Alexa Bakal Dilengkapi Skill untuk Membantu Konsumen Merawat Bayinya

Peran voice assistant untuk membantu mengoperasikan perangkat smart home sudah merupakan hal yang biasa. Yang tidak umum adalah voice assistant untuk membantu para orang tua baru dalam memaksimalkan gadget seputar perawatan bayi yang dibelinya.

Di tangan Amazon, skenario ini berpotensi menjadi mainstream. Mereka baru saja mengumumkan Baby Activity Skill API untuk Alexa, yang memungkinkan sang asisten untuk membantu konsumen dalam memonitor aktivitas bayinya.

Contoh yang paling gampang, konsumen dapat mencatat kapan terakhir kalinya ia mengganti popok sang anak, lalu Alexa dapat mengutarakan informasi tersebut ketika ditanya oleh konsumen. Selain sesi penggantian popok, yang dapat dimonitor Alexa sejauh ini mencakup sesi menyusui (botol maupun ASI), pola tidur dan berat badan.

Sepintas kegunaannya terkesan sepele, namun sebagai seseorang yang merawat anaknya sendiri sambil bekerja, saya paham betul bagaimana informasi-informasi seperti ini bisa berguna di masa-masa yang hectic. Ketimbang harus membuka aplikasi yang digunakan untuk mencatat sesi penggantian popok dan sesi menyusui, menanyakan secara lisan ke Alexa jelas lebih mudah dilakukan.

Di samping Baby Activity Skill API, keseriusan Amazon dalam memaksimalkan peran Alexa di dunia perawatan bayi juga ditunjukkan lewat dana investasi yang dikucurkannya kepada Hatch Baby, startup di balik produk inovatif macam lampu tidur pintar dan alas ganti popok pintar.

Hatch Baby bakal menjadi salah satu dari tiga mitra developer Amazon pertama yang akan meracik skill Alexa menggunakan API baru ini. Harapannya tentu ini dapat menjadi inspirasi bagi developer maupun produsen gadget perawatan bayi lainnya.

Sumber: The Verge.

Selain Alexa, Microsoft Berharap Cortana Juga Dapat Diakses Melalui Google Assistant

Kita tidak perlu merujuk data komprehensif dari analis untuk menilai bahwa Cortana kalah pamor jauh dari Alexa maupun Google Assistant. Microsoft pun menyadari akan hal ini. Jadi ketimbang terus memaksakan agar Cortana bisa bersaing ketat dengan asisten virtual lainnya, Microsoft memilih menetapkan arahan lain buat Cortana.

Berdasarkan pernyataan CEO Microsoft, Satya Nadella, yang dikutip oleh The Verge, Microsoft tak lagi melihat Cortana sebagai kompetitor Alexa maupun Google Assistant. Sebaliknya, Cortana harus menjadi fitur yang bisa diakses dari banyak tempat, termasuk dari Alexa dan Google Assistant.

Skenario yang didambakan Microsoft pada dasarnya mirip seperti bagaimana aplikasi-aplikasi bikinannya sekarang dapat dengan mudah digunakan oleh pemilik perangkat Android maupun iOS. Sejauh ini, Cortana memang sudah bisa diakses melalui Alexa, akan tetapi tidak demikian untuk Google Assistant, dan Microsoft sepertinya perlu berusaha lebih keras lagi untuk meyakinkan Google.

Hal ini bukanlah tidak mungkin, sebab jauh sebelum ini, Cortana sudah bisa dihubungkan dengan Gmail. Lebih lanjut, rencana Microsoft untuk memisahkan Cortana dengan fitur search bawaan Windows 10 yang diumumkan baru-baru ini bisa diartikan mereka dapat berusaha lebih maksimal dalam memperluas cakupan Cortana di banyak platform sekaligus.

Di sisi lain, arahan baru untuk Cortana ini juga dapat dilihat sebagai akhir dari tren smart speaker berintegrasi Cortana. Populasinya selama ini memang tidak banyak, namun itu juga bukan berarti Cortana bakal tidak mempunyai rumahnya sendiri sama sekali, sebab perangkat seperti Surface Headphones masih eksis.

Sumber: The Verge.

Menggali Lebih Dalam Teknologi-Teknologi Baru yang MSI Sematkan di Laptop Mereka

Sebagai pameran teknologi tahunan paling besar di planet Bumi, Consumer Electronic Show adalah tempat lahirnya berbagai macam terobosan-terobosan unik di ranah tersebut. Khusus di kelas PC portable, real-time ray tracing menjadi sorotan. Fitur grafis yang diujungtombaki Nvidia lewat kartu grafis GeForce RTX itu akhirnya melakukan pendaratan di laptop.

Kehadiran RTX di notebook memang boleh dikatakan sebagai ‘keajaiban’ teknis. Meski demikian, masih ada banyak kapabilitas inovatif yang diungkap para produsen PC di CES 2019. Dan selama MSI berkiprah di ranah penyediaan laptop, mereka terus berupaya untuk menjadi brand pemecah rekor: dari mulai menyediakan laptop ber-keyboard mekanis hingga notebook bersertifikasi VR ready pertama. Tapi produsen juga menyadari, bukan hanya aspek hardware saja yang memengaruhi pengalaman penggunaan.

MSI 4 13

Satu fitur krusial baru yang MSI bubuhkan tetap berkaitan dengan Nvidia GeForce RTX. Efek dari keberadaan GPU berperforma tinggi di perangkat bertubuh ramping ialah cepat meningkatnya temperatur, apalagi hardware-hardware tersebut diposisikan secara rapat. Nvidia memang sudah mengajukan GPU alternatif berdesain Max-Q, tetapi solusi penanggulangan panas betul-betul bersandar pada kemahiran dan pengalaman produsen PC sendiri.

MSI 4 12

 

Cooler Boost Trinity+

Versi ‘plus’ ini merupakan varian generasi selanjutnya dari sistem pendingin yang Micro-Star International spesialisasikan pada perangkat-perangkat bertubuh ultra-thin, khususnya seri gaming GS. Cooler Boost Trinity+ d dapat Anda temukan pada dua laptop terbaru, GS65 dan GS75 Stealth. Di sana, MSI memanfaatkan tiga kipas dengan bilah berdesain Whirlwind yang sudah menjadi andalan mereka selama beberapa tahun, dipadukan bersama enam sampai tujuh heat pipe.

MSI 4 2

Kipas ‘puting beliung’ ini dirancang agar efektif meniupkan angin meskipun ukurannya tipis. Berdasarkan info beberapa waktu silam, fan mempunyai diameter 29mm dan masing-masing bilah hanya berketebalan 2-milimeter. Alex C.Y. Lin selaku perwakilan product marketing department menjelaskan pada saya bahwa dalam membuat kipas, mereka memilih bahan plastik berkualitas karena lebih ringan dan seimbang, serta lebih pas diaplikasikan pada perangkat berdesain tipis ketimbang fan bermaterial logam.

MSI 4 11

 

MSI App Player

Setelah di-tease pada para pengunjung Computex 2018, MSI App Player resmi diluncurkan di bulan Agustus 2018. Ia merupakan cara sang perusahaan PC Taiwan menginfiltrasi pasar game mobile yang kian populer berkat esports serta battle royale, tanpa perlu menyediakan smartphone atau tablet. MSI App Player sejatinya adalah software untuk menjalankan aplikasi-aplikasi mobile, dikembangkan secara kolaboratif bersama BlueStacks.

Tapi berbeda dari ‘app playermobile buat PC lainnya, MSI App Player memperkenankan fungsi-fungsi permainan terintegrasi ke fitur-fitur krusial di laptop, terutama yang berhubungan dengan kendali. Melaluinya, user tak hanya dibebaskan mengustomisasi kontrol dan memanfaatkan keyboard serta mouse, namun sistem pencahayaan RGB juga dapat merespons kejadian di permainan.

MSI 4 8

Tentu saja dukungan hardware canggih di laptop sangat membantu penyajian konten. Kombinasi antara komponen high-end dan MSI App Player memungkinkan game tersaji semaksimal mungkin. Gaming laptop MSI punya performa kira-kira enam kali lipat dari smartphone kelas flagship, dan kabarnya memperkenankan app player menjalankan delapan permainan sekaligus.

 

Amazon Alexa

Di luar mouse dan keyboard, tersedia banyak sekali pilihan sistem input gaming  untuk komputer personal. Namun tersedianya dukungan asisten digital Amazon Alexa berpeluang membuat proses pengendalian permainan jadi lebih simpel lagi. Menurut MSI, suara ialah metode paling simpel dan intuitif bagi manusia buat berinteraksi. Alexa sendiri disiapkan akar kita bisa mengakses sejumlah fungsi game via suara, terutama di judul-judul populer.

MSI 4 4

MSI juga meramu agar sistem Mystic Light RGB bisa tersinkronisasi dengan Alexa untuk menyampaikan notifikasi permainan. Namun buat sekarang, Amazon Alexa di perangkat MSI baru tersedia di wilayah Amerika Serikat. Dan dalam pemakaiannya, pengguna perlu mengucapkan perintah suara secara jelas, harus bersih dari ‘asken-aksen tertentu’.

MSI 4 10

 

Creator Center

Beralih ke ranah penciptaan konten, Creator Center adalah aplikasi yang dirancang untuk mengoptimalkan pengoperasian software-software kreasi. Creator Center memiliki beragam opsi kustomisasi, juga mempersilakan kita mengutak-utik DPI, RGB di layar, output suara, hingga menentukan skenario penggunaan. Fungsinya mirip seperti MSI Dragon Center, tetapi ia dikhususkan untuk seri Prestige.

MSI 4 6

 

High-Dynamic Range

Salah satu fitur yang bagi saya paling menarik, tapi malah tak banyak dibahas oleh produsen. Ketika laptop gaming ber-HDR mulai bertebaran di CES 2019, di venue MSI, teknologi ini pertama kali dibawa oleh notebook kelas pro Prestige P65 Creator. High-dynamic range di P65 disuguhkan bersama layar ultra-HD 3840x2160p, diusung demi memaksimalkan fungsi MSI True Color sehingga para desainer dan fotografer bisa melihat warna objek serealistis mungkin.

MSI 4 3

MSI menyampaikan pada saya bahwa hingga sekarang, mereka masih terus menyempurnakan kualitas HDR di layar laptop. Eksistensinya di PS65 Creator boleh dibilang berperan sebagai sesi uji coba sebelum HDR diimplementasikan secara lebih luas ke produk lainnya.

MSI 4 5

Penasaran dengan perangkat-perangkat dan fitur anyar yang MSI singkap di CES 2019? Di sana, MSI mengungkapkan strategi mereka dalam menghadapi tahun 2019, mengumumkan deretan notebook gaming super-canggih, serta memperkuat formasi Prestige yang dipersembahkan bagi para individu kreatif.

MSI 4 9

Catatan: DailySocial adalah salah satu media yang mendapatkan undangan MSI Indonesia untuk mengikuti konferensi pers CES 2019 di The Venetian Las Vegas. 

Cybric Legend Ialah Sepeda Pintar Dengan Amazon Alexa

Manusia semakin menyadari bahwa menggunakan sepeda sebagai alat transportasi utama ketimbang kendaraan bermotor bisa membantu mengurangi jumlah emisi karbon di Bumi serta efektif membuat tubuh lebih sehat. Rancangan sepeda juga cukup fleksibel jika produsen ingin memberinya kemampuan tambahan, contohnya mesin elektrik atau kemampuan pintar dan konektivitas seluler.

Namun hingga kini belum ada alat transportasi seperti Cybric Legend. Ia adalah sepeda pintar yang didukung kecerdasan buatan Amazon Alexa pertama di dunia. Asisten virtual racikan sang raksasa e-commerce itu disiapkan untuk menangani beragam fitur dan fungsi yang dirancang demi meningkatkan kenyamanan serta keamanan pengendara. Smart bike memang bukan hal baru, namun eksistensi Alexa di sana membuka banyak potensi.

Berdasarkan gambar, Cybric Legend mempunyai wujud ala sepeda gunung. Tidak ada bagian-bagian yang membuatnya terlihat tak biasa, kecuali mungin pada frame yang terlihat seperti lambang Starfleet Star Trek. Hal ini mungkin digunakan desainernya untuk merepresentasikan fitur futuristis di Cybric Legend. Kabarnya, produsen menciptakan dua varian sepeda pintar ini, yaitu tipe standar serta versi bermesin elektrik.

Cybric Legend 1

Sebagaimana perangkat berfitur pintar, Cybric Legend dapat melacak segala hal yang berkaitan dengan data tubuh: kecepatan laju, jarak tempuh, waktu dan lain-lain. Segala informasi tersebut bisa Anda akses melalui layar sentuh yang berada di dekat setang, sehingga sangat mudah bagi kita buat mengetahui status olahraga. Namun kapabilitas ini hanyalah ‘hidangan pembuka’.

Dukungan Alexa di Cybric Legend memungkinkan kita memperoleh informasi kondisi lalu lintas serta panduan navigasi, memudahkan pesepeda menemukan rute tercepat saat jalanan padat. Anda juga bisa memerintahkan sang asisten virtual buat mengaktifkan sistem pencahayaan di sepeda, misalnya lampu depan atau belakang, via suara. Butuh hiburan di perjalanan? Cybric Legend mempunyai fitur audio player untuk menikmati musik atau podcast.

Di sisi keamanan, Cybric Legend dibekali alarm serta sistem pelacakan GPS. Kemampuan ini berguna di kondisi-kondisi darurat, misalnya ketika Anda lupa di mana memarkirkan sepeda atau saat Cybric Legend dicuri.

Agar fungsi Alexa bisa bekerja, Cybric Legend ditopang opsi konektivitas Wi-Fi serta seluler. Ketika dipasarkan nanti, sepeda pintar ini akan dibundel bersama kartu SIM Vodafone dengan paket data 3G gratis selama tiga tahun. Walaupun 3G tidak begitu gesit, ia cukup buat memastikan Alexa beroperasi secara optimal.

Belum diketahui berapa harga dari satu unit Cybric Legend. Produsen berencana untuk memamerkan produk ini di acara Consumer Electronics Show 2019 Las Vegas minggu depan.

Sumber: Digital Trends.

Jelang Liburan, Amazon Luncurkan Tiga Fitur Baru untuk Alexa

Seakan tidak mau kalah dari Google, Amazon baru saja mengumumkan sederet fitur baru untuk asisten virtual-nya, Alexa, dalam rangka menyambut masa libur akhir tahun. Sebelum ini, Google sudah lebih dulu menghadirkan sejumlah fitur anyar untuk Assistant, juga dengan konteks yang serupa.

Meski niatnya mirip, fitur yang diluncurkan sangatlah berbeda. Dalam kasus Amazon, setidaknya ada tiga fitur utama yang diandalkan. Yang pertama, ada fitur routine dan reminder berbasis lokasi. Sesuai namanya, fitur ini memungkinkan Alexa untuk bertindak secara otomatis berdasarkan lokasi penggunanya.

Contoh yang paling gampang adalah routine supaya lampu pintar di ruang tamu dapat mati dengan sendirinya ketika pengguna meninggalkan rumah. Sebaliknya, untuk reminder, Alexa dapat mengirim notifikasi setibanya pengguna di rumah untuk misalnya, mencuci piring atau pekerjaan rumah lainnya.

Fitur yang kedua adalah kemampuan Alexa untuk menyajikan informasi mengenai restoran maupun usaha-usaha lain di area setempat. Alexa bahkan bisa membantu menelepon jika perlu, tapi hanya sebatas menyambungkan saja, bukan menggantikan pengguna sepenuhnya seperti Google Duplex.

Yang ketiga, Alexa kini dapat diinstruksikan untuk mengecek email pengguna, membacakan ringkasan email baru yang masuk dalam 24 jam terakhir. Alexa juga dapat mengecek email dari kontak tertentu saja, dan ketika ada, ia bakal mengirimkan notifikasi kepada pengguna.

Lebih lanjut, Alexa juga dapat diperintah untuk menghapus atau membalas email, semuanya cukup menggunakan perintah suara saja. Sejauh ini layanan email yang didukung mencakup Gmail, Outlook.com, Hotmail dan Live.com.

Selebihnya sebenarnya masih ada fitur baru yang datang ke Alexa, akan tetapi tiga di atas adalah yang paling menarik untuk disoroti. Apakah sebentar lagi Siri juga akan menyusul? Sepertinya tidak kalau melihat rekam jejak Apple.

Sumber: VentureBeat.

Skype Kini Terintegrasi Langsung pada Perangkat Alexa

Tidak seperti pendahulunya, Amazon Echo Show generasi kedua datang membawa layar sentuh yang jauh lebih besar. Ini menjadikannya sangat ideal dipakai untuk video calling beramai-ramai bersama orang-orang terdekat, dan semuanya semakin dimudahkan berkat integrasi Skype langsung pada perangkat Alexa.

Berkat integrasi ini, pengguna bisa langsung menginstruksikan Alexa untuk menelepon seseorang via Skype. Untuk perangkat seperti Amazon Echo Dot, jelas percakapannya hanya bisa dalam format audio saja, namun untuk perangkat seperti Echo Show atau Echo Spot, percakapan video pun bisa dijalani dengan mudah.

Memulai percakapan Skype pada perangkat Alexa juga terkesan sangat mudah. Pengguna hanya perlu menghubungkan akun Skype-nya satu kali di awal, lalu selanjutnya semuanya cuma memerlukan perintah suara dengan embel-embel Skype.

Juga menarik adalah fitur Skype to Phone yang berlaku untuk integrasi ini. Artinya, pengguna bisa memakai perangkat Alexa-nya untuk menelepon ke nomor biasa, termasuk nomor internasional. Sebagai bonus, pemilik perangkat Alexa bisa menikmati panggilan Skype to Phone ke 34 negara selama 200 menit secara cuma-cuma.

Sayangnya integrasi Skype pada Alexa ini baru tersedia di Amerika Serikat, Kanada, Inggris, Irlandia, India, Australia dan Selandia Baru saja, akan tetapi Skype berjanji akan menghadirkan dukungan untuk lebih banyak negara dalam waktu dekat.

Sumber: Skype.

 

Robot Anki Vector Bakal Kedatangan Kepribadian Baru dalam Wujud Integrasi Alexa

Salah satu kelebihan utama robot Anki Vector dibandingkan pendahulunya adalah kemampuannya untuk memahami perintah suara yang diberikan orang-orang di sekitarnya. Hal tersebut jelas membuatnya sangat ideal untuk berperan sebagai asisten, dan pengembangnya sadar betul akan itu.

Sebulan pasca pemasaran Vector, Anki merilis teaser yang mempertontonkan integrasi Amazon Alexa pada robot mungil tersebut. Alexa pada robot seharga $250 itu ibarat kepribadian keduanya. Saat pengguna memanggil “Alexa”, seketika itu juga Vector akan berhenti melakukan apapun yang sedang ia kerjakan, lalu ganti Alexa yang mendengarkan ucapan sang pengguna.

Video di bawah menunjukkan bagaimana pengguna dapat mengontrol beragam perangkat smart home melalui Vector yang menjadi ‘rumah’ baru buat Alexa. Anki mengaku bahwa integrasi Alexa ini merupakan salah satu fitur yang paling banyak diminta oleh konsumennya, dan Anki sudah siap mewujudkannya sebelum musim liburan tiba tidak lama lagi.

Dalam kesempatan yang sama, Anki juga merilis update yang membawa sejumlah penyempurnaan untuk Vector. Yang paling utama adalah tambahan ratusan animasi dan reaksi yang bisa diterapkan oleh Vector, termasuk ketika merespon frasa-frasa seperti “good robot”, “good morning”, “I love you”, dan “be quiet”.

Terakhir, performa Vector turut dibenahi lewat update ini, spesifiknya kemampuannya untuk mendeteksi ujung meja, sehingga ia bisa langsung mundur dan tidak terjatuh dari atas meja. Dibandingkan sebelumnya, Vector kini dapat bereaksi dengan lebih sigap berkat algoritma pemetaan ruang yang lebih baik.

Sumber: VentureBeat.

Persis Kacamata Biasa, Focals Unggulkan Teknologi Retinal Projection dan Integrasi Alexa

Februari lalu, Intel memamerkan prototipe kacamata pintar buatannya yang bernama Vaunt. Namun sebelum perangkat itu sempat terealisasi, entah kenapa Intel memutuskan untuk menyetop pengembangannya.

Sangat disayangkan memang, mengingat Vaunt menyimpan teknologi retinal projection yang amat istimewa. Teknologi ini sangat berbeda dibanding yang diterapkan pada Google Glass, dan karena konten diproyeksikan langsung ke retina, semuanya akan selalu kelihatan fokus.

Kabar baiknya, Intel ternyata bukan satu-satunya perusahaan yang mampu mengimplementasikan teknologi retinal projection pada kacamata. Baru-baru ini, sebuah startup asal Kanada bernama North menyingkap kacamata augmented reality bernama Focals yang mengusung teknologi serupa.

North Focals

Seperti Vaunt, Focals juga memanfaatkan retinal projection sehingga konten hanya dapat dilihat oleh penggunanya saja, dan dari luar fisiknya kelihatan persis seperti kacamata biasa. Proyektor laser ini mengambil ruang kecil di pelipis sebelah kanan, bersamaan dengan komponen elektronik lainnya.

Kalau Anda bingung North ini datang dari mana kok tiba-tiba membuat terobosan secanggih ini? Well, mereka adalah Thalmic Labs yang sudah berganti nama.

Thalmic Labs adalah pengembang Myo Armband, yang baru-baru ini dihentikan pemasarannya, sebab Thalmic ingin berfokus sepenuhnya pada produk barunya. Produk baru yang dimaksud adalah Focals ini, yang ternyata juga sesuai dengan rumor yang beredar sebelumnya.

North Focals

Yang tidak banyak orang ketahui adalah, Intel merupakan salah satu investor North. Dua tahun lalu, North yang kala itu masih bernama Thalmic Labs meraih pendanaan senilai $120 juta dari Intel Capital, Amazon Alexa Fund, dan Fidelity Investments Canada. Mungkin ini yang menjadi salah satu alasan mengapa Intel menyetop pengembangan Vaunt.

Melihat ada nama Amazon sebagai salah satu investornya, Anda tak perlu terkejut mengetahui Focals dibekali integrasi Alexa. Ya, kacamata ini dapat Anda operasikan dengan perintah suara layaknya Vuzix Blade, dan Alexa bakal merespon secara lisan (via speaker terintegrasi) atau menampilkan informasinya secara visual. Namun perintah suara bukan satu-satunya metode input yang ditawarkan Focals.

North Focals

Setiap paket penjualannya turut disertai semacam cincin kecil bernama Loop. Cincin ini mengemas joystick imut-imut yang bisa digerakkan ke empat arah sekaligus diklik. Jadi ketika Loop Anda pasang di telunjuk, Anda bisa mengoperasikan Focals dengan menggerakkan joystick-nya menggunakan ibu jari, tanpa sekalipun mengangkat tangan Anda.

Lalu apa saja yang bisa pengguna lakukan dengan Focals setelah perangkat tersambung ke ponsel Android atau iPhone via Bluetooth? Dari yang sederhana seperti membaca pesan teks sekaligus meresponnya, mengakses kalender dan reminder, memantau ramalan cuaca, sampai menerima panduan navigasi turn-by-turn maupun memesan Uber. North bilang bahwa Focals mampu menyajikan informasi-informasi ini secara proaktif sesuai konteks.

North Focals

Di samping Loop, paket penjualan Focals juga mencakup sebuah carrying case yang merangkap peran sebagai charger untuk Focals dan Loop sekaligus. Untuk pemakaian standar, baterai Focals diperkirakan bisa bertahan sampai sekitar 18 jam, sedangkan Loop sudah pasti lebih awet dari itu.

North berencana memasarkan Focals sebelum akhir tahun ini seharga $999. Focals bakal hadir dalam dua varian desain: Classic dan Round, dengan tiga pilihan warna (hitam, abu-abu dan tortoise).

Satu kekurangan Focals adalah ketersediaannya. Ia tak bisa dibeli secara online begitu saja. Konsumen diwajibkan datang ke showroom North di kota Toronto atau New York untuk melakukan pengukuran terlebih dulu, sebab North ingin produknya benar-benar nyaman dipakai oleh masing-masing konsumennya.

Sumber: VentureBeat dan North.

Versi Terbaru Pocket Lebih Cekatan Membacakan Artikel Secara Lisan

Sebagian besar pengguna pastinya sudah tidak asing lagi dengan Pocket. Aplikasi read-later ini memungkinkan kita untuk menyimpan artikel yang ada di internet untuk dibaca kembali ketika sudah ada waktu luang nanti. Masalahnya, bagaimana kalau waktu luang itu benar-benar terbatas dan harus diisi oleh aktivitas lain, seperti sesi latihan di gym misalnya?

Pocket sebenarnya sudah punya solusinya, yakni fitur Listen yang memungkinkan artikel untuk dibacakan ke pengguna secara lisan ala sebuah podcast. Sayang cara membacakannya terkesan sangat robotik, dan mengakses fiturnya pun cukup sulit, terutama di aplikasi versi iOS-nya.

Kabar baiknya, dua problem ini sudah teratasi pada versi terbarunya, Pocket 7.0. Cara membacakannya kini jauh lebih natural dan lebih mirip manusia berkat integrasi platform deep learning Amazon Polly. Mengaksesnya juga mudah, cukup dengan mengklik icon bergambar headphone di ujung kiri atas.

Pocket 7.0

Saat fitur Listen ini aktif, Pocket bakal menyuguhkan tampilan player ala aplikasi podcast. Di bawahnya, ada deretan artikel lain yang belum sempat dibaca, yang bisa langsung ikut dibacakan tanpa harus kembali ke menu utama.

Penggunaan aset Amazon tidak berhenti sampai di Polly saja. Dalam waktu dekat, Pocket bakal merilis skill Alexa sehingga artikel juga dapat dibacakan melalui speaker Echo selagi pengguna sedang memasak atau makan di kediamannya.

Ketika ada waktu untuk membaca, versi anyar Pocket rupanya juga telah mengusung tampilan baru yang jauh lebih menarik. Penggunaan font baru dimaksudkan supaya artikel lebih mudah dibaca dan mata pun tidak terlalu cepat lelah. Dark Mode juga tersedia buat yang sering membaca sebelum tidur di malam hari.

Sumber: Pocket dan VentureBeat.

Facebook Portal dan Portal+ Adalah Smart Display Speaker dengan Fokus pada Fungsi Video Call

Facebook resmi terjun ke bisnis hardware. Mereka baru saja memperkenalkan Portal dan Portal+, semacam smart display speaker ala Amazon Echo Show, tapi dengan video calling sebagai fungsi utamanya.

Portal adalah yang paling mirip dengan Echo Show. Ia dibekali layar sentuh 10,1 inci dengan resolusi 1200 x 800 pixel. Tepat di bawahnya, tersimpan dua full-range driver dengan output audio sebesar 10 watt.

Facebook Portal+

Portal+ di sisi lain mengemas layar sentuh 15,6 inci beresolusi 1920 x 1080 pixel. Selain lebih besar dan lebih lebar, layarnya ini bisa diubah orientasinya antara horizontal atau vertikal. Audionya juga lebih bertenaga, dengan output 20 watt dari sepasang tweeter dan sub-woofer 4 inci.

Letak perbedaan Portal dan Portal+ berhenti di sana. Selebihnya, keduanya menjanjikan fungsionalitas yang sama persis. Utamanya adalah kamera 12 megapixel dengan sudut pandang seluas 140°, yang dibantu oleh AI (artificial intelligence) untuk melakukan panning dan zooming secara otomatis.

Facebook Portal

Keduanya turut dilengkapi empat buah mikrofon (dua di depan dan dua di belakang) guna menangkap suara dari segala arah. Pengguna juga dapat mengoperasikan Portal dengan perintah suara; memanggilnya menggunakan frasa “Hey Portal”, atau memanggil Alexa yang sudah terintegrasi sepenuhnya.

Facebook Portal

Integrasi sejumlah layanan streaming tak lupa disematkan (Spotify, Facebook Watch, dll). Sayang sekali tidak ada YouTube maupun Netflix di sini. Facebook berencana menambah jumlah layanan yang terintegrasi, akan tetapi tidak ada yang bisa memastikan apakah nantinya YouTube dan Netflix juga bakal tersedia.

Terakhir, Facebook Portal juga menawarkan fitur Story Time, yang pada dasarnya bakal menyulap sesi panggilan video bersama seorang anak menjadi sesi storytelling yang immersive dengan bantuan AR (augmented reality).

Facebook Portal

Saat semua fitur itu sedang tidak digunakan, Portal dan Portal+ akan menampilkan kumpulan foto dan video dari akun Facebook pengguna. Sejumlah notifikasi juga akan ikut disajikan, termasuk halnya pengingat ulang tahun.

Namun yang menjadi tanda tanya terbesar mungkin adalah seputar privasi. Facebook sadar betul bahwa ini bukan kekuatan utama mereka, namun mereka tetap berupaya meyakinkan konsumen lewat cara-cara berikut ini.

Facebook Portal

Yang pertama, kamera dan mikrofon milik Portal dan Portal+ dapat dinonaktifkan dengan satu sentuhan. Kalau itu ternyata masih kurang, pengguna juga dapat menutupi kameranya dengan cover plastik yang termasuk dalam paket pembelian.

Kedua, Facebook juga memastikan tidak ada percakapan video yang mereka dengarkan atau simpan di server. Enkripsi pun tidak lupa diterapkan pada semua sesi panggilan video. Terkait perintah suara, Portal hanya akan meneruskan ke server setelah pengguna mengucapkan mantra “Hey Portal”.

Facebook Portal

Terakhir, fitur-fitur berbasis AI, seperti kemampuan panning dan zooming otomatis kameranya tadi, berjalan langsung di perangkat, bukan melalui server Facebook. Kameranya pun tidak menggunakan teknologi pengenal wajah untuk mengidentifikasi identitas pengguna.

Facebook tentu berharap semua ini bisa cukup meyakinkan konsumen untuk menggunakan Portal dan Portal+ tanpa khawatir perihal privasi. Di Amerika Serikat, keduanya akan dipasarkan mulai bulan November, masing-masing seharga $199 (Portal) dan $349 (Portal+).

Sumber: Facebook.