Haus! Kantongi Pendanaan Seri B1, Mantapkan Langkah Menuju IPO

Diluncurkan tahun 2018 lalu sebagai startup F&B di segmen produk new tea & boba, Haus! saat ini telah memiliki sekitar 200 outlet tersebar di Jabodetabek. Menerapkan model bisnis “cost leadership”, sejak awal perusahaan berupaya untuk konsisten menjaga kualitas produk.

Untuk bisa relevan dengan pangsa pasarnya, outlet turut didesain dengan nuansa gaya hidup dan dibumbui produk dengan harga jual terjangkau.

Kepada DailySocial.id, Co-Founder & CEO Haus! Gufron Syarif mengungkapkan, terinspirasi dari Tiongkok, produk new tea & boba yang menyasar kepada kelas menengah ke bawah memiliki potensi yang besar. Ia pun menilai bahwa ada potensi yang sama di Indonesia. Ternyata hipotesis terkait bisnis F&B tersebut tervalidasi baik di pasar. Pun demikian di mata investor.

Belum lama ini, Haus! kembali mengantongi dana segar dalam putaran seri B1 dari beberapa angel investor seperti Rama Notowidigdo mewakili Ubi Capital dan Arya Setiadharma mewakili Prasetia Dwidharma. Sejumlah pemodal ventura juga terlibat, di antaranya Strategic Year Holdings dan Atlas Global Ventures.

Dana segar akan difokuskan untuk mempercepat pertumbuhan bisnis dan merealisasikan cita-cita perusahaan untuk segera IPO.

“Kami menyadari jika perusahaan ingin berlari kencang idealnya adalah mendapatkan pendanaan melalui VC. Harapannya dana segar tersebut bisa kita manfaatkan untuk mengembangkan bisnis dan melangkah lebih cepat menuju IPO. Perusahaan juga memiliki target untuk bisa memiliki sekitar 1000 outlet, sekaligus memosisikan Haus! sebagai brand leader untuk kategori pasar ini,” kata Gufron.

Sebelumnya Haus! juga telah mendapatkan pendanaan seri A senilai 30 miliar Rupiah dari BRI Ventures melalui Dana Sembrani Nusantara. Setelah menerima suntikan dana tersebut tahun 2020 lalu, Haus! mencatatkan peningkatan penjualan sebesar 54,5% dari $11 juta (156 miliar Rupiah) pada tahun 2020 menjadi $17,53 juta (252 miliar Rupiah) pada tahun 2021.

Meluncurkan aplikasi, targetkan akuisisi 20% transaksi

Sebagai bagian rencana, bulan Juli mendatang Haus! akan meluncurkan aplikasi mobile perdananya. Bermitra dengan logistik pihak ketiga Lalamove, melalui aplikasi tersebut diharapkan bisa memberikan keuntungan lebih, termasuk dengan pengelolaan data yang lebih intensif.

Saat ini perusahaan mencatat sekitar 60% transaksi berasal dari marketplace. Hal tersebut menurut Gufron telah membantu mereka untuk melakukan distribusi, namun akan menjadi ideal jika perusahaan juga memiliki data dan opsi pengantaran sendiri melalui aplikasi.

“Kami menargetkan hingga tahun 2025 mendatang sekitar 20% bisa didapatkan transaksi melalui aplikasi sendiri. Melihat dinamika yang ada saat ini, kemitraan dengan marketpalce memang sangat membantu namun ke depannya kami melihat akan ada perubahan dari sisi kebijakan komisi dan lainnya yang dikenakan oleh marketplace kepada kami,” kata Gufron.

Dengan pendekatan cost leadership, Haus! diibaratkan serupa dengan low cost budget airline, yang layanan dan produknya bisa dinikmati oleh semua kalangan. Meskipun mereka tetap konsisten memberikan kualitas produk terbaik, namun untuk harga diupayakan tetap terjangkau, menyasar segmen menengah ke bawah.

Strategi bisnis lainnya yang juga diklaim telah memberikan dampak positif adalah, sejak awal mereka tidak menjalankan operasional secara franchise atau waralaba. Menurut Gufron, dengan menjalankan operasional secara sendiri, memudahkan mereka untuk menjaga kualitas dan kontrol operasional. Untuk jangka panjang konsep seperti ini juga bisa menjadikan bisnis lebih berkelanjutan.

Pengembangan outlet modern dan minimalis

Untuk bisa menjangkau lebih banyak pelanggan, Haus! sengaja membangun outlet di berbagai lokasi yang berbeda. Mulai dari perumahan, sekolah, hingga lokasi transportasi umum seperti stasiun KRL. Meskipun tidak memiliki lokasi yang luas dan hanya berbentuk outlet sederhana, namun strategi seperti ini mampu menumbuhkan transaksi memanfaatkan pengantaran dari marketplace.

“Berbeda dengan produk serupa lainnya yang kategorinya lebih menengah ke atas, kami tidak menempatkan outlet kita di pusat perbelanjaan premium. Nantinya jika memang Haus! memiliki rencana untuk meluncurkan outlet baru di mall, yang kita pilih adalah tempat berbelanja yang masuk dalam kategori menengah ke bawah,” kata Gufron.

Sudah sangat familiarnya kalangan masyarakat menikmati minuman kekinian , menjadikan bisnis yang diterapkan Haus! dan produk serupa lainnya bisa berjalan lebih lancar. Akselerasi saat pandemi juga telah membantu mereka melakukan ekspansi outlet lebih banyak lagi jumlahnya. Menurut Gufron kategori new tea & boba dan coffee chain ketika digali lebih dalam market size-nya bernilai 10 triliun Rupiah.

“Frekuensi pembeliannya jika dibandingkan di Tiongkok yang lebih rutin, bahkan menjadikan minuman dalam kategori ini sebagai dessert atau makanan penutup. Di Indonesia sudah mulai menuju ke sana, bergeser dari tren menjadi kebiasaan,” kata Gufron.

Flip Dapat Pendanaan Seri B+ Senilai 811 Miliar Rupiah

Flip mengumumkan perolehan pendanaan tambahan untuk putaran seri B senilai $55 juta atau setara 811 miliar Rupiah. Kali ini Tencent berperan memimpin pendanaan, diikuti Block (sebelumnya Square) dan Insight Partners. Sejumlah angel investor turut terlibat, di antaranya Guillaume Pousaz (CEO Checkout.com); Gokul Rajaram (eksekutif Doordash sekaligus komisioner Coinbase, Pinterest), dan Michael Vaughan (ex-COO Venmo).

Investasi baru ini melanjutkan perolehan seri B yang diumumkan Flip akhir tahun 2021 lalu, senilai $48 juta dipimpin Sequoia Capital India, Insight Partners, dan Insignia Venture Partners. Menurut sumber kami, Jika ditotal dana ekuitas yang berhasil didapat startup ini telah mencapai $120 juta atau setara 1,7 triliun Rupiah.

Modal tambahan ini akan difokuskan untuk memperkuat tim, khususnya di divisi teknis dan produk. Saat ini Flip telah memperkerjakan lebih dari 400 karyawan. Ini dilakukan untuk mengakselerasi pengembangan produk dan teknologi baru.

COO Flip Gita Prihanto mengatakan bahwa per Mei 2022 mereka telah melayani lebih dari 10 juta pengguna — meningkat dari sebelumnya di Desember 2021 baru 7 jutaan. Layanan utama mereka membantu pengguna melakukan transfer antarbank, top-up, dan remitansi.

Di sisi lain, layanan B2B mereka juga berkembang pesat. Flip B2B telah digunakan ratusan perusahaan untuk membantu proses penggajian karyawan, pengembalian uang pelanggan, pembayaran faktur, dan remitansi. Total setiap tahun mereka membukukan transaksi sampai $12 miliar.

Layanan transfer antarbank

Flip hadir untuk mengatasi isu terkait biaya transfer antarbank yang cukup mahal — terutama dirasakan kalangan menengah ke bawah dan pelaku UMKM. Teknologi Flip mampu menjadi “forwarder”. Misalnya pengguna dari bank A ingin mentransfer ke bank B, maka ia dapat mentransfer terlebih dulu ke rekening bank A milik Flip untuk kemudian diteruskan ke rekening tujuan bank B calon penerima oleh rekening bank B milik Flip secara otomatis.

Konsep tersebut diterima baik oleh masyarakat Indonesia. Apalagi model bisnis Flip adalah freemium, hingga batas tertentu pengguna dapat menggunakan layanan tersebut secara gratis.

Pemain lain juga mulai menghadirkan layanan ini sebagai salah satu fitur unggulan. Misalnya dilakukan oleh platform e-money DANA, layanan tersebut sempat mengokohkan mereka di peringkat tertinggi untuk platform sejenis. Per Desember 2021, tercatat lebih dari 350 juta transaksi dengan menggunakan fitur “Kirim Uang” di DANA, rata-rata 30 juta transaksi per bulan.

Strategi serupa kini diterapkan banyak fintech, termasuk platform bank digital yang baru-baru ini bermunculan.

Di sisi lain, Bank Indonesia juga telah merilis BI Fast Payment (BI-FAST), mereduksi biaya transfer antarbank menjadi Rp2.500. Menanggapi ini, dalam sebuah wawancara dengan DailySocial.id, Co-founder dan CEO Flip Rafi Putra Arriyan menuturkan pihaknya senantiasa menyambut baik kebijakan yang dibuat oleh Bank Indonesia karena selaras dengan visi Flip dalam menghadirkan solusi teknologi keuangan yang adil bagi seluruh masyarakat di Indonesia.

“Untuk mendukung inisiatif tersebut, kami berkomitmen untuk melanjutkan upaya dan inovasi kami dengan memanfaatkan teknologi guna memberikan kualitas terbaik, baik untuk kepraktisan, kemudahan, maupun kecepatan dalam bertransaksi bagi para pelanggan di seluruh Indonesia.”

Application Information Will Show Up Here

Kantongi Pendanaan Pra-Awal, Marketplace NFT Lokal “Artpedia” Segera Meluncur

Bertujuan untuk memberikan opsi lebih kepada masyarakat Indonesia yang ingin menjual karya seni mereka dalam bentuk NFT (Non-Fungible Token), platform Artpedia akan segera meluncur dalam versi beta pada bulan Juli mendatang.

Kepada DailySocial.id, Founder & CEO Artpedia Arjuna Sky Kok mengungkapkan, meskipun saat ini di Indonesia pasar NFT masih terbilang niche, namun melalui Artpedia harapannya kreator secara global juga bisa memanfaatkan platform mereka untuk bertransaksi.

Dipilihnya Ethereum L2s sebagai settlement mereka, diharapkan bisa mempermudah masyarakat untuk menjual karya seni mereka melalui Artpedia. Arjuna mengklaim, Etherium merupakan teknologi yang paling banyak yang digunakan oleh pengguna NFT secara global.

“Sekilas konsep Artpedia serupa dengan OpenSea, namun Artpedia memiliki value proposition yang berbeda dengan OpenSea. Selain Indonesia, Artpedia juga bisa digunakan oleh pasar global,” kata Arjuna.

Untuk mempercepat pertumbuhan bisnis, Artpedia telah mengantongi pendanaan tahapan pra-awal dari sejumlah angel investor dengan nilai investasi senilai $100 ribu atu setara 1,5 mliar Rupiah. Beberapa investor yang terlibat di antaranya Windy Natriavi, (Co-founder AwanTunai), Jim Geovedi (CTO Koinworks), Dendi Suhubdy (CEO Bitwyre), dan Indira Widjonarko (Founder Sebangsa).

Dana segar tersebut dimanfaatkan oleh perusahaan untuk mengembangkan teknologi. Nantinya jika platform sudah diluncurkan, mereka memiliki rencana untuk menggalang dana tahapan seed — direncanakan tahun ini.

“Kami juga memiliki rencana untuk mengembangkan teknologi dan merekrut talenta baru hingga membangun on-ramp company yang nantinya bisa mengelola opsi pembayaran memanfaatkan e-wallet dan lainnya. Dengan dana segar dari putaran seed tersebut diharapkan rencana bisa kami lancarkan,” kata Arjuna.

Selain Artpedia, yang menawarkan layanan serupa dan menyasar NFT adalah TokoMall dari Tokocrypto. TokoMall menghadirkan konsep digital meets reality. Platform digital dan karya seni dalam bentuk NFT dapat menjadi jawaban atas permasalahan di dunia nyata. Dengan beralih ke NFT dan menjadikannya mainstream, kreator lokal tidak hanya bisa memasarkan karyanya ke pasar lebih luas.

Model bisnis dan strategi monetisasi

Bagi kreator yang ingin memanfaatkan layanan Artpedia, bisa menggunakan wallet yang telah dimiliki. Bagi yang belum memiliki wallet, platform menawarkan pilihan kustodian. Semua proses unggahan hingga pembayaran dikelola oleh Artpedia. Kreator cukup memberikan nomor telepon dan rekening bank, untuk mendapatkan royalty setiap bulan, bagi mereka yang ingin menjual karya seni melalui Artpedia.

“Untuk strategi monetisasi yang dikenakan adalah market fee, kepada kreator. Untuk opsi kustodian ini, Artpedia tidak mengenakan biaya tambahan kepada kreator. Pilihan kustodian ini merupakan solusi sementara yang kami tawarkan, untuk para kreator yang belum memiliki wallet,” kata Arjuna.

Meskipun untuk fase awal masih fokus kepada karya seni dalam bentuk gambar, ke depannya mereka juga ingin menjadikan Artpedia sebagai ‘token gate’ untuk berbagai komunitas. Apakah itu komunitas yoga, diving, dan lainnya. NFT berupa sertifikat nantinya bisa menjadi opsi bagi komunitas untuk memulai.

“Kami melihat nilainya lebih kepada kolektibel. Namun ke depannya kita ingin Artpedia lebih dari sekedar kolektibel. Untuk bisa menyasar dunia metaverse, kami juga berencana untuk memberikan kesempatan kepada designer merancang busana yang kemudian mereka bisa jual kepada pengguna di dunia metaverse,” kata Arjuna.

Dengan relasi yang cukup solid dengan beberapa komunitas, diharapkan saat platform meluncur bulan depan bisa didapatkan kreator NFT secara langsung.

“Secara khusus kami menargetkan kalangan milenial, karena kami melihat kalangan tersebut yang sangat terbuka dengan NFT. Berbeda halnya dengan Gen Z, yang kami lihat tidak terlalu tertarik untuk bermain NFT,” kata Arjuna.

Dagangan Discloses Pre Series B Funding Worth of 95 Billion Rupiah

Dagangan social commerce announced pre-series B funding of $6.6 million (over 95 billion Rupiah) led by BPTN Syariah Ventura. Other investors participated in this round, including Monk’s Hill Ventures and Hendra Kwik (Payfazz) participated.

This investment also marks BPTN Syariah Ventura‘s debut after officially announcing its business today (3/6).

Dagangan will use the fresh capital to continue business expansion, increase team capabilities, and product development. Dagangan will soon to collaborate with other financial institutions in developing financial services.

In an official statement, Dagangan’s Co-founder & CEO, Ryan Manafe breaks down the team’s aspirations for the community in remote areas to lift up the economy in the village significantly. “This funding led by BTPN Syariah Ventura is not just an investment, it is the beginning of a joint effort to strengthen an inclusive digital ecosystem for Indonesian people in the future.”

He continued, “We have partnered with BTPN Syariah since 2020 and held the same passion for improving the living standards of Indonesian people in remote areas. Through this funding, BPTN Syariah Ventura provides us access to its ecosystem, hence giving us the opportunity to expand our business, including opportunities for users to gain access and the best financial services.”

Dagangan is a social commerce platform that provides a variety of household needs, ranging from basic necessities, fresh/frozen food ingredients, and fashion products, with same-day and next-day delivery services. The business model used is direct shopping through the Dagangan platform, resellers, and third parties who work with the company.

The Yogyakarta-based startup uses a hub-and-spoke model in its operations. In a sense, building a basic needs procurement center or micro fulfillment center (hub) for second-and third-tier cities, also rural areas. It is resulting in the logistics costs become more efficient. Consumers also have easier access to goods, large producers are also able to reach areas that were previously difficult to reach due to logistical limitations.

“Our main goal is to build the largest integrated retail and e-commerce company in Indonesia that is able to reach 90,000 tier 3-4 villages and cities, where 80% of the total Indonesian population lives,” added Dagangan Wilson Co-founder & President. Yanaprasetya.

Source: Dagangan

He also said, “Therefore, we are very focused on mapping the right business by creating an efficient organization, creating consistent growth, accompanied by the development of innovative technologies for our products. Currently, every transaction on the Dagangan application is able to provide a growing profit, which is rarely happen to the new startups.”

After obtaining series A funding of $11.5 million in September 2021, Dagangan is said to succeed in scoring business growth of up to five times. Currently, the company has over 40 hubs spread across various areas in Yogyakarta, Central Java, and West Java. Dagangan’s products and services have reached nearly 15,000 villages in 40 cities/districts.

BTPN Syariah Ventura

On a separate occasion, this strategic act marked the debut of BPTN Syariah Ventura obtaining Rp300 billion in capital from BPTN Syariah. In a disclosure on the Indonesia Stock Exchange, this venture has an authorized capital of Rp500 billion.

As the core capital authorized, issued and paid-up by the subsidiaries, the composition of BPTN Syariah Ventura becomes Bank BPTN Syariah with a total of 2.97 billion shares with a nominal value of Rp297 billion or 99% of the total issued/paid-up shares in the subsidiary.

Moreover, Bank BTPN has as many as 30 million shares with a nominal value of Rp3 billion or 1% of the total issued/paid-up shares in the subsidiary.

“Referring to the copy of the Decree of the Member of the Board of Commissioners of the Financial Services Authority Number KEP-23/D.05/2022 dated May 20, 2022, which was received by the Company on May 30, 2022 regarding the Granting of a Sharia Venture Capital Company Business License to PT BTPN Syariah Ventura, then The Company’s subsidiaries have effectively run their business as a sharia venture capital company,” the management stated in the announcement.

This formation is a strategic move from BPTN Syariah to chip in to the digital banking competition. One way is to support business activities and create a digital ecosystem for the segments it serves.


Original article is in Indonesian, translated by Kristin Siagian

Application Information Will Show Up Here

Social Commerce Platform Super Secures Over 1 Trillion Rupiah Series C Funding

Super social commerce announced a $70 million (over 1 trillion Rupiah) series C funding round led by New Enterprise Associates (NEA), a Silicon Valley-based VC. Also participating in this round, Insignia Ventures Partners, SoftBank Ventures Asia, DST Global Partners, Amasia, B Capital, and TNB Aura.

In fact, a number of angle investors were also involved, including Stephen Pagliuca (Chairman of Bain Capital), Eric Feng (former General Partner of Kleiner Perkins and Gold House), and Moses Lo (Xendit’s CEO).

It is said that they have reached $106 million (over 1.5 trillion Rupiah) in total funding since its debut. Also, this is the highest figure for the social commerce vertical in Indonesia. The latest round was announced after a year of Super’s $28 million Series B funding led by SoftBank Ventures Asia.

In an official statement today (2/6), Super’s Co-founder and CEO, Steven Wongsoredjo said the company will use the additional capital to continue its mission of equal access for people in Kalimantan, Bali, West Nusa Tenggara, East Nusa Tenggara, Maluku, and Papua in the next few years.

One way is to focus on regional expansion for multinational and local FMCG suppliers in rural areas. In the meantime, empowering more community leaders to optimize their income to have a better quality of life.

“The two and third tier cities have 3-5 times lower GDP per capita than Jakarta. However, the cost of consumer goods is higher by 20-200%. In fact, more than 30% of Indonesia’s GDP comes from East Java, Kalimantan and East Indonesia. Super is targeting a huge untapped market,” Steven said.

NEA’s partner, Andrew Schoen added, “We are thrilled to be able to support the entire Super team. The company is positioned to improve the lives of the 260 million Indonesians living outside the Indonesian capital. Super will continue to improve access to basic goods, create meaningful and rewarding jobs, and streamline supply chains for tier-2, tier-3, and Indonesian rural areas.”

Future plans

Super’s Head of Strategy and Business Development, Gisella Tjoanda said, in its fourth year, Super gets the meaning of data collection and analysis as one of the keys to success in launching new SKUs. Therefore, they will expand the engineer team to improve the warehouse management system.

“By applying machine learning, we can help Super make better use of data to expand its SKUs in the future,” she said.

Currently, Super has successfully launched two private-label brands to realize product-market fit. The company is to reinvest some of the fresh money to develop additional private-label FMCG brands in the next few years. In addition, launching cosmetic products due to the increasing market demand for this segment throughout Indonesia.

In order to accomplish its mission of being a sustainable company, Super will launch a feature for community agents to track end consumer transactions to help community agents offer better-designed experiences for end customers.

Super was founded in 2018, offering differentiation that utilizes a hyperlocal logistics platform to deliver consumer goods to thousands of agents within 24 hours of ordering. Super partners with thousands of community agents such as individuals and stalls to collect and distribute millions of dollars worth of goods to their communities each month.

It is said that Super is currently available in 30 cities in East Java and South Sulawesi, primarily targeting areas with $5,000 or lower GDP per capita.


Original article is in Indonesian, translated by Kristin Siagian

Dagangan Umumkan Pendanaan Pra-Seri B Senilai 95 Miliar Rupiah

Startup social commerce Dagangan mengumumkan perolehan pendanaan pra-seri B senilai $6,6 juta (lebih dari 95 miliar Rupiah) yang dipimpin oleh BPTN Syariah Ventura. Dalam putaran ini turut berpartisipasi investor lainnya, seperti Monk’s Hill Ventures dan Hendra Kwik (Payfazz).

Investasi ini menandai debut perdana BPTN Syariah Ventura setelah diumumkan secara resmi beroperasi yang bertepatan pada hari ini (3/6).

Dana segar akan dimanfaatkan Dagangan untuk meneruskan ekspansi bisnis, meningkatkan kapabilitas tim, dan pengembangan produk. Dagangan juga akan bekerja sama dengan institusi keuangan lainnya untuk mengembangkan layanan finansial.

Dalam keterangan resmi, Co-founder & CEO Dagangan Ryan Manafe menjelaskan pihaknya memiliki aspirasi agar dapat melayani masyarakat hingga ke pelosok, sehingga perekonomian di desa dapat tumbuh secara signifikan. “Pendanaan yang dipimpin BTPN Syariah Ventura ini bukan sekadar investasi semata, namun ini adalah permulaan dari ikhtiar bersama untuk memperkuat ekosistem digital yang inklusif bagi masyarakat Indonesia ke depannya.”

Ia melanjutkan, “Kami telah bermitra dengan BTPN Syariah sejak 2020 dan kami melihat semangat yang sama dalam meningkatkan taraf hidup masyarakat Indonesia di pelosok. Melalui pendanaan ini, BPTN Syariah Ventura memberikan kami akses terhadap ekosistem yang mereka miliki, sehingga memberi kami kesempatan memperluas bisnis, termasuk memberikan kesempatan bagi para pengguna untuk mendapatkan akses dan layanan keuangan terbaik.”

Dagangan merupakan platform social commerce yang menyediakan berbagai kebutuhan rumah tangga, mulai dari sembako, bahan makanan segar/beku, hingga produk fesyen, dengan layanan pengantaran di hari yang sama dan esok hari. Model bisnis yang dipakai adalah berbelanja langsung melalui platform Dagangan, reseller, dan pihak ketiga yang bekerja sama dengan perusahaan.

Startup yang berbasis di Yogyakarta ini menggunakan model hub-and-spoke dalam operasionalnya. Dalam artian, membangun pusat pengadaan kebutuhan pokok atau micro fulfillment center (hub) ke kota lapis dua dan tiga dan pedesaan. Alhasil, biaya logistik jadi lebih efisien. Konsumen pun memperoleh akses barang secara lebih mudah, produsen besar juga mampu menjangkau area yang sebelumnya sulit diraih akibat keterbatasan logistik.

“Tujuan utama kami adalah membangun perusahaan ritel dan e-commerce terintegrasi terbesar di Indonesia yang mampu menjangkau 90 ribu desa dan kota-kota tier 3-4, di mana 80% dari total penduduk Indonesia tinggal,” tambah Co-founder & President Dagangan Wilson Yanaprasetya.

Sumber: Dagangan

Ia melanjutkan, “Oleh karena itu, kami sangat fokus pada pemetaan bisnis yang tepat dengan membuat organisasi yang efisien, menciptakan pertumbuhan yang konsisten, dan tentunya disertai dengan pengembangan teknologi yang inovatif untuk produk kami. Saat ini, setiap transaksi pada aplikasi Dagangan mampu memberikan profit yang bertumbuh, yang mana hal ini jarang terjadi pada
startup yang baru berdiri.”

Pasca menerima pendanaan seri A sebesar $11,5 juta pada September 2021, diklaim Dagangan berhasil mencetak pertumbuhan bisnis hingga lima kali lipat. Saat ini, Dagangan telah memiliki lebih dari 40 hub yang tersebar di berbagai area di Yogyakarta, Jawa Tengah, dan Jawa Barat. Produk dan layanan Dagangan telah menjangkau hampir 15.000 desa di 40 kota/kabupaten.

BPTN Syariah Ventura

Secara terpisah, menandai mulai beroperasinya BPTN Syariah Ventura memperoleh modal ditempatkan sebesar Rp300 miliar dari BPTN Syariah. Dalam keterbukaan di Bursa Efek Indonesia, entitas ventura ini memiliki modal dasar sebesar Rp500 miliar.

Dengan efektifnya penambahan modal dasar serta modal ditempatkan dan disetor entitas anak perseroan, maka susunan di BPTN Syariah Ventura menjadi Bank BPTN Syariah sebanyak 2,97 miliar saham dengan nominal Rp297 miliar atau senilai 99% dari jumlah seluruh saham yang telah ditempatkan/disetor dalam entitas anak.

Kemudian, Bank BTPN sebanyak 30 juta saham dengan nominal Rp3 miliar atau 1% dari jumlah seluruh saham yang telah ditempatkan/disetor dalam entitas anak.

“Merujuk kepada salinan Surat Keputusan Anggota Dewan Komisioner Otoritas Jasa Keuangan Nomor KEP-23/D.05/2022 tertanggal 20 Mei 2022, yang diterima Perseroan pada tanggal 30 Mei 2022 tentang Pemberian Izin Usaha Perusahaan Modal Ventura Syariah kepada PT BTPN Syariah Ventura, maka entitas anak Perseroan telah efektif menjalankan bidang usaha sebagai perusahaan modal ventura syariah,” tulis manajemen dalam pengumumannya.

Pembentukan ini merupakan langkah BPTN Syariah dalam bertarung dalam perbankan digital. Salah satu caranya dengan menunjang kegiatan usaha dan mewujudkan ekosistem digital bagi segmen yang mereka layani.

Application Information Will Show Up Here

Platform Social Commerce “Super” Raih Pendanaan Seri C Lebih dari 1 Triliun Rupiah

Startup social commerce Super mengumumkan perolehan pendanaan seri C sebesar $70 juta (lebih dari 1 triliun Rupiah) yang dipimpin New Enterprise Associates (NEA), VC berbasis di Silicon Valley. Jajaran investor lain yang turut berpartisipasi meliputi Insignia Ventures Partners, SoftBank Ventures Asia, DST Global Partners, Amasia, B Capital, dan TNB Aura.

Selanjutnya, sejumlah angle investor juga turut terlibat, di antaranya Stephen Pagliuca (Chairman Bain Capital), Eric Feng (eks-General Partner Kleiner Perkins dan Gold House), dan Moses Lo (CEO Xendit).

Disebutkan, total perolehan dana yang berhasil raih Super hingga kini mencapai $106 juta (lebih dari 1,5 triliun Rupiah) sejak pertama kali berdiri. Diklaim angka ini tertinggi untuk vertikal social commerce di Indonesia. Putaran teranyar ini didapat selang setahun lebih pasca Super mengantongi pendanaan Seri B sebesar $28 juta yang dipimpin oleh SoftBank Ventures Asia.

Dalam keterangan resmi yang disampaikan hari ini (2/6), Co-founder dan CEO Super Steven Wongsoredjo menuturkan, dana segar ini akan dimanfaatkan perusahaan untuk melanjutkan misinya pada pemerataan akses bagi masyarakat di Kalimantan, Bali, Nusa Tenggara Barat, Nusa Tenggara Timur, Maluku, dan Papua dalam beberapa tahun ke depan.

Salah satunya caranya, yakni berfokus pada perluasan wilayah bagi para pemasok FMCG multinasional dan lokal di daerah pedesaan. Sekaligus, memberdayakan lebih banyak pemimpin masyarakat untuk mengoptimalkan pendapatan mereka agar memiliki kualitas hidup yang lebih baik.

“PDB per kapita di kota-kota tingkat dua dan tiga itu lebih rendah hingga 3-5x dari Jakarta. Namun, biaya barang-barang konsumsi lebih tinggi sebesar 20-200%. Padahal, lebih dari 30% PDB Indonesia berasal dari Jawa Timur, Kalimantan, dan Indonesia Timur. Super mengejar pasar besar yang belum dimanfaatkan,” kata Steven.

Partner NEA Andrew Schoen menambahkan, “Kami sangat senang dapat mendukung seluruh tim Super. Super diposisikan untuk meningkatkan kehidupan 260 juta orang Indonesia yang tinggal di luar ibu kota Indonesia. Super akan terus meningkatkan akses ke barang-barang dasar, menciptakan pekerjaan yang berarti dan bermanfaat, dan merampingkan rantai pasokan untuk wilayah tingkat-2, tingkat-3, dan pedesaan di Indonesia.”

Rencana berikutnya Super

Head of Strategy and Business Development Super Gisella Tjoanda menuturkan, di tahun keempatnya, Super memahami pentingnya pengumpulan dan analisis data sebagai salah satu kunci sukses dalam meluncurkan SKU baru. Oleh karena itu, pihaknya akan memperluas tim engineer untuk meningkatkan sistem manajemen gudang.

“Dengan menerapkan machine learning, dapat membantu Super memanfaatkan data dengan lebih baik untuk memperluas SKU-nya di masa mendatang,” kata dia.

Saat ini, Super berhasil meluncurkan dua merek private-label untuk merealisasikan product-market fit. Perusahaan akan kembali berinvestasi sebagian dari modal baru mereka untuk mengembangkan merek private-label FMCG tambahan dalam beberapa tahun ke depan. Selain itu, meluncurkan produk kosmetik karena melihat dari keinginan pasar yang meningkat untuk segmen ini di seluruh Indonesia.

Untuk melanjutkan misinya menjadi perusahaan berkelanjutan, Super akan meluncurkan fitur bagi agen komunitas untuk melacak transaksi konsumen akhir guna membantu agen komunitas menawarkan pengalaman yang dirancang lebih baik bagi pelanggan akhir.

Super dirintis sejak 2018, membawa diferensiasi yang memanfaatkan platform logistik hyperlocal untuk mengirimkan barang-barang konsumen ke ribuan agen dalam waktu 24 jam dari waktu pemesanan. Super bermitra dengan ribuan agen komunitas seperti individu dan warung untuk mengumpulkan dan mendistribusikan barang bernilai jutaan dolar AS ke komunitas mereka setiap bulan.

Diklaim, saat ini Super beroperasi di 30 kota di Jawa Timur dan Sulawesi Selatan, terutama menargetkan daerah yang memiliki PDB per kapita $5.000 atau lebih rendah.

Application Information Will Show Up Here

Sejumlah Rencana Strategis Jagofon Setelah Kumpulkan Investasi Lanjutan dari Angel Investor

Jagofon, platform marketplace gadget bekas (preloved) berhasil mengumpulkan pendanaan awal senilai $549 ribu atau setara 8 miliar Rupiah. Putaran investasi ini diikuti sejumlah investor individu, meliputi Antoine de Carbonnel (CMO Gojek), Gregoire Dumoulin (CEO Bak2 Group), dan Pascal Viguie. Sebelumnya perusahaan telah mengantongi pendanaan pre-seed senilai $254 ribu dari investor individu lainnya.

Tahun 2022 ini Jagofon tengah menjajaki putaran pendanaan selanjutnya ke pemodal ventura. Ditargetkan hingga akhir tahun ini bisa mengumpulkan dana hingga $2 juta.

“Dengan dana segar tersebut, kami ingin melakukan ekspansi di kota-kota lainnya di Indonesia. Meskipun saat ini Jakarta masih menjadi fokus utama dan mulai merambah ke Bandung, namun target kami adalah bisa menjangkau di seluruh Indonesia,” kata Founder & CEO Jagofon Stéphane Becquart kepada DailySocial.id.

Meluncur pada masa awal pandemi 2020 lalu, Jagofon sempat mengalami hambatan pertumbuhan, akibat sulitnya untuk menemukan distributor dan mitra terkait lainnya. Namun demikian kondisinya sudah membaik, sejumlah rencana pun telah disiapkan untuk mengakelerasi pertumbuhan bisnis.

“Dalam hal teknologi kami juga ingin mengaplikasikan machine learning dan artificial intelligence. Harapannya dengan memanfaatkan data yang kami kumpulkan, bisa memberikan rekomendasi yang tepat kepada pengguna dan prediksi penjualan gadget second hand dan preloved kepada para mitra,” kata Stéphane.

Kembangkan solusi logistik terintegrasi

Saat ini Jagofon mengklaim telah memiliki sekitar 45 mitra dan lebih dari 50 ribu pengguna. Untuk bisa memberikan layanan yang menyeluruh, mereka juga telah menempatkan tim customer support selama tujuh hari dalam seminggu. Selain melalui situs web yang dikembangkan, Jagofon juga hadir di beberapa platform marketplace ternama.

“Saat awal banyak pengguna kami yang melakukan pembelian produk Jagofon di official store kami di marketplace seperti Shopee hingga Tokopedia. Namun saat ini karena makin besarnya kepercayaan di antara mereka sekitar 95% trafik datang dari mobile web kami,” kata Stéphane.

Untuk memberikan layanan lebih baik lagi, Jagofon tengah melakukan integrasi dengan beberapa platform logistik di Indonesia.

“Kami bermitra dengan solusi logistik Indonesia, nantinya akan dilakukan proses agregator dengan beberapa perusahaan. Misalnya Gojek dan Grab untuk wilayah Jakarta dan JNE di luar kota. Semua akan terkoneksi dengan backend. Kami juga akan memberikan notifikasi kepada pengguna terkait dengan lokasi pengiriman barang,” kata Stéphane.

Di sisi pembayaran, Jagofon juga mulai menghadirkan pilihan paylater berkolaborasi dengan Kredivo, Akulaku, dan Cicil.co.id. Selain itu mereka juga memberikan pilihan pembayaran split payment, pembeli bisa menggabungkan pilihan pembayaran uang tunai, cicilan, dan lainnya.

“Sebagai platform kami memiliki proses quality control yang ketat. Semua produk yang sudah melalui proses tersebut kami berikan sertifikasi Jagofon. Dengan demikian bisa dipastikan kualitas dan jaminan semua smartphone hingga tablet yang kami hadirkan kepada pengguna,” kata Stéphane.

Ke depannya Jagofon juga ingin bertransformasi menjadi marketplace produk elektronik untuk konsumen. Bukan hanya menyediakan smartphone preloved, namun juga pilihan seperti PC, gaming console, dan perangkat lainnya.

“Untuk memberikan opsi lebih kepada pengguna, asuransi juga sudah menjadi bagian dari pipeline kami dalam waktu dekat,” tutup Stéphane.

Finku Financial App Secures Seed Funding Worth 40 Billion Rupiah

The personal financial app Finku announced seed funding of $2.8 million (over 40 billion Rupiah) from B Capital Group. Global Founders Capital and Thrill Capital are involved as co-lead investors. Also participated in this round, Golden Gate Ventures, Goodwater Capital, Alto Partners, and the founders of BukuWarung and Xendit.

On a general note, Global Founders is Finku’s pre-seed investor, along with 500 Startups in August 2021. This latest round’s value is still undisclosed.

The company is to use the fresh money for more diverse product innovations and team expansion to empower more Indonesians. The company is soon to launch a consumer credit product. In the future, Finku is to combine several credit advantages, including low interest rates, cost transparency, with a set of personal finance features to facilitate credit access in a more responsible way.

In an official statement, the company said to take advantage of the increasing number of e-wallet users to access digital payments in Indonesia. The reason is, to build a more resilient and inclusive society in terms of financial, they must have access, ability, and independence to manage finances regardless of income background.

B Capital Group’s Principal, Ayu Tanoesoedibjo said, “We believe that Finku has produced a high-quality product that digitally transforms the personal finance space with a user-centric, highly intuitive, and easy-to-use mobile application for the general public.

“Finku’s ability to reach hundreds and thousands of users in the following months after its launch is a proof to the vast market potential and the team’s passion, commitment and perseverance to achieve the company’s vision. We are excited to support this effort and can’t wait to see them reach more milestones in the future,” Ayu said, Friday (13/5).

Finku’s growth

Finku was launched last year, founded by Reinaldo Tendean, Shyam Kalairajah, and Shylla Estee. The app offers users greater access to finance and financial management expertise, through apps that automate expense tracking and personal budgeting, as well as providing personalized financial advice according to their spending habits.

This allows users to track their transactions through bank, e-wallet and investment accounts more easily, as Finku has streamlined their daily financial management processes. This application can automatically collect and calculate various financial data to produce a real-time figure.

The Finku app feature also allows users to create financial plans that can be automatically divided into more than 28 categories. The app also illustrates graphs and reports, billing, and subscription management features.

A consumer credit product that will be released in the near future, allows users to access credit facilities for their daily needs. This access to credit serves to increase users’ financial capacity and ability in daily life to a certain extent that will not cause problems in their finances.

To date, Finku has more than 350 thousand application users. It is claimed that last year it grew exponentially, ranking 7th for the financial application category in the Apple Store Indonesia. Finku is also part of the 15 startups selected to participate in the Startup Studio Indonesia accelerator program.


Original article is in Indonesian, translated by Kristin Siagian

Aplikasi Pencatatan Keuangan “Finku” Peroleh Dana Tahap Awal Lebih dari 40 Miliar Rupiah

Finku, startup pengembang aplikasi pencatatan keuangan pribadi, mengumumkan perolehan pendanaan tahap awal sebesar $2,8 juta (lebih dari 40 miliar Rupiah) dari B Capital Group. Global Founders Capital dan Trihill Capital ikut terlibat sebagai co-lead investor. Adapun jajaran investor lainnya yang turut berpartisipasi adalah Golden Gate Ventures, Goodwater Capital, Alto Partners, serta pendiri startup BukuWarung dan Xendit.

Sebagai catatan, Global Founders merupakan investor awal (pre-seed) di Finku, bersama dengan 500 Startups pada Agustus 2021. Tidak disebutkan nominal yang diterima Finku dalam putaran tersebut.

Perusahaan akan memanfaatkan dana segar untuk inovasi produk yang lebih beragam dan memperluas tim untuk memberdayakan lebih banyak masyarakat Indonesia. Salah satu produk yang segera meluncur adalah kredit konsumer. Nantinya Finku akan menggabungkan sejumlah keunggulan kredit, meliputi suku bunga rendah, transparansi biaya, dengan seperangkat fitur keuangan pribadi yang dapat membantu mereka mengakses kredit secara bertanggung jawab.

Dalam keterangan resmi, disampaikan perusahaan akan memanfaatkan peluang meningkatnya jumlah pengguna e-wallet untuk mengakses pembayaran digital di Indonesia. Pasalnya, untuk membangun masyarakat yang lebih tangguh secara finansial dan inklusif, mereka harus memiliki akses, kemampuan, dan kemandirian untuk mengelola keuangan terlepas dari latar belakang pendapatan.

Principal B Capital Group Ayu Tanoesoedibjo mengatakan, pihaknya menilai Finku telah menghasilkan produk berkualitas tinggi yang secara digital mengubah ruang keuangan pribadi dengan aplikasi seluler yang berpusat pada pengguna, sangat intuitif, dan mudah digunakan masyarakat umum.

“Kemampuan Finku untuk menjangkau ratusan dan ribuan pengguna dalam beberapa bulan setelah peluncurannya adalah bukti adanya potensi pasar yang luas serta semangat, komitmen, dan ketekunan tim untuk mencapai visi perusahaan. Kami sangat antusias untuk mendukung usaha ini dan dan tidak sabar untuk melihat mereka mencapai lebih banyak tonggak sejarah di masa depan,” kata Ayu, Jumat (13/5).

Perkembangan Finku

Finku sendiri baru dirilis pada tahun lalu, dirintis oleh Reinaldo Tendean, Shyam Kalairajah, dan Shylla Estee. Aplikasi tersebut menawarkan akses keuangan dan keahlian manajemen keuangan yang lebih besar kepada pengguna, melalui aplikasi yang mengotomatiskan pelacakan pengeluaran dan perancangan anggaran pribadi, serta penyediaan saran keuangan yang dipersonalisasi sesuai kebiasaan belanja mereka.

Hal ini memungkinkan pengguna untuk melacak transaksi yang mereka lakukan melalui bank, e-wallet, dan akun investasi secara lebih mudah, lantaran Finku telah merampingkan proses manajemen keuangan harian milik mereka. Aplikasi ini juga secara otomatis dapat mengumpulkan dan menghitung berbagai data keuangan untuk menghasilkan gambaran secara real-time.

Fitur aplikasi Finku juga memungkinkan pengguna untuk membuat rencana keuangan yang dapat secara otomatis dibagi ke lebih dari 28 kategori. Aplikasi ini juga mengilustrasikan grafik dan laporan, tagihan, serta fitur manajemen langganan.

Produk kredit konsumer yang akan dirilis dalam waktu dekat, memungkinkan pengguna mengakses fasilitas kredit untuk kebutuhan sehari-hari. Akses kredit ini berfungsi untuk meningkatkan kapasitas serta kemampuan keuangan pengguna dalam kehidupan sehari-hari dalam batas tertentu yang tidak akan menimbulkan permasalahan pada keuangan mereka.

Saat ini Finku telah memiliki lebih dari 350 ribu pengguna aplikasi. Diklaim, pada tahun lalu tumbuh eksponensial berada di peringkat ke-7 untuk kategori aplikasi keuangan di Apple Store Indonesia. Finku juga merupakan bagian dari 15 startup yang terpilih untuk berpartisipasi dalam program akselerator Startup Studio Indonesia.

Application Information Will Show Up Here