Penguatan Mitra dan Talenta Lokal Jadi Strategi Utama Alibaba Cloud Indonesia

Alibaba Cloud saat ini memiliki 21 pusat data (data center) yang tersebar di berbagai negara di dunia. Dua di antaranya berada di Indonesia, diresmikan pada tahun 2018 dan 2019 yang lalu. Country Manager Alibaba Cloud Indonesia Leon Chen bahkan mengatakan, perusahaan saat ini sedang dalam proses pembuatan pusat data ketiganya di Indonesia, ditargetkan rampung awal tahun 2021.

“Kami melihat potensi yang besar di sini; dan Indonesia sendiri merupakan pasar strategis untuk Alibaba Cloud. Hal tersebut pula yang menjadi alasan mengapa Alibaba Cloud menjadi penyedia cloud global pertama yang menghadirkan data center di Indonesia,” ujarnya.

Strategi kemitraan

Tidak hanya Alibaba Cloud, DailySocial mencatat beberapa perusahaan besar lainnya sudah canangkan investasi untuk pengembangan pusat data lokal. Ada Microsoft yang akan gelontorkan dana hingga US$1 miliar, Amazon dengan US$2,5 miliar, dan Google dengan nominal yang tidak disebutkan pasti (belum lama ini mereka rilis cloud region).

Sementara penyedia lokal juga punya andil besar dalam menggarap pangsa pasar – sebut saja nama-nama seperti Biznet Gio, Telkom Sigma, dan lain-lain. Selain solusi teknologi, dua brand yang disebutkan tersebut terafiliasi dengan perusahaan lain yang bergerak di bidang telekomunikasi dan digital.

Menceritakan strategi bisnisnya, Leon mengatakan, untuk penetrasi pasar pihaknya memiliki pendekatan sinergi. Mereka menjalin kerja sama dengan mitra lokal untuk membawa keahlian dan teknologi guna memperkuat perusahaan-perusahaan lokal. Selain itu, berbagai program pelatihan dan sertifikasi untuk menjadi strategi ‘talent pool’, guna meningkatkan ketersediaan tenaga ahli lokal.

“Saat ini, Alibaba Cloud memiliki sekitar 100 mitra lokal pada ekosistem kami […] Awal tahun ini, kami juga mengumumkan program-program pelatihan yang kami inisiasi bersama universitas, inkubator, dan institusi pelatihan di Indonesia.”

Mempercayakan talenta lokal

Dalam wawancara turut hadir Max Meiden Dasuki selaku Lead Solutions Architect Alibaba Cloud. Pria lulusan Sekolah Tinggi Teknik Surabaya tersebut berperan sebagai konsultan bagi para pelanggan dari kalangan startup dan korporasi.

“Kami mengedukasi pelanggan tentang bagaimana mengadopsi cloud. Kami bekerja bersama mitra lokal untuk menyediakan solusi khusus guna meningkatkan efisiensi operasi bisnis mereka dan mengatasi tantangan mereka dengan biaya yang lebih efektif,” ujar Max.

Lebih detail ia mencontohkan mengenai tugasnya. Misalnya salah satu pelanggan mempunyai kebutuhan solusi sistem manajemen basis data relasional, mereka menemukan banyak tantangan menggunakan basis data tradisional. Setelah diskusi dan analisis yang mendalam, Max dan tim biasanya memberikan saran teknis, dalam kasus tadi mungkin ia akan menyarankan penerapan cloud-native database seperti PolarDB.

“Kami membantu mereka untuk bermigrasi dari database tradisional ke PolarDB. Sehingga mereka dapat mengelola database tanpa perlu khawatir dengan kinerja mengingat mereka dapat mengukur sumber daya komputasi dengan cepat dan efisien,” terang Max.

Selain itu Max turut menyampaikan, tim Alibaba Cloud di Indonesia 80% adalah staf lokal. Sementara 20% merupakan staf perempuan.

Target tahun ini

Alibaba Cloud Indonesia telah berkomitmen mengadakan 200 pelatihan tahun ini. Menargetkan 20 ribu peserta, diharapkan 50%-nya bisa melanjutkan sampai ke tahap sertifikasi. Di samping itu, perusahaan merencanakan perekrutan 5 ribu pegawai baru secara global sampai akhir tahun, termasuk untuk unit bisnisnya di Indonesia.

“Kami telah mencapai tiga digit pertumbuhan bisnis selama tiga tahun berturut-turut […] mendukung pelanggan dari berbagai sektor, terutama e-commerce, keuangan, media, pendidikan; contohnya Adira Finance, MNC, JNE, Kopi Kenangan, Investree, Akulaku, dan lain-lain” kata Leon.

Bersamaan dengan pembangunan pusat data ketiganya, Alibaba Cloud juga tentang menyiapkan ‘data scrubbing center’ pertamanya di Indonesia. Kebutuhan akan layanan intelegensi data menjadi konsiderasi perusahaan dalam perilisan sistem tersebut – di samping agar comply dengan regulasi yang mengharuskan pengelolaan data-data strategis di pusat data lokal.

Antusiasme Alibaba Cloud Terhadap Pasar Indonesia Pasca Pandemi

Januari lalu, Alibaba Cloud memaparkan visinya untuk memajukan ekosistem digital Indonesia. Lalu tanpa diduga pandemi COVID-19 merebak, dan di saat-saat seperti ini, publik semakin menyadari betapa pentingnya peran penyedia layanan cloud computing.

Platform video-on-demand (VOD) atau game online misalnya, tentu melihat peningkatan jumlah pengguna yang signifikan selama publik berdiam diri di rumahnya masing-masing, sehingga pada akhirnya harus bergantung lebih banyak lagi terhadap penyedia layanan cloud computing. Skenario seperti ini pada dasarnya bisa kita lihat sebagai kondisi new normal bagi perusahaan macam Alibaba Cloud.

2020 merupakan tahun ke-4 buat Alibaba Cloud di Indonesia. Maret 2018 lalu, mereka meresmikan data center pertamanya di tanah air. Belum setahun berselang, tepatnya pada bulan Januari 2019, mereka membuka data center keduanya. Kalau melihat pasar Indonesia yang begitu besar, jangan terkejut apabila ke depannya Alibaba Cloud bakal membuka data center yang ketiga.

Sejauh ini, produk dan solusi unggulan Alibaba Cloud untuk pasar Indonesia mencakup empat vertikal: data, media, cloud-native, dan network. Target pasar mereka bukan cuma kalangan enterprise saja, melainkan juga menyasar sektor UMKM, yang di titik ini semestinya sudah menyadari betapa esensialnya transformasi digital buat mereka.

Alibaba Cloud products and solutions

Menurut Leon Chen selaku Country Manager Alibaba Cloud Indonesia, jumlah pelanggan mereka di sini sudah mencapai ribuan, dan mitra lokalnya pun juga sudah ada 100 lebih. Tidak kalah penting adalah mitra-mitra Alibaba Cloud di bidang pelatihan seperti Inovasi Informatika Indonesia dan Trainocate, sebab sejak Januari lalu mereka memang sudah mengadakan berbagai pelatihan bersertifikasi secara ekstensif (dan tetap berlangsung secara online pasca pandemi).

Pelatihan terhadap tenaga kerja ini merupakan salah satu bentuk komitmen Alibaba Cloud demi memajukan ekosistem digital di tanah air, apalagi mengingat industri-industri di Indonesia belakangan semakin aware dengan cloud computing. Materi-materi yang diberikan juga bukan cuma untuk tingkatan profesional saja, tapi juga yang mencakup materi-materi dasar.

Juga menarik adalah pendapat Leon saat ditanya mengenai dampak kehadiran pemain cloud global (Google Cloud) di Indonesia. Beliau pada dasarnya bilang bahwa masuknya Google Cloud ke pasar tanah air menunjukkan bahwa Alibaba Cloud sudah berada di jalan yang benar karena sudah lebih dulu membangun data center.

Terakhir, Alibaba Cloud tak lupa menjelaskan tentang kontribusinya terhadap penanganan pandemi COVID-19 di Indonesia. Dari yang sederhana seperti mempromosikan DingTalk sebagai platform video conference alternatif – konferensi pers yang saya ikuti juga berlangsung via DingTalk – sampai yang lebih kompleks seperti menerbitkan Buku Pegangan Pencegahan dan Penatalaksanaan COVID-19.

Bukan cuma itu, Alibaba Cloud juga sudah bekerja sama dengan dua rumah sakit di Indonesia, yakni Eka Hospital dan Omni Hospital, untuk mengimplementasikan teknologi CT Image Analytics besutannya, yang diklaim mampu mendiagnosis pasien COVID-19 berdasarkan hasil CT scan dalam waktu 20 detik, dengan tingkat akurasi 96%.

Alibaba Cloud Day 2020 Indonesia: Pertama di Indonesia untuk Mendigitalisasi Nusantara

Kebutuhan akan data dengan kapasitas besar yang sering disebut dengan Big Data saat ini memang bisa dibilang menjadi yang utama. Pasalnya, hampir semua pelaku bisnis mengumpulkan berbagai jenis data untuk kelangsungan hidup perusahaannya. Oleh karena itu, dibutuhkan sebuah cloud service yang mampu membantu mereka agar dapat dengan nyaman melayani para konsumennya.

Alibaba merupakan salah satu pemain cloud yang datang ke Indonesia. Semua orang mungkin akan melihat Alibaba sebagai sebuah ecommerce terbesar di Tiongkok. Namun, dibalik usaha ecommerce tersebut, mereka pun juga menaruh semua data yang mereka miliki pada Alibaba Cloud.

Kali ini, Alibaba mengadakan sebuah acara besar di Jakarta dengan nama Alibaba Cloud Day 2020 Indonesia. Cloud Day sendiri merupakan sebuah acara yang sering diadakan oleh Alibaba dibeberapa kota besar di seluruh dunia. Tujuan utamanya adalah untuk memberitahukan pencapaian terakhir yang mereka miliki serta teknologi terbaru yang ada. Mereka pun mendatangkan para narasumber yang sudah berhasil menggunakan jasa serta teknologi Alibaba.

Alibaba Cloud Day 2020 - PolarDB

Alibaba Cloud Day 2020 merupakan perhelatan yang pertama diadakan di Indonesia.  Acara ini sendiri diadakan pada tanggal 16 Januari 2020 lalu yang bertempat di Hotel Raffles Jakarta. Saya pun diundang untuk datang ke acara yang ternyata mendapatkan antusias yang sangat tinggi dari para pelaku bisnis di Indonesia.

Saat saya datang, tidak terlihat tempat duduk yang kosong. Bahkan mau tidak mau saya harus duduk di lantai sementara masih banyak peserta yang harus berdiri karena tidak kedapatan tempat duduk.

Alibaba sangat yakin terhadap kekuatan Cloud mereka. Hal ini terungkap pada saat membicarakan mengenai ajang 11.11 (Double 11) tahun 2018 lalu yang diselenggarakan di hampir 200 negara di seluruh dunia. Cloud dari Alibaba ini mampu menangani sekitar 600 juta pelanggan dan mampu mengolah 544 ribu pesanan per detik. Mereka pun sangat yakin bahwa tidak semua jasa cloud mampu menangani hal seperti ini. Semua itu dijalankan oleh Alibaba pada sistem inti buatan mereka sendiri.

Alibaba pun juga membagikan rahasia keberhasilan bisnis internet mereka pada ajang ini. Selama sepuluh tahun, ada tiga pilar yang berhasil mereka jalankan. Pertama adalah melakukan migrasi infrastruktur ke cloud. Lalu mereka membangun core competencies berdasarkan internet. Terakhir, mereka membuat aplikasi pintar yang bakal membuat data secara otomatis.

Alibaba Cloud Day 2020 - Launch

Dengan membangun semua itu, Alibaba pun juga memiliki sistem database yang mereka klaim paling baik dan cepat. Alibaba memiliki PolarDB, yang diklaim memiliki berbagai kelebihan dibandingkan dengan database lain seperti MySQL. Mereka pun memiliki sistem tersendiri untuk melakukan konversi dari satu database ke PolarDB, sehingga dapat berjalan dengan optimal pada Alibaba Cloud.

Pada tahun finansial 2019 di Indonesia yang berakhir pada bulan Maret, Alibaba ingin lebih serius dalam menggarap pasar di Indonesia. Oleh karena itu, mereka telah menggelontorkan lebih banyak investasi untuk ditanam di Indonesia. Leon Chen, Head of Alibaba Cloud Indonesia mengatakan bahwa dalam strategi mereka, Indonesia masuk ke dalam prioritas alibaba. Mereka pun ingin mengembangkan lebih banyak talenta dalam bidang cloud.

Alibaba Cloud juga sudah menggandeng beberapa mitra bisnis lokal. Mereka pun menggalang insiatif bersama para mitranya untuk berbagi pengetahuan, pengalaman, dan perjalanan digital dengan bisnis lokal di Indonesia. Hal ini tidak hanya dijalankan dengan perusahaan-perusahaan besar, namun mereka berharap dapat berkontribusi dengan memajukan perekonomian Indonesia dengan berbagi pengetahuan.

Alibaba juga mengatakan bahwa kompetisi adalah hal yang baik. Dengan semakin banyaknya jasa cloud yang masuk ke Indonesia, hal tersebut akan menguntungkan para pelanggan di Indonesia. Contohnya adalah masuknya Amazon Web Service (AWS) ke Indonesia. Oleh karenanya, mereka malah senang dengan adanya persaingan yang sehat.

Pada sesi yang terpisah, saya pun cukup penasaran bagaimana sebuah perusahaan yang sudah memiliki infrastruktur dalam sebuah cloud bisa pindah ke Alibaba. Feifei Li selaku VP Chief Database Scientist, mengatakan pihaknya akan membantu secara penuh bagi perusahaan yang ingin melakukan perpindahan layanan cloud lain ke Alibaba Cloud.

Alibaba Cloud Day 2020 - QnD

Beliau mengatakan bahwa waktu yang dibutuhkan untuk memindahkan seluruh database ke PolarDB yang dimiliki Alibaba dapat berjalan dengan lancar. Namun, hal tersebut masih tergantung dengan jenis database yang digunakan. Jika database yang digunakan termasuk open source seperti MySQL dan Postgre SQL, maka PolarDB pun sudah mendukung secara penuh semua perintah yang ada.

Feifei Li juga memberikan sebuah kasus yang ada di Malaysia. Tanpa memberitahukan nama perusahaannya, salah satu pelaku bisnis di Malaysia yang sudah memilih Oracle selama bertahun-tahun dapat memindahkan seluruh databasenya ke PolarDB. Alibaba sendiri memiliki sebuah perangkat yang mampu menganalisa basis kode dan data yang ada. Setelah menganalisa, alat tersebut pun akan mengeluarkan sebuah laporan yang akan memberitahukan bagian mana saja yang harus diubah dan juga workaround-nya.

Perpindahan database dari Oracle ke PolarDB yang diceritakan di atas memakan waktu sekitar dua bulan. Hal tersebut dilakukan oleh perusahaan tersebut dengan para insinyur dari Alibaba, sehingga perpindahannya terhitung cepat. Oleh karena itu, Alibaba pun yakin bahwa PolarDB yang mereka miliki dapat bersaing dengan para sistem manajemen database lainnya.

Alibaba Cloud Perkuat Eksistensi di Indonesia: 2000 Pelanggan di 2020

Kehadiran Alibaba Cloud di Indonesia memang disambut baik oleh para pegiat bisnis di Indonesia. Sudah banyak perusahaan besar di Indonesia yang meliputi kategori e-commerce, fintech, media, serta logistik yang sudah menggunakan jasa dari Alibaba Cloud. Alibaba pun masih ingin melebarkan eksistensinya di Indonesia.

Leon Chen, Head of Alibaba Indonesia menginginkan agar Alibaba Cloud bisa mencapai 2000 pelanggan di tahun 2020. Hal tersebut didasari oleh pesatnya pertumbuhan jumlah pelanggan dibandingkan dengan tahun lalu.

Alibaba Cloud

Leon mengatakan bahwa mereka bakal menambah sumber daya manusia (SDM) Alibaba Cloud di Indonesia. Hal tersebut tentunya akan mengambil talenta-talenta lokal Indonesia. Leon mengaku akan menambah talenta lokal hingga dua kali lipat pada tahun depan. Nantinya talenta itu akan dididik dalam sebuah workshop yang diadakan oleh Alibaba sendiri.

Alibaba juga berencana untuk membawa beberapa tool mereka ke Indonesia. Salah satu yang bakal dibawa adalah Cloud Storage Gateway dengan PolarDB buatan mereka ke Indonesia. Selain itu, Remote Direct Memory Access yang digunakan pada parallel cluster computing juga bakal diimplementasikan di Indonesia sehingga akses data akan menjadi lebih cepat lagi.

Alibaba pun juga akan menggelar sebuah program startup yang bernama Create @ Alibaba, sebuah inisiasi yang mengajak para wirausahawan muda dan startup-startup untuk dapat lebih berkembang lagi bersama Alibaba. Nantinya, yang terpilih akan mendapatkan mentoring yang diadakan di kantor pusat Alibaba di Hangzhou, Tiongkok. Selain itu, mereka juga bakal diperkenalkan kepada para investor-investor.

Alibaba juga mengatakan bahwa apa yang mereka lakukan sudah mengikuti aturan yang ada di Indonesia. Oleh karena itu, Alibaba juga sudah siap untuk mendukung Inisiasi pemerintah Indonesia untuk digitalisasi di tahun 2020.

Bukalapak, Lazada, dan Alibaba Berikan Klarifikasi, Tidak Ada Rencana “Merger”

Minggu lalu beredar rumor, tentang rencana penggabungan bisnis (merger) antara Bukalapak dan Lazada. Dikatakan bahwa investornya, yakni Alibaba, turut mendorong aksi perusahaan tersebut.

Menanggapi kabar tersebut, juru bicara dari Bukalapak menyampaikan bahwa informasi tersebut tidak benar. Bahkan di internal perusahaan sama sekali belum ada pembicaraan yang mengarah ke sana.

Pun demikian dari sisi Lazada dan Alibaba, pihaknya mengatakan bahwa tidak ada rencana penggabungan dan memastikan rumor tersebut tidak benar.

Sebelumnya awal bulan lalu Bukalapak baru saja mengumumkan pendanaan seri F, membawa valuasi perusahaan di angka 35 triliun Rupiah. Shinhan GIB dan Emtek terlibat dalam putaran pendanaan tersebut.

Perusahaan turut menyampaikan, saat ini layanan mereka telah digunakan lebih dari 70 juta pengguna. Di dalamnya ada lebih dari 4 juta pelapak dan 2 juta mitra warung/agen dari berbagai wilayah di Indonesia.

Application Information Will Show Up Here
Application Information Will Show Up Here

Alibaba Apsara 2019 Day 2: Apsara Intelligence dengan Arsitektur X-Dragon

Tanggal 26 September 2019 merupakan hari kedua penyelenggaraan Alibaba Apsara Conference 2019. Sayangnya, lalu lintas tidak mendukung karena kami terkena macet yang cukup parah. Hal ini membuat para jurnalis dari Asia Pacific terlambat datang ke tempat perhelatan di Cloud Town, Hangzhou.

Alibaba Apsara Conference Day 2 - Conf

Pembicaraan yang ada di hari kedua Apsara Conference ini membahas mengenai Artificial Intelligence. AI yang diciptakan oleh Alibaba sendiri sampai saat ini sudah digunakan pada ekosistem mereka. Oleh karena itu, algoritma yang mereka ciptakan harus memiliki tingkat presisi yang tinggi. Hal tersebut tentu saja berkaitan erat dengan AI visual yang sedang dijalankan di Tiongkok untuk pengenalan wajah.

Tingkat presisi yang tinggi ini juga tentu sangat diperlukan pada saat AI digunakan untuk lalu lintas. Hal tersebut berkaitan dengan penguraian kemacetan serta prediksi kecelakaan lalu lintas yang akan terjadi. Dan hal ini sudah digunakan pada model smart city di Beijing.

Alibaba Apsara Conference Day 2 - Hanguan 800

Di dalam industri, AI dapat digunakan untuk pengawasan kualitas pada lini produksi. Untuk industri kesehatan, AI sudah digunakan untuk Orthopedik, Pulmonologi, dan Pathologi. Selain AI visual, Speech AI juga sudah digunakan pada ekosistem ekonomi Alibaba.

Alibaba juga memiliki AI untuk kendaraan tanpa supir atau Autonomous Driving. Tidak muluk-muluk, tujuan mereka saat ini adalah dengan menggunakan AI tersebut, maka logistik akan menjadi nyaman dan efisien. Hal ini juga sudah diimplementasikan Alibaba pada anak perusahaannya yang bergerak di bidang logistik, yaitu Cainiao.

Selain untuk logistik, tentu saja AI tersebut akan digunakan sebagai supir di jalan raya. Namun, ilmuwan Alibaba sendiri masih menghadapi kesulitan karena banyaknya dan rumitnya skenario yang ada di jalan raya. Namun, dengan platform yang dinamakan AutoDrive, Alibaba berhasil meningkatkan kinerja AI tersebut lebih dari 18,7%.

Alibaba juga memperkenalkan platform AI Apsara juga meningkatkan efisiensi pada semua aplikasi yang menggunakan teknologi Alibaba, seperti UC dan Lazada. Apsara AI Platform ini juga digadang akan lebih mudah utuk semua orang. Platform ini mendukung framework PyTorch, TensorFlow, MXNet, SQL, SparkML, FlinkML, dan lain sebagainya.

Alibaba Apsara Conference Day 2 - Wujian

Apsara AI Platform juga diklaim mampu memberikan kinerja yang ekstrim pada beberapa skenario. Misalnya saja hasil benchmark internal Alibaba mampu menunjukkan peningkatan kinerja 7 kali lipat dan penggunaan cluster GPU yang meningkat hingga 30%. Semua kemudahan dan kinerja ini dibangun untuk perusahaan-perusahaan di atas cloud dari Alibaba.

Semua AI dari Alibaba dijalankan pada NPU yang sehari sebelumnya diumumkan, yaitu Hanguang 800 yang sudah tertanam pada SoC Wujian. Alibaba juga menciptakan sebuah platform database baru yang dinamakan PolarDB, khusus untuk cloud. PolarDB juga diklaim memiliki performa yang lebih tinggi serta fasilitas yang lebih baik dibandingkan dengan platform database lainnya.

Alibaba Cloud juga meluncurkan generasi ke-3 dari arsitektur X-Dragon. Dimana X-Dragon menciptakan platform komputasi yang terintegrasi – seperti server metal elastic container service (ECS) dan mesin virtual dalam satu platform. Diuji dengan menggunakan berbagai skenario e-commerce yang membutuhkan penggunaan AI tinggi, generasi ke-3 X-Dragon ini diklaim mampu meningkatkan queries-per-second (QPS) sebesar 30% dan menurunkan latensi hingga 60%. Dengan solusi native dari cloud ini, dipastikan tidak ada lagi pemborosan daya dari operasional server fisik. Sehingga, biaya komputasi unit dapat terpangkas hingga 50%.

Alibaba Cloud juga memperkenalkan generasi ke-6 ECS Instance, yang berbasis arsitektur X-Dragon. Pembaharuan  ini menghasilkan peningkatan 20% dalam hal daya komputasi, 30% pengurangan latensi memori, dan 70% pengurangan latensi penyimpanan IO.

“Kami memahami bahwa pengembangan cloud dan AI secara bersama-sama sangat penting untuk mencapai kinerja maksimum di era digital ini. Alibaba Cloud berupaya mengggunakan pengalamannya selama bertahun-tahun dalam menangani sistem e-commerce Alibaba Group untuk menghadirkan kemampuan AI nya ke para konsumen,” ujar Ma Jin, President of Product and Solution, Alibaba Cloud Intelligence.

“Platform AI kami merupakan faktor pendorong kesuksesan Alibaba Group di bidang e-commerce dan logistik, hingga ke keuangan dan New Retail. Dengan menggunakan keahlian dan praktik di industrinya, cloud kami mampu menjadikan AI yang berkekuatan khusus lebih mudah diakses.”

Dengan diperkenalkannya arsitektur X-Dragon, maka berakhir pula acara Apsara Conference 2019 yang diadakan di Cloud Town tersebut. Namun, Alibaba masih mengajak kamu untuk memperlihatkan teknologi baru apa saja yang telah diimplementasikan AI dari Alibaba tersebut. Oleh karena itu, tunggu saja artikel selanjutnya.

Alibaba Apsara 2019 Day 1: Cloud sebagai Basis Big Data

Apa yang ada di benak Anda pada saat muncul kata “Cloud“? Saat ini mungkin hanya cloud storage seperti yang ditawarkan oleh Google pada Drive atau Dropbox yang cukup banyak terdengar di Indonesia. Well, setidaknya hal tersebut yang secara cepat terlintas di pikiran saya pada saat mendapatkan tugas untuk menghadiri sebuah acara konferensi di Hangzhou, Tiongkok pada tanggal 24 dan 25 September 2019 lalu.

Akan tetapi, definisi Cloud yang ada ternyata sedikit mirip, namun dalam penggunaan yang jauh lebih luas lagi. Cloud yang digunakan kali ini adalah milik Alibaba, sebuah perusahaan yang didirikan oleh Jack Ma. Dan jika Anda berpikiran bahwa Alibaba hanyalah sebuah perusahaan e-commercenope, it’s way bigger than that!

Apsara Day 1 - Extra

Saya pertama kali datang ke sebuah kota yang bernama Cloud Town di distrik Hangzhou, Tiongkok. Di sana, dihelat sebuah acara yang dinamakan Alibaba Apsara Conference 2019. Ternyata, konferensi yang satu ini sudah dihelat selama 10 tahun.

Saat memasuki pintu, terlihat peserta konferensi yang begitu banyak. Mungkin jumlahnya mencapai ribuan. Media dari Asia Pacific sendiri mencapai sekitar 30-40 orang, yang 7 di antaranya datang dari Indonesia.

Acara Apsara Conference dimulai dengan kata sambutan dari para pejabat pemerintah daerah Tiongkok. Ternyata, implementasi AI (Artificial Intelligence) di Tiongkok sudah berjalan dengan baik. Seperti Hangzhou misalnya, AI yang dipasangkan untuk kebutuhan lalu lintas sudah dapat mendeteksi kemacetan dan menurunkan tingkat kemacetan di titik-titik tertentu.

Sebagai informasi saja, penggunaan Cloud dan AI pada perangkat pemerintahan sudah dilakukan di Tiongkok. Jika Anda melihat kamera tilang elektronik yang ada di jalan Jendral Sudirman, perangkat yang sama sudah terpasang di sana untuk mengurai kemacetan. Hal ini tentu saja mempermudah pekerjaan dinas lalu lintas dalam mendeteksi pelanggaran.

Daniel Zhang: Rencana 5 Tahun Ke Depan

Acara dilanjutkan dengan Daniel Zhang sebagai pemimpin Alibaba yang menggantikan Jack Ma. Executive Chairman dan CEO Alibaba Group ini menyatakan bahwa Alibaba Group akan tetap berkomitmen pada misi yang telah dibentuk 20 tahun lalu untuk memudahkan aktivitas bisnis dimana pun dan kapan pun.

Apsara Day 1 - Daniel Zhang

Daniel Zhang juga menjelaskan bahwa membekali para pedagang dengan pengetahuan teknologi data dan cloud intelligence menjadi sangat penting untuk dapat memenuhi misi ini di era digital. Zhang juga mengatakan bahwa dia akan menyokong 10 juta UKM yang ada di Tiongkok.

Tiga tahun lalu, Jack Ma memiliki visi bahwa masa depan dapat didefinisikan dalam “5 New” atau lima cara baru berbisnis, yaitu ‘New Retail, New Finance, New Manufacturing, New Technology dan New Energy. Tren ini merupakan panduan utama bagi Alibaba Group, yang menuntun pengambilan keputusan, mulai dari inisiatif bisnis hingga struktur organisasi. Dan ternyata, “5 New” tersebut sudah berjalan saat ini.

Zhang juga berencana untuk mengubah slogan “5 New” tersebut menjadi “100 New” yang nantinya bakal bisa dicapai seiring dengan transformasi digital industri, organisasi, kota, dan sekolah. Akan tetapi, nantinya hal ini akan menimbulkan “Demands and Supply” yang baru. Tentu saja, tingkat konsumsi ini akan dikendalikan dengan Data Intelligence, yang akan dipelajari secara internal Alibaba untuk menganalisa agar mendapatkan solusi yang tepat di masa depan.

Oleh karena itu, Alibaba membutuhkan pengumpulan data dalam jumlah yang besar. Untuk mencapai itu, Alibaba memiliki Alibaba Business Operating System, yaitu serangkaian digital tools satu pintu yang menggabungkan ekosistem penjualan Alibaba dengan teknologi cloud intelligence untuk memacu pertumbuhan konsumen, baik brand maupun perusahaan, serta untuk memahami kebutuhan konsumen lebih lanjut.

Dengan adanya Big Data (mahadata) yang terkumpul, serta cara komputasi awan yang tepat, keduanya akan menjadi “bahan bakar” dan “mesin” dari ekonomi digital. Alibaba juga memprediksi bahwa tren pertumbuhan data global pada tahun 2025 sendiri akan mencapai 175 ZB (zeta bytes). Oleh karena itu, Alibaba juga akan ikut andil dalam perekonomian digital tersebut.

Jeff Zhang: Teknologi Digital dengan NPU Baru

Setelah Daniel Zhang, Jeff Zhang selaku  CTO Alibaba Group dan President Alibaba Cloud menjadi pembicara kali ini. Beliau mengatakan bahwa ekonomi digital secara konsisten berkontribusi lebih dari 50% dari GDP Tiongkok pada lima tahun terakhir ini. Pada tahun 2018, kontribusi pada pertumbuhan GDP sendiri mencapai 67,9%.

Transformasi digital sendiri memfokuskan pada permintaan, produksi, persediaan, dan operasinya. Semua itu harus dikendalikan sebagai momentum untuk masuk ke ekonomi digital. Akan tetapi, informasi dan teknoogi modern lah yang mengendalikan transformasi digital.

Apsara Day 1 - Jeff Zhang

Jeff mengatakan bahwa ada empat pilar dari transformasi digital. Keempatnya merupakan cloud yang dapat diandalkan, Big Data (mahadata) yang pintar, Jaringan cloud yang pintar, serta mobilitas yang tak tertandingi.

Cloud bakal menjadi infrastruktur dari digital ekonomi. Oleh karena itu, sebuah cloud harus lebih stabil, lebih nyaman, dan juga lebih hemat biaya. Hal tersebut juga harus sejajar dengan pergeseran pemikiran ke arah teknologi dengan desain dan implementasi yang tepat.

Mahadata yang pintar sendiri nantinya akan menurunkan siklus pencarian data. Hal tersebut dapat dicapai dengan mengumpulkan data, meningkatkan serta memilah data, mengklasifikasi dan penyimpanan data, mengetahui dan menggali data, serta mengaplikasikannya secara pintar. Hal ini sudah dilakukan pada sebuah inisiasi pada provinsi Zhejiang.

Mahadata tersebut nantinya harus dimasukkan ke dalam sebuah jaringan cloud yang pintar pula. Semua perangkat akan dikoneksikan melalui internet secara real time. Dengan melakukan monitor data, hal ini akan meningkatkan efisiensi produksi. Dan menggunakan pengelompokkan DEMGC (dynamic evaluating model for grey clustering) dapat meningkatkan efisiensi manajemen sebesar 30%.

Untuk mendapatkan mobilitas yang tak tertandingi, sebuah perusahaan harus membentuk kembali manajemen operasi bisnis mereka. Misalkan saja merevolusi tempat kerja para karyawannya dengan membuat aplikasi mobile agar dapat bekerja di mana saja. Hal inilah yang sudah dilakukan oleh Alibaba.

Alibaba menggunakan sistem Apsara sebagai basis untuk memajukan Tiongkok ke era cloud. Sistem ini sendiri dikembangkan oleh Akademi DAMO (Discovery, Adventure, Momentum and Outlook) buatan Alibaba. Empat hal yang dikembangkan adalah kecerdasan mesin, block chain, Quantum computing, dan Autonomous Driving.

SoC Wujian

Semua yang dikembangkan tersebut tentu saja membutuhkan infrastruktur industri cip dari era IoT (Internet of Things). Oleh karena itu, Alibaba pun mengembangkan cip AI dengan platform SoC Wujian yang memiliki CPU bernama Xuantie.

Apsara Day 1 - Hanguang

Alibaba juga mengumumkan bahwa mereka meluncurkan Hanguang 800 sebagai NPU terkencang di dunia saat ini yang terpasang pada SoC Wujian.  Dalam sebuah tes benchmark, Hanguang 800 bisa mengklasifikasikan 78563 gambar per detik. Efisiensi dayanya sendiri mencapai 500 gambar per detik per watt. Hanguang 800 bahkan mengalahkan GPU NVIDIA T4 yang juga digunakan untuk mengkalkulasi AI.

Jeff mengatakan bahwa sebuah NPU Hanguang 800 setara dengan 10 GPU. NPU ini juga sudah diimplementasikan pada aplikasi Pailitao yang dapat mengklasifikasi dan mengidentifikasi gambar dengan 1 juta gambar terunggah tiap harinya. Dengan pengenalan dan indeksasi gambar oleh AI, dapat tercapai efisiensi proses klasifikasi gambar lebih dari 12 kali.

Fintech: Pendukung Era Ekonomi Digital

Alibaba juga melakukan transformasi produktivitas finansial dengan sains dan teknologi. Hal tersebut dilakukan dengan cloud computing, IoT, serta Quantum Computing. Dengan teknologi finansial (Fintech), akan membuka sebuah peluang besar di era ekonomi digital. Semua transaksi finansial akan dilakukan secara online, dan seluruh industri finansial akan dikendalikan dengan teknologi.

Walaupun begitu, Fintech harus menggunakan dan memperhatikan lima teknologi berikut: Data Intelligence, kendali keamanan dan resiko, BlockchainBiometrics, serta proteksi privasi.

Seperti yang dibicarakan sebelumnya, Data Intelligence merupakan “mesin” penting dari sebuah fintech. Data harus dipelajari dengan menggunakan platform berbasis grafis, platform pintar yang digunakan bersama-sama, serta arsitektur komputasi pintar dan terbuka.

Semua yang dibicarakan tersebut sudah dilakukan oleh Alibaba dengan menciptakan Alipay. Mesin yang sama juga digunakan di Indonesia di bawah merek Dana.

Alibaba juga menciptakan Digital ID yang bakal menjembatani antara Fintech dengan dunia. Hal tersebut bisa digunakan untuk kartu ID, pembayaran melalui pemindaian wajah pada toko, kunci untuk menyalakan mobil, masuk ke stasiun kereta, serta untuk check in di hotel.

Akhir kata, Alibaba menganggap bahwa pusat keuangan pasti bakal menjadi pusat teknologi.

Konferensi Apsara pun akan dilanjutkan di hari kedua dengan tajuk Artificial Intelligence.

Gandeng Alibaba, Gameloft Bakal Rilis Asphalt 9: Legends di China

Para gamer China akhirnya bisa memainkan Asphalt 9: Legends. Bekerja sama dengan Alibaba Digital Media & Entertainment Group, Gameloft akan meluncurkan game terbaru Asphalt itu pada 8 Agustus di App Store dan pada 15 Agustus untuk Play Store.

“Kami sangat senang untuk mendukung peluncuran Asphalt 9: Legends di China dan memberikan kesempatan pada gamer China untuk menjadi legenda di game balap paling populer di dunia,” kata Simon Shi, General Manager Alibaba Interactive Entertainment di rilis yang kami terima.

“Sebagai merek yang inovatif, kemitraan ini menunjukkan dedikasi kami untuk menghadirkan pengalaman terbaik bagi ratusan juta pemain game mobile di China.”

Asphalt 9: Legends menawarkan banyak mobil, termasuk 65 mobil super dan hyper. Game ini juga memiliki berbagai mobil mewah seperti McLaren P1, Lamborghini Terzo Millenio, dan Bugatti Chiron.

asphalt 01

Secara global, Asphalt 9: Legends pertama kali diluncurkan pada 2018. Game ini sangat populer di kalangan gamer mobile. Hal ini terbukti dari banyaknya orang yang mengunduh game itu tak lama setelah ia diluncurkan. Dalam waktu kurang dari satu minggu, game ini telah diunduh sebanyak empat juta kali.

Tidak hanya itu, pada Mei lalu, Gameloft menggandeng Xiaomi Black Shark untuk mengadakan turnamen Asphalt Esports Series. Sayangnya, turnamen itu hanya bisa diikuti oleh pemain dari 9 negara, yaitu Amerika Serikat, India, Inggris raya, Italia, Jepang, Jerman, Korea Selatan, Perancis, dan Spanyol. Alasannya karena negara-negara itu memiliki peringkat paling tinggi di Asphalt 9: Legends.

Pasar gaming dan esports di China
Sebagai negara dengan penduduk terbanyak di dunia — lebih dari 1,3 miliar orang — China menjadi pasar yang menarik bagi banyak perusahaan, termasuk developer game. Sayangnya, regulasi dari pemerintah pun ketat.

Untuk bisa meluncurkan game di China, perusahaan harus memiliki entitas lokal. Tidak hanya itu, mereka juga kemudian harus mendapatkan lisensi dari pemerintah, menurut E-Link Entertainment.

Proses pembuatan perusahaan di China biasanya memakan waktu yang tidak sebentar. Itulah kenapa banyak developer yang akhirnya memilih untuk bekerja sama dengan perusahaan lokal untuk merilis game buatannya di China. Dalam kasus ini, Gameloft memilih Alibaba.

Meskipun Alibaba dikenal sebagai perusahaan ecommerce, mereka juga memiliki divisi digital dan entertainment. Menurut Motley Fool, alasannya adalah karena Alibaba ingin bisa bersaing dengan dua perusahaan teknologi raksasa China lainnya, Baidu yang dikenal dengan mesin pencarinya dan Tencent, konglomerasi yang bergerak di berbagai layanan, termasuk game.

Sampai saat ini, divisi digital Alibaba juga masih merugi. Namun, potensi pasar gaming dan esports di China memang sangat besar. Menurut data Statista, jumlah mobile gamers di China mencapai 586 juta orang.

Angka ini terus naik dari tahun 2010, meski seperti yang bisa Anda lihat pada grafik di bawah, tren peningkatan mobile gamer di China mulai melambat dalam beberapa tahun belakangan.

gamer in china

Sumber: Statista

Pasar esports di China juga tidak kalah besar. Mennurut laporan IHS Markit, 57 persen dari total penonton esports berasal dari China dengan total durasi menonton mencapai 3,5 miliar jam pada tahun 2018.

“Populasi yang besar dan padat di China membuat industri hiburan menjadi sangat berbeda dari industri di Amerika Serikat dan Eropa,” kata Associate Vice-President, IDC, Antonio Wang, dikutip dari SCMP.

“Hiburan elektronik, seperti PC atau perangkat mobile, jauh lebih populer di China. Kebanyakan gamer juga merupakan generasi digital native, yang terbiasa bermain game di smartphone mereka dan menonton turnamen esports.”

EDward Gaming (EDG) adalah salah satu tim League of Legends yang populer di China. Mereka menyebutkan, setiap sesi live-streaming, jumlah penonton mereka bisa mencapai 800 ribu orang. Tidak hanya itu, para penonton juga terkadang tidak segan untuk memberikan hadiah pada para anggota tim.

“Kami sering mendapatkan hadiah dari pendukung kami, seperti mainan, pakaian, figurine, dan bahkan bunga,” kata Ming “clearlove7” Kai, salah satu anggota EDG, lapor SCMP.

Semua ini menunjukkan besarnya potensi pasar gaming dan esports di China. Tidak heran jika Gameloft mau menggandeng Alibaba untuk bisa masuk ke pasar negara dengan populasi terbanyak ini.

Sumber: Motley Fool, South Morning China Post, E-Link Entertainment

Partners with WeWork and Softbank Telecom China, Alibaba Cloud Is to Help Business Expansion in China

Starts from the previous collaboration, Alibaba Cloud, WeWork and Softbank Telecom China, form a strategic partnership to help more companies and startups from various countries to expand business in China. This program is to complete the “China Gateway” project first initiated by Alibaba Cloud.

Through the launch of this strategic partnership, either WeWork, or Softbank, can support business from SME to corporate using Alicloud technology and infrastructure, WeWork office space and network community, also business consulting with Softbank Telecom China.

At the Alibaba Cloud Summit in Singapore some times ago, Alibaba Group’s Vice President and Alibaba Cloud Intelligence’s General Manager of Strategy & Marketing, Lancelot Guo confirmed, this program aims to empower global companies in creating and expanding business opportunity amidst the growing market in China.

“This is the first time there is an opportunity for business players focusing on the Chinese market to take advantage of local talents, vertical experience, and innovation from the three most visionary companies in the world in one package. Together we make a commitment to support global companies to connect with customers in China,” he said.

For interested businessmen, the registration is available on the website, and the online consulting session is open. If the preparation has completed and the product’s ready, with a relevant target market, the next step can be accessed directly in China.

In addition to the regulars, those in this program can also get special offers, such as technology training, marketing, discount for Alibaba Cloud products and services, including business registration, travel booking on WeWork Service Store.

Support all businesses and global companies

Being mentioned about the ideal company or startup to attract China’s population, Guo said there’s no specific category for those in using this program’s facilities. All businesses ready and confident enough to expand to China are welcome.

WeWork selected as Alibaba Cloud’s partner is considered a benefit for startups and the company. They’ve been operated in China since 2016 and currently, they have some branches all around the country. It’s claimed that they know better on what culture and approach to apply should you plan to develop business in China.

“The partnership is very significant for WeWork because we’ve been through so much in building and scaling up the business in China. We started in 2016 and have to adopt a local approach to run business in the unique market,” WeWork Asia’s Vice Chairman, Christian Lee said.

The regulation and relation issues related to the regulator should also be noticed by those who want to expand to China. Therefore, if necessary, Aircloud also offer consulting session and specific information regarding legal terms and regulation to obey should you plan to expand business to China.

“Using Alibaba Cloud’s innovative technology and Alibaba ecosystem’s support, we should capable to solve the problem faced by multinational companies to enter and develop in China, support them to discover various opportunities in the market and stand competitive,” he said.


Original article is in Indonesian, translated by Kristin Siagian

Gandeng WeWork dan Softbank Telecom China, Alibaba Cloud Siap Bantu Bisnis Ekspansi ke Tiongkok

Berangkat dari kolaborasi yang telah terjalin sebelumnya, Alibaba Cloud, WeWork dan Softbank Telecom China, menjalin kemitraan strategis untuk membantu lebih banyak perusahaan hingga startup dari berbagai negara melebarkan bisnisnya di Tiongkok. Program ini menjadi penyempurnaan inisiatif “China Gateway” yang sebelumnya digagas Alibaba Cloud.

Dengan diresmikannya kerja sama strategis tersebut, baik WeWork, Alibaba Cloud dan juga Softbank, bisa membantu bisnis mulai dari UKM hingga korporasi dengan memanfaatkan infrastruktur dan teknologi dari Alicloud, ruangan kerja dan komunitas jaringan WeWork hingga konsultasi informasi bisnis dengan Softbank Telecom China.

Dalam acara Alibaba Cloud Summit di Singapura beberapa waktu yang lalu, Vice President Alibaba Group dan General Manager of Strategy & Marketing Alibaba Cloud Intelligence Lancelot Guo menegaskan, program ini bertujuan untuk memberdayakan perusahaan global  dalam menciptakan dan memperluas kesempatan berbisnis di tengah-tengah pasar Tiongkok yang terus tumbuh.

“Ini adalah pertama kalinya tersedia kesempatan bagi para pebisnis yang fokus pada pasar Tiongkok untuk memanfaatkan keahlian lokal, pengalaman vertikal dan inovasi dari tiga perusahaan paling visioner di dunia dalam satu atap paket. Bersama-sama kami berkomitmen untuk mendukung perusahaan-perusahaan global untuk terhubung dengan pelanggan di Tiongkok,” kata Lancelot.

Bagi pemilik usaha yang berminat bisa mendaftarkan diri di situs khusus dan melakukan konsultasi terlebih dahulu secara online. Jika memang sudah siap dan memiliki produk hingga target pelanggan yang relevan, tahap selanjutnya bisa dilakukan langsung di Tiongkok.

Selain dapat serangkaian penawaran reguler, mereka yang mengikuti program ini juga bisa menikmati penawaran istimewa lainnya, seperti pelatihan teknologi, pemasaran, potongan harga untuk produk Alibaba Cloud dan jasa termasuk pendaftaran bisnis, pemesanan perjalanan bisnis pada WeWork Service Store.

Bantu semua bisnis dan perusahaan asing

Disinggung perusahaan atau startup seperti apa yang ideal untuk bisa menarik perhatian masyarakat Tiongkok, Lancelot menegaskan tidak ada kategori khusus bagi yang ingin memanfaatkan fasilitas dari program ini. Semua bisnis yang memang telah siap dan memiliki kepercayaan diri untuk bisa memperluas usaha mereka ke Tiongkok, disambut dengan baik oleh mereka.

Dipilihnya WeWork sebagai salah satu partner dari Alibaba Cloud, dinilai menjadi keuntungan lebih yang bisa dimanfaatkan oleh startup hingga perusahaan. WeWork sendiri telah hadir di Tiongkok sejak tahun 2016 lalu, dan saat ini telah memiliki beberapa cabang di berbagai wilayah di Tiongkok. WeWork juga mengklaim telah memahami benar cara kerja hingga pendekatan yang baiknya dilakukan, jika ingin membangun bisnis di Tiongkok.

“Kerja sama ini sangat signifikan bagi WeWork karena kami sendiri telah melalui perjalanan dalam membangun dan meningkatkan skala bisnis kami di Tiongkok. Ketika kami memulai perjalanan kami di Tiongkok pada tahun 2016, kami harus mengadopsi pendekatan yang sangat lokal untuk menjalankan bisnis di lingkungan bisnis yang sangat unik ini,” kata Vice Chairman WeWork Asia Christian Lee.

Persoalan regulasi serta relasi yang terjalin dengan regulator juga merupakan poin penting yang wajib diperhatikan oleh bisnis yang ingin melebarkan usaha di Tiongkok. Untuk itu jika dibutuhkan, Alicloud juga bisa memberikan konsultasi hingga penjelasan secara menyeluruh soal hukum hingga aturan yang baiknya dipatuhi, ketika ingin membangun bisnis di Tiongkok.

“Dengan teknologi inovatif yang dimiliki Alibaba Cloud dan dukungan ekosistem Alibaba, kami berharap untuk dapat menjawab tantangan yang dihadapi oleh perusahaan multinasional untuk masuk dan berkembang di Tiongkok, mendorong mereka untuk mampu mendalami berbagai kesempatan di pasar dan tetap kompetitif,” tutup Lancelot.