Sayurbox Umumkan Pendanaan Seri C Senilai 1,7 Triliun Rupiah

Sayurbox mengumumkan telah mendapatkan pendanaan seri C senilai $120 juta atau setara 1,7 triliun Rupiah. Putaran investasi ini dipimpin oleh Northstar dan Alpha JWC Ventures, dengan partisipasi dari International Finance Corporation (IFC). Investor sebelumnya turut terlibat, di antaranya Astra, Syngenta Group Ventures, Global Brain, dan beberapa investor lainnya.

Pendanaan seri C ini didapat kurang dari setahun setelah pendanaan Seri B senilai $15 juta yang dipimpin oleh Astra. Perolehan tersebut makin mengokohkan perusahaan di jajaran centaur lokal dengan estimasi valuasi sekitar $200 juta-$400 juta.

Dana segar yang didapat akan digunakan untuk mempercepat penetrasi layanan Sayurbox di kota-kota baru seperti Bandung dan beberapa kota lainnya, serta memperluas rantai pasokan end-to-end Sayurbox secara nasional.

Sayurbox mengatakan telah mengalami pertumbuhan eksponensial melalui penambahan produk, ekspansi cakupan wilayah dari Jabodetabek ke Surabaya dan Bali, serta membangun jaringan gudang mikro untuk layanan cepat (quick commerce) Sayurbox dan SayurKilat.

“Sayurbox didirikan dengan misi sosial untuk memberikan akses pasar kepada petani lokal melalui digitalisasi rantai pasok pertanian Indonesia. Sistem dan ekosistem yang kami kembangkan memungkinkan kami untuk memiliki visibilitas penuh dari seluruh rantai pasokan pertanian, memberikan pengalaman terbaik bagi pelanggan dalam hal pilihan produk, kesegaran, harga, dan pengiriman tepat waktu,” ujar Co-Founder & CEO Sayurbox Amanda Susanti.

Didirikan pada tahun 2017, Sayurbox kini menyediakan lebih dari 5.000 produk hasil pertanian, daging dan ikan, serta makanan jadi, dengan cakupan pengantaran di Jabodetabek, Surabaya, dan Bali. Sayurbox saat ini melayani sekitar 1 juta pelanggan serta bekerja sama dengan lebih dari 10.000 petani di seluruh Indonesia.

Online grocery di Indonesia

Sayurbox juga telah memulai model bisnis quick commerce / Sayurbox

Layanan online grocery menjadi salah satu model bisnis yang berkembang pesat selama pandemi. Mobilitas masyarakat yang terbatas membuat mereka mencari alternatif untuk mendapatkan pemenuhan kebutuhan pokok sehari-hari. Namun demikian, untuk memenangkan pangsa pasar online grocery bukan perkara mudah. Tantangannya mulai dari penyediaan infrastruktur, sistem rantai pasok, sampai dengan persaingan yang semakin ketat – baik dengan para pendatang baru maupun raksasa ritel sebelumnya.

“Berkembang di sektor online grocery bukanlah sesuatu yang mudah, mengingat risiko besar operasional dan logistik, serta perbedaan perilaku konsumen yang beragam. Namun, Sayurbox telah menemukan kunci dan solusi mengatasi tantangan ini dan berhasil berkembang pesat serta berkelanjutan. Sayurbox kini telah menjadi perusahaan berkelas dunia, tak kalah dengan startup-startup online grocery unggul lainnya di dunia, dengan operasional yang memungkinkan mereka mengantarkan produk segar dari petani ke konsumen hanya dalam 12 jam,” ujar Partner Alpha JWC Ventures Eko Kurniadi.

Sepanjang tahun 2022 ini, industri online grocrey di Indonesia memang menjadi lebih menarik untuk diperhatikan. Januari lalu, Kedai Sayur baru umumkan dana segar 50 miliar Rupiah dan mengokohkan diri menjadi bagian Triputra Group. Dilanjutkan CT Corp dan Bukalapak yang meluncurkan AlloFresh — terafiliasi dengan bisnis ritel Transmart. Astro dan Bananas juga bukukan pendanaan untuk penetrasi lebih dalam layanan quick commerce mereka. Terakhir Traveloka kenalkan fitur serupa online grocery sebagai bagian dari lifestyle superapp.

Menurut studi yang dilakukan L.E.K. Consulting, layanan online grocery di Indonesia nilai pasarnya telah mencapai $1 miliar di tahun 2021, diproyeksikan akan bertumbuh pesat sampai $6 miliar pada 2025 mendatang.

Potensi nilai yang besar tersebut turut dilihat raksasa teknologi lokal sebagai sebuah kesempatan. Misalnya dilakukan Blibli dengan mengakuisisi induk Ranch Market untuk perkuat penetrasi produk bahan makanan segar. GoTo sebelumnya mengakuisisi 6,74% saham jaringan ritel Hypermart untuk perkuat strategi omnichannel di kebutuhan pokok. Terakhir ada Traveloka yang mulai kenalkan fitur serupa online grocery di aplikasinya.

Application Information Will Show Up Here

Astra Gencar Transformasi Digital, Memperkenalkan Aplikasi Jual-Beli Mobil Bekas “mo88i”

Konglomerasi bisnis grup Astra kembali memperkenalkan produk baru di ekosistem digitalnya. Melalui PT Serasi Autoraya (SERA) atau Mobil88, perusahaan resmi meluncurkan aplikasi mo88i yang memungkinkan konsumen untuk melakukan jual-beli mobil bekas.

Langkah Mobil88 masuk ke channel digital sejalan dengan tren pertumbuhan adopsi digital dalam dua tahun terakhir. Selain itu, survei internal perusahaan menunjukkan bahwa sebanyak 40% konsumen Mobil88 mengaku berminat membeli mobil bekas secara online.

Direktur Astra Suparno Djasmin meyakini pengalaman kuat grup Astra di industri ini. Maka itu, pihaknya berupaya memberikan customer journey yang seamless untuk melayani transaksi di seluruh Indonesia dengan situasi saat ini.

Berdasarkan laporan Gabungan Industri Kendaraan Bermotor Indonesia (Gaikindo), penjualan mobil wholesale (distribusi dari pabrik ke dealer) anjlok signifikan di angka 532.027 unit dibandingkan penjualan di 2019 yang mencapai 1 juta unit.

Lebih lanjut, salah satu keunggulan yang ditawarkan adalah integrasi mo88i dengan ekosistem layanan grup Astra, seperti Astra Credit Companies (ACC), Asuransi Astra, dan Asuransi Car Valuation (ACV). Selain itu, mo88i juga terhubung dengan produk digital Astra lainnya, seperti dompet digital AstraPay dan platform produk keuangan Moxa.

“Kami melihat pertumbuhan adopsi digital selama beberapa tahun terakhir dan kami ingin revamp dengan mengembangkan platform berbasis aplikasi maupun web,” papar Suparno dalam konferensi pers virtual.

Presiden Direktur Mobil88 Naga Sujady menambahkan, mo88i memiliki omnichannel terlengkap yang dinilai unggul dari marketplace mobil bekas sejenis. Kolaborasi channel online dan offline akan memudahkan konsumen menemukan dan bertransaksi mobil bekas. Saat ini, Mobil88 memiliki jaringan offline di 22 showroom.

“Konsumen juga dapat menjajal langsung mobil dengan fitur test drive. Ada juga fitur flexible credit simulation dan experience melihat interior dan eksterior mobil secara 360 derajat via aplikasi. Stok mobil di platform ini juga real-time. Ke depan, kami akan menambah fitur-fitur lain,” ungkapnya.

Transformasi digital Astra

Grup Astra mulai melakukan transformasi digital sejak beberapa tahun lalu. Transformasi ini menggunakan tiga strategi utama, yakni memodernisasi core business, menciptakan sumber pendapatan baru yang inovatif, dan berinvestasi pada produk di ekosistem digital. Beberapa produk digital yang sudah dilahirkan antara lain CariParkir, Sejalan, Movic, dan SEVA.

Di sepanjang 2021, Astra semakin gencar memperkuat ekosistem produk digitalnya. Pada kuartal pertama 2021, anak usaha Astra Financial meluncurkan aplikasi Moxa alias Mobile Experience by Astra Financial. Kemudian beberapa minggu lalu, Astra meluncurkan AstraPay. Untuk saat ini, kedua aplikasi sudah dapat digunakan di ekosistem Grup Astra, yaitu jaringan FIF Group, Astra Credit Companies (ACC), Toyota Astra Finance (TAF), dan Maucash.

Produk Kategori Grup
AstraPay Fintech Astra Financial
Moxa Fintech Astra Financial
Maucash Fintech Astra Welab Digital Arta
mo88i Marketplace (mobil bekas) Serasi Autoraya (Mobil88)
CariParkir Transportation (navigation) Astra Digital
Seva.id Marketplace (mobil baru dan bekas) Astra Digital
Movic Transportation (car rental) Astra Digital
Sejalan Transportation (ride-sharing) Astra Digital

Langkah ini menjadi strategi untuk mengejar momentum akselerasi adopsi digital akibat Covid-19 dan proyeksi adopsinya pasca-pandemi. Menurut, laporan e-Conomy SEA 2020 oleh Google, Temasek, Bain & Company, sebanyak 37% pengguna internet di Indonesia merupakan first time user. Sementara, 93% konsumen digital di Indonesia mengaku akan terus menggunakan platform digital untuk memenuhi kebutuhannya usai Covid-19.

Application Information Will Show Up Here

AstraPay Meluncur, Andalkan Basis Pengguna Grup Astra yang Luas

Grup Astra meresmikan aplikasi e-money AstraPay setelah melakukan soft launching pada Juli 2020. AstraPay optimis dapat bersaing dengan penyelenggara e-money lainnya karena memiliki lebih dari 50 juta pelanggan Grup Astra yang bisa menjadi tumpuan dalam meningkatkan penetrasi pasar ke depannya.

Dalam peresmiannya kemarin (15/9), Presiden Komisaris AstraPay Margono Tanuwijaya menjelaskan, berdasarkan survei pasar, potensi penggunaan uang elektronik sebagai alat pembayaran sangat besar. Meskipun sudah ada lima pemain utama, potensinya masih sangat besar. “Karena potensinya besar, tetap menjadi daya tarik buat kami,” kata dia.

Poin lainnya yang turut melatarbelakangi keputusan Astra dan menjadi diferensiasi utama dibandingkan pemain lainnya adalah ekosistem Astra yang sudah cukup besar. Bila digabung, Astra memiliki lebih dari 50 juta pelanggan yang dapat menjadi tumpuan AstraPay dalam penetrasi pasar. Lagipula, dalam survei yang didapatkan, membuktikan bahwa satu orang bisa memiliki lebih dari satu aplikasi e-money.

“Dengan terjun ke AstraPay, kami juga ingin mendapatkan data behaviour konsumen. Kami ingin mem-follow up seperti apa saja kebutuhan-kebutuhan dari konsumen kami.”

AstraPay termasuk ke dalam anak usaha Astra Financial, divisi jasa keuangan dari Astra International. Astra Financial menaungi 12 entitas bisnis, di antaranya ACC, FIF Group, TAF, Komatsu Astra Finance, SNAF, Asuransi Astra, Astra Life, Astra Ventura, Maucash, dan Moxa.

CEO AstraPay Meliza Musa Rusli menambahkan, platform tersebut akan menjadi technology enabler dari produk-produk digital yang dikembangkan di dalam Grup Astra, dengan menyediakan data analitics dan loyality program. Berbekal basis konsumen yang luas, AstraPay menekankan fitur dan layanannya berdasarkan empat pilar.

Keempat pilar tersebut adalah menjadi solusi pembayaran digital untuk keperluan mobilitas, memberikan layanan pintar untuk mengontrol keuangan personal, mitra keuangan yang menghadirkan ketenangan untuk konsumen, dan kebanggaan Astra yang bisa memberi nilai tambah.

“Keunikan AstraPay adalah kita ada satu ekosistem yang luas didukung oleh Grup Astra dengan reputasi baik. Kalau dilihat kembali, Astra sangat kuat di bisnis otomotif dan finansial. Inilah kekuatan kami, sehingga AstraPay ada misi untuk mengembangkan value customer proposition ke dua sisi tersebut,” tambahnya.

Pada tahap awal ini, AstraPay sudah dapat digunakan di dalam ekosistem Grup Astra. Mulai dari jaringan FIF Group, Astra Credit Companies (ACC), Toyota Astra Finance (TAF), dan Maucash, untuk fitur direct payment pembayaran angsuran.

Untuk dukung mobilitas, AstraPay telah terintegrasi dengan sistem pembayaran moda transportasi umum, seperti MRT Jakarta dan Transjakarta. Fitur lainnya adalah transfer dana antar pengguna, pembayaran PPOB, TV kabel, pajak, asuransi, hingga beli pulsa atau paket data.

Serta, terhubung dengan fitur QRIS untuk melakukan pembayaran servis kendaraan di Toyota Sales Operation (TSO), Shop&Drive, Isuzu Sales Operation (ISO), Daihatsu Sales Operation (DSO), dan AHASS. Di luar ekosistem Astra, pengguna dapat melakukan berbagai transaksi di 9 juta seluruh merchant QRIS.

Meliza menuturkan program loyalitas AstraPoints akan menjadi penarik utama yang bakal ditawarkan perusahaan. “AstraPoints akan banyak berikan loyalitas untuk engagement dengan konsumen Astra. Mereka dapat menukarkan poin dengan berbagai penawaran yang kami sediakan.”

Saat ini, AstraPay sudah terhubung dengan fitur paylater yang disediakan oleh Maucash. COO AstraPay Ricky Gunawann menerangkan, kelebihan paylater di AstraPay adalah limit dapat langsung digunakan untuk pembayaran dengan transaksi QR.

Pada peluncuran soft launching di Juli 2020 hingga sekarang, diklaim AstraPay telah memiliki 2,3 juta pengguna terdaftar. Mayoritas penggunaan untuk pembayaran angsuran sebesar 60%, sisanya PPOB dan QRIS & Paylater masing-masing sebesar 20%. Perusahaan menargetkan hingga tiga tahun mendatang dapat menggaet pengguna hingga 15 juta orang.

Untuk mencapai target tersebut, AstraPay akan menggandeng lebih banyak pihak agar utilitas saldo AstraPay dapat meningkat, termasuk juga merambah segmen UMKM yang memiliki potensi tinggi. Belum diketahui kapan AstraPay dapat digunakan di platform Gojek, mengingat Astra adalah salah satu pemegang saham di sana.

Dalam mendukung keamanan akun, AstraPay telah dilengkapi dengan mekanisme single device authentication. Sistem ini hanya memungkinkan pengguna untuk login akun di satu perangkat saja demi memastikan keamanan bertransaksi.

Persaingan ketat

Seperti diketahui, persaingan pemain uang elektronik saat ini cukup berdarah-darah karena semuanya menggunakan strategi “bakar uang”, baik itu berbentuk diskon atau cash back. Strategi ini dirasa memang perlu bagi perusahaan baru karena termasuk cara investasi untuk mengakuisisi pengguna dalam waktu yang cepat.

Menanggapi itu, Margono menuturkan, kebutuhan pelanggan tentang layanan e-money itu bukan sekadar soal promo. Meski perusahaan akan tetap melakukan itu, hal sebenarnya yang lebih utama adalah soal kemudahan saat memakai AstraPay dan keamanan data. “Ini sangat penting karena konsumen memercayakan uangnya sebagai saldo di dalam aplikasi ini.”

Mengutip dari Bank Indonesia, nilai transaksi uang elektronik mencapai Rp201 triliun pada tahun lalu, tumbuh 38,62% dari tahun sebelumnya. Menurut Ipsos, pada tahun lalu, aplikasi yang paling populer di Indonesia adalah ShopeePay (34%), OVO (28%), DANA (14%), dan LinkAja (7%).

Mengutip dari riset lainnya dari Neurosensum pada Maret 2021, melaporkan ShopeePay mendapatkan penetrasi pasar tertinggi (68%), diikuti OVO (62%), DANA (54%), GoPay (53%), dan LinkAja (23%). Menurut responden, ShopeePay juga termasuk sebagai pemain dengan jajaran promosi terbanyak dan pemain dengan pertumbuhan terpesat selama tiga bulan terakhir.

Application Information Will Show Up Here

Astra International Turut Berikan Pendanaan 72 Miliar Rupiah ke Sayurbox

Setelah berinvestasi di Gojek pada tahun 2018 lalu, Astra International kembali memberikan suntikan dana kepada startup lainnya. Selain turut andil dalam putaran seri C startup healthtech Halodoc, Astra turut memberikan pendanaan kepada startup online grocery Sayurbox.

Kepada Halodoc, mereka berpartisipasi memberikan dana $35 juta atau setara 508 miliar Rupiah (dari total 1,1 triliun Rupiah yang dibukukan). Sementara untuk Sayurbox mereka menggelontorkan $5 juta atau setara 72 miliar Rupiah. Tidak seperti Halodoc, Sayurbox belum secara resmi mengumumkan perolehan pendanaan ini — kemungkinan proses fundraising masih berjalan.

Dalam acara konferensi pers virtual, seperti dikutip Antaranews.com, Presdir Astra International Djony Bunarto Tjondro mengatakan alasan perusahaan berinvestasi ke dua startup tersebut karena melihat adanya business case yang baik dipadukan dengan visi yang jelas. Ini juga dilakukan sebagai strategi organik dalam upaya menemukan peluang-peluang baru dan digitalisasi.

Beberapa tahun ke belakang grup Astra memang cukup serius menggarap bisnis digital. Melalui unit Astra Digital, berbagai inovasi ditelurkan. Salah satunya dengan menghadirkan Gofleet bekerja sama dengan Gojek, menghadirkan solusi bagi mitra GoCar untuk menyewa kendaraan dengan biaya berlangganan.

Sebelumnya unit tersebut juga menghadirkan beberapa layanan digital lainnya, seperti Seva.id, CariParkir, dan Sejalan.

Perkembangan bisnis Sayurbox

Sepanjang pandemi, bisnis online grocery tumbuh subur karena berhasil memberikan alternatif pemenuhan kebutuhan pokok secara cepat dan aman kepada masyarakat. Geliat pertumbuhan juga ditunjukkan Sayurbox, di bawah kepemimpinan Amanda Susanti Cole (CEO), startup ini terus gencarkan ekspansi di seluruh wilayah Jawa. Terbaru pada September 2020 lalu, mereka baru resmikan kehadiran di Bali dan Surabaya.

Dalam webinar #SelasaStartup yang diadakan DailySocial, CFO Sayurbox Arif Zamani juga sempat mendiskusikan bagaimana platform online grocery turut memberikan dampak sosial kepada masyarakat. Salah satunya yakni dengan turut membenahi isu-isu terkait rantai pasok — dalam hal ini dari hasil panen petani, sehingga dapat menyajikan produk berkualitas dan terjangkau dengan tetap memberikan nilai ekonomi maksimal kepada petani.

Terkait rantai pasok, Arif menjelaskan, di Sayurbox mereka membangun sebuah sistem terstruktur untuk melakukan forecasting. “Karena ada komitmen sistem jual-beli, jadi petani yang bergabung di kami bisa melakukan planning agar mereka tetap bisa jual hasil panennya ke kami. Selama ini teknik panennya tidak beraturan, itulah yang menyebabkan terjadinya oversupply dan kelangkaan barang. Kami ingin bangun kapasitas itu agar pricing tetap stabil.”

Kemudian terkait pendanaan, setelah putaran seed yang diterima dari Patamar Capital dan Insignia Partners, tahun 2019 lalu Sayurbox dikabarkan menerima pendanaan dari unicorn Tokopedia. Tahun lalu Sayurbox juga telah memulai kerja sama strategis dengan fintech pembiayaan Awan Tunai untuk memberikan akses permodalan kepada para mitra petani.

Dengan pasar yang semakin matang, bisnis online grocery juga terus diserbu para pemain digital. Pemain raksasa seperti Gojek, Blibli, Grab, dll juga terus melakukan penetrasi layanan belanja bahan makanan segar. Di sisi lain banyak startup di lanskap yang sama yang bermunculan, sebut saja Segari, Dropezy, Tumbasin, dan lain sebagainya dengan pendekatan hyperlocal.

Application Information Will Show Up Here

Gofleet Mulai Beroperasi, Solusi Bagi Mitra Go-Car yang Tak Punya Mobil

Solusi mobilitas Gofleet yang diusung Gojek dan PT Astra International Tbk (Astra) efektif beroperasi mulai hari ini. Gofleet menargetkan melepas 1000 mobil ke para pengemudi Go-Car hingga akhir tahun ini.

Peresmian operasional Gofleet ini dihelat di ajang GIIAS, BSD, Kamis, (18/7), siang. Pendiri dan CEO Gojek Nadiem Makarim dan Presiden Direktur Astra Prijono Sugiarto turut menghadiri acara tersebut.

Presiden Direktur Gofleet Meliza M. Rusli menuturkan, produk mereka ini ditujukan bagi mitra pengemudi Go-Car. Meliza mengklaim layanan ini akan mempermudah akses masyarakat yang tak memiliki mobil namun ingin bergabung dengan Go-Car.

“Solusi mobilitas buat mitra driver yang tergabung dalam Go-Car. Kami memberikan kendaraan kepada semua mitra kami,” ujar Meliza.

Konsumen dalam bisnis patungan Gojek dan Astra ini adalah para pengemudi Go-Car. Untuk memperoleh mobil dari Gofleet ini, mitra pengemudi Go-Car membayar biaya komitmen sebesar Rp1,5 juta saat baru bergabung. Setelahnya, mereka membayar biaya berlangganan sebesar Rp1.180.000 setiap pekan.

Direktur Gofleet Pandu Adi Laras menerangkan, keikutsertaan mitra pengemudi dalam layanan ini dapat terus berlanjut selama mereka membayar biaya berlangganan yang akan ditagih secara harian.

“Kalau dia mau melanjutkan berlangganannya, baru dia bayar lagi,” ucap Pandu.

Konsepnya mirip dengan skema pengemudi dan perusahaan taksi. Dengan biaya tersebut, Gofleet menjamin fasilitas perawatan mobil, servis kendaraan, asuransi, hingga pemasangan layar LED untuk ruang beriklan di dalam mobil.

“Dan yang terpenting adalah mereka bisa dapat akses untuk tambahan pendapatan karena kan kendaraan yang mereka bawa sekarang sudah ada LED-nya, dari monetisasinya mereka dapat uang,” imbuh Pandu.

Saat ini hanya ada dua tipe mobil yang disediakan Gofleet, yakni Avanza dan Xenia. Mereka menargetkan ada 1000 mobil yang terserap lewat layanan tersebut.

Gofleet ini merupakan hasil kerja sama antara Astra dan Gojek lewat perusahaan joint venture mereka, yakni PT Solusi Mobilitas Bangsa. Perusahaan patungan itu resmi dibentuk pada Maret 2019, ketika Astra kembali menyuntikkan investasi sebesar US$100 juta atau setara Rp1,4 triliun. Total investasi dari Astra untuk Gojek mencapai US$250 juta atau Rp3,5 triliun.

Application Information Will Show Up Here

Serasi Autoraya Luncurkan Tiga Aplikasi Digital di Sektor Otomotif

PT Serasi Autoraya (SERA), anak perusahaan Astra Group, mengumumkan tiga aplikasi digital mereka, yakni mobil88 e-store, TRAC To Go, dan IBIN Live Auction. Ketiganya diluncurkan untuk memudahkan transaksi jual beli, sewa, dan lelang kendaraan bagi para penggunanya.

Ketiga aplikasi ini merupakan wujud digitalisasi bisnis yang dijalankan Sera selama ini. Aplikasi pertama yang mereka perkenalkan adalah mobile88 e-store. Aplikasi ini memungkinkan pelanggan untuk melakukan pembelian mobil secara langsung tanpa harus datang langsung ke showroom.

Melalui aplikasi, pengguna dapat langsung memesan kendaraan dan layanan test drive hingga transaksi pembelian dengan beragam pilihan pembayaran. Beberapa fitur lainnya antara lain fitur kalkulator kelayakan kredit untuk menghitung simulasi kredit dan mengetahui kelayakan pengajuan kredit, fitur branding, mobil, dan lainnya.

Tahun ini SERA memasang target 10.000 pengguna untuk masing-masing aplikasi.

mobile88 e-store merupakan bentuk digitalitasasi retailer mobil bekas mobil88. Semua stok kendaraan yang dijual di web dan aplikasi merupakan kendaraan milik mobil88 sehingga memastikan kualitas mobil yang dijual. Hal ini sedikit berbeda dengan konsep Seva.id, layanan Astra Digital, yang mengusung konsep marketplace.

Aplikasi selanjutnya yang diperkenalkan SERA Group adalah TRAC To Go sebagai aplikasi penyewaan mobil, bus, dan airport transfer. Pelanggan dapat memesan hingga 12 jam sebelum waktu penjemputan. Aplikasi ini juga mirip dengan Movic.id, aplikasi besutan Astra Digital, sama-sama penawarkan solusi peminjaman kendaraan. Bedanya Movic mengusung konsep marketplace, sedangkan untuk layanan TRAC To Go seluruh aset kendaraan atau pengemudi merupakan milik TRAC.

Aplikasi ketiga yang diluncurkan adalah IBID Live Auction. Aplikasi ini merupakan inovasi dan pembaruan sistem dan metode lelang di IBID yang memungkinkan pengguna untuk mengikuti lelang secara online dengan frekuensi lelang lebih dari 50 kali per bulan dengan jaringan lelang di lebih dari 30 kota. Fitur yang ditawarkan antara lain fitur pembelian Nomor Peserta Lelang, notifikasi langsung, penelusuran proses transaksi, perbandingan mobil, dan juga melihat tampilan foto 360 untuk interior mobil.

“Inovasi yang dilakukan oleh SERA Group adalah bentuk respons kami pada tren konsumen yang sekarang lebih mengutamakan akses informasi dan transaksi secara online menggunakan smartphone. Kami ingin memberikan pengalaman terbaik bagi pelanggan lewat fitur-fitur terbaru yang memudahkan mereka kapanpun dan di manapun mereka berada,” terang Presiden Direktur SERA Firman Yosafat Siregar.

Application Information Will Show Up Here
Application Information Will Show Up Here
Application Information Will Show Up Here

Astra and Gojek Formed a “Joint Venture” to Extend Investment

PT Astra International Tbk (Astra) and Gojek, today (3/4) announced a joint venture to develop four-wheeler ride hailing. They also involved in the first round of Gojek’s series F funding with $100 million investment or equivalent to Rp1.4 trillion. In total, Astra has poured around 3.5 trillion rupiah for Gojek.

Prijono Sugiarto, President Director of PT Astra International Tbk said, the development of joint venture and Astra’s participation in the series F funding has showed their trust to Gojek, also, a realization of partnership exploration to create Astra automotive business synergy.

“We expect this partnership can help public to enter the formal economy sector, therefore, it can increase public welfare and have positive impact to the economic development in Indonesia. It goes along with Astra’s dreams to get prosper with the nation,” he added.

Gojek’s CEO and Founder, Nadiem Makarim mentioned, Southeast Asia’s digital economic potential, Indonesia in particular, should be optimized by business players with collaboration of each industry.

“Astra’s arms collaboration in the automotive sector with Gojek in the technology field is expected to open up more source of income for people, to be able to improve welfare,” he said.

A strategic partnership between Astra and Gojek is planned to optimize Indonesia’s potential to be the leading digital economy pioneer in Southeast Asia. As the automotive company holding, Astra is currently working on some digital initiatives in this sector, including Astra Digital.

A joint venture by Astra and Gojek is planned to provide dozens of fleet units with automotive management system that supported by Astra FMS (Fleet Management system) and Gojek’s ride hailing technology, particularly Go-Car.

Gojek is currently one of the biggest on-demand companies with 130 million users and 2 million driver partners.


Original article is in Indonesian, translated by Kristin Siagian

Application Information Will Show Up Here

Tambah Investasi, Astra dan Gojek Dirikan “Joint Venture”

PT Astra Internasional Tbk (Astra) dan Gojek hari ini (4/3) mengumumkan kesepakatan membentuk perusahaan patungan (joint venture) untuk pengembangan bisnis ride hailing roda empat. Pihak Astra juga mengumumkan keterlibatannya di  tahap pertama putaran pendanaan Seri F Gojek dengan nilai investasi $100 juta atau setara dengan Rp1,4 triliun. Secara total Astra telah menyuntikkan dana sekitar 3,5 triliun Rupiah untuk Gojek.

Presiden Direktur PT Astra Internasional Tbk Prijono Sugiarto mengungkapkan, pembentukan perusahaan patungan dan partisipasi Astra dalam pendanaan Seri F ini menunjukkan kepercayaan pihaknya kepada Gojek, sekaligus wujud nyata eksplorasi kerja sama untuk menciptakan sinergi bisnis otomotif Astra.

“Kami berharap kerja sama ini dapat membantu masyarakat luas masuk ke sektor ekonomi formal, sehingga dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat serta memberikan dampak positif bagi pertumbuhan ekonomi Indonesia. Hal ini sejalan dengan cita-cita Astra untuk sejahtera bersama bangsa,” terang Prijono.

CEO dan Founder Gojek Nadiem Makarim menambahkan, potensi perekonomian digital di Asia Tenggara, khususnya Indonesia, harus bisa dimaksimalkan para pelaku bisnis dengan menggabungkan kekuatan di masing-masing industri.

“Gabungan kekuatan Astra di bidang otomotif dan Gojek di bidang teknologi melalui kerja sama ini diharapkan akan membuka lebih banyak peluang bagi masyarakat untuk memiliki sumber penghasilan, sehingga mampu untuk meningkatkan kesejahteraan,” terangnya.

Kemitraan strategis yang terjalin antara Astra dan GOJEK diharapkan dapat memaksimalkan potensi Indonesia untuk terus menjadi pelopor ekonomi digital terdepan di kawasan Asia Tenggara. Sebagai holding perusahaan otomotif, Astra saat ini terus mengusahakan sejumlah inisiatif digital di bidang ini, termasuk pendirian Astra Digital.

Perusahaan patungan yang digagas Astra dan Gojek ini direncanakan akan menyediakan ribuan unit armada dengan sistem pengelolaan kendaraan yang didukung Astra FMS (Fleet Management System) dan teknologi “ride hailing” Gojek, khususnya layanan Go-Car.

Gojek saat ini telah menjadi salah satu perusahaan layanan transportasi on-demand terbesar dengan 130 juta pengguna dan 2 juta mitra pengemudi.

Application Information Will Show Up Here

Anak Usaha Astra Graphia Rilis Marketplace Percetakan Online Bernama PrinterQoe

Astragraphia Xprins Indonesia (AXI), anak usaha dari Astra Graphia, memperkenalkan layanan baru yang bergerak di layanan marketplace online printing “PrinterQoe”. Kehadiran layanan ini melengkapi inovasi produk AXI lainnya yang telah lebih dahulu hadir, yakni AXIQoe, PrintQoe, CourierQoe, dan SpotQoe.

Strategic Business Planning AXI dan PrintQoe Chief, Adi Vidyanto, mengatakan PrinterQoe hadir sebagai inisiatif baru dari layanan print on demand PrintQoe dengan model bisnis lebih mengarah ke B2B. PrinterQoe mengembangkan lebih jauh fasilitas pencetakan dokumen yang sifatnya lebih personal untuk aktivitas bisnis secara cepat di lokasi terdekat.

Pelanggan bebas memilih dan membandingkan penyedia jasa cetak yang diinginkan, serta kemudahan pembayaran secara langsung ke merchant. Pelanggan yang disasar ada di segmen B2B2C, seperti pelaku bisnis, mahasiswa, digital nomad, dan startup.

“Oleh karena itu, solusi PrinterQoe kami sediakan sebagai bagian dari PrintQoe dalam mencetak agar lebih inovatif dan solutif kepada para pelanggan,” terangnya, Rabu (31/10).

Bagi penyedia jasa cetak, PrinterQoe dapat membantu perluas cakupan pasar mereka dengan memberikan layanan kepada pelanggannya secara online tanpa perlu mengeluarkan tambahan biaya. Untuk bergabung sebagai merchant, PrinterQoe sama sekali tidak membebankan biaya admin atau pendaftaran.

Tidak ada strategi monetisasi yang disiapkan untuk PrinterQoe. Adi menerangkan, justru potensi bisnis diharapkan datang dari produk AXI lainnya.

“Untuk monetisasi ini enggak bisa dilihat dari satu point of view saja, kami justru harapkan [monetisasi] datang dari sinergi bisnis yang bisa datang dari berbagai arah. Misalnya, ada yang tertarik pakai SpotQoe, atau sebagainya.”

PrinterQoe telah memiliki lebih dari 1500 printer yang telah terhubung dari 300 merchant yang tersebar di Jadetabek. Pelanggan dapat memilih merchant terdekat mereka untuk mencetak dokumen dengan mengunggahnya lewat situs atau aplikasi.

Ke depannya, perusahaan akan perluas jaringan printer yang tersebar di berbagai daerah dan mengembangkan fitur dalam aplikasi misalnya kurir instan dan pembayaran online. Pelanggan pun diharapkan akan semakin dipermudah dengan pelayanan PrinterQoe.

Perusahaan juga mendorong merchant yang sudah bergabung di PrintQoe untuk turut serta mengambil peluang di layanan terbarunya tersebut. Kurang lebih ada 300 merchant tersebar di 106 kota di seluruh Indonesia.

Merchant di PrintQoe juga kami ajak untuk masuk ke PrinterQoe. Merchant di PrintQoe ini kami benar-benar seleksi sehingga kualitasnya benar-benar maksimal. Untuk PrinterQoe baru kami buka keran seluas-luasnya untuk penyedia jasa percetakan buat gabung.”

Sejak diluncurkan pada 2016, PrintQoe memiliki 1200 pelanggan korporat dengan pemesanan yang masuk mencapai 100-500 dalam setiap harinya.

Kontribusi pendapatan AXI terhadap Astra Graphia diklaim mencapai 60%. Selain AXI, di bawah Astra Graphia ada dua perusahaan lainnya, yakni Astragraphia Document Solution, dan Astra Graphia Information Technology (AGIT).

Astra Group Announces Three New Digital Services Associated with Transportation

The number of people connected to the internet and savvy market has caught the interest of Astra Group in the digital industry. They just launched three new services, Seva.id, CariParkir, and Sejalan. All are related to transportation segment.

Seva.id is a digital platform that allows users to buy a new car, used car, or property assets, such as apartment and real estate.

It allows users, to order vehicles, make an exchange, submit a test-drive for the desired car, calculate monthly installments with a credit calculator, and schedule a service.

Another digital service launched by Astra is CariParkir. It’s available on the Android platform and designed to make it easier for users to find the nearest parking area. There are two main features. First, providing information includes prices, time, address, and the current parking facilities.

Second, the ability to book the parking lot using CariParkir partners, to be used by both four and two-wheeler vehicles.

The third service is Sejalan. It is a platform for sharing that allows users (called Kapten Sejalan) to share the empty seat on their vehicles with other users (called Teman Sejalan). This app is available for iOS and Android.

Djap Tet Fa, Chief of Astra Digital, said the steps they took were aimed at the demand of Indonesian people dominated by millennial.

“By creating a strong digital platform, Astra Digital presents the innovative, relevant, and customer-oriented solutions,” he explained.

The three latest services aren’t really the new concept but the execution will determine whether these services are sustainable or not.

This year, Astra Group has been involved in several digital innovations in Indonesia, such as launching a chatbot for insurance services and founding AWDA fintech lending service with WeLab. In February, Astra also raised around Rp2 trillion funding for Go-Jek.


Original article is in Indonesian, translated by Kristin Siagian

Application Information Will Show Up Here
Application Information Will Show Up Here