Supercar Elektrik Audi PB18 e-tron Siap Merajai Jalanan Sekaligus Sirkuit Balap

Sebelum kita melihat wujud final dari SUV elektrik Audi e-tron Quattro, sang pabrikan asal Jerman masih punya persembahan lain untuk menggambarkan visinya akan masa depan industri otomotif melalui sebuah prototipe supercar elektrik. Namanya Audi P18 e-tron, dan Anda bisa menilai sendiri betapa ganas penampilannya dari gambar di atas.

Tidak seperti R18 e-tron Quattro yang diciptakan untuk balap Le Mans, PB18 siap melahap jalanan biasa maupun sirkuit balap. Ia bahkan memiliki kabin belakang yang bisa memuat kargo layaknya sebuah hatchback. Kendati demikian, tema utamanya tetap balapan, berbeda dari konsep Audi Aicon yang berfokus pada tren self-driving.

Audi PB18 e-tron

Satu hal yang paling unik dari PB18 e-tron adalah posisi duduknya. Dengan menekan satu tombol saja, jok pengemudinya bakal bergeser dari samping ke tengah, posisi yang dinilai paling pas untuk bermanuver di sirkuit balap (monoposto). Inovasi ini dimungkinkan berkat setir dan pedal yang dioperasikan secara elektronik, alias tidak ada sambungan mekanisnya.

Sebagai sebuah supercar, performanya yang berasal dari tiga motor elektrik tidak bisa dianggap remeh. Tenaganya memang cuma 570 kW (± 764 hp), akan tetapi torsinya mencapai angka 830 Nm, dan kita semua tahu kalau mobil elektrik bisa langsung meraih torsi besarnya dari 0 RPM. Alhasil, akselerasi 0 – 100 km/jam sanggup ditempuh dalam waktu kurang dari 2 detik berdasarkan klaim Audi.

Audi PB18 e-tron

Sebagai mobil yang juga bisa dibawa secara legal di jalanan, efisiensi daya pun juga harus menjadi prioritas. Untuk itu, Audi telah menyematkan baterai solid-state berkapasitas 95 kWh yang diperkirakan bisa membawa mobil menempuh 500 kilometer dalam satu kali pengisian. Baterai ini bisa di-charge secara wireless, atau diisi ulang dengan sangat cepat menggunakan charger 800 volt milik Porsche.

Audi PB18 e-tron tidak lebih dari sebatas showcase, akan tetapi bukan tidak mungkin Audi menerapkan sejumlah teknologinya pada mobil-mobil produksinya di masa yang akan datang. Mungkin bukan jok yang bisa bergeser itu, melainkan teknologi baterai dan motor elektriknya.

Sumber: Electrek dan Audi.

Audi Gandeng Huawei untuk Kembangkan Teknologi Konektivitas Khusus Mobil

Tanpa harus terkejut, ada banyak komponen esensial yang membentuk sebuah mobil kemudi otomatis selain mobilnya itu sendiri. Sering kali pabrikan mobil pun harus mengandalkan pihak lain demi mengintegrasikan komponen-komponen ini. Tidak terkecuali Audi, yang baru saja menyepakati kerja sama dengan Huawei.

Sebelum ini, Audi sudah lebih dulu bekerja sama dengan Nvidia dalam pengembangan mobil kemudi otomatisnya, spesifiknya untuk menggunakan sistem berbasis AI yang dikerjakan oleh produsen kartu grafis tersebut. Kemitraannya dengan Huawei ini agak berbeda, di mana yang menjadi fokus adalah seputar konektivitas.

Seperti yang kita tahu, sebelum menjadi pemain besar di industri smartphone, Huawei mengawali kiprahnya sebagai produsen modem dan sejenisnya. Selama beberapa tahun terakhir ini, Huawei rupanya juga sibuk mengembangkan teknologi jaringan baru bernama LTE-V, di mana imbuhan “V” di sini tentu saja merujuk pada kata “vehicle“.

Koneksi yang optimal tentu sangat esensial kalau kabin mobilnya secanggih milik e-tron Quattro / Audi
Koneksi yang optimal tentu sangat esensial kalau kabin mobilnya secanggih milik e-tron Quattro / Audi

Varian baru LTE ini pastinya dirancang demi mengoptimalkan keluar-masuknya data yang berlangsung selama mobil berjalan. Data dalam konteks ini juga cukup spesifik, semisal informasi lalu lintas yang dikalkulasikan berdasarkan data dari lampu lalu lintas dan kamera CCTV di perempatan atau pertigaan jalan.

Kolaborasi ini memungkinkan Audi dan Huawei untuk mengembangkan dan menguji LTE-V ke tingkat lebih lanjut. Di samping itu, ada pula visi terkait digitalisasi berbagai layanan yang termasuk dalam ekosistem mobil. Rencananya, mobil hasil kerja sama keduanya nanti bakal dipasarkan lebih dulu di dataran Tiongkok.

Selain karena alasan di atas, Anda mungkin masih bingung mengapa harus Huawei yang dipercaya Audi? Well, Huawei sendiri sebenarnya sudah punya banyak inisiatif terkait masa depan industri otomotif. Salah satunya sempat mereka pamerkan di ajang MWC 2018 lalu dalam bentuk Porsche Panamera yang ‘disopiri’ oleh smartphone.

Sumber: TechCrunch dan Audi.

Spion Virtual Jadi Salah Satu Fitur Unggulan SUV Elektrik Audi e-tron Quattro

Debut Audi di segmen mobil elektrik hanya tinggal menunggu waktu. Mobilnya, Audi e-tron Quattro, sudah hampir siap diproduksi. Penampakan finalnya memang masih disamarkan, akan tetapi Audi telah menyingkap interiornya secara lengkap. Kabinnya yang amat canggih ini pada dasarnya merupakan alasan mengapa mobil ini juga pantas dijadikan bahan pembicaraan media teknologi, bukan hanya media otomotif saja.

Salah satu bagian dari kabin e-tron Quattro yang paling mengundang perhatian adalah kehadiran layar sentuh OLED 7 inci di ujung panel pintu kiri dan kanan, tepat di sebelah ventilasi AC. Lalu kalau kita menengok ke sisi luar pintu kiri dan kanan mobil, rupanya kaca spion yang kita kenal selama ini telah digantikan oleh sepasang kamera.

Audi e-tron Quattro virtual side mirrors

Melalui kedua layar berbentuk trapesium itulah pengemudi e-tron Quattro bisa melihat ke belakang. Kalau kaca spion biasa umumnya dapat diatur sudutnya menggunakan tombol atau joystick, di sini kita tinggal mengusap layar untuk melakukan hal yang sama. Jangan khawatir, spion virtual yang berada di sisi penumpang juga bisa diatur melalui sisi pengemudi.

Karena merupakan touchscreen, tampilan kedua spion virtual ini juga dapat diperbesar atau diperkecil jika perlu. Audi sendiri menyediakan tiga jenis tampilan yang berbeda, tergantung situasinya; apakah pengemudi sedang melaju di jalan tol, sedang menikung, atau sedang parkir.

Gambaran lebih jelasnya bisa Anda dapatkan lewat video first look dari Auditography di bawah. Video yang diunggah Audi ke Facebook juga sempat memperlihatkan spion virtual ini beraksi meskipun hanya dalam sekejap saja.

Sumber: Autoblog.

SUV Elektrik Audi e-tron Quattro Usung Kabin Bernuansa Mewah Sekaligus Futuristis

Semakin ke sini, mobil semakin mirip dengan gadget berkat seabrek fiturnya, ditambah lagi dengan bertambah maraknya pengembangan mobil elektrik. Contoh yang paling pas untuk mengilustrasikan mobil sebagai gadget berjalan adalah Tesla Model 3, di mana hampir semua fungsinya harus dioperasikan melalui sebuah layar sentuh masif di tengah dashboard.

Keputusan Tesla ini jelas mengundang banyak kontroversi mengingat sudah puluhan tahun kita terbiasa berhadapan dengan kontrol fisik di dalam kabin sebuah mobil. Namun dominasi digital tidak akan terelakkan dari industri otomotif, dan prototipe SUV elektrik Audi sejatinya akan semakin mempertegas hal tersebut.

SUV bernama Audi e-tron Quattro itu pertama kali muncul sebagai mobil konsep di tahun 2015, dan dijadwalkan bakal mengaspal paling cepat tahun depan. Seperti apa penampilan versi produksinya masih belum ada yang tahu, namun Audi berbaik hati memamerkan isi kabinnya baru-baru ini, yang ternyata dipenuhi oleh layar – meski belum seekstrem konsep Audi Prologue Allroad.

Audi e-tron Quattro

Pendekatan yang diambil Audi berbeda 180° dari Tesla, sebab masing-masing layar di kabin e-tron Quattro punya fungsi yang berbeda. Kita mulai dulu dari yang paling konvensional, sebuah layar sentuh besar di tengah dashboard, yang bisa digunakan untuk mengakses fungsi navigasi dan multimedia, termasuk halnya fungsi ponsel yang tersambung.

Tepat di bawahnya, terdapat satu layar lagi yang berfungsi untuk mengatur kenyamanan dalam kabin, utamanya fungsi climate control. Selain itu, layar kedua ini juga berfungsi untuk menginput teks, baik menggunakan tampilan keyboard QWERTY virtual atau dengan gesture menulis menggunakan jari.

Audi e-tron Quattro

Di bawahnya lagi, pengemudi dibawa kembali ke ranah konvensional lewat sebuah tuas persneling. Namun berhubung ini mobil elektrik – yang sama sekali tidak membutuhkan sistem transmisi – tuas tersebut hanya sebatas untuk mengatur pergerakan maju dan mundur, serta berhenti (netral), plus sebuah tombol untuk parkir.

Yang cukup unik, ukuran tuasnya terkesan terlalu besar untuk kontrol seminim itu. Ini dikarenakan tuasnya yang berlapis kulit itu juga merangkap fungsi sebagai tatakan tangan ketika pengemudi mengakses layar kedua di tengah dashboard itu tadi. Sepele, namun sangat praktis.

Audi e-tron Quattro

Beralih ke balik lingkar kemudi, Audi Virtual Cockpit kembali menyapa pengemudi. Bagi yang belum tahu, panel instrumen ini sebenarnya merupakan sebuah layar berukuran masif yang tampilannya bisa dikustomisasi. Tentu Audi sudah menyempurnakannya dari yang sudah ada pada mobil-mobilnya sekarang.

Audi e-tron Quattro

Lalu sampailah kita ke bagian yang paling menarik, yakni sepasang layar 7 inci di panel pintu kiri dan kanan, tepat di sebelah ventilasi AC di bagian ujung. Kedua layar OLED ini, dipadukan dengan kamera yang terpasang di sisi kiri dan kanan, bakal menggantikan peran kaca spion sepenuhnya, dengan tampilan yang akan disesuaikan dengan kondisi berkendara, semisal apakah pengguna sedang parkir atau melaju di jalan tol.

Memangnya apa yang salah dari kaca spion biasa? Audi bilang bahwa penggunaan kamera bakal membantu meningkatkan aerodinamika. Kendati demikian, spion digital ini hanya akan tersedia sebagai opsi bagi konsumen di kawasan yang undang-undangnya memperbolehkan, seperti di Eropa misalnya.

Audi e-tron Quattro

Hasil akhirnya, kabin e-tron Quattro tampak begitu mewah sekaligus futuristis, namun tidak sampai ke titik kelewat sci-fi seperti yang biasa terdapat pada mobil konsep. Sebagai pelengkap, Audi tak lupa menyematkan sistem audio premium garapan Bang & Olufsen, yang terdiri dari total 16 speaker dan amplifier berdaya 705 watt.

Seperti yang saya bilang, mobilnya sendiri baru siap dipasarkan paling cepat tahun depan. Berdasarkan laporan Elektrek, banderol harganya dimulai di angka €80.000 untuk varian terendahnya di Jerman.

Sumber: 1, 2, 3.

Usung Konsep Mewah, Mobil Driverless Audi Aicon Punya ‘Mata’ Untuk Melihat Pejalan Kaki

Mesin hybrid elektrik, teknologi self-driving serta bantuan AI sepertinya menjadi standar baru yang dikejar oleh perusahaan-perusahaan otomotif terkemuka di dunia. Diperkenalkannya kendaraan-kendaraan dengan konsep futuristis itu di acara-acara pameran bergengsi menjadi petunjuk kuat, dan 2017 Frankfurt Motor Show adalah salah satu tempat mereka disingkap.

Kali ini, Audi AG mencoba membuktikan bahwa mobil driverless sebetulnya bisa didesain agar tidak tampil membosankan. Setelah sempat mengungkap ide Long Distance Lounge beberapa bulan silam, gagasan tersebut turut dituangkan dalam konsep Audi Aicon. Aicon adalah mobil self-driving bermesin elektrik yang mengusung tema mewah layaknya varian Audi R8 V10.

Audi Aicon

Wujud Aicon dirancang agar merepresentasikan penampilan kendaraan masa depan, walaupun kita tetap bisa melihat benang merah antara Aicon dengan mobil Audi lain. Kendaraan memiliki dua grille besar di sisi depan, mengapit logo Audi di tengah. Grille tersebut sebetulnya lebih ditujukan untuk memperkuat karakteristik Audi, karena mobil elektrik tidak memerlukan radiator.

Audi Aicon 1

Uniknya lagi, desainer mengganti lampu depan dengan ‘layar digital’ 3D, diposisikan di bagian atas grille. Hal serupa juga diterapkan pada lampu belakang. Display tersebut menyimpan fungsi berbeda, bisa dikonfigurasi, namun fungsi utamanya adalah buat melakukan ‘kontak mata’ dengan pejalan kaki – melihat mereka layaknya mata pengemudi. Sensor di ‘mata’ Aicon juga dapat mendeteksi orang di kegelapan, menggantikan peran lampu jarak jauh.

Audi Aicon 2

Aicon menggunakan pintu ‘suicide‘ dan tidak mempunyai pillar B, memastikan penumpang bisa keluar-masuk secara leluasa. Saat dibuka, Anda disajikan kabin yang luas, lebih menyerupai ruang meeting minimalis ketimbang interior mobil. Kursi-kursinya dirancang agar menyerupai tempat duduk santai, lalu dua kursi depannya dibuat terpisah, dan dapat diputar ke arah belakang.

Audi Aicon 5

Tidak ada pedal gas/rem serta setir di dalam. Bagian interior Audi Aicon menitikberatkan fitur infotainment, fitur-fitur di sana dapat dikendalikan dengan sentuhan, perintah suara, hingga gerakan mata. Saat mobil sedang membawa Anda ke tempat tujuan, Anda bisa bersantai dan menonton video atau menyicil pekerjaan.

Audi Aicon 6

Aicon mengandalkan empat mesin elektrik, menghasilkan tenaga 260HP dan torsi 550-Newton-meter. Sebagai sumber tenaganya, mobil dibekali baterai yang sanggup membawanya menempuh jarak 800km. Dan dengan melakukan charging selama setengah jam, baterai tersebut dapat terisi 80 persen.

Audi Aicon 4

Audi belum bisa menetapkan kapan Aicon akan diproduksi. Mereka bilang, Aicon baru akan tersedia ketika kendaraan driverless sudah jadi pemandangan umum di jalan raya.

Via CNET. Sumber: Audi.

Audi dan Volvo Bakal Kembangkan Mobil dengan Android Auto Terintegrasi

Update terakhir yang dirilis Google untuk Android Auto menuntaskan masalah seputar kompatibilitas. Artinya, Anda tidak perlu mobil yang kompatibel untuk bisa menikmati Android Auto. Kendati demikian, masih ada sejumlah manfaat ekstra seandainya Android Auto bisa terintegrasi ke sistem bawaan mobil.

Yang pertama menyangkut aspek kenyamanan. Satu sistem untuk mengontrol sistem pendingin, membuka-tutup sunroof, menampilkan rute GPS pada Google Maps dan memutar playlist favorit di Spotify sudah pasti lebih memudahkan ketimbang harus mengaksesnya dari dua sistem terpisah (mobil dan ponsel).

Yang kedua, tampilan Android Auto pastinya bisa lebih optimal di layar dashboard yang berukuran lebih besar, plus informasi yang disajikan juga bisa lebih banyak atau lebih lengkap. Itulah mengapa Audi dan Volvo memutuskan untuk mengintegrasikan Android Auto pada sejumlah mobil besutan mereka ke depannya.

Dashboard mobil konsep Audi Q8 Sport dengan integrasi Android Auto / Google
Dashboard mobil konsep Audi Q8 Sport dengan integrasi Android Auto / Google

Selain manfaat yang sudah saya sebutkan tadi, integrasi Android Auto pada sistem infotainment bawaan mobil ini juga berarti Anda tetap bisa berinteraksi dengan Google Assistant meskipun ponsel Anda tertinggal di rumah. Lebih lanjut, karena hampir semua panel instrumen pada mobil-mobil generasi terkini sudah digital, pengemudi bisa langsung menyimak informasi yang ditampilkan Android Auto di balik lingkar kemudi.

Integrasi Android Auto ini rencananya bakal didemonstrasikan pada ajang Google I/O mulai 17 Mei besok. Volvo sendiri berniat untuk merilis mobil baru dengan integrasi Android Auto setidaknya dalam waktu dua tahun, sedangkan Audi bakal memamerkannya bersama mobil konsep baru Q8 Sport.

Sumber: Google dan The Verge.

Audi Kembali Pamerkan Konsep Mobil Elektriknya, Kali Ini Berjenis Crossover

Tahun depan, Audi akan mulai memasarkan mobil elektrik pertamanya, e-tron Quattro. Tahun depannya lagi, SUV tersebut akan disusul oleh sepupunya yang sama-sama elektrik, tapi bertipe crossover bernama e-tron Sportback, yang baru saja dipamerkan konsepnya di event Shanghai Auto Show pekan lalu.

Secara mendasar ada banyak kemiripan antara e-tron Sportback dan e-tron Quattro, utamanya dalam hal performa. Audi telah membenamkan total tiga motor elektrik pada mobil ini (satu di depan, dua di belakang), yang sanggup menghasilkan daya sebesar 320 kW (430 hp), atau 370 kW (500 hp) dalam Boost Mode.

Suplai energinya berasal dari baterai lithium dengan kapasitas total 95 kWh. Dalam satu kali charge, e-tron Sportback diyakini sanggup menempuh jarak hingga sejauh 500 kilometer.

Ada ratusan LED yang tertanam pada mobil ini, memungkinkan animasi pencahayaan yang sangat bervariasi / Audi
Ada ratusan LED yang tertanam pada mobil ini, memungkinkan animasi pencahayaan yang sangat bervariasi / Audi

Audi sejatinya juga memperlakukan e-tron Sportback sebagai panggung demonstrasi teknologi LED mereka. Ratusan LED telah Audi sematkan pada mobil ini, dan teknologi rancangan mereka memungkinkan animasi pencahayaan yang sangat bervariasi.

Moncong depan dan belakangnya bahkan juga dilengkapi proyektor digital berukuran sangat kecil sebagai salah satu cara mobil berkomunikasi dengan sekitarnya. Contoh yang paling gampang, di jalanan akan tampak sinyal pencahayaan dari mobil saat lampu sein diaktifkan.

Interiornya dipenuhi oleh layar sentuh di semua sisi / Audi
Interiornya dipenuhi oleh layar sentuh di semua sisi / Audi

Di dalam, Anda bakal disambut oleh deretan layar sentuh. Tidak hanya di panel kontrol di tengah saja, tapi juga di sekitar pintu sehingga semua penumpang dapat berinteraksi dengan sistem infotainment bawaannya.

Seperti yang saya katakan, mobil ini baru akan mengaspal secara resmi mulai tahun 2019. Versi produksinya mungkin akan sedikit berbeda, tapi saya kira desain secara keseluruhannya bakal tetap sama mengingat pengumumannya ini hanya terpaut sekitar dua tahun dari jadwal produksinya.

Sumber: Audi.

Audi Kembangkan Sistem Suspensi Adaptif yang Bisa Meregenerasi Energi Listrik

Regenerasi energi punya peran besar di ranah otomotif, apalagi mengingat perkembangan industri kini sedang mengarah ke mobil elektrik. Audi baru-baru ini mengumumkan rencananya untuk mengimplementasikan sistem suspensi baru yang dapat mewujudkan konsep regenerasi energi listrik pada mobil.

Prototipe sistem suspensi bertajuk eROT ini memanfaatkan peredam berbasis putaran elektromekanik ketimbang hidrolis seperti yang ada pada sistem suspensi tradisional. Menurut salah satu pimpinan teknisi Audi; setiap lubang jalan, gundukan dan tikungan yang dilalui mobil akan menghasilkan energi kinetis. Energi ini akan diserap oleh sistem berbasis hidrolis, sedangkan inovasi terbaru Audi akan meneruskan energi tersebut ke DC converter.

Output daya listrik yang dihasilkan cukup signifikan. Berdasarkan pengujian Audi, sistem ini bisa menciptakan listrik sebesar 3 watt saat melaju di jalanan yang baru saja diaspal. Namun saat beralih ke jalanan yang sedikit bergelombang, regenerasi listriknya mencapai angka 613 watt.

Selain mampu menyumbang suplai daya listrik, sistem suspensi eROT juga bisa meningkatkan kenyamanan pengendara berkat karakteristik komponen peredam yang bisa diubah-suai via software. Sederhananya, sistem suspensi ini akan aktif beradaptasi dengan kondisi jalan dan gaya mengemudi.

Namun sebelum eROT bisa terealisasi, Audi harus lebih dulu mematangkan sistem elektrik 48-volt mereka. Sistem ini rencananya akan diimplementasikan mulai tahun depan, dan dari situ eROT juga bisa semakin ditingkatkan efisiensinya.

Sumber: Audi.

Audi Fit Driver Padukan Wearable Device dan Sensor Mobil untuk Jaga Kebugaran Pengemudi

Audi ingin mobil-mobilnya di masa yang akan datang dapat memahami kebugaran tubuh pengemudinya. Ide ini mungkin terdengar aneh sekaligus ambisius, tapi itulah yang mereka perkenalkan kepada para pengunjung CES 2016 lewat sistem bernama Audi Fit Driver.

Sistem ini memang baru berupa konsep dan jauh dari kata realisasi. Pun demikian, ide-ide yang ditawarkan sangatlah menarik. Sederhananya, sistem ini akan memadukan data yang dikumpulkan oleh wearable device macam smartwatch maupun fitness tracker dengan yang direkam oleh sensor-sensor mobil, guna menciptakan gambaran menyeluruh terkait kebugaran tubuh pengemudinya.

Jadi di saat smartwatch merekam data laju jantung monitor dan suhu kulit, sensor mobil akan melengkapinya dengan data-data seputar gaya mengemudi, pola pernafasan maupun yang merupakan faktor eksternal seperti cuaca dan kondisi lalu lintas. Dari gabungan data-data ini, Audi Fit Driver akan mengestimasikan kondisi kebugaran tubuh pengemudi.

Audi Fit Driver

Saat pengemudi dinilai terlalu stres atau lelah, sistem akan berupaya membuatnya lebih rileks atau bahkan mengambil alih kemudi demi keselamatannya sendiri. Tentu saja hal ini membutuhkan teknologi kemudi otomatis yang benar-benar sudah matang. Itulah kenapa Audi masih butuh banyak waktu dalam mengembangkan Fit Driver.

Kalau itu tadi merupakan contoh skenario yang cukup ekstrem, bagaimana dengan kondisi yang lebih simpel, seperti ketika pengemudi sakit leher misalnya? Dalam kasus tersebut, nantinya sistem akan mengaktifkan sejumlah fitur, menyesuaikan dengan kebutuhan pengguna. Bisa berupa alat pemijat yang tertanam dalam jok, pengaturan suhu sampai cahaya dalam kabin yang bisa membuat pengemudi lebih tenang dan santai.

Karena masih konsep, Audi pun belum bisa mengungkapkan kapan sistem ini bakal tersedia di mobil produksinya. Terlepas dari itu, paling tidak kita bisa mendapat gambaran bahwa pabrikan mobil ternyata tidak hanya sibuk mengembangkan mobil elektrik dan sistem kemudi otomatis saja, tetapi juga hal-hal kecil yang bermanfaat yang sebelumnya tidak pernah terpikiran seperti Fit Driver ini.

Sumber: Autoblog dan Audi. Gambar header: Audi.

Di Bawah Pemilik Baru, HERE Maps Kebut Pengembangan Peta untuk Mobil Tanpa Sopir

Sekitar 4 bulan sejak pengumuman akuisisinya, sebanyak 6.500 karyawan HERE Maps akhirnya bisa mengucapkan selamat tinggal pada Nokia dan menyambut tiga pemilik barunya: Audi, BMW Group dan Daimler. Ini merupakan lembar baru bagi pesaing Google Maps tersebut, dan mereka rupanya juga ingin memberikan sesuatu yang baru pula.

Pada dasarnya, HERE Maps ingin menciptakan sebuah layanan peta digital yang dikhususkan untuk mobil tanpa sopir. Mereka paham bahwa hal ini membutuhkan tingkat detail dan akurasi yang amat presisi, sanggup memberikan gambaran akan kondisi jalan dalam skala 1:1.

Untuk itu, HERE pun memutuskan untuk mengebut pengembangan teknologi pemetaan real-time. Teknologi ini sejatinya akan menggabungkan seabrek data yang agak mustahil untuk dicerna oleh otak manusia secara bersamaan. Tapi tidak apa-apa, karena yang dibicarakan di sini adalah mesin atau kecerdasan buatan milik sebuah mobil tanpa sopir yang sanggup mengolah begitu banyak data dengan sangat cepat.

Teknologi real-time map besutan HERE Maps

Dukungan dari ketiga pemilik barunya tentu saja akan sangat membantu HERE dalam mencapai targetnya. Apalagi ketiganya telah setuju untuk memberikan data-data anonim yang dikumpulkan oleh sederet sensor milik mobil produksinya untuk dianalisa dan dimanfaatkan oleh tim HERE Maps.

Namun yang lebih menarik lagi justru adalah kemurahan hati yang dimiliki tim HERE Maps. Jauh dari kata egois, mereka justru ingin menjadi platform pemetaan terbuka yang bisa diakses oleh siapapun, baik yang terlibat dalam industri otomotif ataupun tidak. Pihak-pihak ini dipersilakan untuk memanfaatkan platform terbuka HERE guna menciptakan layanannya sendiri yang sesuai dengan kebutuhan dan kepentingannya masing-masing.

Langkah ini terdengar cukup mengejutkan karena sebagian besar dari kita mungkin berasumsi bahwa Audi, BMW Group dan Daimler tidak mau asetnya diumbar ke publik begitu saja. Pun begitu, dibukanya akses terhadap HERE Maps ini malah berarti akan ada lebih banyak sumber data yang bisa dimanfaatkan oleh timnya, yang pada akhirnya berujung pada peningkatan kualitas layanan pemetaannya.

Jadi seperti itulah visi baru HERE Maps. Teknologi pemetaan real-time yang dikembangkannya jelas dapat mempercepat komersialisasi mobil tanpa sopir. Di saat yang sama, pabrikan otomotif maupun pihak-pihak lainnya juga dipersilakan untuk memanfaatkan teknologi garapan HERE sesuai kebutuhan dan kepentingannya sendiri-sendiri.

Sumber: TheNextWeb dan HERE 360.