Jadi Mitra Ovo, Platform P2P Lending Do-It Siap Layani Seluruh Indonesia

Startup p2p lending Do-It siap mengembangkan layanannya ke seluruh Indonesia berkat kemitraannya dengan Ovo sebagai penyalur pinjaman online, baik channel online maupun offline. Do-It akan menjangkau 115 juta basis pengguna Ovo di 300 kota agar semakin kenal dengan layanan fintech lending.

“Tujuan kerja sama ini adalah meningkatkan awareness publik akan teknologi finansial, yang pada akhirnya dapat membantu mewujudkan inklusi keuangan. Pada tahap ini, kami bekerja sama dengan Ovo untuk menjangkau 115 juta basis pengguna Ovo di 300 kota agar bisa tersentuh produk pinjaman online Do-It,” terang Direktur Do-It Kadi kepada DailySocial.

Kadi tidak merinci lebih lanjut bagaimana bentuk nyata dari kemitraan ini. Kemungkinan besar, Do-It akan tersedia di aplikasi Ovo dan pengguna bisa langsung memanfaatkan layanan Do-It langsung dari sana.

Dari pantauan DailySocial, Ovo sudah mengirim notifikasi kepada para penggunanya yang terpilih terkait layanan Do-It. Namun sejauh ini belum tersedia langsung dalam aplikasi Ovo, sehingga untuk pengajuan pinjaman masih diarahkan ke aplikasi Do-It.

Notifikasi dari Ovo untuk perkenalan layanan Do-It / DailySocial
Notifikasi dari Ovo untuk perkenalan layanan Do-It / DailySocial

Rencana ini sebelumnya pernah disinggung CPO Ovo Albert Lucius yang menyebut Ovo akan melengkapi layanan finansial meliputi asuransi, cicilan online tanpa kartu kredit, dan pinjaman online. Seluruh layanan tersebut akan paralel hadir pada kuartal pertama tahun ini lewat kemitraan dengan berbagai perusahaan.

Kadi menjelaskan untuk dukung kemitraan ini, pihaknya berkomitmen akan terus memberikan edukasi kepada lebih banyak orang lewat roadshow dan membuat acara di berbagai lokasi. Tahun lalu Do-It melakukan kegiatan di 12 kota di Jawa, Sumatera, Bali, dan Sulawesi.

“Tahun ini kami akan lebih meningkatkan edukasi keuangan di bagian Indonesia Timur.”

Model bisnis Do-It

Tim Do-It / Do-It
Tim Do-It / Do-It

Do-It sudah berdiri sejak 1 Februari 2018 dan telah mengantongi surat terdaftar dari OJK per tanggal 23 Mei 2018. Untuk model bisnisnya, Do-It tidak hanya memberikan kredit yang sifatnya konsumtif juga produktif. Nasabah bisa memanfaatkan dana yang mereka terima untuk bangun usaha.

“Fokus kami selalu memberikan yang terbaik kepada pengguna, di mana pemilik dana akan mendapatkan imbal hasil yang menarik dan calon peminjam bisa memperoleh dana talangan dengan cepat.”

Dari penjelasannya, Do-It memberikan pinjaman dana cepat dengan nominal dari Rp600 ribu sampai Rp1 juta dengan tenor 7 hari-14 hari. Bunga tahunan yang dipatok tidak melebihi 10,4%. Ambil contoh, untuk pinjaman sebesar Rp1,2 juta beban bunga yang diberikan adalah 1,4%. Ketika jatuh tempo tiba maka nasabah harus membayar Rp1,216 juta.

Dokumen yang dibutuhkan untuk mengajukan pinjaman hanya KTP nasabah, tanpa agunan sama sekali. Lalu mengisi kelengkapan informasi lainnya lewat aplikasi Do-It, seperti nomor handphone, pendapatan yang mapan, dan akun bank. Kemudian mengisi jumlah dan durasi pinjaman yang diinginkan. Seluruh proses ini diklaim hanya butuh waktu 5 menit saja.

“Do-It didukung dengan teknologi yang canggih, sesuai moto kami yaitu aman, cepat, dan nyaman. Setelah pengajuan pinjaman, pencairan hanya dalam hitungan menit. Selain itu, tim desk collection kami bekerja sesuai aturan OJK. Kenyamanan nasabah sangat kami utamakan.”

Setelah masuk ke proses analisa dalam kurun waktu 1 hari, apabila nasabah lolos dana akan langsung ditransfer ke rekening bank. Juga mengirimkan hasil verifikasi lewat SMS. Apabila ada keterlambatan pembayaran, nasabah akan dikenakan denda 1% dari total pinjaman dalam tiga hari pertama. Jika nasabah baru bisa bayar di hari berikutnya (hari ke-4), denda naik jadi 4%.

Adapun untuk pemberi pinjaman, Do-It memberi imbal hasil sebesar 14%-18% per tahun sesuai dengan tingkat risikonya. Untuk registrasinya, minimal harus berusia 18 tahun, berdomisili pajak di Indonesia dengan memberikan bukti NPWP, dan KTP.

Tanpa menyebut angka spesifik, Kadi menerangkan hingga Desember 2018 Do-It telah melayani lebih dari 60 ribu nasabah di 30 provinsi di Indonesia.

Ovo Segera Perluas Layanan Finansial di Tahun 2019

Ovo segera perluas layanan finansial untuk para penggunanya, setelah mengawali bisnis sebagai platform pembayaran. Layanan finansial yang tengah dikembangkan adalah asuransi, cicilan online tanpa kartu kredit, dan pinjaman online. Rencananya seluruh layanan ini akan hadir secara paralel pada kuartal pertama tahun 2019.

CPO Ovo Albert Lucius menjelaskan, untuk menyediakan seluruh layanan ini perusahaan terbuka untuk menjalin kerja sama dengan berbagai mitra. Hal tersebut ditekankan mengingat konsep Ovo adalah open platform.

Ia enggan merinci seperti apa bentuk konkret dari layanan baru yang akan dirilis. Namun ia menggambarkan pengguna Ovo terdiri dari berbagai segmen, di antaranya kalangan UKM dan pengemudi Grab. Para pengguna tersebut nantinya bisa mengajukan pinjaman buat mengembangkan usaha mereka.

Khusus untuk cicilan online, Albert menuturkan saat ini baru berjalan uji cobanya dengan Tokopedia, bekerja sama dengan startup fintech lending Taralite. Produk tersebut dinamai OVO PayLater.

“Jadi kan ada merchant, driver, dan agen; kalau mereka butuh capital bisa langsung dari partner-nya. Sementara partner-nya Ovo ada banyak, seperti Grab punya partner-nya sendiri misalnya Toyota. Nah kami bisa hadir di situ, intinya Ovo sebagai wadahnya,” terang Albert, yang dulunya memegang posisi sebagai Co-Founder dan CEO Kudo, Kamis (20/12).

Dengan jaringan pengguna yang besar, menurut Albert, inovasi ini merupakan nilai tambah yang bisa diberikan perusahaan kepada seluruh merchant, pengemudi, dan agen pengguna Ovo.

Tak hanya mengembangkan layanan finansial, sambungnya, Ovo juga bakal memperbaiki aplikasi untuk end-user. Menurut Albert, masih banyak hal dari aplikasi yang perlu diperbaiki agar memberikan nilai lebih.

Aplikasi Ovo sejauh ini sebatas digunakan apabila pengguna ingin melakukan pembayaran ke merchant. Padahal di dalam aplikasi ada voucher dan deals yang bisa dipakai, namun masih jarang yang memanfaatkannya.

“Sekarang kita ada akses jaringan ke merchant, banyak kesempatan bisnis yang bisa kita kembangkan buat mereka. Tujuan kita adalah mendukung bisnis ​merchant, khususnya dari sektor UKM untuk mengembangkan bisnis dan mencapai inklusi keuangan yang berkesinambungan.”

Perkembangan setahun Ovo

CEO Ovo Jason Thompson menerangkan, fondasi Ovo dibangun secara perlahan per kuartalnya. Pada kuartal pertama, mempelajari pasar Indonesia dan mulai membangun teknologi untuk strategi awal sebagai platform pembayaran offline di mall.

Kemudian pada kuartal kedua dilanjutkan dengan kemitraan strategis dengan Bank Mandiri, Grab, dan Moka untuk strategi O2O. Berikutnya, merambah kemitraan strategis lainnya dengan Alfamart, Kudo, dan Tokopedia untuk pembayaran online.

“Pada tahun pertama, Ovo tidak ingin menjadi platform pembayaran seperti kebanyakan. Kami ingin melayani pasar sesuai dengan apa yang dibutuhkan. Jadi langkah yang kami ambil adalah menjadikan Ovo sebagai open platform yang bisa menghubungkan berbagai partner,” terang Thompson.

Dari data yang diumumkan, Ovo mengklaim memiliki 115 juta basis pengguna, sekitar 77% di antaranya berlokasi di luar Jabodetabek. Volume transaksi tembus lebih dari 1 miliar dalam setahun dengan pertumbuhan 400%, mayoritas berasal dari sektor transportasi, ritel, dan e-commerce.

Volume transaksi pembayaran yang telah diproses (Total Payments Value/TPV) naik 75x lipat. Adapun dana yang mengendap (stored value) tiap kuartalnya tumbuh 52%.

Ovo dapat dipakai sebagai platform pembayaran digital di lebih dari 500 ribu gerai offline. Berikutnya, hampir 180 ribu merchant UKM yang sudah bermitra dapat menerima pembayaran dengan kode QR.

Untuk top up dompet digital Ovo kini dapat dilakukan melalui lebih dari 1 juta top-up points, termasuk pengemudi Grab, ATM Mandiri, dan Alfamart. Cakupan layanan Ovo menjangkau 93% layanan di Indonesia.

Seluruh pencapaian tersebut membuat Ovo percaya diri untuk mengklaim sebagai platform pembayaran terbesar dengan jangkauan terluas se-Indonesia.

“Kini Ovo menjadi platform yang paling lengkap untuk semua use case. Ini sesuai dengan ambisi kami yang ingin hadir di setiap touch point para pengguna di kehidupan sehari-harinya dengan menganut konsep open platform. Kami juga bakal perbanyak kemitraan dengan pemerintah dan swasta untuk mewujudkan inklusi keuangan yang rata,” tutup Direktur Ovo Harianto Gunawan.

Application Information Will Show Up Here

OVO and Kudo Engaged in Strategic Partnership

OVO and Kudo announced their strategic partnership for system integration. One of the realizations is allowing Kudo’s users to use OVO’s e-money balance. The partnership will bring 1.4 million agents of Kudo’s network to OVO’s platform. It’s to strenghten OVO’s position as a payment platform in Indonesia.

The integration is expected to bring benefit for Kudo with OVO’s user base that has reached 60 million people. Moreover, the partnership allows Kudo to offer a broader payment service to its agents.

Adrian Suherman, OVO’s President Director, emphasized that this partnership confirms OVO’s objective as an open platform. It’s to be integrated with various public’s on-demand services, anywhere.

OVO is a subsidiary of Lippo Group focused on digital payment platform. Kudo is an O2O agent-based payment startup. Both companies have a special relationship with Grab. OVO as GrabPay support system and Kudo has been acquired by Grab.

Kudo made its debut in 2014, helping agents (generally from stalls and SMEs) in more than 500 cities. Kudo’s services provide access to all kinds of payment includes PPOB, ticketing, e-commerce purchasing, insurance, and lending money provider.

“The strategic partnership with OVO marks an important milestone for Kudo in Indonesia as we strive to accelerate growth. OVO and Kudo can now take advantage of each expertise and network to launch mobile payment service to millions of consumers and SMEs,” Albert Lucius, Kudo’s CEO, said.

On the same occasion, OVO also announced they immediately add QR Code capability to extend potential use of service. Furthermore, users can access OVO Wallet QR using OVO and Grab apps. It’s also the follow-up act to the previous collaboration with some partners, including Alfamart and Moka.


Original article is in Indonesian, translated by Kristin Siagian

OVO dan Kudo Resmikan Kemitraan Strategis

OVO dan Kudo hari ini (15/8) meresmikan kemitraan strategis untuk mengintegrasikan sistem. Salah satu realisasinya memungkinkan pengguna platform Kudo memanfaatkan saldo e-money milik OVO. Kemitraan ini turut membawa 1,4 juta agen di jaringan Kudo ke platform OVO. Hal ini dinilai dapat memperkokoh posisinya sebagai platform pembayaran di Indonesia.

Diharapkan integrasi ini turut memberikan keuntungan untuk Kudo dengan basis pengguna OVO yang sudah mencapai 60 juta orang. Kemitraan ini juga memungkinkan Kudo untuk menawarkan layanan pembayaran digital yang lebih luas untuk agennya.

Presiden Direktur OVO Adrian Suherman menekankan bahwa kemitraan ini menegaskan tujuan OVO sebagai sebuah open-platform. Yakni mampu terintegrasi dengan berbagai jenis layanan yang dibutuhkan oleh masyarakat, di mana saja.

Seperti diketahui, OVO adalah anak perusahaan Lippo Group yang berfokus pada platform pembayaran digital. Sementara Kudo adalah startup O2O pembayaran berbasis keagenan.  Kedua perusahaan juga memiliki hubungan spesial dengan Grab, OVO sebagai penopang sistem GrabPay dan Kudo telah diakuisisi oleh Grab.

Kudo melakukan debut pada tahun 2014, membantu agen (umumnya dari kalangan warung dan UKM) di lebih dari 500 kota. Layanan Kudo menyediakan akses ke berbagai jenis pembayaran, termasuk PPOB, tiket, pembelian barang e-commerce, pembayaran asuransi hingga penyediaan dana pinjaman.

“Kolaborasi strategis dengan OVO ini menandai tonggak penting bagi Kudo di Indonesia saat kami berupaya mempercepat pertumbuhan. OVO dan Kudo kini dapat memanfaatkan keahlian masing-masing dan jaringan mitra untuk meluncurkan layanan pembayaran seluler ke jutaan lebih konsumen dan UKM,” ujar CEO Kudo, Albert Lucius.

Dalam kesempatan yang sama, OVO turut mengumumkan akan segera menambahkan kapabilitas QR Code, guna memperluas potensi penggunaan layanan. Ke depan pengguna dapat mengakses OVO Wallet QR melalui aplikasi OVO dan Grab. Ini juga sebagai tindak lanjut dari upaya kerja sama yang sebelumnya dijalin dengan beberapa mitra, termasuk Alfamart dan Moka.

Application Information Will Show Up Here
Application Information Will Show Up Here

Grab Partners with PayTren

Grab announces a strategic partnership with Paytren. As initiation step on mid-January 2018, Grab will be using PayTren network to recruit new drivers through the app.

PayTren partners, currently reach 1.7 million people, will be trained on how to register new Grab driver. Partners are also open for being Grab drivers.

The strategic partnership will be valid for five years by continuous evaluation.

“This is a strong partnership, there is no investment or acquisition. We notice the partnership with local company will widen access for people who wants to join Grab,” said Jason Thompson, GrabPay Southeast Asia’s Managing Director on Wednesday (12/13).

With this strategic partnership, at least two angles targeted by three companies (Grab, Kudo and PayTren). For Grab, it is an effort to prepare GrabPay ecosystem. All PayTren partners are expected to be GrabPay customer due to their needs of its payment system they facilitate.

“It’ll end up at financial inclusion. We will not only take it to the big cities, but throughout Indonesia soon, for all 104 cities can use GrabPay immediately,” explained Ongki Kurniawan, GrabPay Indonesia’s Managing Director.

He said, due to this partnership, three companies have assets to be used as shared benefits.

Using Kudo’s technology for PayTren

The second angle is Kudo’s technology usage in supporting PayTren security system.  According to Yusuf Mansur, PayTren’s Founder & Owner, Kudo’s technology also supports company’s step to comply with Bank Indonesia’s rule, if PayTren obtains e-money license. Mansur optimist in getting the license.

“We are confident in getting the license, Insha Allah. When there is a license, the task is system and technology strengthening. We are not joking in saying this, afraid of fraud, a partnership with well-back-up technology company is needed,” said Mansur.

On BI rules, company applying for permits need to comply for several requirements, such as data center and disaster recovery center located in Indonesia while in contact with customer transaction’s protection. Both requirements mentioned are fullfilled by Kudo.

“In rules, Kudo has complied with BI rules. Also, we and PayTren are both local companies,” said Albert Lucius, Kudo’s CEO and Co-Founder.

For the collaboration development between Kudo and PayTren, Lucius said there will be Kudo’s or PayTren’s products in each platform. This is intended to encourage entrepreneurs to sell, to ultimately improve the welfare.

Grab and Kudo’s apps merger

Asked about Grab and Kudo’s merger, Lucius explained the merger process can be seen from Grab app starting to provide top-up balance in Grab Rewards. Nonetheless this is just a mere service.

In fact, Grab has two different apps, one for drivers and one for customers. Meanwhile Kudo only has one for business partners. He thought, application merger will be done slowly.

“It will not be suddenly merged [Grab and Kudo]. However, Kudo’s service connected to Grab is already started now. All Kudo’s services will be connected to Grab later.” said Lucius.


Original article is in Indonesian, translated by Kristin Siagian

Grab Gandeng PayTren Sebagai Mitra Strategis [UPDATED]

Grab resmi menggandeng PayTren sebagai mitra strategis yang diumumkan lewat penandatanganan perjanjian kerja sama. Sebagai langkah awal, pada pertengahan Januari 2018, Grab akan memanfaatkan jaringan PayTren untuk merekrut mitra pengemudi baru melalui aplikasi PayTren.

Mitra PayTren, yang kini sudah menyentuh angka 1,7 juta orang, akan diberikan pelatihan bagaimana cara mendaftarkan mitra pengemudi Grab yang baru. Mitra juga terbuka untuk digandeng sebagai mitra pengemudi Grab.

Kemitraan strategis ini berlaku selama lima tahun dengan evaluasi secara berkelanjutan.

“Ini adalah kemitraan yang kuat, tidak ada investasi atau akuisisi. Kami melihat dengan kolaborasi bersama perusahaan lokal akan memperlebar akses untuk orang-orang yang ingin bergabung ke Grab,” terang Managing Director GrabPay Southeast Asia Jason Thompson, Rabu (13/12).

Dari kemitraan strategis ini, setidaknya ada dua angle yang dibidik ketiga perusahaan (Grab, Kudo, dan PayTren). Pertama, bagi Grab jadi salah satu upaya untuk mempersiapkan ekosistem GrabPay. Diharapkan setiap mitra PayTren berpotensi menjadi nasabah GrabPay karena mereka akan membutuhkan sistem pembayaran yang bisa difasilitasi GrabPay.

“Ujung-ujungnya ke arah inklusi keuangan. Kita enggak akan bawa ini ke kota besar saja, secepatnya ke seluruh Indonesia, di mana kita berada tersebar di 104 kota bisa pakai GrabPay,” jelas Managing Director GrabPay Indonesia Ongki Kurniawan.

Menurut Ongki, berkat kemitraan ini ketiga perusahaan memiliki aset yang bisa digunakan untuk keuntungan bersama.

Manfaatkan teknologi Kudo untuk PayTren

Angle kedua adalah pemanfaatan teknologi Kudo untuk dukung sistem keamanan di PayTren. Menurut Founder dan Owner PayTren Yusuf Mansur, teknologi yang dihadirkan Kudo juga mendukung langkah perusahaan agar tetap selaras dengan aturan Bank Indonesia, apabila PayTren berhasil mengantongi lisensi uang elektronik. Yusuf Mansur optimis pihaknya yakin akan mendapat lisensi tersebut.

“Kami yakin pasti dapat, Insya Allah. Ketika sudah dapat itu, PR-nya adalah penguatan sistem dan teknologi. Kami enggak becanda ketika bicara ini, takut ada fraud makanya perlu kerja sama dengan perusahaan teknologi yang di-back-up dengan baik,” kata Yusuf Mansur.

Secara aturan yang ditetapkan BI, perusahaan yang mengajukan izin harus memiliki persyaratan, salah satunya data center dan disaster recovery center berlokasi di Indonesia ketika bersinggungan dengan perlindungan data transaksi nasabah. Kedua syarat ini disebutkan sudah dipenuhi Kudo.

“Secara aturan Kudo sudah comply dengan aturan di BI. Terlebih kami dan PayTren adalah sama-sama perusahaan lokal,” kata CEO dan Co-Founder Kudo Albert Lucius.

Untuk pengembangan kolaborasi antara Kudo dengan PayTren, menurut Albert, nantinya akan ada produk Kudo maupun PayTren yang hadir di masing-masing platform. Hal ini dimaksudkan agar mendorong para pengusaha untuk berjualan, hingga pada akhirnya dapat meningkatkan taraf kesejahteraan.

“Ini kan kerja sama, jadi lebih ke pengembangan servis saling melengkapi. Saat ini pembahasannya masih di sana dan belum ada pembicaraan untuk dilebur.”

Peleburan aplikasi Grab dan Kudo

Saat ditanya mengenai proses peleburan Grab dengan Kudo, Albert menjelaskan proses peleburan sudah dimulai terlihat dari aplikasi Grab yang kini mulai menyediakan jasa pembelian pulsa di Grab Rewards. Meskipun demikian ini baru sekadar layanannya.

Pasalnya, Grab memiliki dua aplikasi yang berbeda, satu untuk mitra pengemudi, satu lagi untuk pengguna. Sementara Kudo hanya memiliki satu aplikasi untuk mitra pengusaha. Menurutnya, peleburan aplikasi akan dilakukan secara perlahan-lahan.

“Jadi enggak mungkin tiba-tiba di-merge [aplikasi Grab dan Kudo]. Tapi kalau servisnya Kudo yang di-plug ke Grab itu sudah bisa dan sudah dimulai dari sekarang. Nanti semua servis Kudo bisa masuk ke Grab,” pungkas Albert.

Update: Kami menambahkan kutipan dari tiga perwakilan perusahaan

Cerita Akuisisi Kudo dan Kolaborasinya dengan Grab

Bulan April ini Grab mengumumkan akuisisi terhadap Kudo, startup lokal yang fokus kepada layanan penjualan produk melalui agen. Kabarnya akuisisi ini dikabarkan termasuk melancarkan rencana Grab menjadikan Kudo kendaraan legal GrabPay di Indonesia. Bagaimana cerita Kudo pra dan pasca akuisisi? Di sesi diskusi Tech in Asia Jakarta 2017, CEO Albert Lucius menceritakan kisah perjalanannya.

Proses akuisisi tidak direncanakan

Proses akuisisi yang berjalan sekitar selama tiga bulan disebutkan awalnya tidak pernah direncanakan Albert dan Co-Founder-nya, COO Agung Nugroho. Albert mengungkapkan awal pertemuan dengan Grab diinisiasi investor Kudo East Ventures di Singapura.

“Pertemuan kita ke Singapura awalnya hanya sebatas perkenalan dan mendapatkan informasi perihal teknikal saja. Setelah kami memperkenalkan diri dan menjabarkan apa itu Kudo dan misinya, tidak beberapa lama kemudian Grab membawa tim finance dan investment team untuk melakukan pertemuan dengan kami,” kata Albert.

Adanya kesamaan misi dan visi antara Grab dan Kudo menjadikan proses akuisisi ini berjalan dengan cepat. Meskipun proses akuisisi ini merupakan “prestasi” tersendiri bagi Kudo, namun Albert dan tim sempat ragu untuk menyetujui kesepakatan ini.

“Kekhawatiran tersebut apakah kedua perusahaan ini nantinya bisa melakukan kolaborasi dengan baik, memberikan kontribusi satu dan lainnya. Hal tersebut sempat kami pikirkan, namun demikian akhirnya proses exit ini kami setujui,” kata Albert.

Albert menambahkan di Indonesia persepsi exit, akusisi atau menjual perusahaan, masih diartikan negatif oleh kalangan keluarga, rekan kerja, hingga pegawai. Berbeda dengan Amerika Serikat yang menyambut baik proses exit sebuah startup.

“Setelah perjanjian kami sepakati selama bulan Desember 2016 sampai Januari 2017, kami melakukan pertemuan intesif dengan stakeholder sekaligus pegawai Kudo terkait dengan proses akuisisi ini,” kata Albert.

Rencana Kudo dan Grab selanjutnya

Saat ini Albert masih menjabat sebagai CEO Kudo dan terus menjalankan bisnis Kudo secara independen. Meskipun telah menjadi bagian keluarga besar Grab, Kudo masih terus fokus meneruskan rencana bisnis yang telah disusun sebelumnya.

Implementasi kolaborasi dengan Grab adalah penggunaan agen Kudo, yang saat ini sudah tersebar di seluruh Indonesia, oleh Grab dan pemanfaatan keberadaan Grab yang sudah hadir di 7 negara.

“Hal ini sejalan dengan rencana dari Kudo untuk go global. Selain itu kami juga memanfaatkan tenaga ahli dari Grab untuk memberikan pelatihan kepada engineer Indonesia,” kata Albert.

Saat ini Kudo tengah menghubungkan teknologi dan back-end dengan Grab. Jika sudah siap, Kudo, yang saat ini sudah bermitra dengan perusahaan FMCG, operator telekomunikasi hingga layanan e-commerce di Indonesia, akan menghadirkan pilihan penjualan berbagai produk tersebut di dalam aplikasi Grab.

“Saat ini masih kita kembangkan. Diharapkan nantinya melalui mitra pengemudi Grab kemudahan tersebut bisa dinikmati oleh orang banyak,” kata Albert.

Application Information Will Show Up Here
Application Information Will Show Up Here

Memaknai Kemerdekaan, Refleksi Perjalanan Startup Indonesia

Tanggal 17 Agustus selalu menjadi hari yang istimewa bagi seluruh rakyat Indonesia. Di momen tersebut, semangat memajukan bangsa selalu terpupuk kembali, bersamaan dengan curahan rasa hormat kita atas jasa pahlawan yang telah memerdekakan bangsa ini. Setelah merdeka, tugas kita tak lain untuk mengisinya dengan berbagai hal positif yang mampu membawa Indonesia pada tingkat kemakmuran yang lebih baik.

Banyak hal yang bisa dilakukan, tak terkecuali berkarya melalui startup digital

Sekitar 8-9 tahun yang lalu tren startup digital mulai beranjak populer di Indonesia. Beberapa produk inovasi mulai hadir, bersama dengan internet yang kala itu merangkak jadi komoditas konsumsi publik. Mengenang awal pergerakan bisnis digital, kami berbincang dengan Nicko Widjaja dari MDI Ventures. Karier di bisnis venture capital telah ia jalani sejak tahun 2010 silam.

“Saat itu industri startup mulai terlihat arahnya, seperti Koprol diakuisisi oleh Yahoo! pada bulan Mei 2010, Kaskus oleh Djarum di tahun berikutnya, dan beberapa akuisisi kecil berdatangan setelahnya. Dari pandangan pemodal ventura, tentunya hal ini menjadi perhatian karena terlihat ‘jalan’ exit, meskipun pasar modal di Indonesia (sampai sekarang pun) belum mempersiapkan platform untuk IPO bagi startup,” ujar Nicko bercerita.

Trennya berkembang pesat, bahkan hingga saat ini beragam inovasi baru berbasis teknologi terus bermunculan, dibungkus dengan proses bisnis yang khas ala startup digital. Nicko juga menyampaikan, perkembangan cukup membawa dampak yang signifikan bagi kepercayaan pemodal untuk bertaruh –tidak hanya pemodal ventura tetapi pihak permodalan lain baik private equity maupun konglomerat holding pun ingin ikut ke dalam rancah startup digital di Indonesia.

Kemajuan sektor bisnis digital tersebut juga diamini oleh Willson Cuaca dari East Ventures. Proposisi tren positif lebih mendominasi di kalangan startup. Menurutnya Indonesia menjadi salah satu negara yang beruntung dapat menyaksikan dan terlibat dalam bisnis digital, mengawal pertumbuhan pengguna internet dari 22 juta pengguna hingga saat ini lebih dari 100 juta pengguna.

“Tidak ada negara lain di dunia yang mungkin akan mengalami hal ini selain Tiongkok, Amerika Serikat atau India. Indonesia sedang menuju ke era keemasan digital. Tidak ada yang terlambat untuk berbenah untuk menjadi lebih baik, kita berkembang terus dan mencoba untuk selalu relevan terhadap pangsa pasar,” ujar Willson.

Jeffri Sirait dari Amvesindo turut memberikan tanggapan tentang kondisi lanskap startup digital Indonesia saat ini. Baginya, ini adalah fase terbaik dalam transformasi digital yang telah melakukan terobosan di berbagai sektor industri, bahkan mengubah gaya hidup yang membuat berbagai hal menjadi lebih mudah dan efisien. Perubahan digital bukan saja sudah dekat, melainkan tengah terjadi, dan proses ini menjadi bagian penting. Berbagai komponen telah berperan, termasuk para pemain dan regulator.

Startup Indonesia sebagai masa depan generasi muda

Optimisme menjadi salah satu bahan bakar untuk memajukan bangsa. Termasuk untuk industri startup digital yang tengah berkembang saat ini. Namun menurut CEO Kibar Yansen Kamto, optimis saja tidak cukup, Indonesia butuh lebih banyak pihak yang bersama-sama berkontribusi membangun fondasi ekosistem yang lebih kuat.  Komunitas, universitas, media, korporasi, dan pemerintah adalah pilar-pilar yang berperan penting untuk terus bersama-sama mendorong lebih banyak future startup founders. Ia percaya kolaborasi yang kuat akan melahirkan startup yang makin tangguh dan bermanfaat.

Dari kaca mata Ery Punta, Managing Director Indigo Creative Nation, saat ini ekosistem startup digital walaupun banyak yang mengatakan masih tahapan pematangan namun perkembangannya sangat signifikan. Dari pengamatannya, pertumbuhan startup yang berkualitas juga terus berlangsung, ditandai dengan diterimanya kehadiran aplikasi dan solusi dari startup dalam memenuhi kebutuhan sehari-hari masyarakat. Industri, pemerintah dan berbagai pihak lainnya juga kian semangat bahu-membahu untuk turut serta dalam penumbuhan kewirausahaan digital di negeri ini.

Mengenai masa depan startup digital, Jeffri Sirait berpendapat, “Perubahan digitalisasi bukan sudah dekat, tapi sudah terjadi dan menjadi bagian penting. Regulator sudah berperan lebih baik dan perlu adanya insentif yang diberikan kepada para pelaku, baik untuk startup, investor, inkubator dan komponen lain. Ekosistemnya sendiri juga perlu diperkuat dan dibukakan akses. Di sisi pelaku kreatif dan startup juga harus selalu mau untuk meningkatkan kapabilitas untuk menang dalam kecepatan dan kompetisi. Sinergi sangat dibutuhkan untuk akselerasi sektor startup digital, supaya jangan sampai kehilangan momentum.”

Ada hal yang perlu dibenahi dalam proses pertumbuhan ini

Sebelumnya di awal sudah disinggung tentang kepercayaan pemodal yang sudah mulai meningkat terhadap startup lokal. Nicko Widjaja juga memotret bahwa masih ada hal yang mestinya bisa diperbaiki kulturnya. Ia melihat sesuatu yang disayangkan, saat ini para pemodal banyak yang tidak siap untuk bermain di pendanaan berikutnya untuk startup Indonesia. Selain pemodal ventura, tidak banyak yang mengerti industri startup. Industri startup bukan UKM yang hanya sekali dua tiga kali diinvestasi lalu akan menghasilkan ‘dividen’.

“Yang terjadi saat ini yaitu ‘Series A Crunch’, di mana startup yang ‘laku’ saat seed, tidak laku ketika menawarkan growth runway berikutnya.  Series A Crunch terjadi karena overvaluation. Ini disebabkan karena banyak pemodal ventura yang ingin ‘menggoreng’ valuasi bagi keuntungan mereka. Pada akhirnya tidak banyak institusi modal ventura yang siap Series A percaya dengan valuasi sebelumnya. Series A Crunch bukan terjadi karena tidak ada modal, tetapi tidak ada startup yang ‘valid’ dengan valuasi yang diinginkan,” jelas Nicko.

Nicko menambahkan, “Jika Anda berbicara dengan top-tier investor di luar sana, mereka akan berkomentar yang sama. Bahwa Indonesia memiliki demand (dana) yang besar tetapi tidak dipenuhi dengan supply (startup) yang mencukupi. Sekali lagi saya tekankan, bukan berarti tidak memiliki banyak startup, tetapi tidak memiliki startup yang mampu berkompetisi dan melakukan scaling-up dengan cepat.”

Terkait dengan tren pertumbuhan startup yang sempat dikatakan menurun beberapa waktu terakhir oleh beberapa pihak, menurut Ery Punta hal tersebut terjadi lantaran adanya potensi diserapnya para calon founder oleh para startup yang telah menjadi unicorn, namun sebagai penggerak inkubator startup, ia tetap optimis mengingat market Indonesia yang sangat unik dapat menjadikan peluang untuk tumbuhnya startup lokal yang memiliki kelebihan dalam memahami kearifan lokal dan secara demografi penduduk Indonesia. Sangat penting untuk terus melakukan pembinaan digital talent, penyiapan infrastruktur digital dan keberpihakan lokal yang terbuka dengan kolaborasi global.

“Model pengembangan startup Indonesia harus end-to-end, mulai dari nurturing talent, inkubasi, akselerasi sampai dengan bridging market access antara startup dengan perusahaan yang telah mapan, agar dapat meningkatkan tingkat keberhasilan dan daya tahan serta kemampuan untuk melakukan scaling,” tambah Ery.

Memaknai kemerdekaan dengan terus berkarya

Setiap warga negara memiliki cara tersendiri dalam memaknai dan mengisi kemerdekaan. Kepada DailySocial, CEO Kudo Albert Lucius memaparkan arti mengisi kemerdekaan Indonesia. Baginya mengisi kemerdekaan dengan semangat muda adalah terus berusaha menjadi lebih baik dan jangan pernah putus asa. Karena dengan semangat ini kita bisa semakin produktif memberikan kontribusi yang nyata bagi Indonesia. Kemerdekaan merupakan sebuah pilihan dan artinya adalah sebuah kebebasan. Bebas yang bertanggung jawab tentunya.

“Kita sebagai pemuda akan selalu bersemangat untuk memberikan yang terbaik  melalui kontribusi dari setiap apa yang kita lakukan. Indonesia tahun ini merayakan kemerdekaan yang ke-72, meskipun angka ini tidak muda, jiwa dan semangat kita selaku pemuda bangsa harus senantiasa ada,” ujar Albert.

Semangat sama ditunjukkan CEO Bukalapak Ahmad Zaky. Ia menyebutkan bahwa merdeka di era sekarang adalah tentang kemandirian bangsa. Mengisi kemerdekaan tidak bisa hanya bicara, atau beretorika, kita juga tidak hanya bisa berpikir, tidak pula cukup hanya bekerja. Semua jiwa, raga, dan tenaga harus dicurahkan untuk berkarya.

“Karena bidang saya teknologi. Mari kita lihat apa sudah mandiri alias merdeka. Artinya kita menggunakan karya bangsa kita sendiri. Mungkin masing-masing dari kita perlu menjawab pertanyaan ini dalam bidang masing-masing. Generasi muda harus berpikir, bagaimana di masa depan anak cucu kita menggunakan produk kita sendiri. Itu baru merdeka. Saya tidak bisa memberikan tips yang lebih baik selain: Buktikan! Tunjukkan!” ujar Zaky.

Bagi Zaky, bukti akan menginspirasi generasi selanjutnya. Bukti kekal abadi antar generasi. Kita butuh banyak orang yang bekerja dibalik layar dan membuktikan. Bukti lebih besar pengaruhnya daripada yang lain.

Hal ini turut ditegaskan Kevin Mintaraga, CEO Bridestory. Ia menyampaikan bahwa sebagai generasi muda yang berkarya, jangan selalu berpikir untuk melakukan suatu hal demi mengejar uang atau kesuksesan (pribadi) semata, lakukanlah sesuatu demi kesuksesan orang lain, maka uang dan kesuksesan yang akan balik mengejar.

Dare to be different and true to yourself, but remain accountable, tegas Kevin.

Tanggung jawab berat sekaligus kesempatan ada di tangan kita

Melalui kesempatan ini, DailySocial turut mengucapkan selamat hari ulang tahun kemerdekaan Indonesia yang ke-72. Semoga momentum ini benar-benar membawa perubahan yang lebih baik di berbagai bidang. Startup digital mulai menunjukkan eksistensinya dalam membangun ekonomi bangsa, urun tangan inovasi pengembang dalam negeri sudah selayaknya menjadi tonggak kemakmuran bangsa ini.

“Lebih dari setengah populasi Indonesia adalah pemuda-pemudi di bawah 30 tahun, artinya dalam 10 tahun ke depan nasib Indonesia benar-benar ada di tangan pemuda-pemudi Indonesia. Hal ini bisa diartikan sebagai beban berat yang ada di pundak kita, namun juga bisa diartikan sebagai kekuatan kita untuk membentuk masa depan bangsa. Jadi, tanyakan kepada diri Anda masing-masing, apa kontribusimu untuk Indonesia?” sambut CEO DailySocial Rama Mamuaya.

Dalam keyakinan kami, anak muda Indonesia adalah penggerak utama inovasi digital di Indonesia. Dengan pangsa pasar yang muda dan luar biasa besar, Indonesia punya aset yang tidak dimiliki negara-negara lain. Semua analis pasar global setuju bahwa Indonesia akan menjadi salah satu pemimpin ekonomi terbesar di Indonesia, terutama di industri digital. Kembali lagi, kita punya kemampuan untuk membentuk pasar, diberikan kesempatan untuk berkontribusi ke pasar global.

Sekali lagi, selamat ulang tahun kemerdekaan Indonesia yang ke-72. Merdeka!

Aplikasi “Ayo Mudik” Integrasi dan Sentralisasi Data Resmi Berbagai Instansi

Menyambut mudik lebaran tahun 2017, Kemenkominfo merilis sebuah aplikasi mobile bernama “Ayo Mudik”. Aplikasi ini didesain untuk mengolaborasikan berbagai informasi untuk memberikan kelancaran dan kenyamanan dalam bermudik, termasuk informasi jalur mudik, fasilitas yang ada di sepanjang jalur mudik serta informasi titik kemacetan yang berpotensi memperpanjang durasi perjalanan mudik.

Dalam pengembangan aplikasi ini, Kemenkominfo bekerja sama dengan startup Kudo. Kendati secara khusus bukan sebagai startup spesialis pengembang aplikasi mobile, Co-Founder & CEO Kudo Albert Lucius kepada DailySocial mengatakan pihaknya begitu serius dalam mengembangkan aplikasi ini.

Albert menceritakan terkait waktu pengembangan yang cukup singkat. Kurang lebih hanya memakan waktu 3 minggu dari proses pemberitahuan oleh pihak Kominfo hingga proses coding, testing, dan integrasi data.

“Memang relatif singkat, tapi karena tujuannya untuk membantu masyarakat umum, banyak tim teknis kami yang berpartisipasi untuk lembur dengan sukarela agar menyelesaikan aplikasinya tepat waktu,” ujar Albert.

“Kita ingin ada aplikasi daya dukung mudik yang terpadu. Pengembangan memang harus dikembangkan secara  cepat dan juga dapat cepat digunakan oleh masyarakat, sehingga sangat membutuhkan daya dukung programmer andal yang siap mengembangkan, memelihara dan melakukan antisipasi kinerja layanan aplikasi ini,” sambut Menkominfo Rudiantara dalam rilis yang kami peroleh.

Albert Lucius (ketiga dari kiri) saat peluncuran aplikasi Ayo Mudik / Kemenkominfo
Albert Lucius (ketiga dari kiri) saat peluncuran aplikasi Ayo Mudik / Kemenkominfo

Memberikan informasi lebih komprehensif untuk mudik lebaran

Secara sekilas apa yang ditawarkan oleh aplikasi Ayo Mudik sudah tersedia di layanan lain seperti Google Maps. Menanggapi soal ini, Albert menceritakan bahwa perbedaan dengan aplikasi yang sudah ada, Ayo Mudik memiliki data yang resmi dan tersentralisasi.

Data yang dihimpun di aplikasi Ayo Mudik bersumber dari instansi terkait. Misalnya dari posko kesehatan, badan meteorologi dan sebagainya. Diinformasikan juga perusahaan telekomunikasi berpartisipasi memberikan data.

“Dengan aplikasi ini, pengguna bisa melihat jalur mudik nasional, saat ini baru mencakup pulau Jawa, tapi akan segera diupayakan juga data untuk pulau lain secepatnya. Datanya juga bisa di-input melalui instansi terkait, dan aparat yang bertugas jadi diharapkan akurat dan real time,” ujar Albert.

“Konten dan informasi didukung oleh berbagai kementerian dan lembaga terkait untuk dapat menyajikan konten dan informasi yang terpadu, yaitu Kemenhum, Kemenkominfo, Kemenkes, Kementerian ESDM, BMKG, Pertamina, Jasa Marga, Kepolisian, perusahaan telekomunikasi, perusahaan penyedia jasa dan produk internet dan masih banyak lainnya,” ungkap Rudiantara.

Dengan adanya aplikasi ini, diharapkan masyarakat yang mudik mendapati perjalanan lancar melalui POI (Point of Interest) yang bermanfaat selama perjalanan.

Application Information Will Show Up Here

Grab Indonesia Resmikan Pusat R&D di Kudoplex Jakarta

Setelah resmi mengakuisisi Kudo bulan April yang lalu, hari ini Grab mengumumkan laporan 3 bulan terakhir pasca mengumumkan investasi sebesar $ 700 juta di Indonesia. Kepada Media hari ini Group CEO dan Co-founder Grab Anthony Tan menyebutkan, hasil dari akuisisi tersebut adalah diresmikannya pusat R&D (research and development) Center di Kudoplex Jakarta Selatan. Gedung yang memiliki luas 4500 meter persegi tersebut, direnovasi menyesuaikan fungsi dan rencana dari R&D Center Grab di Indonesia.

“Melalui teknologi kolaborasi antara Kudo dan Grab diharapkan bisa merangkul lebih banyak lagi talenta muda di Indonesia, untuk belajar dan mendapatkan informasi teknologi terkini dari Facebook, Google, Amazon dan pengajar R&D Center Grab di beberapa negara,” kata Anthony.

Saat ini R&D Center Grab telah menampung sekitar 100 engineer muda yang mendapatkan pengajaran, pelatihan terpadu di Kudoplex. Untuk selanjutnya Grab dan Kudo menargetkan bakal menambah jumlah tersebut hingga 200 engineer hingga akhir tahun 2017.

“Tentunya pengembangan pusat R&D Center Grab dan Kudo merupakan tahap awal dari kolaborasi yang ada. Nantinya kami juga akan mengembangkan GrabPay (solusi pembayaran mobile Grab) yang saat ini telah tersedia di aplikasi Grab agar bisa lebih mudah digunakan oleh pengguna,” kata COO dan Co-founder Kudo Agung Nugroho.

Integrasi lainnya yang dilancarkan Kudo dan Grab adalah memanfaatkan penuh tenaga agen Kudo yang saat ini telah tersebar di seluruh Indonesia dan berjumlah 400 ribu agen, untuk kemudian mengembangkan layanannya menawarkan calon pengemudi GrabBike yang tertarik untuk bergabung. Selain itu mitra pengemudi Grab juga akan memperoleh sumber pendapatan baru melalui aplikasi Kudo dengan menjadi agen dan menjual barang-barang secara online kepada konsumen. Tim engineering Kudo dan Grab telah menciptakan modul onboarding di aplikasi Kudo.

“Dengan diresmikannya R&D Center di Kudoplex serta integrasi antara agen Kudo dan mitra pengemudi Grab, diharapkan bisa mendorong pertumbuhan ekonomi digital di Indonesia, sekaligus menciptakan talenta muda yang berbakat dalam dunia teknologi,” kata CEO dan Co-founder Kudo Albert Lucius.

Sebagai bagian dari tahap pertama, Grab telah menyelesaikan proses integrasi dengan Kudo, platform O2O (online to offline) di Indonesia. Sementara itu fokus utama dari pelatihan di R&D Center adalah lebih kepada kemajuan teknologi di Grab serta pengolahan big data milik Grab.

“Dari total investasi yang ada untuk teknologi, Grab telah menggelontorkan dana sekitar $ 100 juta di Indonesia, untuk selanjutnya kami akan menambah jumlah tersebut dengan tujuan untuk menemukan startup berkualitas seperti Kudo di Indonesia,” kata Anthony.

Tahap 2 dari Grab 4 Indonesia

Pencapaian dan rencana lainnya yang disampaikan Grab dalam kesempatan hari ini (18/05) di Jakarta adalah melahirkan 5 juta wirausahawan mikro di Indonesia pada tahun 2018, meningkatkan jumlah tenaga kerja Indonesia dalam sektor teknologi menjadi ratusan orang hingga akhir tahun ini.

Dalam presentasinya, Managing Director Grab Indonesia Ridzky Kramadibrata mengungkapkan, hingga kini market share dari Grab telah mencapai 70% untuk GrabCar dan GrabBike, telah melayani sekitar 2,3 juta pengantaran setiap hari di Asia Tenggara, 50% layanan tersebut berasal dari Indonesia, pertumbuhan untuk layanan transportasi meningkat hingga dua kali lipat dalam waktu 6 bulan dan saat ini telah tersedia di 500 kota.

“Sejak awal kami tetap fokus kepada 3 pilar dari misi Grab di Indonesia, yaitu inklusi finansial, R&D Center dan peningkatan akses terhadap pembayaran mobile dan peluang pembiayaan di seluruh Indonesia. Di tahap kedua ini kami akan lebih mempercepat proses yang ada,” kata Ridzky.

Application Information Will Show Up Here
Application Information Will Show Up Here