“Virtual Item Marketplace” Itemku Peroleh Pendanaan Baru 16 Miliar Rupiah

Virtual item marketplace Itemku, yang dijalankan oleh Five Jack, mengumumkan perolehan dana segar senilai $1,2 juta (sekitar 16 miliar Rupiah) dari 500 Startups dan beberapa VC Korea Selatan yang tidak disebutkan namanya. Perolehan pendanaan ini akan digunakan untuk menguasai pasar virtual item Indonesia sambil berekspansi ke pasar Asia Tenggara.

Pendanaan ini adalah kali ketiga diterima Five Jack. Secara total, mereka telah mendapatkan investasi senilai $1,7 juta (lebih dari 22 miliar Rupiah). 500 Startups telah dua kali memasukkan dana ke Itemku, sementara investasi awal berasal dari BonAngels, sebuah perusahaan modal ventura Korea Selatan.

Berbeda dengan marketplace pada umumnya, Itemku menjual barang-barang virtual yang biasanya tidak diakomodasi pemilik platform gaming. Itemku membantu para gamer untuk menjual dan membeli produk-produk virtual di permainan favoritnya. Sebut saja Clash of Clans, CSGO, atau Point Blank. Konsumen produk seperti ini bisa membeli Town Hall, karakter, atau senjata baru dalam mata uang Rupiah.

Selain Itemku, Five Jack kini juga tengah mengembangkan media Gokil yang khusus membahas game dan dinamika jual beli produk virtual di Indonesia. Disebutkan layanan ini ditujukan untuk mewadahi komunitas gaming di Indonesia, yang sebelumnya hanya berinteraksi sebagai penjual dan pembeli di itemku.

Dalam rilisnya, CEO Five Jack Denis Kim menyebutkan, “Tim kami punya pengalaman yang luas dalam industri game market, baik Indonesia maupun Asia Tenggara. Menurut saya, industri ini memiliki potensi pertumbuhan yang besar di masa depan.”

Five Jack didirikan tahun 2013 dan mengklaim kini telah memperoleh pertumbuhan bisnis 30% setiap bulannya.

500 Startups Siapkan Dana “500 Durians II” Sebesar 650 Miliar Rupiah untuk Berinvestasi di Asia Tenggara

Perusahaan investasi 500 startups kembali mengumumkan ketersediaan dana kedua yang deberi nama 500 Durians II sebesar $50 juta (sekitar Rp 650 miliar). Dana segar ini akan digunakan untuk berinvestasi di kawasan Asia Tenggara, dengan fokus negara-negara seperti Malaysia, Thailand, Vietnam, Singapura dan Indonesia. Fokus pendanaan utamanya adalah pada putaran seed funding untuk sekitar 200 startup dengan nilai pendanaan mulai dari $50 ribu sampai $150 ribu.

Dana 500 Durians pertama kali diluncurkan pada 2013 dengan ketersediaan mencapai $10 juta yang kemudian meningkat hingga lebih dari $20 juta. Beberapa startup di Asia Tenggara yang mencicipi 500 Durians pertama di antaranya adalah Grab, Carousell, dan Bukalapak. Kini, 500 Startups, yang di Asia Tenggara dipimpin Khailee Ng, meningkatkan dana 500 Durians II dengan target pendanaan mencapai $50 juta.

Seperti halnya 500 Durians pertama, dana 500 Durians II juga didukung oleh sejumlah investor yang sama. Malaysia Venture Capital Management (MAVCAP) adalah salah satu investor yang diungkap dengan beberapa investor lainnya yang disebut Khailee berasal dari Tiongkok, Korea, Timur Tengah dan Singapura.

Tetap fokus di pendanaan seed

Di kawasan Asia Tenggara saat ini beberapa startup yang mulai dari “tahap benih” sudah mulai matang dan menerima pendanaan Seri A ke atas. Pun begitu, dalam wawancaranya dengan pihak TechCrunch, Khailee menyebutkan bahwa dana Durians baru ini akan tetap mempertahankan fokusnya pada pendanaan seed funding (tahap benih/awal) meski memiliki lebih banyak dana di kantungnya.

Khailee mengatakan, “Apa yang telah kami lakukan terbukti bekerja dan kami tidak ingin [menjadi] serakah. […] Pre-Seri A, Seri A, dan Seri B  adalah sumber uang baru yang datang saat ini, [tetapi] tidak ada yang benar-benar mengisi di tahap awal. […] Kami akan terus ‘memberi makan’ ekosistem [dengan seed funding].”

500 Startups sendiri berencana untuk menginvestasikan dana yang tersedia untuk 100-200 pendanaan awal. Sedangkan besaran pendanaan yang diberikan akan dimulai dari $50 ribu hingga $150 ribu dengan fokus industri yang lebih luas.

Dampak untuk startup Indonesia

Ketersediaan dana segar ini artinya akan ada lebih banyak dana awal yang bisa didapatkan untuk kawasan Asia Tenggara, termasuk Indonesia. Para pemain startup baru bisa mencoba untuk mendapatkannya, bila memang merasa solusi yang dibangun adalah bisnis yang berkelanjutan. Jika berhasil, benefit lain yang akan terasa adalah menambah dan memperluas networking bisnis.

Beberapa portofolio investasi dari 500 Startups sendiri yang berasal dari Indonesia sejauh ini mampu bertahan dan mampu menjalani bisnis dengan baik. Perlahan, mereka juga mulai menjadi lebih matang. Di antaranya adalah Bukalapak, HijUp, Brodo, Qraved, dan juga Tees.

Belajar Dari Kunal Shah, Pendiri Startup India FreeCharge

Bertujuan sebagai wadah mengumpulkan para Founder startup yang mendapat investasi dari 500 Startups, secara rutin digelar kegiatan networking yang diberi nama fireside dinner chat, dengan koordinator dan moderator acara Managing Partner SEA 500 Startups Khailee Ng.

“Selain bertujuan sebagai ajang networking, kegiatan rutin fireside dinner chat ini juga merupakan kesempatan yang baik untuk belajar dari Founder startup global yang dihadirkan dan diundang secara khusus oleh 500 Startups,” kata Khailee.

Dalam acara fireside dinner chat yang digelar oleh 500 Startups di Jakarta, Rabu (7/9), dihadirkan secara khusus CEO FreeCharge Kunal Shah yang sukses menjual startup miliknya, Free Charge, kepada Snapdeal senilai $400 juta tahun 2015 lalu.

Untuk memberikan inspirasi dan berbagi pengalaman kepada para Founder lainnya yang turut hadir dalam acara fireside dinner chat tersebut, Kunal menjelaskan tips dan trik yang baiknya diterapkan Founder agar bisa menjalankan bisnis dengan sehat dan sustainable.

Berawal dari ide yang original dan tidak ‘pasaran’

FreeCharge merupakan startup yang didirikan oleh Kunal Shah tahun 2010 silam berbasis di India dan menawarkan pembelian kuota/pulsa untuk pelanggan prabayar dan pascabayar secara online. Kelebihan yang dimiliki oleh Free Charge adalah penawaran kupon atau voucher dari merchant-merchant F&B favorit di India kepada pengguna yang membeli pulsa melalui FreeCharge.

“Di awal berdirinya FreeCharge kami mengalami banyak kendala, mulai dari meyakinkan mitra untuk bekerja sama, operator hingga target pasar untuk mencoba layanan FreeCharge. Kami terus menjalankan bisnis karena yakin dengan ide yang kami miliki,” kata Kunal.

Dengan bisnis model yang terbilang unik dan original, Kunal mampu meyakinkan mitra, pihak operator, hingga pengguna untuk memanfaatkan layanan FreeCharge. Terbukti keberadaan FreeCharge makin eksis sebagai layanan pembelian pulsa secara online.

“Kesuksesan FreeCharge menunjukkan bahwa ide yang masuk akal dan oroginal pastinya akan berhasil dan diterima oleh masyarakat, untuk itu sebelum memutuskan untuk mendirikan startup pastikan ide yang dimiliki memiliki potensi untuk berkembang,” kata Kunal.

Dalam perjalanan bisnisnya, FreeCharge telah mendapatkan pendanaan dari sejumlah investor, di antaranya adalah Tandon Group, Sequoia Capital, Sofina, Ru-Net, Tybourne Capital Management, dan Valiant Capital Management. Kesuksesan Kunal melakukan penggalangan dana termasuk salah satu prestasi terbaik yang pernah dilakukan oleh startup di India.

Hal menarik yang diungkapkan oleh Kunal saat melancarkan kegiatan promosi adalah sepenuhnya dilakukan secara organik, tanpa menggunakan digital ads sepert Facebook atau Google Ads. Mengandalkan rekomendasi dari mulut ke mulut ternyata lebih ampuh dibandingkan dengan menggunakan iklan digital.

“Saya percaya akan kekuatan buzzword dan rekomendasi dari sesama pengguna, hal tersebut lebih efektif dan pastinya langsung mendapatkan impact dibandingkan hanya mengandalkan iklan secara digital,” kata Kunal.

Hal lain yang juga ditegaskan Kunal belajar tentang cara-cara yang telah diterapkannya di FreeCharge adalah pentingnya mendapatkan feedback dari pengguna dan upayakan untuk melakukan riset secara mendalam. Mulai dari mendapatkan survei hingga respon dari target pasar.

“Selain tidak melakukan riset serta mengelola feedback dari pengguna dengan baik, salah satu kegagalan dari startup adalah kebiasaan untuk meng-cloning layanan yang sudah ada sebelumnya. Untuk itu upayakan selalu menjadi original,” kata Kunal.

Cari kandidat pegawai yang tepat

Kunal juga membagikan cara tepat melakukan proses prekerutan startup. Akan menjadi hal yang positif jika startup bisa mendapatkan anggota tim yang tepat, sesuai dengan posisi yang dibutuhkan dan pastinya loyal. Hindari memperkerjakan anggota tim yang tidak sesuai dengan visi dan misi perusahaan dan fokuskan kepada kandidat yang paling sesuai.

“Posisikan dedicated person untuk melakukan pegawai dan pastikan Anda sebagai Founder sudah menerapkan dengan benar seperti apa kandidat yang diinginkan. Jika ingin menjadi perusahaan teknologi yang sukses, pekerjaan karyawan seperlunya jangan terlalu banyak,” kata Kunal.

Skalabilitas dan dedikasi penuh Founder

Sebagai Founder startup Anda bertanggung jawab untuk selalu mengawasi, memonitor serta mencermati semua perkembangan yang ada di startup, khususnya untuk startup baru. Proses di awal berdirinya startup merupakan paling krusial dan selalu untuk menjadi prioritas Founder.

“Yang saya ingat waktu saya mulai mendirikan FreeCharge, saya sering menghabiskan banyak waktu untuk mengembangkan dan memonitor semua jalannya proses. Jangan pernah ragu untuk menghabiskan waktu lebih banyak untuk startup Anda di masa-masa awal,” kata Kunal.

Skalabilitas tentunya merupakan tahap yang akan dilalui oleh startup, ketika waktunya tiba tidak usah terburu-buru untuk melakukan ekspansi, menambah jumlah pegawai, atau melancarkan kegiatan promosi secara masif. Fokus kepada produk dan bagaimana Anda bisa mengembangkan inovasi ke dalam produk yang ada.

Hal tersebut juga berlaku kepada pendanaan. Idealnya saat startup mendapatkan pendanaan dalam tahap lanjutan, bersikaplah lebih low profile dan tetapkan jumlah pendanaan dalam jumlah yang paling sesuai.

“Saya melihat kebanyakan startup di Asia merayakan pendanaan yang baru didapatkan dengan terlalu berlebihan. Mulai dari membangun kantor dengan desain yang super ‘fancy‘ hingga menambah jumlah pegawai yang tidak terlalu dibutuhkan. Hal tersebut tidak perlu dilakukan,” kata Kunal.

Idealnya gunakan semua kucuran dana segar yang baru saja didapatkan untuk keperluan yang lebih penting. Dengan demikian startup Anda bisa tetap survive meskipun saat ini masih berkecukupan dalam hal pendanaan.

“Untuk startup tetap bisa survive pastikan Anda sebagai Founder pintar mengelola uang dan yang paling penting jangan pernah kehabisan uang. Founder yang sukses adalah mereka yang memiliki kemampuan untuk bertahan” kata Kunal.

Jika pada akhirnya startup tidak mampu untuk bertahan dan menjalankan bisnisnya dengan alasan apa pun, segera buat keputusan untuk menutup startup agar tidak berakhir lebih buruk lagi. Jangan pernah ragu atau merasa malu akan kegagalan yang ada dan jangan menutupi kegagalan tersebut dari pihak terkait seperti investor, stakeholder, hingga anggota tim.

“Di Asia ada stigma takut gagal, jangan pikirkan takut gagal segera lakukan penutupan jika startup Anda tidak sukses, jangan malu ketika usaha mengalami kegagalan,” tutup Kunal.

Alodokter Bukukan Pendanaan Seri A Senilai 32 Miliar Rupiah

Setelah Carousell, Modalku dan Go-Jek, kali ini berita pendanaan datang dari portal informasi kesehatan Alodokter. Startup yang didirikan oleh Nathanael Faibis ini mengumumkan telah menerima pendanaan Seri A senilai $ 2,5 juta (sekitar Rp 32 miliar) yang dipimpin oleh Golden Gate Venture (GGV) dengan partisipasi 500 Startup, dan entrepreneur Singapura Lim Dershing. Bersamaan dengan itu, Ex-VP Lazada Indonesia Daniel Stan kini bergabung dengan Alodokter untuk memimpin ekspansi internasional dan Founding Partner GGV Jefrey Payne masuk ke jajaran dewan direksi.

Dana segar yang baru diperoleh ini rencananya akan digunakan untuk menumbuhkan platform Alodokter. Mulai dari merekrut talenta, meningkatkan layanan, hingga ekspansi secara regional. Ex VP Lazada Indonesia Daniel Stan adalah orang yang dipercaya untuk memimpin langkah ekspansi internasional Alodokter di Asia Tenggara tahun ini.

Di sisi lain, sebagai bagian dari investasi, Founding Partner GGV Jeffrey Payne juga akan masuk ke jajaran dewan direksi Alodokter. Jeffrey sendiri optimis Alodokter bisa menjadi portal kesehatan terkemuka di Asia Tenggara.

“Kami senang bisa bergabung dengan Nathanael dan seluruh timnya dalam perjalanan mereka untuk menciptakan portal informasi kesehatan terkemuka di Asia Tenggara. [Sekarang] Semakin banyak orang di wilayah ini mengkonsumsi dan mengandalkan konte digital dan jasa, dan itu menjadi bagian fundamental dari perdagangan, komunikasi, dan hiburan. Kini berkat Nathanael dan timnya konsumen bisa mengandalkan Alodokter untuk mengelola kesehatan mereka,” kata Jeffrey.

Alodokter dan bisnisnya

Alodokter adalah portal informasi kesehatan yang didirikan Nathanael Faibis (CEO) pada tahun 2014. Ini dilatar belakangi karena masih belum adanya sumber informasi kesehatan online yang bisa dipercaya masyarakat saat itu. Sebelum mendirikan Alodokter, Nathanael sendiri pernah bekerja sebagai Head of User Experience Lazada Asia Tenggara.

“Yang kami lakukan adalah menyediakan informasi terpercaya […] yang pada dasarnya berhubungan dengan kesehatan. Orang-orang juga bisa berkonsultasi dengan dokter di platform kami. Tapi ini bukan untuk menggantikan peran konsultasi dokter, lebih kepada menjelaskan langkah apa yang harusnya dilakukan oleh seseorang selanjutnya ketika mereka [atau yang di sekitarnya] sakit,” ujar Nathanael ketika ditemui oleh DailySocial kemarin (4/8).

Di tahun 2015 lalu, Alodokter sendiri berhasil membukukan pendanaan awal yang dipimpin oleh Fenox. Ketika itu, Alodokter mengklaim telah melayani lebih dari satu juta pengunjung unik ke platform mereka. Kemudian, di bulan maret 2016 Alodokter juga meluncurkan aplikasi mobile mereka.

Nathanael mengatakan, “Kami menghabiskan banyak waktu untuk memberikan informasi kesehatan yang berkualitas. […] Untuk menjamin hal tersebut layanan kami mencoba menjawab setiap pertanyaan dari pasien [pengunjung Alodokter] secepat mungkin. Di aplikasi mobile kami bisa menjawab [pertanyaan] dalam kurun waktu 10 menit melalui chatting. Di situs, kami menjawab dalam kurun waktu 24 jam melalui forum.”

Alodokter saat ini memonetisasi layanannya melalui iklan premium yang bekerja sama dengan pihak-pihak yang bergelut di bidang kesehatan dan sebagian besar pemasukan pun berasal dari sini.

Mengenai pertumbuhan layanan, Nathanael mengklaim bahwa Alodokter telah mengalami pertumbuhan yang impresif dalam satu tahun ini. Saat ini Alodokter mengklaim telah melayani 8 juta pengunjung unik di platform mereka, naik sekitar 700% sejak pendaan awal. Di sisi lain, lebih dari 100.000 pertanyaan diklaim telah dijawab melalui situs dan ada lebih dari 1000 pertanyaan terjawab tiap harinya melalui aplikasi mobile. Dokter yang bergabung pun kini diklaim telah berjumlah lebih dari 100.

Nathanael juga percaya bahwa chat akan menjadi the next big thing untuk kesehatan digital, terutama bila ada peran AI di dalamnya. Mengenai peluang layanan kesehatan di Indonesia, Nathanael juga optimis bahwa saat ini peluangnya masih terbuka lebar.

Nathanael mengatakan, “Kami percaya bahwa chat akan menjadi the next big thing untuk [layanan] kesehatan digital. Dengan perpaduan AI dan interaksi dokter sesungguhnya, kita bisa memberikan informasi lancar kepada pengguna. Segera, pasien akan mengharapkan informasi kesehatan yang bersifat pribadi secara langsung dan kami bekerja keras untuk menyediakan mereka dengan itu.”

“Kami juga melihat pertumbuhan kuat dalam jumlah orang yang mencari informasi kesehatan secara online. Setiap tahun, ada 20% lebih pencarian tentang kesehatan melalui Google. […] Kami pikir tren ini [layanan informasi kesehatan online] akan tumbuh lebih besar karena orang [akan] lebih terhubung dengan smartphone dan lebih peduli dengan kesehatan mereka. Jadi, tren yang kami lihat, orang Indonesia pada umumnya sudah berusaha untuk mendapatkan gaya hidup yang lebih sehat dan untuk mendapatkan itu mereka akan mencari informasinya secara online,” tandas Nathanael.

Application Information Will Show Up Here

Platform Pembangun Pertanian Organik iGrow Bukukan Pendanaan Awal dari East Ventures dan 500 Startups

Platform pembangun pertanian organik iGrow mengumumkan perolehan pendanaan awal, dengan nilai yang tak disebutkan, dari East Ventures dan 500 Startups. Pendanaan ini akan digunakan untuk mendukung misi iGrow mengembangkan pertanian organik secara global. Saat ini iGrow sudah mengelola 1000 hektar lahan pertanian di Indonesia dan membidik lahan pertanian di Turki dan Jepang untuk beberapa jenis produk pertanian yang cocok dengan lahan di negara tersebut.

iGrow didirikan oleh Muhaimin Iqbal, Andreas Sanjaya, dan Jim Oklahoma untuk menghubungkan sponsor/investor, petani, pemilik lahan, dan pembeli hasil pertanian secara bersamaan. iGrow adalah jebolan program akselerasi 500 Startups Batch 16.

CEO iGrow Andreas Senjaya dalam rilisnya mengatakan, “Kami mengkoneksikan 3 stakeholder paling penting di dunia pertanian: pasar, skill, dan modal. Model ini secara komprehensif mengutilisasi lahan tidur untuk ditanami tanaman organik, dan di waktu bersamaan memberdayakan petani untuk meningkatkan pendapatan mereka.”

Andreas kepada DailySocial menambahkan, “Kita mau gunakan untuk perluasan penanaman. Saat ini sudah di 6 daerah di Indonesia. Sedang akan ekspansi juga untuk masuk penanaman dan pasar di Turki dan Jepang, product development, dan operasional.”

Sponsor atau investor dapat berpartisipasi dalam setidaknya 9 jenis produk pertanian yang diminatinya dengan skema investasi yang berbeda-beda.

Chief Business Development Jim Oklahoma menyebutkan Turki dibidik karena dianggap paling cocok untuk menanam zaitun, sementara mereka juga sedang menjalin komunikasi dengan pihak lokal Jepang. Di Indonesia sendiri disebutkan terdapat 16 juta lahan tidur yang membuat peluang di sektor ini terbuka luas.

Menurut data Organic Monitor, kebutuhan produk makanan dan minuman organik mencapai $80 miliar secara global di tahun 2014. Angka ini bertumbuh lima kali lipat dari tahun 1999 ke tahun 2014 dan menunjukkan tren yang terus bertumbuh.

Kondisi terkini

Andreas kepada DailySocial mengatakan pihaknya bekerja sama dengan pemilik lahan yang minimal memiliki 10 hektar lahan. Terkait skema keuntungan dan bagi hasil, Andreas menyatakan pihaknya telah membagi keuntungan hasil panen sebanyak tiga kali, dengan rata-rata keuntungan diperoleh selama 6 bulan mencapai 9-12% atau 18-24% per tahun.

Sebagai platform yang merangkul banyak pihak, Andreas menyebutkan pihaknya mengedukasi pasar dengan memberikan bukti nyata keuntungan yang bisa dibuat dengan menanam. iGrow juga membentuk komunitas yang memperoleh asupan info-info terbaru soal program yang dilakukan.

Khusus soal risiko, karena investasi ini melibatkan dana publik, Andreas menegaskan bahwa sebagai resource integrator, mereka memitigasi risiko dengan menyebarkan risiko ke banyak pihak, termasuk sponsor dan pemilik lahan, ketimbang seorang diri memiliki lahan dan mengusahakannya.

Fabelio Dapatkan Pendanaan Seri A Senilai Rp 28 Miliar

E-commerce furnitur Fabelio baru saja mengumumkan penerimaan putaran pendanaan Seri A senilai $2 juta (atau setara Rp 28 miliar) dari kelompok investor yang dipimpin oleh Venturra Capital. Investor Fabilio sebelumnya 500 Startups dan IMJ Investment Partners juga turut berpartisipasi pada putaran pendanaan kali ini.

Pendanaan Seri A ini akan difokuskan pada pengembangan fitur teknologi baru, memperkuat infrastruktur logistik, untuk pemasaran produk serta ekspansi ke pasar regional. Untuk meningkatkan pertumbuhan tim dan pengalaman interaksi dengan pelanggan, di bulan Maret ini Fabelio juga berencana mendirikan showroom baru di daerah Panglima Polim Jakarta Selatan.

Co-founder sekaligus CEO Fabelio Krishnan Menon dalam sambutannya mengatakan bangga dengan pencapaian yang telah diraih. Di antaranya mampu bermitra dengan 40 produsen furnitur untuk mendatangkan ribuan pelanggan. Krishnan mengatakan bahwa saat ini tujuan perusahaan adalah untuk membangun brand Fabelio sebagai tujuan utama orang mencari berbagai furnitur.

Selain pendanaan, Fabelio juga mengumumkan Stefan Jung, Managing Partner of Venturra Capital, akan bergabung menjadi bagian dari perusahaan sebagai board advisory. Dalam sambutannya Stefan mengatakan bahwa traksi pelanggan yang ada saat ini diyakini akan mampu memantapkan Fabelio menjadi pemimpin pasar di Indonesia.

Khailee Ng selaku Partner di 500 Startups dalam sambutannya mengatakan, bahwa yang membuat pihaknya yakin dengan kucuran investasi tersebut tak lain karena pertumbuhan yang signifikan dari layanan Fabelio dan juga fokus yang jelas dari perusahaan. Budaya yang baik dinilai Khailee menjadi poin plus, yakni tetap agresif bertumbuh namun tetap menjaga profitabilitas dan budaya perusahaan.

Sejak diluncurkan pada Juni 2015 lalu sebagai e-commerce yang berfokus pada penjualan furnitur, Fabelio bertekad mempersatukan rantai supply antara konsumen dengan produsen furnitur. Sebelumnya Fabelio berhasil seed funding $500.000 pada pendanaan bulan Juli 2015 lalu.

YesBoss Grabs Seed Funding

As a pioneer in conversation commerce segment, Yesboss has just secured a seed funding from Convergence Ventures, IMJ Investment Partners, and 500 Startups. The money will be allocated to recruit the best talents and develop the product. Continue reading YesBoss Grabs Seed Funding

SVATA Melakukan Pendekatan Holistik Tawarkan Kelas Bootcamp Berkualitas

shutterstock_302507768

Silicon Valley Asia Technology Alliance (SVATA) siap mengorbitkan startup-startup lokal yang memiliki potensi gemilang untuk diperkenalkan pada ekosistem teknologi di Silicon Valley. Secara resmi, pihak SVATA mengakui telah menyelesaikan bootcamp perdana yang berlangsung selama seminggu di sana. Bootcamp perdana ini melibatkan pelaku startup, venture capitalist, dan inkubator di Tanah Air.

Continue reading SVATA Melakukan Pendekatan Holistik Tawarkan Kelas Bootcamp Berkualitas

HijUp Secured Another Seed Funding, Worth Million of Dollars

Moslem fashion e-commerce service HijUp announced that its has just secured a second round of seed funding, worth seven digit USD ($1-9 million or more than Rp 13 billion) from a group of investors consist of Fenox Capital, 500 Startups, and local media conglomerate EMTEK. This was the startup’s second one in the past six months. Continue reading HijUp Secured Another Seed Funding, Worth Million of Dollars

HijUp Kembali Peroleh Seed Funding, Kali Ini Bernilai Jutaan Dollar

HijUp membukukan perolehan seed funding kedua dalam enam bulan / DailySocial

Layanan e-commerce fashion muslim HijUp mengumumkan perolehan putaran kedua seed funding, kali ini bernilai tujuh digit dollar AS ($1-9 jutaan atau lebih dari Rp 13 miliar) yang berasal dari konsorsium investor, yaitu Fenox Capital, 500 Startups, dan konglomerat media lokal EMTEK. Ini adalah perolehan pendanaan kedua yang diperoleh HijUp dalam enam bulan terakhir.

Continue reading HijUp Kembali Peroleh Seed Funding, Kali Ini Bernilai Jutaan Dollar