3 Tren Media Sosial yang Bisa Disiapkan dan Dipraktikkan

Tahun 2016 sudah memasuki periode tengah tahun. Beberapa strategi media sosial yang telah disusun saat awal tahun bisa jadi telah dijalankan dan sedang masuk tahap evaluasi. Meski begitu, masih ada sisa waktu yang cukup banyak sampai tahun 2016 benar-benar berakhir dan strategi media sosial yang tepat masih terus dibutuhkan sampai pergantian tahun nanti.

Tren media sosial yang berkaitan dengan SEO Marketing yang dapat ditelaah untuk mengetahui apakah sudah dijalankan atau belum pada tahun 2016 antara lain adalah:

1. Memperbaiki Kehadiran Di Media Sosial

Situs resmi perusahaan serta pengelolaan konten merupakan hal yang penting untuk dilakukan, tidak hanya untuk SEO tetapi juga untuk memudahkan calon konsumen ketika mencari informasi mengenai produk atau layanan yang ditawarkan perusahaan.

Kehadiran media sosial bagi sebuah perusahaan atau layanan sebagai pelengkap situs resmi perusahaan harus selalu diawasi penggunaannya, guna memperbaiki kesalahan yang ada atau melengkapi data yang kurang. Alasan lain adalah karena waktu yang dihabiskan oleh netizen (pengguna internet) di layanan media sosial semakin tinggi sehingga kelengkapan informasi menjadi hal yang penting dan krusial karena besar kemungkinan konsumen akan mencari informasi mengenai perusahaan melalui media sosial.

Optimasi agar hasil pencarian berada di posisi teratas juga bisa dilakukan dengan membuat post yang lebih panjang di layanan media sosial yang mendukung misalnya Facebook Notes. Cara lain juga bisa dilakukan dengan meningkatkan kualitas post yang memang memberikan informasi yang berguna pada konsumen.

2. Berjualan Secara Langsung Di Media Sosial

Bagi perusahaan atau startup yang memungkinkan untuk menjual layanan mereka melalui media sosial, maka aktivitas ini dapat dijadikan pilihan untuk dijalankan dikarenakan perkembangan fitur yang ada di beberapa layanan media sosial sekarang telah memungkinkan berjualan secara langsung di media sosial. Memaksimalkan konten yang informatif serta menawarkan pilihan untuk melakukan pembelian secara langsung adalah kombinasi yang pas dan merupakan solusi yang menyenangkan kedua pihak, pembeli dan penjual.

Hal yang perlu diperhatikan adalah menjaga keseimbangan antara konten serta proses promosi untuk menjual produk atau layanan di media sosial. Hal tersebut perlu dilakukan agar konsumen anda tidak dijejali dengan proses hard marketing untuk selling namun tetap mendapatkan informasi yang relevan dengan kebutuhan mereka.

3. Fitur Live Streaming Menggunakan Media Sosial

Salah satu tren media sosial dan SEO media marketing yang dapat mulai diperhatikan dan, jika memungkinkan, dipraktikkan adalah konten yang bersifat in-the-moment di media sosial dengan menggunakan fitur live streaming. Karakter konten yang bersifat ‘live’ ini dapat dikolaborasikan penggunaannya dengan konten lain saat anda melakukan penjadwalan konten untuk media sosial. Konten terjadwal yang tidak bersifat in-the-moment dapat dimaksimalkan untuk menangkap waktu yang pas saat pengguna sedang aktif menggunakan media sosial, sementara konten yang bersifat in-the-moment berfungsi sebagai tambahan konten yang bersifat variatif untuk followers anda.

Tiga tren di atas merupakan beberapa bagian dari tren media sosial dan SEO media marketing di tahun 2016 yang dikutip dari SmartInsights.com. Jika Anda telah menjalankan beberapa tren di atas sebagai strategi media sosial Anda, maka langkah selanjutnya adalah melakukan optimasi guna mendapatkan hasil yang lebih baik. Jika Anda belum menjalankannya, maka periode tengah tahun ini adalah waktu yang tepat bagi anda untuk mulai mencoba dan menganalisis tren mana yang cocok dengan karakter layanan yang ditawarkan oleh perusahaan Anda dan mana yang dapat dioptimasi kembali.

*) Artikel ini hadir dengan dukungan Ombaq.com. Gambar header: Pixabay

Elemen Penting dalam Perumusan Produk

Tidak mudah menciptakan produk yang bisa langsung cocok dan diterima di pasar. Produk atau layanan harus menjadi solusi yang memecahkan masalah dan kebutuhan dari pelanggan. Pengembangan produk yang baik harus dilakukan dengan riset dan tahapan yang runtut untuk menghasilkan produk yang benar-benar sudah disesuaikan dengan kebutuhan pelanggan.

Ada beberapa elemen penting dalam riset pengembangan produk. Selain titik permasalahan yang harus diselesaikan, data mengenai pasar tujuan dan beberapa kebiasaan pengguna juga menjadi salah satu hal yang tidak bisa ditinggalkan. Termasuk di dalamnya nilai tambah apa yang diberikan produk kepada penggunanya. Elemen-elemen ini yang harus menjadi “headline” utama ketika membahas pengembangan produk.

Data-data yang mendukung dalam perancangan produk harus benar-benar luas dan mendalam. Luas dalam arti data pendukung harus bisa menjadi tolak ukur dan perbandingan mengenai visibilitas produk terhadap pengguna. Sedangkan kedalaman data berarti data harus bisa memberikan prediksi mengenai perilaku atau kebiasaan pengguna atau menemukan korelasi yang belum di dapatkan sebelumnya.

Selain mengenai bagaimana data yang bisa memadai untuk produk, memiliki profesional baik alat maupun orang yang berurusan dengan data. Termasuk juga bagaimana perusahaan memilih manajer produk yang sesuai. Manajer produk selain harus memiliki kualitas di industri yang dituju juga harus memiliki keterampilan mengolah dan membaca data. Mungkin tanggung jawab ini bisa dibagi dengan Chief Data Officer (CDO) jika ada. Tetapi kemampuan untuk mampu mengerti data bisa menjadi salah satu keuntungan tersendiri ketika saat membangun produk.

Pada dasarnya menemukan produk terbaik tidak bisa dalam satu atau dua kali melakukan inovasi. Setidaknya dalam peluncuran pertama produk harus punya target pengguna dan permasalahan yang harus diselesaikan, akan menjadi lebih baik jika produk memiliki pembeda dan nilai lebih. Selanjutnya setelah produk benar-benar siap dan sudah dipersiapkan dengan baik tugas berada di pihak pemasaran untuk bagaimana membuat produk benar-benar optimal diterima masyarakat.

Disclosure: DailySocial bekerja sama dengan Bigdata-madesimple.com untuk seri penulisan artikel tentang big data.

Tizen Makin Memantapkan Diri untuk Menjadi Landasan Sistem IoT

Di tengah kekuasaan sistem operasi Android dan iOS di pangsa pasar mobile, kehadiran sistem operasi baru menjadikan sebuah tantangan berarti. Bahkan sistem operasi mobile yang sebelumnya sempat berjaya seperti BlackBerry dan Symbian bahkan tak mampu mengimbangi laju inovasi, terlebih yang baru, seperti Firefox OS.

Namun tak demikian dengan sistem operasi baru Samsung Tizen. Kendati belum memperlihatkan popularitasnya untuk perangkat mobile, melalui pembaruan di Tizen 3.0 yang diumumkan pada pagelaran Samsung Dev Conference di San Francisco beberapa waktu lalu, sistem operasi ini memantapkan diri untuk mulai merangkul platform yang lebih luas, memajukan visi seputar Internet of Things (IoT).

Tizen 3.0 hadir dengan pembaruan teknologi sehingga mampu bersanding dengan arsitektur perangkat mobile terbaru. Mengimbangi Android dan iOS, Tizen memiliki kapabilitas 64-bit, sehingga mampu bekerja dengan perangkat ARM 64-bit dan x86 terbaru. Konon Tizen 3.0 akan dirilis versi penuhnya pada September mendatang.

Saat ini versi beta Tizen 3.0 sudah bisa dicoba, termasuk bagi pengembang yang ingin melakukan deployment aplikasinya di sana. Dikembangkan untuk menjadi landasan sebuah sistem komputasi dengan beragam performa, Tizen 3.0 mampu berjalan dengan resolusi 4K, bagi platform game akan menjadi sahabat yang baik. Improvisasi grafisnya pun cukup signifikan, Samsung mengklaim kecepatannya meningkat 30 persen dari versi Tizen 2.4.

Pemanfaatan Tizen tidak akan berhenti pada handset smartphone. Sistem operasi ini ingin menyatukan perangkat dan menjadikannya pintar, mulai dari perlengkapan rumahan, hingga perangkat wearable. Samsung memprediksi di tahun 2020 mendatang setidaknya 21 miliar perangkat akan terhubung, dan Tizen ingin berperan besar dalam pembentukan ekosistem perangkat tersebut.

Dari perspektif pengembang, Tizen 3.0 kini kompatibel dengan Samsung Artik, sebuah platform end-to-end untuk pengembang perangkat pintar. Baru-baru ini Samsung juga memberikan dukungan lebih dengan peluncuran Artik Cloud, sebagai cloud services yang dapat dijadikan back-end perangkat IoT yang dikembangkan.

Sebagai sebuah sistem cerdas, pembaruan Tizen 3.0 juga menyusupkan sebuah API untuk face recognition dan emotion recognition yang begitu menguntungkan bagi pengembang. Termasuk kemampuan voice control yang memungkinkan pengembang melahirkan sistem seperti Cortana atau Siri. Sebuah framework anti-virus juga turut dibubuhkan, untuk menjamin keamanan sistem, terlebih Tizen memang ditargetkan untuk consumer user.

Dari sini visi besar Tizen sudah semakin terlihat. Bahwa sistem operasi yang dirilis pada tahun 2012 ini ingin mengakomodir kebutuhan komputasi secara menyeluruh, dari perangkat besar, perangkat kecil hingga perangkat bergerak. Karena dengan sistem operasi yang seragam, sebuah integrasi akan berkembang secara lebih cepat. Pun dari sisi pengembang yang akan dimudahkan dalam pengembangan aplikasi yang terintegrasi untuk berbagai macam perangkat.

Artikel ini adalah kolaborasi antara DailySocial dengan program Indonesia Next Apps 3.0. Kompetisi inovasi aplikasi pengembang lokal yang diselenggarakan oleh Samsung dan didukung oleh DailySocial. Ikuti DailySocial untuk informasi selanjutnya terkait Indonesia Next Apps 3.0 dan kunjungi laman resminya di https://ina.dailysocial.id.

Peran Serta Big Data dalam Menumbuhkan Traksi Bisnis Perhotelan

Industri perhotelan sekarang sedang digoyang lahan bisnisnya oleh startup-startup yang menawarkan tempat menginap seperti AirBnB dan layanan sejenis. Industri hotel mulai berbenah dengan menerapkan teknologi di sistem mereka, salah satunya untuk pemasaran dan pemesanan. Bahkan tak jarang mereka menggandeng mitra-mitra startup untuk membantu memasarkan ruang-ruang kosong milik mereka. Untuk masalah perhotelan ini sebenarnya big data menawarkan sesuatu yang baru. Sebuah analisis big data sebenarnya mampu memberikan dampak positif untuk pemasukan bisnis perhotelan.

Skenario utamanya adalah mempelajari setiap detil pemesanan yang dilakukan oleh pelanggan. Mulai dari keperluan mereka menginap, siapa yang membayarnya, dan kapan dan berapa lama terakhir menginap di hotel tersebut. Ini memberikan gambaran sehingga pihak hotel bisa mengatur tinggi rendahnya tarif untuk memberikan kesan lebih murah atau lebih terjangkau meski dengan pelayanan yang sama.

Detil data-data pelanggan yang dimaksud bisa bercabang dan memuat banyak variabel. Seperti dari mana mereka tahu hotel tersebut, bagaimana tanggapan mereka terhadap pelayanan hotel sebelumnya dan setelah mereka tinggal di hotel, dan dengan siapa saja mereka menginap di hotel, apakah keluarga atau dengan rekan-rekan bisnis mereka.

Data-data lainnya juga bisa bernilai, sebut saja seperti transportasi apa yang mereka pakai, maskapai apa, apakah tiket ekonomi atau bisnis, dan berapa uang yang mereka habiskan selama liburan atau tinggal di hotel tersebut di periode lampau dan data-data sejenis lainnya.

Grafik analisis data pelanggan hotel
Grafik analisis data pelanggan hotel

Data-data tersebut nantinya bisa diolah dan akan menghasilkan sebuah keputusan, dan sekarang bisa juga digunakan untuk menetapkan harga kamar, atau mungkin jumlah potongan harga yang didapat.

Penetapan harga atau potongan harga dari hasil analisis tersebut akan membuat kesan bahwa harga kamar bisa lebih terjangkau, ini yang dimaksud dengan mengoptimalkan RevPAR (Revenue Per Available Room) dengan memanfaatkan analisis big data.

Tak hanya itu data-data tersebut seharusnya juga berguna untuk bagaimana hotel menjalin kerja sama dengan industri-industri terkait lainnya. Seperti transportasi, bank, perusahaan dan lainnya.

Disclosure: DailySocial bekerja sama dengan Bigdata-madesimple.com untuk seri penulisan artikel tentang big data.

Fenomena Bitcoin dan Pokemon GO

Minggu lalu, dunia melihat peluncuran Pokémon GO di ponsel Anda. Game terbaru Pokémon ini sangat cepat menjadi viral di seluruh dunia, para gamer berbondong-bondong lari menuju ke taman terdekat dan terpaku melihat layar ponsel mereka untuk “menangkap semua pokemon” tersebut.

Dengan cepatnya ini menjadi pusat perhatian dan banyak meme dan gambar-gambar pokemon tersebar di berbagai media sosial, para reporter outlet berita keluar kantor untuk mencoba game ini dan harga saham Nintendo melonjak naik tatkala seperti halnya harga Bitcoin.

Bagi kami di BitX dan komunitas Bitcoin lainnya, ini adalah topik pembicaraan yang menarik. Orang yang sering menghakimi telah berpaling dari topik uang virtual ke topik mahluk-mahluk virtual di pokemon.

Tapi apakah memperbudak makhluk virtual memiliki sesuatu yang bisa ditawarkan ke ekosistem Bitcoin, atau mungkin sebaliknya? Munculnya dan kesuksesan satu malam game augmented reality seperti Pokemon GO ini adalah bukti bahwa adopsi ponsel dan mobile gaming masih terus berkembang. Sekarang pertanyaannya, akankah hal seperti “GO” untuk pembayaran mobile bakal terjadi?

Sistem pembayaran dalam permainan memungkinkan pemain untuk membeli barang virtual untuk mempercepat proses pemain untuk menangkap semua Pokemon. Pembayaran dilakukan biasanya dengan kartu kredit atau voucher prabayar.

Meskipun Google Play Store dan Apple App Store tidak secara langsung menerima Bitcoin (“belum”), Namun kita bisa membeli voucher prabayar dengan Bitcoin dan kemudian menggunakan ini untuk mendapatkan semua peralatan virtual yang Anda butuhkan.

Papa mama kamu akan lebih bersedia memberikan beberapa Bitcoin daripada informasi kartu kredit mereka. Hal ini memungkinkan anak-anak dan orang-orang tanpa kartu kredit untuk berpartisipasi dalam ekonomi barang virtual. Bahkan jika Anda memiliki kartu kredit, menggunakan Bitcoin untuk membeli voucher Play Store atau App Store dapat meminimalisir risiko Anda berbagi rincian informasi kartu kredit Anda dan informasi sensitif lainnya.

Micropayments

Dengan biaya transaksi yang rendah, Bitcoin sangat ideal untuk micropayment (pembayaran kecil). Hal ini membuat Bitcoin sebagai mekanisme pembayaran yang sangat ideal untuk pembelian konten digital, seperti Pokeball dalam kasus ini.

Tentu saja akan lebih fantastis jika Pokémon GO, atau online game lainnya yang tak terhitung jumlahnya yang memiliki in-game ekonomi akan menerima Bitcoin. Bayangkan pergi ke toko Pokemon dan membeli Pokeball, incense dan lucky eggs dengan Bitcoin di bawah 30 detik. Integrasi langsung dengan Bitcoin bisa mengubah Bitcoin menjadi sukses dalam semalam.

Karena Bitcoin adalah interoperable, pemain dapat mentransfer nilai apapun yang diperoleh dalam satu game ke game lainnya asalkan game tersebut menerima Bitcoin (seperti Minecraft), atau dapat membayar atau membeli barang di dunia nyata. Sekarang sudah ada postingan di Craigslist dari orang-orang yang menawarkan dirinya untuk melatih Pokemon Anda. Ini akan menjadi sempurna jika kita bisa membayar pihak ketiga tersebut dengan Bitcoin yang kita peroleh dalam game.

Sampai saat itu, kita Bitcoiners harus sabar menunggu. Suatu hari nanti kita akan “tangkap mereka semua”, maju terus.


Tulisan ini adalah hasil kerja sama DailySocial dan BitX. Tulisan aslinya bisa ditengok di Blog BitX.

Pekerjaan Rumah Besar Rocket Internet Membudayakan Bisnis yang “Profitable”

Rocket Internet adalah perusahaan pengayom startup asal Jerman yang sering digadang-gadang sebagai akselerator yang patut diperhitungkan startup di luar Silicon Valley. Beberapa startup seperti Foodpanda, Lazada, Lamudi, hingga Zalora menjadi bagian dari portofolio perusahaan terbaiknya. Ratusan basis bisnis yang tersebar di 110 negara juga telah merangkul setidaknya 36.000 pegawai.

Cerita manis tersebut menjadikan banyak startup yang berbondong ingin menjadi bagian, baik itu mengikuti inkubasi ataupun mendapatkan investasi, dari Rocket Internet. Namun siapa mengira bahwa strategi bisnis yang digulirkan tergolong sangat berisiko. Tercatat banyak perusahaan startup binaan Rocket Internet sampai saat ini masih belum profitable. Masih terus memperluas pangsa pasar dengan tendensi “membakar uang”.

Lazada dan Zalora menjadi salah satu cerita lama yang pada awalnya terus merugi. Sepanjang tahun 2014 contohnya, keduanya membukukan kerugian $235,3 juta sepanjang 2014 atau sekitar 3,1 triliun rupiah. Kendati dikatakan sebagai strategi akuisisi konsumen, kedua perusahaan cukup piawai dalam membuktikannya, tapi saat diterapkan di startup lain ternyata tak serta-merta dapat tereplikasi dengan baik. Kini Lazada pun diakuisisi Alibaba untuk mempertahankan roda bisnisnya.

Tahun 2011 Rocket Internet mengembangkan sebuah startup yang menyajikan resep masakan siap saji asal Swedia, HelloFresh. Startup tersebut dioperasikan di tiga benua, termasuk memiliki basis di Amerika Serikat, bersanding dengan pemain yang sudah ada sebelumnya, Blue Apron dan Plated. Meski penguasaan pasarnya terus berkembang, masalah pun terus muncul.

HelloFresh sempat didorong untuk meraih IPO, dengan valuasi senilai $2,9 miliar, tepatnya pada November 2015. Namun pada pembukuan kuartal pertama tahun ini, HelloFresh melaporkan kerugian hingga tiga kali lipat mencapai $30,1 juta, meskipun ada kenaikan dari sisi pendapatan. Artinya perusahaan belum stabil dalam mendapatkan profit. Sayangnya ini terjadi tidak hanya pada HelloFresh.

Rocket Internet pun kini juga terus disorot, untuk memperlihatkan langkah serius untuk menjadikan perusahaan profit. Bagaimana mungkin startup yang masuk dalam lingkungan inkubasinya bisa berkembang jika tren kerugian terus dipupuk. Banyaknya perusahaan yang terus merugi menyebabkan banyak investor murung. Harga saham Rocket Internet pun saat ini cuma ada di level sepertiga dari nilai puncak yang pernah diraih tahun 2014, atau senilai €18,52.

Tak berhenti di situ, Rocket kini juga kehilangan partner dan rekanan investor, Kinnevick AB seorang konglomerat asal Swedia yang mengundurkan diri dari posisi Chairman Rocket tahun lalu. Kini di jajaran board advisory nama Kinnevik pun sudah tak ada. Isunya terdapat konflik kepentingan terkait dengan target investasi.

Rocket memang perlu untuk mengeksplorasi model bisnis baru. Begitu yang dikatakan oleh mantan Chief Executive HelloFresh Simon Schmincke. Strategi saat ini kini tidak lagi membuat HelloFresh mampu menarik pangsa pasar seperti yang terjadi lima tahun lalu saat mereka memulai bisnis. Mereka perlu mulai menargetkan pangsa pasar yang lebih spesifik.

Dalam sebuah wawancara yang dikutip The Wall Street Journal, Co-Founder dan Chief Executive Rocket Oliver Samwer mengatakan bahwa pihaknya belajar betul dari apa yang telah dilalui. Ia mengatakan bahwa akan memberikan kiprah yang lebih baik bagi para investor. Samwer mengakui bahwa langkah yang terlalu agresif menyebabkan terjadinya banyak kesalahan dalam bisnis, tapi ia tetap percaya diri bahwa strategi itu yang terbaik.

“Startup bimbingan Rocket setidaknya perlu menghabiskan (dana) dan memperluas (pangsa pasar) lima sampai sembilan tahun sebelum bisa profitable,” ujar Samwer. Kerugian baginya bukanlah sebuah kesalahan, karena ia menganggap Rocket masih memiliki banyak uang tunai yang dapat dialokasikan.

Keuntungan dan Tantangan IPO untuk Startup

Beberapa waktu lalu topik startup Indonesia menjajaki IPO (Initial Public Offering) sempat mencuat ke permukaan. Pihak-pihak terkait seperti Bursa Efek Indonesia (BEI) dan juga OJK (Otoritas Jasa Keuangan) sempat diberitakan mendukung startup-startup top Indonesia untuk melakukan IPO dengan mengeluarkan insentif dan beberapa regulasi lainnya yang mendukung. Tapi sebenarnya seberapa perlukah IPO bagi startup ?

IPO seperti banyak hal lainnya menyimpan dua sisi kemungkinan. Sisi menguntungkan dan sisi lain yang berkebalikan. Semua ini harus dipertimbangkan matang-matang sebelum startup memutuskan untuk IPO. IPO atau sering disebut “go-public” memungkinkan eksposur bisnis yang lebih tinggi. Ini berarti perusahaan bisa memanfaatkannya untuk meningkatkan brand equity yang mampu membantu proses pemasaran, termasuk prestise dan juga kredibilitas perusahaan atau dengan kata lain lebih terkenal. Publikasi yang didapatkan tidak jarang juga berujung pada didapatkannya kelompok pengguna baru.

Dari sisi modal IPO juga dinilai menjadi salah satu jalan yang tepat untuk mendapatkan modal. Menjual lembaran-lembaran saham ke ranah publik bisa meningkatkan modal yang bisa bermanfaat bagi perusahaan, termasuk menutup hutang-hutang yang ada.

Memecah kepemilikan saham dengan menjualnya ke ranah publik artinya juga mengurangi risiko kepemilikan. Kepemilikan perusahaan mulai dibagi untuk sekelompok pemegang saham, sementara persentase keuntungan masih didapat. Strategi IPO juga biasanya sering dilakukan sebagai salah satu exit strategy.

Di sisi lain IPO juga memiliki risiko yang cukup tinggi. Untuk perusahaan-perusahaan konvensional profitabilitas dan track record sangat diperlukan sebelum melakukan IPO. Di era internet profit dan track record ini yang menjadi boomerang. Untuk perusahaan digital profit dan track record menjadi sesuatu yang abu-abu. Ini yang harus diperhitungkan matang-matang. Tekanan dan harapan pertumbuhan perusahaan setelah melakukan IPO tentu berbeda dengan sebelumnya. Perusahaan akan dituntut lebih cepat mendapatkan pertumbuhan.

Kecuali bagi mereka yang melakukan IPO sebagai exit strategy. Mereka akan mendapatkan modal yang cukup besar dari penjualan kepada publik untuk kemudian membagikan risiko (kegagalan) kepada sekelompok pemegang saham.

Melihat Pivot Dari Sudut Pandang Lain

Pivot adalah bagian dari strategi bisnis. Diambil berdasarkan keputusan, biasanya karena terdesak atau pasar yang lain lebih menjanjikan. Tak jarang keputusan pivot ini dipandang sinis beberapa orang, alasanya mungkin kegagalan di satu pasar. Tapi ada sudut pandang menarik dari pivot ini. Ditulis COO Snips.ai Yann Lechelle dalam halaman Mediumnya. Di sana ia menuliskan bagaimana pivot merupakan sebuah seni dan strategi dalam menjalankan startup.

Kemungkinan pivot mungkin tidak sempat dipikirkan sebagian orang dalam menjalankan bisnisnya. Kebanyakan dari founder akan lebih fokus pada pasar yang dituju beserta dengan kesiapan produknya. Tapi pivot bisa datang sebagai kepastian. Mau tidak mau pivot harus dilakukan.

Siapa sangka Slack, Flickr, dan Facebook merupakan produk-produk yang lahir dari pivot. Bahkan Yann dalam tulisannya menyebut orang-orang di balik ketika perusahaan tersebut sebagai ‘pivot artist’.

Pivot, seperti ditulis Yann, sebagai salah satu seni dalam menjalankan startup memiliki beberapa hal yang memang harus disiapkan lebih awal. Isu-isu seperti isu model bisnis yang bisa mempengaruhi pendapatan, isu teknis seperti integrasi atau migrasi, dan juga termasuk isu-isu terkait infrastruktur, talenta, dan modal. Semua itu harus dipikirkan matang-matang sebelum memutuskan untuk melakukan pivot.

Tantangan melakukan pivot juga harus dihadapi oleh CTO. Para CTO harus menyiapkan masa transisi, sekaligus integrasi dari sistem lama ke sistem baru, jika memang ada kaitan antara keduanya. Belum lagi menyisihkan infrastruktur atau sistem mana yang masih bisa dipakai di model yang baru dengan sistem-sistem yang sudah tidak disiapkan lagi. Jadi akan sangat membantu jika di awal pengembangannya teknologinya sudah dirancang untuk digunakan kembali atau reusable.

Pivot pada dasarnya membutuhkan banyak tenaga. Termasuk tim Human Resources yang harus mempertimbangkan tim, karena hal ini sangat mempengaruhi masa-masa transisi bisnis. Disebutkan Yann, ada 2 kelompok yang memegang peranan penting saat masa-masa transisi pivot. Kelompok pertama adalah para founder dan pegawai pertama. Mereka harus menunjukkan kerja keras dan karisma sebagai bentuk role model bagi pegawai lainnya dalam melewati masa-masa sulit transisi.

Kelompok kedua adalah pegawai yang memiliki talenta, ulet, dan memiliki semangat kerja yang tinggi. Biasanya mereka tidak akan terpengaruh banyak para perubahan model bisnis yang terjadi. Mereka akan bekerja maksimal seperti biasa. Dua kelompok inilah yang akhirnya akan mempermudah dan menyelamatkan bisnis dalam masa-masa pivot.

Tahukah Bahwa Pokemon Go Bagus untuk Pemasaran Bisnis Anda?

Pokemon Go baru saja diluncurkan di Indonesia. Untuk yang belum tau mengenai Pokemon Go, it’s a locations based augmented reality game yang merupakan franchise dari permainan Nintendo tahun 1990-an.

Untuk bermain, Anda hanya perlu mengunduh di smartphone iOS atau Android Anda, and unlike other virtual game, Anda tidak hanya bisa duduk manis untuk bermain. Anda harus keluar mencari Pokemon di berbagai lokasi di sekitar Anda.

In addition to make you ditch your couch (and potentially, get healthier!), Pokemon Go is a great news for your brand.

Why, you ask? Well, it’s another marketing tool on your hand! And lucky you, we have quick tips for your brand to ride on this #PokemonGo craze:

Start simple

Take photos of Pokemon you find at your office or shop dan sebarkan di media sosial. Tunjukkan bahwa Anda berpartisipasi dalam game ini dan mengundang players lainnya untuk datang!

Nah, untuk Anda yang mempunyai bisnis yang bergerak dalam bidang Business-to-Business (B2B), jangan khawatir, Anda juga tetap bisa berpartisipasi dan menggunakan #PokemonGo untuk menjalankan strategi pemasaran.

Misalnya bisnis Anda menawarkan service cloud computing dan ingin boosting your lead generation melalui Pokemon Go.

Sounds like a hard sell? Not really! Anda bisa mengumumkan di media sosial bahwa tim Anda di kantor menyambut pemain Pokemon Go yang tertarik soal cloud computing, to meet your team and catch #Pokemon at your office.

That’s a fun way to meet your potential customers, encourage your team to have fun and put your ‘elevator pitch’ to use!

I hear lead generation!

If you have a shop, lure them in!

How about if you want to bring more people to visit your shop? Anda bisa membeli Lure Module yang merupakan salah satu fitur game Pokemon Go yang bisa menarik karakter Pokemon dan potentially other Pokemon trainers yang sedang berada di sekitar Anda.

Anda juga bisa mendapatkan Lure Module ini ketika Anda sudah ada di level tertentu.

Menjadikan tempat Anda #PokeStop bisa membuat mereka “singgah” setidaknya untuk 30 menit. Sebagai pemanis dan insentif, Anda juga bisa memberikan special discount untuk pemain Pokemon yang datang ke tempat Anda.

#PokeSelfie, anyone?

Kemampuan game ini yang bisa menampilkan gambaran sebenarnya dari kondisi di sekitar kita bisa dimanfaatkan untuk foto selfie bersama figur Pokemon yang kita temui. Apalagi jika figur yang kita dapatkan adalah figur langka.

Nah ini cara jitu jika Anda ingin scale up your marketing efforts. Kenapa tidak mengajak players yang sedang berada di shop atau di sekitar café Anda untuk take a selfie with their Pokemon, lalu unggah dengan tag your shop or brand Anda di Instagram atau Twitter.

Kalau Anda mau, Anda juga bisa adakan competition for the most creative #PokeSelfie.

Push #PokeContent

Hampir setiap hari kita dibanjiri email marketing dari banyak brand. Then, why not be different and ride on this Pokemon craze dengan mengirimkan special email marketing atau targeted ads untuk konsumen Anda yang berkaitan dengan #Pokemon.

Misalnya untuk brand yang bergerak di bidang technology security, you can use a topic something along the line with: How to keep your #Pokemon safe from virtual fraud.

Remember, marketing is not always selling, but also building connection with your audiences. Membuat konten yang berkaitan dengan #Pokemon akan membuat brand Anda terlihat lebih relevan dan up to date.

Wabah Pokemon GO yang sudah mulai menyerang banyak orang ternyata bukan sekedar game yang asik untuk dimainkan. As a brand, you can ride your marketing on it! You never know, one of those #Pokemania can be your loyal customer!


Disclosure: Tulisan tamu ini ditulis oleh Gina Dwi Prameswari. Gina adalah Content Consultant di BBOX Consulting. Ia bisa dihubungi melalui blog BBOX 

Bank DBS, Bank dengan Inovasi Digital yang Mendapatkan Pengakuan Dunia

Dunia perbankan tidak lepas dari perkembangan digital. Ranah fintech telah menjadi pilihan baru bagi para startup teknologi untuk mengembangkan layanan. Lalu bagaimana dengan perusahaan yang telah mapan seperti perbankan misalnya?

Perbankan tidak bisa lepas dari inovasi dan harus merancang agenda digital secara menyeluruh, tidak hanya digitalisasi aspek perbankan tetapi yang menciptakan institusi finansial yang sepenuhnya bersifat digital.

Salah satu bank yang telah berinovasi di segmen digital dan mendapatkan penghargaan sebagai bank digital terbaik di dunia adalah Bank DBS. Belum lama ini Bank DBS dinobatkan sebagai bank digital terbaik dan menjadi bank Asia pertama yang memperoleh penghargaan Euromoney untuk kategori “bank digital terbaik”.

Bank DBS dipilih karena telah mampu menerapkan digitalisasi yang lebih baik dibandingkan dengan bank lainya. Inovasi digital pada setiap segmen bisnis telah dijalankan, mulai dari layanan untuk konsumen umum maupun korporasi, segmen UKM serta segmen perbankan transaksional sampai dengan yayasan sosial lewat DBS Foundation.

Penghargaan ini membuktikan Bank DBS mengambil jalur yang tepat, di mana persiapan selama tiga tahun ke belakang pada agenda digital mendapatkan pengakuan global. Perubahan kultur dan pola pikir pegawai, merancang ulang teknologi infrastruktur atau memaksimalkan Big Data adalah proses yang dijalani Bank DBS. Tidak hanya itu penerapan teknologi biometrik dan kecerdasan buatan juga dijalankan dalam memberikan kemudahan dan kenyamanan bagi konsumen dalam melakukan aktivitas perbankan mereka.

Beberapa langkah konkret yang dilakukan Bank DBS untuk membangun institusi yang sepenuhnya bersifat digital antara lain merilis Digibank di India, sebuah inisiatif produk bank berbasis mobile-only pertama di India. Dengan Digibank, pengguna bisa menikmati layanan digital dari perbankan secara menyeluruh. Mulai dari perbankan tanpa kantor cabang, kertas atau tanda tangan manual karena telah menggabungkan inovasi teknologi terobosan seperti biometrik dan kecerdasan buatan untuk memberikan pengalaman layanan perbankan terbaik dan mudah bagi konsumen.

Bank DBS juga menerapkan integrasi digital untuk nasabah retail, wealth management dan korporasi. Misalnya nasabah baru wealth management bisa membuka rekening secara digital atau lebih dari setengah nasabah SME yang terdaftar lewat DBS Online Opening Service. Tidak hanya itu, 90% transaksi pengiriman uang oleh konsumen dilakukan lewat platform digital DBS Remit. Akhir tahun 2016, DBS akan memperkenalkan otentikasi biometrik suara untuk Singapore Costumer Centre.

Dari segmen fintech, DBS juga mendorong karyawan dalam mengadopsi pola pikir digital lewat program seperti hackathon. Dari program ini para karyawan bisa belajar langsung budaya digital, metodologi agile dan konsep digital lainnya.

Sedangkan dari sisi penggunaan teknologi pendukung untuk kerja, bank DBS juga menggunakan sarana produktivitas berbasis cloud, office 365, di lingkungan kerja mereka. Dimulai dari Singapura dan akan berlanjut ke seluruh karyawan.

Perkembangan teknologi digital yang terus berkembang memang sudah sejatinya juga diadopsi oleh institusi seperti perbankan. Konsumen pun kini semakin ramah digital dengan perkembangan smartphone yang telah semakin masuk dalam kehidupan mereka. Penggunakan teknologi AI dan biometrik sebagai pengganti password berbasis SMS adalah inovasi yang menarik dan bisa memudahkan konsumen perbankan.

Produk perbankan digital DBS yang bernama Digibank sendiri telah tersedia untuk konsumen di India. Teknologi AI-nya bisa membantu memberikan informasi pada nasabah tentang saldo atau pencarian transaksi yang telah dilakukan. Identifikasi biometrik bisa menghilangkan keribetan untuk menunggu SMS sebagai one time password.

Bagaimana dengan Indonesia? DBS sendiri memang telah hadir di tanah air sejak 27 tahun lalu yang berfokus pada layanan perbankan korporasi dan perbankan untuk konsumen termasuk wealth management. Tentunya akan menarik jika layanan digital seperti Digibank ini bisa dinikmati oleh konsumen lokal. Kabarnya layanan ini juga akan hadir di Indonesia.

Inovasi yang dilakukan Bank DBS dalam ranah digital yang mendapatkan pengakuan dari media finansial terbesar Eropa dan dunia tentunya memberikan apresiasi yang baik serta menambah kepercayaan konsumen. Era digital akan menjadikan layanan perbankan lebih mudah dan nyaman, dan Bank DBS telah menjadi pelopor untuk hal tersebut.

*) Artikel ini adalah advertorial yang didukung oleh Bank DBS.