Induk Kredivo Perkenalkan Platform P2P Lending Kredifazz, Fokus ke Sektor Produktif

FinAccel, induk dari Kredivo, mengumumkan startup p2p lending bernama Kredifazz yang fokus pada sektor produktif. Manajemen FinAccel pun dirombak dan mulai berlaku efektif pada Januari 2021 mendatang.

Meski hadir lebih telat dari pemain lending lainnya di Indonesia, VP Marketing & Communication Kredivo Indina Andamari menjelaskan, pihaknya tetap optimis dapat bersaing karena Kredifazz sangat mengutamakan kualitas produk dan layanan, dan menjawab kebutuhan konsumen (consumer-centric). Terlebih lagi dengan ekosistem yang sudah dibangun Kredivo, dapat langsung dimanfaatkan Kredifazz agar lebih ekspansif.

“Sama halnya dengan Kredivo, Kredifazz memiliki user experience yang seamless sehingga pengguna dapat merasakan kenyamanan dalam mendapatkan pinjaman. Kredifazz tentunya akan memiliki keunggulan yang sama dengan Kredivo, yakni bunga yang rendah, proses registrasi online, dan jaminan keamanan setara dengan bank,” terang Indina kepada DailySocial, Senin (14/12).

Salah satu produk Kredifazz yang sudah bisa diakses oleh masyarakat adalah Klop, hasil kerja sama dengan Telkomsel. Telkomsel, melalui Telkomsel Mitra Inovasi (TMI) berinvestasi ke Kredivo pada tahun lalu. Menurut Indina, Klop adalah salah satu perwujudan sinergi antara kedua perusahaan untuk memperluas penetrasi kredit yang aman, nyaman, dan terjangkau melalui jaringan Telkomsel.

Sebagai informasi, Klop adalah pinjaman tunai yang khusus ditawarkan untuk pelanggan Telkomsel. Limit kredit yang diberikan maksimal Rp30 ribu dengan tenor 30 hari. Secara terbatas, Klop digulirkan untuk pelanggan Telkomsel yang berusia 18-60 tahun, berdomisili di Jabodetabek, Bandung dan Surabaya, dan berpenghasilan minimal Rp3 juta per bulan.

Limit tersebut dapat digunakan untuk berbelanja di lebih dari 350 merchant Kredivo dan memilih opsi pembayaran Kredifazz di halaman pembayaran di situs merchant. Tidak diketahui bunga yang dibebankan untuk setiap pinjaman.

Indina juga menuturkan, mengenai legalitas Kredifazz. Ia bilang, Kredifazz merupakan perubahan nama platform dari Kredivo, jadi tidak ada perubahan terhadap izin yang telah diperoleh sejak awal dan pencatatan telah dilakukan di OJK.

“Kredifazz saat ini berstatus terdaftar dan diawasi oleh OJK, sedangkan izin usaha p2p-nya sedang dalam proses pengurusan izin usaha dengan harapan dapat diperoleh segera.”

Sama seperti Kredivo sebelum berganti perizinan menjadi perusahaan pembiayaan, Kredifazz juga terbatas memanfaatkan dana dari lender institusi saja untuk penyaluran pembiayaannya. “Untuk siapa saja lender institusinya, saat ini masih belum kami infokan.”

Meski Klop bermain di segmen konsumtif, namun semangat Kredifazz adalah menyalurkan kredit produktif. Secara perlahan persentasenya akan meningkat dari 35% menjadi 50% pada dua tahun depan.

Rombak manajemen grup FinAccel

FinAccel - Management Structure

Bersamaan dengan itu, pekan lalu manajemen grup FinAccel merombak manajemen yang mulai efektif pada Januari 2021. Kredifazz nantinya dipimpin oleh Alie Tan, sebelumnya menjabat sebagai CTO grup FinAccel.

Umang Rustagi selaku CEO FinAccel akan menduduki sebagai CEO Kredivo, menggantikan Akshay Garg. Akshay sendiri akan mengemban tanggung jawab baru sebagai Group CEO FinAccel yang memayungi dua unit bisnisnya, PT Finaccel Finance Indonesia (Kredivo) dan PT Finaccel Teknologi Indonesia (Kredifazz).

Umang akan berkolaborasi dengan Valery Crottaz selaku COO dan Paramananda Setyawan sebagai Chief Data Officer (CDO) di Kredivo. Baik Umang dan Alie akan tetap memegang tanggung jawab di induk perusahaan sebagai Deputy CEO dan CTO grup FinAccel.

Perombakan ini diambil untuk membuat struktur manajemen yang lebih efektif dan efisien, sehingga target grup untuk melayani 10 juta pelanggan pada 2025 dapat terealisasi. Para petinggi di atas ini memberikan pernyataan gabungan terkait informasi ini dalam keterangan resmi.

Mereka bilang, “Kami bersyukur bisa meraih kesempatan sekali seumur hidup dalam perjalanan kami untuk memperluas akses keuangan bagi kalangan masyarakat under-banked dan under-served di Indonesia. Kini, baik Kredivo dan Kredifazz dapat fokus memperbesar skala bisnis, sementara grup FinAccel dapat terus bergerak dan mengeksplorasi berbagai inovasi di area lainnya.”

Application Information Will Show Up Here

Kredivo Rampungkan Akuisisi Perusahaan Pembiayaan, Segera Perluas Bisnis

Kredivo merampungkan akuisisi terhadap perusahaan pembiayaan lokal bernama PT Swarna Niaga Finance dengan nominal transaksi dirahasiakan. Proses akuisisi ini sudah dimulai pada pertengahan tahun lalu.

CEO Kredivo Indonesia Alie Tan menuturkan, dengan aksi ini tidak ada yang berubah dari segi bisnis perusahaan. Menurutnya, sejak awal skema pembiayaan Kredivo memang didominasi pembiayaan pembelanjaan produk di merchant, bukan pinjaman tunai, maka dari itu lisensi multifinance dirasa lebih cocok untuk Kredivo.

“Dengan demikian, kami berharap bisa bertumbuh dengan pesat dan melayani 10 juta pengguna dalam beberapa tahun ke depan,” ucapnya kepada DailySocial, kemarin (6/10).

Pernyataan Alie memperkuat ujaran Co-Founder Kredivo Akshay Garg sebelumnya yang menyebutkan melalui lisensi multifinance maka penyaluran pinjaman Kredivo akan semakin besar dan berkembang.

Lisensi ini dinilai lebih stabil karena peraturannya sudah dibentuk. Dalam regulasi disebutkan Kredivo juga dimungkinkan untuk menyalurkan 30% pembiayaannya kepada fintech lending.

Dalam surat edaran OJK, dikatakan pascaakuisisi Swarna Niaga Finance berganti nama jadi PT FinAccel Finance Indonesia. Surat ini diterbitkan pada tanggal 22 September 2020, sekaligus menandakan pemberlakuan izin usaha.

“Dewan Komisioner Otoritas Jasa Keuangan memberikan Pemberlakuan Izin Usaha di bidang Perusahaan Pembiayaan sehubungan perubahan nama PT Swarna Niaga Finance Menjadi PT FinAccel Finance Indonesia,” tulis Kepala Departemen Pengawasan IKNB 1A OJK Dewi Astuti dalam pengumumannya.

Selain PT FinAccel Finance Indonesia yang mengantongi lisensi sebagai layanan multifinance, Kredivo (di bawah badan hukum PT FinAccel Digital Indonesia) sudah mendapat surat tanda terdaftar sebagai layanan p2p lending di bawah regulasi POJK 77 Tahun 2016 pada 21 Maret 2018.

Kredivo dan Akulaku

Alie masih enggan membeberkan lebih lanjut mengenai rencana Kredivo berikut dengan lisensi ini. “Nanti akan kita share segera roadmap-nya [karena] masih digodok di internal.”

Yang pasti, dengan menjadi perusahaan multifinance Kredivo dapat lebih leluasa menyalurkan pembiayaan multiguna untuk banyak sektor industri seperti perusahaan multifinance pada umumnya. Mereka bisa masuk ke pembiayaan kendaraan, properti, elektronik, KTA, dan lainnya.

Untuk sumber dana, mereka bisa mengandalkan pinjaman dari bank, dengan cara channeling atau joint financing, mengeluarkan surat utang dari MTN, obligasi, sindikasi on/offshore, hingga IPO. Arah bisnis Kredivo kurang lebih mirip dengan apa yang dilakukan Akulaku saat ini.

Akulaku kini menyediakan produk pembiayaan kendaraan dan kredit usaha untuk UKM, tidak hanya menyediakan kredit konsumtif yang diakses melalui merchant offline maupun online seperti e-commerce Bukalapak, Shopee, BliBli, JD.ID dan lainnya dengan total sekitar 120 ribu UKM di Indonesia.

Hal terpenting yang menjadi keunggulan dari Akulaku dan Kredivo adalah keduanya sama-sama berbasis perusahaan teknologi. Artinya, mereka lebih unggul dalam berinovasi produk keuangan yang dibutuhkan konsumen secara lebih luas tanpa harus buka kantor cabang.

Salah satu inovasi Kredivo yang sudah dirilis di antaranya Zero-click Checkout yang memungkinkan pengguna untuk belanja di layanan e-commerce secara instan tanpa perlu login atau pindah ke aplikasi lain. Inovasi tersebut hadir karena friksi saat pembayaran yang sangat tinggi menyebabkan tingkat cart abandonment di e-commerce Indonesia menjadi salah satu yang paling tinggi di dunia.

Application Information Will Show Up Here

TipTech #3: Miliki Sistem Berisiko Tinggi, Begini Cara Tim Pengembang Kredivo Melakukan Pengujian Aplikasi

TipTech adalah rubrik baru DailySocial yang membahas berbagai kiat dalam pengembangan produk atau aplikasi startup. Setelah sebelumnya membahas tentang arsitektur aplikasi yang scalable, kali ini kami berkesempatan untuk berbincang dengan Co-Founder & CTO Kredivo Alie Tan mengupas mengenai pengujian produk aplikasi secara terukur.

Seperti diketahui, Kredivo adalah perusahaan teknologi yang memberikan kemudahan masyarakat untuk melakukan kredit dalam pembelian barang di e-commerce. Sebagai platform finansial yang tergolong dalam sistem berisiko tinggi, tim pengembang harus memperhatikan banyak aspek, termasuk terpenting mengenai standar keamanan dan kepatuhan. Maka di setiap fitur atau layanan yang digulirkan harus melalui tahapan pengujian yang ketat.

Tan bercerita, untuk melakukan pengujian perangkat lunak (software testing) ada 8 langkah yang harus dilakukan:

  • Test Planning; mengidentifikasi kegiatan pengujian dan sumber daya yang dibutuhkan, termasuk menemukan metode serta metrik pengukuran yang tepat.
  • Test Design and Specification; pembuatan dokumen yang berisi informasi dan parameter yang diperlukan sebagai panduan prosedur pengujian perangkat lunak agar lebih efektif.
  • Test Setup; sebuah metode untuk membuat data pengujian secara terstruktur. Penerapannya di tingkat pemrograman, dengan menambahkan kelas-kelas tertentu untuk dimanfaatkan ke dalam proses pengujian.
  • Test Operation and Execution; pengujian untuk memastikan kepatuhan sistem dan penggunaan komponen yang sesuai dengan standar.
  • Test Result Analysis and Bug Reporting; menganalisis temuan-temuan yang didapat pada proses pengujian dan membuat pelaporan hasil celah yang terdeteksi.
  • Test Management and Measurement; penggunaan perangkat lunak baik otomatis maupun manual untuk mengelola proses pengujian. Tujuan lainnya agar prosesnya dapat terukur dengan jelas, baik dari indikasi kuantitatif, kapasitas, dimensi, jumlah dan sebagainya.
  • Test Automation; penggunaan perangkat lunak terpisah untuk mengontrol pelaksanaan pengujian dan membandingkan hasilnya secara aktual. Perangkat pengujian tersebut dapat mengautomasi beberapa tugas berulang dan melakukan pengujian tambahan yang sulit dilakukan secara manual.
  • Test Configuration Management; proses menentukan dengan jelas item yang membentuk perangkat lunak atau sistem, termasuk kode, skrip pengujian, perangkat lunak pihak ketiga, perangkat keras, data dan dokumentasi pengembangan dan pengujian. Juga tentang memastikan bahwa item tersebut dikelola dengan hati-hati, teliti, dan penuh perhatian selama seluruh proyek dan siklus hidup produk.

Project Manager, Developer, dan Tester idealnya terlibat dalam prosesnya. Project Manager terlibat untuk memahami tujuan utama dari sebuah fitur, juga memastikan setiap pihak yang terlibat dapat saling berkolaborasi untuk mencapai hasil yang diharapkan.

Kredivo adopsi pendekatan agile

Dengan kondisi yang ada, Tan mengatakan bahwa timnya saat ini mengadopsi agile testing. Metodologi itu menurutnya memungkinkan terjadinya sirkulasi yang lebih cepat — dalam artian workflow dalam pengembangan. Sehingga proses pengujian tidak harus menunggu semua fitur rampung dikerjakan oleh developer. Yang tak kalah penting, pendekatan ini memungkinkan timnya untuk mengidentifikasi bug secara lebih cepat.

Guna mendukung kegiatan pengujian, Kredivo menggunakan berbagai macam alat. Tan menyebutkan, “Tools yang sering digunakan untuk membantu kegiatan pengujian produk digital yaitu Appium, Selenium, Postman, Testng, Jmeter, Gradle, Cucumber, Restassured, Burp suite, Zap proxy, dan ChromeDev tools.”

Tim Kredivo juga miliki standardisasi yang ketat untuk seorang software tester atau quality assurance engineer. Beberapa karakteristik yang diperhatikan adalah selalu memperhatikan hal detail; berorientasi pada klien, bisnis, dan kualitas; memiliki pengalaman produk yang kuat; mampu bekerja secara paralel (multitasiking); memiliki kemampuan identifikasi dan observasi yang baik; hingga kualitas komunikasi yang mumpuni.

Co-Founder & CTO Kredivo Alie Tan
Co-Founder & CTO Kredivo Alie Tan / Kredivo

Yang sering luput saat pengujian produk

Dengan pengalamannya lebih dari 4 tahun menjadi CTO, Tan mencatat ada beberapa hal yang sering luput saat proses pengujian produk teknologi. Poin pertama non-functional case, yakni terkait kinerja dan keamanan sistem. Kedua terkait negative test, yang berdampak pada buruknya pengalaman pengguna aplikasi.

Namun Tan turut menjelaskan, bahwa hal tersebut dapat diantisipasi. Pasalnya celah keamanan seperti non-functional dalam diprediksi dan ditemukan dengan pengujian berulang. Kemudian terkait negative test, penguji dapat menulis dan menguji semua fungsional, lalu membuat laporan untuk perbaikan pengalaman pengguna.

Rekomendasi bacaan

Terkait proses pengujian, Tan punya beberapa rekomendasi bacaan, sebagai berikut:

Buku:

  • “The Art of Software Testing”, oleh Glenford Myers
  • “Agile Testing : A Practical Guide for Testers and Agile Teams”, oleh Lisa Crispin dan Janet Gregory

Blog:

Kursus Online :

LinkAja Segera Rilis Fitur PayLater, Gandeng Beberapa Pemain Fintech

LinkAja turut masuk ke ranah kartu kredit digital dengan merilis fitur PayLater bersama Kredivo sebagai mitra perdana. Perusahaan akan menggaet pemain lainnya sebagai mitra agar pengguna punya lebih banyak pilihan dalam bertransaksi.

CEO LinkAja Danu Wicaksana saaat ini belum bersedia untuk mengonfirmasi lebih lanjut terkait mitra lain selain Kredivo. Menurutnya, saat ini mereka masih dalam proses integrasi sistem yang masih memakan waktu. “Ditunggu ya update-nya lagi. Butuh waktu integrasi,” ujarnya kepada DailySocial, Selasa (3/12).

Pertimbangan untuk menggaet lebih dari satu pemain agar konsumen semakin diuntungkan karena punya banyak pilihan provider. “LinkAja ingin memberikan berbagai pilihan terbaik untuk penggunanya.”

Danu mengatakan peresmian kerja sama antar kedua perusahaan akan dilakukan bulan ini. Kredivo sudah menjadi opsi pembayaran di aplikasi LinkAja, namun belum bisa digunakan.

Selain Kredivo, LinkAja bakal memungkinkan opsi menambah saldo secara langsung dari kartu debit bank pelat merah, yaitu BTN, BNI, Bank Mandiri, dan BRI.

Dikonfirmasi secara terpisah, Co-Founder & CTO Kredivo Alie Tan belum bisa memberi info detail seperti apa pengalaman yang ditawarkan Kredivo di dalam aplikasi LinkAja.

Sebelumnya dia menuturkan selain merilis produk paylater, perusahaan meningkatkan pengalaman konsumen baru dengan permudah akuisisi pengguna baru tanpa mengunduh aplikasi buat registrasinya. Caranya dengan mendaftar langsung dari aplikasi merchant, misalnya dari situs e-commerce yang sudah bekerja sama.

“Nanti di aplikasi e-commerce-nya bisa langsung daftar Kredivo, proses approval-nya di kita secara real time,” tuturnya.

Dengan penguatan sistem back-end, diklaim proses registrasi di Kredivo hanya membutuhkan waktu satu menit. Pengguna cukup menggunggah KTP dan menghubungkan salah satu akun e-commerce ke Kredivo untuk proses analisis kreditnya.

Hasil Fintech Report 2019

Riset DailySocial menunjukkan fitur pembayaran dengan mencicil tanpa kartu atau paylater yang paling banyak digunakan sepanjang tahun ini adalah milik OVO Paylater. Sebanyak 51,9% responden dari 347 orang menyatakan memakai layanan tersebut. Produk populer berikutnya adalah GoPay PayLater dan Shopee PayLater.

Di sektor multifinance, khususnya yang beroperasi secara digital, Kredivo menjadi satu dari dua platform terpopuler untuk pengenalan dan penggunaan.

Gambaran hasil riset ini memperlihatkan bahwa PayLater menjadi salah satu tren yang menarik perhatian milenial. Wajar jika banyak pemain melirik pengembangan fitur ini karena kemudahan proses untuk mendapatkan limit kredit.

Application Information Will Show Up Here

Bank Permata Jadi “Lender” Institusional Kredivo, Salurkan 1 Triliun Rupiah

Kredivo mengumumkan kerja sama dengan Bank Permata sebagai lender institusional terbarunya. Bank Permata akan menyalurkan pinjaman sebesar Rp1 triliun untuk konsumen Kredivo. Angka ini diklaim sebagai penyaluran terbesar oleh bank untuk fintech di Indonesia.

Kepada DailySocial, CEO Kredivo Akhsay Garg mengonfirmasi bahwa komitmen yang diberikan kepada Kredivo adalah sebagai lender institusional, bukan sebagai investor.

Sebagai perusahaan dengan produk kartu kredit digital, maka ada dua kantong pendanaan yang mereka terima. Pertama, pendanaan untuk disalurkan kembali (lender institusi). Kedua, pendanaan untuk pengembangan perusahaan.

“Kami ada 10 lender institusi, tiga di antaranya adalah bank dari Indonesia. Sisanya, adalah fund dari luar negeri, salah satunya adalah Partners for Growth,” kata dia, Rabu (27/11).

Secara bersamaan, Akhsay juga menolak berkomentar jauh tentang rumor pendanaan yang diterima dari Mirae Asset Management untuk putaran Seri C. Menurutnya itu hanya rumor, yang persentasenya sangat kecil bila benar terjadi.

Mendapatkan kepercayaan dari Bank Permata dengan nominal komitmen yang besar, tentu bukan barang mudah. Komisaris Kredivo Umang Rustagi menerangkan pihaknya selalu senantiasa meningkatkan kredibilitas dan sistem back end sesuai dengan standar bank.

“Semua standar kami harus align dengan standar bank. Kita bisa meyakini Bank Permata untuk menemui standar yang mereka pakai,” katanya.

Direktur Ritel Bank Permata Djumariah Tenteram mengatakan, dalam menjalankan tugasnya sebagai intermediary, pihaknya melihat Kredivo punya platform digital yang bagus dan kerangka manajemen krisis yang kuat.

Menurutnya, kerja sama seperti ini adalah model bisnis baru bagi bank, bukan sekadar dorong performa yang bagus dan laba yang tumbuh saja. Bank harus tetap mengutamakan prinsip kehati-hatian, terutama saat memilih mitra fintech.

“Kami lakukan assessment yang cukup dalam, untuk melihat bagaimana mereka memroses, analisa, dan verifikasi. Dari situ kami dapat kesimpulan, bisa bekerja sama dengan Kredivo.”

Pengembangan produk berikutnya

Kepada DailySocial, Co-Founder & CTO Kredivo Alie Tan mengungkapkan perusahaan akan bekerja sama dengan pemain e-wallet terbesar untuk menghadirkan produk paylater. Nanti, pengguna e-wallet tersebut bisa menggunakan limit kredit mereka di Kredivo untuk pembayaran transaksi di manapun.

Di samping itu, perusahaan akan permudah akuisisi pengguna baru Kredivo tanpa harus mengunduh aplikasi buat registrasinya. Caranya dengan mendaftar langsung dari aplikasi merchant, misalnya dari situs e-commerce yang sudah bekerja sama.

“Nanti di aplikasi e-commercenya bisa langsung daftar Kredivo, nanti proses approval-nya di kita secara real time,” tutur Alie.

Alie masih enggan membeberkan lebih lanjut terkait dua produknya tersebut. Dia memastikan secara produk ini sudah live dan bisa dipakai, untuk pengumuman resminya akan dilakukan pada bulan Desember ini.

Pada kuartal akhir ini, dia mengaku perusahaan tetap memfokuskan pada penguatan sistem yang lebih seamless buat konsumen. Baik itu saat registrasi, transaksi, dan repayment.

“Tujuan kami bukan buat something cool, tapi buat user gampang pakai aplikasi kita. Sekarang registrasi di Kredivo hanya butuh 1 menit dari dua menit awalnya,” pungkas Alie.

Tidak disebutkan pencapaian teranyar untuk Kredivo sejauh ini. Dalam 18 bulan terakhir, nilai transaksi dan penyaluran pinjaman di Kredivo, masing-masing tumbuh 40% dan 35% untuk per kuartalnya. Diklaim perusahaan telah melayani jutaan pengguna di seluruh Indonesia.

Kredivo dapat dipakai untuk belanja lebih dari di 500 merchant online dan juga offline. Fitur merchant offline ini baru tersedia untuk pengguna yang berdomisili di Jabodetabek.

Application Information Will Show Up Here

Mirae Asset Capital Is Said to Contribute to Kredivo’s Series C Round

Kredivo, an online lending platform with no collateral (KTA), today (11/15) announced to secure funding from Mirae Asset Capital with an undisclosed amount. Based on DealStreetAsia‘s statement, this is still a part of the ongoing Series C round. As previously reported, Telkomsel Mitra Inovasi (TMI) and MDI Ventures have started this round last July.

FinAccel (Kredivo’s parent company) team avoids leaking any information to DailySocial.

The Series C funding aims to strengthen its business in Indonesia and create a new market share in the Philippines. The expansion plan has rumored since last year after they raised Series B investment worth of 435 billion Rupiah.

In early September 2019, the company led by Akhsay Garg also announced to receive debt funding/debt financing from Partners for Growth V, L.P (PFG) worth of 283 billion Rupiah. The smooth distribution cannot be separated from its business growth in Indonesia. Kredivo’s Commissioner, Umang Rustagi said during the last 18 months, their transactions have increased by 40%.

Regarding the expansion plan, Kredivo’s Co-Founder, Alie Tan said the Philippines was appointed due to similar market characteristics with Indonesia. In fact, the name Kredivo will also be used in there. In addition, there are two more countries for business expansion, Singapore and Thailand.

Although it’s a different LP, Mirae Asset used to participate in the previous rounds involving Indonesian startups. The recent one is Bukalapak and HappyFresh – they secured funding from Mirae Asset-Naver Asia GrowthFund, Mirae’s managed funds with Korea-Japan tech company, Naver.

In Indonesia, Kredivo competes with Akulaku. Earlier this year, Akulaku is reportedly raised Series D funding worth of 1.4 trillion Rupiah led by Ant Financial, a fintech company under the giant retail Alibaba Group.


Original article is in Indonesian, translated by Kristin Siagian

Application Information Will Show Up Here

 

Mirae Asset Capital Dikabarkan Terlibat di Putaran Pendanaan Seri C Kredivo

Kredivo, startup pengembang layanan kredit tanpa agunan (KTA) online, hari ini (15/11) dikabarkan telah mengamankan pendanaan dari Mirae Asset Capital dengan nilai yang tidak disebutkan. Menurut pemberitaan DealStreetAsia, ini masih termasuk dalam putaran seri C yang tengah digalang. Seperti diberitakan sebelumnya, Telkomsel Mitra Inovasi (TMI) dan MDI Ventures telah membuka putaran ini pada Juli 2019 lalu.

Kepada DailySocial, pihak FinAccel (induk perusahaan Kredivo) masih enggan memberikan tanggapan.

Pendanaan seri C digalang FinAccel untuk menguatkan bisnisnya di Indonesia dan membuka pangsa pasar baru di Filipina. Rencana ekspansi ini memang sudah disampaikan sejak akhir tahun lalu, pasca membukukan investasi seri B senilai 435 miliar Rupiah.

Awal September 2019 lalu, perusahaan yang dinahkodai oleh Akshay Garg juga mengumumkan perolehan debt funding/debt financing dari Partners for Growth V, L.P (PFG) senilai 283 miliar Rupiah. Lancarnya penambahan modal ke Kredivo tidak terlepas dari pertumbuhan bisnisnya di Indonesia. Dalam sebuah kesempatan Komisioner Kredivo Umang Rustagi mengatakan selama 18 bulan terakhir transaksi meningkat 40%.

Terkait rencana ekspansi, Co-Founder Kredivo Alie Tan menyampaikan, pemilihan Filipina tidak terlepas dari karakteristik pasar yang mirip dengan Indonesia. Bahkan merek “Kredivo” juga akan digunakan di sana. Selain itu, ada dua negara lainnya yang sudah dipertimbangkan untuk perluasan bisnis, yakni Singapura dan Thailand.

Kendati bersama LP berbeda, nama Mirae Asset sendiri sebelumnya sudah terdengar di beberapa putaran investasi yang melibatkan startup di Indonesia. Salah satunya pada penggalangan dana terbaru Bukalapak dan HappyFresh — mereka mendapatkan pendanaan dari Mirae Asset-Naver Asia Growth Fund, dana kelolaan Mirae dan perusahaan teknologi Korea-Jepang Naver.

Di Indonesia, layanan Kredivo bersaing langsung bersama Akulaku. Awal tahun ini Akulaku dikabarkan memperoleh pendanaan seri D senilai 1,4 triliun Rupiah yang dipimpin oleh Ant Financial, perusahaan teknologi finansial di bawah naungan raksasa ritel Alibaba Group.

Application Information Will Show Up Here

Kredivo Luncurkan Fitur “Zero-Click Checkout” untuk Percepat Transaksi di E-commerce

Pengembang layanan kartu kredit virtual Kredivo merilis fitur Zero-Click Checkout. Tujuannya untuk memantapkan posisi perusahaan sebagai metode pembayaran paling cepat yang dapat diakses di platform e-commerce.

Transaksi dari e-commerce masih mendominasi peminjaman uang di Kredivo. CTO Kredivo Alie Tan mengatakan, fitur Zero-Click Checkout dibuat bukan karena motivasi kecepatan belaka, namun meminimalkan drop rate yang terjadi pada saat konsumen melakukan pembayaran di e-commerce.

“Jadi misalnya waktu user memasukkan OTP, user malas memasukkan nomor handphone atau lupa PIN. Kita ingin memecahkan masalah itu, kita ingin zero friction,” ujar Alie.

Sebelum fitur anyar ini diperkenalkan, proses pembayaran melalui Kredivo di e-commerce hanya melalui dua kali klik. Dengan Zero-Click Checkout ini, pengguna dapat menyelesaikan pembelian di e-commerce seketika mereka mengeklik Kredivo sebagai metode pembayarannya.

Fitur ini dimungkinkan karena Kredivo sudah menyimpan kredensial penggunanya sehingga pada saat pembayaran tak ada lagi permintaan mengisi sejumlah kolom. Kendati begitu, Kredivo menyebut kredensial itu kapan pun dapat dihapus oleh pengguna.

Perihal keamanan fitur ini, Head of Product Kredivo Iswara Gozali menjamin pihaknya punya mekanismen untuk mendeteksi kejadian yang tak diinginkan. Iswara mencontohkan jika ada orang yang tak berhak memakai dan bertransaksi menggunakan akun seseorang, sistemnya dapat membaca hal itu.

“Kita akan mendeteksi transaksi anomali dan akan mengujinya denga kode OTP yang dikirim ke nomor pemilik,” kata Iswara.

Kredivo berharap fitur baru ini dapat memangkas hambatan untuk checkout dan menggenjot penjualan merchant yang diklaim sudah naik 30 persen selama fitur diperkenalkan.

Untuk sementara waktu, Zero-Click Checkout ini hanya tersedia di Tokopedia dan berangsur-angsur muncul di e-commerce lain pada September besok. Mereka menargetkan fitur ini dapat meningkatkan pencapaian mereka yang saat ini sudah mengumpulkan 1 juta pengguna, 250 mitra merchant e-commerce, dan 3 juta transaksi per bulan.

“Ke depannya kita juga mau fokus ke growth 3-4 kali dan melakukan inovasi-inovasi lain,” pungkas Alie.

Application Information Will Show Up Here

Mengatasi Krisis Talenta “Engineering” dan Manajemen Tim di Kredivo

Sebagai tindak lanjut dari artikel DailySocial sebelumnya, Indonesia mengalami krisis talenta digital karena lulusan yang tersedia tidak sepadan dengan permintaan yang ada di industri. Kali ini kami berkesempatan untuk menggali lebih jauh dari sisi praktisnya, bersama Co-Founder & CTO Kredivo Alie Tan.

Kesehariannya, Alie bertugas menentukan teknologi apa saja yang dipakai Kredivo mengikuti kebutuhannya. Memastikan ketika perusahaan berencana ekspansi dan akuisisi pengguna dalam jumlah besar; apakah teknologi yang ada sudah mumpuni untuk melakukan hal tersebut.

Begitu pula dari sisi inovasi produk, bagaimana eksekusinya apakah benar-benar berasal dari masalah di lapangan. Di samping itu, Alie juga bertanggung jawab untuk perekrutan talenta khususnya di engineer, sebagai backbone dari startup fintech.

“Karena cari talenta engineer itu susah-susah gampang, untuk itu saya terjun ke sana. Cari mana yang cocok dengan culture kita,” terangnya.

Bagaimana cerita lebih detailnya? Berikut rangkumannya.

Memadukan teknik rekomendasi dan rekrut eksternal

Alie menceritakan saat ini tim engineer di Kredivo berjumlah 40 orang, dari keseluruhan karyawan mencapai 400 orang. Sebanyak 99% tim engineer di Kredivo berasal dari dalam negeri.

Dalam merekrut timnya, dia sangat mengandalkan rekomendasi dari lingkungan karyawan dan komunitas. Rasio diterimanya talenta lewat cara ini lebih tinggi daripada metode yang lain, meski semuanya tetap melalui proses seleksi lebih lanjut.

Alasannya karena secara psikologis orang yang merekomendasikan calon talenta itu cenderung punya kemiripan satu sama lain, entah dalam cara bekerja dan sebagainya. Kecil kemungkinan rekomendasi tersebut menghasilkan talenta yang suka bermalas-malasan.

“Buat kami, mayoritas talenta di sini masuk karena referensi dari karyawan kami, entah satu komunitas atau sekantor dulunya di sini,” kata Alie.

Namun karena referensi itu sifatnya terbatas, perusahaan juga mencari talenta dengan cara eksternal. Misalnya buka booth atau menjadi pembicara di kampus-kampus untuk menarik minat mereka.

Bicara kualitas lulusan, menurutnya justru tidak kalah dengan lulusan luar negeri. Hanya saja jumlah suplainya yang tidak banyak, menyebabkan ketimpangan yang tajam dari sisi permintaannya.

Merebaknya istilah startup di Indonesia sebenarnya baru dimulai beberapa tahun belakangan. Karenanya, tiba-tiba talenta di bidang engineer dibutuhkan dalam waktu cepat, sementara kondisi di lapangan belum bisa memenuhinya.

“Jadi bukan karena skill isunya, tapi lebih ke culture shock. Beda dengan di luar negeri, startup itu sudah ada lebih dulu daripada Indonesia.”

Tahun ini perusahaan berencana untuk melipatgandakan jumlah talenta engineer hingga 80 orang.

Kerja di startup bukan karena gaji, tapi karena ilmunya

Alie juga menekankan bahwa startup itu adalah fase awal sebuah perusahaan. Fase ini memang cukup menantang dan menjadi ajang untuk menggenjot kemampuan, karena di sinilah banyak ilmu yang bisa diambil.

Segala “kemewahan” yang disediakan manajemen untuk karyawan, seperti area bermain, kasur tidur, bean bag, dan sebagainya adalah cara untuk menekankan bahwa work life balance itu sangat penting dalam keseharian.

“Masih banyak orang salah paham startup itu apa, kerjanya senang-senang, gaji besar. Aslinya startup itu kerja mati-matian. Ada hiburan dalam kantor itu hanya tools di rekrutmen, agar mereka merasa dihargai oleh kantornya.”

Seseorang akan digenjot sampai tingkat maksimal, mengerjakan berbagai pekerjaan di luar tugas utamanya, sebenarnya punya maksud yang baik, yakni ingin menanamkan jiwa kewirausahaan dan mental yang kuat apabila punya ambisi ingin jadi CEO.

Begitupula ketika ingin jadi CTO, caranya bukan dengan menguasai di bidang engineer saja. CTO harus paham bisnis juga karena tidak bisa selalu mengandalkan orang lain.

“Tujuan gabung ke startup itu, sebaiknya bukan karena uang tapi ilmunya. Makanya masuk ke startup yang masih awal banget, harus dimanfaatin jangan disia-siain.”

OKR untuk manajemen kerja dan transparansi

Kredivo sudah menerapkan cara bekerja dengan OKR sejak dua tahun lalu, seiring semakin bertambahnya jumlah karyawannya. DailySocial pernah menuliskan apa itu OKR dan tujuannya untuk dukung startup berinovasi.

Alie menjelaskan seluruh divisi dalam Kredivo sudah menerapkan OKR dan merasakan dampaknya dalam percepatan jalannya inovasi. OKR juga mendukung semangat perusahaan untuk transparan kepada seluruh karyawannya.

Contoh singkatnya, setiap bulan selalu ada rapat besar seluruh divisi. Semua orang akan diperlihatkan target perusahaan (objective) dan cara-cara untuk menembusnya (key results).

Perusahaan juga memperlihatkan status pencapaian saat ini secara lengkap untuk memberikan gambaran besar, agar mereka bisa kerja lebih mudah. Tim engineer diberi akses seluruh data tersebut.

“Biar mereka tahu sebenarnya perusahaannya itu seperti apa, ada tujuan kerja buat apa. Akses data kami berikan, tapi berharap ada kedewasaan bahwa data ini rahasia tidak bisa disebar. Kalau kinerja perusahaan turun kami kasih tahu sebabnya, lalu mengajak tim untuk kejar lagi dan bahas bareng-bareng, dari situ mereka bisa dapat ilmu.”

Setiap kuartal perusahaan menyusun OKR, bila ada target yang cukup berat maka akan di-set untuk per enam bulan.

Berangkat dari OKR, perusahaan jadi lebih mendorong adanya komunikasi antar tim, tidak hanya membicarakan soal pekerjaan juga soal pribadi. Apabila ini dibatasi, tentunya akan berdampak tidak baik, yang terburuknya sampai karyawan tiba-tiba resign.

“Kami mendorong kemampuan berkomunikasi itu harus selalu ditingkatkan karena ini adalah salah satu kunci kesuksesan. Tanpa itu kita semua tidak bisa seperti sekarang, kalau ada masalah dan diam saja itu bisa jadi masalah. Karena ini juga kami berhasil menekan turn over di tim engineer.”

Alie menutup, “Lalu dari komunikasi ini, kami berharap mereka bisa bawa budaya ini ke luar ketika resign dari Kredivo. Kami tidak berharap mereka kerja selamanya di sini, kalau mau coba di tempat lain silakan. Kalau mau buka startup kita sangat dukung, ada beberapa dari sini yang buka startup.”

Application Information Will Show Up Here

Kredivo Siap Rambah Segmen Offline dan Ekspansi ke Filipina

Startup fintech lending Kredivo tengah mengembangkan layanan pinjaman untuk transaksi offline. Di saat yang bersamaan akan segera merealisasikan rencana ekspansi ke Filipina. Kedua rencana ini akan dilakukan pada awal tahun depan.

Co-Founder dan CEO Kredivo Akshay Garg menuturkan, rencana ini adalah bagian dari realisasi pendanaan seri B yang diumumkan Juli 2018 lalu. Menurutnya segmen offline juga menarik untuk diseriusi, lantaran ada potensi bisnis yang bisa digarap. Dari sisi konsumen pun ada permintaan agar Kredivo bermain ke sektor tersebut.

Pemain sejenis, Akulaku, sudah lebih dulu menghadirkan layanan serupa pada Oktober 2018. Agar tetap bisa berkompetisi dengan Akulaku, Kredivo akan tetap mengutamakan cicilan yang ringan seperti yang sudah dilakukan sejak awal berdiri. Pengguna tidak akan dikenakan beban biaya sama sekali atau 0% apabila melunasi utangnya kurang dari 30 hari.

Metode pembayaran yang dipakai untuk fitur teranyar adalah scan QR code yang nantinya bakal tersedia di toko elektronik, restoran, dan sebagainya. Implementasi pilot project akan dimulai dari Jakarta.

“Fitur ini sebenarnya kami hadirkan karena kemauan konsumen. Sama halnya dengan fitur personal loan, kredit limit bisa mereka cairkan sebagai dana tunai untuk membayar kebutuhan sehari-hari,” ucapnya, Kamis (22/11).

Terkait ekspansi ke Filipina, sambungnya, sebenarnya belum menjadi keputusan akhir. Namun Filipina bisa dikatakan sebagai negara yang paling sesuai dengan kriteria, karena tidak jauh berbeda dengan Indonesia. Selain Filipina, ada dua negara lainnya yang sudah dipertimbangkan sejak awal, yakni Singapura dan Thailand.

“Kemungkinan baru bulan depan keputusan akhirnya, namun pilihan terdekat itu adalah Filipina dibandingkan dua negara lainnya.”

Co-Founder Kredivo Alie Tan menambahkan, perusahaan akan tetap menggunakan merek Kredivo. Hal ini dimaksudkan agar nama Kredivo semakin mudah dikenal, kalau menggunakan nama yang berbeda dikhawatirkan akan menyulitkan para pengguna.

Brand itu penting banget, kalau misalnya pakai nama yang berbeda akan sulit untuk penggunanya. Kalau satu warna tentunya akan lebih mudah dikenal,” ujar Alie.

Selain ekspansi ke luar negeri, Kredivo juga siap memperluas penetrasi pasarnya di Indonesia sebagai pasar utamanya. Co-Founder dan COO Kredivo Umang Rustagi mengatakan, Kredivo akan segera hadir di kota tier dua, kemudian merambah ke Makassar dan Yogyakarta.

Saat ini Kredivo baru bisa melayani pengguna yang berdomisili di Jabodetabek, Bandung, Surabaya, Medan, Palembang, Semarang dan Denpasar.

Kredivo diklaim telah menyalurkan pinjaman hingga belasan juta dolar per bulannya, tanpa menyebut angka pastinya. Terdapat hampir 1 juta pengguna terdaftar dan aktif menggunakan layanan Kredivo.

Tak hanya bisa digunakan untuk pembayaran cicilan di situs e-commerce, sejak dua bulan terakhir Kredivo merilis fitur personal loan. Fitur ini memungkinkan pengguna bisa mencairkan dana dari sisa kredit limit ke dalam rekening mereka untuk dipakai sebagai kebutuhan sehari-hari.

Diharapkan fitur personal loan ini bisa meningkatkan interaksi pengguna dengan Kredivo. Persentasenya diharapkan bisa seimbang dengan pembayaran di situs e-commerce.

Application Information Will Show Up Here