Investree Galang Dana untuk Ekspansi Regional

Bertujuan mengembangkan produk dan ekspansi ke kota lain di Asia Tenggara, layanan peer-to-peer lending (P2P) Investree sedang dalam proses eksekusi penggalangan dana. Jika sesuai dengan target, dak pertengahan kuartal tahun ini.

Disinggung siapakah venture capital yang bakal menjadi investor di tahapan Seri B ini, Co-founder dan CEO Investree Adrian Gunadi mengungkapkan nantinya pendanaan kali ini akan dipimpin financial services asing bersama dengan investor lainnya.

“Saat ini masih dalam tahap eksekusi dan belum final, jika sudah di-approve oleh OJK target kami pertengahan tahun 2018 sudah kami dapatkan pendanaan tersebut.”

Salah satu negara di Asia Tenggara yang diincar oleh Investree adalah Filipina, melihat adanya kesamaan behaviour pengguna dan sisi layanan keuangan seperti di Indonesia. Sebelumnya Investree juga telah meluncurkan teknologinya di Vietnam.

Kolaborasi dengan multifinance dan perbankan

Untuk mengembangkan model bisnis, Investree memiliki rencana scale up dengan menghadirkan marketplace P2P ke lender. Hal ini membuka kesempatan bagi Investree untuk menjalin kemitraan dengan bank dan multifinance.

“Kita lihat P2P akan makin berkembang jika adanya kolaborasi dengan sektor perbankan hingga instansi terkait. Kerja sama dengan multifinance sudah berjalan sementara dengan bank rencananya akan diluncurkan pada bulan April nanti,” kata Adrian.

Untuk implementasi proses akuisisi, inisiasi, dan collection borrower, Investree menyebutkan akan menerapkan cara yang biasa dilakukannya. Tidak ada penyaringan kembali dari bank dan multifinance untuk borrower.

“Meskipun Investree bermitra dengan sektor perbankan dan multifinance, namun proses akuisisi hingga collection akan disesuaikan dengan proses dari Investree. Dengan demikian dapat menekan pengeluaran dari bank dan multifinance,” kata Chief Risk Officer Investree Amalia Safitri.

Investree mengklaim proses pengajuan pinjaman hanya berkisar selama lima hari, sementara jika dilakukan di bank bisa mencapai hingga satu bulan. Selain bank lokal, Investree nantinya menghadirkan pilihan bank asing dan institusi keuangan asing sebagai lender Investree.

Platform alternatif untuk usaha kreatif

Saat ini Investree telah memiliki 16 ribu lender terdaftar, sementara jumlah lender aktif diklaim sudah mencapai 5 ribu. Lokasi lender pun diklaim telah tersebar hingga ke seluruh Indonesia.

Untuk jumlah borrower sendiri Investree telah memiliki sekitar 330 borrower yang kebanyakan berasal dari kalangan UKM. Pembagian kategori borrower adalah dari kalangan industri kreatif, jasa, dan outsourcing.

“Kami mencatat banyak event organizer, layanan katering, dan layanan jasa sekuriti yang melakukan peminjaman jangka pendek melalui Investree. Hal tersebut terjadi karena kemudahan dan cepatnya proses hingga uang dicairkan,” kata Adrian.

Borrower lain disebut banyak juga yang berasal dari merchant layanan e-commerce di Indonesia.

Secara akumulatif Investree sudah memfasilitasi penyaluran dana sekitar Rp 600 miliar hingga bulan Febuari 2018. Ditargetkan akhir tahun ini, Investree bisa memfasilitasi hingga Rp 1 triliun.

“Di Indonesia sendiri Investree sudah hadir di Jabodetabek, Semarang dan Surabaya. Namun untuk memperluas pasar kita juga akan terus melakukan edukasi sekaligus memperbanyak kemitraan dengan sektor perbankan, institusi keuangan, payment gateway, agregator dan masih banyak lagi,” tutup Adrian.

Application Information Will Show Up Here

LinkedIn Inisiasi Program “Dream Jobs” di Indonesia

Platform jaringan profesional LinkedIn menginisiasi program LinkedIn Dream Jobs di Indonesia guna mewadahi lulusan baru (fresh graduate) dan profesional muda dengan pengalaman kerja di bawah dua tahun untuk memperoleh karier impian di perusahaan yang telah bermitra secara eksklusif di LinkedIn.

Upaya ini sekaligus menjawab pesatnya pengguna LinkedIn yang berasal dari kalangan millenial. Jumlahnya kini mencapai 650 ribu orang dari total 9 juta pengguna LinkedIn di Indonesia. LinkedIn selama ini dikenal sebagai platform yang lebih banyak menyasar pengguna kalangan profesional untuk berinteraksi satu sama lain.

Managing Director APAC Olivier Legrand menuturkan pihaknya optimis bahwa LinkedIn Dream Jobs dapat membantu pengguna milennial dapat terhubung ke peluang karier yang tepat di beberapa perusahaan internasional dan nasional terbaik.

“Kami mengadakan program ini untuk jangka panjang dan berharap ini dapat dijadikan sebagai langkah awal karier bagi banyak anak muda Indonesia, mendukung perjalanan mereka dalam usaha mengembangkan karier di masa depan, seraya memperbaiki kehidupan mereka,” terang Legrand, Selasa (20/3).

Managing Director GrabPay Indonesia Ongki Kurniawan, di kesempatan yang sama menuturkan, Asia Tenggara, khususnya Indonesia merupakan wilayah yang masih relatif baru dalam ekosistem teknologi. Di samping memberikan kesempatan untuk memperluas koneksi dan mempelajari best practice, platform Dream Jobs dapat membantu bakat muda untuk memahami lingkungan dan budaya kerja, peran mereka pada masa mendatang.

“Grab berinvestasi dalam pengembangan talenta lokal dan memberikan mereka kesempatan untuk tumbuh bersama kami, bekerja dengan bakat-bakat terbaik dari seluruh dunia. Bahkan memberikan kesempatan mentoring dengan rekan kerja mereka di luar negeri untuk menjawab tantangan-tantangan di Asia Tenggara,” kata Ongki.

Survei LinkedIn

Menurut survei LinkedIn, sambung Legrand, diungkapkan bahwa lebih dari 65% orang Indonesia (usia di atas 18 tahun) merasa bahwa kesuksesan membutuhkan kolaborasi dengan komunitas untuk saling membantu.

Sekitar 80% responden mengaitkan kesuksesan dengan pilihan karier yang mereka buat, sementara 68% responden menyatakan bahwa orang-orang di sekitar mereka menjadi pendukung utama dalam perjalanan menemukan makna sukses dan mencapainya.

Data juga menunjukkan bahwa profesional yang lebih berpengalaman mengingat pekerjaan pertama mereka dan bahwa fase awal dalam kehidupan tersebut membentuk sukap dan pola pikir mereka dalam perjalanan menemukan dan mencapai sukses.

“Pekerjaan pertama menjadi kesempatan mendapatkan pengalaman kerja, mentor pertama, sehingga menjadikannya cukup berkesan dan penentu karier kerja di masa depan.”

Di program perdana dengan periode 20 Maret – 31 Mei 2018 ini, Dream Jobs menghadirkan 9 perusahaan yang menawarkan pekerjaan di berbagai posisi, yaitu Grab, Bank Danamon, Habitat for Humanity, Home Credit, Kalbe Pharmaceuticals, Ogilvy & Mather, Procter & Gamble, Reckitt Benckiser, dan Accenture.

Posisi yang ditawarkan mulai dari management trainee, partner aquisition, account management, hingga branding. Lengard menjelaskan pemilihan perusahaan yang masuk ke Dream Jobs berdasarkan perpaduan antara perusahaan internasional, lokal, startup, dan lainnya.

Situs Burger King Indonesia Diduga Terinjeksi Malware Crypto-Mining

Satu lagi situs Indonesia yang terkena injeksi malware crypto-mining. Setelah portal berita Berita Satu terkena injeksi malware yang menambang Monero di bulan November 2017, kami menemukan bahwa situs Burger King Indonesia mengandung injeksi malware crypto-mining.

Menurut pantauan berdasarkan tip yang kami terima, per tulisan ini dibuat, sisipan malware tersebut terletak di bagian footer dan mengarah ke situs Coinpot.co untuk menambang Dogecoin.

Seperti halnya malware yang disisipkan di Berita Satu, malware ini juga akan meningkatkan penggunaan CPU hingga di atas 100%. Begitu situs Burger King ditutup, CPU load akan kembali normal. Pihak Berita Satu saat itu menyebutkan injeksi tersebut dilakukan melalui iklan pihak ketiga.

Dogecoin adalah jenis crypocurrency yang awalnya dikenalkan sebagai bahan lelucon pada akhir 2013. Di awal tahun 2018, Dogecoin sempat mencapai kapitalisasi pasar tertinggi di angka $2 miliar, sebelumnya akhirnya kini berada di bawah $400 juta.

Penambangan cryptocurrency membutuhkan kinerja komputasi yang besar dan bahkan di kasus-kasus tertentu bisa membuat smartphone yang terjangkiti malware seperti ini bisa rusak. Di tahun 2014, fasilitas komputasi riset Harvard disalahgunakan untuk penambangan dogecoin.

Belum ada informasi apakah ada oknum pengembang internal yang menyisipkan malware ini atau diretas oleh pihak ketiga.

Maker Fest 2018 Dorong Kreator Lokal Capai Kancah Dunia

Industri ekonomi kreatif kini tak bisa lagi dipandang sebelah mata. Sektor ini telah memberikan kontribusi besar terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) Indonesia dalam beberapa tahun terakhir.

Kepala Badan Ekonomi Kreatif (BEKRAF), Triawan Munaf, mengutip data Badan Pusat Statistik (BPS), menyebutkan bahwa sektor ekonomi kreatif telah menyumbang sebesar Rp1.000 triliun terhadap PDB Indonesia di 2017.

Jumlah tersebut naik dari pencapaian di 2016 sebesar Rp922 triliun dan di 2015 yang sekitar Rp850 triliun.

“Semoga di 2018, jumlahnya meningkat jadi Rp1.100 triliun,” ungkap Triawan di konferensi pers Maker Fest 2018, Jakarta (16/3/2018).

Potensi pelaku ekonomi kreatif di Indonesia dinilai masih sangat besar dan perlu digali mengingat lebih dari 30 persen dari pelaku usaha ekonomi kreatif berasal dari generasi millennial.

Maker Fest 2018 kemudian menjadi inisiasi baru antara pemerintah dengan pelaku industri kreatif. Tujuannya mendorong pelaku industri agar berani menjadi perusahaan publik (IPO) dan berbisnis hingga kancah internasional.

Inisiasi independen ini merupakan hasil kolaborasi pelaku industri dan pemerintah, antara lain Tokopedia, JNE, Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kemkominfo), Kementerian Perindustrian (Kemenperin), dan Kementerian Perdagangan.

Peluncuran program ini turut dihadiri CEO Tokopedia William Tanuwijaya, Kepala Bekraf Triawan Munaf, Plt Biro Humas Kemkominfo, Presiden Direktur Mohammad Feriadi, Direktur Jenderal Industri Kecil dan Menengah (IKM) Kemenperin Gati Wibawaningsih, dan pendiri produk komestik BLP Lizzie Parra.

William Tanuwijaya, yang didapuk menjadi Chairman Maker Fest 2018, mengungkapkan bahwa ia tergerak untuk ikut serta dalam program tersebut berdasarkan pengalamannya membangun dan mengembangkan Tokopedia.

Menurut William, banyak kreator lokal yang cuma fokus berdagang saja, belum berbadan hukum dan belum berniat untuk mengembangkan bisnisnya hingga ke kancah internasional.

“Kami ingin menularkan cita-cita ini [untuk mendunia]. Tidak hanya untuk kreator di Jakarta, tetapi juga di daerah. Tak cuma untuk pedagang, tetapi juga offline. Bahkan kami ingin mereka bisa sampai IPO,” ujar William.

Maker Fest 2018 merupakan program pertama yang nantinya akan digelar rutin setiap tahun. Tahun ini Maker Fest akan menyambangi delapan kota pada April-Desember, yakni Jakarta, Medan, Padang, Bandung, Yogyakarta, Surabaya, Denpasar, dan Makassar.

Rangkaian acaranya terdiri dari berbagai workshop, sharing session, dan Local Maker Competition dengan total hadiah hingga Rp1,5 miliar untuk tiga pemenang.

Lewat Maker Fest 2018, program ini menargetkan satu juta merek (brand) baru lahir dalam lima tahun ke depan. Tak hanya di sektor digital, tetapi juga sektor-sektor lain.

“Makanya di berbagai kota nanti kami akan bukan sesi konsultasi gratis bahkan akses ke investor. Mereka yang ahli sesuai bidangnya dapat memberikan masukan bagi pelaku usaha,” tambah William.

Broadband sebagai enabler

Plt Biro Humas Kemkominfo Noor Iza menambahkan partisipasi pihaknya dalam program ini sejalan dengan komitmen pemerintah menghapus kesenjangan internet di seluruh wilayah Indonesia.

Ia menegaskan pentingnya pembangunan internet broadband di Indonesia sebagai enabler industri kreatif di Tanah Air.

“Tanpa internet, layanan logistik, financial, e-commerce, dan sektor kreatif akan sulit berjalan,” kata Noor.

Untuk itu, pemerintah tengah menyelesaikan proyek pengerjaan kabel fiber optic Palapa Ring wilayah Barat yang ditargetkan selesai dan dapat beroperasi tahun ini. Sementara pembangunan Palapa Ring wilayah Timur dan Tengah ditargetkan rampung pada tahun 2019.

Kemkominfo juga tengah menyiapkan satelit High Throughput untuk menjangkau pelaku usaha yang tinggal di wilayah terpencil. Noor menyebutkan bahwa satelit tersebut dapat mengirimkan data dengan kecepatan hingga 12Mbps pada 2020 mendatang.

Susul Bank Besar Lain, Bank Mandiri Perkenalkan Chatbot “Mita” [UPDATED]

Bank Mandiri perkenalkan chatbot Mita (Mandiri Artificial Assistant) sebagai upaya meningkatkan kualitas layanan kepada nasabah. Mita dapat diakses melalui platform Line, Facebook Messenger, dan Telegram.

Dalam menghadirkan layanan ini, Bank Mandiri menggandeng perusahaan AI lokal InMotion sebagai perusahaan teknologinya dengan domain knowledge yang disiapkan langsung tim Bank Mandiri untuk isi kontennya. Di tahap awal, Mita dipersiapkan untuk menjawab informasi seputar info produk dan layanan, promo dan event, cek lokasi cabang dan ATM.

Direktur Operasional Bank Mandiri Ogi Prastomiyono menuturkan Mita adalah salah satu langkah transformasi digital perseroan dalam memberikan layanan yang lebih efektif, efisien, dan consumer oriented. Menurut data internal, interaksi melalui layanan contact center (email dan media sosial) tahun lalu mengalami peningkatan frekuensi sekitar 40% ketimbang tahun sebelumnya.

Dari rasio tersebut, interaksi nasabah untuk permintaan informasi sekitar 51%, permintaan bantuan 28%, dan keluhan 21%. Porsi dari interaksi jalur ini cukup kecil yakni sekitar 10% dari total interaksi antara 600 ribu-700 ribu kali interaksi pada tahun lalu.

“Artinya kanal digital ini semakin diminati nasabah dan non nasabah, seiring dengan perkembangan smartphone. Mudah-mudahan, chatbot yang memanfaatkan Natural Language Processing (NLP) ini, dapat mempercepat dan memudahkan interaksi nasabah dengan bank,” tutur Ogi, Senin (19/3).

Direktur Digital Banking & Technology Rico Usthavia Frans menambahkan, kehadiran Mita dapat mengurangi beban kerja, sekaligus memfilter layanan mana yang bisa difokuskan untuk ditindaklanjuti oleh tim contact center. Pasalnya, mayoritas interaksi yang masuk ke perseroan sekadar meminta bantuan informasi seputar produk perbankan.

“Mita akan bantu pertanyaan umum yang biasa ditanyakan nasabah, sehingga bisa mengurangi beban tim contact center Bank Mandiri yang berlokasi di tiga tempat, Menara Mandiri, Rempoa, dan Yogyakarta,” terangnya.

Rico melanjutkan Mita adalah salah satu dari investasi IT perseroan dengan mengalokasi capex sebesar US$120 juta (sekitar Rp1,6 triliun) pada tahun ini. Dalam anggaran capex tersebut, perseroan mengalokasikannya untuk peningkatan keamanan TI, pengembangan dan perbaikan teknologi baru, membangun data center, dan sebagainya.

Rencananya tahun ini, Bank Mandiri akan menambah satu lokasi data center baru di Surabaya.

Rilis tampilan baru situs

Selain memperkenalkan chatbot Mita, Bank Mandiri juga merilis tampilan baru situs perseroan demi memudahkan masyarakat berinteraksi dan mencari informasi. Di dalam situs, nasabah bisa memblokir kartu, cari informasi produk yang mendukung keterbukaan informasi perusahaan.

Situs Bank Mandiri tercatat memiliki jumlah pengunjung sebanyak 155 ribu per hari. Adapun, jumlah nasabah tabungan Bank Mandiri mencapai 21,9 juta dan 1,8 juta nasabah kredit hingga akhir tahun lalu.

Kehadiran Bank Mandiri lewat layanan chatbot ini semakin memanaskan persaingan perbankan dalam menyambut era digital dengan memanfaatkan chatbot demi meningkatkan interaksi dengan nasabah existing maupun upaya akuisisi nasabah baru. Sebelumnya, bank-bank besar lain, seperti BCA (Vira), BNI (Cinta), dan BRI (Sabrina) telah lebih dahulu meluncurkan layanan serupa.


*Kami menambahkan nama perusahaan AI yang digandeng Bank Mandiri

GetCraft Perkenalkan Marketplace untuk Konten Kreatif

Seiring dengan semakin terbiasanya masyarakat berbelanja di layanan e-commerce, sistem online cart diadopsi untuk memudahkan konsumen, baik perorangan maupun korporasi, “berbelanja” berbagai macam hal, termasuk konten kreatif. GetCraft melihat tren ini dan hari ini secara resmi meluncurkan platform Marketplace untuk menjembatani discoverability industri kreatif di Asia Tenggara. Layanan Marketplace tersedia di Indonesia, Malaysia, Filipina, dan Singapura.

GetCraft yang berbasis di Indonesia saat ini telah mengorganisir lebih dari 4000 kreator konten dan penerbit dan telah bekerja sama dengan lebih dari 250 brand. Secara total dalam tiga tahun terakhir mereka mengklaim total nilai proyek mencapai $10 juta.

Kehadiran Marketplace diharapkan menjadi jembatan antara kedua belah pihak untuk saling mengenal dan membuka potensi bisnis. Di sini kita menemukan berbagai jenis pembuat konten, termasuk yang berbasis video (YouTube), foto (Instagram), dan situs (media atau blog).

“Walaupun fakta bahwa brand dan agensi sekarang menargetkan lebih dari 50% populasi dunia melalui iklan online, ketika dalam proses pencarian dan perekrutan kreator berkualitas tinggi, tidak ada perubahan yang berarti. Ini yang kami harap bisa ubah, ketika apa yang sebelumnya membutuhkan waktu 2-3 minggu bisa dilakukan dalam 2-3 jam saja!” kata Co-Founder dan Group CEO GetCraft Patrick Searle.

Menggunakan platform Marketplace ini, brand bisa melihat dengan jelas siapa saja kreator konten yang dicari, tarif yang ditetapkan, dan apa yang bisa dijanjikan berdasarkan kategori yang diinginkan.

“Fitur hebat Marketplace kami adalah memberikan para pemasar estimasi biaya atau potensi pemirsa berdasarkan kreator konten atau mitra konten bersponsor yang mereka pilih. Klien kami bisa menggunakan kapabilitas ini untuk merencanakan kampanye pemasaran kontennya.”

GetCraft didirikan oleh Patrick dan Anthony Reza Prasetya. Reza kini menjadi CEO GetCraft untuk Indonesia. GetCraft telah mendapatkan pendanaan awal dari 500 Startups dan Convergence Ventures dan merencanakan untuk menggalang dana Seri A di tahun 2019 untuk membantu mereka mengglobal.

Pasar iklan digital Asia Tenggara

Menurut data eMarketer, yang dikutip dari Mumbrella, di tahun 2018 ini diperkirakan belanja iklan global di sektor online akan mencapai 48,8%, sebelum lewati batas 50% tahun depan. Menariknya, masih banyak potensi iklan digital di Asia Tenggara, karena realisasinya masih di bawah 30% di banyak negara. Bahkan di Indonesia sendiri angkanya masih belum menembus 20%.

Sejauh ini Google dan Facebook mendominasi pasar ini dan mereka telah memberikan gambaran yang jelas, dari sisi biaya dan ekspektasi jangkauan pemirsa, sehingga memudahkan brand untuk membuat strategi pemasaran. Hal ini yang coba didorong GetCraft dengan Marketplace-nya.

“Dengan membantu kreator dan pemasar saling memahami nilai konten [melalui Marketplace], kami berharap bisa mendorong terjadinya ‘ledakan Cambrian’ di industri kreatif,” ucap Patrick.

Bitcoin.co.id Ubah Nama Menjadi INDODAX

Bitcoin Indonesia atau dikenal dengan Bitcoin.co.id kini resmi berganti nama sebagai INDODAX (Indonesia Digital Asset Exchange). Dengan wajah baru ini INDODAX berharap bisa tetap menjawab tingginya minat dan kebutuhan masyarakat Indonesia terhadap layanan pengelolaan aset digital.

INDODAX akan tetap bisa melayani jual dan beli aset digital seperti Bitcoin, Ethereum, Ripple, dan beberapa cryptocurrency lainnya. Dalam keterangan resminya, INDODAX menyampaikan bahwa pihaknya berusaha mengedepankan keamanan, kemudahan, kecepatan, dan pelayanan yang memuaskan dalam setiap transaksinya. Dengan wujud terbarunya ini memungkinkan pengguna untuk membeli atau menjual aset digital setiap saat, 24 jam dalam sehari, 7 hari dalam seminggu, termasuk juga pada saat hari libur.

“Kami percaya bahwa teknologi digital asset dapat memberikan dampak positif yang besar terhadap ekonomi. Kini peranan digital asset di Indonesia sebagai salah satu media spekulasi pun semakin berkembang, khususnya dengan makin berkembangnya teknologi blockchain. INDODAX hadir untuk membantu pelanggan dalam memberikan tempat untuk membeli dan menjual digital asset dengan cara yang mudah, aman dan cepat,” terang CEO INDODAX Oscar Darmawan.

Keamanan dan transparansi dalam bertransaksi digital asset menjadi fokus utama INDODAX. Salah satu perwujudannya adalah dengan peraturan yang diterapkan oleh perusahaan di mana setiap orang yang ingin membeli atau menjual digital asset melalui INDODAX harus mendaftarkan diri sesuai dengan data pribadi yang sah untuk menghindari munculnya tidak kriminal.

Selain itu pihak INDODAX mengklaim bahwa mereka didukung dengan teknologi blockchain yang membuat semua aset digital dan perpindahannya dapat dilacak dengan lebih mudah. Karena semua transaksi yang terjadi tercatat secara elektronik di dalamnya.

Saat ini INDODAX mencatat sudah memiliki 1,1 juta anggota terdaftar yang tersebar di berbagai wilayah di Indonesia. Rata-rata pertumbuhan baru pun mencapai angka 3000 per hari dengan rata-rata volume transaksi yang sekarang terjadi mencapai 100 miliar rupiah.

“Hingga saat ini, terdapat berbagai pilihan digital asset yang dapat dibeli dan dijual seperti Bitcoin, Bitcoin Cash, Bitcoin Gold, Ethereum, Ripple, Dogecoin, Litecoin, Bitshares, NXT dan NEM, serta DASH. Kami akan terus melengkapi produk yang kami tawarkan agar dapat terus memenuhi kebutuhan pengguna,” terang Oscar.

Application Information Will Show Up Here

Riset ValuePenguin: Indonesia Kurang Ramah untuk Bangun Startup

Meski Indonesia digadang-gadang pemerintah akan menjadi negara ekonomi digital terbesar se-Asia Tenggara pada 2020 mendatang, namun menurut riset yang dipaparkan lembaga ValuePenguin, Indonesia saat ini dinilai sebagai negara yang kurang ramah se-Asia Pasifik untuk mendirikan startup.

Pernyataannya tersebut dilandasi beberapa hal, ValuePenguin melakukan benchmarking ke 12 negara di kawasan Asia Pasifik dengan membuat 18 indikator perekonomian, seperti pertumbuhan PDB, biaya hidup, pajak, akses dan biaya pembiayaan. Kemudian mengklasifikasikan ke dalam empat kategori, yakni kesehatan ekonomi, biaya melakukan bisnis, iklim bisnis dan kualitas angkatan kerja.

Dari 12 negara yang diteliti, Indonesia menempati posisi empat besar terbawah. Setelah Indonesia, diikuti oleh negara lainnya Thailand, Filipina, dan Vietnam. Sementara posisi teratas ditempati secara berurutan oleh Singapura, Hong Kong, Jepang, Taiwan, dan Malaysia. Kemudian diikuti, Korea Selatan, Tiongkok, dan India.

Metodologi penelitian

Dalam menghitung composite index untuk masing-masing kategori di tiap negara, ValuePenguin melihat dari kompilasi data yang dikumpulkan dari berbagai referensi. Untuk kesehatan ekonomi, dilihat dari PDB per kapita, tingkat pengangguran, dan proporsi orang dewasa dengan rekening bank.

Sedangkan untuk biaya bisnis dilihat dari pertimbangan terkait operasi bisnis, biaya pinjaman kredit, tarif pajak, dan biaya upah. Adapun composite index untuk iklim bisnis merangkum beberapa faktor, mulai dari kepercayaan bisnis terhadap institusi publik, pengembangan teknologi dan ketersediaan dana.

Kualitas tenaga kerja juga turut diperhatikan, meski metrik ini terlihat subjektif. Namun tingkat pendidikan dapat memberi proxy untuk kekuatan tenaga kerja.

“Dalam studi ini kami mempertimbangkan tingkat pencapaian pendudukan menengah dan tersier. Singapura, Korea, dan Jepang memiliki populasi dewasa yang sangat terdidik. Ini menjadi pertanda baik bagi para pemula yang ingin memulai usaha di negara-negara tersebut,” terang laporan ValuePenguin dalam keterangan resmi yang diterima DailySocial.

Hasil riset untuk Indonesia

Dari keseluruhan klasifikasi, kesehatan ekonomi Indonesia menempati posisi ke 10, biaya melakukan bisnis di posisi ke-3, iklim bisnis di posisi ke-9, dan kualitas angkatan kerja di posisi ke-8. Hal demikian terjadi karena rendahnya tingkat PDB per kapita sebesar US3.750, tingkat pengangguran yang tinggi (5,5%), dan suku bunga yang tinggi (kupon obligasi pemerintah untuk 10 tahun sebesar 6,4%).

“Ditambah lagi, Indonesia bisa menjadi tempat yang sulit untuk startup teknologi karena hanya 25,4% penduduknya yang memiliki akses ke internet.”

Kendati demikian, Indonesia tetap menjadi prospek yang baik untuk pengembangan startup teknologi karena faktor-faktor pendukung seperti rendahnya tarif pajak untuk perusahaan lokal (pengurangan pajak 50% untuk pendapatan kena pajak Rp50 miliar). Ditambah biaya hidup yang lebih rendah dibandingkan negara Asia Pasifik lainnya dan harapan gaji yang lebih rendah untuk lulusan baru-baru ini.

Perbandingan dengan Singapura

ValuePenguin menerangkan Singapura dinilai oleh Bank Dunia sebagai negara terbaik kedua melakukan bisnis secara global. Negara kecil tersebut adalah negara kaya dengan PDB per kapita sebesar US$52.962, tingkat pengangguran rendah (2,15%), dan akses internet yang baik (81%).

Kendati dinobatkan juga sebagai negara dengan biaya hidup tertinggi dan negara yang mahal untuk menjalankan bisnis, akan tetapi pemerintah Singapura memberikan insentif pajak untuk para pemula mencakup 75% dari jumlah S$100 ribu yang pertama dan 50% dari S$100 ribu untuk tahun berikutnya dari total wajib pajak sebesar 17% dari total pendapatan. Tentu saja, insentif ini membuat Singapura secara signifikan lebih murah untuk memulai bisnis.

Di sisi lain, Singapura juga didukung oleh tingkat pendidikan tertinggi di Asia (42% orang dewasa yang bekerja memiliki pendidikan pasca sekolah menengah ke atas). Salah satu startup yang lahir dari Singapura dan menjadi contoh sukses adalah Garena (kini bernama Sea).

Platform “Digital Tunai Kita” Segera Diakusisi Multifinance Danasupra

Perusahaan pembiayaan Danasupra Erapacific (Danapac) mengumumkan akuisisi startup p2p lending Digital Tunai Kita (DTK) guna mewujudkan ambisinya dalam menurunkan kredit macet dalam penyaluran pembiayaan lewat teknologi.

Presiden Direktur Danapac Odang Muchtar menuturkan, perusahaan tengah dalam proses due diligence atas kesepakatan jual beli saham DTK yang masih berjalan. Danatrac telah menandatangani dokumen Perjanjian Jual Beli Saham Bersyarat (PJBSB) untuk membeli saham DTK dari Kresna Usaha Kreatif (KUK), anak usaha Kresna Graha Investama, dan JAS Kapital pada 6 Maret 2018. Diprediksi finalisasi transaksi bakal rampung pada Mei 2018.

“Sebagai listed company, perseroan akan selalu mematuhi seluruh peraturan dan perundangan yang berlaku dan menjunjung tinggi prinsip GCG, dan kehati-hatian guna menciptakan nilai tambah yang maksimal dan berkelanjutan tinggi bagi para pemangku kepentingan perseroan,” tuturnya seperti dikutip dari keterbukaan informasi di Bursa Efek Indonesia,” Kamis (15/3).

Menurut Odang, rencana pemanfaatan teknologi terkini adalah salah satu strategi utama perseroan guna memantapkan posisinya sebagai perusahaan pembiayaan terkemuka. Terlebih, teknologi lending robot yang dimiliki DTK dinilai penting untuk membantu perseroan terutama dalam hal proses modernisasi proses credit underwriting dan manajemen kredit macet berdasarkan analisa kredit dari sisi perilaku pemohon kredit.

“Investasi di DTK merupakan salah satu langkah yang diambil perseroan untuk mempercepat adopsi teknologi dan selalu berada satu langkah di depan di antara para pesaingnya di pasar, tidak hanya dalam hal peningkatan kepuasan konsumen namun juga dalam memperkokoh sistem manajemen risiko perseroan,” sambungnya.

Akan tetapi saat dihubungi terpisah oleh DailySocial untuk dimintai komentarnya lebih lanjut, baik pihak Kresna Graha Investama maupun DTK menolak untuk memberikan pernyataannya. “Belum bisa komentar untuk yang ini [akuisisi DTK],” terang Managing Director Kresna Graha Investama Surjandy Jahja dan COO Andry Huzain, saling kompak.

Sebagai informasi, Kresna Graha terhubung dengan DTK maupun Danapac lewat kepemilikan saham yang ditanamkan di kedua perusahaan tersebut. Di dalam DTK, terdapat tiga pemegang saham, yakni KUK, JAS Kapital, dan WeCash, startup asal Tiongkok yang bergerak sebagai penyedia big data dan machine learning untuk evaluasi kredit konsumen dan co-underwrite.

Ketiga pemegang saham di atas memiliki afiliasi baik secara langsung maupun tidak langsung dengan Kresna Graha. Kendati belum diketahui persentase saham yang dimiliki masing-masing perusahaan.

Tak hanya itu, per kuartal III/2017 Kresna Graha memiliki saham di Danapac sebesar 9,71%. Serta anak-anak usaha dari Kresna Graha seperti Asuransi Jiwa Kresna (11,33%) dan Asuransi Kresna Mitra (8,18%) juga merupakan shareholder Danapac. Sehingga Danapac terafiliasi dengan Grup Kresna.

Kinerja bisnis Digital Tunai Kita

DTK telah terdaftar di OJK sejak 24 Agustus 2017, merupakan startup yang bergerak di segmen p2p lending dengan memanfaatkan kombinasi antara prinsip finansial, teknologi mobile, big data, dan machine learning untuk menghasilkan lending robot. Bagi penyandang dana, teknologi tersebut dipakai untuk mengevaluasi kelayakan kredit konsumen, mencegah fraud, dan menyetujui pengajuan pinjaman.

Dalam model bisnisnya, DTK bekerja sama dengan multifinance dan perbankan untuk mempermudah akses konsumen mendapatkan kredit tanpa agunan, pembiayaan pembelian barang, serta menurunkan kredit macet secara signifikan.

Saat ini DTK menawarkan pinjaman cicilan tunai berkisar Rp4 juta sampai Rp20 juta yang dapat diangsur dengan tenor 3-6 bulan. Produk lainnya untuk pinjaman jangka pendek berkisar Rp1 juta sampai Rp5 juta dengan tenor fleksibel antara 10-30 hari.

Alibaba Cloud Resmikan Data Center di Jakarta

Setelah melakukan riset dan pengenalan pasar selama dua tahun di Indonesia, Alibaba Cloud hari ini meresmikan kehadirannya di Indonesia. Komitmen Alibaba Cloud dibuktikan dengan kehadiran data center di Jakarta yang menyediakan pilihan lokal untuk UKM, startup, korporasi, dan lembaga pemerintahan. Secara keseluruhan jumlah data center Alibaba Cloud mencapai 18 buah yang tersebar di seluruh dunia.

Head of Alibaba Cloud ASEAN & NZ Raymond Ma mengungkapkan, secara independen Alibaba Cloud hadir di Indonesia memberikan platform yang diperkuat dengan teknologi yang advanced dan harga yang cukup terjangkau, terutama untuk target pasar yang diincar yaitu UKM.

“Kehadiran kami di Indonesia adalah independen. Dengan teknologi dan berbagai layanan yang kami miliki, Alibaba Cloud memiliki keyakinan yang cukup besar untuk mengembangkan bisnis di Indonesia.”

Ditambahkan Raymond, tidak hanya memberikan solusi teknologi komputasi awan, Alibaba Cloud diklaim ideal bagi startup yang mengembangkan bisnis AI dan pengolahan big data.

Selain itu layanan big data “MaxCompute” memungkinkan pengguna menyimpan dan mengolah data struktural dalam jumlah besar, hingga ukuran terabyte dan petabyte.

“Tentunya kami akan menjaga kerahasiaan data perusahaan dan UKM yang menggunakan Alibaba Cloud. Selain di Indonesia, Alibaba Cloud juga memberikan pilihan untuk menyimpan datanya di luar Indonesia sesuai dengan kebutuhan mereka,” kata Raymond.

Pelatihan bersertifikasi

Pendekatan lain yang dilakukan Alibaba Cloud untuk merangkul lebih banyak klien di Indonesia adalah memberikan pelatihan bersertifikasi. Program inkubasi Alibaba yang bernama Alibaba Cloud Certified Professional (ACP) memiliki target melatih 300 peserta dan memberikan sertifikasi kepada 100 orang ahli di bidang cloud di Indonesia.

“Indonesia merupakan negara yang sangat strategis untuk pengembangan bisnis cloud milik Alibaba. Untuk itu kita akan memastikan untuk memberikan informasi hingga layanan purnajual yang lengkap kepada klien,” kata General Manager APAC Alibaba Cloud Alex Li.

Disinggung apakah nantinya Alibaba Cloud akan mempekerjakan talenta Indonesia, Alex mengatakan kesempatan tersebut ada, namun saat ini Alibaba ingin fokus ke pemberian edukasi dan informasi tentang cloud. Program ini ditangani langsung tim khusus untuk solusi arsitektur cloud.

Terkait keamanan data yang disimpan di Alibaba Cloud dan peraturan yang ditentukan pemerintah Indonesia, Raymond Ma menegaskan sebagai perusahaan asing yang mencoba mengembangkan bisnis di Indonesia, Alibaba Cloud akan menuruti semua peraturan yang ditetapkan pemerintah.

“Untuk keamanan sendiri kami menjamin dengan teknologi yang kami miliki data milik klien akan terjaga keamanannya. Alibaba Cloud juga tidak akan membuka dan melihat data milik klien kami.”

Membuka peluang kemitraan

Saat ini Alibaba Cloud telah memiliki klien korporasi dan layanan e-commerce seperti Tokopedia, GTech Digital Asia, Dwidaya Tour, dan Yogrt. Alibaba Cloud masih membuka kesempatan perusahaan lokal untuk menjalin kemitraan dan memanfaatkan teknologi cloud miliknya.

“Fokus kami di Indonesia tidak hanya mendirikan data center, tetapi juga pelatihan dan dukungan untuk UKM di Indonesia. Dengan pendekatan unik dan pelokalan, hal tersebut yang membedakan Alibaba Cloud dengan kompetitor lainnya,” tutup Raymond.