar e-commerce yang lebih dewasa yang menawarkan sejumlah perkiraan bagi e-commerce di Asia Tenggara. Hal ini mengikuti perkembangan dari Iklan Baris dan C2C ke B2C hingga kemudian Brand.com. AS memulai dari Craiglist, eBay dan Amazon ke situs brand seperti Nike, J.Crew dan Gap. Tiongkok memulai dari Taobao, Tmall dan JD hingga ke banyak situs brand dan marketplace seperti Estée Lauder, Burberry dan Coach.

Asia Tenggara saat ini mengikuti pola yang serupa namun dengan langkah yang lebih cepat karena “1 to n,” kemajuan horisontal, dan hasil dari prilaku leapfrogging. Di Asia Tenggara, kita memiliki Iklan Baris (OLX), C2C (Tarad, Tokopedia, Shopee), B2C (Lazada, Zalora, MatahariMall) dan Brand.com (L’Oreal, Estée Lauder, Adidas) semua terjadi bersamaan dalam rentang waktu yang sangat singkat.

E-Commerce Lifecycle Model
E-Commerce Lifecycle Model

Ciri khas lokal memberikan jalan bagi model bisnis e-commerce unik

eBay hanya bisa diciptakan di AS karena model lelangnya cocok bagi budaya konsumerisme yang ditandai oleh barang yang berlebihan dan banyaknya pengkolektor (contohnya kolektor kartu baseball dan Pez dispenser). Di sisi lain, eBay tidak berhasil di Tiongkok karena banyak alasan, salah satunya karena model lelang tidak menarik bagi pengguna di Tiongkok yang lebih suka membeli barang baru dan bernegosiasi secara langsung via chat.

Model B2B2C Tmall berasal dari Tiongkok karena bentuknya yang seperti bazaar, situasi belanja yang hiruk-pikuk yang sudah biasa dialami oleh orang Tiongkok di dunia offline mereka.

Asia Tenggara adalah hybrid dari AS dan Tiongkok

Lazada, platform e-commerce yang dominan di Asia Tenggara, adalah gabungan dari Amazon dan Tmall. Didirikan pada tahun 2011 oleh Rocket Internet sebagai “Amazon dari Asia Tenggara”, Lazada saat ini mendapatkan 70% GMV (Gross Merchandise Value)-nya dari pihak ketiga, transaksi marketplace, dengan sisa 30% didapatkan dari ritel “tradisional” langsung ala Amazon. Setelah akuisisi Alibaba, besar kemungkinan bahwa Lazada akan mengikuti model Tmall dan bergerak sebagai 100% marketplace dengan segala keuntungan scaling yang terkait dengan model ini.

Bandingkan ini dengan Amazon, yang secara tradisional dulunya 100% bergerak di model retail langsung namun kini beralih ke model marketplace. Saat ini, Amazon mendapatkan 59% GMV-nya dari B2B2C.

B2B, B2B2C, dan Brand.com terjadi secara bersamaan

Di Cina, brand berproses dari berjualan di Tmall sebagai batu loncatan untuk kemudian mengoperasikan situs brand.com mereka sendiri. Salah satu contohnya adalah Uniqlo yang memulai berjualan melalui toko flagship Tmall lalu kemudian menambah webstore brand.com mereka sendiri.

Di Asia Tenggara, kita melihat banyak brand melakukan kedua hal tersebut dalam waktu yang bersamaan, berjualan melalui Lazada dan juga toko brand.com mereka sendiri, sebagai tambahan dari pendistribusian melalui e-tailor seperti Central Online dan MAP. Hal ini didorong oleh teknologi yang membuat brand semakin mudah untuk berjualan melalui channel yang berbeda-beda namun juga seolah menjadi keharusan karena fragmentasi yang tinggi di pasar e-commerce saat ini. Konsolidasi diprediksi akan terjadi secepatnya.

Asia Tenggara adalah mobile-first, C2C e-commerce beralih langsung ke mobile marketplace

Jika di pasar e-commerce yang sudah matang, C2C melalui desktop masih memainkan peran yang sangat penting, di Asia Tenggara loncatan ke mobile mengacaukan marketplace desktop-first tradisional. Mobile-only C2C marketplace seperti Carousell dan Shopee sedang membuat gerakan agresif melawan rival desktop mereka yang telah muncul terlebih dahulu seperti Tarad di Thailand dan Tokopedia di Indonesia.

Dengan estimasi 85% dan 79% dari transaksi belanja online di luar area metro besar di Thailand dan Indonesia terjadi di mobile, tidak mengherankan apabila perusahaan seperti Facebook juga bertaruh pada C2C mobile. Raksasa iklan ini baru saja meluncurkan pembayaran mobile di Thailand di mana 50% dari transaksi C2C diestimasi terjadi di jaringan sosial.

(2) E-commerce 1.0 ke E-commerce 2.0: Empat Strategi untuk Menghindari ‘Pertumpahan Darah’ E-commerce di Asia Tenggara

Asia Tenggara adalah e-commerce goldrush yang selanjutnya. Karena alasan ini juga, di kawasan ini terjadi pertarungan e-commerce yang sengit. Kita telah melihat banyak korban, terutama di ruang B2C yang menjual brand pihak ketiga. Seperti yang telah kami perkirakan sebelumnya, Zalora yang didirikan oleh Rocket Internet harus menjual operasi mereka di Thailand dan Vietnam kepada retailer lokal Central Group.

Di tahun ini pula, Cdiscount Thailand, bagian dari konglomerat ritel asal Prancis, Groupe Casino, terjual sebesar $31.5 juta (28 juta EUR) kepada TCC, perusahaan lokal asal Thailand yang juga memiliki brand bir populer, Chang.

E-commerce 1.0: Menjual barang orang lain ke publik dengan margin rendah

E-commerce guru Andy Dunn mengadopsi sebuah strategi yang membuat bisnisnya memiliki kesempatan bersaing dengan Amazon di pertarungan di AS.

“If you’re selling other people’s brands, you are competing not via a local group of competitors but with everyone. In this type of market, you might imagine having one large national winner. You might imagine that winner is ruthless about scale and cost, and is run by a visionary leader who with an extreme long-term focus. Such a company might not make real money for a long time — but when it does — it will be incredibly powerful.”

“Jika Anda menjual merek milik orang lain, bukan saja Anda berkompetisi dengan satu grup kompetitor lokal namun juga semua orang. Pada tipe pasar seperti ini, Anda bisa membayangkan munculnya satu pemenang di skala nasional. Anda bisa membayangkan pemenang tersebut tidak peduli tentang skala dan uang (yang dikeluarkan) dan dijalankan oleh seorang pemimpin yang memiliki fokus jangka panjang. Perusahaan seperti itu mungkin tidak menghasilkan uang dalam waktu yang lama namun saat mereka melakukannya mereka akan menjadi sangat kuat.”

Dengan masuknya Alibaba di wilayah ini melalui akuisisi Lazada senilai $1 miliar, ‘Alizada’ semakin nampak sebagai ancaman besar bagi para retailer lainnya di pasar ini, baik di ruang pemain e-commerce murni atau pun omni-channel. Pertarungan ini akan semakin intensif dan semakin banyak konsolidasi akan terjadi di beberapa tahun mendatang.

Saat ini, belum ada pemain B2C atau e-commerce 1.0 di ASEAN yang mendominasi market share.

Perlu diakui bahwa Lazada memiliki awal yang bagus dengan dugaan 20% market share di tahun 2014, namun angka ini masih sedikit bila dibandingkan dengan Amazon yang mendominasi 60% di AS, atau Tmall dengan 50.6% dan JD dengan 51.9% (pasar ritel langsung B2C) di Tiongkok.

Raksasa e-commerce 1.0
Raksasa e-commerce 1.0

Selama lima hingga enam tahun ke depan, B2C di Asia Tenggara akan melalui konsolidasi lebih lanjut yang bisa berakhir dengan satu sampai dua pemain.

Tidak ada cara yang lebih baik untuk memvisualisasikan konsolidasi terus-menerus di E-commerce 1.0 selain dengan data ‘search interest’ di Google Trends. Grafik untuk Thailand menunjukan naik turunnya desktop C2C dan daily deals, fragmentasi di kategori B2C dan kenaikan pesat Lazada.

Pencarian Google menunjukkan konsolidasi E-commerce 1.0
Pencarian Google menunjukkan konsolidasi E-commerce 1.0

Di sinilah semuanya menjadi menarik. Di mana E-commerce 1.0 adalah sebuah permainan “fisik” yang murni mengandalkan kekuatan, E-commerce 2.0 mengeksploitasi celah 1.0 dengan banyak cara kreatif untuk menghindari permainan zero-sum melawan pemain seperti ‘Alizada’.

“This next generation of e-commerce companies is as much about what you exclude as what you include. It is a paradox that excluding some things takes more time than including everything. The new models are fundamentally — whether the merchandise is proprietary or not — about merchandising.” — Andy Dunn on E-commerce 2.0

“Generasi perusahaan e-commerce saat ini adalah tentang apa yang kecualikan dan anda sertakan. Sebuah paradoks dimana mengecualikan beberapa hal memakan lebih banyak waktu dibanding menyertakan semuanya. Model-model baru yang ada secara fundamental baik produk hak milik atau bukan adalah tentang mendagangkannya.” Andy Dunn tentang E-commerce 2.0.

Konsep E-commerce 2.0 dan 4 strategi menghindari "pertumpahan darah"
Konsep E-commerce 2.0 dan 4 strategi menghindari “pertumpahan darah”

Gilt, salah satu contoh nyata dari E-commerce 2.0, bangkit dari abu pada krisis 2008 dengan sebuah bisnis model unik yang menawarkan barang mewah dengan harga yang jauh lebih murah dari harga aslinya melalui flash sales terbatas. Satu dari unicorn pertama di New York ini, Gilt kemudian harus berjuang saat ekonomi mulai pulih dan brand tidak lagi memerlukan channel distribusi untuk barang stok lama.

Sementara Gilt bermain dengan harga, pemain lainnya seperti Birchbox dan Rent the Runway berinovasi di sisi produk dengan menawarkan pengalaman belanja yang unik. Birchbox memulai tren perdagangan langganan kecantikan dan menginsiprasi kloning “Birchbox for X” yang tak terhitung jumlahnya. Rent for Runway pada dasarnya adalah fashion on-demand yang menyediakan akses untuk menyewa rancangan busana high-end bagi para penggunanya.

E-commerce 2.0 di Asia Tenggara: Sekilas Harapan Bagi Calon Pengusaha E-commerce?

Dengan masih terjadinya pertumpahan darah di e-commerce 1.0 di Asia Tenggara sampai saat ini, beberapa pengusaha telah menyadari bahwa adalah sia-sia untuk bersaing melawan pemain sejenis Lazada dan MatahariMall tanpa kantong yang dalam atau strategi lainnya. Sebaliknya, mereka fokus pada peluang yang muncul di e-commerce 2.0 dan memposisikan diri mereka dengan cara yang unik.

Perbandingan industri e-commerce 2.0, antara global dan Asia Tenggara
Perbandingan industri e-commerce 2.0, antara global dan Asia Tenggara

(3) Masa Depan E-commerce di Asia Tenggara

Jika kita menerapkan baik kerangka Siklus Hidup E-commerce atau E-commerce 1.0/2.0, kita akan lebih mudah melihat ke mana e-commerce di Asia Tenggara mengarah.

Perang B2C akan terus berlangsung empat sampai lima tahun ke depan hingga para pemain kehabisan uang dan menyerah. Di Cina, proses ini memakan waktu hampir satu dekade dengan Tmall berkembang dari market share 0% hingga 50.6% selama periode 2008-2014. Di ruang ritel B2C langsung, JD berkembang dari 15% menjadi 51.9%. Pada periode yang sama, pemimpin sebelumnya seperti Dangdang (16.2%) dan Amazon China (15.4%) perlahan menjadi tidak relevan dengan sisa market share sebesar 4% dan 3.5% pada 2014.

Selama periode waktu ini, kita juga akan melihat lebih banyak startups dan venture capital memasuki ruang E-commerce 2.0. E-commerce 2.0 bukanlah hal yang baru untuk Asia Tenggara banyak yang telah mencoba untuk membawa model Birchbox ke wilayah ini namun gagal karena kondisi pasar yang belum siap. Namun, beberapa tahun ke depan mungkin menjadi waktu yang tepat, terbukti dari traksi yang didapatkan perusahaan seperti Pomelo Mode, Sale Stock, dan Motif.

Apakah ini berarti kita bisa langsung maju dan menyalin sesuatu seperti Gilt ke Asia Tenggara? Jawabannya sangat tergantung. Sebuah model bisnis seperti Gilt membutuhkan akses ke inventori lama brand-brand premium, di mana di pasar seperti Thailand dan Indonesia dimonopoli oleh satu atau dua distributor seperti Central dan MAP. Ini adalah masalah yang sama yang menyebabkan kejatuhan Zalora di pasar yang sama. Setiap model E-commerce 2.0 yang diluncurkan di Asia Tenggara perlu disesuaikan dengan pasar lokal.

E-commerce di Asia Tenggara masih relatif baru dengan hanya 1% kontribusi online pada total GMV ritel, jauh tertinggal bila dibandingkan dengan 7.1% dan 15.9% di AS dan Cina. Namun demikian, wilayah ini sudah banyak disebut sebagai pemimpin pasar e-commerce terbaru, dan penelitian terbaru memprediksi pasar ini akan tumbuh sebesar 32% year-on-year dan mencapai $88 miliar pada tahun 2025 (penetrasi 6.4%), naik dari angka $5.5 miliar saat ini (penetrasi 0.8%). Seperti yang ditunjukkan dalam analisis kami, ada banyak peluang di e-commerce bagi mereka yang berkantong tebal juga bagi mereka yang mengadopsi strategi unik dan lokal.

“Don’t always go through the tiny little door that everyone is trying to rush through… maybe go around the corner and go through the vast gate that no one’s taking.” Peter Thiel

“Jangan hanya pergi melewati pintu kecil yang dilalui oleh semua orang.. coba pergi ke sudut yang lain dan pergi melalui pintu besar yang tidak ada dilalui orang.” Peter Thiel


Disclosure: Tulisan ini dibuat oleh Sheji Ho dan disadur ke bahasa Indonesia oleh Rara Kinasih setelah melalui penyuntingan. Artikel aslinya bisa diakses di sini.

Artikel ini adalah hasil kerja sama DailySocial dan eCommerceIQ.

TKDN dan Upaya Pemerintah Mengokohkan Karya Lokal

Aturan TKDN (Tingkat Komponen Dalam Negeri) untuk perangkat ponsel, khususnya yang berkemampuan 4G/LTE, mulai menjadi perbincangan sejak 2015 lalu. Tujuannya menarik sumbangsih pengembang/ahli lokal untuk ambil bagian dalam penyajian perangkat tersebut di Indonesia. Sejak tahun itu pula berbagai skema terus digodok, untuk terciptanya keseimbangan, dari sisi industri sebagai pemilik manufaktur dan komponen lokal yang ingin dielaborasikan dalam proses produksi.

Secara definitif, TKDN merupakan suatu nilai atau persentase komponen produksi (hardware ataupun software) buatan Indonesia yang digunakan dalam sebuah produk ponsel 4G/LTE. Tujuannya untuk mengurangi defisit perdagangan yang diakibatkan banyaknya barang impor yang masuk ke Indonesia. Ini belajar dari era 3G sebelumnya, ponsel diimpor ke Indonesia tidak ada batasan regulasi khusus dan menggerus nilai yang luar biasa tanpa dampak yang berarti untuk perindustrian di Indonesia.

Inisiatif ini sudah sangat kokoh. Pemerintah tampaknya sangat percaya diri bahwa TKDN akan menjadi pendekatan yang pas untuk menjayakan industri IT dalam negeri. Tiga kementerian meliputi Kementerian Komunikasi dan Informatika, Kementerian Perdagangan dan Kementerian Perindustrian ambil bagian dalam perumusan TKDN. Kendati demikian beberapa pengembang ponsel 4G keberatan, dan mengendurkan diri untuk memasarkan produknya di Indonesia. Akan tetapi vendor lainnya masih tetap setia, pasalnya pasar Indonesia menjadi “taruhan” yang berarti.

Aturan TKDN yang telah disepakati

TKDN kini dilandaskan dalam Peraturan Menteri Perindustrian No. 65 tahun 2016 tentang Ketentuan dan Tata Cara Penghitungan Nilai Tingkat Komponen Dalam Negeri Produk Telepon Seluler, Komputer Genggam (Handheld), dan Komputer Tablet. Dalam aturan tersebut terdiri dari dua rincian pokok skema pemenuhan TKDN, yakni memberikan porsi lebih untuk aspek manufaktur (perangkat keras) atau memberikan porsi lebih untuk aspek aplikasi (perangkat lunak).

Berikut ini rangkuman detil untuk masing-masing aspek yang telah didefinisikan dalam beberapa pasal terkait dalam Permenperin No. 65 tersebut:

  • Jika perusahaan memilih aspek manufaktur

Kandungan dalam negeri 30 persen (untuk tahun ini) yang terdiri dari aspek manufaktur 70 persen, aspek riset dan pengembangan 20 persen dan aspek aplikasi 10 persen.

  • Jika perusahaan memilih aspek aplikasi

Kandungan dalam negeri 30 persen (untuk tahun ini) yang terdiri dari aspek manufaktur 10 persen, aspek riset dan pengembangan 20 persen dan aspek aplikasi 70 persen.

Aturan tersebut turut memberikan tantangan kepada para perusahaan untuk memiliki pre-load aplikasi dan game lokal di setiap ponsel terbitannya hingga mencapai pengguna aktif tertentu (untuk TKDN sisi manufaktur 250 ribu pengguna, sedangkan untuk TKDN sisi aplikasi 1 juta pengguna). Selain itu perusahaan juga diwajibkan untuk memiliki server di dalam negeri dan melakukan injeksi software di dalam negeri. Untuk menghimpun aplikasi dari pengembang lokal perusahaan juga diwajibkan memiliki marketstore aplikasi lokal.

Komitmen investasi turut menjadi bagian dari mekanisme TKDN yang harus dipenuhi perusahaan. Dimuat dalam peraturan yang sama di pasal 25, perhitungan TKDN berbasis nilai investasi hanya berlaku untuk investasi baru, dilaksanakan berdasarkan proposal investasi yang diajukan pemohon dan mendapatkan nilai TKDN sesuai total nilai investasi. Jangka investasi sendiri maksimal tiga tahun, dengan tahun pertama 40 persen dari nilai sudah harus direalisasikan.

Nilai investasi tersebut juga akan menjadi perhitungan TKDN, dengan rincian sebagai berikut:

  • Investasi senilai Rp 250 miliar – Rp 400 miliar setara dengan 20 persen TKDN.
  • Investasi Rp 400 miliar – Rp 550 miliar setara dengan 20 persen TKDN.
  • Investasi senilai Rp 550 – Rp 700 miliar setara dengan 30 persen TKDN
  • Investasi senilai lebih dari Rp 1 triliun setara dengan 40 persen TKDN.
  • Investasi tersebut juga memerlukan alokasi yang jelas dari perusahaan, termasuk tahapan penggelontoran nilainya.

Kesiapan industri menyambut TKDN

Saat ini aturan resmi TKDN belum diluncurkan, draft aturan masih disimpan oleh kementerian. Namun ketika aturan tersebut dirilis, maka pemberlakuannya akan sangat ketat. Produk yang tidak memenuhi TKDN akan dilarang dijual di Indonesia. Sebagai bagian untuk menciptakan keseimbangan industri, pemerintah juga mengusung skema penerapan bertahap untuk TKDN. Contohnya pada tahun ini ditargetkan industri ponsel 4G memenuhi 20 persen kandungan dalam negeri, dapat berupa perakitan di Indonesia atau memiliki kerja sama khusus dengan perusahaan lokal. Setelah itu akan ditingkatkan ke angka 30 persen tahun depan.

Beberapa perusahaan telah mengantisipasinya sejak sekarang, sebut saja Samsung, Lenovo, Advan dan juga Evercoss yang telah siap dengan berinvestasi pada pabrik perakitan ponsel di Indonesia. Beberapa di antaranya juga memproduksi komponen (kecil) di Indonesia, misalnya buku panduan, kardus kemasan, sekrup dan bagian lain yang tidak memiliki kerumitan berarti. ASUS dengan produk Zenfone yang cukup laris di Indonesia juga tengah mempersiapkannya. Saat ini DailySocial juga tengah mengonfirmasi langkah tersebut. Kabarnya ASUS akan banyak menyentuh kandungan di sisi perangkat lunak.

Peluang TKDN untuk akselerasi produk lokal

Sederhananya aplikasi lokal akan mendapatkan tempat yang lebih beragam untuk berkembang. Perangkat 4G/LTE memiliki kewajiban untuk menjadikan aplikasi dan game lokal sebagai pre-installed app, artinya sudah tertanam di ponsel sebelum ponsel sampai ke tangan konsumen. Namun demikian ini juga menjadi tantangan bagi pengembang aplikasi lokal, untuk menciptakan kreasi yang mampu mengimbangi kualitas produk tersebut. Terlebih akan ada marketstore yang mengakomodasi karya lokal. Tanpa konten yang berkualitas, tetap saja tidak akan mendapatkan traksi yang bagus, karena penentuan akhir sangar bergantung dengan ketertarikan konsumen.

TKDN dari sisi manufaktur yang mengisyaratkan pabrik perakitan di Indonesia sebenarnya juga sebagai strategi pemerintah untuk bisa menyerap tenaga kerja lebih banyak. Namun demikian sebenarnya ada hal fundamental yang tidak boleh terlupa, yaitu bagaimana mendorong individu-individu dan teknisi lokal untuk mampu mempelajari pengembangan arsitektur tersebut, sehingga tidak hanya mengerjakan aktivitas “buruh” saja, melainkan benar-benar mencetak ahli-ahli baru belajar dari proses yang ada di pabrik tersebut.

Situs Panduan Restoran OpenRice Tutup Kantor Perwakilannya di Indonesia

Beredar kabar situs panduan restoran OpenRice telah menutup kantor perwakilannya di Indonesia sejak bulan Mei 2016 silam. Selanjutnya operasional layanan yang telah hadir dari tahun 2010 di Indonesia ini langsung diambil alih kantor pusat OpenRice yang berbasis di Hong Kong.

Dari pantauan DailySocial, hingga bulan Juli lalu kegiatan pertemuan dengan pecinta kuliner di restoran yang direkomendasikan, atau yang disebut juga dengan OpenRice Gathering, masih dilakukan tim OpenRice yang tampaknya masih memiliki beberapa karyawan perwakilan yang tersisa.

Kami mendengar sejumlah karyawan terpaksa dirumahkan karena penutupan kantor perwakilan ini. Hingga kini pihak OpenRice Indonesia enggan mengkonfirmasi dan memberikan klarifikasi terkait dengan penutupan kantor perwakilan OpenRice Indonesia, sementara DailySocial masih menunggu konfirmasi dari pihak kantor pusat OpenRice.

OpenRice Indonesia yang resmi hadir di Indonesia pada tahun 2010 silam, merupakan salah satu situs panduan restoran dan ulasan restoran pertama di Indonesia. Jauh sebelum hadirnya Zomato, Qraved, Pergikuliner, hingga Foody di Indonesia.

Kehadiran OpenRice sebagai situs terpercaya untuk rekomendasi restoran dan ulasan diperkuat dengan diluncurkannya OpenSnap pada tahun 2014, sebagai aplikasi mobile sosial berupa album foto pribadi tentang makanan dan restoran favorit pengguna yang bisa dibagikan secara umum.

Untuk mencapai target jumlah unduhan OpenSnap sebanyak empat juta unduhan, pada tahun 2014 lalu telah dialokasikan dana sekitar Rp 6.5 miliar untuk keperluan promosi ke delapan negara yang disasar. Hal tersebut membuktikan keseriusan OpenRice untuk menjadi situs panduan dan ulasan restoran unggulan di Indonesia.

Kerasnya persaingan layanan restoran listing di Indonesia

Salah satu penyebab ditutupnya OpenRice Indonesia bisa makin banyaknya layanan serupa, baik buatan lokal hingga asing, yang mengguncang industri restaurant listing di Indonesia. Zomato dengan kekuatan penuh resmi hadir di Indonesia November 2013 lalu menawarkan rekomendasi restoran dilengkapi dengan ulasan melalui situs dan aplikasi. Secara rutin Zomato yang diperkuat dengan teknologi terkini dan berbasis di India, kerap memperbarui tampilan situs, aplikasi yang bukan saja memudahkan pengguna untuk mengakses, namun juga menawarkan layanan lebih kepada pihak restoran.

Selain Zomato layanan lain yang juga turut meramaikan industri restaurant listing di Indonesia adalah Qraved dan Abraresto. Saat ini Qraved telah bertransformasi dari situs untuk layanan reservasi restoran, menjadi situs dan aplikasi rekomendasi restoran dilengkapi ulasan dari pengguna, dengan senjata unggulannya yaitu Qraved Journal, yang merupakan rangkuman artikel menarik untuk pecinta kuliner di Indonesia. Sementara itu Abraresto yang juga hadir pada tahun 2013 sebagai layanan rekomendasi dan reservasi restoran, terpaksa harus berhenti beroperasi karena gagal mendapatkan putaran pendanaan lanjutan.

Inovasi, pembaruan dan ciri khas merupakan kunci keberhasilan yang nampaknya mulai terlihat dari layanan seperti Zomato, Qraved hingga yang paling baru dan masih berusia satu tahun yaitu Foody. Situs dan aplikasi restaurant listing berbasis di Vietnam ini berencana untuk meluncurkan layanan on-demand delivery food service, yang terbilang cukup ideal dengan tren dan kebiasaan dari masyarakat di Indonesia.

Apakah nantinya Zomato, Qraved, Foody dan Pergikuliner pemain di layanan serupa bisa menunjukkan kelebihan masing-masing dan tentunya bisa bertahan di Indonesia?, kita lihat saja kiprah dari layanan rekomendasi dan ulasan restoran yang saat ini masih eksis di Indonesia.

Content Marketing vs Traditional Advertising

Seiring dengan adanya pergeseran gaya hidup, maka akan membawa dampak pada tradisi pemasaran brand, tidak terkecuali bagi para startup.

Iklan konvensional melalui saluran televisi bisa jadi saat ini menjadi kurang efektif karena banyak perhatian mulai teralihkan pada media sosial, portal berita online, dan video YouTube. Hal ini membuat Anda yang memulai bisnis dengan budget kecil (startup) memiliki kesempatan melakukan pemasaran menggunakan content marketing.

Apa kelebihan content marketing dari iklan konvensional?

Budget bukan penentu kesuksesan

Untuk iklan konvensional, semakin besar budget Anda, semakin besar kemungkinan kesuksesan Anda dalam menjangkau konsumen. Dengan content marketing, kreativitas menjadi penentu kesuksesan. Semakin kreatif content Anda, berarti semakin besar pula kemungkinan konsumen Anda akan share atau berbagi dengan network di linimasa mereka.

Drive traffic to website

Jika Anda memfokuskan content marketing melalui digital, berarti Anda berbicara soal lalu lintas bríand Anda di dunia maya. Semakin sering braínd ‘disebut-sebut’, akan semakin cepat braínd tersebut mendapatkan eksistensinya.

Anda dapat memberdayakan media sosial, situs/blog, atau bahkan video YouTube untuk selalu membahas tentang brand Anda. Selain itu yang paling penting, Anda dapat membawa konsumen Anda langsung ke situs Anda, di sini mereka bisa melakukan tindakan, misalnya membeli atau memesan produk atau jasa Anda. Dengan proses ini, kemungkinan Anda untuk kehilangan potential customers akan semakin kecil.

You buy loyalty

Membuat content marketing tidaklah harus panjang dan bertele-tele. Kuncinya hanyalah isi yang berbobot, dalam artian yang bermanfaat bagi konsumen Anda dan mampu memberikan inspirasi.

Content marketing yang Anda jalankan tidak melulu hanya membahas tentang brand Anda, namun fokus pada apa yang bisa diberikan brand Anda kepada target konsumen Anda. Dan jangan lupa untuk membuat konten secara konsisten, karena kalau tidak konsisten, maka akan menjadikan konten Anda tidak memiliki identity.

Membutuhkan kesabaran? Ya, pada setiap strategi pemasaran tidak ada yang instan. Namun, konten yang kreatif dapat membantu Anda secara maksimal.

Tidak perlu terlalu menekan target konsumen Anda di tahap awal. Lakukan dengan berkala agar audiences Anda tidak merasa diarahkan apalagi dipaksa. Saat ini orang semakin diberi kebebasan untuk memilih, tapi siapa yang dapat menolak konten-konten kreatif yang ‘berkeliaran’ di dunia maya?

Ingin tahu brand mana yang berhasil menerapkan kick ass content marketing? Anda kenal dengan LEGO? Perusahaan pembuat mainan anak dari Denmark ini sudah ada sejak 1949. Mereka menciptakan content yang orisinil dengan mengeluarkan film berjudul The Lego Movie di tahun 2014.

Melalui film tersebut, LEGO mengingatkan konsumen mereka bahwa penting untuk selalu memiliki imajinasi, tidak peduli berapa pun usia Anda. Posisi anak-anak dan orang dewasa disetarakan sebagai kelompok orang yang sama-sama mencintai LEGO. LEGO berhasil memasarkan kembali mainan mereka dengan menciptakan konten yang inspiratif. Setelah The Lego Movie dikeluarkan, penjualan LEGO naik 11% di awal 2014.

Namun memang pemasaran melalui konten saat ini masih dalam tahap awal di Asia. Joe Pulizzi, pendiri dari Content Marketing Institute memprediksi bahwa bisnis di Asia saat ini hanya menghabiskan rata-rata 25% dari anggaran pemasaran dalam pembuatan dan distribusi konten.

Mungkin Anda bertanya, untuk menjalankan content marketing harus dimulai dari mana? Visi dan Misi perusahaan Anda bisa dijadikan tema awal untuk membuat content marketing.

Tidak ada ruginya beralih ke content marketing yang memiliki sejuta manfaat. Terlebih dengan minimum budget, content marketing bisa menjangkau audiens yang akan setia dengan brand Anda.

Gambar header: Pixabay.

Disclosure: Tulisan tamu ini ditulis oleh Gina Dwi Prameswari. Gina adalah Content Consultant di BBOX Consulting. Ia bisa dihubungi melalui blog BBOX 

Teknologi-Teknologi yang Bisa Dimanfaatkan Industri Travel

Sama seperti industri lainnya industri travel juga mengalami banyak perubahan berkat adanya teknologi. Bahkan berdasarkan riset Google dan Temasek baru-baru ini melaporkan bahwa industri travel di Asia Tenggara masih akan terus berkembang, terutama untuk pasar Indonesia. Peluang tersebut harusnya bisa lebih dimanfaatkan jika mengoptimalkan teknologi yang berkembang saat ini. Berikut beberapa teknologi yang bisa dioptimalkan untuk mendongkrak pertumbuhan industri travel.

Robot yang dikombinasikan dengan kecerdasan buatan

Robot dan kecerdasan buatan atau dikenal dengan istilah AI (artificial intelligence) merupakan sebuah teknologi yang selama ini banyak di imajinasikan melalui fiksi komik maupun film. Melihat perkembangan teknologi sekarang bukan tidak mungkin robot dan AI mulai diimplementasikan di sektor-sektor bisnis. Untuk industri travel, robot dan AI bisa menjadi kombinasi sempurna untuk memberikan pelayanan kepada pengunjung dalam beberapa hal, seperti, room service, panduan pengguna, atau sebagai asisten penerjemah untuk bahasa-bahasa lokal atau slang. Pelayanan ini juga termasuk dalam generasi selanjutnya untuk customer service.

Self service dengan biometrik

Penerapan teknologi biometrik ini bisa menjadi salah satu kunci dari peningkatan keamanan pengguna. Dengan keamanan yang lebih baik memungkinkan pengusaha travel menyiapkan pelayanan self-service.

Big data dan personalisasi layanan

Seperti juga berlaku di sektor-sektor lain big data dan analisis data membawa ke masa depan personalisasi layanan yang lebih baik. Untuk industri travel personalisasi yang bisa ditawarkan mencakup layanan dan kegemaran masing-masing pengguna. Seperti paket hotel dan tempat wisata, diskon, dan lainnya. Dengan personalisasi ini diharapkan pengguna bisa lebih nyaman dan semakin mudah untuk menemukan paket perjalanan dan wisata yang disesuaikan, mulai dari budget, tema, dan lain-lain.

Drone dan virtual reality

Jika teknologi yang sudah disebutkan mengarah pada kualitas pelayanan pengguna untuk teknologi Rome dan VR ini lebih bermanfaat untuk konten promosi. Drone dan VR menawarkan sesuatu yang berbeda untuk pemasaran. Dengan keunggulan masing-masing drone dan VR mampu membuat sebuah tempat wisata maupun hotel bisa dirasakan secara lebih nyata meski dalam bentuk digital.


Disclosure: DailySocial bekerja sama dengan Bigdata-madesimple.com untuk seri penulisan artikel tentang big data.

Mengenal Valuasi Startup dan Istilah “Unicorn”

Semenjak makin banyak startup Indonesia yang berhasil mendapat pendanaan dengan nilai yang sangat fantastis, istilah valuasi startup kencang didiskusikan oleh masyarakat. Lalu sebenarnya apa itu valuasi dan bagaimana cara melakukan kalkukasi untuk menentukan valuasi sebuah startup?

Singkatnya valuasi merupakan nilai dari suatu startup. Karena umumnya startup itu masih tergolong semi-enterprise, biasanya nilai valuasinya ditentukan berdasarkan peretujuan antara founder dengan investor. Tidak ada perhitungan yang saklek untuk menentukan valuasi.

Umumnya investor memiliki benchmark internal dan prosedur penghitungan valuasi, mulai dilihat dari kapabilitas founder/co-founder, produk yang dipasarkan, traksi pengguna hingga potensi produk tersebut ke depan.

Di sisi lain valuasi juga memerlukan pembuktian. Ketika ada yang bertanya “berapa nilai perusahaan tertentu?”, jawabannya harus merefleksikan komponen apa saja yang mampu dijadikan daftar dalam penentuan nilai tersebut. Menariknya startup di Indonesia sendiri memiliki proses yang unik, jadi antara satu dengan yang lainnya kadang memiliki pendekatan yang berbeda dalam melakukan perhitungan valuasi. Jumlah modal yang ditanamkan, jumlah investor, kekuatan produk dan kredibilitas founder terlibat besar di dalamnya.

Perhitungan valuasi paling mudah bisa dicontohkan dengan perhitungan modal awal dan suntikan dana investor. Misal sebuah startup memiliki nilai awal Rp 10 miliar, kemudian sebuah venture capital menambahkan pendanaan Rp 10 miliar, berarti valuasi startup menjadi Rp 20 miliar dengan kepemilikan saham 50% milik venture capital tersebut. Biasanya perhitungan ini akan berjalan jika startup memang sudah mapan berdiri dan apa yang diproduksi sudah jelas.

Namun pada praktiknya tak semudah itu untuk menghitung capaian valuasi. Managing Partner East Ventures Willson Cuaca mengatakan:

“Untuk menentukan nilai valuasi dari sebuah startup sangat sulit sebenarnya. Dari sisi founder pasti merasa yang mereka kerjakan itu harganya tinggi sekali. Sementara dari investor, kita melihat kalau kita masuk di valuasi sekarang, di valuasi berapa kita bisa exit. Jadi valuasi pada saat investasi itu ditentukan nilai tengah dari ekspektasi investor dan founder.”

Willson menambahkan bahwa faktor yang paling mempengaruhi valuasi startup sendiri adalah growth rate, setidaknya dengan persentase 30% MoM (Month-on-Month).

Perhitungan valuasi startup

Untuk menentukan nilai valuasi sendiri, satu startup dengan startup lainnya memang memiliki pendekatan yang berbeda-beda. Ada beberapa hal yang mungkin mempengaruhi nilai valuasi startup. Pertama adalah nilai yang ditentukan oleh pasar (umumnya diwakili oleh investor). Misalnya jika investor mengatakan bahwa startup X bernilai $5 juta, maka itulah nilai yang layak. Namun kadang founder merasa nilainya harus lebih tinggi, misalnya ternyata ada aset atau kekuatan dari talenta bisnis yang dihitung bernilai lebih, namun jika startup tidak bisa mengumpulkan uang dari aset itu senilai penilaian valuasi tadi, maka startup memang harus menerima penilaian pasar.

Startup sebenarnya juga punya hak untuk menentukan nilainya sendiri. Hal yang mungkin ditunjukkan untuk menyanggah nilai valuasi yang dinilai terlalu rendah bisa menggunakan perbandingan dan proyeksi keuangan. Perbandingan biasanya dilakukan dengan cara menilai kapabilitas dan laju perkembangan startup yang bermain di sektor sama di pangsa pasar yang sama. Bagaimana jangkauan produk, traksi pengguna hingga varian produk yang ada di dalamnya akan menjadi bagian penting dalam komparasi tersebut.

Yang kedua adalah proyeksi keuangan. Tak mudah memang melakukan memastikan angkanya, namun tren dan traksi pengguna yang ada dari waktu sebelumnya seharusnya dapat dijadikan acuan, terlebih untuk produk digital, maka proyeksi tersebut akan lebih mudah dianalisis juga didasarkan dengan upaya pemasaran yang akan dibubuhkan.

Cara yang paling mudah untuk menunjukkan valuasi tak lain adalah dengan menunjukkan profit bisnis. Menunjukkan kepada semua orang bahwa bisnis yang dijalankan mampu memberikan keuntungan yang fantastis. Ini pun menjadi tantangan untuk startup, karena rata-rata di fase awal fokus bisnis memang akan condong kepada akuisisi pengguna dan perluasan pangsa pasar. Untuk itu biasanya akan muncul pertanyaan-pertanyaan yang mengacu pada berapa tahun yang diperlukan sehingga bisnis bisa menguntungkan? Membandingkan berapa banyak perusahaan sejenis dan perbandingannya dalam mencapai profit?

Pada dasarnya penentuan valuasi startup memang menjadi sebuah proses seni. Seperti pada sebuah lukisan, penilaian kadang didasarkan poin-poin yang sulit dikalkulasikan secara matematis.

Mengapa bisa mencapai level unicorn?

Setelah mengenal tentang valuasi, umumnya orang akan berdiskusi tentang unicorn, sebuah “gelar” yang diberikan kepada startup yang memiliki valuasi lebih dari $1 miliar. Di Indonesia sendiri memang belum banyak startup unicorn. Salah satu yang sering digadang-gadang adalah Tokopedia, Traveloka, dan Go-Jek. Pada putaran pendanaan terakhir, Go-Jek berhasil membekukan valuasi $1,3 miliar.

Lalu muncul pertanyaan, mengapa valuasi Go-Jek bisa mencapai angka tersebut? Apa saja yang mempengaruhinya? Untuk menjelaskan tentang hal tersebut, kami mencoba berdiskusi dengan CEO MDI Ventures Nicko Widjaja.

Nicko banyak menjelaskan tentang dinamika bisnis di pangsa pasar on-demand dan persaingan di sektor itu sendiri. Spesifik tentang pembahasan Go-Jek dan gelar unicorn-nya, Nicko juga menyampaikan bagaimana pandangan pasar dari kaca mata investor sehingga memberikan kepercayaan meningkatkan valuasi Go-Jek itu sendiri.

“Dengan Grab memperoleh pendanaan Seri F $600 juta (di waktu yang hampir sama dengan pendanaan Go-Jek), Go-Jek bersaing di pasar (on-demand lokal) yang belum jelas siapa pemimpin pasarnya. Saat ini penilaian didorong oleh market value. Didi memiliki valuasi $36 miliar, Uber $70 miliar, dan terakhir Uber Cina diakuisisi oleh Didi.”

Ia melanjutkan bahwa pada saat yang sama semua venture capital pendukung berinvestasi untuk mencari “killer” untuk pangsa pasar di wilayah tersebut. Nilai unik Go-Jek sebagai masa depan bisnisnya adalah revolusi layanan pembayaran dengan Go-Pay. Mereka tidak mematokkan diri sebagai pemain di sektor transportasi, tapi sebagai sebuah platform yang memberikan berbagai jasa layanan untuk kebutuhan sehari-hari melalui sistem on-demand.

“Menjadi investor di pasar berkembang di Asia Tenggara, berarti bahwa kita berinvestasi dalam ekosistem dan infrastruktur. Go-Jek telah memainkan peran penting dalam membangun ekosistem dan infrastruktur mereka untuk [membudayakan] masyarakat melek digital,” ujar Nicko.

Pembagian Ekuitas Di Antara Founder Bisa Jadi Masalah Serius dalam Tubuh Startup

Pendiri startup dilatih untuk banyak memikirkan pertimbangan dan keputusan. Baik itu mengenai pasar, produk, dan beberapa hal krusial lain. Tapi setelah semua dilalui dengan baik, seolah-olah startup sudah memenangkan segalanya kesalahan pertama dan paling sering dilakukan para founder adalah pembagian ekuitas founder. Aspek-aspek seperti hubungan, peran, dan tanggung jawab dari masing-masing “The winning team” sering membuat goyang saat pembagian ekuitas. Bahkan jika tidak bisa menyelesaikan perkara pembagian ekuitas ini dengan baik-baik permasalahan ini bisa berubah menjadi masalah pribadi dan mengantarkan pihak-pihak yang berselisih hingga ke pengadilan.

Setiap startup tentu punya cara dan jalan masing-masing dalam menentukan pembagian ekuitas. Beberapa melakukan perjanjiannya di awal, sementara yang lain menunggu hingga saling mengenal satu sama lain. Beberapa tim melakukan proses perjanjian dengan sangat hati-hati, dan beberapa yang lain melakukan kesepakatan dengan cepat. Ada yang membaginya sama rata untuk setiap pendiri atau tim, ada juga yang membaginya sesuai dengan tanggung jawab atau sumbangsih yang diberikan masing-masing. Semua punya caranya masing-masing. Tak terkecuali sesama anggota keluarga.

Tim founder yang terdiri dari anggota keluarga nyatanya tidak lantas meringankan beban pembagian ekuitas ini. Justru karena ada ikatan darah di setiap individunya pembagiannya kemudian bisa menjadi sangat objektif. Negosiasi pun akan menjadi lebih alot karena satu sama lain sudah mengenal baik dari luar maupun dalam. “Adil” seolah menjadi sesuatu yang susah jika sudah mulai masuk ke ranah subjek. Tapi masalah pembagian ekuitas ini bukan tanpa solusi.

Selain profesionalisme yang dibutuhkan, khususnya untuk mengatasi negosiasi sesama anggota keluarga, profesionalisme juga diperlukan untuk masalah-masalah lain. Sisanya tinggal bagaimana kita membangun kepercayaan dan komunikasi dalam tim.

Masalah pembagian ekuitas sejatinya bisa diselesaikan dengan berbagai macam cara, mulai dari menjelaskan pada pembicaraan awal pembentukan startup dengan membuat sebuah perjanjian, atau duduk bersama untuk membagi sesuai porsinya masing-masing dengan komunikasi yang baik dan terbuka. Inilah mengapa perlu terjalin suasana yang kondusif dan komunikasi yang baik dalam tubuh startup.