Tren Positif Shopee Berlanjut, Kini Salip Jumlah Pengguna Aktif Tokopedia di Indonesia

Tren perkasa Shopee dalam peta persaingan e-commerce di ranah lokal maupun regional masih berlangsung. Salah satu indikatornya tampak dari laporan iPrice periode Q3 2019 yang menunjukkan jumlah pengguna aktif bulanan Shopee berhasil menyalip Tokopedia.

Peta e-commerce Asia Tenggara Q3 2019 yang dirilis iPrice bersama App Annie dan SimilarWeb mengulas kondisi terkini industri e-commerce di enam negara Asia Tenggara, yaitu Indonesia, Vietnam, Thailand, Malaysia, Filipina, dan Singapura.

Laporan ini menggarisbawahi sejumlah temuan utama. Pertama adalah Shopee dan Lazada masih berkompetisi untuk menjadi nomor wahid di Asia Tenggara. Berikutnya pemain lokal masih menjadi raja di Indonesia. Terakhir adalah keperkasaan Shopee yang berhasil menyingkirkan Tokopedia di Indonesia dalam hal pengunjung aktif bulanan terbanyak.

Shopee vs Tokopedia

Persaingan keras antara Shopee dan Tokopedia sebagai platform e-commerce nomor satu di Indonesia terus terlihat dalam beberapa periode terakhir. Bedanya, kali ini Shopee berhasil melampaui pencapaian jumlah pengguna aktif bulanan Tokopedia untuk aplikasi mobile. Ini adalah yang kali pertama bagi Shopee, karena di dua kuartal sebelumnya metrik ini selalu “dimenangkan” Tokopedia.

Laporan tersebut menyebut program cashback, gratis ongkos kirim, pemilihan brand ambassador, dan diskon tanggal unik selama periode tiga bulan ke belakang membuktikan strategi Shopee mengakuisisi pasar mereka berjalan baik.

Selain ditikung Shopee, Tokopedia juga disalip Lazada di metrik aplikasi yang paling banyak diunduh. Meski begitu, Tokopedia masih tercatat sebagai yang nomor satu ketika diakses melalui mobile web atau desktop.

Digdaya di regional

Tren positif Shopee di Indonesia juga berjalan identik di pasar regional. Satu-satunya yang menyaingi laju Shopee di kawasan adalah rival terdekatnya, Lazada.

Laporan iPrice mencatat Shopee unggul di dua negara yakni Indonesia dan Vietnam, sedangkan Lazada lebih kuat di empat negara lainnya. Kendati begitu, iPrice mendapati pengguna aktif bulanan Shopee secara regional masih lebih besar dari Lazada. Hal ini tak mengherankan karena Indonesia dan Vietnam diproyeksikan sebagai pasar e-commerce terbesar di Asia Tenggara.

Pemain lokal masih favorit

Laju Shopee memang hampir tak terbendung sebagai yang nomor satu di Indonesia, namun platform e-commerce lokal masih jadi pilihan utama konsumen dalam negeri.

Berdasarkan trafik situs web, iPrice mencatat 61 persen pasar e-commerce Indonesia masih dipegang oleh pemain lokal, dengan pemain utama seperti Tokopedia dan Bukalapak.

Khusus untuk Bukalapak, hilangnya aplikasi mereka di Google Play beberapa waktu lalu disebut tak berpengaruh banyak. Laporan iPrice mendapati Bukalapak masih menempati peringkat ketiga untuk pengguna aktif terbanyak dan peringkat ketiga untuk situs web paling sering dikunjungi.

iPrice Report: GoPay as E-wallet with The Biggest Monthly Active Users in Indonesia

iPrice Group collaborates with App Annie on summarizing e-wallet service evolution from the fourth quarter of 2017 to the second quarter of 2019. Gojek, including GoPay and its services, become the most downloaded and used app monthly, followed by Ovo, Dana, LinkAja and Jenius.

Gojek has consistently led the table as the most used app since late 2017 to date. Meanwhile, there’s always movement in the top five, the impact of each app provider’s strategy.

LinkAja, with the previous name TCash was only a row away from Gojek then. After Ovo emerged, both continuously exchange position from second to third, until Ovo tag along with Gojek in the second position from the third quarter last year to the second this year.

gopay

Ovo consistency in keeping up with its users can’t be separated from its partners. After they become the official payment for Grab and one of the payment options in Tokopedia replacing TokoCash. Ovo has acquired the user base from Grab and Tokopedia for its service.

On the other side, LinkAja has been through another issue. After being replaced by Ovo, they’re getting outgrown by Dana, a new player since the fourth quarter of 2018. The joint venture of Emtek Group and Ant Financial has to leave LinkAja behind by the second quarter of 2019. If it’s not for their strategy as one of the payment options on Bukalapak, the moment might not be there. It includes all the discount campaign on merchants in top-tier cities.

Based on the iPrice Group data on LinkAja, they’re now in the fourth position of e-wallet with the biggest monthly active users. The effort made by state-owned enterprises “collaboration project” LinkAja has shown since early 2019, they’ve been seeking a strategic partnership with service providers, government, and other e-wallet developers.


Original article is in Indonesian, translated by Kristin Siagian

Laporan iPrice: GoPay Jadi E-wallet dengan Pengguna Bulanan Tertinggi di Indonesia

iPrice Group berkolaborasi dengan App Annie merangkum perkembangan layanan e-wallet di Indonesia mulai dari kuartal keempat 2017 hingga kuartal kedua 2019. Gojek, termasuk GoPay dan seluruh layanannya, menjadi aplikasi yang paling banyak diunduh dan digunakan tiap bulannya. Disusul Ovo, Dana, LinkAja dan Jenius.

Gojek sendiri cukup konsisten memimpin sebagai aplikasi yang paling sering digunakan sejak akhir tahun 2017 hingga sekarang. Sementara itu di posisi lima besar terus terjadi perubahan, efek dari strategi yang diterapkan oleh masing-masing perusahaan penyedia aplikasi.

LinkAja, yang kala itu masih tercatat sebagai TCash sempat membuntuti Gojek di posisi kedua. Kemudian bergantian dengan Ovo mengisi posisi kedua dan ketiga, hingga pada akhirnya Ovo menempel ketat Gojek mulai dari kuartal ketiga hingga kuartal kedua tahun ini.

E-wallet dengan pengguna aktif bulanan terbanyak di Indonesia

Konsistensi Ovo dalam mempertahankan jumlah pengguna tidak terlepas dari strategi kerja sama yang mereka lakukan. Dampak cukup terasa ketika mereka resmi menjadi layanan pembayaran untuk Grab dan menjadi opsi pembayaran di Tokopedia hingga akhirnya menggantikan posisi TokoCash. Tak dapat dimungkiri Ovo berhasil mengakuisisi basis pengguna Grab dan Tokopedia untuk menggunakan layanannya.

Cerita cukup berbeda dilalui oleh LinkAja. Setelah tersalip Ovo mereka juga akhirnya ketinggalan dari Dana, pemain baru yang muncul di kuartal keempat tahun 2018. Layanan hasil kerja sama Emtek Group dan Ant Financial ini berhasil unggul dari LinkAja di kuartal kedua tahun 2019. Momen ini juga tak lepas dari strategi mereka menjadi salah satu pilihan pembayaran di Bukalapak, hingga pada akhirnya jadi platform pembayaran digital utama menggantikan BukaDompet. Termasuk juga kampanye diskon di banyak merchant yang sering bisa dijumpai di kota-kota besar.

Dari data yang dipaparkan iPrice Group LinkAja saat ini masih menduduki peringkat keempat aplikasi e-wallet untuk kategori pengguna aktif bulanan. Upaya e-wallet hasil “kolaborasi” BUMN ini pun mulai terlihat sejak awal tahun, strategi kerja sama dengan penyedia layanan, pemerintah bahkan sesama e-wallet pun dijajaki.

App Annie Luncurkan Laporan 10 Aplikasi dan Game iOS Terpopuler Selama 10 Tahun Terakhir

Tanggal 10 Juli nanti, iOS App Store resmi menginjak usianya yang ke-10. Di awal peluncurannya, cuma ada 500 aplikasi yang tersedia, namun tentu saja jumlahnya sekarang sudah bertambah drastis menjadi lebih dari 2 juta aplikasi.

Dari jutaan aplikasi yang tersedia, mana yang paling banyak diunduh pengguna selama 10 tahun App Store berkiprah? Daftar 10 aplikasi yang paling banyak diunduh selama Juli 2010 – May 2018 bisa Anda lihat pada gambar di bawah, yang diambil dari laporan komprehensif para analis di App Annie.

10 aplikasi iOS yang paling banyak diunduh / App Annie
10 aplikasi iOS yang paling banyak diunduh / App Annie

Ada beberapa hal menarik yang bisa kita lihat. Yang pertama, empat dari lima aplikasi teratas (kecuali YouTube) adalah milik Facebook. Kedua, Google Maps yang menduduki urutan ke-6 bisa menjadi indikasi bahwa Apple Maps memang benar-benar busuk, sehingga wajar apabila Apple hendak menggarapnya kembali dari awal.

Lain ceritanya untuk aplikasi yang paling banyak menghasilkan uang. Di sini Netflix adalah juaranya, dengan total pendapatan nyaris $1 miliar, dan itu hanya dari platform iOS saja. Yang menarik, lima aplikasi dari daftar yang ada pada gambar di bawah adalah aplikasi streaming video (Netflix, Tencent Video, iQIYI, HBO NOW dan Kwai).

10 aplikasi iOS dengan pendapatan terbesar / App Annie
10 aplikasi iOS dengan pendapatan terbesar / App Annie

Fakta bahwa aplikasi streaming (video maupun audio) mendominasi ini menarik karena di tahun 2010, yang paling menghasilkan adalah aplikasi produktivitas (Documents To Go), diikuti oleh sejumlah aplikasi produktivitas lain dan aplikasi GPS. WhatsApp, yang kala itu masih harus dibayar di depan (bukan subscription), juga termasuk sepuluh besar.

10 game iOS yang paling banyak diunduh / App Annie
10 game iOS yang paling banyak diunduh / App Annie

Untuk kategori game, Candy Crush Saga rupanya masih menempati urutan pertama soal jumlah unduhan, dengan total lebih dari 280 juta unduhan. Gamegame lawas seperti Fruit Ninja dan Angry Birds pun ternyata masih masuk dalam 10 teratas.

10 game iOS dengan pendapatan terbesar / App Annie
10 game iOS dengan pendapatan terbesar / App Annie

Namun game yang paling menghasilkan uang bagi pengembangnya bukanlah Candy Crush, melainkan Clash of Clans, yang dilaporkan telah meraup lebih dari $4 miliar, empat kali lebih tinggi dibanding perolehan Netflix. Pokemon GO di sisi lain hanya menduduki urutan ke-10 untuk game iOS dengan pendapatan terbesar.

Industri aplikasi mobile adalah industri yang serius, dan laporan App Annie ini semakin mempertegas anggapan tersebut. Tercatat sejak Juli 2010, sudah ada lebih dari 10.000 aplikasi yang berhasil mendatangkan lebih dari $1 juta buat pengembangnya masing-masing. Jumlahnya pasti bakal terus bertambah seiring bergesernya tren model bisnis ke jenis subscription.

Sumber: App Annie dan VentureBeat.

Google Playtime Asia Tenggara dan Ruang Tumbuh Pengembang Aplikasi Mobile di Pasar Lokal dan Global

Bertempat di Sofitel Hotel Singapore, kemarin (17/10) Google menggelar ajang tahunan Google Playtime untuk yang kedua kalinya dan diikuti oleh 200 undangan pengembang aplikasi di Asia Tenggara. Own Games menjadi perwakilan pengembang aplikasi Indonesia yang berpartisipasi sebagai pembicara dalam ajang ini. Salah satu alasan Google membawa Google Playtime ke Asia Tenggara adalah pertumbuhan yang pesat di ranah aplikasi mobile untuk pasar Asia Tenggara.

Google Playtime adalah invitation-only event untuk para mitra terbaik Google Apps dan Game. Di sini, para pengembang aplikasi yang memanfaatkan Google Play sebagai saluran distribusi dapat belajar tips dan praktik terbaik tentang mengembangkan bisnisnya dengan tim Google Play lokal dan global atau pengembang lain di wilayah yang sama. Kali ini, pengembang dari Indonesia bersama dengan Vietnam, Filipina, Malaysia, Singapura, dan Thailand turut berpatisipasi sebagai pembicara.

Indonesia diwakili oleh Own Games yang mengembangkan Tahu Bulat, Vietnam oleh Rubycell, Thailand oleh Kiragames, Malaysia oleh AppXplore, Singapura oleh Carousell, dan Filipina oleh Altitude Games.

Global Director of BusinessDevelopment for Apps and Games on Google Play Purmina Kochikar / DailySocial
Global Director of Business Development for Apps and Games on Google Play Purmina Kochikar / DailySocial

Global Director of Business Development for Apps and Games on Google Play Purnima Kochikar mengatakan, “Asia Tenggara sekarang berkembang pesat menjadi sarang inovasi digital. Kami melihat semakin banyak pengembang game terkemuka yang datang dari Asia Tenggara dan memiliki dampak tidak hanya dalam ekonomi lokal mereka, tetapi secara regional dan global.”

“Pada dasarnya di Google Playtime kami berbicara tentang tiga pilar. Inovasi intuitif yang meningkatkan akses komunitas pengembang, mengantisipasi dan menganalisa hambatan dan bisa memastikan semua orang memiliki akses, dan berpikir inovasi ke depannya yang disederhanakan sehingga pengembang dapat mengejar ketertinggalan mereka,” lanjut Purnima lebih jauh.

Di ajang keduanya ini Purnima juga melihat perbedaan yang signifikan di pasar Asia Tenggara, terutama dari sisi pertumbuhan unduhan aplikasi mobile. Hal ini dipengaruhi oleh penyebaran smartphone yang kian pesat, khususnya yang berbasis Android.

Ruang tumbuh bagi pengembang aplikasi Asia Tenggara yang makin seksi

Berdasarkan data yang dihimpun App Annie dari Q2 2014 hingga Q2 2016, aplikasi yang dibuat di negeri sendiri di Asia Tenggara mengalami peningkatan share of revenue mencapai 106%. Indonesia sendiri disebutkan mengalami peningkatan pengunduhan aplikasi hingga dua kali lipat di Q2 2016. Selain itu, pasar berkembang seperti Indonesia, Filipina, dan Vietnam pun diprediksi akan mengalami peningkatan 50% revenue di tahun 2020, meningkat 35% dari 2016.

Secara umum, data yang diungkap App Annie menyebutkan bahwa di pasar Asia Tenggara saat ini memang tengah mengalami pertumbuhan, baik itu dari sisi revenue, usage, atau unduhan aplikasi mobile. Pertumbuhan dari sisi revenue sendiri disebutkan mencapai 33% bila menggabungkan data dari Android dan iOS.

Jika dirinci, Singapura saat ini adalah negara yang menduduki peringkat pertama dari sisi revenue. Thailand mengekor dengan pertumbuhan yang disebutkan meningkat 1,5 kali lipat untuk Q2 2014-Q2 2016. Indonesia yang merupakan negara berkembang saat ini baru berada di peringkat lima dengan Vietnam berada di belakangnya.

Regional Director App Annie Jaede Tan dalam acara konferensi pers Google Playtime SEA / DailySocial
Regional Director App Annie Jaede Tan dalam acara konferensi pers Google Playtime SEA / DailySocial

Kondisi Indonesia sendiri saat ini disebutkan oleh Regional Director App Annie Jaede Tan sama dengan China di masa-masa awal pertumbuhan aplikasi mobile mereka. Namun, ke depannya akan terus mengalami peningkatan.

Jaede mengatakan, “Di Indonesia saat ini kami melihat peningkatan unduhan yang signifikan, peningkatan penggunaan, dan revenue yang mulai meningkat. Inilah yang kami perhatikan untuk pasar Indonesia. Kami melihat start of monetization.”

“Indonesia berbeda dengan Singapura. Masih banyak orang di Indonesia yang baru mempunyai smartphone untuk pertama kalinya dan ini membuka kemungkinan banyak pengguna baru. Tapi mereka masih belum nyaman menghabiskan uang [untuk aplikasi], belum membuat pembelian pertama. Hal ini yang sebenarnya menjadi tantangan tersulit pengembang, yaitu untuk mendapatkan pembelian pertama,” tambah Jaede.

Bila pengguna sudah mulai melakukan pembelian pertamanya, menurut Jaede, mereka akan lebih terdorong untuk melakukan pembelian berikutnya karena rasa kepercayaan mulai tumbuh. Mindset seperti inilah yang dilihat oleh Jeade mulai berubah di pasar-pasar berkembang seperti Indonesia. Pendorongnya tak lain berasal dari aplikasi-aplikasi mobile yang naik daun seperti ride sharing app dan e-commerce.

Eldwin Viriya dari Own Games [memang mic] dan para developer Asia Tenggara yang berpartisipasi dalam acara Google Playtime / DailySocial
Eldwin Viriya dari Own Games [memegang mic] dan developer Asia Tenggara yang berpartisipasi dalam acara Google Playtime / DailySocial
Dengan tujuan yang sama, mendorong konsumen melakukan pembelian pertamanya, Own Games menerapkan pembelian in-app purchase dalam permainan mereka dengan harga yang terjangkau, di bawah satu dollar.

Aspek-aspek bisnis seperti mengatasi masalah monetisasi aplikasi inilah yang juga menjadi bagian pembahasan dari acara Google Playtime di Singapura kemarin. Tujuannya yakni agar para pengembang dapat mengembangkan bisnisnya di pasar lokal, di sektor yang tidak dibidik oleh para pemain besar karena kurangnya pemahaman pasar lokal. Lebih jauh, bila pengembang juga ingin merambah pasar yang lebih luas lagi ke pasar global, Google juga berjanji untuk memberikan bantuannya melalui ajang ini.

“Melalui Google Playtime kami ingin memberikan insight kepada pengembang terkait arah perkembangan Apps dan Game ke depannya dan saya harap mereka bisa mendapat inspirasi. Kedua, kami juga akan memberikan practical tips seperti user acquisition, sustainable growth, dan berharap para pengembang juga bisa saling berbicara. Ini bukan tentang Google datang dan berbicara, saya berharap mereka bisa mendapat inspirasi baru dan tips praktis, bukan hanya dari Google, tetapi juga dari pengembang lainnya,” ujar Purmina.

Meski saat ini Google Playtime masih digelar di Singapura untuk kedua kalinya, Purmina sendiri menyampaikan bahwa tidak menutup kemungkinan acara serupa akan digelar di negara lain di Asia Tenggara. Namun, untuk saat ini pihaknya masih mencari konsep terbaik bila memang ada kesempatan untuk digelar di negara lainnya.

Inilah 10 Aplikasi Smartphone Terpopuler di Tahun 2015 Menurut App Annie

Sebagai pengguna smartphone, pastinya kita ingin tahu aplikasi apa saja yang paling sering diunduh dan digunakan oleh orang-orang di seluruh dunia. Di Indonesia sendiri, mungkin kita bisa merujuk pada daftar aplikasi Android terbaik tahun 2015 keluaran Google. Untuk skala dunia dan yang mencakup Android dan iOS, App Annie punya laporan lengkapnya.

10 aplikasi yang paling sering diunduh baik di Android dan iOS adalah sebagai berikut:

  1. WhatsApp Messenger
  2. Facebook Messenger
  3. Facebook
  4. Instagram
  5. Clean Master
  6. 360 Mobile Security
  7. Skype
  8. YouTube
  9. UC Browser
  10. Snapchat

Yang sangat menarik, empat aplikasi yang menduduki posisi teratas semuanya adalah milik Facebook. WhatsApp sendiri sepertinya bakal terus bertambah populer di tahun ini, terlebih setelah Facebook menggratiskannya untuk selamanya.

Menarik juga mengetahui kehadiran aplikasi yang masuk dalam kategori Utility seperti Clean Master dan 360 Mobile Security. 360 Mobile Security, seperti yang bisa kita lihat perkembangannya di tanah air, tidak henti-hentinya memasang iklan TV setiap harinya. Di sisi lain, UC Browser membuktikan bahwa ia adalah browser alternatif pilihan nomor satu di kancah perangkat mobile.

Kalau tadi adalah yang paling sering diunduh, daftar berikutnya adalah 10 aplikasi dengan jumlah pengguna aktif terbesar setiap bulannya. Sayangnya, daftar ini hanya mencakup pengguna iOS saja, tapi paling tidak kita bisa mendapat gambaran tentang aplikasi apa saja yang pasti dibuka orang-orang setiap harinya.

  1. Facebook
  2. Facebook Messenger
  3. YouTube
  4. WhatsApp Messenger
  5. Instagram
  6. Google Maps
  7. Twitter
  8. Snapchat
  9. Google
  10. Gmail

Lagi-lagi Facebook mendominasi, dan kalau melihat daftar keseluruhannya, kategori media sosial memang merupakan aplikasi yang paling sering digunakan. Namun kalau dilihat lagi, ternyata kesepuluh aplikasi ini hanya berasal dari empat perusahaan saja, yakni Facebook, Google, Twitter dan Snapchat.

Lebih lanjut, meski data dikumpulkan dari pengguna iOS, aplikasi buatan Apple sendiri ternyata sama sekali tidak masuk dalam daftar. Soal navigasi, mayoritas pengguna iOS sepertinya masih lebih percaya dengan Google Maps ketimbang Apple Maps.

Sumber: SlashGear. Gambar header: iPhone 6 via Shutterstock.

App Annie: Pendapatan Apple App Store Lebih Tinggi Dibandingkan Google Play Store

App Annie, perusahaan yang bergerak dalam bidang analisis pasar aplikasi belum lama ini mengeluarkan data mengenai perbandingan pendapatan yang diperoleh dari dua toko aplikasi, Apple App Store dan Google Play Store.

Continue reading App Annie: Pendapatan Apple App Store Lebih Tinggi Dibandingkan Google Play Store

The Growth of Indonesian Market Opens New Opportunities for App Developers

Recently, App Annie, a mobile app market analyzing company, has just released a report about the global app market. The report suggests that the positive growth of mobile infrastructure in Indonesia and other developing countries creates new significant opportunities for app developers to shine. Continue reading The Growth of Indonesian Market Opens New Opportunities for App Developers

Tumbuh Pesatnya Pasar Aplikasi Mobile di Indonesia Buka Peluang Baru Bagi Pengembang

Ada laporan terbaru yang menarik soal pasar aplikasi secara global. Dengan di dalamnya juga terdapat pasar Indonesia, laporan yang dirilis oleh perusahaan analisa pasar aplikasi mobile, App Annie ini menyoroti sejumlah bentuk pertumbuhan yang positif di pasar Indonesia yang juga diikuti dengan pasar lainnya di negara-negara berkembang perihal pertumbuhan infrastruktur mobile dan pengembangan terpadu menciptakan peluang baru yang signifikan bagi para pengembang aplikasi. Continue reading Tumbuh Pesatnya Pasar Aplikasi Mobile di Indonesia Buka Peluang Baru Bagi Pengembang

Ini Daftar 10 Pengembang Apps Terbaik Dunia

App Annie Intelligence, sebuah lembaga pemerhati pasar aplikasi global, pada Juni 2014 lalu merilis sebuah data yang menarik. Empat dari sepuluh besar daftar perusahaan pengembang aplikasi global terbaik berasal dari negeri Tiongkok, Baidu menjadi salah satunya.

Continue reading Ini Daftar 10 Pengembang Apps Terbaik Dunia