Otoklix Bags 143.5 Billion Rupiah Series A Funding

After receiving $2 million seed funding or equivalent to 28 billion Rupiah in late 2020, the online-to-offline solution platform that digitizes the automotive aftermarket industry in Indonesia, Otoklix, has received another series A funding worth of $10 million or equivalent to 143.5 billion Rupiah.

This round was led by Alpha JWC Ventures and AC Ventures. The previous investors, including Surge (Sequoia Capital India), Astra International’s Ex-CEO, Prijono Sugiarto, YouTube’s Co-founder and Google’s Executives at XA Network, Steve Chen also participated in this funding.

The company will use the fresh funding to improve touchpoint technology by managing flagship workshops with the O2O concept throughout Indonesia.

Otoklix’ Co-founder & CEO, Martin Suryohusodo revealed to DailySocial that his team is trying to build an automotive ecosystem, not just as a platform. Therefore, Otoklix can provide an O2O Managed Flagship Workshop which is required as a customer experience guarantee.

“After we build a flagship workshop ecosystem with expected customer experience, that is the beginning for us to start using the ecosystem to expand to other adjacent markets. In every business, anyone with an ecosystem will become a market champion. That’s why Indomaret cannot be replaced until now,” Martin said.

In the past year, Otoklix claims to have grown from 100 to more than 1,900 partner workshops, providing services to more than 100,000 customers annually.

“Through an all-in-one application and an integrated ecosystem of manufacturers, distributors, retailers, and workshops, Otoklix provides answers to customers’ and workshops’ challenges at the same time. We are excited to join the Otoklix team to build the best company and product for the market,” Alpha JWC Ventures’ Co-founder & General Partner, Jeffrey Joe said.

Business in time of pandemic

Founded in 2019, Otoklix bridges the gap between automotive vehicle owners and Indonesia’s fragmented independent auto repair sector. They are trying to transform the vehicle maintenance experience for consumers and equip workshops with business software solutions and procurement savings. With the current business growth, Otoklix has the potential to become the largest after-sales service network in Indonesia.

During the pandemic, the automotive industry was one of the most affected markets. With reduced mobility, which resulted in many workshop closures during PPKM.

“To date, we have not only recovered business growth, we have grown even bigger. Our revenue has increased by 5x in November 2021 compared to November 2020,” Martin said.

He also said that due to the rapid recovery of the automotive industry, Otoklix aimed to grew even faster. Also, focus on strengthening the core. Therefore, in the first and second quarters of 2022 the company will focus on being top of mind in car maintenance. This will be Otoklix’s strategy playbook for penetration into other markets outside Jabodetabek.

“In 2022, we will develop from a platform to become a consumer brand. In 2022, we will establish Otoklix flagship workshop, launch private label products, seamless experience using technology for all consumers in all major cities in Java island,” Martin said.


Original article is in Indonesian, translated by Kristin Siagian

Application Information Will Show Up Here

Otoklix Kantongi Pendanaan Seri A Senilai 143,5 Miliar Rupiah

Setelah menerima pendanaan awal bernilai $2 juta atau setara 28 miliar Rupiah akhir tahun 2020 lalu, platform solusi online-to-offline yang mendigitalkan industri aftermarket otomotif di Indonesia “Otoklix” kembali menerima pendanaan seri A senilai $10 juta atau setara 143,5 miliar Rupiah.

Putaran ini dipimpin Alpha JWC Ventures dan AC Ventures. Turut berpartisipasi investor sebelumnya yaitu Surge (Sequoia Capital India), Ex-CEO Astra International Prijono Sugiarto, Co-founder YouTube dan Google Executives di XA Network Steve Chen.

Dana segar ini akan dimanfaatkan perusahaan untuk meningkatkan teknologi touchpoint dengan mengelola bengkel flagship dengan konsep O2O di seluruh Indonesia.

Kepada DailySocial.id, Co-founder & CEO Otoklix Martin Suryohusodo mengungkapkan, pihaknya berusaha membangun sebuah ekosistem otomotif, bukan hanya sebagai platform. Maka dari itu, diperlukan O2O Managed Flagship Workshop yang Otoklix dapat berikan sebagai garansi customer experience.

“Setelah kita membangun ekosistem flagship workshop dengan customer experience yang kita harapkan, itu merupakan awal permulaan sebelum kita menggunakan ekosistem tersebut untuk ekspansi ke adjacent market lainnya. Di setiap bisnis, siapa pun yang mempunyai ekosistem akan menjadi market champion. Itulah sebabnya Indomaret sampai detik ini pun belum bisa tergantikan,” kata Martin.

Dalam satu tahun terakhir, Otoklix mengklaim telah berkembang dari 100 menjadi lebih dari 1.900 bengkel mitra, menyediakan layanan kepada lebih dari 100.000 pelanggan setiap tahunnya.

“Melalui aplikasi all-in-one dan terintegrasi ekosistem produsen, distributor, pengecer, dan bengkel, Otoklix memberikan jawaban untuk tantangan yang dihadapi oleh pelanggan dan bengkel sekaligus. Kami bersemangat untuk bergabung dengan tim Otoklix untuk membangun perusahaan dan produk terbaik untuk pasar,” kata Co-founder & General Partner Alpha JWC Ventures Jeffrey Joe.

Pertumbuhan bisnis saat pandemi

Didirikan pada tahun 2019, Otoklix menjembatani kesenjangan antara pemilik kendaraan otomotif dan sektor bengkel mobil independen Indonesia yang terfragmentasi. Mereka mencoba mengubah pengalaman pemeliharaan kendaraan bagi konsumen dan melengkapi bengkel dengan perangkat lunak bisnis solusi dan penghematan pengadaan. Dengan pertumbuhan bisnis yang telah dicapai, Otoklix memiliki potensi untuk menjadi jaringan layanan purnajual terbesar di Indonesia.

Selama pandemi industri otomotif merupakan salah satu pasar yang sangat terdampak. Dengan penurunan mobilitas, yang mengakibatkan banyak penutupan bengkel selama PPKM.

“Namun saat ini, kami bukan hanya telah memulihkan pertumbuhan bisnis, bahkan telah bertumbuh lebih. Pendapatan kami telah meningkat sebesar 5x di bulan November 2021 jika dibandingkan dengan November 2020,” kata Martin.

Ditambahkan olehnya, melihat pemulihan industri otomotif yang cukup pesat, Otoklix ingin memastikan tumbuh lebih pesat lagi. Namun memfokuskan diri untuk strengthening the core. Maka di kuartal 1 dan 2 tahun 2022 perusahaan akan fokus untuk menjadi top of mind ketika melakukan servis mobil. Hal tersebut akan menjadi playbook strategi Otoklix untuk penetrasi ke pasar-pasar lainnya di luar Jabodetabek.

“Di tahun 2022 ini, kami akan berkembang dari sebuah platform menjadi sebuah consumer brand. Di tahun 2022, kami akan mendirikan Bengkel flagship Otoklix, peluncuran produk private label, seamless experience menggunakan teknologi bagi seluruh konsumen di seluruh kota besar di Pulau Jawa,” kata Martin.

Application Information Will Show Up Here

Adi Sarana Armada Memperkuat Transformasi Digital di Sektor Otomotif

PT Adi Sarana Armada Tbk (IDX: ASSA) akan memperkuat digitalisasi layanan di sektor otomotif melalui tiga model bisnisnya di platform JBA Indonesia, Caroline.id, dan Cartalog. Perusahaan memberikan pinjaman kepada Autopedia Sukses Lestari senilai Rp225 miliar untuk merealisasikan rencana tersebut.

Dalam keterangan resminya beberapa waktu lalu, Direktur Adi Sarana Armada Jany Candra mengatakan bahwa perusahaan berupaya mengakomodasi peningkatan tren jual-beli mobil bekas secara online. Tren ini meningkat sejalan dengan akselerasi adopsi digital sejak pandemi Covid-19 pada tahun lalu.

Dihubungi secara terpisah, Jany mengungkap tengah menyiapkan sejumlah rencana pengembangan ketiga platform tersebut dengan memanfaatkan momentum transformasi digital di Indonesia.

Salah satu fokusnya adalah menghadirkan pengalaman penggunaan layanan yang lebih baik dan meningkatkan ekosistem otomotif berbasis digital yang terintegrasi dengan teknologi terkini. Strategi ini diharapkan dapat meningkatkan operasional ASL di sektor otomotif dan memberikan kinerja positif terhadap induk usaha.

“Saat ini, kami masih fokus untuk mengembangkan bisnis yang sudah ada dan memperkuat fundamental perusahaan dengan melakukan inovasi-inovasi teknologi berbasis digital. Namun, kami masih harus lihat perkembangan bisnis ke depan jika bicara kemungkinan kolaborasi dengan platform yang punya ekosistem digital besar,” ujarnya kepada DailySocial.id.

Adi Sarana Armada mengawali bisnis dari penyewaan kendaraan dengan jaringan nasional. Saat ini, Adi Sarana memiliki berbagai lini bisnis, yakni penyewaan kendaraan, jasa lelang kendaraan, jasa penyediaan juru mudi, dan layanan logistik end-to-end logistic.

Per kuartal ketiga 2021, JBA Indonesia telah melelang sebanyak 75.000 unit kendaraan, lebih dari 20.000 pengguna, dan lebih dari 50.000 unduhan di Google Play Store. Caroline mencatat transaksi lebih dari 100 unit mobil, dan memiliki 1.000 unduhan aplikasi di Play Store, sedangkan Cartalog masih 5.000 unduhan.

Pandemi dorong digitalisasi sektor otomotif

Lebih lanjut, Jany mengungkap bahwa pandemi covid-19 mendorong akselerasi jual-beli kendaraan di Indonesia. Bahkan, minat masyarakat Indonesia terhadap transaksi jual-beli kendaraan bekas melalui marketplace juga turut meningkat.

Ia mencotohkan pencapaian JBA Indonesia yang saat itu sudah menerapkan online auction di 2020. Perusahaan mencatatkan penjualan 44.000 unit mobil di 2020 atau naik 19% dari tahun sebelumnya melalui platform JBA.

“Sejak awal kami tidak menggabungkan ketiga lini ini ke dalam satu platform sekaligus mengingat masing-masing punya model bisnis yang berbeda,” tambahnya. Dengan agenda transformasi digital ini, pihaknya dapat mendorong penguatan masing-masing layanan yang memiliki target pasar berbeda.

Sekadar informasi, JBA merupakan platform lelang kendaraan, baik online maupun offline, yang didukung dengan 34 jaringan lelang offline di seluruh Indonesia. Sebagian besar pasarnya menyasar B2B yang melibatkan perusahaan pihak ketiga, yakni pembiayaan dan dealer.

Kemudian, Caroline.id adalah marketplace C2C dan B2C yang menghubungkan pembeli dan penjual mobil bekas dengan harga transparan. Melalui platform ini, penjual dapat mengirimkan appraisal untuk menilai, melakukan listing, dan memproses mobil yang akan dijual.

Caroline.id menggandeng perusahaan pembiayaan serta menawarkan uang muka 0% dan buyback warranty selama satu bulan sebagai nilai tambah layanannya. Selain itu, Caroline juga memiliki beberapa showroom yang ada di beberapa kota, seperti Jakarta dan Semarang

Adapun, Cartalog adalah platform untuk engine berbasis teknologi AI yang menyediakan daftar harga kepada seluruh pemain di industri otomotif, khususnya penjual dan pembeli mobil bekas. Cartalog dapat dikatakan sebagai support system untuk mendapatkan acuan harga mobil sebelum melakukan transaksi jual-beli mobil bekas, misalnya di Caroline.id.

Application Information Will Show Up Here

Rencana Bisnis Otomoto di Tengah Pasar Otomotif yang Mulai Membaik

Sebagai konsekuensi dari penyebaran global virus corona, mobilitas sehari-hari masyarakat telah berubah signifikan. Dampaknya juga dirasakan oleh berbagai pihak dalam bisnis, tak terkecuali industri otomotif tanah air. Pada awal pandemi memang terbilang cukup terpukul akibat penurunan transaksi ekonomi yang terjadi, namun berangsur-angsur membaik.

Perubahan pola di masyarakat juga terjadi, misalnya makin banyak yang mempertimbangkan untuk menggunakan kendaraan pribadi, alih-alih kendaraan umum. Untuk mengakomodasi transaksi produk motor atau mobil yang makin signifikan, beberapa perusahaan juga menggencarkan inisiatifnya dengan membentuk platform jual/beli kendaraan. Otomoto menjadi salah satu yang fokus melayani kebutuhan sepeda motor.

Industri otomotif selama pandemi

Industri otomotif menjadi salah satu sektor andalan yang memiliki kontribusi cukup besar terhadap perekonomian nasional. Disebut dalam situs Kementrian Perindustrian bahwa sektor ini telah menyumbangkan nilai investasi sebesar Rp99,16 triliun dengan total kapasitas produksi mencapai 2,35 juta unit per tahun dan menyerap tenaga kerja langsung sebanyak 38,39 ribu orang.

Co-Founder Otomoto Indonesia Marwoto Soebiakno mengungkapkan, “Pada awal pandemi, industri otomotif cukup terpukul, sehingga operasional kami juga cukup terganggu. Kami juga harus banyak beradaptasi dengan kondisi market. Namun, hal ini cukup memberikan dampak positif bagi Otomoto dan rekanan showroom motor bekas kami.”

Tentunya semua startup mengalami banyak tantangan. Menurut Marwoto, tantangan utama mereka adalah market education. Segmen pasar Otomoto mirip dengan beberapa startup dibidang FMCG, misalnya Ula, WarungPintar, dan lainnya, sehingga dibutuhkan strategi dan usaha khusus untuk membiasakan pengguna untuk melakukan transaksi otomotif secara online. Namun, timnya melihat hal ini kami sebagai peluang besar untuk dapat melakukan digitalisasi pasar tersebut.

Sebagai contoh, banyak pengendara motor yang terganggu secara finansial sehingga harus melepas kendaraannya. Disisi lain, banyak juga pengguna yang karena takut menggunakan kendaraan umum, lebih memilih untuk membeli kendaraan pribadi. Dalam hal ini, produksi kendaraan baru, cukup terhambat karena pabrik yang tutup dan hal-hal lainnya. Maka dari itu, pasar kendaraan bekas menjadi alternatif yang menarik.

Perusahaan rebrand dari Sumo365 ini memiliki model bisnis utama C2B Model (Customer to Business). Hal ini serupa dengan Carro, Carsome & OLX Autos (yang sebelumnya adalah BeliMobilGue). Platform ini memfasilitasi pengendara motor yang ingin menjual atau menukar tambahkan unitnya secara online dengan mudah dan cepat.

Terdapat dua fitur andalan, yaitu Price Engine dan Smart Inspection yang saat ini masih fokus pada sepeda motor. Melalui fitur ini, pengendara motor bisa memiliki keterbukaan harga dan memaksimalkan transaksi jual/beli/tukar-tambah. Selain itu, pengguna juga bisa mengajukan pinjaman/ re-financing dalam platform Otomoto.

Perusahaan mengklaim bahwa mengalami pertumbuhan yang cukup baik, terutama di tahun 2021. Selama Semester I 2021, Revenue tercatat sebesar CMGR 31.2% dan meningkat cukup drastis di Q3 ini dan timnya optimis bisa meraih pencapaian maksimal di Q4 tahun ini.

Rencana ke depan

Sejalan dengan recovery industri otomotif, terutama sepeda motor, Otomoto yakin penjualan sepeda motor akan tetap bertumbuh. Menurut data perusahaan, sebelum pandemi, rata-rata penjualan motor tahunan ada di angka 6 juta. Selama pandemi 2020, angka tersebut sempat turun ke angka 4.3 juta. Per Agustus 2021, penjualan motor keseluruhan di Indonesia sudah mencapai angka 3.2 juta dan di prediksi mencapai angka 4.7-5 juta di akhir tahun ini. “Maka dari itu, kami cukup confident bahwa market otomotif akan tetap berkembang,” tambah Marwoto.

Selain itu, perusahaan juga melihat ada dua hal yang akan mengubah dinamika di pasar otomotif dan akan membawa dampak positif. Pertama, pertumbuhan di industri logistik. Banyak startup seperti Shipper, Waresix, dll dan 3PL convensional seperti JNE, Tiki, dll. Di kota dan kabupaten kecil (tier-2), logistik masih cukup terbatas. Sehingga penetrasi ke kota dan kabupaten ini, akan membuka market baru.

“Kami melihat bahwa kebutuhan last-mile delivery tentunya akan berdampak positif kepada industri otomotif termasuk Otomoto. Kedua, mulai masuknya kendaraan listrik. Saat ini, EV (Electric Vehicle) masih memiliki harga yang cukup tinggi. Namun, pemerintah memprediksi bahwa harga EV bisa turun hingga 40%, dengan pembangunan infrastruktur seperti SPBKLU. Juga, inisiatif pabrik baterai dan lainnya. Hal ini tentunya akan memberikan angin segar bagi industry mobil dan motor,” ungkap Marwoto.

Melihat investor yang mulai tertarik untuk menyalurkan pendanaan di industri otomotif, seperti yang belum lama ini didapat oleh Carsome dan Carro, Otomoto saat ini sedang melakukan persiapan secara internal dan menargetkan untuk fundraising di awal Q1 2022. Selain itu, timnya juga berencana untuk berekspansi di Pulau Jawa. Perusahaan ingin bisa menjangkau pasar lebih luas di kota tier 1 dan harapannya bisa mencakup di kota-kota di tier 2.

“Secara business model, mungkin akan tetap memiliki landasan yang sama, namun kami juga sedang piloting untuk beberapa O2O (online-to-offline) solution yang bisa lebih membantu dan meningkatkan layanan Otomoto kepada para pengguna sepeda motor,” tutup Marwoto.

Application Information Will Show Up Here

Andalkan Sinergi Grup, MPM Garap Platform E-commerce Mobil Bekas “OtoDeals”

PT Mitra Pinasthika Mustika Tbk (MPMX), melalui anak usahanya PT Armada Maha Karya, meresmikan platform e-commerce mobil bekas OtoDeals. Keyakinan MPM cukup tinggi untuk terjun ke bisnis digital mengingat tingginya permintaan masyarakat terhadap solusi mobil bekas selama pandemi belakangan.

Group COO MPMX Ivan Hindarko mengatakan, saat ini sebagian besar peminat mobil juga cenderung mempertimbangkan investment value dan kondisi finansialnya, sehingga lebih memilih mobil bekas, namun tentunya yang berkualitas dan terjamin kualitasnya. Dengan pengalaman MPM Group di bidang otomotif selama 34 tahun, menjadi bekal terbaik untuk memberikan pelayanan terbaik untuk konsumennya.

“OtoDeals menawarkan platform yang memberikan kenyamanan karena seluruh prosesnya dilakukan secara online, mulai dari test drive, mengajukan kredit asuransi, dan pengiriman mobilnya. Selain itu, OtoDeals akan memfasilitasi seluruh sinergi antar anak usaha di bawah MPM Group,” terang dia, Kamis (22/9).

Berdasarkan data Gaikindo, rasio kepemilikan mobil di Indonesia saat ini masih terbilang rendah ketimbang negara lainnya di Asia Tenggara, yaitu mencapai 99 unit per 1.000 penduduk. OtoDeals meyakini dapat membantu dan memberikan akses bagi masyarakat untuk bisa mendapatkan mobil yang sesuai dengan budget dan kebutuhan, namun tetap berkualitas.

Sebagai unique selling point dibandingkan kompetitornya, OtoDeals ditunjang dengan berbagai fitur. Mulai dari transparan dengan kualitas untuk detail kondisi, serta kelengkapan surat yang telah melalui proses seleksi dan quality control yang ketat; pengalaman sepenuhnya online untuk pencarian cepat dengan membandingkan empat mobil bekas sekaligus dalam satu waktu, booking test drive, dan free home delivery.

Kemudian, fitur pintar yang dilengkapi dengan Robo Advisory “Otobo” untuk memberikan solusi kepemilikan mobil dengan berorientasi pada kebutuhan masing-masing konsumen. Otobo akan mengumpulkan dan mengolah informasi calon konsumen berdasarkan data demografi, piskografis, termasuk situasi keuangan dan tujuan masa depan melalui survei singkat yang diakses melalui situs OtoDeals.

“Dengan menggunakan data tersebut, Otobo akan menemukan, menawarkan, dan memberikan rekomendasi unit mobil yang berorientasi pada kebutuhan masing-masing pelanggan, sehingga pencarian mobil menjadi lebih mudah dan cepat, serta lebih personal.”

Fitur lainnya yang dihadirkan untuk memaksimalkan kemudahan bagi konsumen saat akan bertransaksi adalah negosiasi online, pengajuan kredit online yang bisa dilakukan langsung lewat situs, dan kalkulator asuransi yang bisa membantu konsumen mencoba dan menghitung biaya asuransi.

“Kami menargetkan pengguna OtoDeals datang dari kalangan milenial, makanya UI/UX kami buat sangat milenial. Kami ingin adaptif dengan kondisi saat ini,” kata Ivan.

Peluncuran OtoDeals / OtoDeals

Persaingan dengan startup

Sejauh ini OtoDeals berbentuk situs e-commerce B2C yang memungkinkan konsumen untuk membeli mobil bekas berdasarkan stok yang tersedia di MPMX. Namun tidak menutup kemungkinan untuk masuk sebagai marketplace C2C dalam pengembangan berikutnya.

“Kami aware dengan banyak demand orang rata-rata membeli mobil bekas itu perlu me-replace [jual] mobil mereka sebelumnya. Nanti dari tim produk akan mengakomodasi kebutuhan tersebut, meski tidak sepenuhnya marketplace C2C,” tutur Product Team MPMX Rama Pradipta dalam wawancara terpisah bersama DailySocial.id.

Fitur lainnya yang sedang dikembangkan adalah Titip Jual dan Tukar Tambah. Menurut Rama, sebelum fitur tersebut dirilis, sementara ini OtoDeals bekerja sama dengan salah satu anak usaha MPM Group, Auksi, untuk fitur Titip Jual. Setelah kontrol kualitas, unit barang akan masuk ke dalam stok OtoDeals.

Solusi OtoDeals memang bukan yang pertama kali hadir di Indonesia. Sejumlah pemain baik dari korporasi maupun startup ikut masuk ke kolam yang sama, di antaranya OLX Autos, Mobil123, Carmudi, Carro, Momobil, Otonesia, Carsome, hingga Astra dengan mo88i yang baru dirilis pada hari ini (23/9).

Dengan segala strategi, termasuk bakar uang yang identik dilakukan oleh mayoritas startup, menjadi perhatian serius bagi manajemen OtoDeals agar dapat menarik pasar.

Kendati begitu, Senior Manager Marketing MPMX Nurfadilah mengaku tidak akan mengikuti strategi tersebut. Baginya, pelayanan yang optimal dan terus adaptif dengan perkembangan baru adalah kunci yang lebih awet untuk rencana berkelanjutan.

“Kita lebih meningkatkan kualitas dan berusaha mengembangkan partnership dengan berbagai mitra. Kami selalu melihat kebutuhan konsumen lalu membuat fitur-fitur yang bisa membuat mereka lebih “sticky” dengan kami,” kata dia.

Meskipun berada di bawah induk korporasi besar, sambungnya, OtoDeals dijalankan dengan menganut konsep startup yang agile terhadap perkembangan. Sehingga segala inovasi dapat berjalan lebih cepat sesuai dengan tren. Untuk tim teknologi sendiri juga berasal dari internal perusahaan dengan proporsi yang lengkap.

Dia menuturkan, keseriusan MPMX untuk masuk ke OtoDeals sudah dimulai sejak akhir tahun lalu, melalui berbagai riset pasar dan pengembangan produk yang mendalam. “Sejak awal kita berusaha untuk memberikan kemudahan akses pelanggan yang ingin beli mobil sesuai dengan budget. Dari situ kami berangkat mengembangkan produknya,” tutupnya.

Berbentuk Marketplace, Aplikasi Tune Up Jembatani Pemilik Layanan Otomotif dengan Pengguna

Platform yang didirikan oleh Laras Salim, Gian Ramdhan dan Veby Irdhani ini bernama Tune Up, mencoba menghadirkan layanan otomotif on-demand. Kepada DailySocial CEO Tune Up Laras Salim mengungkapkan, memanfaatkan pengalaman bekerja sebelumnya, ia melihat prospek bisnis otomotif ini sangat besar untuk dikembangkan. Karena memiliki cabang fokus bisnis yang bervariasi mulai dari jual beli kendaraan, layanan servis, suku cadang, sampai asuransi.

“Pada saat itu saya melihat sudah banyak sekali startup di Indonesia yang memiliki layanan untuk jual beli kendaraan. Sehingga saya melihat peluang lain untuk mengembangkan fokus untuk membangun sebuah platform khususnya untuk layanan servis,” kata Laras.

Aplikasi Tune Up sudah bisa diunduh di Play Store. Saat ini Tune Up mengklaim telah memiliki total 65 merchant yang bergabung dan lebih dari 150 layanan yang tersedia. Sebagian besar baru dapat di jangkau untuk wilayah Jakarta dan sekitarnya. Untuk memenuhi kebutuhan sekitar 500 penggunanya, layanan yang tersedia saat ini, kebanyakan untuk jenis mobil seperti servis AC, tune-up, detailing, fogging, dan lain-lain.

Bagi para pengguna, aplikasi Tune Up dapat membantu melakukan pemesanan layanan otomotif dengan mudah sesuai harga dan lokasi yang tepat. Selain itu, aplikasi juga dibekali fitur monitoring untuk melihat progres pengerjaan kendaraan mereka secara real-time. Dan sebagai pelengkap, terdapat juga fitur review.

Untuk para merchant, aplikasi ini didesain sebagai platform marketplace khusus layanan otomotif yang dapat diakses secara gratis, memudahkan mereka membangun sistem pemasaran online.

“Dalam aplikasi Tune Up Merchant juga tersedia fitur-fitur yang menunjang operasional, seperti fitur keuangan dan statistik, penjadwalan pesanan, perencanaan, hingga inventaris,” kata Laras.

Model bisnis dan strategi monetisasi

Secara khusus Tune Up menerapkan model bisnis berupa marketplace, yang menghubungkan antara konsumen dan pemilik usaha layanan otomotif. Strategi awal yang diterapkan, yaitu dengan menjangkau merchant lokal (pemilik usaha layanan otomotif) non-authorized terlebih dulu untuk memastikan produk dan layanan tersedia dalam aplikasi.

“Strategi kerja sama khusus yang telah berhasil dilakukan oleh Tune Up saat ini, yaitu menjalin relasi dengan merchant yang sudah terjamin layanan dan kualitasnya seperti Dokter Mobil, Autonetcare, dan HD Car Care Harmony. Hal ini dilakukan untuk meningkatkan rasa kepercayaan dan keamanan pengguna dalam melakukan transaksi di dalam aplikasi,” kata Laras.

Pada tahap ini, Tune Up juga membangun revenue dengan cara membagi komisi dari beberapa merchant yang memberlakukan diskon khusus untuk layanannya. Beberapa di antaranya memberikan diskon layanan antara 5-15% khusus untuk Tune Up, sehingga perusahaan bisa memberikan diskon kepada pengguna sekitar 3-5% dan selisihnya merupakan keuntungan bagi Tune Up.

Tune Up juga memiliki fitur DMS (Dealer Management System) yang dikembangkan, sehingga memudahkan bagi para pengguna atau pun Merchant untuk melakukan transaksi dalam aplikasi.

“Berbeda dengan kompetitor lain yang kebanyakan memiliki model bisnis B2C, Tune Up memiliki model bisnis B2B2C,” kata Laras.

Layanan serupa yang sudah hadir sebelumnya di Indonesia di antaranya adalah Montir ID, Otomoto, dan Carfix.

Rencana fundraising

Tune Up mengklaim sempat mencatat transaksi mencapai Rp3,4 juta/harinya. Namun saat penyebaran virus Covid-19 makin meluas dan diberlakukannya PSBB di bulan April terjadi penurunan transaksi yang sangat drastis. Karena sektor layanan otomotif termasuk layanan yang tidak diperbolehkan buka pada saat masa PSBB.

“Dan sambil menunggu kondisi pulih kembali, kami mencoba memperbaiki manajemen Tune Up khususnya untuk promosi dan operasional. Namun di new normal ini, Tune Up mencoba memberikan layanan terbaru dengan menghadirkan fogging mobil secara home service. Hal ini dilakukan sebagai bentuk pencegahan terjadinya penyebaran virus Covid-19,” kata Laras.

Tahun ini perusahaan juga memiliki rencana untuk melakukan penggalangan dana tahap awal. Meskipun masih menjadi rencana, Tune Up berharap bisa mendapatkan investor yang mengerti dan paham terkait perkembangan bisnis di sektor otomotif.

“Harapannya di tahun 2020, aplikasi Tune Up dapat dikenal oleh masyarakat Indonesia secara luas, serta memberikan dampak yang lebih baik dan positif kepada masyarakat yang membutuhkan layanan otomotif secara tepat dan terpercaya,” kata Laras.

Application Information Will Show Up Here

Oto.com Akuisisi Grup Media Carvaganza, Berambisi Digitalkan Bisnis Otomotif secara Menyeluruh

Platform teknologi otomotif Oto.com baru-baru ini mengumumkan telah mengakuisisi media otomotif Carvaganza beserta dua anak usahanya Motorvaganza dan Autovaganza. Akuisisi ini bertujuan untuk meningkatkan cakupan bisnis perusahaan untuk mendigitalisasi seluruh proses penjualan produk otomotif di Indonesia.

Sejak debut di tahun 2015, Oto.com dikenal sebagai portal online (listing) yang membantu penggunanya mendapatkan informasi detail mengenai produk mobil dan motor. Termasuk informasi promo, asuransi dan kredit pembelian.

Kepada DailySocial, CEO Oto.com Wasudewan mengatakan bahwa pascaakuisisi tidak akan ada peleburan situs — kendati Oto.com sebelumnya juga sajikan berita dan tips ringkas soal otomotif. Ketiga portal media tetap akan berdiri terpisah seperti sediakala.

Rencana bisnis di tahun 2020

Lebih lanjut Wasudewan menceritakan, tahun ini perusahaannya juga sudah terapkan pendekatan berbasis AI berkelanjutan. Salah satu tujuannya untuk membantu mitranya (dalam hal ini ATPM – agen tunggal pemegang merek; perusahaan yang ditunjuk oleh oleh produsen mobil/motor untuk memasarkan produk) dalam mengenali lebih dalam kebiasaan dan keinginan konsumen.

Setiap kali pengguna mengunjungi situs Oto.com dalam mencari produk otomotif, mereka dapat mengisi data diri untuk di-follow up dengan penawaran oleh ATPM. Oto.com tidak melakukan transaksi jual-beli di portalnya dan memang fokus sajikan informasi untuk unit baru. Wasudewan ungkap sebulan bisa mendapatkan sekitar 250 ribu data untuk prospek penjualan.

Oto.com sendiri merupakan bagian dari CarDekho Group. Startup digital otomotif tersebut berbasis di Indonesia, saat ini telah mengumpulkan dana sekitar US$190 juta dari sejumlah investor, termasuk Sequoia, Hillhouse Capital, CapitalG, Tybourne Capital dll. Mereka hadir ke Indonesia bekerja sama dengan korporat media KMK Online (bagian dari EMTEK).

Pergeseran tren konsumsi media

Wasudewan turut mengomentari terkait tren konsumsi media di kalangan masyarakat Indonesia saat ini. Tidak sedikit orang yang bergeser ke kanal seperti YouTube untuk mendapatkan ulasan produk otomotif. Oleh karenanya salah satu landasan Oto.com mengakuisisi Carvaganza adalah untuk sajikan informasi komprehensif soal industri terkait.

Latar belakang founder, Munawar Chalil, juga diyakini akan memberikan peran kunci. Terlebih di industri ia dinilai sebagai salah satu tokoh penting di lini pemberitaan otomotif. Dengan tetap menghadirkan pembahasan mendalam soal produk otomotif, diyakini model pemberitaan Carvaganza tetap akan relevan dan diminati masyarakat.

“Setiap tahun ada 1 juta mobil baru terjual di Indonesia, angka ini diproyeksikan terus meningkat seiring peningkatan PDB dan infrastruktur. Ketika pertama kali memulai di tahun 2015, kami melihat tidak ada portal yang fokus memberikan informasi detail tentang produk mobil. Kemudian kami memulai situs yang fokus ke sana,” ujar Wasudewan.

Ia melanjutkan, “Salah satu faktor kunci Carvaganza, Motovaganza dan Autovaganza adalah mereka cukup dekat dengan antusiasme otomotif dan memiliki ikatan yang baik di antara mereka. Dengan akuisisi ini, kami akan memberikan nilai komprehensif dan holistik untuk semua pemangku kepentingan yang terlibat dalam industri ini (termasuk konsumen, bank, multi-finance, dealer, pemasar dll).”

Sementara itu Munawar selaku Publsiher & Group Chief Editor Carvaganza “Dengan bergabung dengan Oto.com, kami memiliki peluang untuk tumbuh lebih baik. Kami juga dapat memberikan kontribusi yang lebih berarti bagi industri otomotif. Oto.com adalah platform listing dan tempat pasar mobil terbesar di Indonesia yang didukung orang dan teknologi berkualitas. Tidak heran dalam empat tahun kehadirannya sudah menjadi pasar otomotif nomor satu di Indonesia.”

Situs otomotif di Indonesia

Dalam publikasi bertajuk “Car Marketplace Survey 2018DSResearch mendapati temuan, dari 1871 responden survei sebanyak 96,02% di antaranya memanfaatkan platform digital untuk mendapatkan informasi tentang produk otomotif.

Karenanya kini situs otomotif bertubuh subur di Indonesia. Tidak hanya yang sajikan informasi saja, namun juga kanal penjualan. Ada yang berbentuk marketplace, ada juga yang khusus menjual atau membeli mobil bekas, dan lain-lain.

Car Marketplace di Indonesia

Application Information Will Show Up Here

Bisnis “Car Marketplace” Moncer di Tengah Tingginya Minat Mobil Bekas

Menurut laporan “Car Marketplace Survei 2018” yang diterbitkan DSResearch, 96% konsumen kini memanfaatkan medium digital ketika mencari informasi, membeli, atau menjual mobil. Data tersebut turut divalidasi oleh pangsa pasar, sepanjang tahun 2019 dinamika bisnis platform marketplace mobil cukup bergairah.

Sepanjang tahun lalu setidaknya ada lima startup yang mengumumkan aksi perusahaannya ke publik, baik berupa penambahan modal usaha, penguatan manajemen dan akuisisi oleh pemain di sektor serupa di tingkat regional.

Car Marketplace di Indonesia

Di kancah digital, layanan terkait ritel otomotif terbagi ke dalam beberapa model bisnis, baik yang mengakomodasi skema B2C atau C2C. Paling populer berupa layanan penjualan mobil baru (oleh bisnis), layanan penjualan mobil bekas (oleh bisnis maupun konsumen), dan layanan penjualan mobil bekas (oleh konsumen).

Prospek bisnis mobil bekas

Dari tahun ke tahun, minat konsumen untuk membeli mobil bekas terus meningkat. Salah satunya dicatat dalam hasil studi Ipsos Business Consulting Indonesia per tahun 2016 lalu. Faktor pendukung utamanya sistem pembayaran yang fleksibel dan dealer mobil bekas yang terpercaya, di samping secara harga juga lebih murah.

Pada semester pertama 2019 tercatat ada perlambatan penjualan mobil domestik hingga 11,5%. Kendati demikian menurut Manager Senior Bursa Mobil Bekas WTC Mangga Dua Herjanto Kosasih fenomena tersebut tidak terlalu dirasakan di pasar mobil bekas, hanya turun sekitar 7%. Itu pun terselamatkan karena dampak beberapa kebijakan seperti pemberlakuan nomor polisi ganjil dan genap, serta minat masyarakat untuk bisnis taksi online.

Di sudut pandang bisnis digital yang mengakomodasi penjualan mobil bekas, CEO BeliMobilGue Johnny Widodo membenarkan hal tersebut. Dalam wawancaranya dengan DailySocial ia mengatakan “Tren startup penjualan mobil bekas di 2020 sepertinya akan terus maju dan bertumbuh pesat. Meskipun pertumbuhan ekonomi global akan sedikit melambat. Ini dikarenakan mobil saat ini sudah lebih menjadi kebutuhan bagi masyarakat Indonesia. Masyarakat akan lebih melirik mobil bekas dibanding mobil baru saat kondisi finansial mereka lebih terbatas.”

Bisnis BeliMobilGue sendiri membeli mobil bekas dari masyarakat. Pengguna dapat mengunggah informasi unit yang akan dijual secara online, kemudian dilakukan follow up berupa inspeksi, penilaian sampai transaksi penjualan.

Melihat belum adanya pemain car marketplace Johnny menilai bahwa ekosistem startup di vertikal tersebut masih di fase awal atau permulaan. Menjadi tantangan juga untuk mengubah kebiasaan masyarakat, dari menjual mobil secara langsung ke dealer ke platform digital.

Marketplace jadi perantara

Kebiasaan orang melakukan transaksi di online marketplace disinyalir yang membentuk tren jual-beli melalui platform digital. Sebelum populer layanan khusus seperti BeliMobilGue, pengguna juga sudah terbiasa melakukan penawaran penjualan/pembelian mobil melalui marketplace sebut saja Kaskus Jual Beli, OLX, dan sebagainya. Bahkan dengan perkembangan yang ada, OLX pun memberikan perhatian lebih untuk kategori produk mobil.

Head of Automotive OLX Indonesia Ivo Wassenar menyampaikan di tahun 2019 (per Oktober) terjadi peningkatan jumlah pencari mobil bekas hingga 33% atau mencapai 490 ribu orang. Merek populer seperti Toyota Avanza, Toyota Innova, Honda Jazz, Daihatsu Xenia dan Honda Brio jadi yang paling banyak diburu.

Carro adalah platform car marketplace asal Singapura yang tengah gencar melakukan ekspansi regional. Berniat mantapkan diri di pasar Indonesia, mereka mengakuisisi online marketplace Jualo. Founder & CEO Carro Aaron Tan mengatakan bahwa akuisisi akan meningkatkan jangkauan platform, karena mereka menganggap Indonesia adalah pangsa pasar terbesar di Asia Tenggara.

CEO Jualo Pedro Principe menambahkan, pada dasarnya model bisnis kedua perusahaan saling melengkapi dalam banyak aspek.

Hal itu turut diamini OLX, sebagai marketplace yang miliki konsep C2C serupa. Per tahun 2019 mereka menyepakati berkolaborasi strategis dengan BeliMobilGue untuk meningkatkan penetrasi layanan di kategori otomotif.

“Kami akan terus mengembangkan potensi kolaborasi kami dengan OLX sebagai partner strategis kami di 2020. Pengembangan yang ada bukan hanya di bidang yang sudah ada sekarang tetapi juga akan masuk ke bidang baru di dalam lifecycle mobil bekas,” terang Johnny.

Tantangan bisnis

Di tengah pertumbuhan minat masyarakat untuk memanfaatkan car marketplace ada dua hal yang harus dilakukan penyedia platform, yakni menjaga kepercayaan dan inovasi.

Kepercayaan pengguna adalah hal yang paling sering menjadi tantangan industri teknologi digital untuk tumbuh. Demikian juga bagi industri startup jual beli mobil bekas. Bahkan banyak orang masih merasa takut untuk menjual mobilnya karena belum banyak mengetahui cara dan proses apa saja yang ada di dalamnya.

Sementara inovasi diharapkan dapat meningkatkan aspek-aspek bisnis yang ada di dalamnya, memberikan simplifikasi dari proses rumit yang terjadi dalam bisnis konvensional. Misalnya, beberapa platform sudah mulai menghadirkan jasa inspeksi mobil untuk memastikan onderdilnya masih baik atau memberikan layanan asuransi terpadu bersamaan dengan proses pembelian.

Serasi Autoraya Luncurkan Tiga Aplikasi Digital di Sektor Otomotif

PT Serasi Autoraya (SERA), anak perusahaan Astra Group, mengumumkan tiga aplikasi digital mereka, yakni mobil88 e-store, TRAC To Go, dan IBIN Live Auction. Ketiganya diluncurkan untuk memudahkan transaksi jual beli, sewa, dan lelang kendaraan bagi para penggunanya.

Ketiga aplikasi ini merupakan wujud digitalisasi bisnis yang dijalankan Sera selama ini. Aplikasi pertama yang mereka perkenalkan adalah mobile88 e-store. Aplikasi ini memungkinkan pelanggan untuk melakukan pembelian mobil secara langsung tanpa harus datang langsung ke showroom.

Melalui aplikasi, pengguna dapat langsung memesan kendaraan dan layanan test drive hingga transaksi pembelian dengan beragam pilihan pembayaran. Beberapa fitur lainnya antara lain fitur kalkulator kelayakan kredit untuk menghitung simulasi kredit dan mengetahui kelayakan pengajuan kredit, fitur branding, mobil, dan lainnya.

Tahun ini SERA memasang target 10.000 pengguna untuk masing-masing aplikasi.

mobile88 e-store merupakan bentuk digitalitasasi retailer mobil bekas mobil88. Semua stok kendaraan yang dijual di web dan aplikasi merupakan kendaraan milik mobil88 sehingga memastikan kualitas mobil yang dijual. Hal ini sedikit berbeda dengan konsep Seva.id, layanan Astra Digital, yang mengusung konsep marketplace.

Aplikasi selanjutnya yang diperkenalkan SERA Group adalah TRAC To Go sebagai aplikasi penyewaan mobil, bus, dan airport transfer. Pelanggan dapat memesan hingga 12 jam sebelum waktu penjemputan. Aplikasi ini juga mirip dengan Movic.id, aplikasi besutan Astra Digital, sama-sama penawarkan solusi peminjaman kendaraan. Bedanya Movic mengusung konsep marketplace, sedangkan untuk layanan TRAC To Go seluruh aset kendaraan atau pengemudi merupakan milik TRAC.

Aplikasi ketiga yang diluncurkan adalah IBID Live Auction. Aplikasi ini merupakan inovasi dan pembaruan sistem dan metode lelang di IBID yang memungkinkan pengguna untuk mengikuti lelang secara online dengan frekuensi lelang lebih dari 50 kali per bulan dengan jaringan lelang di lebih dari 30 kota. Fitur yang ditawarkan antara lain fitur pembelian Nomor Peserta Lelang, notifikasi langsung, penelusuran proses transaksi, perbandingan mobil, dan juga melihat tampilan foto 360 untuk interior mobil.

“Inovasi yang dilakukan oleh SERA Group adalah bentuk respons kami pada tren konsumen yang sekarang lebih mengutamakan akses informasi dan transaksi secara online menggunakan smartphone. Kami ingin memberikan pengalaman terbaik bagi pelanggan lewat fitur-fitur terbaru yang memudahkan mereka kapanpun dan di manapun mereka berada,” terang Presiden Direktur SERA Firman Yosafat Siregar.

Application Information Will Show Up Here
Application Information Will Show Up Here
Application Information Will Show Up Here

Movic is Car Rental Marketplace from Astra Digital

Astra Digital continues making innovation based on application. Movic is one example. Movic is a service to connect car owner with car renter. The system works to make it easier for car renters to find a suitable car and for car owners to earn additional income by renting out their cars.

The service is available for public since September 2018 for Android platform.

“By developing a digital platform, Astra Digital presents more innovative, relevant, and customer oriented solution. In addition to the on-target solution, customer engagement is also important to reach and tighten relationship to customers, particularly millennials which also Astra’s future,” Dja Tet Fa, Chief of Astra Digital, explained.

As a platform that brings out a concept of connecting car renter with the car owner, Movic gives freedom for prospective car renters to choose car types and rental forms, with or without a driver.

Prospective car renters can select the type of cars, such as hatchbacks, sedan, MPV, SUV, bus, pickup, and luxury. In addition, they can choose the nearest vehicle available.

In terms of car owners, Movic offers additional income by renting a car. All transactions will be recorded and accessible through reports provided in the app. Movic also guarantees every transaction for all accounts has been verified in order to provide security for self-drive rental.

“Movic concept is simple. In Jakarta, for example, besides being able to drive and rent their car, car owners can also rent their unused car while working. The driver can be a trusted friend or the car renter,” Christianto, Movic‘s Product Owner, said.

Movic is well aware that to grow faster and be able to compete in the market, they have to provide additional value. Thus it provides Astra Life insurance for car renters. Those who rent a car in Movic will automatically be listed in Astra Life. It’ll provide a guarantee for all Movic customers in the form of cash for death compensation due to accidents worth of Rp10,000,000 and reimbursement of medical expense by accidents up to Rp1,000,000.

“In a year, Movic will be focused on becoming the top-of-mind online car rental app. In order to achieve the goal, Movic will keep improving the UI/UX for user satisfaction,” Christianto said.


Original article is in Indonesian, translated by Kristin Siagian

Application Information Will Show Up Here