PermataBank Introduces Trade Finance Service with Blockchain Technology

PT Bank Permata Tbk (PermataBank) officially introduced a trade finance services using blockchain technology. It is said that PermataBank is the first bank to serve trade finance transactions using blockchain technology in Indonesia.

In order to deliver blockchain, PermataBank is collaborating with Contour Network, which is a technology network provider company for global trade finance. In Southeast Asia, some banks have been using Contour technology, including HSBC, Standard Chartered Bank, and Bangkok Bank.

Trade finance is a financing facility for domestic and international trade transactions. The use of blockchain allows data transactions to be carried out in a decentralized system in real-time with the concept of a distributed ledger.

PermataBank’s Wholesale Banking Director, Darwin Wibowo said, the blockchain adoption is PermataBank’s step to answer customer needs through digitizing its various services and navigating the national payment system with technology.

Moreover, he thought the trade finance transactions are very conventional that they are less efficient and often take a long time. The process got even more complicated when the Covid-19 pandemic occurred. Social and activity restrictions have an impact on delays in transaction procedures.

He said, blockchain implementation will facilitate global trade transactions to the issue of the letters of credit (L/C). With its advantages, blockchain is considered capable of saving transaction time, minimizing the risk of fraud, and simplifying complex processes that have been a major challenge in trade finance transactions.

“Also, blockchain technology will expand PermataBank’s service range. Trade finance customers can also make transactions without having to come to PermataBank branch offices,” Darwin said.

Meanwhile, Contour’s CEO, Carl Wegner added that global trade plays an important role in the Indonesian economy. However, manual trade finance transactions have hampered trade growth. Therefore, Contour’s involvement in the trade finance facility at PermataBank is expected to open access to communities around the world.

Transformative technology for commerce

Based on the 2020 Global Trade Survey report released by the International Chamber of Commerce, trade and finance activities in the world are on the verge of uncertainty due to Covid-19.

Based on the survey results of 346 banks from 85 countries in the world, respondents expressed their concern about the decline in the growth of trade finance transactions. However, respondents think that the lockdown and WFH activities have actually accelerated the transition of trade to digital platforms, one of which is through blockchain technology.

2020 Global Trade Survey / International Chamber of Commerce
2020 Global Trade Survey / International Chamber of Commerce

As many as 54% of respondents said transformative technology is its priority area of ​​development and strategic focus in the short term as companies want to ensure future growth. According to respondents, digital technology can spur greater transformation opportunities in the global financial industry, which is still synonymous with paper-based manual processes.

In her writing, R3’s Head of Trade and Supply Chain, Alisa DiCaprio said that trade finance activities are among the most difficult to modernize. The reason is, the transaction still involves many paper-based manual processes which are considered no longer suitable in the digital era. According to Asian Development Bank (ADB) data, nearly $1.5 trillion of trade finance applications were rejected because of inefficiencies.

She observes that blockchain is having tangible results in reducing costs, risks, and potential delays for parties involved in trade finance transactions. With effective implementation, blockchain could potentially unlock $1.5 trillion in global trade finance.


Original article is in Indonesian, translated by Kristin Siagian

Application Information Will Show Up Here

PermataBank Hadirkan Layanan “Trade Finance” dengan Teknologi Blockchain

PT Bank Permata Tbk (PermataBank) resmi menghadirkan layanan pembiayaan perdagangan atau trade finance dengan teknologi blockchain. Menurut klaimnya, PermataBank menjadi bank pertama yang melayani transaksi trade finance dengan teknologi blockchain di Indonesia.

Untuk menghadirkan blockchain, PermataBank bekerja sama dengan Contour Network yang merupakan perusahaan penyedia jaringan teknologi untuk trade finance di global. Di Asia Tenggara, sejumlah bank yang menggunakan teknologi Contour antara lain HSBC, Standard Chartered Bank, dan Bangkok Bank.

Trade finance merupakan fasilitas pembiayaan untuk transaksi perdagangan domestik maupun internasional. Pemanfaatan blockchain memungkinkan transaksi data dilakukan secara terdesentralisasi secara real-time dengan konsep distributed ledger.

Direktur Wholesale Banking PermataBank Darwin Wibowo mengatakan, adopsi blockchain merupakan langkah PermataBank untuk menjawab kebutuhan nasabah melalui digitalisasi berbagai layanannya dan menavigasi sistem pembayaran nasional dengan teknologi.

Tak kalah penting, selama ini ia menilai transaksi trade finance kerap dilakukan secara konvensional sehingga kurang efisien dan membutuhkan waktu lama. Prosesnya semakin rumit ketika pandemi Covid-19 terjadi. Pembatasan sosial dan aktivitas berdampak terhadap terhambatnya prosedur transaksi.

Menurutnya, implementasi blockchain akan mempermudah transaksi perdagangan global hingga kebutuhan penerbitan letter of credit (L/C). Dengan keunggulan yang dimilikinya, blockchain dianggap mampu menghemat waktu transaksi, meminimalisasi risiko penipuan, dan menyederhanakan proses kompleks yang selama ini menjadi tantangan besar dalam transaksi trade finance.

“Tak cuma itu, teknologi blockchain akan memperluas jangkauan layanan PermataBank. Nasabah trade finance juga dapat bertransaksi tanpa harus datang ke kantor cabang PermataBank,” ungkap Darwin.

Sementara itu, CEO Contour Carl Wegner menambahkan, perdagangan global berperan penting terhadap perekonomian Indonesia. Akan tetapi, transaksi trade finance yang selama ini dilakukan secara manual menghambat pertumbuhan perdagangan. Maka itu, keterlibatan Contour dalam fasilitas trade finance di PermataBank diharapkan dapat membuka akses ke komunitas di seluruh dunia.

Teknologi transformatif untuk perdagangan

Berdasarkan laporan 2020 Global Trade Survey yang dirilis International Chamber of Commerce, kegiatan perdagangan dan pembiayaan perdagangan (trade finance) di dunia tengah di ambang ketidakpastian akibat Covid-19.

Berdasarkan hasil survei terhadap 346 bank dari 85 negara di dunia, responden mengungkapkan kekhawatirannya akan penurunan pertumbuhan transaksi trade finance. Kendati demikian, responden justru menilai kegiatan lockdown dan WFH justru mempercepat transisi perdagangan ke platform digital, yang mana salah satunya melalui teknologi blockchain.

2020 Global Trade Survey / International Chamber of Commerce
2020 Global Trade Survey / International Chamber of Commerce

Sebanyak 54% responden mengaku teknologi transformatif menjadi area prioritas pengembangan dan fokus strategis mereka dalam jangka pendek karena mereka ingin mengamankan pertumbuhan di masa depan. Menurut responden, teknologi digital dapat memacu peluang transformasi lebih besar di industri keuangan global yang selama ini masih identik dengan proses manual berbasis kertas.

Dalam tulisannya, Head of Trade and Supply Chain R3 Alisa DiCaprio menyebutkan bahwa kegiatan trade finance termasuk yang paling sulit untuk dimodernisasi. Pasalnya, proses transaksinya selama ini masih melibatkan banyak proses manual berbasis kertas yang dinilai tidak cocok lagi di era digital. Berdasarkan data Asian Development Bank (ADB), hampir $1,5 triliun pengajuan pembiayaan perdagangan ditolak karena inefisiensi.

Ia menilai blockchain memiliki hasil nyata dalam mengurangi biaya, risiko, dan potensi penundaan bagi pihak yang terlibat dalam transaksi pembiayaan perdagangan. Jika diimplementasi secara efektif, blockchain dapat berpotensi membuka peluang $1,5 triliun dalam pembiayaan perdagangan global.

Application Information Will Show Up Here

Mendorong Implementasi “Open API” Perbankan di Indonesia

Dengan semakin maraknya saluran dan aplikasi digital di sektor finansial, generasi modern sekarang sudah jarang mengunjungi cabang bank lokal untuk memenuhi kebutuhan finansial mereka. Masyarakat ingin mengakses layanan perbankan bukan di mana bank berada, tetapi di mana mereka berada. Perbankan kini berinovasi dengan customer journey dan multi-channel yang semakin modern.

Kemunculan permintaan baru ini, dikombinasikan dengan kemunculan teknologi perangkat lunak yang semakin inovatif, menciptakan bentuk keuangan baru yang disematkan melalui application programming interfaces (API) yang memungkinkan layanan bank dan data konsumen terintegrasi pada aplikasi pihak ketiga.

Pengamat ekonomi INDEF Nailul Huda menyampaikan bahwa open API sebenarnya bukan barang baru dalam ekosistem keuangan global namun masih baru di ekosistem keuangan di Indonesia. Lalu, mengapa open API menjadi penting dalam evolusi sektor perbankan?

Implementasi open API perbankan

Pada tahun 2010, pembuat kebijakan Inggris dan Eropa membuat peraturan yang mewajibkan bank untuk membuka data dan layanan kepada pihak ketiga secara aman untuk mendorong inovasi yang akan mengubah dan menciptakan produk keuangan yang lebih baik bagi konsumen. Hal ini menghasilkan investasi yang lebih besar di ekosistem fintech, karena banyak pengusaha dan investor mengambil kesempatan untuk melakukan revolusi perbankan dengan dukungan infrastruktur yang ada.

Inisiatif ini juga disebut open banking atau perbankan terbuka, yang dikeluarkan di Inggris dengan peraturan Perbankan Terbuka Inggris dan di benua Eropa dengan Petunjuk Layanan Pembayaran 2 (PSD2). Beberapa pemimpin industri memahami potensi bisnis yang menarik, tetapi tidak sedikit yang memilih untuk mempertahankan status quo.

Source: BLUEPRINT SISTEM PEMBAYARAN INDONESIA 2025
Source: Blueprint sistem pembayaran Indonesia 2025

Di Indonesia sendiri, pengembangan open banking melalui API telah diimplementasi oleh beberapa bank, termasuk BCA, BRI, Permata Bank, BNI, CIMB Niaga, dan Mandiri.

Tahun 2016 menjadi momen awal perbankan membuka diri ke ekosistem dalam bentuk API. Saat itu, BCA, melalui Finhacks 2016, sebuah upaya percepatan inovasi digital Indonesia di bidang financial technology (fintech). Hal ini bertujuan untuk memperkenalkan ketersediaan API ke komunitas pengembang di Indonesia.

Selanjutnya, BRIAPI memungkinkan konsumen bisnis melakukan transaksi dan mengakses informasi mengenai produk-produk BRI langsung dari aplikasi, mulai dari fitur pembayaran lewat virtual account dan Direct Debit, fitur isi ulang saldo BRIZZI, hingga fitur pengecekan lokasi Kantor Cabang dan lokasi E-Channel BRI. Di sisi internal perusahaan, open API BRI juga memudahkan proses pengecekan saldo dan mutasi rekening bisnis, hingga melakukan transfer baik menuju rekening BRI maupun bank lainnya.

Salah satu BUMN yaitu Bank Mandiri belum lama ini juga mengenalkan layanan Mandiri Application Programming Interface (API) yang menyasar pasar pelaku bisnis digital, seperti financial technology (fintech) dan e-commerce, yang sedang tumbuh di Indonesia. Mandiri API memiliki 13 fitur sandboxing serta 3 fitur by call untuk top up e-money, direct debit, dan seller financing. Platform ini dapat diakses oleh pelaku bisnis digital untuk mencari informasi produk, melakukan pengembangan dan uji coba, serta integrasi produk dan layanan perbankan Bank Mandiri langsung melalui situs ataupun aplikasi mereka.

Selain itu, open API juga bisa mempecepat proses interlink antar perbankan dan layanan jasa keuangan lainnya seperti fintech pembayaran, fintech p2p lending, ataupun jenis fintech lainnya.

Sejumlah bank juga secara progresif menjalin kolaborasi dengan fintech. Sejak tahun 2018, BRI sudah memulai kerjasama dengan menyalurkan pendanaan melalui platform fintech Investree dan Modal Rakyat. Startup fintech Modalku juga telah bekerja sama dengan Bank Sinarmas sebagai bank kustodian yang akan berwenang untuk menampung dana pemberi pinjaman untuk bisa meningkatkan keamanan dan transparansi dana.

Pada dasarnya, implementasi open API di Indonesia bertujuan sama. Menyongsong era ekonomi digital dan inklusi finansial. Diharapkan dengan tersedianya berbagai fitur ini akan mendorong terjadinya perubahan besar di ekosistem perbankan nasional.

Pandemi picu akselerasi digital dan keterbukaan

Menurut survei yang diadakan Comscore bertajuk “COVID-19 and its impact on Digital Media Consumption in Indonesia”, tertera data-data tentang jumlah pengguna internet yang semakin meningkat di masa pandemi. Masyarakat mulai mengurangi interaksi dan transaksi langsung, serta lebih memilih untuk mencukupi segala kebutuhan secara daring.

Semakin berkembangnya sektor e-commerce yang menjadi lokomotif industri digital di Indonesia telah memicu perbankan untuk mendorong adopsi Open API yang lebih masif.

Dengan adanya API, nantinya konsumen yang melakukan pembelian produk di market place dapat memilih opsi kanal pembayaran dari transfer virtual account. Market place yang bekerja sama dengan payment gateway menyediakan opsi pembayaran, yang nantinya akan terjadi pertukaran data dari kedua belah pihak dan terhubung ke bank sebagai penyedia uang elektronik.

Dengan masa depan indah yang diproyeksikan melalui implementasi open API, kenyataannya masih banyak perbankan yang belum berbenah menghadapi era digitalisasi dan adanya disrupsi yang ditimbulkan oleh pelaku layanan jasa keuangan innovative seperti fintech. Akibatnya proses perkembangan open API masih terhambat.

Tantangan yang dihadapi

Dalam pengembangannya, teknologi open banking di Indonesia kerap mendapat pandangan pesimis dari beberapa pihak. Pasalnya teknologi ini memungkinkan terjadinya tindakan moral hazard yang bisa mengancam aspek perlindungan konsumen. Aspek ini merupakan pedoman yang harus diutamakan bagi industri jasa keuangan dalam berbisnis.

Sudah sewajarnya perbankan sangat berhati-hati dalam masalah tata kelola data, hal ini kerap menjadi alasan mereka belum siap untuk menghadapi perbankan era digital dan keterbukaan informasi. Salah satu alasannya memang sistem keamanan data yang dimiliki perbankan [terutama bank kecil dan bank daerah] yang belum memadai. Ada rasa khawatir yang besar akan terjadinya penyalahgunaan data.

Dalam hal ini, regulator memiliki peran kunci yang harus segera dipentaskan –  standardisasi API kemungkinan akan menjadi syarat utama kesuksesan. Sebaliknya, kurangnya standar umum akan menghambat kemajuan dan menambah beban.

Anton Himawan, Head of Digital Business Development Bank CIMB Niaga, mengatakan, “Di antara tantangan yang dihadapi perbankan yaitu belum adanya aturan baku tentang implementasi Open Banking, sehingga membuat Bank wajib mengacu pada aturan-aturan yang sudah diterapkan sebelumnya yang mungkin tidak lagi cocok.”

Maka diperlukan sebuah peraturan yang setara undang-undang yang mengatur perlindungan data pribadi. Hingga saat ini Indonesia belum mempunyai UU Perlindungan Data Pribadi yang bisa menjadi pedoman.

“Apabila UU Perlindungan Data Pribadi disahkan maka saya yakin perbankan nasional akan menuju sebuah era baru keterbukaan informasi. Saya rasa peluang penerapan open banking akan semakin kajadian apabila UU Perlindungan Data Pribadi disahkan,” tambah Nailul.

Masa depan open API

Pada akhir bulan Juli lalu, Bank Indonesia (BI) mengumumkan akan mengeluarkan standar Open Application Programming Interface (API) untuk mendorong kolaborasi perbankan, dan perusahaan teknologi finansial (fintech). Kolaborasi perbankan dan fintech melalui standar Open API diharapkan dapat mewujudkan ekosistem layanan keuangan yang inklusif.

Standar Open API dibutuhkan untuk mendorong adopsi open banking yang mendukung tercapainya layanan pembayaran yang efisien, aman, dan handal;  meningkatkan inovasi dan kompetisi; mendorong inklusi keuangan termasuk pembiayaan kepada UMKM; mengurangi risiko shadow banking; serta mendorong terciptanya ekosistem Open API yang berintegritas.

Penerapan standar open API ini akan dilakukan secara bertahap mempertimbangkan keberagaman dalam industri sistem pembayaran di Indonesia. Tahapan tersebut disebutkan akan dilakukan baik dari sisi pelaku maupun waktu implementasi, dengan mempertimbangkan aspek ukuran dan kompleksitas bisnis.

“Kami melihat pada akhirnya Open Banking akan menjadi sebuah keharusan bagi industri perbankan. Ke depan, kompetisi terkait Open Banking tidak hanya terkait fitur dan ketersediaan teknologi, yang lebih penting adalah bagaimana pihak-pihak yang berkolaborasi dapat memanfaatkan Open Banking secara maksimal baik dari sisi layanan maupun model bisnis yang tepat bagi masyarakat,” ujar Anton.

 

Bank Permata Jadi “Lender” Institusional Kredivo, Salurkan 1 Triliun Rupiah

Kredivo mengumumkan kerja sama dengan Bank Permata sebagai lender institusional terbarunya. Bank Permata akan menyalurkan pinjaman sebesar Rp1 triliun untuk konsumen Kredivo. Angka ini diklaim sebagai penyaluran terbesar oleh bank untuk fintech di Indonesia.

Kepada DailySocial, CEO Kredivo Akhsay Garg mengonfirmasi bahwa komitmen yang diberikan kepada Kredivo adalah sebagai lender institusional, bukan sebagai investor.

Sebagai perusahaan dengan produk kartu kredit digital, maka ada dua kantong pendanaan yang mereka terima. Pertama, pendanaan untuk disalurkan kembali (lender institusi). Kedua, pendanaan untuk pengembangan perusahaan.

“Kami ada 10 lender institusi, tiga di antaranya adalah bank dari Indonesia. Sisanya, adalah fund dari luar negeri, salah satunya adalah Partners for Growth,” kata dia, Rabu (27/11).

Secara bersamaan, Akhsay juga menolak berkomentar jauh tentang rumor pendanaan yang diterima dari Mirae Asset Management untuk putaran Seri C. Menurutnya itu hanya rumor, yang persentasenya sangat kecil bila benar terjadi.

Mendapatkan kepercayaan dari Bank Permata dengan nominal komitmen yang besar, tentu bukan barang mudah. Komisaris Kredivo Umang Rustagi menerangkan pihaknya selalu senantiasa meningkatkan kredibilitas dan sistem back end sesuai dengan standar bank.

“Semua standar kami harus align dengan standar bank. Kita bisa meyakini Bank Permata untuk menemui standar yang mereka pakai,” katanya.

Direktur Ritel Bank Permata Djumariah Tenteram mengatakan, dalam menjalankan tugasnya sebagai intermediary, pihaknya melihat Kredivo punya platform digital yang bagus dan kerangka manajemen krisis yang kuat.

Menurutnya, kerja sama seperti ini adalah model bisnis baru bagi bank, bukan sekadar dorong performa yang bagus dan laba yang tumbuh saja. Bank harus tetap mengutamakan prinsip kehati-hatian, terutama saat memilih mitra fintech.

“Kami lakukan assessment yang cukup dalam, untuk melihat bagaimana mereka memroses, analisa, dan verifikasi. Dari situ kami dapat kesimpulan, bisa bekerja sama dengan Kredivo.”

Pengembangan produk berikutnya

Kepada DailySocial, Co-Founder & CTO Kredivo Alie Tan mengungkapkan perusahaan akan bekerja sama dengan pemain e-wallet terbesar untuk menghadirkan produk paylater. Nanti, pengguna e-wallet tersebut bisa menggunakan limit kredit mereka di Kredivo untuk pembayaran transaksi di manapun.

Di samping itu, perusahaan akan permudah akuisisi pengguna baru Kredivo tanpa harus mengunduh aplikasi buat registrasinya. Caranya dengan mendaftar langsung dari aplikasi merchant, misalnya dari situs e-commerce yang sudah bekerja sama.

“Nanti di aplikasi e-commercenya bisa langsung daftar Kredivo, nanti proses approval-nya di kita secara real time,” tutur Alie.

Alie masih enggan membeberkan lebih lanjut terkait dua produknya tersebut. Dia memastikan secara produk ini sudah live dan bisa dipakai, untuk pengumuman resminya akan dilakukan pada bulan Desember ini.

Pada kuartal akhir ini, dia mengaku perusahaan tetap memfokuskan pada penguatan sistem yang lebih seamless buat konsumen. Baik itu saat registrasi, transaksi, dan repayment.

“Tujuan kami bukan buat something cool, tapi buat user gampang pakai aplikasi kita. Sekarang registrasi di Kredivo hanya butuh 1 menit dari dua menit awalnya,” pungkas Alie.

Tidak disebutkan pencapaian teranyar untuk Kredivo sejauh ini. Dalam 18 bulan terakhir, nilai transaksi dan penyaluran pinjaman di Kredivo, masing-masing tumbuh 40% dan 35% untuk per kuartalnya. Diklaim perusahaan telah melayani jutaan pengguna di seluruh Indonesia.

Kredivo dapat dipakai untuk belanja lebih dari di 500 merchant online dan juga offline. Fitur merchant offline ini baru tersedia untuk pengguna yang berdomisili di Jabodetabek.

Application Information Will Show Up Here

Bank Permata Rilis Aplikasi Mobile Banking Terbaru “PermataMobile X”

Bank Permata merilis aplikasi mobile banking baru “PermataMobile X” demi merespon perkembangan teknologi yang pesat dan gaya hidup masyarakat yang serba mobile. Nasabah secara perlahan akan didorong untuk migrasi dari aplikasi Permata Mobile versi lama yang akan ditutup seiring berjalannya waktu.

Direktur Utama Bank Permata Ridha DM Wirakusumah mengatakan, PermataMobile X bukan hanya sekadar persembahan teknologi digital tetapi merupakan solusi utama dalam melayani nasabah. Aplikasi ini didesain kurang lebih selama 1,5 tahun berdasarkan masukan nasabah bagaimana pengalaman ber-banking dan memberikan customer experience yang optimal.

“Kami senantiasa berinvestasi di platform ini secara berkelanjutan dengan menempatkan teknologi yang tepat dan sesuai untuk mewujudkan aspirasi kami menjadi bank yang simple, fast, dan reliable,” terangnya, Rabu (1/8).

Chief Information Officer & Direktur Technology & Operation Bank Permata Abdy D Salimin menambahkan, PermataMobile X selain menjadi ajang perbankan untuk mengakuisisi nasabah baru, pihaknya dapat menambah channel penjualan berbagai produk keuangan. Nilai investasi IT yang disiapkan Bank Permata akan dikencangkan seiring hadirnya aplikasi terbaru tersebut. Sayang Abdy enggan menyebutkan detail angkanya.

“Sekarang kita tidak hanya fokus ke service atau payment saja, tapi sudah merambah ke sales. Misalnya bisa buat rekening secara online, beli produk reksa dana, mengajukan pinjaman, dengan demikian penjualan bisa bertambah,” kata Abdy.

Terkait rencana penutupan aplikasi versi lama, menurut Abdy, perbankan akan mulai secara bertahap migrasi nasabah. Diklaim dari total dua juta nasabah Bank Permata, lebih dari 600 ribu di antaranya adalah pengguna Permata Mobile. Oleh karena itu, perbankan tidak bisa langsung memaksa mereka semua untuk beralih.

“Kalau langsung ditutup [Permata Mobile], nanti nasabah bisa marah-marah. Makanya kita kasih masa transisi, akan terus monitor dulu sampai nasabah sudah siap. Nanti baru dihapus aplikasi yang lamanya.”

Perjalanan teknologi digital Bank Permata

Sebelum akhirnya meresmikan aplikasi baru, dalam presentasinya Abdy menerangkan Bank Permata konsisten melakukan pengembangan teknologi digital tak hanya untuk nasabah tapi juga dalam operasional internal bank itu sendiri selama 1,5 tahun belakangan.

Beberapa di antaranya adalah Touch id, Face id, Voice id, buka rekening secara online, beli/jual SBN, obligasi, dan reksa dana. Kemudian untuk nasabah SME dan wholesale, ada inovasi API banking, digital value chain, dan digital loan processing. Beberapa inovasi tersebut diklaim pertama kalinya dilakukan oleh bank di Indonesia.

“Kami juga memiliki data lake, sebuah big data yang berisi masukan dari konsumen. Kami bisa mendapatkan masukan untuk pengembangan produk berikutnya. Big data ini masih baru, kami akan investasi lebih banyak di sana.”

Sejak meluncurkan aplikasi Permata Mobile, layanan ini diklaim telah diakses hingga 56 juta kali untuk login saja, atau naik 77% secara year-on-year (yoy). Sebanyak 165 juta kali transaksi (naik 87%) dengan nominal dana Rp1.224 triliun (naik 11%), dilakukan secara digital. Bila dirinci lebih jauh, nominal tersebut berasal dari pembelian deposito berjangka (36%), tabungan (25%), reksa dana (18%), dan obligasi (11%).

Tampilan UI/UX PermataMobile X

PermataMobile X diklaim memiliki lebih dari 200 fitur dalam aplikasi, beberapa di antaranya sudah hadir dalam Permata Mobile. Ada juga pengembangan baru, termasuk melihat akun dalam satu layar (Single Customer View), mutasi transaksi hingga 12 bulan untuk semua akun, transfer dana ke nomor ponsel, dan sebagainya.

“PermataMobile X tidak hanya untuk nasabah, sebab ke depannya yang non nasabah pun bisa mengajukan KTA dan kartu kredit secara online lewat aplikasi ini,” tutup Abdy.

Bank Permata rencananya akan meluncurkan inovasi pembukaan rekening baru, kartu kredit, dan QR code untuk alternatif metode pembayaran. Aplikasi ini sudah bisa diunduh, baik untuk versi Android maupun iOS.

Application Information Will Show Up Here

Bank Permata Layani Pembukaan Rekening Lewat Aplikasi, Implementasi Penuh E-KYC

Bank Permata meluncurkan fitur pembukaan rekening dalam aplikasi Permata Mobile, agar semakin sejalan dengan perkembangan teknologi finansial sekaligus menarik calon nasabah baru.

“Inovasi ini dipersiapkan dalam rangka meningkatkan pelayanan kami pada para calon nasabah dan nasabah di era digital ini. Dengan aplikasi, kami dapat memberikan pelayanan yang mudah, terjangkau dengan proses pembukaan yang cepat melalui smartphone,” ucap Head, Wealth Management, Retail Liability Product & E-Channel Bank Permata Djumariah Tenteram kepada DailySocial.

Menurutnya, dalam meluncurkan layanan ini perusahaan mempersiapkan produk tabungan yang didesain khusus karena dapat dibuka secara online lewat aplikasi Permata Mobile. Terdapat pula sejumlah promosi berupa cashback jika melakukan transaksi online di situs e-commerce.

Perusahaan telah terintegrasi dengan sistem Direktorat Jenderal Kependudukan dan Pencatatan Sipil (Dukcapil) agar proses verifikasi nasabah jadi lebih cepat dan ringkas. Nasabah bisa memilih dua opsi untuk e-KYC, apakah ingin melakukan video call via WhatsApp dengan agen Bank Permata atau mendatangi kantor cabang.

Untuk proses pembukaan rekening baru, nasabah tinggal mengunduh aplikasi Permata Mobile dan klik tombol “Buka Rekening” di tampilan mukanya. Apabila nasabah sudah terdaftar sebagai nasabah kartu debit Bank Permata, proses pembukaan hanya memakan waktu sampai tiga langkah.

Nasabah hanya diperlukan mengisi nomor kartu debit sebelumnya, memasukkan tanggal lahir, verifikasi nomor ponsel, dan memberi tahu tujuan pembukaan rekening. Berikutnya, nasabah akan menerima dua jenis kartu, digital dan fisik. Kartu fisik bakal dikirim ke alamat yang terdaftar di Bank Permata.

Nasabah bisa langsung mengaktifkan kartu segera dengan login ke aplikasi. Setelah diakftifkan, seluruh rekening pada kartu lama akan terhubung ke kartu debit yang baru.

Bagi nasabah baru dibutuhkan setidaknya beberapa informasi lain yang perlu dimasukkan, mulai dari kode pos sesuai e-KTP, tujuan penggunaan dana rekening, sumber dana, pendapatan per bulan, nomor ponsel, pekerjaan dan jabatan, nama perusahaan, dan sebagainya.

Nasabah bisa meminta kartu debit dikirimkan ke alamat yang tertera sesuai e-KTP, domisili, atau kantor. Untuk verifikasi akhir, nasabah bisa memilih cara aktivasi via WhatsApp Video Call atau datang ke cabang paling lama satu minggu setelah pengajuan dilakukan.

Dengan cara ini, Djumariah optimis perusahaan dapat mendongkrak jumlah pertumbuhan akuisisi rekening secara signifikan.

Selain melayani pembukaan kartu debit, Bank Permata juga menghadirkan pelayanan kartu kredit dalam aplikasi. Sebelumnya, Bank Permata memperkenalkan layanan Voice ID yang mengadopsi teknologi pemindai suara Voice Biometrics. Solusi tersebut bisa dimanfaatkan saat nasabah melakukan panggilan telepon melalui contact center Bank Permata yang disebut PermataTel, dapat memvalidasi suara dalam hitungan 10 detik.

Direktur Teknologi dan Operasi Bank Permata Abdy Salimin menuturkan sepanjang tahun ini perusahaan akan giat meluncurkan sejumlah inovasi terbaru agar tetap sejalan dengan perkembangan zaman dan nasabah.

Application Information Will Show Up Here

Bank Permata Perkenalkan Fitur Voice ID, Percepat Layanan Perbankan ke Nasabah

Bank Permata memperkenalkan layanan inovatif Voice ID yang mengadopsi teknologi pemindai suara Voice Biometrics untuk meningkatkan layanan perbankan kepada nasabahnya.

Voice Biometrics merupakan teknologi mesin pintar (machine learning) yang menggunakan pola suara untuk menghasilkan identifikasi unik dengan menggunakan lebih dari 50 faktor suara fisik dan perilaku.

Karakteristik perilaku ini meliputi pengucapan, penekanan, kecepatan bicara, aksen, dan sebagainya. Sementara karakteristik fisik mencakup sifat fisik khas saluran vokal, saluran hidung, dan sebagainya.

Solusi tersebut hadir saat nasabah melakukan panggilan telepon melalui contact center Bank Permata, yang disebut PermataTel. Sistem akan memvalidasi suara dalam hitungan 10 detik.

Dengan demikian, proses verifikasi manual yang sebelumnya memakan waktu 2 menit kini terpangkas hanya 45 detik, tanpa nasabah perlu menjawab begitu banyak pertanyaan yang merepotkan. Diklaim tingkat akurasinya mencapai 99%, dibandingkan dengan metode manual sekitar 72%.

“Kita mulai banyak investasi ke teknologi karena fokus kami ingin terus memperbaiki consumer experience, bagaimana bisa lebih mudah dan reliable. Teknologi yang kami perkenalkan sudah berdasarkan manajamen risiko yang selalu kami perhatikan, mengingat saat ini makin banyak serangan siber,” ucap Direktur Teknologi dan Operasi Bank Permata Abdy Salimin, Kamis (8/3).

Menurut Abdy, layanan Voice ID ini melengkapi rangkaian layanan berbasis teknologi yang dimiliki oleh Bank Permata, yakni Finger ID dan Facial ID. Ketiga layanan ini diharapkan bisa permudah nasabah dalam berinteraksi dengan perbankan. Pihaknya mengaku sepanjang tahun ini akan ada beberapa inovasi teknologi lainnya yang akan diumumkan untuk dukung ambisi perusahaan dalam meningkatkan layanannya.

Cara kerja Voice ID

Untuk nasabah yang pertama kali ingin menggunakan layanan Voice ID, pemindai sidik suara akan mulai merekam percakapan dengan petugas selama 40 detik. Ini dengan catatan percakapan berada dalam kondisi normal, tidak ada suara bising.

Mesin akan merekam dan mempelajari karakteristik suara nasabah secara bertahap, setiap kali nasabah tersebut menghubungi PermataTel. Menurut Head of Service Quality, OPEC & Contact Center Gunawidjaja, mesin membutuhkan kurang lebih tiga sampai lima kali nasabah menghubungi contact center hingga akhirnya verifikasi bisa mencapai 100%.

“Mesin akan semakin pintar setiap kali nasabah menghubungi PermataTel, semakin cepat juga mengenali suara nasabah. Secara teknologi on paper-nya, Voice Biometric memiliki tingkat akurasi hingga 99%,” terang Gunawidjaja.

Mesin pintar akan menjamin keamanan karena bisa mengenali suara yang bukan suara nasabah, sehingga dapat mencegah tindakan negatif.

Dalam pengembangan seluruh teknologi ini, perusahaan memanfaatkan teknologi yang dimiliki oleh pihak ketiga sebagai mitra teknologi. Hanya saja, pihaknya enggan membeberkan lebih jauh identitas mitranya tersebut. Disebutkan perusahaan tersebut adalah perusahaan global yang berbasis di Amerika Serikat.

Sepanjang tahun lalu, PermataTel menerima lebih dari 2,3 juta sambungan telepon dari nasabah, di mana sekitar 70%-nya dilayani oleh petugas, sedangkan sisanya dilayani oleh mesin swajawab IVR (Interactive Voice Response).

Saat ini Bank Permata memiliki 2 juta nasabah yang tersebar di 62 kota di Indonesia per tahun lalu. Terkait pengembangan teknologi, Bank Permata telah meluncurkan produk elektronik obligasi yang dapat diakses lewat aplikasi mobile.

Industri “Gaming”: Digemari Tapi Sulit Dimodali

Industri game masih dianggap menjadi barang asing di mata pemain jasa keuangan, mulai dari perbankan hingga modal ventura. Jangan heran jika jumlah pembiayaan modal kerja bagi industri ini masih minim. Kalaupun ada, jumlahnya masih bisa dihitung dengan jari. Gaming Industry harus mengandalkan modal dari pihak asing untuk terus mengembangkan usahanya.

Bisnis game yang memiliki faktor X (faktor ketidakpastian) dianggap menjadi titik lemah bagi pemain jasa keuangan lokal. Ketidakpastian yang dimaksud adalah meski produk sudah dibuat sesuai riset pasar dan memakai talenta berbakat, masih ada kemungkinan besar untuk gagal.

Keunikan dan ketidakpastian pasar dan keuntungan membuat hanya sedikit pemodal yang berani terjun. Beberapa nama perusahaan modal ventura lokal yang sudah berinvestasi di perusahaan game adalah Ideosource dan Maloekoe Ventures. Untuk modal ventura asing ada Discovery Nusantara Capital (DNC).

Berbeda dengan perbankan, pembiayaan melalui Modal Ventura dilakukan melalui penyertaan saham. Jadi, modal tunai disuntikkan dan ditukar dengan sejumlah saham kepemilikan.

Kisah investasi di startup gaming

Ideosource pernah berinvestasi putaran seri A untuk perusahaan game lokal Touchten dengan nilai yang dirahasiakan di 2011. Investasi tersebut adalah kick off Ideosource sejak pertama kali berdiri. Meski nilai investasi tidak disebutkan, namun kisaran nilai investasi seri A US$1 juta-US$4 juta (Rp13 miliar-Rp52 miliar). Seluruh sumber dana investasi yang digunakan Ideosource berasal dari dana keluarga lokal dengan nama dirahasiakan.

Touchten Games dapatkan pendanaan untuk kembangkan industri

Managing Director Ideosource Andi S Budiman menuturkan pihaknya memilih Touchten sebagai investasi perdana karena pada saat itu baru Touchten satu-satunya yang memiliki mobile game dengan jumlah unduhan lebih dari 1 juta kali. Hal ini melatarbelakangi Ideosource untuk berkeyakinan bahwa Touchten memiliki kemampuan untuk mengembangkan bisnisnya lebih besar.

Founder Touchten punya trik tersendiri untuk membuat perusahaan mampu bertahan. Salah satunya berkolaborasi dengan brand terkenal, dengan menggabungkan variasi game dari digital sampai kartu berbentuk fisik. Lalu dipasarkan dengan penggabungan online dan offline (O2O).

“Dari situ kami berkeputusan bahwa perusahaan ini punya up side bisnis yang tinggi. Benar kejadian tiga tahun kemudian, saat mereka berhasil mendapat investor dengan nilai valuasi 7 kali lipat dari saat kami masuk,” kata Andi.

Touchten terhitung menjadi perusahaan game lokal teraktif yang mendapatkan pendanaan dari investor. Namun seluruhnya berasal dari asing, yakni perusahaan teknologi konglomerat Jepang Cyber Agent Ventures, perusahaan animasi Jepang TMS Entertainment, private equity UOB Venture Management, perusahaan mobile game Jepang Gree, modal ventura Amerika Serikat 500 Startups, dan DNC.

Modal ventura asing yang terhitung menjadi investor teraktif berinvestasi di perusahaan game lokal adalah DNC. Ada tiga perusahaan game lokal yang masuk ke dalam portofolio DNC, yaitu Touchten, Toge Productions, dan Arsanesia.

DNC fokus ke investasi tahap awal (seed stage). Biasanya besaran nilai investasi dalam tahap ini US$50 ribu-US$1 juta (Rp650 juta-Rp13 miliar). DNC adalah perusahaan patungan antara Hangzhou Zhexin IT Co., Ltd. (Zhe Xin IT) dengan Project Discovery Ltd. dan Qomolangma Ltd. yang didirikan September 2016.

DNC didirikan khusus berinvestasi di sektor game di Asia Tenggara, dengan fokus utama di Indonesia.

Tim DNC / DNC
Tim DNC / DNC

Zhe Xin IT adalah anak usaha dari Zhejiang Jinke Entertainment Culture Co., Ltd. Pada awalnya Zhe Xin IT adalah perusahaan game yang berdiri pada tahun 2010. Seluruh dana investasi DNC berasal dari kombinasi antara Limited Partner dan Angel investor.

Sebagai modal ventura yang paham dengan siklus perusahaan game, Managing Partner DNC Irene Umar menjelaskan alasan DNC terjun ke sektor ini. Ia menjelaskan, selain karena ada hubungan dengan afiliasi perusahaan game, juga karena tidak ada modal ventura yang mau fokus investasi ke industri game. Yang terakhir ini, menurut DNC justru sebuah peluang.

Dia menilai DNC memiliki kemampuan transfer pengetahuan dari jaringan investor yang mereka miliki ke para talenta lokal. Hal ini ditambah bonus demografi dan potensi bisnis yang besar. Oiya, yang juga penting adalah para personil DNC gemar bermain game.

“Ketika kami memutuskan bahwa DNC khusus investasi ke game, banyak yang bilang kami itu gila. Sebab pada saat itu, banyak perusahaan game yang tidak tahu bagaimana cara kerja VC [Venture Capital – Red] dan sebagainya. Kami harus melakukan edukasi bahwa VC adalah elemen penting yang sempat hilang pada tahun lalu dalam ekosistem game. Kami pun bangga dapat masuk mengisi kekosongan gap tersebut,” terang Irene.

Dalam mengukur portofolio perusahaan yang akan diinvestasi, ada beberapa parameter keuangan yang dipakai DNC. Di antaranya pendapatan, operating expenditure (opex), arus kas, dan laba bersih. Semua parameter ini dilihat secara historis maupun proyeksi yang harus sesuai dengan rencana bisnisnya.

Intinya, sambung Irene, arah perusahaan harus didorong oleh visi founder yang kemudian diterjemahkan ke dalam rencana bisnis. Tujuannya untuk menentukan langkah apa yang diambil selanjutnya dan sesuai tujuan mereka. “Semuanya akan berakhir ke keuangan mereka. Kuncinya, ada di founder itu sendiri.”

Menurutnya, perusahaan hanyalah kendaraan dan motor penggeraknya berasal dari orang-orang di dalamnya. Oleh karena itu, DNC cenderung melihat secara dekat karakter founder dan mencoba untuk memahami visi mereka, menilai kemampuannya untuk mengeksekusi, dan tingkat kemampuan yang dapat mereka hadapi dalam kesuksesan.

Jadi ide itu sesuatu yang murah karena yang terpenting adalah eksekusi. Menaiki tangga menuju kesuksesan lebih mudah daripada mempertahankannya.

“DNC bercita-cita ingin mendukung perusahaan portofolio kami ke puncak. Tapi akan terserah mereka apakah bersedia untuk tetap melangkah atau tetap di posisi puncak.”

Industri gaming di kacamata perbankan

Pelaku jasa keuangan di Indonesia, baik perbankan maupun modal ventura lokal, masih enggan mempercayakan uangnya di perusahaan game. Alasannya klasik, karena bank menyalurkan dana masyarakat, sehingga perlu rekam jejak perusahaan dan sudah memiliki cash flow yang lancar sebagai jaminan keberlangsungan usaha. Tak ketinggalan, perlu aset fisik sebagai jaminan utamanya.

Presiden Direktur BCA Jahja Setiaatmadja mengaku belum memberikan kredit untuk perusahaan game. Menurutnya, kredit itu prinsipnya adalah menggunakan dana masyarakat untuk membantu masyarakat yang mau berbisnis. Untuk itu perlu ada prinsip bahwa perusahaan tersebut sudah memiliki pengalaman di bisnis tersebut, ada jaminan cukup, referensi bisnis dari temannya.

“Jadi memang ketat [persyaratannya]. Kalau industri kreatif tersebut memenuhi persyaratan akan kita berikan. Sayangnya belum banyak,” tutur Jahja.

SUMBER: BEKRAF
SUMBER: BEKRAF

Meski bukan bergerak di ekonomi kreatif, salah satu perusahaan digital yang pernah ‘lulus’ dan mendapatkan kredit dari BCA adalah Tiket.com. Jahja menuturkan Tiket mendapat kredit sebesar Rp100 miliar dengan mengagunkan laporan keuangan yang diakumulasi selama tiga tahun.

“Tiket.com pakai agunan kok laporan keuangan dan account. Mereka dapat kredit bukan untuk jangka panjang. Mereka itu agak unik karena 80% penjualan mereka melalui channel BCA, untuk kartu kredit, transfer dan lainnya. Fasilitasnya juga lebih banyak sebagai overdraft untuk weekend dan hari libur.”

Bank Mandiri juga berpendapat sama. Perusahaan game dianggap memiliki risiko dan ketidakpastian yang tinggi. Kendati demikian, perseroan terus membuka kemungkinan untuk menjadikan perusahaan game sebagai debitur. Asalkan perusahaan tersebut memiliki kejelasan bisnis, pasar, dan domisili usaha. Malah, perseroan membuka kesempatan kolaborasi B2B untuk para perusahaan game dalam hal sistem pembayaran. Misalnya, co-branding kartu, pembayaran dengan mesin EDC, atau lainnya.

“Bank Mandiri apabila diposisikan sebagai technical aqcuiring, kami bisa bantu. Tidak harus selalu bentuk loan, jadinya ini saling win win,” kata Senior Vice Presiden Bank Mandiri Rahmat Broto Triaji.

Senada dengan Bank Mandiri, Bank Permata berkeyakinan bahwa industri kreatif, terutama digital adalah industri yang mempunyai prospek baik di masa yang akan datang.

“Kami terus mempelajari industri semacam ini dari waktu ke waktu. Bila dipandang layak, maka kemungkinan akan dibiayai,” ucap Direktur Ritel Bank Permata Bianto Surodjo.

Usaha Kuliner, Salah Satu Subsektor Ekonomi Kreatif yang Sudah Mendapat Fasilitas Kredit dari Bank / Shutterstock
Usaha Kuliner, Salah Satu Subsektor Ekonomi Kreatif yang Sudah Mendapat Fasilitas Kredit dari Bank / Shutterstock

Sedikit berbeda dengan BNI. Kendati belum terjun ke perusahaan game untuk memberikan kredit, namun perseroan mengaku akan perlahan-lahan masuk ke sektor industri kreatif. Sejauh ini sektor yang sudah masuk dalam portofolio BNI didominasi oleh kuliner, kerajinan, dan fesyen. Total kredit yang telah disalurkan BNI untuk sektor tersebut sebesar Rp3,5 triliun per Juni 2017 dengan total debitur 5 ribu orang.

“BNI sudah bekerja sama dengan beberapa startup berbasis digital untuk membiayai kegiatan usahanya, antara lain TaniHub dan membiayai penjual yang tergabung dalam [layanan] e-commerce Tokopedia dan Lazada. Skema unik yang akan kami kembangkan ke subsektor lainnya adalah perfilman, desain, dan lainnya,” terang Direktur Perencanaan & Operasional BNI Bob Tyasika Ananta.

Dari data terakhir yang dihimpun Otoritas Jasa Keuangan (OJK), realisasi penyaluran kredit dari perbankan untuk ekonomi kreatif sebesar Rp121 triliun atau 2,87% terhadap total kredit perbankan Rp4.213 triliun sepanjang September 2016.

SUMBER: BEKRAF
SUMBER: BEKRAF

Bagi modal ventura lokal, industri game belum begitu menarik karena bisnisnya yang unik, cenderung riskan untuk dimasuki karena perlu orang yang benar-benar paham dengan industri tersebut.

Wakil Ketua Asosiasi Modal Ventura dan Startup Indonesia (Amvesindo) Donald Wihardja mengatakan tidak banyak investor lokal yang paham dengan siklus bisnis dari perusahaan game. Hal ini yang mengakibatkan banyak perusahaan game lokal akhirnya melarikan diri ke modal ventura asing untuk mendapatkan bantuan pendanaan.

“Karena untuk investasi ke sektor manapun butuh ahli yang paham, sehingga tidak banyak perusahaan game yang menerima funding dari ventura lokal. Buat game itu sama seperti artis yang produksi film, jadi lebih unsur gambling-nya kalau enggak ngerti,” ujar Donald.

Dia menambahkan, di Indonesia itu lebih banyak perusahaan game yang bertindak sebagai publisher, membawa game dari luar untuk dipasarkan di Indonesia. Bagi investor itu bukan sesuatu yang bernilai tinggi karena posisinya mereka hanya menjadi penyokong dana untuk kegiatan pemasaran.

Amvesindo melihat tren modal ventura saat ini lebih banyak yang fokus pendanaan untuk sektor financial technology (fintech) dan layanan e-commerce.

Langkah Bekraf

Untuk menstimulasi industri kreatif, sejak pertengahan tahun ini Bekraf mendapat persetujuan dari pemerintah untuk memberikan dana hibah bersumber dari kantong Bekraf sendiri lewat program Bantuan Insentif Pemerintah (BIP). Bekraf mengalokasikan dana hibah senilai Rp10,8 miliar untuk pelaku usaha yang bergerak di bidang kuliner, aplikasi dan developer game (AGD).

Dreadout Cover
Dreadout Cover

BIP adalah skema bantuan modal nonperbankan berupa penambahan modal kerja dan/atau investasi aktiva tetap yang difasilitasi Bekraf. Besaran dana hibah yang diberikan berkisar antara Rp90 juta sampai Rp200 juta tergantung hasil penilaian.

Dari total applicant yang masuk, Bekraf menyaringnya dan memutuskan ada 34 perusahaan yang menerima dana hibah. Rinciannya terdiri dari 19 perusahaan dari kuliner dan 15 perusahaan dari aplikasi dan developer game. Rata-rata berlokasi di Pulau Jawa, Makassar, dan Balikpapan. Beberapa nama perusahaan game yang mendapat BIP adalah Ekuator Games (kreator game PC Celestian Tales), Digital Semantika Indonesia (kreator game PC DreadOut).

“Kita bayarkan 40% dari nilai assesment, lalu dievaluasi untuk kemudian ditentukan pencairan berikutnya. Evaluasi itu dilakukan pada November 2017,” ujar Deputi Infrastruktur Bekraf Hari Sungkari.

Tak berhenti di sini, Bekraf akan melanjutkan program ini pada tahun depan. Hanya saja Hari enggan menyebutkan nominal dana hibah yang diajukan ke pemerintah. Lewat inisiasi nyata lewat BIP ini diharapkan bisa menimbulkan efek domino di industri jasa keuangan dan membuka mata tentang nyatanya potensi industri game di Indonesia. Kita tunggu kabar-kabar baik ke depannya.

M Cash Creates Enterprise Partnership Program to Support Digital Kiosk Marketing

Digital kiosk provider M Cash push its business performance by launching M Cash Partnership Program targeting enterprise player to market digital kiosk machine in their area.

The partnership aims to enrich kinds of services and products offered by enterprise players, for them to follow the rapid growth of digital and e-commerce business in Indonesia.

This program allows enterprise partners to market their digital products in each business areas by offering electronic, (Electricity) PLN, multifinance, cable TV, transportation ticket, entertainment, attraction rides, games and restaurant vouchers.

A unique feature of M Cash digital is the ability to produce physical card such as telco starter pack, e-toll and gift cards.

“We see this program as an innovation to tighten the competitive act of enterprise players in order to develop more and stay relevant in the growth of market interest,” said Martin Suharlie, M Cash’s President Director, on Tuesday, (12/6).

In its implementation, M Cash offers two partnership packages called “Paket Kios Grosir”. For a mini kiosk package, including a slot of card dispenser up to 200 cards, is offered at 30 million rupiahs. For a large-scale kiosk package with 4 slots of card dispenser up to 200 cards per slot is offered at 75 million rupiahs.

In financing, M Cash team up with Bank Permata as banking partner. With 2,5 million seed funding, enterprise partners can start digital kiosk business. The loan interest rate is 9.0% per year through Public’s Business Credit (KUR) scheme up to three years tenor.

“The program along with Bank Permata vision to be a pioneer in providing innovative financial solution for Indonesians. We will continue to explore all synergi potential with numerous partners to optimize Bank Permata’s intermediate function for all business players,” Bianto Surodjo, Bank Permata’s Retail Director, said.

Besides Bank Permata, M Cash also announces partnership with Pos Indonesia to provide digital box/locker service starting next year. Charles Sitorus, Pos Indonesia’s Information and Technology’s Director explained through this service, companies are expected to provide faster and efficient delivery service.

It will be easier for consumers. For the digital box, is not only available in public companies, but also in various locations which easier to find. It has flexibility to be developed into a daycare in public places such as shopping centers.

“Therefore, looking at the potential, Pos Indonesia set this service as a strategic innovation in adopting digital era development in Indonesia and strengthening company’s network and services in the future,” said Sitorus.

Pos Indonesia currently has 58,700 service points and 4,700 post offices all around Indonesia.


Original article is in Indonesian, translated by Kristin Siagian

M Cash Buat Program Kemitraan UMKM Dorong Pemasaran Kios Digital

Perusahaan penyedia mesin kios digital, M Cash, memacu kinerja bisnisnya dengan meluncurkan Program Kemitraan M Cash yang menyasar pelaku UMKM untuk memasarkan mesin kios digital di lokasi usaha mereka.

Program kemitraan ini bertujuan untuk memperkaya ragam layanan dan produk yang ditawarkan pelaku UMKM, sehingga mereka dapat ikut menikmati pertumbuhan bisnis digital dan e-commerce yang sedang pesat di Indonesia.

Dengan program ini, mitra UMKM dapat memasarkan produk digital di lokasi usaha masing-masing dengan menawarkan voucher elektronik, PLN, multifinance, TV berbayar, tiket transportasi, e-voucher hiburan, wahana atraksi, permainan, hingga restoran.

Fitur unik yang dimiliki kios digital M Cash adalah kemampuan mengeluarkan kartu fisik, seperti kartu perdana telco (starter pack), kartu e-toll, dan gift card.

“Kami memandang program ini adalah salah satu bentuk inovasi yang dapat memperkuat daya saing pelaku UMKM agar dapat lebih berkembang dan terus relevan dengan perkembangan selera pasar,” ujar Direktur Utama M Cash Martin Suharlie, Selasa, (6/12).

Dalam implementasi program ini, M Cash menawarkan dua paket kemitraan yaitu “Paket Kios Mini” dan “Paket Kios Grosir”. Untuk Paket Kios Mini, dilengkapi 1 slot card dispenser berkapasitas 200 kartu, ditawarkan dengan harga Rp30 juta. Sementara Paket Kios Grosir dilengkapi dengan 4 slot card dispenser berkapasitas 200 kartu per slot ditawarkan dengan harga Rp75 juta.

Untuk pembiayaannya, M Cash menggandeng Bank Permata sebagai mitra perbankan. Dengan modal awal Rp2,5 juta, mitra UMKM bisa memulai bisnis kios digital. Tingkat bunga pinjaman sebesar 9,0 persen per tahun melalui skema Kredit Usaha Rakyat (KUR) dengan tenor hingga tiga tahun.

“Program ini sejalan dengan visi Bank Permata untuk menjadi pelopor dalam memberikan solusi finansial yang inovatif bagi masyarakat Indonesia. Kami akan terus jajaki semua potensi sinergi dengan banyak mitra untuk mengoptimalkan fungsi intermediari Bank Permata ke seluruh pelaku usaha,” terang Direktur Ritel Bank Permata Bianto Surodjo.

Selain menggandeng Bank Permata, M Cash juga mengumumkan kemitraan dengan Pos Indonesia untuk penyediaan layanan digital box/locker yang akan dimulai pada tahun depan. Direktur Informasi dan Teknologi Pos Indonesia Charles Sitorus menjelaskan lewat layanan ini, perseroan diharapkan mampu memberikan layanan pengiriman yang lebih cepat dan efisien.

Konsumen pun akan lebih dimudahkan. Pasalnya layanan digital box ini tidak hanya tersedia di kantor perseroan saja, namun juga di berbagai macam lokasi yang lebih dekat dan mudah ditemukan. Digital box tersebut juga memiliki fleksibilitas untuk dikembangkan menjadi tempat penitipan di berbagai tempat umum, seperti pusat perbelanjaan.

“Oleh karena itu, melihat besarnya potensi yang dimiliki, Pos Indonesia memandang layanan digital box ini sebagai salah satu bentuk inovasi strategis dalam mengadopsi perkembangan era digital di Indonesia dan memperkuat jaringan serta layanan perseroan ke depannya,” pungkas Charles.

Saat ini Pos Indonesia memiliki 58.700 titik layanan dan 4.700 kantor pos online tersebar di seluruh Indonesia.