EV Hive City @ Plaza Kuningan Diresmikan, Diklaim Jadi yang Terbesar di Asia Tenggara

EV Hive resmi meluncurkan coworking space barunya EV Hive City di Plaza Kuningan, Jakarta. Coworking space ini diklaim menjadi yang terbesar di Asia Tenggara dengan luas 6700 meter persegi dan dapat menampung lebih dari 1000 industri kecil menengah, pengusaha, dan para kreator dalam satu community hub.

Ruang kerja baru ini terdiri dari dua lantai yang didesain untuk mendukung atmosfer kolaboratif antar anggota EV Hive. Di setiap lantainya dilengkapi dengan team discussion pod, event spaces, dan lounge untuk para anggota yang ingin mengadakan networking event dan business skill workshop.

[Baca juga: Strategi EV Hive di Tengah Eksplorasi Industri Coworking Space]

“EV Hive memiliki visi sebagai community hub bagi para pengusaha untuk memulai dan mengembangkan bisnis mereka. Melalui EV Hive Platform, kita siap memasuki era ekonomi berbagi yang sangat membantu industri untuk tumbuh bersama-sama dan kesempatan networking yang sebelumnya terlalu mahal jika ditanggung perorangan,” kata Founder dan CEO EV Hive Carlson Lau, Rabu (29/11).

Kehadiran EV Hive City ini melengkapi lebih dari 10 jaringan EV Hive lainnya yang sudah lebih dahulu hadir. Di antaranya, JSC Hive, D.Lab, The Breeze, Satellite @ SCBD, Tower @ IFC, Dimo, EV Hive @ Clapham, dan The Maja. Sampai akhir tahun ini, ditargetkan akan ada dua tambahan lokasi baru yang diklaim Carlson sebagai hub yang lebih besar dari City @ Plaza Kuningan.

Hadirkan platform investasi

Selain mengumumkan lokasi coworking space baru, EV Hive juga meluncurkan platform EV Hive Community Awards. Platform tersebut diperuntukkan untuk penempatan modal demi mendukung kemudahan berinvestasi di kalangan investor dan pengusaha, sekaligus startup dari ekosistem EV Hive yang memiliki bisnis menjanjikan.

Pendirian platform ini digagas dari ide yang dikumpulkan dalam platform EV Hive lainnya yakni EV Hive Connect yang aktif memberikan pelayanan yang dibutuhkan oleh para anggota.

“Secara aktif EV Hive mempertemukan para pendiri perusahaan yang sedang berkembang dengan para angel investor, perusahaan modal ventura, dan mitra bisnis di dalam ekosistem kami. Dalam kondisi tertentu, EV Hive bersama para investor juga turut menanamkan investasi kepada para anggotanya. Hasilnya mereka pun mengalami pertumbuhan bisnis yang cepat,” pungkas Carlson.

Saat ini EV Hive menampung lebih dari 1.300 anggota dan 11 ribu acara dan workshop yang diselenggarakan para anggota. Beberapa anggota EV Hive di antaranya, SquLine, Member.id, HelloBeauty, dan Ride Jakarta.

Startup Fintech Lending AwanTunai Resmi Hadir, Salurkan Dana dari Korporasi

Startup fintech yang bergerak di bidang lending AwanTunai resmi hadir di Indonesia. Sebelum diresmikan, pengembangan bisnis AwanTunai telah dimulai sejak Mei 2017 dan telah mengantongi surat tanda terdaftar di OJK.

Sedikit berbeda dengan pemain lending lainnya, AwanTunai tidak menggunakan investor individu sebagai pemberi dana, melainkan dari korporasi. Salah satu korporasi yang berkomitmen untuk menyalurkan pinjaman ke pengguna AwanTunai adalah Kredit Plus (PT Finansia Multi Finance), nilainya saat ini sebesar US$30 juta. Terdapat juga beberapa fund reksa dana dari luar negeri sebagai sumber dana.

Perbedaan lainnya, perusahaan mengincar masyarakat dengan ekonomi menengah ke bawah sebagai penggunanya. Juga menggandeng merchant offline sebagai kanal distribusi.

“Jadi sumber dana kami dari institusi, meski demikian kami tetap ada di bawah payung regulasi POJK Nomor 77 Tahun 2016,” terang CEO AwanTunai Dino Setiawan, Rabu (29/11).

Dino melanjutkan, pihaknya melihat untuk penyaluran dana yang besar belum tentu ketersediaan dananya bisa diandalkan dari investor individu saja. Maka dari itu perlu gandeng institusi untuk menjamin sumber dananya selalu tersedia.

“Ditambah, kontribusi belanja dari e-commerce terhadap industri ritel masih 1%. Daripada melihat yang 1% itu, lebih baik kami mengembangkan dari 99% yang sudah jelas ada.”

Pada tahap awal, AwanTunai baru melayani penyaluran pinjaman untuk pembelian smartphone dengan rentang maksimal Rp4 juta. Ada alasan khusus mengapa perusahaan memilih pembiayaan untuk smartphone yang bisa dikatakan sebagai kredit konsumtif.

Pertama, dilihat dari pertumbuhan pembelian smartphone di Indonesia tumbuh 40%. Bisa disimpulkan barang tersebut menjadi kebutuhan umum yang dapat menunjang produktivitas.

Kedua, sebagai langkah awal perusahaan mengumpulkan data pengguna. Data yang dikumpulkan akan digunakan perusahaan untuk merumuskan produk konsumer lainnya yang bisa dicicil.

“Sejauh ini baru smartphone saja. Kami akan menyediakan produk konsumer lainnya yang bisa dicicil, dalam waktu dekat akan segera diumumkan.”

Model bisnis AwanTunai

Untuk proses pengajuan pinjaman, calon debitur hanya perlu mengunduh aplikasi AwanTunai lalu mengunggah KTP sebagai persyaratan. Kemudian nasabah akan diverifikasi oleh credit engine yang dibangun sendiri oleh AwanTunai. Jaminannya dalam waktu 15 menit calon debitur bisa mengetahui persetujuan limit kredit.

Dalam model bisnisnya, AwanTunai memiliki dua jenis penyaluran. Pertama, menggandeng calon debitur dari institusi untuk menjamin penyaluran tepat sasaran dan meminimalkan potensi gagal bayar. Institusi yang telah bermitra dengan AwanTunai adalah Blue Bird untuk para pengemudinya.

Sementara ini, AwanTunai baru bermitra dengan 42 pool Blue Bird berlokasi di Jabodetabek untuk 16 ribu pengemudi selama lima bulan terakhir. Sekitar 8 ribu pengajuan disetujui dengan total penyaluran sekitar Rp5 miliar. Ke depannya, perusahaan akan diperluas untuk pool Blue Bird berlokasi di Surabaya.

Berikutnya, AwanTunai menggandeng merchant offline yang menjual smartphone untuk menjadi point of sales financing yang aman, mudah, dan cepat. Adapun total merchant yang sudah bermitra totalnya sekitar 50 merchant berlokasi di Jabodetabek.

Untuk memperluas layanannya, AwanTunai akan bermitra dengan tiga bank untuk tambahan sumber dana dan bermitra dengan pedagang kecil hingga perusahaan besar untuk meningkatkan layanannya ke seluruh masyarakat.

Rayakan HUT Ke-2, Shopee Klaim “Annualized GMV” di Tujuh Negara Sudah Capai $5 Miliar

Merayakan HUT-nya yang kedua, layanan e-commerce Shopee mengklaim telah mengalami pertumbuhan yang signifikan di 7 pasarnya (Singapura, Malaysia, Taiwan, Thailand, Vietnam, Filipina dan Indonesia), dengan nilai annualized Gross Merchandise Value (GMV) lebih dari $5 miliar  dan telah mendapatkan 80 juta unduhan di seluruh wilayah.

Di Indonesia sendiri, Shopee yang selama ini fokus kepada sektor C2C, mengklaim memiliki lebih dari 100 juta listing aktif, lebih dari 1 juta penjual dan brand, dengan jumlah unduhan aplikasi sebanyak 25 juta kali unduhan. Angka ini meningkat sebesar 350% dibandingkan tahun 2016.

Keseriusan Shopee kepada Indonesia juga ditunjukkan dengan berbagai perekrutan penjual dan pelatihan kepada komunitas penjual di berbagai wilayah Indonesia. Secara rutin Shopee menggelar Kampus Shopee di 13 kota dan menjangkau lebih dari 10 ribu peserta.

“Kami berupaya untuk membantu para pelaku UKM untuk meningkatkan penjualan mereka belajar dari kami bagaimana caranya mengembangkan bisnis secara online,” kata Head of Marketing Shopee Indonesia Handika Jahja kepada media, (29/11).

Selanjutnya, untuk menampung lebih banyak jumlah pegawai Shopee, pada kuartal pertama tahun 2018 mendatang Shopee Indonesia berencana pindah kantor ke lokasi yang belum mau diumumkan ke publik.

Pasca IPO menyiapkan fitur dan rencana baru

Sebagai layanan e-commerce yang berada di bawah naungan Sea Limited (sebelumnya dikenal dengan nama Garena), usai melakukan penawaran saham perdananya atau Initial Public Offering (IPO) di New York Stock Exchange beberapa waktu lalu, Sea Limited bakal menggelontorkan dana segar untuk Shopee. Disinggung tentang rencana tersebut, Handika menyebutkan saat ini pihaknya masih menggodok fitur dan promosi yang akan dihadirkan kepada pelanggan di Indonesia.

“Rencananya akhir tahun 2017 ini akan kami umumkan apa saja rencana serta fitur terbaru dari Shopee yang akan diinformasikan langsung dari CEO Shopee Chris Feng,” kata Handika.

“Gratis ongkos kirim” tetap berlaku

Sejak hadir di Indonesia tahun 2015 lalu pembeli terbanyak Shopee masih berasal dari Jakarta dan didominasi kalangan perempuan. Salah satu alasan mengapa makin meningkatnya jumlah pelanggan Shopee dengan penjualan barang berjumlah 50 juta pada bulan Oktober 2017 lalu adalah fitur gratis ongkir atau ongkos kirim.

Disinggung tentang adanya strategi lain jika kegiatan free ongkir ini dihentikan, Handika mengungkapkan fitur andalan Shopee tersebut akan terus tersedia, melihat minat besar pelanggan lama dan pelanggan baru.

“Salah satu alasan mengapa Shopee banyak mendapatkan pelanggan baru dan memiliki pelanggan lama yang loyal adalah dengan fitur free ongkir ini, untuk selanjutnya fitur ini akan terus Shopee hadirkan untuk menambah jumlah pengguna,” kata Handika.

Application Information Will Show Up Here

Coworking Space Avenue8 Tawarkan Layanan Concierge dan Akses Loop.Space

Makin meningkatnya popularitas dan penggunaan layanan coworking space oleh startup dan kalangan pekerja lainnya, membuat para penyedia layanan berusaha menyuguhkan berbagai pilihan. Berbagai model pelayanan dan produk dibungkus, sehingga tidak saja menjadikan coworking space hanya sebagai tempat bekerja, tapi lebih dari itu. Rata-rata coworking space yang ada saat ini menawarkan ruang kerja plus kesempatan untuk pengembangan diri, dari ekosistem startup yang disediakan hingga acara-acara seputar kewirausahaan. Di luar itu masih ada yang coba menyajikan konsep lain, salah satunya Avenue8.

Terletak di kawasan Menteng, Avenue8 menyuguhkan ruang kerja dengan level kenyamanan sebanding dengan hotel bintang lima (concierge). Walaupun sebenarnya layanan seperti ini tidak substansial dibutuhkan oleh kalangan pekerja yang membutuhkan coworking space, namun diklaim menjadi yang pertama di Indonesia. Hal ini bisa jadi akan menjadi tren atau standar baru seputar pelayanan ruang kerja virtual tersebut. Fokus pelayanan yang “tidak biasa” ini dikatakan pihak Avenue8 sebagai upaya memberikan opsi privasi dan keamanan lebih bagi para penggunanya.

Pelayanan concierge inilah ingin dijadikan pembeda antara Avenue8 dan coworking space lainnya, para pengguna Avenue8 akan mendapatkan pelayanan khusus, seperti penyeduhan kopi di pagi hari, pemesanan makanan, pemesanan kendaraan jika ingin ke bandara, bahkan reservasi restoran.

Co-founder Avenue8 Catrin Marcellina mengatakan, “Adanya pertumbuhan startup tersebut membuat Avenue8 hadir untuk menjawab apa yang menjadi kebutuhan para startup di Indonesia. Concierge hotel memegang peranan penting pada pelayanan tamu atau customer dalam keseharian sebuah operasional hotel. Sistem inilah yang kami terapkan di dalam Avenue8 dengan tujuan untuk membantu para pengguna mengatasi hal-hal kecil sehingga mereka dapat sepenuhnya fokus pada pekerjaannya. Kami ingin memberikan yang terbaik dan yang berbeda dari coworking space lainnya.”

Avenue8 saat ini juga telah menjadi bagian dari Loop.Space, memungkinkan para anggotanya mengakses lebih dari 160 coworking space di seluruh dunia. Loop.Space sendiri memang menjadi sebuah portal yang menghubungkan coworking space di seluruh dunia untuk memiliki layanan akses di satu pintu. Sehingga bagi para pekerja traveller bisa memanfaatkan ID sama yang sudah dimiliki di coworking space terdaftar untuk mengakses layanan coworking lainnya.

Peran coworking space dalam membangun ekosistem startup

Di balik hingar-bingar model pelayanan coworking space yang ada, sejatinya ada hal fundamental yang dapat dioptimalkan dari situ, sejalan dengan proses bisnis yang coba dikembangkan. Yakni untuk membangun ekosistem startup di Indonesia. Selain fasilitas, aksesibilitas merupakan hal yang penting menjadi bagian dari layanan coworking space, terkait akses dengan sumber daya dan komponen pendukung bisnis lainnya. Hal ini penting, startup digital memiliki mode bisnis yang unik sehingga perlu adanya penyampaian informasi dan pemahaman yang maksimal kepada pemainnya.

Lantas apakah yang ada saat ini sudah sesuai dengan kriteria tersebut? Sebagian sudah memainkan perannya dengan baik. Mampu menghubungkan antara penggiat startup dan pelaku usaha lain dengan berbagai komponen penting seperti investor. Seiring meluasnya cakupan coworking space sangat diharapkan perannya untuk membangun ekosistem dioptimalkan dengan baik. Saat ekosistem tersebut berdiri kokoh, sebenarnya para pemain coworking sendiri yang juga akan mendapatkan dampak positif.

Bukalapak Gandeng BRI Perluas Fasilitas Perbankan

Bukalapak resmi menjadi mitra Bank Rakyat Indonesia (BRI) untuk perluasan fasilitas perbankan kepada para pelapak dan pengguna. Layanan yang dibuka untuk Bukalapak meliputi Briva Online, CMC payment priority, E-pay, WS Overbooking dan notification, serta jasa perbankan lainnya.

Briva adalah virtual account BRI yang dapat digunakan pelanggan untuk transaksi pembayaran melalui jaringan BRI dan ATM dari bank lain. Adapun E-pay adalah salah satu sarana pembayaran belanja online dengan menggunakan internet banking BRI.

Tak berhenti di sini, agen BRI Link yang berjumlah 142 ribu orang juga siap diberdayakan sebagai channel pembayaran secara offline untuk transaksi dalam platform Bukalapak. BRI juga bakal buka peluang untuk fasilitas kredit modal kerja dan talangan untuk para pelapak.

BRI menargetkan pada tahap awal, perseroan dapat menyalurkan kredit ke sekitar 10% dari total pelapak Bukalapak atau sebanyak 200 ribu pelapak.

Seluruh fasilitas tersebut, diharapkan dapat menjangkau serta memberikan akses perbankan yang lebih luas bagi kelancaran dagang dan kemudahan pembayaran bagi 13 juta pengguna dan dua juta pelapak yang tersebar di seluruh Indonesia.

“Kerja sama ini kami anggap strategis karena baik Bukalapak maupun BRI sama-sama memiliki core bisnis yang sama yakni UMKM,” terang Direktur Kelembagaan BRI Sis Apik Wijayanto, Selasa (28/11).

CEO Bukalapak Achmad Zaky menambahkan dengan semakin dimudahkannya akses keuangan, diharapkan dapat membantu kemajuan para pelaku usaha dalam berbisnis. Tak hanya itu, pelaku UMKM diharapkan dapat memajukan bisnisnya melalui platform digital, khususnya Bukalapak sebagai pelaku online marketplace dan turut memanfaatkan layanan keuangan digital.

“Kami harapkan dengan BRI akan ada banyak pelapak yang bisa terbantu dari sisi financing untuk terus bisa grow. Dari BRI sendiri bila ada nasabah UKM yang masih jualan offline, bila rekam jejaknya bagus bisa diajak Bukalapak untuk berjualan di marketplace. Kita bisa ajarin bagaimana berjualan online, ada guru yang siap terjun tersebar di 200 kota seluruh Indonesia,” pungkas Zaky.

Application Information Will Show Up Here

Telkomsel Segera Komersialkan Layanan 4G TDD Awal Desember 2017

Operator telekomunikasi Telkomsel menyatakan siap mengomersialkan layanan 4G TDD (Time Division Duplex) pada awal Desember 2017, setelah memeroleh Surat Keterangan Laik Operasi (SKLO) dari Direktur Jenderal Pos dan Telekomunikasi. Surat tersebut berisi pernyataan bahwa Telkomsel telah memenuhi syarat kelaikan operasi untuk penyelenggaraan telekomunikasi di frekuensi 2,3 GHz.

Sebelumnya, Telkomsel telah dinyatakan menjadi pemenang lelang spektrum untuk frekuensi 2,3 GHz yang bernilai Rp1 triliun pada akhir Oktober 2017. Sejak saat itu, Telkomsel gencar melakukan serangkaian aktivitas agar pelanggan dapat merasakan teknologi TDD 2,3 GHz.

“Kami terus gerak pasca pengumuman pemenang lelang spektur untuk frekuensi 2,3 GHz, agar pelanggan dapat merasakan pengalaman mobile broadband Telkomsel yang lebih baik lagi. Penyesuaian izin jaringan bergerak seluler pun sudah selesai dan telah ditetapkan Kominfo,” ujar Direktur Utama Telkomsel Ririek Adriansyah, Selasa (28/11).

Dia melanjutkan, untuk sementara teknologi tersebut sudah bisa dirasakan pengguna Telkomsel yang berlokasi di Teras Kota, Tangerang. Berikutnya, secara bertahap akan hadir di Tangerang, Bogor, Depok, dan Bekasi mulai awal Desember 2017. Tak hanya itu sebanyak 500 BTS LTE TDD juga akan hadir di Palembang dan Bandung.

Kemudian pada tahun depan, BTS LTE TDD akan hadir di kota-kota lainnya seluruh Indonesia yang memiliki kepadatan akses layanan data yang cukup tinggi.

“Kita agak struggling karena spektrum yang tersedia terbatas sementara jumlah pelanggan data Telkomsel terus bertambah. Ini kalah dengan Singapura, spektrumnya jauh lebih besar dari Indonesia. Kehadiran spektrum baru ini tentu akan buat Telkomsel jadi lebih efisien, misalnya alokasi capex ke depannya.”

Ririek pun memastikan, spektrum baru ini tidak semata-mata membuat perusahaan menaikkan tarif data. Menurutnya, kenaikan itu disesuaikan oleh banyak faktor, tapi bukan dari spektrum.

Bila dirinci, alokasi frekuensi yang kini dimiliki Telkomsel sebagai berikut: frekuensi 2,3 GHz dengan lebar pita 30 MHz, frekuensi 2,1 GHz dengan lebar pita 15 MHz, frekuensi 1,8 GHz dengan lebar pita 22,5 MHz, frekuensi 900 MHz dengan lebar pita 7,5 MHz, dan frekuensi 800 MHz dengan lebar pita 7,5 MHz

Jamin kecepatan konsumsi video

Penjelasan mengenai TDD oleh Vice President Technology and System Telkomsel Indra Mardiatna / Telkomsel
Penjelasan mengenai TDD oleh Vice President Technology and System Telkomsel Indra Mardiatna / Telkomsel

Ririek menuturkan, dampak yang bisa dirasakan pelanggan Telkomsel dari hadirnya spektrum baru ini adalah kecepatan saat video streaming jadi lebih lancar, dari kualitas standar bisa naik jadi kualitas HD. Terlebih, sekitar 70% pelanggan Telkomsel tergolong aktif mengunduh ataupun mengunggah video di perangkat mereka.

“Sehingga enggak ada lagi streaming video yang buffer terus. Experience-nya sama seperti saat naik mobil, yang biasanya naik mobil biasa kini sudah naik super car. Analoginya seperti itu.”

Di sisi lain, pelanggan juga tidak bakal direpotkan untuk penggantian kartu SIM dari 3G jadi 4G. Selama handset yang digunakan sudah didukung dengan frekuensi LTE TDD 2,3 GHz dan berada dalam cakupan layanan LTE TDD 2,3 GHz. Spektrum ini diklaim memberikan layanan throughput downlink yang lebih baik karena besarnya lebar bandwith yang digunakan.

Saat ini, ada sekitar 50 juta handset LTE dalam jaringan Telkomsel, sekitar 85 persen diantaranya sudah support LTE TDD 2,3 GHz. Adapun secara total, ada lebih dari 3 ribu perangkat smartphone yang support layanan ini.

Di seluruh dunia, ada 100 operator telekomunikasi yang sudah memanfaatkan TDD LTE. Teknologi ini juga termasuk dalam peta jalan menuju implementasi 5G.

Tingkatkan Penggunaan Komputasi Awan di Kalangan Bisnis, Google Gelar Cloud Summit Pertama di Indonesia

Menyadari semakin pentingnya teknologi komputasi awan (cloud) di Indonesia untuk kalangan bisnis, Google Indonesia menggelar Cloud Summit pertamanya di Indonesia. Kepada media Managing Director APAC Google Cloud Rick Harshman mengungkapkan, besarnya minat perusahaan untuk menggunakan Google Cloud saat ini, merupakan prestasi sendiri yang telah dicapai oleh Google Indonesia.

“Tidak dapat dipungkiri kehadiran Google Indonesia dengan berbagai layanan dan pendekatannya kepada kalangan bisnis, komunitas hingga pemerintahan Indonesia, merupakan salah alasan mengapa Indonesia merupakan negara 5 besar untuk pengguna Google Cloud secara global.”

Dalam kesempatan tersebut Google mempertemukan lebih dari 1800 eksekutif, pelanggan mitra, developer, CTO, dan para Google engineer untuk membahas masa depan teknologi komputasi awan.

Pemanfaatan Google Cloud Platform (GCP)

Sebelumnya layanan Google Cloud Platform (GCP) untuk region Asia hanya terletak di Taiwan, jarak tersebut menyulitkan bisnis yang ada di Indonesia untuk bekerja lebih cepat. Selama 14 bulan terakhir Google Cloud mencoba untuk “mengakalinya” dan membangun  layanan Google Cloud Platform di Singapura, Google Cloud pun mendapatkan feedback yang cukup positif dari klien di Indonesia terkait dengan region baru tersebut.

Disinggung apakah nantinya layanan Google Cloud Platform akan hadir di Indonesia, menurut Rick Harshman kesempatan tersebut terbuka lebar, melihat potensi dan demand yang cukup besar dari kalangan bisnis di Indonesia.

“Selama ini kami sudah mendapatkan feedback positif bukan hanya dari startup namun juga perusahaan konvensional yang menggunakan layanan Google Cloud. Apakah nantinya akan dibangun jaringan pusat data di Indonesia, kita lihat saja perkembangan selanjutnya,” kata Rick.

Secara keseluruhan terdapat 6 kawasan di Asia, lokasi terbarunya akan hadir di Hong Kong.

Membina relasi dengan komunitas pengembang hingga pelatihan

Untuk memastikan pihak terkait memahami dengan jelas konsep dan cara yang tepat untuk melakukan scale up memanfaatkan Google Cloud, kegiatan seperti pelatihan, kelas khusus kerap digelar oleh Google Cloud. Bukan hanya di Jakarta, kegiatan ini juga diperluas di kota-kota besar lainnya di Indonesia.

“Saat ini terdapat lebih dari 70 layanan yang bisa dimanfaatkan oleh bisnis untuk me-leverage dan scale up bisnis mereka memanfaatkan Google Cloud. Untuk mempermudah klien kami melangkah ke proses tersebut, kami dari Google Cloud senantiasa memandu dan memberikan informasi yang relevan untuk mereka,” kata Rick.

Di Indonesia sendiri layanan yang paling banyak dimanfaatkan oleh kalangan bisnis adalah G Suite by Google Cloud. Beberapa klien Google Cloud di antaranya adalah, Go-Jek, Tokopedia, KMK, dan BBM.

Dalam kesempatan ini turut hadir Head of Google Cloud Asia Tenggara Tim Synan yang menyampaikan rencana selanjutnya Google Cloud untuk Indonesia.

“Saat ini kami fokus kepada tiga poin penting, yaitu membangun infrastruktur, merekrut talenta lokal dan meningkatkan ekosistem,” kata Tim.

Bangun jaringan serat optik “Indigo”

Untuk mendukung perkembangan bisnisnya, Google Cloud saat ini tengah membangun jaringan serat optik yang menghubungkan Singapura-Indonesia-Australia. Sistem kabel bawah laut yang dibangun Google bersama AARNet, Indosat Ooredoo, SingTel, SubPartners, dan Telstra tersebut disebut Indigo. Alcatel Submarine Networks bertindak sebagai kontraktor infrastruktur yang ditargetkan rampung pada pertengahan 2019.

Jaringan yang terhubung melewati wilayah laut internasional tersebut akan melayani trafik data Google antara Australia dan Asia dengan menghubungkan Perth, Sydney, dan Singapura dan bercabang ke Jakarta. Panjang jaringan kabel serat optik Indigo tersebut diperkirakan akan mencapai 9 ribu kilometer dengan kapasitas teoritis 18 terabyte per detik.

“Diharapkan melalui proyek ini bisa meningkatkan infrastruktur kawasan di Asia, khususnya Indonesia,” kata Tim.

UOB Indonesia Umumkan Kemitraan dengan Doku, Hadirkan Solusi E-Payroll

Bank UOB Indonesia umumkan kemitraan dengan Doku untuk penyediaan solusi e-payroll yang diperuntukkan nasabah UKM dari UOB. Harapannya solusi ini dapat mempercepat waktu yang dibutuhkan untuk proses pembayaran gaji, reimburse, dam pemberian insentif bagi karyawan.

Kerja sama ini diklaim sebagai pertama kalinya bank bermitra dengan perusahaan fintech lokal untuk menawarkan solusi e-payroll bagi perusahaan UKM.

Dari segi bisnis, pihak UOB berharap dapat memperoleh tambahan pendapatan non bunga (fee based income), sementara bagi Doku dapat memperoleh tambahan pengguna aktif yang berasal dari nasabah UOB.

Aplikasi e-payroll ini sebenarnya adalah bagian dari aplikasi Doku yang dapat diunduh di App Store dan Google Play Store. Melalui aplikasi tersebut, karyawan UKM dapat mengakses gaji mereka dan menggunakan fitur-fitur dari Doku untuk transaksi finansial secara digital, seperti transfer dana, tabungan, dan pembayaran tagihan.

“Dengan solusi e-Payroll, UKM dapat menikmati proses yang lebih sederhana dan efisien untuk membayar gaji karyawannya. Sementara bagi karyawan, mereka dapat menikmati manfaat lebih dari akses yang lebih cepat,” terang Head of Business Banking UOB Indonesia Denny Setiawan Hanubrata, Selasa (28/11).

Untuk mekanisme e-payroll, nasabah UKM UOB Indonesia harus memiliki dana yang mencukupi di Doku e-wallet korporasi, sesuai dengan dana yang akan ditransfer ke para karyawan. Kemudian, nasabah harus memasukkan data karyawan dan gaji mereka dalam portal Doku sebelum melakukan transfer ke karyawan.

Setelah itu, nasabah akan memperoleh notifikasi dari status transfer mereka. Gaji akan masuk dalam e-wallet karyawan dalam satu hari kerja. Bagi karyawan UKM, sebelumnya mereka harus terdaftar menjadi pengguna Doku dan mengunduh aplikasinya dalam smartphone. Karyawan akan menerima notifikasi setelah gaji diterima dalam rekening e-wallet mereka.

E-payroll ini masuk dalam lini business banking UOB Indonesia yang diperuntukkan untuk nasabah korporat. Adapun, total nasabah dalam lini bisnis tersebut mencapai 34 ribu orang, terdiri dari nasabah individu dan korporat.

Danny menargetkan sampai akhir tahun 2019, perusahaan dapat mengumpulkan setidaknya 20% dari total nasabah yang menggunakan layanan e-payroll. Untuk capai angka tersebut, pihaknya akan gencar melakukan edukasi misalnya ke tenaga HRD.

Tak hanya dengan Doku saja, sambung Danny, dalam beberapa waktu mendatang UOB Indonesia akan memperluas kemitraan strategis lainnya dengan perusahaan fintec lainnya. Sebagai upaya untuk menawarkan berbagai solusi digital yang memberikan tingkat kenyamanan lebih tinggi bagi UKM dan mendukung efisiensi bisnis mereka.

Doku peroleh lisensi dompet elektronik

Selain mengumumkan kemitraan terbaru, pihak Doku juga mengungkapkan perolehan lisensi baru dari Bank Indonesia sebagai penyedia layanan dompet elektronik. Izin usaha tersebut terbit pada 8 November 2017. Sebelumnya, Doku baru mengantongi izin usaha sebagai penerbit uang elektronik dan lisensi layanan kirim uang (remitansi).

Dengan adanya peningkatan lisensi, kini pengguna Doku dapat memakai sumber dana dari kartu debit, kartu kredit, atau sumber dana lainnya untuk dipakai transaksi pembayaran dalam aplikasi.

Senior Vice President Consumer Product Doku Richmond Aldien menuturkan pihaknya sedang merumuskan strategi untuk bisnis barunya ini, begitupun rekan yang akan digandeng sebagai sumber dana (source of fund). Yang pasti, Doku akan makin menyeriusi bisnis ini pada tahun depan.

“Dengan perluasan izin dari e-money jadi e-wallet, jadi dalam aplikasi kita bisa masukkan sumber dana lainnya dari debit atau kredit untuk pembayaran transaksi di Doku. Itu masih kita rumuskan mau bagaimana, masih pelajari. Prinsipnya kita bisa kerja sama dengan perusahaan keuangan, termasuk penyedia e-money untuk perbanyak kantong-kantong sebagai sumber dana,” terang Richmond.

Sementara ini, pengisian dana dalam aplikasi Doku bersumber dari transfer bank dan pengisian secara offline dari jaringan Alfa Group. Aplikasi Doku sendiri sebenarnya sudah hadir secara publik pada 2013. Hingga kini, Doku mengklaim telah memiliki 1,8 juta pengguna dan melayani lebih dari 26 ribu merchant dengan berbagai skala usaha dari segala industri.

Application Information Will Show Up Here

Strategi dan Rencana aCommerce Pasca Pendanaan Seri B

Dalam kesempatan temu media hari ini, Co-Founder & Group CEO aCommerce Paul Srivorakul mengungkapkan beberapa tren yang bakal terjadi dalam dunia e-commerce tahun 2018 mendatang. Sebagai e-commerce enabler yang secara agresif hadir di Asia Tenggara, aCommerce mengklaim Indonesia merupakan negara dengan potensi terbesar, setelah Filipina, Thailand, Singapura.

“Kami dari aCommerce ingin menunjukkan fokus kami di Indonesia dengan mendirikan dua kantor, empat gudang, dan 20 hub. Kami percaya tahun 2018 mendatang akan lebih besar lagi potensi yang bisa digali di Indonesia.”

Setelah mendapatkan pendanaan Seri B beberapa waktu lalu, fokus dari aCommerce selanjutnya adalah melakukan ekspansi ke Vietnam dan Malaysia. Sementara untuk teknologi, aCommerce akan terus menambah kemitraan serta membuka API kepada partner terkait, untuk memperluas channel aCommerce secara global.

“Dengan menerapkan cara tersebut merupakan pilihan terbaik bagi aCommerce, yaitu menambah kemitraan dengan partner lokal hingga global,” kata Paul.

Ditambahkan oleh Paul, platform teknologi yang tersentralisasi untuk brand memungkinkan klien terhubung dan mendistribusikan produk mereka melalui jaringan terintegrasi Business-to-Consumer (B2C) dan kanal Business-to-Business (B2B) dengan analisis data yang real time.

Strategi ritel multi-channel, distribusi dan marketing

Makin cepatnya pertumbuhan layanan e-commerce saat ini diprediksi pada tahun 2018 mendatang akan bertambah hingga 20%. Melihat besarnya peluang tersebut, Paul menegaskan layanan e-commerce pada umumnya dan aCommerce pada khususnya, harus sudah bisa mencermati tiga poin penting, yaitu omni-channel, retail direct to consumer, hingga merubah distributor dan wholeseller.

“Tiga hal tersebut yang saya prediksi akan memainkan peranan penting dalam layanan e-commerce di Indonesia dan secara global ke depannya. Platform aCommerce pun mencakup keseluruhan perjalanan online pelanggan, dari distribusi produk, pengumpulan data pelanggan hingga pembelian di semua kanal,” kata Paul.

Bukan hanya fokus kepada proses penjualan, namun aCommerce dengan platformnya bisa mendampingi klien untuk mendapatkan secara langsung consumer-behaviour melalui pengolahan big data. Sejak satu tahun terakhir aCommerce mengalami pertumbuhan klien sebesar 62%, membuktikan bahwa layanan menyeluruh yang dimiliki oleh aCommerce digemari oleh kalangan bisnis.

“Ke depannya kami juga berencana untuk memberikan kesempatan kepada semua klien aCommerce di berbagai negara, bisa menjual produk mereka secara global di negara aCommerce beroperasi,” kata Paul.

Disinggung tentang berapa profit dari aCommerce saat ini, Paul menegaskan ditargetkan pada kuartal pertama tahun 2019 mendatang, aCommerce akan mendapatkan profit secara global.

Pemanfaatan jalur offline bisnis

Dalam kesempatan tersebut turut hadir salah satu klien aCommerce dari Eiger Indonesia yang mengungkapkan kepuasannya selama menjadi klien dari aCommerce. Hal menarik yang disampaikan oleh Head of Ecommerce Eiger Andreant Tendo adalah perubahan mindset yang sudah harus dimiliki oleh kalangan bisnis, tidak lagi hanya mengandalkan jalur offline namun sepenuhnya kepada online. Namun demikian ketika jalur online sudah disempurnakan, harus senantiasa memperhatikan kebutuhan dari pelanggan.

“Orang Indonesia itu masih butuh kejelasan dan percakapan langsung terkait dengan rekam jejak produk yang mereka beli secara online. Jika bisnis bisa menerapkan cara yang benar dalam hal layanan pelanggan, pasti bisa berjalan dengan baik,” kata Andreant.

Dilanjutkan oleh Andreant, meskipun saat ini sebagian besar penjualan produknya dilakukan secara online, namun jalur offline masih memiliki peranan penting untuk membina komunitas, menerima feedback dan insight sekaligus sebagai customer experience saat belanja secara offline.

“Saya juga mengharapkan aCommerce bisa memperluas wilayah layanan hingga ke pelosok daerah di Indonesia. Sehingga bisa memecahkan permasalahan logistik yang masih menjadi kendala utama di Indonesia,’ kata Andreant.

Perkuat Lini Produk IoT, Telkomsel Hadirkan FleetSight

Operator telekomunikasi Telkomsel meluncurkan solusi fleet management untuk korporasi bernama FleetSight, sekaligus bagian dari agenda perusahaan dalam menghadirkan layanan berbasis internet of things (IoT) di Indonesia.

FleetSight adalah solusi pengelolaan armada yang mensinergikan perangkat telematika berbasis satelit (termasuk sensor) yang dipasangkan dalam aset bergerak/kendaraan. Perangkat tersebut didukung oleh konektivitas Telkomsel yang menjangkau lebih dari 95% wilayah populasi di Indonesia dengan layanan 2G dan 3G.

Produk ini dihadirkan bekerja sama dengan perusahaan ban dan mobilitas yakni Sascar. Perusahaan ini menjadi penyedia solusi fleet management berskala global dengan lebih dari 265 ribu kendaraan yang telah terkoneksi dalam platformnya. Kelebihan tersebut diklaim sebagai pembeda FleetSight dibandingkan solusi sejenis yang dihadirkan perusahaan lainnya.

Solusi ini diharapkan dapat membantu enterprise dalam mengatasi permasalahan yang berkaitan dengan operasional armada, dengan meminimalkan risiko terkait dengan investasi kendaraan melalui peningkatan keselamatan, keamanan, efisiensi, dan produktivitas armada.

“FleetSight ini sudah satu paket. Sifatnya fleksibel, sudah ada alat dan konektivitasnya. Standarnya managed service, jadi pelanggan tahu beres. Kalau ada yang rusak kita ganti. Tapi kalau mau beli putus tidak masalah,” kata Direktur Utama Telkomsel Ririek Adriansyah, Senin (27/11).

Pangsa pasar fleet management itu sendiri menurut Ririek sangat luas. Bila dilihat dari total jumlah kendaraan bermotor (selain sepeda motor) mencapai 24 juta unit pada tahun lalu, dengan 40% di antaranya merupakan kendaraan komersial dan pertumbuhan rerata sebesar 6% per tahunnya. Belum lagi, biaya logistik dan transportasi yang besar mencapai 24% dari total GDP dan menjadi tertinggi di Asia Tenggara, melatar belakangi tingginya permintaan fleet management.

Solusi vertikal yang terintegrasi dengan layanan Telkomsel IoT Control Center menjadi jawaban atas kebutuhan perusahaan dalam mengoptimalkan produktivitas dan meningkatkan keselamatan fleet/armada operasional yang dimiliki.

Sasaran pengguna FleetSight yang dibidik Telkomsel adalah pelaku usaha yang bergerak di bidang logistik dan transportasi. Sudah ada tiga klien yang bergabung, yaitu Astra Daihatsu Motor, Pamapersada Nusantara (PAMA), dan Koperasi Telekomunikasi Selular (Kisel).

PAMA akan memanfaatkan FleetSight untuk monitor truk dan kendaraan operasional untuk meningkatkan standar keamanan. Mengingat, banyak aset bergerak yang beredar di daerah terpencil. Hal demikian membuat transportasi menjadi penting untuk kelancaran bisnis mereka.

Sementara Daihatsu karena mereka ingin efisiensi untuk tenaga sales dan kendaraan operasionalnya. Daihatsu telah melakukan uji coba FleetSight untuk mobil operasional yang dipakai pekerja ekspatnya.

“Kami juga menekankan pada layanan after sales, di mana setelah klien menggunakan FleetSight akan kami pantau bagaimana dampaknya dalam bisnis mereka. Seberapa jauh efisiensi yang bisa mereka dapatkan,” terang Vice President Internet of Things (IoT) Telkomsel Marina Kacaribu.

Peluncuran FleetSight ini, sambung Marina, adalah komitmen lanjutan dari Telkomsel untuk fokus mengembangkan solusi berbasis IoT. Sebelumnya, Telkomsel meluncurkan solusi IoT untuk menyasar segmen B2C yaitu T-Drive dan T-Bike.