Microsoft Akuisisi Perusahaan Spesialis Speech Recognition, Nuance

Akuisisi demi akuisisi terus dilancarkan oleh Microsoft demi mengembangkan bisnisnya. Yang terbaru, Microsoft baru saja mengumumkan akuisisinya terhadap Nuance Communications, perusahaan software yang menggeluti bidang speech recognition dan artificial intelligence (AI).

Produk Nuance yang paling terkenal adalah software speech recognition bernama Dragon. Selama bertahun-tahun, Dragon sudah dipakai oleh berbagai perusahaan besar melalui sistem lisensi. Salah satu klien Nuance yang paling dikenal mungkin adalah Apple, yang memanfaatkan teknologi speech recognition beserta natural-language processing milik Dragon dalam pengembangan asisten virtual Siri.

Tidak heran apabila kemudian Microsoft rela mengucurkan dana sebesar $19,7 miliar (± Rp288,79 triliun) untuk meminang Nuance. Nuance bisa dibilang merupakan salah satu pemimpin di bidang speech recognition, dan Microsoft tentu dapat memanfaatkannya di banyak produk dan layanan yang mereka tawarkan.

Salah satu yang langsung terpikirkan mungkin adalah menggunakan teknologi speech recognition untuk menghadirkan fitur transkrip audio secara otomatis di Microsoft Teams, kurang lebih mirip seperti yang ditawarkan oleh Zoom maupun Google Meet melalui integrasi layanan pihak ketiga bernama Otter. Itu baru satu contoh, sebab potensi pengaplikasian speech recognition dan natural-language processing di bidang enterprise — bidang yasng sangat dikuasai oleh Microsoft — tentu amat luas.

Pada kenyataannya, langkah pertama yang bakal Microsoft ambil pasca akuisisi Nuance adalah menggenjot inovasinya lebih jauh lagi di industri pelayanan kesehatan alias health care. Ini dikarenakan Microsoft sebenarnya sudah bermitra dengan Nuance sejak tahun 2019 untuk membantu memperlancar tugas-tugas administratif di industri pelayanan kesehatan.

Software besutan Nuance sendiri sudah digunakan di lebih dari tiga perempat (77%) rumah sakit di Amerika Serikat. Salah satu yang banyak digunakan adalah Dragon Medical One, yang dirancang untuk membantu para dokter mendokumentasikan pekerjaannya secara efisien.

Proses akuisisinya diperkirakan bakal rampung pada akhir tahun 2021 ini juga. Akuisisi ini merupakan akuisisi terbesar kedua yang dilakukan Microsoft setelah LinkedIn di tahun 2016 dengan nilai $26 miliar.

Sumber: Microsoft.

Microsoft Resmi Jadi Pemilik Bethesda, Beberapa Game Baru Nantinya Bakal Dijadikan Penawaran Eksklusif

September 2020 lalu, industri gaming sempat dibuat geger oleh rencana Microsoft untuk mengakuisisi induk perusahaan Bethesda, ZeniMax Media, dengan dana sebesar $7,5 miliar. Usai mendapatkan persetujuan dari United States Securities and Exchange Commission dan European Union Commission selaku badan yang mengawasi baru-baru ini, akuisisi tersebut akhirnya resmi selesai.

Microsoft mengumumkan kabarnya lewat blog resmi Xbox, menyambut kedatangan total delapan studio di bawah naungan ZeniMax Media ke keluarga besar Xbox Game Studios. Sebagai pengingat, delapan studio yang dimaksud adalah Bethesda Game Studios, id Software, ZeniMax Online Studios, Arkane, MachineGames, Tango Gameworks, Alpha Dog, dan Roundhouse Studios.

Tentu saja ini berarti Microsoft sekarang memiliki akses langsung ke sederet franchise game populer milik ZeniMax, di antaranya The Elder Scrolls, Fallout, Doom, Dishonored, Wolfenstein, The Evil Within, dan masih banyak lagi. Jadi tidak heran apabila Microsoft rela mengucurkan dana dengan nilai setara 108 triliun rupiah.

Satu catatan penting yang perlu digarisbawahi dari pengumuman ini adalah terkait rencana ke depan Microsoft. Dalam blog post-nya, Phil Spencer selaku orang nomor satu di divisi Xbox menyebutkan bahwa ke depannya akan ada sejumlah judul baru garapan Bethesda yang hanya akan dirilis secara eksklusif di platform Xbox dan PC.

Kata “baru” semestinya merujuk pada gamegame yang memang belum pernah diumumkan sama sekali. Namun di saat yang sama, judul-judul blockbuster yang sudah diumumkan, macam Starfield atau The Elder Scrolls 6, juga sama sekali belum ada kejelasan, sehingga menurut saya masih ada kemungkinan keduanya nanti bakal dijadikan penawaran eksklusif.

Rencana ini jelas kontras dengan yang disampaikan oleh Phil pada bulan Oktober 2020, yang pada dasarnya bisa diartikan bahwa Microsoft tidak punya niatan menjadikan game bikinan Bethesda eksklusif untuk platform Xbox. Namun seperti yang kita tahu, Xbox sekarang bukan cuma console saja, melainkan juga layanan cloud gaming (Xbox Game Pass) yang dapat diakses dari banyak perangkat.

Jadi seandainya nanti Starfield dan The Elder Scrolls 6 benar-benar dijadikan eksklusif, Microsoft menurut saya masih tetap bisa menjangkau banyak konsumen lewat Xbox Game Pass. Konsumen dari kubu kompetitor (Sony) pun tidak perlu berkecil hati, sebab mereka hanya perlu menyiapkan biaya berlangganan Xbox Game Pass — yang tentu jauh lebih terjangkau ketimbang harus membeli console Xbox — agar bisa ikut memainkannya.

Sumber: Xbox.

Embracer Group Akuisisi Pengembang Seri Game Borderlands, Gearbox Entertainment

Gearbox Entertainment, developer sekaligus publisher yang dikenal lewat seri game Borderlands, punya pemilik baru. Mereka adalah Embracer Group, holding company asal Swedia yang dulunya dikenal dengan nama THQ Nordic AB. Lewat sebuah siaran pers, Embracer mengumumkan akuisisinya terhadap Gearbox senilai $363 juta.

Mahar yang dibicarakan kedengarannya memang sedikit untuk ukuran perusahaan dengan pengalaman sepanjang Gearbox, akan tetapi ini baru jumlah yang dibayarkan di hari pertama. Dalam enam tahun ke depan, Gearbox punya peluang untuk menerima dana tambahan dari Embracer dengan nilai maksimum $1,015 juta seandainya mereka memenuhi target yang disepakati.

Pasca merger, Gearbox bakal menjadi grup operasional milik Embracer yang ketujuh di samping THQ Nordic, Saber Interactive, Koch Media, DECA Games, Amplifier Game Invest, dan Coffee Stain Holding. Perlu dicatat, Gearbox Entertainment sendiri merupakan holding company yang didirikan di tahun 2019 sebagai induk perusahaan dari Gearbox Software dan Gearbox Publishing.

Gearbox didirikan di tahun 1999 sebagai Gearbox Software. Mereka memulai kiprahnya sebagai pengembang expansion untuk game Half-Life besutan Valve, spesifiknya Half-Life: Opposing Force di tahun 1999 dan Half-Life: Blue Shift di tahun 2001. Barulah di tahun 2005, mereka mulai menggarap IP-nya sendiri, yaitu Brothers in Arms.

Godfall, game terbaru yang dipublikasikan oleh Gearbox / Epic Games Store
Godfall, game terbaru yang dipublikasikan oleh Gearbox / Epic Games Store

Namun tidak bisa dipungkiri, karya termasyhur Gearbox adalah seri Borderlands, yang game pertamanya dirilis di tahun 2009. Borderlands 2 yang dirilis di tahun 2012 malah lebih fenomenal lagi. Hingga tahun 2019 kemarin, game tersebut masih dimainkan oleh lebih dari 1 juta orang setiap bulannya, dan sudah terjual sebanyak 22 juta kopi per Agustus 2019.

Sebulan setelahnya (September 2019), Borderlands 3 dirilis dan kembali mencatatkan rekor yang cukup fantastis: lebih dari 5 juta kopi terjual dalam lima hari pertamanya, dan itu semua secara eksklusif dari Epic Games Store saja. Kalau ditotal, franchise Borderlands secara keseluruhan sudah mendatangkan pemasukan lebih dari $1 miliar. Borderlands juga akan diadaptasikan ke film, yang sekarang sedang dikerjakan oleh sutradara Eli Roth.

Bergabungnya Gearbox otomatis akan semakin memperkaya amunisi Embracer Group. Secara keseluruhan ada 58 studio game yang berada di bawah naungan Embracer Group – Wikipedia punya catatan lengkap semua perusahaan game yang diakuisisi oleh mereka sejak tahun 2011. Mei 2020 lalu, laporan tahunan Embracer Group menyebutkan bahwa ada 118 game yang sedang dikembangkan oleh anak-anak perusahaannya, salah satunya Biomutant.

Untuk seri Borderlands sendiri, status 2K Games sebagai publisher game tersebut rupanya tidak terpengaruh oleh merger ini. Dengan kata lain, seandainya ada Borderlands 4, yang berperan sebagai publisher tetaplah 2K Games (dan Take-Two selaku induknya).

Sumber: PC Gamer dan Embracer Group.

Kontras Strategi Bisnis Tencent dan Microsoft

Tencent dan Microsoft tetap aktif dan malah agresif dalam melakukan akuisisi atau menanamkan modal di perusahaan-perusahaan game meski di kondisi pandemi. Keduanya sama-sama raksasa namun, jika Tencent raksasa dari timur, Microsoft adalah raksasa dari barat. Menariknya lagi, kedua perusahaan raksasa itu memiliki strategi yang jauh berbeda.

 

Investasi Tencent Sepanjang 2020

Tencent merupakan investor yang agresif. Hal ini sudah menjadi rahasia umum. Di tengah pandemi sekalipun, Tencent tidak berhenti berinvestasi. Pada 2020, Tencent ikut serta dalam 170 ronde pendanaan, menurut database milik startup Tiongkok, ITJuzi. Secara total, Tencent telah berinvestasi di 800 perusahaan. Lebih dari 70 perusahaan yang dimodali oleh Tencent telah menjadi perusahaan publik dan lebih dari 160 perusahaan memiliki valuasi melewati US$100 juta, menurut laporan TechCrunch.

Sebagai konglomerasi, Tencent memiliki bisnis di berbagai bidang, termasuk game. Di dunia game, Tencent berhasil menjadi publisher game terbesar di dunia dengan mengakuisisi atau membeli saham dari perusahaan-perusahaan game besar. Dua perusahaan yang masuk dalam portofolio investasi Tencent antara lain Riot Games, developer League of Legends dan Epic Games, developer Fortnite.

Sepanjang 2020, Tencent telah menanamkan investasi di 31 perusahaan game. Sebagian besar investasi ini melibatkan perusahaan Tiongkok. Berdasarkan data Niko Partners, 23 dari 31 perusahaan game yang mendapatkan kucuran dana dari Tencent merupakan perusahaan Tiongkok. Meskipun begitu, Tencent juga mendukung sejumlah perusahaan game dari Barat, seperti Roblox.

Daftar investasi Tencent sepanjang 2020. | Sumber: Niko Partners
Daftar investasi Tencent sepanjang 2020. | Sumber: Niko Partners

Seperti yang bisa Anda lihat pada tabel di atas, jenis investasi yang Tencent lakukan sepanjang tahun 2020 beragam, mulai dari akuisisi, merger, sampai pembelian saham, baik saham minoritas maupun mayoritas. Selain itu, mereka juga ikut dalam beberapa ronde pendanaan yang diadakan oleh sejumlah perusahaan game. Jumlah transaksi di dunia game yang Tencent lakukan pada 2020 naik hingga 3 kali lipat jika dibandingkan dengan total investasi yang mereka buat pada 2019 dan naik 4 kali lipat jika dibandingkan dengan jumlah transaksi mereka pada 2017.

Besar uang yang Tencent keluarkan untuk setiap transaksi pada 2020 juga beragam. Misalnya, mereka mengeluarkan lebih dari US$70 ribu untuk mendapatkan 31,25% saham FanPass. Sementara untuk mendorong merger antara dua platform streaming game terbesar di Tiongkok, Huya dan DouYu, Tencent rela menanamkan investasi lagi sebesar US$810 juta di Huya. Transaksi terbesar Tencent pada 2020 adalah ketika mereka membeli Leyou Technology seharga US$1,5 miliar.

“Soal Merger & Acquisition (M&A), Tencent cenderung konservatif. Biasanya, mereka menanamkan modal di perusahaan-perusahaan game yang sudah terbukti sukses atau berhasil merilis game populer,” kata Niko Partners dalam laporan mereka. “Sementara pada 2020, mereka lebih proaktif dalam menanamkan investasi di segmen gaming.”

Memang, dari portofolio investasi Tencent, terlihat bahwa mereka punya kecenderungan untuk membeli saham dari perusahaan-perusahaan game besar, seperti Riot Games. Namun, pada 2020, mereka mulai menunjukkan ketertarikan untuk memberikan modal pada perusahaan game yang lebih kecil. Mereka juga mulai menanamkan investasi ketika perusahaan masih muda. Walau dikenal dengan game-game mobile seperti PUBG Mobile dan Arena of Valor, Tencent juga mulai memberikan modal untuk perusahaan-perusahaan yang berpengalaman dalam membuat game untuk konsol dan PC.

PUBG Mobile jadi salah satu game populer dari Tencent.
PUBG Mobile jadi salah satu game populer dari Tencent.

Menurut Niko Partners, salah satu alasan mengapa Tencent mengubah strategi investasi mereka adalah karena semakin ketatnya persaingan di industri game Tiongkok. Pasalnya, para saingan Tencent — seperti ByteDance dan Alibaba — juga mulai semakin memerhatikan industri game. Pada awal 2020, ByteDance, pemilik TikTok, dikabarkan akan membuat divisi gaming yang akan fokus untuk membuat game bagi para gamer hardcore, lapor GamesIndustry.

Hal lain yang mendorong Tencent untuk mengubah strategi investasi mereka adalah kesuksesan MiHoYo dengan Genshin Impact dan Lilith Games dengan AFK Arena. Kedua game itu menawarkan sesuatu yang sama sekali berbeda dari game-game Tencent. Meskipun begitu, Niko menyebutkan, posisi Tencent sebagai perusahaan game nomor satu tidak akan tergantikan dalam waktu dekat. Hanya saja, mereka tidak boleh lengah jika mereka ingin agar game-game mereka tetap menjadi game favorit di kalangan gamer.

 

Microsoft Akuisisi Zenimax

Tencent bukan satu-satunya perusahaan yang aktif berinvestasi pada 2020. Microsoft juga masih melakukan akuisisi di tengah pandemi. Hanya saja, strategi Microsoft bertolak belakang dengan strategi Tencent. Jika Tencent lebih memilih untuk menyebar modal di puluhan perusahaan game, Microsoft justru fokus pada satu transaksi, yaitu akuisisi ZeniMax Media. Untuk itu, mereka bahkan rela mengeluarkan US$7,5 miliar.

ZeniMax dikenal sebagai perusahaan induk dari Bethesda. Namun, mereka juga membawahi sejumlah game studio lain, yaitu:

  • Alpha Dog – Wraithborne, Montrocity: Rampage
  • Arkane Studios – Dishonored, Prey, Deathloop
  • Bethesda Game Studio – The Elder Scrolls, Fallout, Starfield
  • id Software – Doom, Quake, Rage
  • MachineGames – Wolfenstein
  • Rondhouse Studios
  • Tango Gameworks – The Evil Within, Ghostwire: Tokyo
  • ZeniMax Online Studios – The Elder Scrolls Online, Fallout 76

“Dengan mengakuisisi Bethesda, kami menggandakan kapasitas kami untuk membuat konten gaming,” kata CEO Microsoft, Satya Nadella, seperti dikutip dari Bloomberg. Pertanyaannya, bagaimana akuisisi ZeniMax akan memengaruhi strategi tim Xbox?

Microsoft bakal memasukkan game-game Bethesda ke Xbox Game Pass.
Microsoft bakal memasukkan game-game Bethesda ke Xbox Game Pass.

Seperti yang disebutkan oleh The Verge, game eksklusif menjadi salah satu taktik Sony untuk mendorong penjualan PlayStation. Mereka mengakuisisi developer mumpuni untuk membuat game berbasis franchise, seperti Spider-Man dan Horizon Zero Dawn. Selain itu, mereka juga menjalin hubungan baik dengan perusahaan-perusahaan game Jepang, seperti From Software dan Square Enix. Dengan begitu, mereka bisa menjamin bahwa game-game buatan developer itu — seperti Final Fantasy atau Demon’s Souls — akan diluncurkan untuk PlayStation terlebih dulu.

Namun, sejak meluncurkan Xbox Game Pass pada 2017, Microsoft tampaknya tak lagi terlalu tertarik untuk merilis game eksklusif di Xbox. Pasalnya, game-game yang masuk dalam katalog Xbox Game Pass bisa dimainkan melalui PC berbasis Windows atau bahkan Android melalui xCloud. Dengan mengakuisisi ZeniMax, Microsoft akan bisa memasukkan game-game buatan Bethesda dan studio-studio lain di bawah ZeniMax.

“Bethesda mengambil langkah berani ketika mereka merilis seri The Elder Scrolls untuk Xbox pertama. Tak hanya itu, mereka juga mendukung Xbox Game Pass sejak awal peluncurannya. Dengan begitu, game-game mereka bisa dimainkan oleh banyak orang di berbagai perangkat. Mereka juga sangat memerhatikan teknologi gaming baru, seperti cloud streaming,” kata Xbox Head, Phil Spencer. Lebih lanjut dia menyebutkan, mereka akan memasukkan game-game legendaris Bethesda ke Xbox Game Pass untuk konsol dan PC.

Rencana dan Fokus Bisnis AnyMind Indonesia Tahun 2021

Meskipun konsep dan bentuk layanan yang ditawarkan beragam, namun sudah banyak platform lokal hingga asing yang menawarkan cara baru melakukan kegiatan pemasaran memanfaatkan influencer. Salah satu platform yang menawarkan bermain di ranah tersebut adalah AnyMind Group.

Kepada DailySocial, Country Manager AnyMind Group Indonesia Lidyawati Aurelia mengungkapkan, perusahaan mengalami pertumbuhan yang positif, bukan hanya untuk pemasaran digital dan influencer namun juga direct-to-consumer (D2C) dan publisher.

“Kami juga mengembangkan dan meningkatkan solusi penawaran programmatic dan solusi kreatif strategis untuk klien, termasuk menambah peluang pendapatan, baik itu membuat merchandise sendiri atau memaksimalkan penggunaan media sosial,” kata Lidyawati.

Saat ini perusahaan mengklaim telah memiliki beberapa fokus untuk tiap produk. Untuk penawaran pemasaran influencer, AnyTag (sebelumnya CastingAsia), perusahaan ingin memberikan solusi yang lebih baik dan pelaporan secara real-time kepada pelanggan. Telah diluncurkan juga penawaran D2C untuk mendukung pembuat konten eksklusif, setelah sebelumnya diklaim mengalami kesuksesan di Jepang dan Thailand.

Di Indonesia sendiri saat ini sudah ada beberapa layanan yang mengakomodasi kebutuhan pemasaran melalui jaringan influencer, seperti Hiip, Partipost, Verikool, dan lain-lain.

Pandemi dan pertumbuhan bisnis

Selama pandemi perusahaan dihadapkan dengan tantangan yang besar dan tentunya memiliki dampak yang cukup besar. Setelah memberlakukan aturan bekerja di rumah sejak bulan Maret lalu untuk pegawai di Indonesia, saat ini mulai terlihat pemulihan dan semakin banyak brand yang mempercepat langkah mereka dalam transformasi digital.

“Berdasarkan kampanye yang dijalankan di platform AnyTag, terdapat peningkatan yang mencolok dalam jumlah kampanye pemasaran influencer oleh brand setelah Covid-19 dinyatakan sebagai pandemi, terutama yang berpusat di sekitar pemasaran brand,” kata Lidyawati.

Pada saat yang sama, bisnis publisher yang dimiliki juga mengalami perkembangan sepanjang tahun, dengan lebih banyak publisher yang menggunakan platform AnyManager. AnyMind Group juga mengambil bagian dalam Google News Initiative untuk penerbit Indonesia.

“Pada akhirnya, apa yang pandemi lakukan bagi kami adalah memosisikan diri kami sebagai mitra terpercaya untuk influencer marketing, marketers, publishers, dan pemilik bisnis – dengan solusi kami di seluruh pengembangan brand, manufaktur cloud, e-commerce, pemasaran dan lainnya,” kata Lidyawati.

Akuisisi ENGAWA

Bertujuan untuk memanfaatkan keahlian ENGAWA dalam pengembangan dan distribusi barang dagangan, AnyMind Group mengumumkan penyelesaian akuisisi penuh atas perusahaan pemasaran berbasis di Jepang tersebut. Dengan sumber daya gabungan dari AnyMind Group dan ENGAWA, nantinya calon entrepreneur di Indonesia dapat memproduksi produk mereka di Jepang dan menjual serta mengirimkan produk ke Eropa secara online.

“Apa yang kami lihat untuk pasar di luar Jepang adalah memanfaatkan keahlian luas ENGAWA dalam merchandising dan distribusi internasional, dan jaringan pabrikan dan produsen Jepang di seluruh Jepang, untuk meningkatkan kemampuan D2C kami,” kata Lidyawati.

Tahun ini AnyMind Group memiliki beberapa target yang ingin dicapai, di antaranya adalah ingin membuat bisnis tanpa batas atau “Make every business borderless”. Tidak lagi hanya bisnis inbound dan outbond, ke depannya menjadi diharapkan bisa menjadi “Doing Business” dengan menciptakan infrastruktur untuk bisnis generasi mendatang. Misalnya, seorang ibu rumah tangga di Indonesia dapat membeli produk dari brand Thailand, buatan Taiwan, dan dengan mudah diantarkan langsung ke rumah.

“Digital adalah masa depan, dan pelanggan dapat menemukan brand baru dari seluruh dunia, melakukan pembelian secara online, dan mendapatkan produk di tangan mereka dalam waktu singkat,” kata Lidyawati.

Sea Group Rekrut Tim di Indonesia untuk Dorong Kehadiran Bank Digital

Di awal bulan Desember lalu, Sea Group, perusahaan induk Shopee, diberi lisensi perbankan digital penuh di Singapura, bersama dengan konsorsium Grab-Singtel, dalam sebuah langkah yang diharapkan dapat membuka lebar jalan industri keuangan di negara tersebut.

Selain Singapura, Indonesia — ekonomi terbesar di Asia Tenggara — juga menjadi pasar seksi bagi fintech dan bank digital. KrASIA menemukan bahwa Sea Group kemungkinan besar mengakuisisi pemberi pinjaman lokal di negara tersebut untuk membangun bisnis perbankannya sendiri. Menurut situs karier Shopee (sudah ditutup ketika diakses saat ini), perusahaan saat ini tengah merekrut tim lokal untuk ditempatkan di “SeaMoney Bank” di Jakarta dan Bandung, yang mencakup peran manajemen talenta, pajak, dan manajemen pendanaan.

Ketika disinggung mengenai hal ini, Sea Group menolak berkomentar. Perusahaan juga tidak berkomentar tentang peningkatan perekrutan di Jakarta dan Bandung. Laman karir tersebut menunjukkan bahwa tim baru akan ditempatkan di “SeaMoney – Bank BKE (bagian dari Sea Group), berlokasi di Menteng, Jakarta Pusat”. Artinya, perusahaan yang dimaksud bisa jadi adalah Bank Kesejahteraan Ekonomi (BKE) yang berkantor pusat di Menteng.

Menurut situsnya, Bank BKE didirikan pada tahun 1992 dan hampir 95% sahamnya dimiliki perusahaan bernama Danadipa Artha Indonesia. Informasi publik mengenai pemegang saham memang masih minim, namun salah satu direktur Danadipa Artha Indonesia bernama Intan Apriadi juga menjabat sebagai komisaris di Lentera Dana Nusantara, menurut profil LinkedIn-nya. Lentera Dana Nusantara adalah perusahaan fintech yang mengoperasikan ShopeePay Later. Maka dari itu, besar kemungkinan Sea memiliki hubungan langsung ke Bank BKE melalui Danadipa Artha Indonesia.

Menurut seorang analis yang mengetahui hal tersebut, perkembangan perbankan digital di Indonesia berbeda dengan di Singapura. “Di Singapura, pemain fintech baru akan mengajukan izin pembukaan bank, sementara di Indonesia, calon bank digital mengakuisisi bank lokal yang sudah memiliki izin,” ujarnya.

Bank digital menjadi sektor yang makin dilirik

Saat ini belum jelas produk apa yang akan ditawarkan oleh bank digital Sea di Indonesia. Situs karier Shopee hanya menyebutkan bahwa SeaMoney “memungkinkan dan mendorong inovasi dengan menyediakan berbagai macam produk dan layanan keuangan untuk individu dan UKM di seluruh wilayah”.

Analis yang berdiskusi dengan KrASIA mengatakan bahwa bank baru tersebut kemungkinan akan menawarkan pinjaman untuk penjual di ekosistem Shopee. “Untuk perusahaan teknologi seperti Shopee dan Gojek, saya berharap layanan perbankan dapat membantu masyarakat yang sudah berada di dalam ekosistem,” ucapnya. “Misalnya, pengemudi Gojek mencari kredit mobil atau motor, atau bahkan kredit perumahan. Begitu pula bank Sea kemungkinan besar akan menawarkan produk untuk penjual Shopee ke depannya.”

Ketika sektor fintech semakin matang, perbankan digital akan menjadi sektor yang sangat menarik perhatian di Indonesia. Perusahaan teknologi lain sudah memposisikan diri mereka di pasar. Gojek baru-baru ini berinvestasi di Bank Jago melalui unit pembayaran dan layanan keuangannya, yang memiliki sekitar 22% pemberi pinjaman. Pada 2019, perusahaan fintech Akulaku mengakuisisi Bank Yudha Bhakti, yang berganti nama menjadi Bank Neo Commerce tahun lalu.


Artikel ini pertama kali dirilis oleh KrASIA. Kembali dirilis dalam bahasa Indonesia sebagai bagian dari kerja sama dengan DailySocial

EA Siapkan $1,2 Miliar untuk Mengakuisisi Codemasters

Pecinta sejati game balapan semestinya sudah tidak asing lagi dengan nama Codemasters. Developer asal Inggris tersebut sudah berkiprah selama lebih dari tiga dekade, dan selama itu mereka telah melahirkan franchise game balapan yang populer seperti DiRT, GRID, maupun F1, plus Project CARS via akuisisi di tahun 2019 lalu.

Dalam waktu dekat, tepatnya di kuartal pertama 2021, keempat franchise tersebut bakal berada di bawah satu payung yang sama dengan franchise tenar lain seperti Need for Speed, Burnout, maupun Real Racing. Pasalnya, Electronic Arts (EA) sudah setuju untuk mengakuisisi Codemasters dengan nilai sebesar $1,2 miliar (± Rp17 triliun).

Buat yang mengikuti perkembangan Codemasters, Anda mungkin bakal terkejut mendengar kabar ini, sebab di bulan November kemarin sempat beredar isu bahwa Codemasters bakal dibeli oleh Take-Two Interactive. Kenapa akhirnya Codemasters lebih memilih EA ketimbang Take-Two? Simpel, karena penawaran EA jauh lebih besar – $1,2 miliar dibanding penawaran Take-Two di kisaran $870 juta.

F1 2020 / Codemasters
F1 2020 / Codemasters

Kehadiran Codemasters dan seluruh kekayaan intelektualnya (IP) tentu bakal semakin memperkuat posisi EA di kategori racing game. Kendati demikian, kuat masih belum berarti monopoli, sebab EA masih harus berhadapan dengan dua franchise game balapan kuat lain, yakni Forza Motorsport di platform Xbox dan PC, serta Gran Turismo di PlayStation.

Di saat yang sama, kabar ini mungkin juga bisa membuat sejumlah penggemar setia seri DiRT dan F1 khawatir akan masa depan game balapan favoritnya. Sebagian dari mereka mungkin beranggapan bahwa seri DiRT dan F1 ke depannya bakal ‘dinodai’ dengan microtransaction yang berlebihan, dan kalau melihat riwayat EA selama ini, kekhawatiran semacam itu bisa dibilang cukup wajar.

Dari kacamata yang positif, akuisisi ini bisa juga diartikan para penggemar racing game ke depannya tak perlu membayar mahal untuk dapat menikmati hampir semua seri favoritnya, sebab sudah pasti seri DiRT, F1, GRID dan Project CARS bakal ditambahkan ke katalog layanan subscription EA Play. Kalau perlu, konsumen malah bisa berlangganan Xbox Game Pass yang sudah mencakup EA Play, dan di sana mereka juga akan mendapatkan akses ke seri Forza Motorsport sekaligus.

Sumber: Games Industry.

Slack Diakuisisi Salesforce Senilai $27,7 Miliar

Kabar mengejutkan datang dari Slack. Salah satu platform komunikasi tim paling populer itu bakal diakuisisi oleh Salesforce dengan nilai transaksi sebesar $27,7 miliar (± Rp393 triliun). Kabar ini telah dikonfirmasi langsung oleh Salesforce setelah rumornya sempat ramai dibicarakan dalam sepekan terakhir.

Proses akuisisinya diperkirakan bakal selesai pada pertengahan 2021 mendatang. Apa artinya akuisisi ini bagi para pengguna Slack masih belum dijelaskan secara merinci, tapi yang pasti Salesforce sudah punya rencana untuk mengintegrasikan Slack lebih jauh lagi ke deretan layanan berbasis cloud-nya.

Slack nantinya bakal menjadi interface baru dari Salesforce Customer 360, sebuah tool yang Salesforce ciptakan di tahun 2018 dengan tujuan untuk memudahkan para pelanggannya menghubungkan beragam layanan besutan Salesforce. Singkat cerita, Salesforce bakal memperlakukan Slack sebagai medium utama untuk urusan komunikasi dan kolaborasi, baik secara internal maupun untuk para pelanggannya.

Rencana ini tentu saja juga didasari oleh fakta bahwa Slack belum lama ini meluncurkan fitur baru yang mereka namai Slack Connect. Dari perspektif yang paling sederhana, Slack Connect dirancang untuk memuluskan komunikasi antar perusahaan atau organisasi sekaligus mengurangi pertukaran email yang terjadi.

Sebanyak 20 organisasi sekaligus dapat saling berinteraksi dalam satu channel Slack Connect, dan ini tentunya bakal sangat berguna bagi Salesforce, sekali lagi untuk urusan internal maupun untuk kebutuhan perusahaan-perusahaan yang menggunakan layanannya.

Kedekatan antara Slack dan Salesforce sendiri sudah berlangsung sejak lama. Dengan mengakuisisi Slack, Salesforce kini punya amunisi tambahan untuk menjadi penyedia solusi bisnis yang lengkap dan bersaing melawan Microsoft di pasar layanan berbasis cloud. Kebetulan Microsoft sendiri juga punya platform pesaing Slack, yaitu Microsoft Teams.

Dalam beberapa bulan terakhir, Microsoft Teams terus bertambah populer seiring meroketnya penggunaan aplikasi produktivitas selama masa pandemi. Selain Google Meet, Teams merupakan salah satu alternatif terlaris terhadap Zoom. Slack di sisi lain malah terus merugi semenjak masuk ke bursa saham di bulan Juni 2019, dan tren kerja dari rumah pun rupanya tetap tidak bisa membantu mereka mencetak laba.

Sumber: VentureBeat dan Salesforce. Gambar header: Stephen Phillips via Unsplash.

FunPlus Phoenix Akuisisi Roster VALORANT di Region Eropa

Organisasi esports asal Tiongkok, FunPlus Phoenix, secara resmi memperkenalkan deretan roster VALORANT mereka. Dalam sebuah pengumuman yang dirilis di lini masa mereka, tim FPX menyatakan telah merekrut satu tim VALORANT berisikan 5 roster sekaligus.

Sebagai debutnya, tim VALORANT yang membawa bendera FPX akan berlaga di gelaran turnamen IGNITION SERIES yang dihelat oleh Allied Esports. Di beberapa waktu sebelumnya tim yang sekarang menjadi bagian dari organisasi esports FPX bersama dengan organisasi esports asal Turki, BBL Esports, mengamankan masing-masing 1 slot fase grup dengan menyisihkan beberapa tim lainnya di fase kualifikasi.

Dengan berlaga di fase grup, tim FPX akan berhadapan dengan tim-tim dengan predikat powerhouse di skena kompetitif game FPS di region Eropa seperti G2 Esports, Team Liquid yang sebelumnya mengakuisisi seluruh roster tim Fish 123,  dan tim Ninjas in Pyjamas.

Adapaun di gelaran turnamen disiplin game League of Legends tim FPX tampil unggul dan membuat namanya diingat oleh tim-tim dari region Eropa. Doinb bersama rekan-rekannya di tim FPX menaklukkan gelaran turnamen League of Legends World Championship dengan menundukkan tim G2 Esports dan merebut gelar juara dunia.

Sedangkan dengan roster yang terdiri dari campuran pemain berkebangsaan Swedia, Ukraina dan Rusia, hal ini juga mendatangkan komentar dan respon dari komunitas gamers internasional. Langkah organisasi esports FPX mengambil roster dari region Eropa bisa saja menandakan rencana ekspansi FunPlus Phoenix untuk menjadi organissasi esports bertaraf global. Pertemuan antara tim FPX dan tim G2 Esports diperkirakan akan mengulang kembali rivalitas kedua tim seperti pada disiplin game League of Legends.

Berikut adalah jajaran roster VALORANT dari tim FunPlus Phoenix;

  • Pontus “Zyppan” Eek,
  • Andrey “Shao” Kiprsky,
  • Kirill “ANGE1” Karasiow,
  • Johan “Meddo” Renbjörk
  • Tobias “shadow” Flodström
  • Erik “d00mbr0s” Sandgren (coach)

Lebih jauh lagi, selain Zyppan, seluruh roster VALORANT tim FPX adalah pemain veteran pada disiplin game CS:GO. Di matchday pertama di tanggal 11 Agustus 2020 kemarin, tim FPX tampil menghadapi Team Liquid dan berakhir imbang. Setidaknya hasil kemarin bisa memberikan sedikit gambaran akan potensi yang menjanjikan dari tim FPX di skena kompetitif region Eropa.

Tencent Berencana Akuisisi Leyou, Developer Warframe

Leyou Technologies mengumumkan bahwa mereka sedang berdiskusi dengan Tencent terkait potensi akuisisi. Diskusi ini bersifat eksklusif. Artinya, Leyou tidak dapat membuka negoisasi akan potensi akuisisi dengan perusahaan lain selama tiga bulan ke depan. Namun, Leyou mengungkap, hal ini bukan jaminan bahwa Tencent akan mengakuisisi Leyou.

Pada awalnya, Leyou adalah perusahaan yang bergerak di bidang makanan. Mereka lalu beralih ke industri game dan membeli beberapa developer game, termasuk Digital Extremes dan Splash Damage. Digital Extremes dikenal dengan game buatannya Warframe, sementara Splash Damage adalah developer yang membuat Dirty Bomb. Selain itu, Splash Damage juga tengah bekerja sama dengan Microsoft untuk mengembangkan game Gears Tactics baru. Mereka juga sedang berkolaborasi dengan Google Stadia dalam sebuah proyek yang belum diumumkan.

tencent warframe
Leyou memiliki beberapa studio. Salah satunya adalah Digital Extremes, developer Warframe. | Sumber: Steam

Tencent adalah publisher game terbesar di dunia saat ini. Selama ini, strategi mereka adalah mengakuisisi dan membeli saham dari berbagai developer ternama, seperti Riot Games. Belakangan, Tencent juga sibuk membeli saham dari berbagai developer game, termasuk Supercell dan Marvelous. Mereka juga dikabarkan berencana untuk mengakuisisi Funcom, developer dari Conan Exiles. Salah satu alasan mengapa Tencent tertarik untuk membeli Leyou adalah karena perusahaan itu dapat membuat game PC modern berbasis layanan.

“Tencent terus melanjutkan ekspansi global mereka dengan mengakuisisi berbagai studio game yang akan memperkuat posisi mereka di pasar game PC, mobile, dan konsol, baik di pasar Tiongkok maupun pasar global,” kata analis Niko Partners, Daniel Ahmad pada GamesBeat. “Leyou memiliki beberapa studio yang ahli dalam membuat game free-to-play untuk konsol dan PC. Segmen tersebut menarik untuk Tencent karena mereka sedang melakukan ekspansi global.”

Sementara itu, kepada CNBC, Piers Harding-Rlls, Head of Games Research, Ampere Analysis berkata, “Menurut saya, alasan Leyou mencari pembeli adalah karena game utama mereka, Warframe, sempat mengalami masalah pada 2019 berkat siklus update yang lambat dan munculnya pesaing baru. Meskipun mereka punya strategi untuk menumbuhkan game tersebut, mereka perlu investasi untuk meningkatkan engagement para pemain.”