Penguatan Mitra dan Talenta Lokal Jadi Strategi Utama Alibaba Cloud Indonesia

Alibaba Cloud saat ini memiliki 21 pusat data (data center) yang tersebar di berbagai negara di dunia. Dua di antaranya berada di Indonesia, diresmikan pada tahun 2018 dan 2019 yang lalu. Country Manager Alibaba Cloud Indonesia Leon Chen bahkan mengatakan, perusahaan saat ini sedang dalam proses pembuatan pusat data ketiganya di Indonesia, ditargetkan rampung awal tahun 2021.

“Kami melihat potensi yang besar di sini; dan Indonesia sendiri merupakan pasar strategis untuk Alibaba Cloud. Hal tersebut pula yang menjadi alasan mengapa Alibaba Cloud menjadi penyedia cloud global pertama yang menghadirkan data center di Indonesia,” ujarnya.

Strategi kemitraan

Tidak hanya Alibaba Cloud, DailySocial mencatat beberapa perusahaan besar lainnya sudah canangkan investasi untuk pengembangan pusat data lokal. Ada Microsoft yang akan gelontorkan dana hingga US$1 miliar, Amazon dengan US$2,5 miliar, dan Google dengan nominal yang tidak disebutkan pasti (belum lama ini mereka rilis cloud region).

Sementara penyedia lokal juga punya andil besar dalam menggarap pangsa pasar – sebut saja nama-nama seperti Biznet Gio, Telkom Sigma, dan lain-lain. Selain solusi teknologi, dua brand yang disebutkan tersebut terafiliasi dengan perusahaan lain yang bergerak di bidang telekomunikasi dan digital.

Menceritakan strategi bisnisnya, Leon mengatakan, untuk penetrasi pasar pihaknya memiliki pendekatan sinergi. Mereka menjalin kerja sama dengan mitra lokal untuk membawa keahlian dan teknologi guna memperkuat perusahaan-perusahaan lokal. Selain itu, berbagai program pelatihan dan sertifikasi untuk menjadi strategi ‘talent pool’, guna meningkatkan ketersediaan tenaga ahli lokal.

“Saat ini, Alibaba Cloud memiliki sekitar 100 mitra lokal pada ekosistem kami […] Awal tahun ini, kami juga mengumumkan program-program pelatihan yang kami inisiasi bersama universitas, inkubator, dan institusi pelatihan di Indonesia.”

Mempercayakan talenta lokal

Dalam wawancara turut hadir Max Meiden Dasuki selaku Lead Solutions Architect Alibaba Cloud. Pria lulusan Sekolah Tinggi Teknik Surabaya tersebut berperan sebagai konsultan bagi para pelanggan dari kalangan startup dan korporasi.

“Kami mengedukasi pelanggan tentang bagaimana mengadopsi cloud. Kami bekerja bersama mitra lokal untuk menyediakan solusi khusus guna meningkatkan efisiensi operasi bisnis mereka dan mengatasi tantangan mereka dengan biaya yang lebih efektif,” ujar Max.

Lebih detail ia mencontohkan mengenai tugasnya. Misalnya salah satu pelanggan mempunyai kebutuhan solusi sistem manajemen basis data relasional, mereka menemukan banyak tantangan menggunakan basis data tradisional. Setelah diskusi dan analisis yang mendalam, Max dan tim biasanya memberikan saran teknis, dalam kasus tadi mungkin ia akan menyarankan penerapan cloud-native database seperti PolarDB.

“Kami membantu mereka untuk bermigrasi dari database tradisional ke PolarDB. Sehingga mereka dapat mengelola database tanpa perlu khawatir dengan kinerja mengingat mereka dapat mengukur sumber daya komputasi dengan cepat dan efisien,” terang Max.

Selain itu Max turut menyampaikan, tim Alibaba Cloud di Indonesia 80% adalah staf lokal. Sementara 20% merupakan staf perempuan.

Target tahun ini

Alibaba Cloud Indonesia telah berkomitmen mengadakan 200 pelatihan tahun ini. Menargetkan 20 ribu peserta, diharapkan 50%-nya bisa melanjutkan sampai ke tahap sertifikasi. Di samping itu, perusahaan merencanakan perekrutan 5 ribu pegawai baru secara global sampai akhir tahun, termasuk untuk unit bisnisnya di Indonesia.

“Kami telah mencapai tiga digit pertumbuhan bisnis selama tiga tahun berturut-turut […] mendukung pelanggan dari berbagai sektor, terutama e-commerce, keuangan, media, pendidikan; contohnya Adira Finance, MNC, JNE, Kopi Kenangan, Investree, Akulaku, dan lain-lain” kata Leon.

Bersamaan dengan pembangunan pusat data ketiganya, Alibaba Cloud juga tentang menyiapkan ‘data scrubbing center’ pertamanya di Indonesia. Kebutuhan akan layanan intelegensi data menjadi konsiderasi perusahaan dalam perilisan sistem tersebut – di samping agar comply dengan regulasi yang mengharuskan pengelolaan data-data strategis di pusat data lokal.

Antusiasme Alibaba Cloud Terhadap Pasar Indonesia Pasca Pandemi

Januari lalu, Alibaba Cloud memaparkan visinya untuk memajukan ekosistem digital Indonesia. Lalu tanpa diduga pandemi COVID-19 merebak, dan di saat-saat seperti ini, publik semakin menyadari betapa pentingnya peran penyedia layanan cloud computing.

Platform video-on-demand (VOD) atau game online misalnya, tentu melihat peningkatan jumlah pengguna yang signifikan selama publik berdiam diri di rumahnya masing-masing, sehingga pada akhirnya harus bergantung lebih banyak lagi terhadap penyedia layanan cloud computing. Skenario seperti ini pada dasarnya bisa kita lihat sebagai kondisi new normal bagi perusahaan macam Alibaba Cloud.

2020 merupakan tahun ke-4 buat Alibaba Cloud di Indonesia. Maret 2018 lalu, mereka meresmikan data center pertamanya di tanah air. Belum setahun berselang, tepatnya pada bulan Januari 2019, mereka membuka data center keduanya. Kalau melihat pasar Indonesia yang begitu besar, jangan terkejut apabila ke depannya Alibaba Cloud bakal membuka data center yang ketiga.

Sejauh ini, produk dan solusi unggulan Alibaba Cloud untuk pasar Indonesia mencakup empat vertikal: data, media, cloud-native, dan network. Target pasar mereka bukan cuma kalangan enterprise saja, melainkan juga menyasar sektor UMKM, yang di titik ini semestinya sudah menyadari betapa esensialnya transformasi digital buat mereka.

Alibaba Cloud products and solutions

Menurut Leon Chen selaku Country Manager Alibaba Cloud Indonesia, jumlah pelanggan mereka di sini sudah mencapai ribuan, dan mitra lokalnya pun juga sudah ada 100 lebih. Tidak kalah penting adalah mitra-mitra Alibaba Cloud di bidang pelatihan seperti Inovasi Informatika Indonesia dan Trainocate, sebab sejak Januari lalu mereka memang sudah mengadakan berbagai pelatihan bersertifikasi secara ekstensif (dan tetap berlangsung secara online pasca pandemi).

Pelatihan terhadap tenaga kerja ini merupakan salah satu bentuk komitmen Alibaba Cloud demi memajukan ekosistem digital di tanah air, apalagi mengingat industri-industri di Indonesia belakangan semakin aware dengan cloud computing. Materi-materi yang diberikan juga bukan cuma untuk tingkatan profesional saja, tapi juga yang mencakup materi-materi dasar.

Juga menarik adalah pendapat Leon saat ditanya mengenai dampak kehadiran pemain cloud global (Google Cloud) di Indonesia. Beliau pada dasarnya bilang bahwa masuknya Google Cloud ke pasar tanah air menunjukkan bahwa Alibaba Cloud sudah berada di jalan yang benar karena sudah lebih dulu membangun data center.

Terakhir, Alibaba Cloud tak lupa menjelaskan tentang kontribusinya terhadap penanganan pandemi COVID-19 di Indonesia. Dari yang sederhana seperti mempromosikan DingTalk sebagai platform video conference alternatif – konferensi pers yang saya ikuti juga berlangsung via DingTalk – sampai yang lebih kompleks seperti menerbitkan Buku Pegangan Pencegahan dan Penatalaksanaan COVID-19.

Bukan cuma itu, Alibaba Cloud juga sudah bekerja sama dengan dua rumah sakit di Indonesia, yakni Eka Hospital dan Omni Hospital, untuk mengimplementasikan teknologi CT Image Analytics besutannya, yang diklaim mampu mendiagnosis pasien COVID-19 berdasarkan hasil CT scan dalam waktu 20 detik, dengan tingkat akurasi 96%.

Bisnis Pusat Data: Karena Semua Bisa Buat Awan

Pusat data punya peran esensial buat perusahaan, khususnya yang bergerak di teknologi. Karena Indonesia digadang-gadang sebagai negara ekonomi digital terpesat di Asia Tenggara, hal ini membuat perusahaan teknologi global ramai-ramai mengucurkan investasi untuk mendirikan bisnis pusat data.

Nominal dana yang mereka keluarkan tak tanggung-tanggung besarnya. Kabar teranyar datang dari Microsoft kabarnya siap menggelontorkan dana hingga $1 miliar untuk membangun data center. Kompetitornya, Amazon menyiapkan $2,5 miliar (membangun tiga pusat data akan beroperasi awal 2022) dan Google dalam waktu dekat akan merilis pusat di Indonesia, setelah diumumkan pada 2018.

Alibaba Cloud sudah lebih dahulu mendirikan pusat data pada 2018, delapan bulan kemudian merilis lokasi keduanya.

Kenapa mereka semua gencar bangun pusat data di Indonesia? Jawabannya secara praktis untuk memenuhi kebutuhan bisnis. Dari sisi regulasi, Indonesia dianggap lebih longgar dan terbuka untuk inovasi yang datang dari luar.

Dari sisi teknologi pun, pengalaman pengguna akan jauh lebih baik karena latensi rendah, biaya jauh lebih rumah, ada jaminan compliance dan keamanan, compute dan fitur prosesor, dan sebagai alternatif pemulihan bencana (disaster recovery). Semakin dekat mereka dengan pelanggan, maka akan semakin baik pelayanannya untuk kebutuhan aftersales.

Perusahaan pun dapat membawa variasi produk lainnya ke negara tersebut untuk menyesuaikan dengan permintaan di pasar. Sebab bila ditelaah lebih jauh, bisnis pusat data semakin beragam. Dalam komputasi awan, ada beberapa jenis penyimpanan data dari publik, privat dan hybrid. Masing-masing punya membutuhkan karakter dan risiko yang berbeda.

Kemudian, ada yang memfokuskan untuk cloud business process services (BPaaS), cloud application infrastructure services (PaaS), cloud application services (SaaS), cloud management and security services, dan cloud system infrastructure services (Iaas).

Tak hanya itu, layanan tersebut kini dibekali teknologi tertentu sebagai fitur untuk menyesuaikan kebutuhan perusahaan. Misalnya AI, analitik, IoT, dan edge computing. Seluruh inovasi ini, rata-rata sudah dikembangkan oleh pemain global agar dapat melayani seluruh segmen.

Secara strategis, ketiga perusahaan asal Amerika Serikat ini saling berkompetisi satu sama lain. Menurut laporan Catalys, seluruh perusahaan di seluruh dunia mengelontorkan dana $107 miliar untuk membangun infrastruktur komputasi awan pada 2019, naik 37% dari tahun lalu.

Menariknya, hampir sepertiga dari porsi ini dikuasai AWS sebagai pemimpin pasar komputasi awan dengan pangsa pasar 32,3% dari seluruh total belanja yang telah mereka keluarkan. Posisi kedua ditempati Microsoft Azure dengan pangsa pasar 16,8%, disusul Google Cloud 5,8%, Alibaba Cloud 4,9%, dan lainnya 40%.

Lainnya ini terdiri atas IBM, VMware, Hewlett Packard Enterprise, Cisco, Salesforce, Oracle, SAP, dan pemain lokal dari seluruh negara.

Sumber : Catalys
Sumber : Catalys

Karpet merah untuk pemain asing

Saat memimpin rapat terbatas tentang pusat data di Kantor Presiden pada Jumat (28/2), Presiden menyebut pusat data yang fokus dikembangkan di Indonesia akan mendatangkan banyak manfaat bagi perusahaan startup lokal yang saat ini masih banyak menggunakan pusat data di luar negeri.

Presiden tidak ingin Indonesia hanya menjadi pasar dan penonton bagi industri tersebut. Investasi pembangunan pusat data, menurutnya, harus memberikan nilai tambah dan transfer pengetahuan bagi Indonesia.

“Siapkan regulasinya termasuk yang mengatur soal investasi data center yang ingin masuk ke Indonesia. Kita juga harus memastikan investasi data center di Indonesia memberikan nilai tambah baik dalam pelatihan digital talent, pengembangan pusat riset, kerja sama dengan pemain nasional maupun sharing pengetahuan dan teknologi,” ucapnya.

Tim Microsoft bersama Bank Mandiri sebagai mitra perusahaan / Microsoft
Tim Microsoft bersama Bank Mandiri sebagai mitra perusahaan / Microsoft

Pernyataan Presiden keluar setelah pertemuannya dengan CEO Microsoft Satya Nadella yang datang ke Indonesia saat pagelaran Indonesia Digital Summit 2020. Presiden berjanji dalam waktu seminggu untuk merumuskan regulasi sederhana yang mendukung investasi berkaitan dengan data center.

Dalam seminggu lebih, meski di luar target, Menteri Kominfo Johnny G. Plate menerbitkan Rancangan Peraturan Menteri Kominfo (RPM) tentang Tata Kelola Penyelenggara Sistem Elektronik (PSE) Lingkup Privat telah selesai dan siap diserahkan ke Menteri Koordinator Politik Hukum dan HAM untuk proses penyusunan perundangan selanjutnya.

Aturan ini akan menjadi acuan bagi investor di bidang data dan komputasi awan. Seluruh isinya mengatur lebih teknis dari PP 71/2019 tentang Penyelenggara Sistem dan Transaksi Elektronik (PSTE). Dalam RPM, mengatur teknis hak dan kewajiban, mekanisme dan tata cara perizinaan, tugas, kewajiban, hak, termasuk sanksi.

Sebagai catatan, PP tersebut merupakan hasil revisi dari PP 82/2012. Salah satu pasal yang disebutkan adalah PSTE privat boleh melakukan pengelolaan, pemrosesan, dan/atau penyimpanan sistem elektronik dan data di luar negeri. Pasal kontroversial ini dianggap mencoreng semangat kedaulatan data.

“Data di sektor publik itu hanya 10 persen, berarti 90 persen data kita ada di sektor privat. Ini berarti 90 persen data kita lari ke luar Indonesia. Kalau sudah begitu bagaimana bisa melindungi dan menegakkan kedaulatan data kita ketika datanya di luar yurisdiksi,” terang Ketua Asosiasi Cloud Computing Indonesia (ACCI) Alex Budiyanto.

Penolakan keras pemain lokal

Alex juga mempertanyakan kemudahan yang diberikan pemerintah untuk Microsoft dan kawan-kawan perusahaan asing, apakah karena Indonesia telah menjadi negara kapitalis.

“Kami cukup terkejut begitu mudahnya Presiden RI mengakomodasi permintaan dari Microsoft bahkan menjanjikan kurang dari seminggu regulasi yang diminta akan selesai. Kami belum pernah melihat dukungan yang sama diberikan kepada pemain lokal,” ujarnya dikutip dari CNNIndonesia.

Alex berharap seharusnya Jokowi bisa terlebih dahulu memikirkan nasib pemain di bisnis pusat data dan komputasi awan Indonesia. Seharusnya, Presiden membuat sebuah regulasi yang membuat kondisi lapangan usaha yang adil (a level playing field).

“Jangan sampai dengan hadirnya global player di Indonesia justru membuat ‘anak sendiri’ mati.”

Dalam draf RPM PSE Lingkup Privat, mendefinisikan Penyelenggara Sistem Elektronnik Lingkup Privat adalah penyelenggara Sistem Elektronik oleh orang, badan usaha, dan masyarakat.

Pendaftarannya harus memenuhi kriteria tertentu, salah satunya diatur/diawasi oleh Kementerian atau lembaga berdasarkan ketentuan peraturan perundang-undangan; punya portal, situs, atau aplikasi dalam jaringan internet yang digunakan untuk menyediakan, mengelola, mengoperasikan perdagangan barang dan/atau jasa, dan fungsi lainnya.

alibaba cloud
Alibaba Cloud lancarkan kegiatan khusus untuk startup Indonesia / Alibaba Cloud

Pengajuan pendaftaran PSE Lingkup Privat dilakukan melalui Online Single Submission (OSS). Ketentuan ini juga berlaku buat PSE asing yang melakukan usaha dan/atau kegiatan di Indonesia.

Menurut draf, mereka hanya perlu menyampaikan informasi soal identitas PSE Lingkup Privat Asing, identitas pimpinan perusahaan dan/atau identitas penanggung jawab, dan surat keterangan domisili dan/atau akta pendirian perusahaan. Syarat legalnya cukup diterjemahkan dari penerjemah bersertifikat.

Draf juga tidak menyinggung pasal soal kewajiban membayar pajak untuk PSE asing sesuai dengan aturan berbisnis di Indonesia, ataupun kewajiban mencatatkan dan melaporkan pendapatan yang mereka peroleh dari Indonesia.

Dengan kata lain, isi draf ini sangat sederhana seperti yang disampaikan oleh Menteri Kominfo Johnny G Plate. Pada saat itu ia menyampaikan, Permen akan dibuat sesederhana mungkin untuk muluskan investasi perusahaan teknologi global yang ingin membangun pusat data di Indonesia.

Kendati demikian, pihak Kemenkominfo membuka konsultasi publik untuk meminta tanggapan dan masukan untuk penyempurnaan naskah hingga 26 Maret 2020.

Pada akhirnya berkolaborasi

DailySocial meminta tanggapan dari pemain sejenis dalam negeri untuk meminta tanggapannya terkait beleid ini. CEO Biznet Gio Cloud Dondy Bappedyanto enggan secara gamblang memberikan pandangannya.

Ia justru menilai dari kacamata bisnis, kehadiran pemain regional seperti Amazon, Google, dan Microsoft adalah peluang buat kolaborasi karena pasar pusat data dan komputasi awan ini punya model bisnis hyperscale.

Hyperscale mengacu pada sistem atau bisnis yang jauh melebih pesaing. Bisnis ini dikenal sebagai mekanisme pengiriman di balik sebagian besar web yang didukung cloud, yang merupakan 68% dari pasar layanan infrastruktur.

Layanan ini mencakup banyak layanan cloud yang hosted dan privat, ada IaaS dan PaaS. Mereka mengoperasikan pusat data besar, dengan masing-masing menjalankan ratusan ribu server hyperscale.

“Karena market hyperscaler dan kita itu sebenarnya beririsan. Ada yang punya irisan sendiri ada yang sharing irisan,” ujar Dondy.

Sejak tahun ini, Biznet Gio menggaet kemitraan dengan AWS dan Google Cloud. Ia mengaku hasil yang bisa diperoleh sejauh ini terbilang lumayan untuk layanan baru. “Sebenarnya lebih ke arah ekspansi market daripada survive. [Kalau] dapat market baru kenapa enggak kita berpartner saja.”

Ia melanjutkan, dengan mengambil posisi ini, Biznet Gio adalah sebagai komplementer. Bukan sebagai penantang langsung karena ia sadar ada perbedaan skala bisnis yang jauh. Sehingga dengan kemitraan, perusahaan bisa menggali lebih dalam solusi yang dibutuhkan pengguna cloud sehingga bisa memberikan solusi tepat guna.

Strategi lainnya adalah meningkatkan pelayanan agar pengguna tetap nyaman untuk memakai layanan Biznet Gio. “Penggunaan cloud pada awalnya ditujukan untuk efisiensi, bisa menjadi pemborosan bila cara menggunakannya tidak tepat. Jebakan ‘bayar jam-jam-an’ kadang menimbulkan nafsu untuk memakai teknologi atau konfigurasi yang sebenarnya tidak amat dibutuhkan.”

“Di sini, kami akan bertidak sebagai konsultan penggunaan cloud yang tepat guna untuk pelanggan, dari pengalaman yang sehari-hari kami hadapi,” pungkasnya.

Alibaba Cloud Membangun Ekosistem Digital dengan Menggelar Pelatihan Talenta

Lihat artikel ini dalam tampilan baru DailySocial.id

Cloud, big data, machine learning adalah jenis teknologi paling sering disebut di era serba digital seperti sekarang. Dapat dikatakan menguasai ketiga teknologi tersebut, merupakan modal mutlak untuk memenuhi kebutuhan industri saat ini.

Dari ketiga jenis teknologi di atas, cloud merupakan salah satu yang paling krusial. Ia memudahkan konsumen, baik individu maupun korporasi, untuk menganalisis data dari mana pun dan kapan pun. Khusus untuk korporasi, mereka tidak perlu repot-repot membangun sendiri infrastruktur penyimpanan yang rumit dan mahal.

Alibaba Cloud adalah salah satu penyedia layanan cloud terbesar di dunia dengan sekitar 61 availability zone di 20 kawasan yang tersebar di seluruh dunia. Mereka mendirikan pusat data pertamanya di Indonesia pada Maret 2018, disusul yang kedua pada Januari 2019, menjadikan Indonesia sebagai salah satu pasar terpenting bagi Alibaba Cloud di Asia Pasifik.

Dari beberapa tonggak-tonggak penting tersebut, cukup membuat Alibaba Cloud memahami bahwa Indonesia sedang bergerak menuju (sepenuhnya) digital. Menjamurnya startup dan transformasi digital oleh banyak korporasi, menciptakan permintaan layanan digital, seperti cloud, lebih tinggi dari sebelumnya.

Namun apa yang dilakukan oleh Alibaba Cloud untuk mendukung transformasi digital di Indonesia lebih mengedepankan pendekatan yang holistik.

Salah satunya dengan menggelar “Digital Talent Empowerment Program” dengan menggandeng perguruan tinggi dan institusi. Tujuan dari program tersebut adalah melatih 2.000 mahasiswa dalam bidang teknologi digital, khususnya teknologi cloud dan intelijen.

Empowerment partnership ini merupakan bagian dari komitmen Alibaba Cloud untuk pemberdayaan talenta. Selain itu yang dilatih juga tidak hanya mahasiswa, tapi juga para trainer, agar mereka dapat memberdayakan teknologi Alibaba Cloud yang terbaru,” jelas Head of Alibaba Cloud Indonesia, Leon Chen.

Leon menjelaskan keinginan Alibaba Cloud menggelar program ini bukan tanpa alasan. Ia melihat sumber daya manusia di Indonesia punya potensi dan keinginan belajar yang besar. Potensi tersebut dapat dimaksimalkan apabila didukung dengan akses pengetahuan yang memadai untuk masyarakat luas.

Alibaba Cloud memandang ini sebagai kesempatan untuk berbagi pengetahuan. Sebagai pihak yang memiliki teknologi, Alibaba Cloud membantu publik menjembatani mereka untuk dapat memiliki akses terhadap pengetahuan teknologi teranyar.

“Sebenarnya tidak ada isu SDM di Indonesia, tapi saya rasa mereka hanya belum menemukan caranya mencari pengetahuan tersebut. Dan itu yang mendorong Alibaba Cloud membuat startup program, pelatihan, karena yang terlihat SDM di sini sangat mau belajar, berpotensi besar, serta menyerap pengetahuan dengan cepat,” imbuh Leon.

Inisiatif Alibaba Cloud ini melibatkan beberapa universitas terkemuka seperti Universitas Bina Nusantara dan Universitas Prasetia Mulya, Di sisi lain Alibaba Cloud juga menggandeng Trainocate, PT Inovasi Informatika, dan BLOCK71 Jakarta untuk melengkapi rangkaian inisiatif pengembangan bakat digital ini. Diah Wihardini, Direktur BINUS Global di Universitas Bina Nusantara, mengatakan kolaborasi dengan Alibaba Cloud ini menguntungkan para mahasiswanya. Dengan kemitraan seperti ini maka kesempatan mereka untuk mengakses pengetahuan teknologi teranyar dari pelaku industrinya langsung.

“Kami berharap mahasiswa yang belajar di Binus ini bisa terserap, cepat mendapat pekerjaan, cepat tanggap, sehingga mereka dapat bekerja untuk kemajuan bangsa. Melalui kerja sama ini, Binus terbantu dengan resources dari Alibaba Cloud dengan materi pengajaran yang up-to-date,” sambung Diah.

Dalam program ini Alibaba Cloud akan turut memberi pelatihan bagi 60 pengajar dari Binus dan Prasetia Mulya. Dari pengajar ini nantinya ilmu yang diperoleh akan disebarluaskan kembali ke 2.000 mahasiswa dari kedua kampus. Leon menambahkan, Alibaba Cloud tak menutup kemungkinan untuk bekerja sama dengan perguruan-perguruan tinggi lainnya di masa mendatang.

Keberlangsungan industri akan lebih baik ketika ekosistemnya sudah terbentuk. Membangun jaringan sumber daya manusia yang unggul merupakan langkah yang tepat untuk menciptakan ekosistem yang baik.

Namun Alibaba Cloud menganggap inisiatif mereka tak hanya akan menguntungkan industrinya sendiri. Bakat-bakat yang mengikuti pelatihan mereka nantinya akan tersebar luas ke banyak tempat dan mengimplementasikan ilmu yang diperoleh dari Alibaba Cloud. Apalagi sudah umum diketahui, penggunaan cloud computing sudah merentang luas ke berbagai sektor, seiring dengan menjamurnya bisnis digital.

“Dari program empowerment ini, yang terbantu bukan Alibaba Cloud sendiri, dampaknya bahkan bisa dirasakan seluruh negeri ini. Cloud sangat cocok, terutama untuk market seperti Indonesia yang populasinya banyak, sehingga butuh solusi teknologi yang dapat cepat beradaptasi,” pungkas Leon.

Disclosure: Artikel ini adalah advertorial yang didukung oleh Alibaba Cloud.

Partners with WeWork and Softbank Telecom China, Alibaba Cloud Is to Help Business Expansion in China

Starts from the previous collaboration, Alibaba Cloud, WeWork and Softbank Telecom China, form a strategic partnership to help more companies and startups from various countries to expand business in China. This program is to complete the “China Gateway” project first initiated by Alibaba Cloud.

Through the launch of this strategic partnership, either WeWork, or Softbank, can support business from SME to corporate using Alicloud technology and infrastructure, WeWork office space and network community, also business consulting with Softbank Telecom China.

At the Alibaba Cloud Summit in Singapore some times ago, Alibaba Group’s Vice President and Alibaba Cloud Intelligence’s General Manager of Strategy & Marketing, Lancelot Guo confirmed, this program aims to empower global companies in creating and expanding business opportunity amidst the growing market in China.

“This is the first time there is an opportunity for business players focusing on the Chinese market to take advantage of local talents, vertical experience, and innovation from the three most visionary companies in the world in one package. Together we make a commitment to support global companies to connect with customers in China,” he said.

For interested businessmen, the registration is available on the website, and the online consulting session is open. If the preparation has completed and the product’s ready, with a relevant target market, the next step can be accessed directly in China.

In addition to the regulars, those in this program can also get special offers, such as technology training, marketing, discount for Alibaba Cloud products and services, including business registration, travel booking on WeWork Service Store.

Support all businesses and global companies

Being mentioned about the ideal company or startup to attract China’s population, Guo said there’s no specific category for those in using this program’s facilities. All businesses ready and confident enough to expand to China are welcome.

WeWork selected as Alibaba Cloud’s partner is considered a benefit for startups and the company. They’ve been operated in China since 2016 and currently, they have some branches all around the country. It’s claimed that they know better on what culture and approach to apply should you plan to develop business in China.

“The partnership is very significant for WeWork because we’ve been through so much in building and scaling up the business in China. We started in 2016 and have to adopt a local approach to run business in the unique market,” WeWork Asia’s Vice Chairman, Christian Lee said.

The regulation and relation issues related to the regulator should also be noticed by those who want to expand to China. Therefore, if necessary, Aircloud also offer consulting session and specific information regarding legal terms and regulation to obey should you plan to expand business to China.

“Using Alibaba Cloud’s innovative technology and Alibaba ecosystem’s support, we should capable to solve the problem faced by multinational companies to enter and develop in China, support them to discover various opportunities in the market and stand competitive,” he said.


Original article is in Indonesian, translated by Kristin Siagian

Gandeng WeWork dan Softbank Telecom China, Alibaba Cloud Siap Bantu Bisnis Ekspansi ke Tiongkok

Berangkat dari kolaborasi yang telah terjalin sebelumnya, Alibaba Cloud, WeWork dan Softbank Telecom China, menjalin kemitraan strategis untuk membantu lebih banyak perusahaan hingga startup dari berbagai negara melebarkan bisnisnya di Tiongkok. Program ini menjadi penyempurnaan inisiatif “China Gateway” yang sebelumnya digagas Alibaba Cloud.

Dengan diresmikannya kerja sama strategis tersebut, baik WeWork, Alibaba Cloud dan juga Softbank, bisa membantu bisnis mulai dari UKM hingga korporasi dengan memanfaatkan infrastruktur dan teknologi dari Alicloud, ruangan kerja dan komunitas jaringan WeWork hingga konsultasi informasi bisnis dengan Softbank Telecom China.

Dalam acara Alibaba Cloud Summit di Singapura beberapa waktu yang lalu, Vice President Alibaba Group dan General Manager of Strategy & Marketing Alibaba Cloud Intelligence Lancelot Guo menegaskan, program ini bertujuan untuk memberdayakan perusahaan global  dalam menciptakan dan memperluas kesempatan berbisnis di tengah-tengah pasar Tiongkok yang terus tumbuh.

“Ini adalah pertama kalinya tersedia kesempatan bagi para pebisnis yang fokus pada pasar Tiongkok untuk memanfaatkan keahlian lokal, pengalaman vertikal dan inovasi dari tiga perusahaan paling visioner di dunia dalam satu atap paket. Bersama-sama kami berkomitmen untuk mendukung perusahaan-perusahaan global untuk terhubung dengan pelanggan di Tiongkok,” kata Lancelot.

Bagi pemilik usaha yang berminat bisa mendaftarkan diri di situs khusus dan melakukan konsultasi terlebih dahulu secara online. Jika memang sudah siap dan memiliki produk hingga target pelanggan yang relevan, tahap selanjutnya bisa dilakukan langsung di Tiongkok.

Selain dapat serangkaian penawaran reguler, mereka yang mengikuti program ini juga bisa menikmati penawaran istimewa lainnya, seperti pelatihan teknologi, pemasaran, potongan harga untuk produk Alibaba Cloud dan jasa termasuk pendaftaran bisnis, pemesanan perjalanan bisnis pada WeWork Service Store.

Bantu semua bisnis dan perusahaan asing

Disinggung perusahaan atau startup seperti apa yang ideal untuk bisa menarik perhatian masyarakat Tiongkok, Lancelot menegaskan tidak ada kategori khusus bagi yang ingin memanfaatkan fasilitas dari program ini. Semua bisnis yang memang telah siap dan memiliki kepercayaan diri untuk bisa memperluas usaha mereka ke Tiongkok, disambut dengan baik oleh mereka.

Dipilihnya WeWork sebagai salah satu partner dari Alibaba Cloud, dinilai menjadi keuntungan lebih yang bisa dimanfaatkan oleh startup hingga perusahaan. WeWork sendiri telah hadir di Tiongkok sejak tahun 2016 lalu, dan saat ini telah memiliki beberapa cabang di berbagai wilayah di Tiongkok. WeWork juga mengklaim telah memahami benar cara kerja hingga pendekatan yang baiknya dilakukan, jika ingin membangun bisnis di Tiongkok.

“Kerja sama ini sangat signifikan bagi WeWork karena kami sendiri telah melalui perjalanan dalam membangun dan meningkatkan skala bisnis kami di Tiongkok. Ketika kami memulai perjalanan kami di Tiongkok pada tahun 2016, kami harus mengadopsi pendekatan yang sangat lokal untuk menjalankan bisnis di lingkungan bisnis yang sangat unik ini,” kata Vice Chairman WeWork Asia Christian Lee.

Persoalan regulasi serta relasi yang terjalin dengan regulator juga merupakan poin penting yang wajib diperhatikan oleh bisnis yang ingin melebarkan usaha di Tiongkok. Untuk itu jika dibutuhkan, Alicloud juga bisa memberikan konsultasi hingga penjelasan secara menyeluruh soal hukum hingga aturan yang baiknya dipatuhi, ketika ingin membangun bisnis di Tiongkok.

“Dengan teknologi inovatif yang dimiliki Alibaba Cloud dan dukungan ekosistem Alibaba, kami berharap untuk dapat menjawab tantangan yang dihadapi oleh perusahaan multinasional untuk masuk dan berkembang di Tiongkok, mendorong mereka untuk mampu mendalami berbagai kesempatan di pasar dan tetap kompetitif,” tutup Lancelot.

Cloud Computing for Process Accelerating and Cost Cutting

At the Alibaba Cloud APAC Summit in Singapore last time, there are some Indonesian partners among the participants, such as Tokopedia, MNC, and Adira Finance. Those three have been using Alibaba Cloud services and cloud computing technology. In the Q&A session led by Alibaba representation, they shared insights and notion related to cloud computing.

Accelerating the process and cutting costs

Tokopedia’s Vice President of Engineering, Herman Widjaja said, the cloud computing has been accelerating the services. They currently intensify the Same Day Delivery service, that is said to be 30%-40% faster than usual. The success rate target is to be increased by 80%.

“In collaboration with Alibaba Cloud, we intend to accelerate the process and scale up. In the near future, we should’ve capable of 200 transactions per second,” he added.

To date, Tokopedia has around 90 million active users and more than 5,5 million merchants. As a marketplace with such categories and unique sales, Tokopedia plans to build a smart fulfillment center, supported by the latest technology.

The use of cloud computing is claimed to cut costs for server maintenance and internal technology. It was said by Adira Finance’s IT Deputy Director, Dodi Soewandi. He said, after using the technology, their company can minimize 10-15% spending.

Yet to build a new data center

Dodi Soewandi (Adira Finance) with Leon Chen (Alibaba Cloud) / DailySocial
Dodi Soewandi (Adira Finance) with Leon Chen (Alibaba Cloud) / DailySocial

Alibaba Cloud Indonesia’s General Manager, Leon Chen also participates in the event. Regarding the data center, he said they have no plans to build the third one in Indonesia. They’re still focused on getting more clients for the latest innovation, Alibaba Cloud is to tighten its position in Indonesia.

“We’re very enthusiastic with Indonesian companies spirit and appreciation in adopting our technology. With more requests to come for us to build the new data center, the plan will be discussed further,” he said.

Indonesia is currently the key market for Alibaba Cloud. With the warm welcome from startups to corporates in using the technology, he also mentioned with the various technology, many clients are used to adoption, even wait for the next innovation by Alicloud.

“The latest one for our clients and partners in Indonesia is, 10 Alibaba Cloud’s new features to ensure business acceleration by using our technology,” he said.


Original article is in Indonesian, translated by Kristin Siagian

Komputasi Awan Bantu Perusahaan Percepat Proses dan Memangkas Pengeluaran

Dalam gelaran Alibaba Cloud APAC Summit di Singapura beberapa waktu lalu, turut hadir mitra dari Indonesia di antaranya Tokopedia, MNC dan Adira Finance. Ketiga mitra tersebut selama ini telah memanfaatkan layanan dan teknologi komputasi awan milik Alibaba Cloud. Dalam sesi tanya jawab yang dipandu oleh perwakilan dari Alibaba, mereka menyampaikan pengalaman hingga harapan terkait kebutuhan layanan komputasi awan.

Mempercepat proses dan memangkas pengeluaran

Vice President of Engineering Tokopedia Herman Widjaja menyebutkan, selama ini teknologi komputasi awan mampu mempercepat proses layanan. Tokopedia sendiri saat ini semakin gencar melancarkan Same Day Delivery, yang diklaim sebanyak 30-40% mampu dilakukan dengan proses yang cepat. Tokopedia menargetkan jumlah tersebut bisa bertambah hingga 80% success rate.

“Dengan kolaborasi yang dilakukan bersama Alibaba Cloud, kami berharap bisa mempercepat proses dan tentunya melakukan scale up. Ke depannya kami berharap bisa menangani 200 transaksi per detik,” kata Herman.

Saat ini Tokopedia telah memiliki sekitar 90 juta pengguna aktif dan lebih dari 5,5 juta merchant. Sebagai marketplace yang memiliki sejumlah kategori dan bukan sekedar jual-beli biasa, Tokopedia berencana untuk mendirikan smart fulfilment center, yang didukung dengan teknologi terkini.

Pemanfaatan layanan komputasi awan diklaim mampu memangkas biaya pemeliharaan server dan teknologi internal. Hal tersebut diungkapkan oleh Deputy Director IT Adira Finance Dodi Soewandi. Ia menceritakan, setelah menggunakan teknologi komputasi awan, perusahaannya mampu memangkas pengeluaran hingga 10-15%.

Belum berniat membangun data center baru

Dodi Soewandi (Adira Finance) dan Leon Chen (Alibaba Cloud) / DailySocial
Dodi Soewandi (Adira Finance) dan Leon Chen (Alibaba Cloud) / DailySocial

Dalam kesempatan tersebut turut hadir General Manager Alibaba Cloud Indonesia Leon Chen. Disinggung apakah ada rencana bagi Alibaba Cloud untuk membangun data center ketiga di Indonesia, Leon menegaskan saat ini belum memiliki rencana tersebut. Masih fokus menambah jumlah klien hingga menghadirkan inovasi teknologi terkini, Alibaba Cloud ingin memperkuat kehadirannya di Indonesia.

“Kita sangat antusias dengan semangat dan apresiasi yang diberikan oleh perusahaan di Indonesia untuk mengadopsi teknologi kami. Jika nantinya akan lebih banyak permintaan yang masuk untuk kami membangun data center ketiga di Indonesia, tentunya rencana tersebut akan kami bicarakan lebih lanjut secara internal,” kata Leon.

Saat ini Indonesia merupakan key market bagi Alibaba Cloud. Bukan hanya sambutan yang baik dari startup hingga korporasi untuk memanfaatkan teknologi Alibaba Cloud, namun Leon menyebutkan, dengan berbagai teknologi yang dimiliki, banyak klien dan mitra Alicloud yang mulai terbiasa mengadopsi teknologi, bahkan menunggu inovasi dari Alicloud selanjutnya.

“Salah satunya yang akan kami sediakan untuk klien dan mitra kami di Indonesia adalah, 10 fitur terbaru Alibaba Cloud yang bisa dipastikan bisa mempercepat pertumbuhan bisnis mereka memanfaatkan teknologi kami,” kata Leon.

Fokus Alibaba Cloud Hadirkan Teknologi Baru dan Berinvestasi di Asia

Sebagai salah satu penyedia layanan komputasi awan terbesar di Asia, Alibaba Cloud menegaskan komitmennya untuk fokus pada pasar Asia. Berdiri pada tahun 2019, Alibaba Cloud kini telah mendirikan data center di 14 region di Asia Pasifik, termasuk di dalamnya dua data center di Indonesia. Komitmen Alibaba Cloud yang diusung dengan tagline “In Asia For Asia” ditegaskan oleh President Alibaba Cloud Intelligence International Selina Yuan saat acara Alibaba Cloud Summit di Singapura akhir bulan Mei 2019 lalu.

Selain ingin berinvestasi lebih banyak di Aisa, Alibaba Cloud juga berharap bisa memperluas kolaborasi dengan mitra hingga menambah jumlah pelanggan. Salah satu upaya yang dilakukan adalah dengan meluncurkan kampanye dukungan layanan yang lebih baik, yang didesain untuk UKM. Keuntungan utama dari layanan dan dukungan yang lebih baik ini meliputi konsultasi pra penjualan langsung dan personal, 24/7 layanan teknis, tambahan layanan teknis secara gratis dan bantuan purna jual yang lebih cepat.

“Sebagai penyedia teknologi awan publik terbesar di Asia Pasifik, Alibaba Cloud kini mempercepat transformasi digital di kawasan ini dengan membangun infrastruktur komputasi awan kelas dunia dan berada di baris terdepan dalam pengembangan data intelijen. Kami berkomitmen penuh untuk memberikan kawasan Asia Pasifik ini layanan komputasi awan yang akan mendorong ekosistem teknologi yang terintegrasi dan berkelas dunia,” kata Selina.

Mendukung layanan e-commerce dan ritel

Salah satu prestasi yang diklaim perusahaan ialah mampu mendongkrak penjualan layanan e-commerce, di antaranya direalisasikan dalam kegiatan 11.11 dan 12.12 Shopping Festival. Dalam hal ini Alibaba Cloud mendukung 1,3 miliar kunjungan yang berpengaruh kepada penjualan. Dengan mengedepankan teknologi artificial intelligence (AI) pihaknya mengklaim mampu mendukung 350 juta percakapan, 1 miliar terjemahan bahasa dan 45,3 miliar rekomendasi produk dalam waktu 24 jam saat shopping festival berlangsung di November 2018 lalu.

Alibaba Cloud secara khusus menyediakan komputasi awan dan data intelijen mulai dari layanan e-commerce, logistik, pembayaran hingga hiburan dan perjalanan wisata untuk semua unit bisnis memanfaatkan ekosistem yang tersedia di Alibaba.

Teknologi dan inovasi lainnya yang juga dihadirkan oleh Alibaba Cloud adalah konsep Shoppertainment yang sebelumnya telah diaplikasikan oleh Lazada Indonesia, dengan memadukan hiburan yang ditayangkan secara LIVE melalui televisi. Lazada mengembangkan konsep Shoppertaiment yang menggabungkan shopping dan hiburan secara bersamaan melalui kemampuan live streaming di dalam aplikasi (in-app). Konsep ini sudah dipakai Alibaba melalui Tmall saat acara Single’s Day di 2016 dan Taobao.

Selain Shoppertainment, Lazada juga telah meluncurkan fitur Image Search hingga personalisasi untuk pengguna yang semua teknologinya dilakukan secara real-time. Konsepnya serupa dengan skenario “matchmaking” dalam waktu singkat, Lazada bisa memberikan rekomendasi produk berdasarkan pilihan dari pengguna. Untuk fitur Image Search sendiri sengaja dihadirkan oleh Lazada, setelah melakukan survei. Dari hasil tersebut terungkap, saat ini mulai banyak pengguna yang mencari rekomendasi berdasarkan gambar atau foto dibandingkan harus mengetik keyword melalui aplikasi.

Meluncurkan 10 produk dan fitur baru

Salah satu fitur baru Alibaba Cloud SaaS Accelerator / DailySocial
Salah satu fitur baru Alibaba Cloud SaaS Accelerator / DailySocial

Untuk memberikan kemudahan kepada klien, Alibaba Cloud meluncurkan lebih dari 10 produk dan fitur baru pada Alibaba Cloud Summit di Singapura. Produk dan fitur terbaru ini sebelumnya telah tersedia di Tiongkok dan untuk pertama kalinya dapat diakses para pebisnis di Asia Pasifik yang ingin menerapkan strategi “All in Cloud”. Meskipun sudah tersedia di semua negara, namun secara khusus pihak Alibaba Cloud menegaskan, fitur baru tersebut hanya akan diimplementasikan, jika klien atau pengguna membutuhkannya. Secara bertahap, semua fitur tersebut bakal tersedia di semua wilayah di Asia, termasuk tentunya Indonesia.

Beberapa fitur baru tersebut di antaranya adalah, PolarDB, Alibaba Log Service (SLS),Dukungan “Bring Your Own Key” (BYOK), Software Smart Access Gateway (SAG), Container Registry (ACR) Enterprise Edition, Container Service for Kubernetes (ACK) dan SaaS Accelerator. Untuk SaaS Accelerator merupakan program akselerator baru yang menghubungkan para mitra teknologi dengan ekosistem Alibaba.

Konsepnya adalah sebuah platform yang memungkinkan para mitra teknologi dapat dengan mudah membangun dan meluncurkan aplikasi SaaS dan meningkatkan cara bagaimana mengoperasikan bisnis dan teknologi yang sudah teruji di Alibaba.

Akselerator ini juga membantu penyedia SaaS untuk secara cepat menyebarkan dan menguji aplikasi mereka pada awan, memperpendek implementasi lifecycle, dan mengakselerasi time-to-market. Teknologi ini juga memungkinkan mitra ekosistem seperti perusahaan e-commerce, penginapan, dan industri perjalanan, untuk secara cepat menjangkau pelanggan mereka dalam platform Alibaba. Teknologi ini juga menegaskan tiga pusat ekosistem SaaS pusat komersial, pusat kapabilitas, dan pusat teknologi.

“Alibaba Cloud tidak hanya menyediakan infrastruktur yang menjadi tulang punggung keseluruhan perekonomian Alibaba dari e-commerce, pembayaran, logistik dan manajemen rantai pasokan adalah misi kami untuk memastikan inklusivitas, sehingga teknologi komputasi awan kami bisa diakses oleh perusahaan dari berbagai skala,” kata Selina.

Rudiantara Ajak Perusahaan Teknologi Asing Turut Ciptakan Talenta Digital di Indonesia

Persoalan talenta hingga saat ini masih menjadi kendala di Indonesia. Minimnya kemampuan dari generasi muda Indonesia terkait dengan teknologi dan bisnis digital menjadi perhatian pemerintah. Menteri Komunikasi dan Informatika Rudiantara secara agresif mengajak startup hingga perusahaan teknologi untuk membantu Indonesia meningkatkan kemampuan dan skill tenaga digital di Indonesia.

Dalam acara peresmian data center kedua Alibaba Cloud (09/1), Menkominfo turut mengajak perwakilan Alibaba Cloud untuk membantu Indonesia melahirkan talenta digital. Sehingga impor tenaga kerja asing tidak lagi menjadi prioritas dari startup hingga perusahaan teknologi di Indonesia.

“Saya tidak menyarankan startup atau perusahaan teknologi untuk mempekerjakan tenaga asing sebagai engineer di Indonesia. Namun dengan memberikan pengetahuan dan wawasan yang luas kepada talenta, tentunya bisa lebih memberikan manfaat lebih untuk tenaga kerja digital di Indonesia.”

Dalam hal ini Rudiantara merekomendasikan Alibaba Cloud untuk menghadirkan kurikulum dan silabus di sini. Sebelumnya Rudiantara juga telah menyampaikan niat tersebut kepada Jack Ma untuk membangun akademi di Indonesia. Namun untuk saat ini fokus lebih kepada pelatihan dan kelas dalam skala kecil terlebih dulu.

Menanggapi permintaan Menkominfo, Alibaba Cloud masih menampung masukan tersebut dan tentunya berupaya untuk terus mendukung program dari pemerintah Indonesia.

Program 20 ribu talenta digital Indonesia

Selain mengajak startup dan perusahaan teknologi untuk menciptakan pelatihan, kelas hingga akademi pemrograman, Kementerian Kominfo juga telah menggandeng sekitar 20 universitas di 12 kota di Indonesia untuk menerapkan pelajaran seperti big data, artificial intelligence, cyber security, cloud computing dan digital business ke dalam kurikulum mereka.

Targetnya hingga tahun 2019 mendatang sudah lahir sekitar 20 ribu talenta digital baru di Indonesia. Selain lima kurikulum yang direkomendasikan, Kominfo juga ingin menambah Internet of Things, robotics dan programming ke dalam program talenta digital Indonesia.

“Pemerintah Indonesia selama ini sudah cukup terbuka kepada investor asing untuk berinvestasi di Indonesia. Tapi kami juga mengajak mereka untuk memberikan kontribusi lain dalam bentuk pendidikan untuk talenta di Indonesia,” kata Rudiantara.