Gofleet Mulai Beroperasi, Solusi Bagi Mitra Go-Car yang Tak Punya Mobil

Solusi mobilitas Gofleet yang diusung Gojek dan PT Astra International Tbk (Astra) efektif beroperasi mulai hari ini. Gofleet menargetkan melepas 1000 mobil ke para pengemudi Go-Car hingga akhir tahun ini.

Peresmian operasional Gofleet ini dihelat di ajang GIIAS, BSD, Kamis, (18/7), siang. Pendiri dan CEO Gojek Nadiem Makarim dan Presiden Direktur Astra Prijono Sugiarto turut menghadiri acara tersebut.

Presiden Direktur Gofleet Meliza M. Rusli menuturkan, produk mereka ini ditujukan bagi mitra pengemudi Go-Car. Meliza mengklaim layanan ini akan mempermudah akses masyarakat yang tak memiliki mobil namun ingin bergabung dengan Go-Car.

“Solusi mobilitas buat mitra driver yang tergabung dalam Go-Car. Kami memberikan kendaraan kepada semua mitra kami,” ujar Meliza.

Konsumen dalam bisnis patungan Gojek dan Astra ini adalah para pengemudi Go-Car. Untuk memperoleh mobil dari Gofleet ini, mitra pengemudi Go-Car membayar biaya komitmen sebesar Rp1,5 juta saat baru bergabung. Setelahnya, mereka membayar biaya berlangganan sebesar Rp1.180.000 setiap pekan.

Direktur Gofleet Pandu Adi Laras menerangkan, keikutsertaan mitra pengemudi dalam layanan ini dapat terus berlanjut selama mereka membayar biaya berlangganan yang akan ditagih secara harian.

“Kalau dia mau melanjutkan berlangganannya, baru dia bayar lagi,” ucap Pandu.

Konsepnya mirip dengan skema pengemudi dan perusahaan taksi. Dengan biaya tersebut, Gofleet menjamin fasilitas perawatan mobil, servis kendaraan, asuransi, hingga pemasangan layar LED untuk ruang beriklan di dalam mobil.

“Dan yang terpenting adalah mereka bisa dapat akses untuk tambahan pendapatan karena kan kendaraan yang mereka bawa sekarang sudah ada LED-nya, dari monetisasinya mereka dapat uang,” imbuh Pandu.

Saat ini hanya ada dua tipe mobil yang disediakan Gofleet, yakni Avanza dan Xenia. Mereka menargetkan ada 1000 mobil yang terserap lewat layanan tersebut.

Gofleet ini merupakan hasil kerja sama antara Astra dan Gojek lewat perusahaan joint venture mereka, yakni PT Solusi Mobilitas Bangsa. Perusahaan patungan itu resmi dibentuk pada Maret 2019, ketika Astra kembali menyuntikkan investasi sebesar US$100 juta atau setara Rp1,4 triliun. Total investasi dari Astra untuk Gojek mencapai US$250 juta atau Rp3,5 triliun.

Application Information Will Show Up Here

Tokopedia dan Laku6 Resmikan Fitur “Tukar Tambah” Ponsel

Tokopedia dan situs jual beli ponsel bekas Laku6 meresmikan fitur Tukar Tambah setelah diperkenalkan sejak April 2019. Diklaim fitur tersebut telah dikunjungi oleh jutaan views dan tingkat transaksinya tumbuh lebih dari 250% per bulannya sejak pertama kali dirilis.

Head of Content Browse & Content Tokopedia Cynthia Limin menjelaskan, fitur ini hadir karena ada kebutuhan di pasar. Dari hasil survei yang dikutip, rata-rata tiap orang punya dua unit smartphone yang menganggur tidak terpakai. Namun di sisi lain, ada lebih dari 38 juta unit smartphone terjual pada tahun lalu.

Smartphone yang menganggur ini karena berbagai alasan belum dijual, entah belum dapat calon pembeli dengan harga yang cocok atau sebagainya. Belum lagi, proses menjualnya yang repot dan makan waktu, akhirnya membuat banyak orang untuk menumpuk smartphone-nya di rumah.

“Kami berharap dari kemajuan teknologi ini, memungkinkan pengguna untuk menjual smartphone lama dengan nilai tinggi dan mendapatkan smartphone baru sesuai keinginan secara lebih mudah dan cepat,” ujarnya, Kamis (18/7).

Founder Laku6 Alvin Yap mengaku, proses integrasi dengan Tokopedia untuk fitur Tukar Tambah ini sudah jauh dari ekspektasi yang dia bayangkan sejak awal. Dengan mengombinasikan teknologi dari Tokopedia dan Laku6, seperti machine learning dan kecerdasan buatan, memberikan pengalaman tukar tambah jauh lebih baik dan seamless.

“Laku6 berkomitmen penuh untuk bekerja sama dengan Tokopedia untuk menghadirkan layanan tukar tambah secara online yang cepat dan mudah,” kata Alvin.

Menurutnya, sejak dua tahun lalu, tren tukar tambah smartphone secara online di Laku6 terus mengalami peningkatan. Namun, klaimnya kurang dibarengi dengan data pendukung. Dia hanya menyebut traksinya bisa mencapai ribuan tiap bulannya dan tumbuh dua kali lipat untuk keseluruhan bisnisnya dalam setahun. Laku6 sendiri sudah hadir sejak 2015.

Alvin pun enggan memberikan komentarnya terkait rumor pendanaan dari Tokopedia untuk perusahaannya. “Kami berharap kerja sama dengan Tokopedia ini bisa long term dan sustainable untuk kedua belah pihak.”

Segera memperluas cakupan layanan

Category Development Lead Tokopedia Fransiscus Leo Chandra menerangkan, saat ini Tukar Tambah baru melayani transaksi di Jabodetabek saja. Ada 300 merchant terpilih, salah satunya Erajaya yang bergabung dalam fitur ini.

Model bisnis ini menggunakan sistem komisi. Ada komisi yang diterima Tokopedia apabila ada transaksi yang berhasil. Meski dia menolak untuk memberikan kisaran angkanya, namun dia pastikan pembagiannya ini menguntungkan semua pihak.

“Tokopedia melihat Laku6 memberikan solusi terbaik untuk fitur Tukar Tambah, makanya kami pilih mereka sebagai mitranya,” terang Fransiscus.

Dia mengklaim fitur ini telah mencatatkan pertumbuhan transaksi lebih dari 250% setiap bulannya, sejak diperkenalkan April 2019. Dengan semangat tersebut, pihaknya berencana untuk perluas cakupan layanan Tukar Tambah ke seluruh Indonesia.

Terbuka pula kemungkinan untuk menghadirkan fitur ini di gerai offline, agar proses tukar tambah jadi jauh lebih singkat.

“Kita akan coba keluar Jabodetabek agar semua masyarakat Indonesia bisa merasakan fitur ini. Saat itu tiba, tentunya akan perbanyak merchant. Tapi sekarang ini kami selektif dulu untuk merchant-nya, mulai dari yang paling kami percaya.”

VP Digital Marketing Erajaya Swasembada Eric Lee turut mendukung pernyataan Fransiscus. Menurutnya, saat konsumen datang ke gerai banyak yang menanyakan cara untuk tukar tambah, sebelum memutuskan untuk beli smartphone baru.

Apalagi saat launching produk baru, program cashback yang umumnya selalu ditawarkan gerai dianggap kurang memiliki daya tarik lagi. Karena ketika konsumen beli baru, mereka harus cari jalan bagaimana smartphone lamanya bisa terjual.

Ketika konsumen ada di kondisi tersebut, banyak dari mereka yang akhirnya menunda karena harus membandingkan dengan gerai lain untuk mendapatkan harga yang cocok. Alur ini tentunya memakan waktu dan tenaga.

“Jarang banget konsumen bisa merasakan tukar tambah on the spot. Biasanya mereka mau membandingkan harga ke toko lain. Kalau Tukar Tambah ini memungkinkan buat di gerai retailer kami, tentunya akan menguntungkan,” kata Erik.

Alur tukar tambah smartphone di Tokopedia hanya bisa dilakukan lewat aplikasi Tokopedia. Ada dua pengecekan yang harus dilakukan konsumen sebelum menukarkan smartphone lamanya, yakni dilihat dari fungsi perangkat lunak dan kondisi fisik.

Ketika pengecekan selesai, Laku6 akan mengeluarkan harga beli yang ditawarkan. Apabila setuju, pengguna cukup membayarkan harga akhir dengan metode pembayaran yang disediakan Tokopedia. Harga akhir ini adalah harga smartphone baru yang telah dikurangi harga beli smartphone lama.

Lebih lanjut, akan ada kurir yang akan mengantar smartphone baru ke alamat tujuan. Sebelum pengguna menerima smartphone baru, kurir akan mengecek IMEI sebagai SOP-nya. Setelah cocok, transaksi baru terjadi dan selesai.

“Laku6 memiliki big data berisi kumpulan data smartphone yang kami olah untuk menghasilkan harga beli yang terbaik dan transparan untuk konsumen,” tutup Alvin.

Application Information Will Show Up Here

Grab Dukung Taksi Pelat Kuning Berbasis Teknologi “GreenLine Taxi”

Grab mulai memperkenalkan layanan teranyar “GreenLine Taxi Powered by Grab”, yang merupakan taksi konvensional pelat kuning dan sudah dibekali dengan teknologi Grab. Taksi ini sudah bisa ditemui di Plaza Semanggi Jakarta yang memang terafiliasi dengan Grup Lippo.

President Grab Indonesia Ridzki Kramadibrata, di sela-sela peluncuran GrabWheels di Universitas Indonesia, mengonfirmasi kehadiran GreenLine Taxi ini adalah hasil kolaborasi dengan penyedia jasa transportasi yang segera masuk ke dalam ekosistem Grab. Secara resmi, layanan tersebut diperkenalkan pada 5 Juli 2019.

“Grab ini sebagai mitra teknologi untuk taksi GreenLine. Walaupun pelat kuning, tidak masalah karena mereka sudah dukung teknologi terdepan. Kami permudah transaksinya jadi cashless, bisa beli snack bayarnya juga non tunai,” terangnya, Rabu (17/7).

GreenLine Taxi adalah brand dari perusahaan taksi PT Teknologi Pengangkutan Indonesia (TPI). Dalam sebuah tayangan yang diunggah di YouTube, taksi ini sudah dilengkapi dengan boks berisi snack yang bisa dibeli dan dibayar secara cashless lewat Ovo dan tablet berisi tayangan hiburan dari Hooq atau streaming YouTube.

Menariknya, selayaknya taksi konvensional pada umumnya, penumpang bisa memesannya dari pinggir jalan atau lewat aplikasi Grab. Apabila pesan secara offline, sistem pembayarannya berdasarkan argometer. Pembayarannya bisa dengan Ovo dengan scan barcode.

Setiap kendaraan dilengkapi juga dengan kamera keamanan demi meminimalisir potensi kejahatan yang mungkin terjadi. Mitra pengemudi yang bergabung ditawarkan sejumlah insentif, seperti bonus reward, asuransi anak, beasiswa pendidikan, dan berkesempatan memiliki kendaraan jadi milik pribadi.

Ridzki menyebutkan GreenLine sudah melakukan debut di beberapa lokasi, salah satunya di Plaza Semanggi Jakarta. Pengguna bisa menemukan logo GreenLine dengan mudah di halaman parkir mall tersebut.

Application Information Will Show Up Here

Grab Perluas Kehadiran GrabWheels di Universitas Indonesia

Grab memperluas layanan skuter elektrik GrabWheels di Fakultas Teknik Universitas Indonesia. Kehadirannya ini merupakan kelanjutan dari kerja sama strategis antara Grab dan UI pada Mei 2019 dalam program akselerator UI Works.

President of Grab Indonesia Ridzki Kramadibrata menerangkan, Fakultas Teknik UI menjadi lokasi kedua untuk kehadiran GrabWheels, setelah The Breeze, BSD. Dia berharap moda transportasi ini bisa dimanfaatkan untuk keseharian dosen, mahasiswa, dan seluruh sivitas akamedika UI.

Tak hanya itu, dengan latar belakang yang kuat di bidang engineering, para mahasiswa dan dosen bisa memberikan masukan, baik dari segi teknologi dan user experience agar GrabWheels lebih baik ke depannya.

“Masukan dari pengguna itu sangat penting buat kami karena inginnya GrabWheels bisa terus diperluas ke lokasi lainnya,” katanya, Rabu (17/7).

Dekan Fakultas Teknik UI Hendri D.S. Budiono menambahkan, dilihat dari luas wilayahnya, Fakultas Teknik merupakan terluas kedua di UI sehingga ada kebutuhan perangkat mobilitas dalam aktivitas sehari-hari. Infrastruktur jalan juga sudah mendukung untuk menggunakan skuter elektrik dalam area kampus.

Alhasil, kehadiran GrabWheels sejalan dengan visi fakultas dalam mengembangkan IT-based environment. Hendri pun berharap, kolaborasi ini dapat terus memupuk semangat riset dan inovasi para mahasiswa untuk memajukan bangsa melalui inovasi teknologi.

Sementara ini, Grab menyediakan sekitar 45 unit GrabWheels yang bisa langsung dipakai dalam area Fakultas Teknik UI. Belum ada biaya yang dikenakan, alias gratis. Hanya saja, sebelum menggunakannya ada edukasi perilaku berkendara aman melalui pesan langsung di aplikasi GrabWheels.

Pengguna diwajibkan menggunakan helm sebagai kelengkapan berkendara. Selama masa uji coba berlangsung, Grab menyediakan tim khusus untuk bantu pengguna jika mengalami kendala teknis.

Ridzki menyebut pihaknya akan terus menambah unit skuter, tergantung tingkat permintaan nantinya. Terlebih, rencananya GrabWheels akan segera bisa digunakan untuk seluruh kawasan UI. Juga, dalam waktu dekat bakal hadir dalam aplikasi utama Grab.

Application Information Will Show Up Here

Stagnan di Domestik, PANDI Incar Pasar Luar Negeri untuk Domain .id

Pengelola Nama Domain Internet Indonesia (PANDI) berupaya memasarkan domain .id ke pasar luar negeri. Mereka memandang besarnya pasar luar negeri dapat menggenjot pertumbuhan pemakaian domain .id yang cenderung stagnan di dalam negeri.

PANDI mencatat domain .id terdaftar per Mei 2019 baru menyentuh 318.090. Angka ini terbilang tak tumbuh signifikan mengingat pada Mei 2018 jumlahnya di angka 255.726.

“Dugaan kita masyarakat masih hanyut menganggap yang keren itu .com,” kata Wakil Ketua PANDI Heru Widodo.

Ketua Dewan Pengurus PANDI Yudho Giri Sucahyo menjelaskan, dalam hal ini pihaknya akan menjalin kerja sama dengan registrar luar negeri. Dengan Peraturan Presiden Nomor 82 tentang Penyelenggaraan Sistem dan Transaksi Elektrik yang mengharuskan registrar yang mengelola nama domain harus berbadan hukum Indonesia, maka PANDI akan menggandeng registrar lokal agar domain .id dapat dipasarkan ke luar negeri.

Distribusi penggunaan domain .id antara lokal dan luar negeri memang masih timpang. Tercatat hanya ada 13.964 atau 4,39 persen konsumen luar negeri dari total domain .id yang terpakai. Berangkat dari sana, Yudho yakin pemakaian domain .id naik signifikan.

“Target kami paling tidak akhir tahun 800.000 pengguna, tidak hanya domestik tapi juga internasional,” ujar Yudho.

Sumber keyakinan PANDI mematok target tersebut adalah keberhasilan rebranding domain internet sejumlah negara, misalnya Tuvalu (.tv), Anguilla (.ai), dan Montenegro (.me).

Yudho menyebut domain internet .tv milik Tuvalu berhasil diidentikkan dengan situs web milik perusahaan televisi. Sementara domain .ai sukses dikaitkan dengan perusahaan yang bergelut di bidang artificial intelligence padahal domain itu sejatinya berasal dari Anguilla, sebuah teritori kecil di Laut Karibia.

Belajar dari kesuksesan negara-negara tersebut, PANDI berniat menyulap ulang citra domain .id menjadi sebuah konsep.

“Kami sudah membuat strategi khusus untuk meningkatkan pengguna Nama Domain .id di luar negeri, karena pasar di luar negeri masih sangat luas. Kelebihan Nama Domain .id yang merepresentasikan ‘idea’ atau ‘identity’ merupakan sebuah berkah tersendiri yang hanya dimiliki oleh nama domain .id. Hal ini harus dimanfaatkan supaya penjualan di luar negeri meningkat dengan pesat” tutur Yudho.

Manuver PANDI merambah pasar internasional ini tak bisa dilepaskan dari kurang berhasilnya kampanye penggunaan domain .id di pasar domestik, termasuk program Satu Juta Nama Domain yang disokong Kementerian Komunikasi dan Informatika pada 2016 lalu.

Meski program tersebut gratis, PANDI mengatakan jumlah pengguna domain .id selama program itu jauh dari target. Tercatat hanya 50 ribu pengguna yang mengikuti program tersebut dan cuma tiga persen di antaranya yang tetap bertahan hingga sekarang.

Kendati demikian, PANDI mengaku belum lempar handuk di pasar domestik. Yudho yakin, seiring berjalannya waktu dan literasi yang tepat, akan lebih banyak orang menggunakan domain .id di masa depan.

“Tinggal bagaimana menumbuhkan masyarakat butuh domain .id. Kalau sudah butuh kan beres,” pungkas Yudho.

Visa Umumkan Keterlibatannya dalam Pendanaan Seri F Gojek

Hari ini (17/7) Visa mengumumkan telah terlibat dalam putaran pendanaan seri F yang tengah digalang Gojek. Tidak diinformasikan mengenai nominal yang diberikan, nantinya kedua perusahaan akan bekerja sama menyediakan opsi pembayaran non tunai bagi konsumen di Asia Tenggara.

“Kami sangat senang dengan kemitraan ini, karena Visa dan Gojek dapat berbagi tujuan bersama. Kami (Visa dan Gojek) ingin membuat kehidupan sehari-hari lebih nyaman dengan memudahkan orang untuk membayar dan dibayar,” ujar Regional President APAC Visa Chris Clark.

Nantinya Visa akan lebih banyak menggarap prospek bersama unit usaha Gopay, termasuk memperluas cakupan layanan untuk unbankable dan UKM. Hal tersebut turut disampaikan CEO Go-Pay Aldi Haryopratomo. Bersama Visa ia ingin membawa platform pembayaran yang dikembangkan agar lebih terjangkau di seluruh kawasan Asia Tenggara.

Sebelumnya, di bulan yang sama, Siam Commercial Bank juga disebutkan berpartisipasi dalam pendanaan Gojek. Pendanaan putaran Seri F kali ini, yang menargetkan dana hingga $3 miliar, setidaknya telah memperoleh partisipasi dari JD, Tencent, Google, Astra International, Mitsubishi Corporation, Siam Commercial Bank, dan Visa.

Persaingan bisnis yang semakin menarik

Sudut pandang lain yang juga layak disimak ialah mengenai persaingan bisnis para pendukung super app yang berambisi menguasai pasar Asia Tenggara. Sekitar bulan Oktober 2018 lalu, Grab mengumumkan deal bersama Mastercard untuk memulai kerja sama strategis di bidang pembayaran. Realisasi awalnya dengan meluncurkan kartu kredit virtual yang menyasar pengguna Grab di Asia Tenggara.

Khusus pasar digital di Thailand, Siam Commercial Bank memilih berinvestasi ke Gojek, sedangkan Kasikornbank telah berpartisipasi dalam pendanaan Grab. Menjadi makin relevan saat membandingkan investasi Yamaha Motor ke Grab dan Mitsubushi Motor ke Gojek.

Super app seakan-akan telah menjadi magnet tersendiri, menggugah setiap perusahaan untuk berbondong-bondong memenangkan momentum pergeseran tren konsumen teknologi dengan Gojek dan Grab menjadi “lokomotif” transisi tersebut di kawasan regional.

Application Information Will Show Up Here

Blibli.com Luncurkan Aplikasi “Video On-Demand” BlibliPlay

Aplikasi live streaming milik Blibli.com bernama “BlibliPlay” resmi diperkenalkan ke publik. Dalam debutnya, platform video on-demand tersebut akan menyajikan siaran langsung kompetisi bulu tangkis Blibli Indonesia Open 2019.

“Konsumsi video melalui ponsel yang tinggi di Indonesia membuat kami semakin optimis untuk menghadirkan solusi live streaming BlibliPlay. Aplikasi ini telah tersedia secara gratis di Google Playstore untuk para pengguna Android dan App Store bagi pengguna iOS,” ujar SVP Trade Partnership Blibli.com Lay Ridwan Gautama.

Disebutkan juga kehadiran BlibliPlay merupakan bentuk keseriusan perusahaan untuk memperkuat platform digitalnya, serta selaras dengan komitmennya menjadikan masyarakat di era digital tetap produktif dan makin efisien. Pelanggan Blibli.com pun bisa langsung masuk dengan akun yang biasa mereka gunakan untuk berbelanja.

Ke depannya, BlibliPlay akan dikembangkan dengan menghadirkan berbagai tayangan olahraga, film, musik dan hiburan, serta konten edukatif lainnya.

Ramai-ramai menghadirkan layanan live streaming

Selain Blibli.com, sebelumnya Gojek juga telah luncurkan aplikasi Go-Play untuk sajikan beragam konten film dan video. Meluncur dalam aplikasi terpisah (layaknya Go-Life), saat ini akses ke layanan tersebut masih terbatas. Sementara itu rivalnya, Grab, memilih untuk menjalin kerja sama dengan Hooq demi memanjakan pengguna mengakses ragam konten hiburan.

Tak berhenti di situ, ketertarikan perusahaan lokal menggarap bisnis video on-demand juga ditunjukkan korporasi MNC Group. Mei 2019 lalu mereka mengumumkan terlibat dalam pendanaan lanjutan iflix. MNC akan menaruh beberapa konten pascatayang di saluran televisi agar bisa dinikmati pengguna di iflix.

Pangsa pasar untuk layanan video on-demand memang terpantau terus meningkat. Salah satunya dikemukakan oleh riset Brightcove bertajuk “The 2019 Asia OTT Research Report”. Indonesia menjadi satu dari 9 negara yang menjadi objek penelitian – karena dianggap cukup merepresentasikan karakteristik pangsa pasar di Asia.

Dalam hasil survei dikemukakan, terdapat ketertarikan masyarakat Indonesia untuk berlangganan ke banyak layanan video. Sebagian besar beralasan menginginkan konten yang lebih banyak dan konten yang lebih spesifik –biasanya layanan VOD punya konten khusus yang hanya tayang di platformnya. Beberapa lainnya menilai lebih hemat ketimbang opsi lainnya, misalnya televisi berbayar.

Application Information Will Show Up Here

Platform Agregator Pembayaran Aiqqon Permudah UKM Adopsi Pembayaran Non-Tunai

Masih rendahnya penggunaan mesin Eletronic Data Capture (EDC) di kalangan industri kreatif menjadi salah satu alasan mengapa Aiqqon Triarta Mas hadir di tanah air. Platform agregasi pilihan pembayaran online untuk bisnis UKM offline ini resmi hadir dalam bentuk aplikasi mobile.

Saat acara soft launching hari ini, (15/07), Founder Thomas Nugroho menyebutkan, Aiqqon hadir untuk memenuhi kebutuhan bagi pemilik bisnis UKM mulai dari pemilik usaha kuliner, jasa, dan lainnya untuk mulai mengadopsi cara pembayaran secara non-tunai.

“Saat ini kami mencatat dari sekitar 63 juta UKM di Indonesia hanya sekitar 1,1 juta unit mesin EDC yang sudah digunakan oleh berbagai merchant di Indonesia. Sulitnya proses pendaftaran dan verifikasi dari Bank, menjadikan tidak banyak pemilik bisnis UKM yang mendapatkan kesempatan untuk mengoperasikan mesin EDC untuk pembayaran.”

Melalui platform Aiqqon, kini pemilik bisnis UKM bisa menerima pembayaran menggunakan kartu kredit hingga e-wallet tanpa harus memiliki mesin EDC. Hanya memanfaatkan platform Aiqqon, semua pilihan pembayaran tersebut sudah bisa diterima. Masih tersedia di Jakarta, fokus dari Aiqqon saat ini adalah menambah jumlah merchant, jumlah pengguna untuk melakukan pembayaran dan pembelian jasa dan produk yang ada di aplikasi Aiqqon dan melancarkan kegiatan pemasaran.

“Meskipun baru beroperasi sekitar satu bulan, namun aplikasi kami sudah diunduh oleh pengguna dengan jumlah yang cukup besar. Transaksi dengan pembayaran kartu kredit pun sudah kami peroleh dari jasa desain interior dengan jumlah hampir Rp100 juta,” kata Thomas.

Startup binaan perusahaan modal ventura Mandiri Capital Indonesia (MCI) ini masih memiliki rencana untuk melakukan fundraising tahap awal dari beberapa investor lokal dan asing.

“Kami terus membuka peluang untuk fundraising, namun fokus kami saat ini adalah memperkuat sistem dan bersiap untuk mengikuti Singapore Fintech Festival akhir tahun ini,” kata Thomas.

Cara kerja Aiqqon

Dengan menggunakan aplikasi Aiqqon, pengguna dapat memilih untuk menggunakan berbagai alat pembayaran, termasuk kartu kredit, kartu debit dan uang elektronik, baik yang diterbitkan dari beragam Bank Penerbit maupun dari berbagai penyedia uang elektronik di Indonesia. Lebih jauh proses tersebut dapat dilakukan tanpa investasi alat tambahan apapun, seperti mesin EDC dan proses due diligence yang menyulitkan. Cukup mengunduh aplikasi dan mendaftar secara online.

Prosesnya pembayaran pun terbilang cukup sederhana. Klik logo “Bayar” di aplikasi dilanjutkan dengan Scan QR Code atau memasukkan 6 angka order ID yang diperoleh dari mitra ketika akan bertransaksi, dilanjutkan menambahkan metode pembayaran yang ingin digunakan (kartu kredit ataupun kartu debit yang berlogo Visa, Mastercard, ataupun JCB).

Pemilik usaha yang ingin bergabung dengan platform Aiqqon cukup mengunggah KTP dan akun rekening bank ke dalam platform. Jika sudah lolos proses verifikasi bisa memilih metode pembayaran yang diinginkan. Aiqqon disebut tidak mengenakan biaya administrasi kepada merchant.

“Kami bisa menjamin informasi kartu kredit yang tersimpan milik pengguna aman dengan menerapkan proses 3D Secure dan OTP dari masing-masing bank. Bukan hanya untuk menerima pembayaran Aiqqon juga bisa dimanfaatkan untuk melakukan pembayaran tanpa mesin EDC,” kata Thomas.

Selain kartu kredit tersedia juga pilihan pembayaran melalui Doku, Midtrans, OVO, LinkAja, Trumoney, Bank Mandiri, BNI dan Maybank. Aiqqon disebut sudah berada di bawah pengawasan dan naungan Bank Indonesia. Perusahaan juga sudah terdaftar di Kemenkominfo dan mengklaim sudah memenuhi persyaratan ISO 207001.

Potensi pengembangan

Aiqqon berencana menambah pilihan pembayaran dengan cara PayLater dengan menambah kemitraan dengan platform Kredivo dan Akulaku demi mudahkan kebutuhan konsumen.

Untuk membantu mitra meningkatkan usahanya, Aiqqon juga akan menghadirkan layanan pembiayaan atau modal usaha tambahan untuk merchant yang memenuhi persyaratan dan dinilai layak mendapatkan tambahan modal.

“Selain memanfaatkan data analytics, kami juga melihat rating dan jumlah transaksi yang berhasil didapatkan oleh merchant selama bergabung dengan kami. Masih dalam rencana namun ke depannya pembiayaan ini akan kami hadirkan untuk merchant Aiqqon,” kata Thomas.

Application Information Will Show Up Here

Telkomsel Gaet Google untuk Permudah Atur Perangkat Korporat

Telkomsel menggaet Google sebagai mitra strategis untuk membawa layanan Android Zero-touch Enrollment ke Indonesia. Langkah ini diambil sebagai bagian upaya perseroan untuk meningkatkan pangsa pasar B2B.

Android Zero-touch Enrollment adalah sebuah solusi Google untuk melakukan setup dan deployment perangkat milik perusahaan. Solusi ini lahir dari unit bisnis Google, yakni Android Enterprises, yang diperkenalkan sejak 2015.

SVP Enterprise Account Management Telkomsel Dharma Simorangkir menerangkan, selama ini perusahaan yang memiliki alat-alat inventaris kerap disulitkan saat mengatur perangkat sesuai dengan standar keamanan yang perusahaan tersebut, sebelum didistribusikan ke karyawan.

Biasanya proses pengaturan tersebut dalam satu perusahaan bisa memakan waktu hingga lima bulan karena jumlah perangkatnya yang terlampau banyak. Alhasil, satu per satu perangkat harus di-install dengan software yang telah dikembangkan agar tetap aman.

“Karena proses deployment-nya yang lama, akhirnya banyak yang milih untuk manual saja. Padahal saat ini banyak perusahaan yang ingin meningkatkan produktivitas karyawan dengan menyediakan perangkat yang hanya dapat digunakan untuk bekerja,” terangnya, Senin (15/7).

Dengan solusi dari Google ini, perusahaan bisa memangkas waktu jadi lima menit saja karena bisa dilakukan secara bersamaan. Didukung jaringan Telkomsel, memungkinkan proses deployment berjalan secara online dan massal, sehingga perangkat bisa digunakan langsung dengan konfigurasi yang telah ditentukan oleh perusahaan secara otomatis.

Perusahaan cukup membuka situs Zero-touch Enrollment, memasukkan nomor IMEI, pilih solusi, nanti secara paralel akan otomatis ter-install, dan ketika sampai ke karyawan bisa langsung dipakai.

Pada tahap awal ini, kemitraan antar kedua perusahaan ini dimulai dari peningkatan keamanan perangkat. Solusi keamanaan akan jadi payung utama untuk menjamin seluruh aplikasi yang akan di-deploy ke seluruh perangkat tetap berjalan dengan aman.

Di samping itu, banyak perusahaan besar yang mulai memandang pentingnya menjaga keamanan perangkat seiring makin banyaknya karyawan mereka yang bekerja secara mobile.

“Ada berbagai software yang dibuat untuk kebutuhan enterprise. Tapi awalnya saat mau deploy itu stakeholder banyak yang mikir ini bakal berjalan lama atau tidak karena mereka khawatir proses bisnisnya terganggu. Oleh karena itu, kita taruh solusi keamanan di tahap awal. Ke depannya akan ada lebih banyak solusi yang kami tawarkan.”

Regional Manager Android Enterprise Gerard Kennedy menambahkan, Android Zero-touch Enrollment juga menjamin keamanan perangkat dengan enkripsi dan sistem keamanan berlapis yang memungkinkan perusahaan mengurangi ketergantungan terhadap internal IT support.

Layanan ini dapat digunakan pada berbagai merek smartphone dengan sistem operasi Android sehingga memudahkan perusahaan dalam menentukan smartphone sesuai kebutuhan dan anggaran.

Dharma menambahkan, sebenarnya solusi ini tidak hanya untuk perusahaan besar saja tapi juga buat pelaku usaha kecil dan menengah (UKM). Dari solusi ini mereka bisa mulai mengadopsi teknologi digital untuk menekan beban pengeluaran. Telkomsel pun dalam waktu dekat akan merilis solusi yang diperuntukkan buat kalangan usaha ini.

IDN Media Resmi Akuisisi Media Esports GGWP.id (UPDATED)

IDN Media secara resmi telah mengumumkan akuisisi terhadap salah satu media esports GGWP.id (GGWP). GGWP akan menjadi bagian dari keluarga besar IDN Media yang di dalamnya terdapat IDN Times, Popbela, Popmama, Yummy, IDN Creative, IDN Event, dan IDN Creative Network.

Setelah proses akuisisi ini rampung, GGWP tetap dipimpin Ricky Setiawan yang akan membawahi 60 anggota tim. Akuisisi ini dilandasi oleh pergerakan industri esports yang terus berkembang dalam beberapa tahun terakhir, terutama di Indonesia.

Pihak IDN Media percaya pertumbuhan esports yang terjadi saat ini hanyalah permulaan. Kondisi ini ditandai dengan meningkatnya jumlah pemain, penonton, dan penggemar esports di Indonesia dan diproyeksikan akan terus meningkat di tahun 2019 dan 2020.

“Kami sangat bersemangat untuk memasuki industri esports dan bekerja dengan Ricky dan seluruh tim GGWP.id. Kami percaya bahwa fenomena esports baru saja dimulai. Dengan GGWP.id kami memimpikan untuk perusahaan esports terbesar dan paling berpengaruh di wilayah ini untuk milenial dan Gen Z,” jelas Founder & CEO IDN Media Winston Utomo.

GGWP sendiri saat ini menjalankan 4 jenis unit bisnis di kancah e-sports yang cukup lengkap. Tanya media mereka juga memiliki tim dan tournament platform. Unit-unitnya meliputi esports media, esports tournament platform, esports team, dan esports creative.

Selain itu GGWP juga menyelenggarakan salah satu acara game terbesar di Indonesia, Game Prime, bersama dengan BEKRAF (Badan Ekonomi Kreatif) dan AGI (Asosiasi Game Indonesia).

“Kami sangat senang dengan bergabung dengan IDN Media dan untuk bekerja sama dengan Winston, William, dan seluruh tim IDN Media. Sebagai perusahaan media terkemuka untuk milenial dan Gen Z di Indonesia, IDN Media dapat membantu kami menjangkau lebih banyak audien dan mempercepat kami visi untuk membuat esports tersedia untuk semua orang,” jelas founder dan CEO GGWP Ricky Setiawan.

Visi esports untuk semua

Kepada DailySocial, Winston menceritakan bahwa setelah akuisisi mereka akan fokus untuk mencapai visi melalui unit-unit bisnisnya. Unit esports mediaesports tournament platformesports team, dan esports creative yang dimiliki GGWP akan dioptimalkan untuk memenuhi visi “to make esports available for everyone“, selaras dengan visi dari IDN Media yaitu “membawa dampak positif untuk masyarakat”.

Dengan akuisisi ini teknologi GGWP akan dimigrasikan ke teknologi milik IDN Media, termasuk cross distribution di media sosial.

“Jadi basically, tetep di bawah IDN Media, tapi secara operasional tetap independen tapi semuanya tetap kolaborasi,” terang Winston menjelaskan posisi GGWP pasca akuisisi.

Winston melihat bahwa industri esports di Indonesia saat ini masih ada pada tahap awal meski sudah mengalami pertumbuhan dari tahun ke tahun. Jumlah pemain, jumlah media, jumlah kompetisi dan jumlah elemen-elemen yang ada di industri ini memang sudah cukup banyak, tapi masih berpeluang untuk tumbuh lebih banyak. Peluang tersebut yang coba dimaksimalkan melalui keahlian yang dimiliki tim GGWP.

Permainan game, menurut Winston, pada dasarnya juga memberikan dampak positif seperti melatih kerja sama dan fokus.

Winston berharap, dengan majunya ekosistem dan industri esports di Indonesia juga menjadi peluang bagi industri game tanah air untuk bisa tumbuh dan berkembang, memiliki IP (intellectual property) sendiri yang dikenal masyarakat luas.

“Jumlah pemain di industri ini bertambah, tapi harusnya masih bisa banyak lagi. Dan bagaimana GGWP itu bisa bikin esports bisa tersedia untuk semuanya, baik meraka yang ada di daerah atau orang yang sama sekali belum pernah bersentuhan dengan game atau esports,” imbuh Winston.