Agritech Startup TaniGroup Receives Million Dollars Pre-Series A Funding

Agritech startup company TaniGroup, consists of TaniHub and TaniFund, announces Pre-Series A funding worth millions of dollars. The round is led by Alpha JWC Ventures and followed by some angel investors. It’s expected to help TaniGroup improve its capacity and expand its market, both domestic and export needs.

The objective is to help farmers improving life along with the farming industry.
TaniHub is an e-commerce connecting farmers and corporate consumers, while
TaniFund is the crowfunding platform that provides funding for farmers.

“What makes TaniHub and TaniFund special is the end-to-end service. We have field teams to monitor the process, experts to guide farmers, and e-commerce
platform to absorb the harvest. Therefore, we’re not only provide funding, but also full training to minimize business risk,” Ivan Arie, Co-Founder and CEO
of TaniGroup, said.

Eka Pamitra, Co-Founder and President of TaniGroup, added, “Up until now,
we’ve been supporting around 16,000 farmers in 600 farming groups. After improving efficiency in harvest distribution, their [the farmers] income is increasing up to 30% from the previous rate. Besides improving the farmers’
welfare and their family, we want to lead them to apply sustainable farming
that environment-friendly in all their cultivation processes.”

Farming is one of the captivating sectors in Startup Report 2017. As an agrarian
country, digital solution for this sector gives many opportunities. TaniGroup believes that there are too many issues in farming sector to solve alone. Therefore, the partnership of stakeholders, including regulators and all industry players, is an absolute necessity.

“Agriculture is a vital industry in Indonesia and TaniGroup succeed in providing
a solution that creates efficiency in the complex farming business. Keeping up with our focus to make the best out of Indonesia, Alpha JWC Ventures is ready to partner with TaniGroup for making additional value, accelerate innovation, and bring positive impact to Indonesia’s agriculture industry.” Jefrey Joe, Co-Founder and Managing Partner of JWC Ventures, explained.


Original article is in Indonesian, translated by Kristin Siagian

Startup Agritech TaniGroup Umumkan Perolehan Dana Pra-Seri A Jutaan Dollar

Startup agritech TaniGroup, yang terdiri dari TaniHub dan TaniFund, mengumumkan perolehan dana Pra-Seri A senilai jutaan dollar. Putaran pendanaan dipimpin oleh Alpha JWC Ventures dan juga diikuti beberapa angel investor lainnya. Pendanaan ini diharapkan membantu TaniGroup meningkatkan kapasitas dan memperluas pasar, baik secara domestik maupun untuk kebutuhan ekspor.

Fokus untuk membantu petani meningkatkan kualitas hidupnya sembari mendorong industri pertanian, TaniHub adalah layanan e-commerce yang menghubungkan petani dan konsumen korporasi, sementara TaniFund adalah platform crowdfunding yang memberikan pendanaan bagi petani meningkatkan usahanya.

“Yang membuat TaniHub dan TaniFund istimewa adalah layanan end-to- end kami. Kami memiliki tim di lapangan untuk mengawasi jalannya seluruh proses, tim spesialis yang mendampingi para petani, serta platform e-commerce yang siap menyerap seluruh hasil panen mereka. Jadi kami tidak hanya memberikan dana tapi juga pendampingan dari awal hingga akhir, sehingga risiko bisnis dapat diminimalkan.” ungkap Ivan Arie, Co-Founder dan CEO TaniGroup.

Co-Founder dan President TaniGroup Eka Pamitra menambahkan, “Sejauh ini, kami telah mendukung sekitar 16.000 petani yang tergabung dalam 600 kelompok tani. Berkat peningkatan efisiensi dalam distribusi hasil panen, pendapatan mereka [para petani] meningkat hingga rata-rata 30% dari sebelumnya. Selain membantu meningkatkan kesejahteraan petani mitra kami beserta keluarganya, kami ingin mengarahkan mereka untuk bisa menerapkan praktek sustainable farming yang ramah lingkungan dalam seluruh proses pembudidayaan mereka.”

Sektor pertanian merupakan salah satu sektor yang mendapatkan sorotan di Startup Report 2017. Sebagai sebuah negara agraris, solusi digital di sektor ini masih memberikan banyak peluang. TaniGroup sendiri percaya bahwa permasalahan di sektor pertanian terlalu banyak untuk diselesaikan sendiri. Untuk itu kolaborasi dari stakeholder, termasuk regulator dan berbagai pemain industri, mutlak diperlukan.

“Agrikultur adalah industri vital bagi Indonesia dan TaniGroup berhasil menyediakan solusi yang dapat menciptakan efisiensi dalam rangkaian bisnis pertanian yang kompleks. Sejalan dengan fokus kami untuk memajukan Indonesia, Alpha JWC Ventures siap untuk bekerja sama dengan TaniGroup untuk terus memberikan nilai tambah, mempercepat inovasi, serta membawa pengaruh positif bagi industri agrikultur Indonesia.” jelas Co-Founder dan Managing Partner JWC Ventures Jefrey Joe.

Mematahkan Persepsi Bias Eksistensi Wirausahawan Perempuan di Dunia Startup

Persoalan masih rendahnya jumlah entrepreneur perempuan di dunia teknologi hingga masih minimnya jumlah C-Level perempuan di startup menjadi sorotan yang dibahas tuntas dalam sesi diskusi yang digelar Alpha JWC Ventures.

Dalam kesempatan tersebut turut hadir nara sumber seperti, Grace Natalia (pendiri situs AsmaraKu), Dayu Dara Permata (SVP GO-JEK, Head of GO-LIFE), Sonia Barquin (Partner, McKinsey&Company), dan Alyssa Maharani (Google Launchpad Accelerator Startup Success Manager) untuk membahas keseimbangan hidup dan karier, bagaimana mendapatkan dukungan untuk maju, hingga bagaimana cara membawa diri di lingkungan kerja yang didominasi laki-laki.

Di hadapan tamu undangan yang kebanyakan adalah mahasiswa dan pelaku startup kalangan perempuan, terungkap bahwa kurangnya kepercayaan diri dan masih belum banyaknya jumlah entrepreneur perempuan yang berhasil menjadi alasan mengapa belum banyak jumlah entrepreneur perempuan di dunia teknologi saat ini.

Keterbatasan dan persepsi yang miring

Dalam sesi diskusi tersebut para nara sumber menjabarkan beberapa tips menarik hingga pengalaman bekerja selama ini. Catatan menarik yang kemudian disimpulkan adalah masih adanya persepsi miring hingga bias di kalangan masyarakat umum yang menyebutkan perempuan tidak memiliki keseimbangan emosi yang baik hingga prioritas perempuan yang pada akhirnya harus kembali menjadi ibu rumah tangga.

Meskipun persoalan tersebut dibantah narasumber yang hadir, namun sulit untuk meyakinkan rekan kerja hingga pihak terkait lainnya (yang kebanyakan adalah kalangan laki-laki) untuk kemudian menempatkan posisi perempuan lebih baik dan memiliki kemampuan yang tidak kalah dengan rekan kerja laki-laki pada umumnya.

Menurut Dayu Dara Permata, penting bagi calon entrepreneur perempuan untuk menciptakan pencitraan atau branding yang kuat, sebagai entrepreneur perempuan. Selain itu penting juga untuk membangun jaringan yang solid dengan entrepreneur perempuan lainnya.

Sementara itu menurut Grace Natalia, jangan pernah takut untuk mengungkapkan perasaan dan pemikiran kepada atasan, sampaikan kekurangan dan kelebihan yang dimiliki agar bisa menemukan work life balance yang seimbang.

Kurangnya tokoh entrepreneur perempuan sukses

Meskipun saat ini sudah banyak pendiri startup hingga CEO perempuan, namun belum banyak di antara mereka yang kemudian berhasil memimpin startup. Hal tersebut yang kemudian diklaim Dayu jadi alasan mengapa tidak banyak kemudian perempuan yang tertarik untuk terjun ke dunia teknologi.

“Kurangnya role model tersebut yang pada akhirnya membuat kebanyakan perempuan enggan untuk terjun ke dunia teknologi dan menjalankan bisnis.”

Dalam survei yang dikeluarkan Linkedin disebutkan saat ini jumlah C-Level yang berasal dari kalangan perempuan berjumlah sekitar 17% saja, dibandingkan dengan kalangan laki-laki. Sementara untuk posisi manager hanya 30%, senior manager 27%, VP 25%, SVP 20%. Selebihnya untuk entry level dari kalangan perempuan berjumlah 36%.

Untuk bisa tampil lebih unggul dibandingkan dengan kalangan laki-laki, menurut Alyssa Maharani, perempuan harus memiliki sponsor, dalam hal ini adalah atasan atau senior yang telah memiliki posisi penting di perusahaan namun melihat besarnya potensi atau kemampuan dari Anda, perempuan bekerja atau entrepreneur. Dengan demikian mereka bisa memperjuangkan posisi Anda untuk selangkah lebih maju.

Jika di perusahaan saat ini Anda kesulitan untuk menemukan sponsor atau mentor tersebut, carilah di tempat atau lingkungan lain, seperti yang diungkapkan Sonia Barquin.

Tuntutan komitmen dari investor

Dalam sesi diskusi tersebut turut dibahas survei Google yang menyebutkan kebanyakan investor lebih tertarik untuk mendengarkan pitching dari pendiri startup laki-laki dibandingkan dengan pendiri perempuan, meskipun konten pitching tersebut adalah sama. Selain itu masalah komitmen juga dipertanyakan investor, jika startup yang ada memiliki CEO perempuan.

“Saya melihat investor hanya ingin melihat seberapa baik komitmen dari CEO perempuan. Mereka khawatir kalangan perempuan kemudian sibuk dengan urusan rumah tangga mereka sehingga meninggalkan komitmen awal, menjadi pemimpin di startup,” kata Grace.

Untuk bisa mematahkan persepsi tersebut, entrepreneur perempuan harus bisa memberikan komitmen yang terbaik kepada investor, dengan cara menentukan prioritas saat waktunya mengambil keputusan yang tepat.

“Selama ini perempuan sudah menjadi decision maker di rumah tangga mereka. Hal tersebut tentunya bisa diterapkan saat menjalankan perusahaan,” kata Dayu.

Selama menjalankan profesinya sebagai Google Launchpad Accelerator Startup Success Manager, Alyssa melihat sudah banyak startup yang mendapatkan revenue yang lebih berkat sentuhan jajaran pimpinan hingga CEO perempuan.

Di akhir sesi diskusi, saran narasumber tentang hal-hal yang harus dilakukan dan wajib untuk dihindari operempuan bekerja dan entrepreneur perempuan saat menjalankan bisnis adalah hilangkan keraguan, jangan takut gagal dan temukan support system, bisa menjadi tempat mengadu sekaligus mendapatkan motivasi saat mendapat tantangan ketika memimpin startup atau bekerja di startup.

OnlinePajak Officially Announces Series A Funding From Alpha JWC Ventures and Sequoia India

On this day (12/6) OnlinePajak is officially announced Series A Funding of $3-5 millions, or at least around 40 billion rupiahs. It is led by Alpha JWC Ventures and supported by Sequoia India. The fresh funding will be centered in developing innovative products and solutions to help enterprises, of which they gave positive influence on Indonesia’s economy in tax revenue.

After partnership with Alpha JWC and Sequoia India, OnlinePajak now expecting support to deliver innovative products for tax management, human resources and accounting. The solution continues to develop along OnlinePajak vision, reducing company’s administrative load and tax-collection efficiency.

“The government is working hard in boosting tax revenues for better infrastructure and economic development. OnlinePajak service which designed to enable companies in fulfilling their tax obligation, also have goals to help government in achieving it. This year we want to contribute in targeting tax-collection up to 30 trillion rupiahs,” said OnlinePajak’s Founder Charles Guinot

OnlinePajak latest debut is opening API to expand partnership, both for SaaS service developer and e-commerce. Sleekr, Accurate, Talenta and Etobee are several startup partners in optimizing the API to process digital tax service in its app.

“OnlinePajak is now provided module for HR to facilitate employee taxes payment, meanwhile the accounting team is given a simple way in depositing company’s taxes, as well as managing their invoice. Shortly, OnlinePajak will release a solution to help its user in permorming and organizing tax payments,” added Guinot

OnlinePajak is already taken ISO information security management system, helping companies in preparing, depositing and reporting taxes through a single app that fully connected to the General Taxation Directorate system.


Original article is in Indonesian, translated by Kristin Siagian

Akhirnya OnlinePajak Resmi Umumkan Pendanaan Seri A dari Alpha JWC Ventures dan Sequoia India

OnlinePajak hari ini (6/12) secara resmi mengumumkan perolehan pendanaan seri A dengan nilai $3-5 juta atau minimal 40 miliar rupiah. Pendanaan tersebut dipimpin oleh Alpha JWC Ventures, dan didukung oleh Sequoia India. Secara khusus dana segar yang didapat akan difokuskan untuk mengembangkan produk dan solusi yang inovatif untuk membantu UMKM, yang dapat memberikan pengaruh positif terhadap perekonomian Indonesia dalam hal penerimaan pajak.

Setelah bermitra dengan Alpha JWC dan Sequoia India, kini OnlinePajak berharap memiliki dukungan untuk melahirkan produk inovatif bagi kepengurusan pajak, sumber daya manusia, dan akuntansi. Solusi ini terus dikembangkan sejalan dengan visi OnlinePajak, mengurangi beban adminstrasi perusahaan dan efisiensi pengumpulan pajak.

“Pemerintah bekerja keras untuk menggenjot penerimaan pajak demi pembangunan infrastruktur dan perkembangan ekonomi yang lebih baik. Layanan OnlinePajak yang didesain untuk memudahkan perusahaan dalam menunaikan kewajiban perpajakan mereka, juga memiliki tujuan membantu pemerintah meraih pencapaian tersebut. Tahun ini kami ingin kembali berkontribusi dengan menargetkan pengumpulan pajak sampai dengan Rp 30 triliun,” sambut Founder OnlinePajak Charles Guinot.

Terakhir debut yang dilakukan oleh OnlinePajak ialah membuka API untuk membangun kemitraan seluas-luasnya, baik bagi pengembang layanan SaaS dan juga e-commerce. Sleekr, Accurate, Talenta, dan Etobee merupakan beberapa mitra startup yang turut mengoptimalkan API tersebut untuk pemrosesan layanan pajak secara digital di aplikasinya.

“OnlinePajak kini telah menyediakan modul yang dapat digunakan HR untuk memudahkan pembayaran pajak karyawan, sementara tim accounting diberi kemudahan dalam menyetor pajak perusahaan, dan juga mengelola invoice mereka. Dalam waktu dekat, OnlinePajak juga akan merilis sebagai sebuah solusi yang akan membantu penggunanya untuk melakukan dan mengorganisir  pembayaran pajak mereka,” imbuh Charles.

OnlinePajak juga telah mengantongi ISO sistem manajemen keamanan informasi, membantu perusahaan untuk mempersiapkan, menyetor, dan melapor pajak melalui satu aplikasi terpadu, yang sepenuhnya terhubung dengan sistem Direktorat Jenderal Pajak.

Zuzu Hotels Hentikan Layanan Reservasi Hotel Budget di Indonesia, Fokus ke Segmen B2B

Setelah sempat meluncurkan layanan online hospitality di Indonesia bulan November 2016 lalu, ZuzuHOTELS memutuskan menghentikan layanan hotel budget mereka di Indonesia dan kemudian hanya fokus kepada hotel budget di Taiwan. Keputusan ini diambil Co-founder Vikram Malhi dan rekannya yang sama-sama memiliki pengalaman bekerja di Expedia, Dan Lynn, setelah menjalankan bisnis dan mendapatkan pendanaan awal dari angel investor beberapa waktu yang lalu.

“Setelah mendapatkan funding di awal bisnis kami mulai menjalankan bisnis Zuzu Hotels, belajar dari pengalaman tersebut akhirnya kami memutuskan untuk fokus kepada B2B dan mulai mengurangi B2C di beberapa negara di Asia termasuk Indonesia,” kata Dan Lynn kepada DailySocial.

Dari pantauan DailySocial, saat ini budget hotel di Indonesia sudah tidak bisa diakses dan hanya terdaftar beberapa budget hotel di Taiwan, India dan Thailand. Disinggung tentang adanya persaingan yang cukup sengit di industri budget hotel, terutama di Indonesia, menurut Lynn bukan menjadi kendala.

Meskipun tidak memberikan penyebab pivot secara detail, Zuzu Hospitality Solutions didirikan. Hal ini mengingatkan kita akan pivot Tinggal.com yang menempuh arahan yang sama.

“Kami ingin memberikan platform teknologi dan service terbaik kepada hotel independen, visi tersebut yang kemudian menjadi fokus utama Zuzu Hospitality Solutions saat ini,” kata Lynn.

Pendanaan baru untuk mengembangkan teknologi

Hari Senin lalu (23/10) Zuzu Hospitality Solutions mengumumkan telah mendapatkan seed funding sebesar $2 juta (26 miliar Rupiah) yang dipimpinventure capital asal Silicon Valley yaitu Wavemaker Partners. Venture capital lainnya yang termasuk dalam putaran pendanaan seed ini adalah Golden Gate Ventures (Singapura), Alpha JWC dan Convergence Ventures (Indonesia).

“Mereka adalah tim yang terbaik dengan pengalaman dan traksi yang positif untuk wilayah regional terutama di Indonesia,” kata Founder dan Managing Partner Convergence Ventures Adrian Li kepada DailySocial tentang pendanaan ini.

Dengan pendanaan baru tersebut, Zuzu Hospitality Solutions ingin mengembangkan platform teknologi terutama teknologi manajemen pendapatan hotel. Termasuk di dalamnya fungsi yang memungkinkan Zuzu untuk menerapkan software dan model “layanan” kepada mitranya.

“Demi memastikan layanan yang dihadirkan Zuzu bisa menambah penghasilan hotel, kami ingin membatasi jumlah klien dulu hingga akhirnya bertambah secara organik dengan hasil yang memuaskan,” kata Lynn.

Fokus ke hotel independen

Untuk memastikan hotel independen di Asia saat ini memiliki teknologi dan sistem terpadu dalam manajemennya, Zuzu Hospitality Solutions tidak hanya menawarkan platform teknologi, namun juga layanan yang lebih personal langsung dengan tim sales untuk masing-masing hotel.

“Kita bisa memastikan pihak hotel akan mendapatkan [peningkatan] revenue 20-40% jika memanfaatkan layanan Zuzu Hospitality Solutions. Dengan demikian pihak hotel bisa memberikan pengalaman pelanggan lebih baik lagi,” kata Lynn.

Bisnis model yang baru ini memudahkan Zuzu Hospitality Solutions membina kemitraan dengan layanan OTA, seperti Traveloka dan Expedia, demi mendongkrak penjualan hotel independen yang memanfaatkan platform Zuzu.

“Saat ini sedikitnya sudah 150 hotel di Asia yang sudah menggunakan platform ZUZU Hospitality Solutions. Jumlah tersebut cukup beragam dari beberapa negara di Asia, termasuk di Indonesia,” kata Lynn.

Sale Stock Raih Pendanaan Seri B+ Senilai 360 Miliar Rupiah

Salah satu sektor startup digital di tanah air yang tengah berkembang cukup jauh adalah bisnis e-commerce. Kabar terbaru adalah pendanaan yang didapat Sale Stock pasca masuk dalam jajaran startup di Meranti ASEAN Growth Fund oleh Gobi Partners.

Dalam rilis yang kami terima, Sale Stock menjadi startup e-commerce pertama yang masuk di jajaran portofolio Meranti ASEAN Growth Fund. Pendanaan kali ini merupakan pendanaan Series B+ bagi Sale Stock. Selain Gobi ada venture capital lain seperti Alpha JWC Ventures, Convergence Ventures, KIP, MNC, dan SMDV.

Di putaran kali ini Sale Stock disebut mendapatkan pendanaan sebesar $27 juta atau setara dengan 360 miliar rupiah. Angka yang cukup besar untuk berbuat banyak memenangi persaingan bisnis e-commerce di Indonesia.

Menanggapi pendanaan kali ini salah satu co-founder Sale Stock Lingga Madu mengungkapkan keseriusan Sale Stock dalam menghadapi pasar e-commerce di Indonesia.

“Penyuntikan modal baru ini akan digunakan untuk memperkuat posisi kita sebagai pemimpin pasar di Indonesia dan mencoba mendapatkan keuntungan di dalam waktu dekat.”

Rencana untuk bisa menghasilkan profit ini juga diamini oleh President Sale Stock Jeffrey Yuwono. Dikutip dari e27 Jeffrey menuturkan salah satu tujuan utama mereka adalah menjadi startup yang profitable di Indonesia.

“Tujuan pertama kami adalah menjadi profitable di Indonesia, yang kami rencanakan untuk tahun depan. Dan setelah itu kami akan berpikir tentang ekspansi regional,” ujarnya.

Di sisi lain Lingga secara tersirat juga menyebutkan bahwa pihaknya mengundang orang-orang yang memiliki kemampuan teknologi dan big data untuk bergabung dengan Sale Stock. Pernyataan tersebut menggambarkan rencana besar Sale Stock yang berusaha memperkuat jajaran teknologinya untuk bersaing di pasar Indonesia.

Application Information Will Show Up Here

Pasca Perolehan Pendanaan, Co-Working Space Spacemob Segera Buka Cabang di Jakarta

Co-working space Spacemob yang berbasis di Singapura kemarin mengumumkan perolehan pendanaan awal yang terbilang fantastis senilai $5,5 juta (sekitar Rp 74 miliar) dari sejumlah investor yang dipimpin oleh Vertex Ventures Holdings. Perusahaan investasi Indonesia Alpha JWC juga terlibat dalam pendanaan ini. Salah satu hal yang bakal dilakukan Spacemob adalah berekspansi ke Jakarta dan membuka cabangnya di sini di kuartal pertama 2017.

Spacemob didirikan oleh Turochas ‘T’ Fuad, seseorang berkebangsaan Indonesia yang telah lama menetap dan berbisnis di Singapura. Jika namanya terdengar familiar, Fuad sebelumnya adalah pendiri Travelmob, sebuah startup travel (dengan model bisnis mirip Airbnb) yang diakuisisi HomeAway tahun 2013 lalu.

Kepada DailySocial, Fuad mengatakan bahwa Spacemob didirikan berdasarkan pemahamannya tentang kemitraan pengelola hotel dan pemilik properti saat mengelola Travelmob. Dari sana ia melihat peluang untuk membawa model seperti ini ke industri co-working. Spacemob lahir dengan premis bahwa ruang adalah “hal terpenting kedua”. Yang utama adalah dukungan dan ekosistem yang disediakan untuk anggota.

Sebagai sebuah co-working space, Spacemob bisa dikatakan unik karena memiliki tim teknis lengkap, dari full stack developer, front end engineer, designer, hingga product manager. Disebutkan tim ini membangun sistem pembayaran untuk pemesanan makanan dan ruangan melalui QR code, membangun sistem administrasi ruang (misalnya untuk mengunci ruangan) secara nirkabel, dan memiliki sistem keanggotaan yang memberikan berbagai benefit.

“Segera meluncur adalah direktori anggota yang menyediakan profil in-depth setiap anggota dan layanan yang mereka berikan dan butuhkan. Tim juga dalam proses membangun teknologi pelacakan berbasis RFID untuk memaksimalkan efisiensi ruang,” ungkapnya.

Spacemob Jakarta

Khusus untuk ekspansinya di Jakarta, Fuad menyebutkan ruangannya di Jakarta akan menjadi ekstensi DNA mereka saat ini, sebuah co-working space yang fokus untuk membangun dasar bisnis dengan membawa mindset teknologi untuk mengelola co-working space dan mendorong terciptanya kegiatan co-working di antara para anggotanya.

Co-Founder dan Managing Partner Alpha JWC Chandra Tjan dalam pernyataannya menyebutkan, “Yang membuat Spacemob benar-benar spesial adalah visi kuat T, kepercayaannya untuk membuat perubahan di dunia industri working space di zaman sharing economy, dan kemampuannya menginspirasi orang-orang terbaik untuk bergabung dalam perjalanannya.”

Tentang kemungkinan perekrutan engineer di Jakarta, Fuad mengatakan, “Kami terbuka untuk merektut talenta dari berbagai negara di kawasan ini, termasuk di Jakarta. Salah satu front-end engineer kami adalah orang Indonesia yang direkrut dari Jakarta.”

“Kami memiliki rencana ekspansi yang agresif, berniat meluncurkan 30 lokasi Spacemob di Asia Pasifik pada tahun 2019. Investasi ini akan mendanai hal tersebut,” tutup Fuad menjustifikasi nominal perolehan pendanaan awal ini.

Jualo Kembali Peroleh Pendanaan Jutaan Dollar

Platform iklan baris online Jualo mengumumkan perolehan pendanaan senilai jutaan dollar dari grup investor yang terdiri atas Susquehanna International Group (SIG), Lionrock Capital, dan Alpha JWC Ventures. Perolehan hanya berselang 7 bulan dari perolehan pendanaan Seri A Januari lalu yang dipimpin oleh NSI Ventures. Jualo akan menggunakan untuk memperkuat jajaran talenta, mengkonsolidasi posisi bisnis, dan berekspansi (. Di ranah ini, praktis pesaing Jualo adalah OLX Indonesia.

Bisnis iklan baris memang sedikit berbeda dibanding marketplace. Untuk menjangkau pasar barang-barang bekas, Jualo mencoba menawarkan fitur geolocation, escrow payment (rekening bersama), seller verification dengan harapan mengurangi fraud yang kerap terjadi di bisnis ini. Baru-baru ini Jualo juga menawarkan fasilitas “mengutang” Jualo Kasbon, bermitra dengan Kredivo, sebagai salah satu usahanya untuk memahami cara berbelanja orang Indonesia.

Dalam rilisnya, Co-Founder dan CEO Jualo Chaim Fetter mengatakan, “Tim kami terdiri dari wirausahawan yang memiliki pengalaman signifikan di negara berkembang Asia dan dapat mendorong Jualo untuk menjadi pemimpin di pasar yang sangat padat di negara berkembang Asia.”

Kehadiran sejumlah investor yang mendukung Jualo praktis tak lepas dari besarnya potensi pasar e-commerce di Indonesia. Dengan segmen B2C (marketplace) disesaki oleh banyak pemain bermodal besar, segmen C2C mulai dilirik kembali hanya diisi oleh OLX Indonesia dan Jualo. OLX Indonesia didukung oleh sejumlah pemain besar global dan Jualo sebagai startup independen bisa menjadi kendaraan untuk menjangkau pasar yang lebih besar di Indonesia.

Selain Chaim, tim inti Jualo kini dipegang Ahmed Aljunied (CTO) dan Pedro Principe (COO). Remco Lupker, Co-Founder Tokobagus yang menjadi cikal bakal OLX Indonesia, juga kini mendukung Jualo sebagai Advisor.

Application Information Will Show Up Here

Induk Perusahaan Modalku Mengumumkan Perolehan Investasi Seri A Senilai Rp 100 Miliar

Hari ini (4/8), platform peer-to-peer lending (pinjaman langsung) Modalku mengumumkan bahwa induk perusahaan mereka Funding Societies telah mendapatkan pendanaan seri A senilai Rp 100 miliar. Putaran pendanaan ini dipimpin oleh Sequoia India dengan partisipasi para pakar Universitas Harvard dan investor terdahulu Alpha JWC Ventures. Rencananya dana tersebut akan digunakan untuk mendorong pertumbuhan Modalku dengan memberdayakan UMKM di Indonesia.

Co-Founder dan CEO Modalku Reynold Wijaya mengatakan, “Kami percaya bahwa mendukung UKM Indonesia berarti memperkuat ekonomi Indonesia. Karena kekurangan agunan dan sejarah kredit, jutaan UMKM yang layak mendapatkan kredit di Indonesia saat ini belum dapat menerima pinjaman yang mereka perlukan. Dengan pendanaan terbaru ini, kami dapat mempercepat misi kami memberdayakan UKM di seluruh Indonesia, dimulai dari ekspansi kami ke Bandung bulan depan.”

Co-Founder dan COO Modalku Iwan Kurniawan Modalku menambahkan: “Kami sangat bangga dapat bermitra dengan Sequoia untuk terus melayani UMKM. […] Saat ini, kami dapat menyetujui pinjaman dalam kurun waktu 24 jam bagi pelaku bisnis online. Kami juga menyusun inisiatif dan menjalin kemitraan tambahan untuk memberdayakan lebih banyak UMKM di seluruh tanah air.”

Bersamaan dengan pengumuman pendanaan seri A, Modalku juga mengumumkan telah menjalin kerja sama dengan Bank Sinarmas yang dimulai dengan memberikan dana awal sebesar Rp 10 miliar untuk membiayai pinjaman Modalku. Sebelumnya, Modalku juga telah menjalin kemitraan dengan Tokopedia lewat program Mitra Toppers.

Sementara itu, Wakil Presiden Direktur Sequia Pieter Kemps sendiri menyambut positif pendanaan ini. Dia optimis Modalku dengan timnya dapat menjadi pemimpin platform pinjam meminjam langsung di Asia Tenggara. Will Ongkowidjaja, Co-Founder dan Managing Partner Alpha JWC Ventures, juga mengatakan hal yang tak jauh berbeda.

Modalku adalah perpanjangan tangan dari platform peer-to-peer lending Funding Societies yang berbasis di Singapura. Di Indonesia, Modalku beroperasi di bawah PT Mitrausaha Indonesa Grup. Sejak peluncurannya di bulan Januari 2016, Modalku mengklaim telah memfasilitasi pinjaman jangka pendek dengan jumlah lebih dari Rp 10 Miliar kepada lebih dari 40 UMKM. Pemberi pinjaman Modalku juga diklaim menikmati rekor pembayaran sempurna 100% dan tingkat kredit macet 0%.

Application Information Will Show Up Here

Ingin tahu lebih lanjut mengenai industri Fintech di Indonesia? Jangan lupa hadiri Indonesia Fintech Festival & Conference 2016, pada tanggal 29-30 Agustus 2016 di ICE, BSD. Pembelian tiket (Rp. 100rb) dan info lengkap silahkan kunjungi fintechfest.id.