Cerita-cerita Penerapan Strategi “Growth Hacking”

Setiap startup punya jalan sendiri-sendiri untuk mencapai kesuksesan. Tidak ada template yang langsung cocok digunakan untuk semua jenis startup. Semua langkah dan keputusan yang diambil menyesuaikan kondisi startup masing-masing. Dalam strategi growth hacking, langkah penerapan boleh sama, namun data dan eksekusi selalu mengikuti apa yang terjadi di lapangan.

Berikut beberapa cerita tentang growth hacking oleh beberapa startup yang dihimpun dari berbagai sumber.

Grab

Saat ini Grab menjadi satu dari dua layanan on demand transportasi yang mendominasi di Indonesia. Kiprahnya juga tak kalah moncer di Asia Tenggara. Pertumbuhan Grab dalam beberapa tahun terakhir tidak hanya soal investasi yang didapat dari para investornya, tetapi juga kerja keras untuk menghadirkan sebuah layanan yang diminati pengguna.

Grab percaya bahwa semangat dalam mengejar pertumbuhan adalah “mengganggu atau terganggu”. Sejak startup mulai muncul, istilah distruptor memang melekat pada startup teknologi yang menganggu dominasi layanan konvensional. Grab menaruh semangat sebagai “penganggu” sebagai sebuah DNA untuk terus berkembang. Jika disesuaikan dengan kondisi sekarang, tepatnya di Indonesia, Grab masih harus “menganggu” pesaing mereka yang paling kuat, GO-JEK.

Dalam sebuah tulisan, Grab menyebutkan menerapkan growth loop untuk mendapatkan pelanggan di seluruh wilayah operasi mereka. Sebuah pola perulangan untuk terus meningkatkan pengguna.

Jenis growth loop yang digunakan Grab adalah:

  • Akuisisi. Secara Aktif mengakuisisi pengguna yang tepat melalui segmentasi kebutuhan atau yang bisa diamati.
  • Mengaktivasi pengguna untuk mengubah perilaku melalui insentif.
  • Meningkatkan engagement pengguna. Ini seperti siklus pengguna, menjaganya dengan meningkatkan keterlibatan.
  • Mendorong atau mengusahakan viralitas di seluruh sistem untuk mendapatkan peningkatan yang diinginkan.

Yang dilakukan Grab terlihat sederhana, tetapi ketersediaan data, kondisi lapangan, strategi dapat dikombinasikan untuk membaca kebutuhan pengguna di sana.

Grab menyebutkan bahwa pihaknya tidak menempatkan tim growth hacking di bawah divisi marketing. Mereka menerapkannya di bagian engineering untuk mempermudah melakukan eksperimen, A/B testing, dan menerapkannya di pasar yang berbeda secara berkelanjutan.

“Sebagai bisnis berbasis data, kami berfokus pada cara terbaik kami mendefinisikan eksperimen yang sukses. Memiliki sebuah sumber terpercaya untuk memprioritaskan dan mengevaluasi eksperimen kami memastikan bahwa kami dapat bergerak dengan cepat dan konsisten,” tulis pihak Grab.

Ada banyak fitur yang akhirnya lahir dari tim growth hacking. Semua juga disesuaikan dengan pasar masing-masing. Sebagai perusahaan yang bergerak di sejumlah negara yang berbeda, pemahaman terhadap pengguna di satu negara sangat penting.

Duolingo

Duolingo adalah salah satu aplikasi yang pamornya cukup melejit dalam satu tahun terakhir di Google Play. Posisinya sebagai aplikasi untuk belajar bahasa asing membuat mereka harus mencari cara yang berbeda dan unik. Duolingo bisa dibilang cukup berhasil untuk saat ini karena telah menembus angka 150 juta untuk pengguna. Di balik pertumbuhan ini, ada seorang Gina Gotthild, VP of Growth & Marketing Dulingo, yang disebut-sebut memegang peran penting dalam “ledakan” pertumbuhan Duolingo. Seperti diungkapkan melalui blog GrowthHackers, Gina membagikan beberapa poin penting mengenai pertumbuhan yang didapat Duolingo.

Menyiapkan tim kolaboratif

Duolingo sadar bahwa ide bisa berasal dari mana saja. Untuk itu mereka sangat menghargai ide dari siapapun. Proses prekrutan karyawan pun cukup selektif. Disebutkan mereka hanya mempekerjakan kandidat dengan label A+ yang sesuai dengan kebutuhan tim. Diharapkan mereka-mereka ini mampu memberikan masukan ke dalam tim tanpa takut kehilangan pekerjaan mereka.

Duolingo memiliki tim khusus untuk mempercepat pertumbuhan. Gina memimpin langsung empat orang engineer untuk beberapa proyek, seperti SEO, perubahan produk Android, perubahan produk iOS dan email atau pemberitahuan. Selain itu Gina juga membawahi dua desainer paruh waktu, pegawai untuk copywriting, public relation dan satu project manager. Semua elemen bekerja sama satu sama lain untuk target dan deadline yang ditentukan.

Fokus pada product-market fit sebelum tumbuh

Tumbuhan membutuhkan akar yang kuat untuk bisa tumbuh berkembang ke atas. Itulah hal yang dipahami betul oleh Duolingo. Sebelum merencanakan pertumbuhan, Duolingo bekerja keras untuk membangun sebuah produk yang solid yang diharapkan oleh pengguna.

Gina percaya bahwa upaya pemasaran akan jauh lebih efektif setelah produk dibangun dengan bagus. Semua orang di Duolingo menghabiskan sebagian besar waktu mereka untuk membuat produk yang lebih baik melalui A/B testing. Mereka mengukur semua metrik dan menindaklanjuti di hari berikutnya.

Retensi sangat penting

Bagi Gina dan Duolingo, Anda bisa memaksa orang mengunakan produk atau aplikasi, tetapi untuk menjaganya butuh upaya membangun produk dan mengoptimalkan retensi. Retensi akan menjadi fokus ketika berbicara mengenai pertumbuhan.

Bukalapak

Bukalapak saat ini menjadi salah satu pemain e-commerce top di Indonesia. Mereka tidak henti-hentinya berinovasi dari segi produk dan terus meningkatkan layanan mereka. Beberapa layanan baru yang mereka kenalkan dalam dua tahun terakhir antara lain BukaMobil, BukaEmas, hingga BukaReksa. Semuanya tidak hadir begitu saja. Ada proses pengukuran kebutuhan di sana.

Di kanal Youtube Bukalapak, beberapa video memaparkan bagaimana Bukalapak mengelola tim untuk mendapatkan pertumbuhan. Di sebuah video fire chat dengan Willix Halim, COO Bukalapak, ia memaparkan bahwa Bukalapak memiliki beberapa squad, sebuah kelompok kecil yang terdiri dari beberapa orang yang memiliki peran yang berbeda, mulai dari engineer hingga project manager yang bertanggung jawab dengan north star metrics masing-masing.

Squad tersebut akan menjalankan kelompoknya sendiri untuk mencapai target masing-masing tentu dengan proses yang hampir serupa dengan banyak startup sukses di luar sana, menganalisis data, melakukan perubahan, menjalankan A/B testing, mengimplementasi dan melakukan semua proses ini secara berulang.

Dalam sesi yang sama, Willix memberikan saran kepada startup yang di tahap awal dan ingin mendapat pertumbuhan. Satu poin yang ditekankan adalah mengatur prioritas dan fokus. Setelah menghasilkan MVP (Minimum Viable Product), fokus selanjutnya adalah akuisisi pengguna.

Setelah berhasil mendapatkan sejumlah pengguna, misalnya 100 ribu pengguna pertama, lakukan langkah selanjutnya. Melihat data lebih dekat dan lebih detail. Cari tahu aspek-aspek apa yang membuat mereka tertarik, apa yang membuat mereka bertahan dan apa yang membuat mereka pergi.


Sumber : Grab, GrowthHackers, Bukalapak

Memulai “Growth Hacking” untuk Startup

Masih dalam seri topik growth hacking, melanjutkan pembahasan kedua, artikel kali ini akan mengulas mengenai persiapan apa saja yang harus dilakukan startup yang ingin memulai menjalankan strategi growth hacking. Sebuah upaya berlandaskan data untuk mengakselerasi pertumbuhan bisnis.

Menyelaraskan visi

Growth hacking bukan pekerjaan yang bisa dilakukan satu orang, butuh kerja sama di dalamnya untuk menghasilkan analisis dan eksekusi berkualitas. Ide-ide yang dihasilkan harus ditimbang dan diukur dengan data-data yang ada untuk selanjutnya dieksekusi sesuai dengan cara yang tepat.

Untuk memulai growth hacking, pastikan tim yang solid sudah terbentuk. Anggota tim tidak hanya yang berposisi di divisi pemasaran. Divisi produk misalnya, peran mereka sangat penting dalam proses growth hacking. Selain mereka harus menyediakan produk yang siap digunakan, di awal mereka juga harus siap sedia membuat produk-produk yang sesuai dengan permintaan atau hasil evaluasi dari kampanye.

Anggota tim harus diberi pengertian sejak awal bahwa mereka tidak hanya sedang berusaha memperkenalkan produk atau mengusahakan pendapatan bisnis yang lebih baik. Mereka ada dalam proses lengkap yang tujuan akhirnya menyenangkan pengguna, meningkatkan pendapatan, dan menghasilkan produk yang sesuai kebutuhan.

Merencanakan strategi dan membangun komunitas

Salah satu elemen penting growth hacking adalah pemasaran. Cari tahu bagaimana cara terbaik menjangkau target pengguna mulai dari tren, kanal marketing hingga momen terbaik untuk memasarkan produk. Ini bisa diperoleh dengan membaca data-data yang sudah ada atau mempelajari pola pembelian. Cara-cara pemasaran seperti membuat konten berkualitas di media sosial, endorsement, atau berusaha menjalin komunikasi yang baik bisa dilakukan untuk mendukung usaha ini.

Selain itu buat metrik dan terus ukur dan evaluasi hasil yang telah dikerjakan. Jangan berhenti ketika sudah berhasil menunjukkan pertumbuhan dan jangan sungkan mengubah strategi jika dirasa apa yang dijalankan tidak sesuai dengan harapan. Di sinilah mengapa metrik pertumbuhan sangat penting. Metrik ini bisa tentang akusisi pengguna, pendapatan, retensi pengguna, dan semacamnya.

Strategi ini akan selalu berubah sesuai keadaan. Misalnya sudah ada beberapa pengguna tetap, jangan fokus hanya pada akuisisi pengguna baru. Fokus juga ke apa yang bisa membuat mereka percaya dan jaga mereka dengan baik dengan cara pengelolaan komunitas.

Banyak startup atau brand yang cukup sukses menjaga pertumbuhan penggunanya karena mereka berhasil menjaga konsumen dengan terus mengelola komunitas, karena komunitas bisa menjadi salah satu jalan mendengar keluh kesah pengguna tentang produk. Mereka juga bisa menjadi kelompok pengguna yang diproritaskan menguji sebuah fitur baru.

Customer lifecycle

Unsur penting lainnya yang dipersiapkan ketika memulai strategi growth hacking adalah memahami customer lifecyle. Mulai dari akusisi, engagement, pembelian, retention, dan referral. Customer lifecyle inilah yang harus dipantau dan didalami dalam usaha mewujudkan pengetahuan yang cukup untuk memahami pengguna. Mulai dari bagaimana mereka tertarik sampai dengan apa yang membuat mereka tidak tertarik lagi.

Growth hacking pada dasarnya adalah proses berkelanjutan dan tidak memiliki ujung. Prosesnya berjalan dari iterasi satu ke iterasi lainnya. Tujuannya membuat bisnis terus bertumbuh dalam waktu singkat. Selain data dan kreativitas, dibutuhkan juga kerja keras.


Sumber : StartupGrind, Forbes

Lima Hal yang Perlu Diketahui dari Layanan “Life Experience”

Di era kekinian, semakin mudah untuk mengisi waktu luang di akhir pekan. Kamu bisa menonton film, menyaksikan pertunjukan musik, hingga pergi berlibur. Tiket pertunjukan atau perjalanan kini juga mudah didapatkan secara online dengan sekali tap di ponsel kamu.

Nah, beragam aktivitas hiburan yang disebutkan di atas biasa disebut sebagai produk “life experience“. Masyarakat dapat merasakan sebuah nilai tambah (value added) dari kegiatan yang mereka lakukan.

Di era digital, produk life experience kini telah menjadi bagian dari gaya hidup masyarakat urban. Lalu, mengapa produk life experience kini menjadi penting?

Untuk mengetahui lebih dalam, #SelasaStartup edisi kali ini diisi Sammy Ramadhan, Co-Founder dan CEO Goers, sebuah platform penyedia informasi sekaligus penjual tiket event.

Kebangkitan bisnis life experience

Produk life experience ditandai dengan beragam aktivitas hiburan yang dapat dinikmati di segala situasi. Tak terbatas hanya pertunjukan musik, teater, film, atau tiket perjalanan, life experience dapat pula berupa aktivitas olahraga.

Sammy menceritakan bagaimana bisnis life experience mulai mengalami kebangkitan di Amerika Serikat (AS). Hal ini ditandai dengan maraknya penyedia layanan on-demand dengan mengadopsi model bisnis sharing economy. Menurutnya, hal ini memicu masyarakat AS lebih memilih untuk menikmati ragam produk life experience ketimbang harus membeli barang ritel.

“Mereka tidak berpikir untuk memiliki rumah, mereka memilih untuk kerja di mana saja, jadi freelance. Kalaupun uang mereka bertambah, mereka tidak nabung, namun menaikkan kebutuhan sosial mereka,” tutur Sammy.

Situasi di atas berbeda dengan di Indonesia. Life experience masih dilihat sebagai aktivitas liburan di mana orang-orang harus menabung dulu untuk melakukannya. “Padahal, life experience itu tidak cuma sebatas berlibur,” tambahnya.

Kendati demikian, kondisi di atas justru dinilai menjadi peluang bagi Sammy untuk masuk ke meramaikan dan mendorong pertumbuhan industri hiburan di era digital.

Generasi milenial jadi pendorong

Indonesia dinilai memiliki potensi besar untuk mengembangkan layanan berbasis life experience. Mengutip ucapan Presiden RI Joko Widodo, Sammy mengungkapkan Indonesia memiliki daya saing tinggi, terutama pada sektor pariwisata. Sektor ini dinilai “seksi” mengingat Indonesia memiliki sumber daya yang unik yang tidak dapat diduplikasi.

Tentu ini akan mendorong masyarakat, terutama generasi milenial untuk pergi berlibur. Apalagi generasi milenial kini erat dengan media sosial. Mereka semakin melihat bahwa ada kebutuhan untuk membuat konten media sosial yang berkualitas.

“Banyak hal-hal yang bakal menjadi potensi besar untuk bisnis (life experience). Misalnya, tour, event organizer, trainer, dan pengajar di media sosial sekarang banyak. Di YouTube misalnya. Atau menjadi entertainer. Online presence itu [jadi] penting,” ungkap Sammy.

Pengalaman terbaik lewat mobile

Sammy menilai penting untuk mengetahui target pasar yang akan disasar. Mengingat produk life experience kebanyakan dinikmati oleh generasi milenial, ia pun menekankan pentingnya pengalaman bertransaksi melalui mobile.

“Dulu saat berjualan tiket offline, sistemnya cukup rumit, ada yang harus transfer, kirim buktinya ke WhatsApp, ada juga tiket palsu, atau harus cetak tiket, itu kan ribet, belum lagi antri,” lanjut Sammy.

Di Goers sendiri, ungkap Sammy, pihaknya lebih fokus untuk menyediakan pengalaman optimal melalui aplikasi. “Setelah kami pelajari, milenial itu ternyata mau bertransaksi via ponsel. Nah, solusi [masuk ke bisnis] life experience untuk menarik peluang adalah dengan mobile. Kami punya aplikasi dan partner,” jelasnya.

Life experience untuk mendongkrak bisnis

Selain memberikan nilai tambah kepada masyarakat, layanan life experience nyatanya dinilai dapat menguntungkan perusahaan. Bagaimana bisa?

Menurut Sammy, layanan life experience dapat dijadikan sebagai salah satu jembatan untuk memperkenalkan bisnisnya kepada khayalayak. Sejumlah perusahaan berskala besar pun kini mulai menerapkan strategi tersebut.

“Kenapa banyak perusahaan rokok menjadi sponsor untuk acara konser? Karena mereka menjual pengalamannya bukan rokoknya. Caranya melalui acara-acara tersebut. Jadi life experience menjadi salah satu jembatan untuk memperkenalkan produknya,” ungkap Sammy.

Contoh lainnya adalah memperkenalkan bisnis dengan mengadakan kelas yoga di restoran rooftop terbesar di Jakarta. “Yoga tidak ada hubungannya dengan restoran. Tetapi, mereka yang mengikuti kegiatan itu bisa menjadi brand loyalist yang secara tidak langsung mempromosikan tempatnya ke teman-teman,” lanjutnya.

Teknologi menjadi kunci

Diakui Sammy, saat ini layanan Goers tidak memiliki khusus untuk mengelola komunitas. Padahal, komunitas kini dianggap sebagai salah satu upaya untuk mendongkrak bisnis. Goers hanya mengandalkan rating dan review untuk meningkatkan engagement dengan pengguna.

Namun, untuk menjalankan bisnis penyedia produk life experience, penting pula untuk fokus terhadap pengembangan teknologi. Menurutnya, perusahaan bisa bersaing dengan membawa pengalaman yang lebih baik kepada pengguna.

“Kami tidak memiliki komunitas. Komunitas kami dibangun oleh pengguna sendiri. Tapi bukan berarti kami tidak mau, hanya saja kami ingin fokus dengan teknologi agar bisa bersaing. Dengan teknologi yang oke, user, partner, dan merchant akan datang dengan sendirinya,” katanya.

Dengan memosisikan diri sebagai perusahaan teknologi, perusahaan bisa lebih optimal untuk membawa experience lebih baik, baik pada offline maupun onlline.

Melirik Potensi Chat dan AI untuk Bisnis

Chatbot adalah program komputer untuk mensimulasi percakapan dan didukung algoritma dan kecerdasan buatan (AI). Kehadiran chatbot di Indonesia kini makin ramai seiring implementasi perusahaan dari berbagai sektor industri.

Kehadiran chatbot dirasa tepat sebagai strategi bisnis melihat kondisi sekarang ini. Popularitas aplikasi messaging menduduki posisi sebagai aplikasi dengan pengguna terbanyak dibandingkan jenis lainnya.

Sebenarnya apa saja kelebihan implementasi chatbot dan chat untuk bisnis? Lalu bagaimana hasil yang didapat perusahaan-perusahaan yang sudah memanfaatkannya? #SelasaStartup edisi pekan kedua April 2018, menghadirkan CEO & Co-Founder Qiscus Delta Purwa sebagai pembicara.

Qiscus adalah startup yang bergerak sebagai penyedia “in-app chat” dengan menghadirkan platform yang mendukung SDK artificial intelligence, teknologi suara, dan video. Startup ini sudah berdiri sejak 2013. Qiscus memosisikan diri bukan sebagai kompetitor layanan yang bergerak di bidang AI (Kata.ai, BJtech, IBM Watson, EVA, Bahasa, dan lainnya), melainkan mitra kerja.

Pergeseran kebiasaan konsumen

Delta menerangkan, perusahaan perlu melirik chatbot lantaran penetrasi internet yang meningkat turut mengakibatkan terjadinya perubahan kebiasaan kaum millennial untuk selalu update. Kalangan early adopter mendorong mereka untuk selalu online dan terhubung dengan internet.

“Di Indonesia penetrasi internetnya mulai merata, apalagi untuk kalangan usia 16-35 tahun mungkin hampir 100%. Untuk itu, ketika melirik chatbot, selalu berangkat dari konsumennya.”

Dari hasil riset yang dirangkum Qiscus, secara rerata terdapat 3,6 aplikasi messaging yang diunduh dan tersimpan dalam tiap perangkat. Sebanyak 97% pengguna smartphone mengakses aplikasi messaging secara berkali-kali setiap hari. Bagi perusahaan, menyediakan aplikasi messaging dalam layanannya diprediksi memiliki RoI hingga 305%.

“Orang Indonesia itu sudah sangat keranjingan dengan aplikasi messaging.”

Chat sebagai cara meningkatkan interaksi

Karena aplikasi messaging sudah sangat digandrungi orang Indonesia, akan sangat penting untuk melihat chatbot sebagai alat untuk meningkatkan interaksi dengan para konsumen. Ada banyak aplikasi messaging yang membuka API-nya sehingga bisa ditanamkan chatbot di dalamnya. Sebut saja Messenger, LINE, dan Telegram. WhatsApp sendiri tinggal tunggu waktu untuk API-nya bisa dibuka.

Menurut Delta, ketika perusahaan ingin menyasar kalangan millennial sebagai pengguna, dia menyarankan agar memanfaatkan LINE. Dia melihat LINE memiliki basis kalangan millennial yang cukup besar, sehingga strategi perusahaan untuk meningkatkan engagement akan tepat.

Di chatbot pun, teks harus diperkaya dengan berbagai fitur, tak hanya sekadar berkirim pesan. Beberapa fitur yang bisa dikembangkan misalnya dukungan terhadap gambar, video, dokumen, tombol, akun, dan linking card.

Contoh kasus sukses

Perusahaan e-commerce yang sudah menerapkan chatbot adalah Sale Stock. Perusahaan tersebut sejak awal sudah berinvestasi cukup besar untuk pengembangan chatbot-nya yang dinamai Soraya.

Pada 2014, Sale Stock menghadirkan fitur chat di layanan pelanggannya kemudian ditingkatkan lagi fungsinya dengan menghadirkan Soraya pada akhir 2016 untuk menangani pemesanan secara end-to-end. Disebut-sebut Soraya mampu menangani 30% pertanyaan yang umumnya ditanyakan konsumen.

“Untuk kasus Sale Stock, fungsi chat-nya sangat spesifik yakni ingin otomasi karena mereka menjadikan CS sebagai layer pertama untuk peningkatan pelayanan sealami mungkin. Berbicara dengan Soraya seperti selayaknya berbicara dengan manusia, sebab pemilihan bahasanya yang natural.”

Perusahaan lainnya, HaloDoc tidak menggunakan chatbot, tetapi chat, sebab fokus utama yang disasar adalah berbicara langsung dengan dokter. Untuk itu secara alamiah, proses chatting harus dibuat sepersonal dan serahasia mungkin.

Telkomsel, lewat chatbot-nya bernama Veronika, mengarahkan chatbot-nya untuk fungsionalitas. Banyak tombol-tombol yang tersedia setiap kali pengguna mengakses Veronika. Kesannya pun jadi kurang personal karena penuh unsur rich messages.

“Karena tujuan membuat chatbot-nya beda, Veronika jadi kurang personal karena banyak unsur rich messages. Hanya saja memang itu tujuannya, ingin mempercepat dan mendekatkan diri dengan konsumen.”

Belajar dari kasus sukses di atas, timbul pertanyaan kapan perusahaan butuh layanan chat. Menjawab pertanyaan tersebut, Delta menuturkan bahwa keputusan tersebut akan sangat bergantung pada obyektif bisnis masing-masing perusahaan.

Jika fokus chatbot soal fungsionalitas, implementasinya lebih mudah karena bersifat otomasi untuk mengurangi SDM dan mengalihkannya ke pekerjaan yang lebih bersifat teknis.

Sementara jika tujuannya ingin meningkatkan interaksi dengan konsumen dan menangkap data untuk kebutuhan pemasaran, chatbot dapat menjadi alat untuk membaca profil pengguna dan menerjemahkan conversion ke dalam bahasa pemasaran.

Mengenal Strategi “Growth Hacking” untuk Mendongkrak Pertumbuhan Startup

Growth hacking adalah istilah yang mulai banyak dikenal di kalangan startup. Maknanya sebagai kegiatan yang bisa membantu proses pertumbuhan startup. Intinya menambah lebih banyak pengguna dan lebih banyak menjual produk. Dalam prosesnya growth hacking membutuhkan banyak energi, terutama dalam hal analisis data dan pendekatan yang dilakukan. Pada dasarnya, growth hacking bisa diartikan sebagai sebuah strategi marketing yang kreatif dan mengandalkan data sebagai komponen utama.

Sebagai bagian dari strategi pemasaran, growth hacking tidak hanya soal tools atau hal-hal berbau instan, tapi sebuah pemikiran, pendekatan, dan proses. Proses dalam membangun strategi dibangun lebih mendekati terstruktur dan penuh perhitungan sehingga prosesnya lebih mendekati penuh perhitungan, cepat dan berulang di banding dengan istilah instan.

Apa yang ditawarkan growth hacking adalah sesuatu yang sangat dibutuhkan startup, yakni berkembang dengan signifikan. Di balik itu semua ada pemikiran kreatif yang dikembangkan, ada data-data yang diolah untuk mendapatkan perhitungan dan ada tindakan yang terukur yang penuh berhitungan. Atau penuh dengan percobaan dan pertaruhan jika memang diperlukan.

Mindset dan cara berproses

Berbicara mengenai growth hacking tidak lepas dari soal data. Tentang berapa pengguna terdaftar, berapa yang mereka bayar per bulan, apa yang menyebabkan mereka kembali, dari mana mereka datang, dan hal-hal lainnya terkait dengan pengguna. Data-data itu juga bisa disusun dalam sebuah metrik yang bisa menjadi sebuah alat ukur keberhasilan sebuah strategi. Tidak ada aturan pasti untuk ini karena pada akhirnya semua akan bermuara pada pertumbuhan.

Growth hacking adalah sebuah mindset, karena itu jika ingin membangun tim khusus, mereka di dalamnya harus diberi pemahaman yang sama. Pola pikir yang kreatif tentang data yang ada adalah kunci, selanjutnya susunan metriks yang ditentukan bisa jadi sebuah cara yang tepat untuk melakukan pengukuran dan evaluasi.

Data secara umum bisa jadi hanya akan dipandang sebagai sebuah informasi sepele. Jika ingin melakukan strategi growth hacking, mulailah memandang data dengan sudut pandang yang lain. Proses growth hacking adalah proses yang sekali dicoba langsung selesai. Langsung ada keputusan gagal atau tidak. Growth hacking adalah strategi berproses. Ada iterasi di sana, ada perbaikan dan ada evaluasi. Jadi selama perusahaan ingin terus tumbuh dengan strategi growth hacking, evaluasi dan perbaikan adalah mutlak. Rasa ingin tahu dan semangat untuk berkembang adalah perpaduan yang pas jika ingin mencari seseorang untuk ditempatkan di bagian ini.

Tanggung jawab semua

Inti meningkatkan penjualan produk atau akusisi pengguna adalah membuat produk yang dibutuhkan orang banyak. Hal ini tidak hanya menjadi tanggung jawab tim pemasaran. Demikian halnya dengan growth hacking, yang secara sederhana dipahami sebagai proses pendekatan berbasis data untuk mengetahui apa yang dibutuhkan pengguna dan berangsur-angsur menciptakannya.

Di proses awal, mengetahui proses pengguna membutuhkan banyak data. Tidak hanya soal transaksi tetapi juga kebiasaan pengguna dalam mengakses sebuah situs atau aplikasi. Hal ini membutuhkan peran engineer di bidang UI/UX untuk mengamati pola dan menciptakan UI/UX yang nyaman dan sesuai kebutuhan.

Contoh lain adalah bagaimana bisnis bisa mengoptimalkan kanal pemasaran. Di sini mungkin tim pemasaran bisa terlibat, tetapi untuk membangun sebuah alat analisis dan membuatnya menjadi mudah dibaca memerlukan peran tim teknologi dan produk. Jadi mempertimbangkan pengunaan growth hacking, kumpulkanlah orang-orang dari berbagai macam spesialisasi.

Memahami dasar-dasar pertumbuhan

Growth hacking adalah sebuah upaya atau strategi untuk memacu pertumbuhan bisnis. Untuk mengoptimalkannya, pemahaman akan dasar-dasar pertumbuhan sangat penting. Salah satunya adalah menggunakan growth models. Growth models yang banyak digunakan adalah menggabungkan beberapa layer pertumbuhan seperti Acquisition, Activation, Retention, Referral, dan Revenue.

Pondasi selanjutnya adalah tetap menjaga pengguna terikat dengan produk atau layanan kita. Tugas yang cukup berat, tetapi bukan hal yang mustahil. Pondasi pertumbuhan juga bisa dilihat dari pengguna yang bahagia dan merasa terbantu dengan produk yang diberikan.


Sumber: Techcrunch, Startup Grind

Strategi Menguatkan Branding untuk Startup

Branding merupakan usaha yang perlu dilakukan secara terus-menerus. Keberlanjutan dan konsistensi akan mengantarkan menuju tujuan. Dalam perjalanannya strategi branding butuh penguatan, kadang butuh diubah sesuai dengan kebutuhan (rebranding). Banyak aspek yang mengharuskan hal itu terjadi.

Berikut beberapa hal yang sekiranya bisa dilakukan untuk menguatkan strategi branding dalam perjalanan membangun startup.

Pengalaman sempurna saat mengakses web

Branding tidak hanya soal bagaimana pengguna mengenal produk atau layanan Anda, tetapi juga pengalaman terhadap apa yang Anda berikan. Salah satu yang merusak dari usaha branding adalah ketidakmampuan pengguna mendapatkan ekspektasi mereka terhadap produk atau layanan Anda. Sesederhana soal akses terhadap web.

Dalam hal menjaga kualitas, jika bisnis Anda menghadirkan solusi berbasis teknologi pastikan mereka dengan mudah menjangkau melalui akses web. Tidak hanya soal nama yang mudah dieja, tetap juga situs yang mudah diakses dan informasi yang cukup untuk mereka. Cukup untuk mengidentifikasi apa sebenarnya produk Anda dan apa yang bisa Anda tawarkan untuk membantu permasalahan mereka.

Pengalaman dalam mengakses web inilah yang seharusnya diberikan untuk pengguna Anda. Dengan pengalaman terbaik ini Anda bisa mengantarkan nilai-nilai yang ingin Anda perkenalkan ke pengguna Anda. Untuk hal satu ini memperhatikan UI / UX sebagai salah satu poin, di samping pemilihan infrastruktur server.

[Baca juga : Branding Autentik Dibangun Secara Perlahan]

Riset dan strategi

Di era sekarang kanal pemasaran semakin banyak, salah satunya melalui peran media sosial. Ada tiga platform besar yang ada sekarang yakni Facebook, Instagram dan Twitter. Ketiganya adalah sumber yang bisa dipelajari dalam membangun strategi branding yang berkelanjutan. Bisa untuk mempelajari kemauan pengguna, respons pengguna atau bahkan sentimen pengguna terhadap sesuatu hal. Ini berarti media sosial adalah “ladang” data yang bisa dimanfaatkan dalam proses membangun strategi selanjutnya.

Kebiasaan meneliti kanal-kanal pemasaran ini sangat bermanfaat bagi perkembangan branding di startup. Tidak hanya media sosial, studi di kanal lain seperti SEO, email marketing, dan lain sebagainya bisa jadi bahan dasar untuk penyusunan strategi.

Data-data yang didapatkan dapat membantu untuk menentukan arah dan peluang potensi pengguna. Sekaligus bisa digunakan untuk menguatkan pesan atau nilai yang coba dibawa. Salah satunya adalah dengan memanfaatkan momen yang sedang ramai dibicarakan. Kuncinya ada di analisis.

[Baca juga : Pentingnya Branding Bagi Startup]

Copywriting dan cara berkomunikasi yang baik

Hal selanjutnya yang bisa membantu strategi branding Anda adalah komunikasi. Karena kebanyakan media sekarang didominasi media online salah satu kemampuan yang harus dimiliki adalah copywriting yang bagus dan kemampuan memilih image atau gambar pelengkap yang sesuai. Cara terbaik berkomunikasi di era digital.

Pemilihan kata, maksud dan kalimat harus disusun rapi dan sesuai. Hindari kata-kata yang bertolak belakangan dengan penggambaran bisnis Anda. Hindari juga memuat gambar yang memiliki kesan negatif di masyarakat. Jika memungkinkan hire mereka yang berpengalaman di bidang media sosial untuk mengelola akun Anda. Dan selalu ingat, konsistensi. Apa yang coba Anda gambarkan di akun Facebook haruslah senada dengan apa yang coba Anda gambarkan di Twitter. Demikian sebaliknya dan untuk kanal media sosial lainnya.

Cari keunggulan dan kelemahan

Proses membangun branding tidak bisa lepas dari bagaimana Anda melihat persaingan di sekitar. Salah satu hal yang bisa dilakukan adalah dengan mempelajari pesaing atau kompetitor Anda. Bagaimana mereka mencoba membangun branding dan melihat strategi mereka.

Kemudian Anda bisa mengamati apa yang sedang coba mereka gambarkan. Tulis itu dan kemudian bandingkan dengan rencana-rencana Anda. Jika Anda baru memulai dan merasa kesulitan dalam bersaing Anda bisa mencari perbedaan. Temukan sesuatu yang unik dari produk atau layanan Anda, ubah itu menjadi sesuatu kekuatan dan tonjolkan itu sebagai identitas.

Sumber : Forbes, Entreprenuer, Inc

Cara Tepat Menerapkan MVP Saat Jalankan Startup secara Bootstrap

Menurut definisinya, Minimum Viable Product (MVP) adalah pengembangan teknis yang terjadi ketika startup memiliki produk baru atau situs dengan fitur yang dihadirkan untuk early adopter. Proses tersebut dilakukan demi mendapatkan feedback dari target pasar.

Menjadi penting bagi startup untuk menyelesaikan proses tersebut dengan mengumpulkan feedback dan respon (positif dan negatif) dari pengguna. Proses ini, jika dihiraukan, akan mengganggu jalannya bisnis ke depannya.

Hal tersebut ditegaskan Co-Founder Taptopick Puja Pramudya saat sesi #SelasaStartup yang mengambil tema Minimum Viable Product untuk startup bootstrap. Bersama Radya Labs, Puja telah menghasilkan beragam aplikasi untuk berbagai perusahaan multinasional. Berikut adalah kiat-kiat yang harus diperhatikan.

Jangan hanya fokus di teknologi

Kesalahan tebesar yang masih banyak dilakukan startup adalah masih fokus kepada teknologi. Untuk bisa menghasilkan produk yang baik dan diterima target pasar, prioritas utama adalah apa yang menjadi kesulitan pengguna dan bagaimana produk yang dibuat bisa membantu mereka.

“Yang menjadi fokus utama dari startup saat melakukan MVP adalah temukan value dari produk atau layanan yang akan dihadirkan,” kata Puja.

Puja memberikan contoh ketika ia mulai mengembangkan aplikasi TapTopick, layanan laundry on-demand, dengan fitur beragam.

“Pada akhirnya konsumen hanya ingin menggunakan aplikasi yang mudah dipahami dan berfungsi. Mereka tidak peduli teknologi apa yang digunakan atau berapa fitur yang dimiliki,” kata Puja.

Di sini peranan MVP memiliki andil cukup besar, yaitu menangkap minat konsumen melalui feedback yang diberikan. Dari feedback tersebut, startup bisa mulai menentukan fitur yang tidak berguna, kurang dipahami ,dan belum dibutuhkan konsumen. Perusahaan tinggal fokus kepada fitur yang bisa langsung membantu mereka.

“Di Taptopick sendiri kami banyak mengurangi fitur di awal pengembangan produk dan hanya fokus kepada kebutuhan konsumen yaitu jasa antar jemput laundry kiloan dan seberapa cepat dan mudah aplikasi tersebut digunakan,” kata Puja.

Pada akhirnya fokus kepada kebutuhan konsumen dan hadirkan fitur baru secara berkala. Dengan demikian konsumen bisa lebih menghargai update rutin yang dilakukan startup.

Kurang komunikasi dengan target pasar

Kesalahan lain yang masih banyak dilakukan startup adalah kurangnya komunikasi atau masih kerap menghiraukan feedback konsumen. Kebanyakan startup merasa cukup yakin dengan produk yang ada dan langsung meluncurkannya tanpa melakukan komunikasi dengan konsumen yang disasar.

“Dengan melakukan komunikasi kepada konsumen, Anda bisa menentukan langkah berikutnya, apakah membuat aplikasi versi Android terlebih dahulu atau iOS. Kemudian versi apa yang sesuai untuk konsumen dan mitra,” kata Puja.

Puja kembali mengambil contoh, di awal Taptopick fokus ke versi iOS karena ingin merangkul lebih banyak ekspatriat atau orang asing yang bekerja di Indonesia dan kebanyakan lebih familiar dengan iOS. Sementara untuk mitra, yaitu kurir, fokus ke versi Android.

Uji coba langsung

Agar produk yang dibuat berfungsi dengan baik, lakukan uji coba terkait dengan layanan atau produk yang akan dihadirkan. Jika startup Anda fokus ke layanan on-demand, coba cari tahu secara langsung berapa waktu yang dihabiskan untuk layanan yang akan ditawarkan. Proses tersebut membantu startup menentukan perkiraan waktu, tantangan di jalan, dan solusi yang ideal menghadapi kendala tersebut.

“Di Taptopick sendiri kita sempat melakukan uji coba antar jemput laundry kiloan dari rumah konsumen ke mitra laundry kiloan kami. Dari situ akhirnya kami bisa memberikan estimasi waktu yang tepat untuk konsumen,” kata Puja.

Puja menganjurkan untuk memanfaatkan analytics tools yang bisa membantu startup melihat kebiasaan konsumen. Dengan demikian startup bisa menentukan fitur baru seperti apa yang dibutuhkan hingga kolaborasi atau promo ideal apa yang bisa ditawarkan kepada konsumen.

“Yang penting satu hingga dua tahun pertama jangan patah semangat. Hindari telalu fokus kepada hanya teknologi dan jangan melupakan kebutuhan dari konsumen,” tutup Puja.

Amunisi Mempelajari Teknologi Kecerdasan Buatan

Teknologi kecerdasan buatan (AI kini telah menjadi bagian keseharian. Kita bisa melihat hasil kerjanya dari prediksi ramalan cuaca, penyaring e-mail spam, prediksi di mesin pencari, hingga produk seperti Siri dan Cortana yang bisa kita manfaatkan sehari-hari.

AI memiliki algoritma khusus yang memungkinkan teknologi ini dapat memberi reaksi, merespons, atau memecahkan masalah secara real time seperti layaknya manusia. Ke depannya pemanfaatan AI akan jauh lebih mendalam dan terasa dalam seluruh elemen kehidupan sehari-hari.

Potensi yang besar ini menjadi suatu peluang bagi siapapun yang ingin menekuninya. Namun apa saja hal-hal yang perlu diketahui? CEO Element Inc. Adam Perold dan CTO Element Inc. Yang Wang hadir dalam #SelasaStartup edisi pekan pertama bulan Maret 2017.

Element Inc. adalah perusahaan software yang khusus mengembangkan identitas biometrik berbasis di New York, Amerika Serikat. Solusinya tersebut kini dimanfaatkan untuk platform imunisasi, memberikan identitas digital untuk penyedia layanan kesehatan dan keuangan.

Baik Perold maupun Yang berbagi tentang apa saja yang harus diperhatikan sebelum mendalami teknologi mutakhir ini. Berikut rangkumannya:

1. Mengetahui lebih dalam kaitan deep learning dan AI

Deep learning bisa dikatakan sebagai puzzle yang bisa membawa AI jadi lebih cerdas dan manusiawi. Pasalnya, dalam deep learning berisi rangkaian metode untuk melatih jaringan saraf buatan multilapisan dari ujung ke ujung.

Dia belajar terus menerus seiring bertambahnya saraf, bagaimana memroses suatu informasi baru. Saat itu, deep learning bisa senantiasa diawasi atau tidak diawasi oleh manusia.

Lalu mengapa harus memahami proses kerja deep learning? Menurut Perold, hal ini disebabkan deep learning itu data driven, sehingga bisa diandalkan dalam menyampaikan data.

Contoh terdekat yang bisa dilihat dari implementasi deep learning untuk AI adalah produk yang dihasilkan Element Inc., yakni kerja samanya dengan Global Good dalam mengembangkan platform mobile untuk mengidentifikasi bayi dan anak-anak.

Berikutnya, di Bangladesh dan Kamboja, BioNIC juga menggandeng Element untuk bangun platform mobile untuk identifikasi orang dewasa hingga anak-anak usia di bawah lima tahun dengan mengecek sidik jari, telinga, kaki, iris, hanya lewat perangkat seluler saja.

“AI kami pakai sebagai alat untuk memecahkan masalah apa yang ingin kita coba pecahkan.”

2. Mengenal modul-modul untuk pelajari deep learning

Untuk mempelajari seputar AI hingga deep learning, ada banyak modul yang bisa diakses secara umum. Element sendiri juga punya modul seperti ini, dinamai Torch. Ini adalah salah satu kontribusi Element terhadap proyek open source, termasuk torch7, nn, dan dp.

Kontribusi ini bisa berupa perbaikan bug, pembuatan modul baru, atau script pelatihan yang lengkap. Komunitas ini berisi pengembang Facebook, Google, Twitter, NY University, dan Purdue University.

Tak hanya Element, perusahaan teknologi lainnya juga punya hal serupa. Seperti Apache MXNet dari Amazon adalah kerangka kerja mendalam bersifat open source yang memungkinkan pengembang dapat menentukan, melatih, dan menyebarkan jaringan saraf dalam berbagai platform, fleksibel, dan tersedia dalam beberapa bahasa.

Google sendiri memiliki TensorFlow sebuah perpustakaan perangkat lunak dan open source untuk perhitungan numerik dengan menggunakan grafik aliran data di berbagai tugas.

3. Menguasai ilmu seputar deep learning

Adapun ilmu-ilmu yang memiliki korelasi kuat dengan deep learning, dijelaskan Yang, adalah matematika, termasuk kalkulus, aljabar linier, analisis numerik, vektor, dan matriks. Materi lain yang berhubungan adalah stastika, misalnya probabilitas dan analisis data. Selain itu juga dibutuhkan pengetahuan analisis kompleksitas komputasi dan optimasi seluruh ilmu tersebut.

Baca info lengkap di sini

Konten Pemasaran untuk Startup

Pemasaran digital bisa saja menjadi sangat efektif jika dilakukan dengan cara yang sesuai, dalam artian dapat memikat calon konsumen karena mereka merasa ada value yang ditawarkan sebagai solusi atas permasalahan yang dihadapi. Sehingga diperlukan penyiapan konten yang matang untuk mampu menyampaikan pesan-pesan penting seputar produk atau layanan yang ditawarkan startup. Ada banyak tipe konten pemasaran yang bisa dibuat oleh startup, namun dengan mempelajari tren dan efektivitasnya tampaknya bisa memberikan hasil yang lebih optimal.

Artikel ini akan membahas beberapa aspek penting yang perlu dipahami startup ketika mengembangkan konten untuk pemasaran.

Memahami tren yang tengah ada

Pengamatan tentang tren digital yang ada saat ini menjadi awal yang harus dilakukan oleh pemasar. Dengan mengetahui apa yang tengah disukai oleh warganet dalam mengonsumsi informasi (iklan), maka akan turut meningkatkan efektivitas kampanye digital yang dilakukan. Pada sebuah sesi diskusi, CMO DailySocial, Rahmat D Harlyadie memaparkan beberapa hal menarik merujuk pada pengamatan yang dilakukan sepanjang tahun 2017.

Pertama adalah membangun pengguna loyal dan menumbuhkan jaringannya tengah menjadi konsentrasi banyak bisnis besar. Rahmat mencontohkan tentang bagaimana Grab dan PayTren melakukan konsep sharing audience, dalam hal ini Grab memanfaatkan jaringan pengguna loyal dari PayTren untuk distribusi keagenan.

Kemudian terkait dengan konten pemasaran, Rahmat menilai bahwa tulisan bersifat soft-selling yang memberikan pendekatan personal ke audience lebih tepat untuk saat ini. Terlebih konten tersebut mampu menyuguhkan tulisan atau visual yang memiliki unsur emosional untuk membangun komunitas pengguna. Untuk itu perlu melakukan riset sederhana terkait dengan demografi dan kebutuhan pengguna.

Tujuan pemasaran digital menurut CMO DailySocial
Tujuan pemasaran digital menurut CMO DailySocial

Konten pemasaran bagi brand startup

Melihat kondisi saat ini, menurut  Co-Founder dan CEO Indonesia GetCRAFT Anthony Reza Prasetya, banyak alasan mengapa orang merasa tidak nyaman dengan kehadiran iklan yang terlalu mencolok pada suatu konten. Pengiklan pun sejatinya memahami respons negatif tersebut, namun sering kali cara konvensional tetap dilakukan karena merasa tidak punya pilihan. Sebenarnya model konten pemasaran yang lebih relevan dapat dibuat, misalnya dengan menyematkan iklan dalam tulisan yang memberikan manfaat secara umum. Cara ini bisa dilakukan untuk membantu brand melakukan edukasi sekaligus melancarkan engagement dengan target audience yang tepat.

Pendekatan konten pemasaran sifatnya juga lebih everlasting, karena ketika tulisan tersebut memiliki nilai bagi pembaca –ketika sudah tidak diiklankan–tetap mampu menarik perhatian audience lebih lama.

Diperlukan kreativitas konten di masa sekarang menurut CEO GetCRAFT
Diperlukan kreativitas konten di masa sekarang menurut CEO GetCRAFT

Menyusun konten pemasaran

Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan saat menyusun konten pemasaran digital.

(1) Lakukan perencanaan yang jelas

Menurut hasil survei yang pernah dilakukan Content Marketing Institute, dari 94% pebisnis yang melakukan pemasaran berbasis konten untuk B2B hanya 32% yang memiliki perencanaan strategi konten terstruktur. Seperti kebanyakan hal pada umumnya, strategi dan perencanaan adalah aspek yang sangat diperlukan agar alur pengerjaannya menjadi jelas dan terukur.

Untuk melakukan perencanaan ada beberapa hal yang perlu dilakukan:

  • Pahami tentang apa yang akan disampaikan melalui konten.
  • Pahami tentang siapa yang akan disasar dengan konten tersebut.
  • Pahami tentang apa saja yang ingin dicapai melalui pemasaran tersebut.

(2) Memahami karakteristik pelanggan

Pemahaman menyeluruh tentang pelanggan sebagai target utama menjadi komponen yang harus diperhatikan secara khusus dalam pemasaran konten. Proses ini dilakukan sebelum memikirkan karakteristik konten yang dihasilkan. Perlu ada riset sederhana untuk mengetahui karakteristik tersebut, terbagi dalam dua aktivitas berikut:

  • Riset primer; melakukan wawancara, kuesioner, atau survei untuk mengetahui minat pelanggan.
  • Riset sekunder; mendapatkan data dari saluran lain, misalnya website, media sosial.

(3) Pelajari permasalahan secara mendalam

Dari hasil riset pada tahapan berikutnya, pelajari apa yang menjadi permasalahan pengguna. Hal ini dilakukan untuk memastikan konten memiliki alur yang menjawab. Ada beberapa hal yang dilakukan di sini, yaitu:

  • Petakan permasalahan merujuk pada data riset.
  • Buat prioritas untuk menemukan permasalahan umum yang diangkat dalam konten.

(4) Menyesuaikan SEO dan media sosial

Website dan media sosial menjadi medium digital yang paling efektif untuk konten pemasaran, namun supaya visibilitas konten lebih baik –mengingat sudah sangat banyak konten yang ada di internet—perlu melakukan pendekatan SEO dan media sosial. Pendekatan SEO dilakukan untuk memastikan konten yang dibuat memiliki ranking yang bagus saat dicari di media sosial berdasarkan kata kunci tertentu, sesuai dengan permasalahan yang dicari pengguna. Sedangkan pendekatan media sosial dilakukan untuk memastikan konten disandingkan dengan isu atau kondisi yang relevan dengan saat ini.

(5) Pendekatan konten “customer journey”

Konsumen digital kebanyakan tidak mencari atau mengonsumsi informasi dalam saluran tunggal. Satu orang dapat mengakses banyak platform dengan karakteristik yang berbeda. Tidak semua orang selalu membaca blog setiap hari, pun tidak semua menyaksikan video YouTube setiap hari. Ini adalah sebuah perjalanan digital konsumen, yang perlu diperhatikan, bagaimana pemasar dapat menghasilkan konten  yang relevan di berbagai kanal, sehingga pada saat konsumen hadir di kanal tertentu, mereka akan mendapati informasi yang tepat, baik secara substansi materi ataupun waktu.

(6) Jangan memaksakan konten promosi

Seperti yang sudah ditekankan di awal, saat ini model-model iklan yang menonjolkan penjualan (hard-selling) mendapatkan stigma negatif di kalangan konsumen digital. Pemasaran harus lebih kreatif dalam menghasilkan suatu konten pemasaran.

(7) Uji format konten yang kembangkan

Menurut Digital Marketer, konten pemasaran secara jenis dibagi ke dalam tiga kategori, yakni Top of the Funnel (TOFU) untuk awareness, Middle of the Funnel (MOFU) untuk evaluation, dan Bottom of the Funnel (BOFU) untuk conversion. Pemasar perlu melakukan uji coba dan pengembangan jenis konten berdasarkan karakteristik di setiap tahapan.

Jenis konten didasarkan pada format dan peruntukannya / Digital Marketer
Jenis konten didasarkan pada format dan peruntukannya / Digital Marketer

(8) Lakukan pengukuran dan analisis

Analisis dan pengukuran perlu dilakukan untuk setiap jenis konten yang dipublikasikan, agar memberikan pembelajaran baik ke depannya. Banyak cara untuk mengukur, misalnya didasarkan pada analisis kunjungan situs atau capaian di media sosial.

Rangkuman Infografik

Infografik Konten Pemasaran Digital DailySocial
Infografik Konten Pemasaran Digital DailySocial