Bekraf Giatkan Program Coding Mum, Bekali Ibu Rumah Tangga Kemampuan Pemrograman

Badan Ekonomi Kreatif (Bekraf) yang diketuai oleh Triawan Munaf terus menunjukkan pergerakan positif dengan terlibat beberapa inisiatif dalam peningkatan ekonomi digital. Selain turut serta sebagai pendukung Echelon Indonesia 2016, Bekraf juga mempunyai program untuk memberdayakan ibu-ibu agar memiliki kemampuan coding atau programming untuk turut serta dalam industri ekonomi kreatif.

Program tersebut adalah Coding Mum. Sebuah program pendidikan dan pelatihan bagi ibu-ibu dengan tujuan bisa membawa ibu rumah tangga tersebut menjadi programmer paruh waktu atau setidaknya mampu mendesain dan menyiapkan web dari usaha mereka sendiri.

Program Coding Mum ini merupakan salah satu hajatan Bekraf yang sejalan dengan agenda strategis menghasilkan 13 juta tenaga kerja di sektor ekonomi kreatif tahun 2019 mendatang.

Program ini sendiri terselenggara dengan beberapa pihak, salah satunya adalah 7-Eleven. Di awal bulan ini, angkatan pertama program Coding Mum telah resmi menyelesaikan pendidikan dan pelatihannya. Ditutup dengan presentasi di depan para expert dan coach, peserta Coding Mum angkatan pertama secara resmi mendapatkan sertifikat dari Bekraf.

Materi pelatihannya sendiri sejauh ini mencakup programming front end web. Sehingga diharapkan setelah merampungkan dan dinyatakan lulus dari program ini ibu-ibu tersebut dapat menguasai keahlian dalam mendesain web, teknik produksi HTML dan javascript dan mengerti konsep arsitektur sebuah web untuk selanjutnya bisa membangun aplikasi web menggunakan bahasa yang populer.

CEO CLEVIO Aranggi Soemardjan yang turut hadir dalam acara penyerahan sertifikat ke peserta Coding Mum angkatan pertama menyampaikan bahwa pihaknya mendukung program Bekraf dalam memberdayakan ibu rumah tangga yang mempunyai kapasitas melakukan sesuatu untuk meningkatkan ekonomi di rumah tangganya tanpa harus meninggalkan keluarganya.

“Spekulasi utamanya adalah agar ibu bisa bekerja dari rumah, freelancer. Ibu kan melakukan hal yang mulia, berdedikasi membesarkan anaknya. Namun mereka memiliki waktu luang berkarya 4-5-6 jam sehari. Kami memfasilitasi mereka untuk mendapatkan akses ke perusahaan pengguna, namun mereka bisa menciptakan lapangan kerja sendiri juga. Bahkan kita lihat yang belum lulus sudah ada yang dapat order,” kata Aranggi.

Program Coding Mum ini dilaksanakan 15 kali untuk setiap angkatan. Setiap angkatan terdiri dari 10 peserta. Setelah berhasil meluluskan peserta di angkatan pertama, saat ini angkatan kedua juga sudah dimulai.

“Saat ini sedang berlangsung juga kegiatan Coding Mum di Malang, dimulai bersamaan dengan kegiatan Konferensi Kota Kreatif Indonesia (ICCC 2) minggu lalu. Untuk selanjutnya kegiatan serupa akan dilaksanakan di Bogor, Bandung, Surabaya, dan  Makassar,” jelas pihak Bekraf kepada Dailysocial.

Bekraf: Masa Depan Industri Digital Cerah, Harus Difasilitasi

Salah satu pendukung acara Echelon Indonesia 2016 adalah Badan Ekonomi Kreatif (Bekraf). Dalam perbincangannya dengan DailySocial, Deputy of Infrastructure Bekraf Hari Sungkari menyebutkan bahwa industri digital, termasuk e-commerce, memiliki masa depan cerah dengan pertumbuhan 8% per tahun. Mereka harus difasilitasi oleh pemerintah, dalam hal ini termasuk Bekraf, untuk memberikan sumbangsih bagi negara.

Berikut ini adalah video perbincangan singkatnya:

Cliffworld Hadirkan Platform untuk Pertemukan Startup dengan Pemodal

PT Cliff Indonesia Kreatif mencoba turut andil dalam membantu Badan Ekonomi Kreatif (Bekraf) dalam mengembangkan potensi industri kreatif memalui platform ekosistem pembiayaan yang diberi nama Cliffworld. Platform ini didesain sedemikian rupa untuk dapat pembantu startup untuk mendapatkan akses permodalan.

Creative Director PT Cliff Indonesia Kreatif Barry Maheswara seperti diberitakan BeritaSatu mengungkapkan pihaknya berharap dengan dikembangkannya Cliffworld dapat menjembatani atau dapat mempertemukan para pengusaha kreatif dengan para pemodal untuk menjawab permasalahan terkait kemudahan akses permodalan.

Dalam soft-launching yang terselenggara baru-baru ini Cliff Indonesia Kreatif juga telah menjalin kerja sama dengan Lingkaran.co dan Bank Bukopin untuk menyelenggarakan market activation berupa rangkaian creative industry workshop yang rencananya akan digelar di Co-working Kemang setiap minggunya pada hari Rabu.

“Website cliffworld.com sudah dapat diakses oleh masyarakat Indonesia. Kami akan membuka fitur-fitur dalam secara bertahap, pada tahapan awal ini, hanya fitur sign up dan fitur post a project saja yang baru bisa diakses,” ujar Barry.

Ia juga menambahkan pada awal Mei ini fitur crowdfunding sudah dapat dijalankan, dan pada bulan Juni, fitur investment dan loan pun sudah bisa diakses.

“Pada bulan Juli, kami menargetkan agar website ini telah berjalan secara optimal dan seluruh fitur telah dibuka dan dijalankan,” imbuhnya.

Cliffworld memang dipersiapkan sedemikian rupa untuk menjadi tempat yang bisa “menjodohkan” startup dengan para pemodal. Salah satu yang diharapkan Barry dengan hadirnya Cliffworld adalah pihaknya bisa membantu para pengusaha startup untuk mendapatkan modal sehingga dapat mengembangkan usahanya dan berkompetisi di level internasional terutama untuk menghadapi era Masyarakat Ekonomi Asean (MEA)

“Kami ingin jadikan Cliffworld sebagai tempat berkumpul dan berkomunikasinya para stakeholder industri kreatif di Indonesia, sehingga terjadi kolaborasi positif,” tutup Barry

Bekraf Usulkan Pemodal Ventura Bagi Startup Dapat Insentif Pajak

Perusahaan rintisan (startup) kini telah tumbuh subur di Indonesia, terutama yang bergerak di bidang teknologi. Pun masalah mendapatkan modal bagi startup sudah tak sesulit di masa awal, namun Bekraf menganggap pertumbuhan pihak pemberi modal usaha (venture capital dan angel investor) belum sesuai harapan. Maka dari itu, Bekraf mengusulkan agar pemerintah dapat turun tangan dengan memberikan insentif fiskal bagi pemodal ventura.

Dikutip CNN Indonesia, Deputi Akses Permodalan Badan Ekonomi Kreatif (Bekraf) Fadjar Hutomo mengatakan, “Semangat untuk mendanai usaha startup yang benar-benadar pada fase awal itu harus didorong. Barangkali dengan kebijakan fiskal, tax incentive, misalkan, untuk investor-investor yang mau investasi ke startup.”

Lebih jauh, Fadjar mengungkapkan bahwa sebelum hal tersebut diusulkan kepada Kementrian Keuangan, Bekraf akan menggandeng lembaga terkait seperti Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) dalam menyusun kajian usulan pemberian insentif pajak bagi pemodal usaha startup. Diharapkan, kajian tersebut sudah selesai dalam satu atau dua bulan mendatang.

Seiring berjalannya waktu, pemodalan usaha di dunia startup yang bergerak di bidang teknologi sendiri kini sudah makin diminati di Indonesia. Hal ini bisa dilihat dari semakin banyaknya grup-grup perusahaan besar Indonesia yang sudah mulai masuk untuk membiayai startup. Beberapa di antaranya adalah Lippo, MNC, dan Sinarmas.

[Baca juga: Delapan Perusahaan Besar di Indonesia Mulai Rambah Industri E-Commerce]

“Hari ini sudah kelihatan grup-grup perusahaan besar dan konglomerat [yang] sudah mulai masuk untuk biayai startup. Didorong juga investor institusional, dana pensiun misalnya, atau perusahaan asuransi. Ini kan bisa dimanfaatkan untuk modal yang long term,” ujar Fadja dikutip dari Okezone.

Sebagai informasi, Otoritas Jasa Keuangan (OJK) pada Desember 2015 telah mengeluarkan kebijakan untuk mengatur usaha modal ventura melalui Peraturan OJK(POJK)  Nomor 35/POJK.05/ 2015 tentang Penyelenggaraan Usaha Modal Ventura. Beberapa hal yang diatur dalam kebijakan tersebut yakni  perizinan dan kelembagaan, menjalankan bisnis, tata kelola perusahan yang baik, dan pengawasan langsung.

Selain itu, OJK juga tengah menggodok POJK yang mengatur kegiatan investasi angel investor. Beberapa poin yang menjadi sorotan adalah modal minimal yang digelontorkan untuk startup yaitu sebesar satu miliar Rupiah dan jumlah startup yang boleh didanai oleh satu angel investor adalah empat perusahaan. Aturan ini ditargetkan untuk rampung pada Juni 2016.

Bekraf Dukung Echelon Indonesia 2016

Echelon Indonesia 2016 mengumumkan dukungan dari Bekraf (Badan Ekonomi Kreatif Indonesia). Jika Anda mengunjungi situs Echelon, maka Anda akan melihat ada logo Bekraf di sana. Dukungan ini menunjukkan komitmen dan usaha Bekraf untuk mendorong ekonomi digital di Indonesia.

Bekraf sendiri beberapa kali memuat inisiasi yang bersinggungan dengan ekosistem digital, misalnya saja menyiapkan kurikulum pendidikan HTML5 untuk perempuan Indonesia, menyiapkan rencana strategis untuk industri game di Indonesia bersama pengembang game dan pemerintah, serta yang terbaru bersama IDA dan Baidu merilis studi konsumsi media online di Indonesia.

Sedikit bocoran, Bekraf akan menjalankan berbagai aktivitas menarik di Echelon Indonesia 2016. Anda yang ingin tahu bagaimana pemerintah akan membantu perkembangan industri teknologi serta mendapatkan bocoran tentang program mereka, bisa menghadiri acara Echelon Indonesia 2016.

Echelon Indonesia 2016 akan digelar pada tanggal 5-6 April 2016 di Balai Kartini, Jakarta. Sebagai ajang konferensi internasional, Echelon Indonesia 2016 dapat menjadi platformbagi startup, SME, dan perusahaan berbasis teknologi untuk membawa bisnis ke level selanjutnya. Innovate – Developer – Empower adalah tiga kata kunci yang diterjemahkan dalam gelaran acara dua hari ini.

Penjualan tiket saat ini telah dibuka dan tersedia diskon dengan menggunakan kode“EMPOWER20”.

ech 2

IDA, Bekraf, dan Baidu Rilis Studi Konsumsi Media Online di Indonesia

Indonesian Digital Association (IDA), Baidu, dan Badan Ekonomi Kreatif (Bekraf) hari ini meluncurkan riset “Studi Konsumsi Media Online” di kantor Kaskus Jakarta. Acara yang turut dihadiri oleh Ketua IDA Edi Taslim, Kepala Bekraf Triawan Munaf, dan Country Director Baidu Bao Jianlei mengupas semua tren serta tingkat konsumsi berita melalui smartphone yang ternyata merupakan perangkat tertinggi di perkotaan Indonesia.

“Saat ini masih kurang riset yang dikeluarkan terkait dengan konsumsi media terhadap pemberitaan secara online, tentunya dengan diluncurkannya hasil studi ini dapat membantu angoota IDA secara khsusus dalam hal memberikan konten yang menarik dan bermanfaat untuk publik,” kata Edi.

Sementara itu Bekraf menyambut baik adanya riset yang dikeluarkan khusus untuk memantau aktifitas yang terjadi oleh konsumen terkait pemberitaan di smartphone, dengan demikian Bekraf selaku lembaga yang menaungi banyak insan periklanan dan lainnya dapat menerapkan hasil riset ini dengan baik dan tentunya tepat sasaran.

“Kami mengajak para kreator untuk terus berkreasi dan pintar dalam memanfaatkan teknologi. Hal ini sejalan dengan rencana pemerintah menjadikan Indonesia sebagai kekuatan baru ekonomi digital di Asia,” kata Triawan Munaf.

Indonesia sebagai negara di Asia Tenggara yang dikenal sebagai Mobile-First Country, memiliki kebiasaan yang cukup unik dan tentunya berbeda dengan negara lainnya di Asia Tenggara. GfK selaku perusahaan market research terkemuka di Indonesia, melakukan riset di 5 kota besar di Indonesia yaitu Jakarta, Bodetabek, Surabaya, Bandung dan Semarang di penghujung tahun 2015 dan mencakup 1521 panelis serta 775 responden yang dilakukan wawancara langsung.

Mengupas potensi media dan pemasaran berdasarkan panel digital media

Keberadaan smartphone saat ini sudah banyak merubah kebiasaan masyarakat memanfaatkan informasi, mengkonsumsi barang dan lainnya. Semua hal tersebut biasa dilakukan secara multitask oleh sebagian besar pengguna smartphone di Indonesia.

Dengan makin banyaknya konten yang ada di dunia digital saat ini, tentunya menjadikan tantangan untuk advertiser dan agency untuk menilai konten seperti apa yang sesuai, dimana lokasi, device apa yang ingin ditarget dan masih banyak lagi. Itulah perubahan yang dihasilkan berdasarkan makin maraknya konten digital saat ini.

Dalam hal ini, GfK melakukan pendekatan dengan cara multi approach untuk mendapatkan hasil studi yang relevan. Riset dikategorikan dalam 3 bagian, yaitu device behaviour, media behaviour (TV, radio, print, majalah) dan other data set (purchase data, demographic, lifestyle data)

Hasil studi menghasilkan bahwa pembaca berita online cenderung didominasi oleh kelompok usia 33-42 tahun dan lebih banyak dari kalangan pria daripada wanita. 60% di antaranya membaca berita secara rutin tiap minggu sementara 24% lainnya membaca berita setiap hari. Dari segi status sosial ekonomi lebih banyak didominasi oleh SES A dan B.

Konten yang paling banyak dibaca di smartphone di antaranya adalah berita hiburan, musik, dan film, disusul dengan isu sosial masing-masing mencapai 73% dan 70%. Sementara itu Detik merupakan portal berita favorit yang dipilih oleh responden disusul dengan BABE. Yang perlu diperhatikan oleh media online yang ada, terkait dengan pembuatan konten idealnya adalah buatlah konten yang bisa disesuaikan dengan target pasar yang ada, mulai dari kalangan millenial, pekerja hingga orang tua.

Sementara itu pembaca Indonesia lebih menyukai berkunjung ke situs yang menyuguhkan berbagai tipe konten sebanyak 83% dan sebanyak 17% lebih memilih untuk membaca di situs yang spesifik membahas kategori konten tertentu. Hal ini juga berhubungan dengan lanskap pemain lokal yang pada umumnya memang lebih banyak didominasi oleh situs berita umum. Sebagian besar responden menemukan berita melalui mesin pencari dengan persentase 31%, kanal di situs 28%, dan melalui media sosial sebanyak 24%, sementara hanya 10% saja yang langsung membuka dari halaman muka situs.

Snapchat, BBM, OLX, dan GO-JEK aplikasi favorit

GfK juga mencatat durasi pemakaian smartphone setiap harinya rata-rata sebanyak 5,5 jam, dan sebanyak 44 kali aplikasi dibuka oleh pengguna setiap harinya. Untuk platform chat messaging BBM dan WhatsApp masih mendominasi dan merupakan chat platform favorit di Indonesia. Sementara untuk media sosial, Facebook mengalami jumlah penurunan dan kenaikan yang kerap berubah sementara Instagram terus merangkak naik, mulai dari jumlah pengguna hingga engagement.

Untuk platform mobile, Android di Indonesia masih mendominasi dengan besar persentase 96%. Untuk aplikasi yang paling banyak diunduh oleh pengguna dalam smartphone adalah games/permainan, disusul dengan chat/messaging dan tentunya media sosial. Clash of Titans merupakan games paling banyak diunduh, Snapchat merupakan layanan pesan foto yang paling digemari, OLX menjadi aplikasi terkait e-commerce yang paling populer, dan GO-JEK merupakan aplikasi transportasi yang paling banyak diunduh oleh pengguna Android di Indonesia.

Yang menarik dalam hasil studi tersebut turut dibahas consumer behavior mengenai alasan konsumen mengunduh aplikasi, menghapus dan menjadikan aplikasi tersebut useful dan useless.

Secara keseluruhan hasil riset terbilang cukup lengkap dan tentunya rekevan dengan industri terkait, namun demikian hasil studi yang diluncurkan oleh IDA, Bekraf dan Baidu ini belum bisa dikonsumsi untuk publik dan hanya untuk kalangan terbatas. Seperti yang dijanjikan oleh Baidu, dalam waktu dekat Baidu juga akan merilis hasil studi penggunaan aplikasi mobile di Indonesia.

“Baidu sepenuhnya mendukung pengembangan ekosistem digital di Indonesia, pengadaan riset menjadi penting karena industri digital perlu didukung data industri untuk bisa berkembang. Kami berharap riset ini menjadi salah satu acuan bagi pemain digital di Indonesia dan mempelajari kebiasaan netizen di Indonesia,” ungkap Country Director Baidu Bao Jianlei.

Menyorot Berbagai Regulasi Pemerintah dalam Perspektif Ekonomi Digital

Tak dipungkiri bahwa ketidaksigapan regulasi pemerintah akan kehadiran berbagai layanan baru (digital) menimbulkan gejolak yang cukup berimbas di industri digital. Beberapa contoh telah membuktikan, sebelumnya di pertengahan tahun lalu Kementerian Perdagangan sempat merilis RPP E-Commerce. Salah satu pasal yang dirumorkan di RPP tersebut adalah bagaimana siapapun yang ingin menjadi penjual ataupun pembeli online, harus melalui tahap verifikasi atau yang biasa disebut KYC (Know Your Customer). Sontak rumusan ini membuat industri resah, karena justru akan mempersulit dalam melebarkan pangsa pasar. Namun dewasa ini rumusan tersebut tak berlanjut, kini sudah ditindaklanjuti dengan lebih bijak dengan rancangan Roadmap E-Commerce yang tengah digulirkan oleh pemerintah.

Tak hanya di ranah e-commerce, sebelumnya keputusan Menteri Perhubungan Ignasius Jonan juga menyulut kemarahan publik. Berlandaskan Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2009 Tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan serta Peraturan Pemerintah Nomor 74 Tahun 2014 Tentang Angkutan Jalan, pihaknya melarang layanan transportasi berbasis aplikasi ala Go-Jek, Grab Bike, Uber, dan lain-lain, untuk beroperasi. Kemarahan rakyat membuat presiden akhirnya turun tangan untuk meluruskan masalah yang ada. Dua hal ini setidaknya sudah dapat menjadi contoh bagaimana sikap pemerintah yang masih harus dibenahi dalam mengayomi industri digital yang sedang bertumbuh di tanah air.

Kendati masih sering terjadi keributan terkait regulasi dan layanan digital sampai saat ini, namun sejatinya pemerintah menginginkan tatanan yang baik dalam lanskap digital nasional. Sebagai salah satu wujud dari dukungan tersebut, pada pemerintahan sekarang ini secara khusus presiden membentuk Badan Ekonomi Kreatif (Bekraf) yang ditugaskan untuk mengakomodir industri kreatif dan digital, termasuk bertugas menjembatani komunikasi antara pemain industri dengan pemerintah sebagai penyusun regulasi. Hasilnya cukup efektif, beberapa terobosan mulai terlihat matang, salah satunya terkait dengan HKI (Hak Kekayaan Intelektual).

Kepada DailySocial, secara khusus Deputi Bidang Infrastruktur Badan Ekonomi Kreatif (Bekraf) Hari Santosa Sungkari pernah menyampaikan bahwa pihaknya ingin selalu mendorong startup dan industri kreatif lainnya untuk memperhatikan tentang HKI. Bahkan inisiatif tersebut kini menjadi salah satu program unggulan yang sedang digencarkan oleh Bekraf.

Dukungan pemerintah terhadap industri startup saat ini masih menjadi diskusi menarik. Penting bagi kita pelaku industri untuk mendapatkan wawasan tentang bagaimana pandangan pemerintah selaku penentu regulasi untuk mendukung industri yang sedang berkembang. Hal inilah salah satu yang ingin diangkat dalam diskusi workshop yang akan diselenggarakan idEA (Asosiasi E-Commerce Indonesia) menghadirkan para regulator (Kemenkominfo dan Bekraf) serta industri digital (idEA dan DailySocial). Mengangkat tema besar “Investasi di E-Commerce Menyorot Berbagai Regulasi Pemerintah”, bersama para pakar akan diperbincangkan tentang nasib industri digital di tangan pemerintah.

Diawali dengan pengantar materi dari asosiasi industri dan media yang menyoroti industri digital (dalam hal ini menggunakan studi khasus e-commerce), workshop akan dibuka dengan menggali kondisi industri dan regulasi yang ada saat ini. Dilanjutkan dengan memahami poin-poin penting yang dapat dijadikan pembelajaran dari kegiatan industri dan penyusunan e-commerce yang telah berjalan. Dan akan dilengkapi dengan tanggapan pemerintah seputar pandangan dan dukungan yang akan diberikan untuk industri terkait, termasuk dalam kaitannya dengan perizinan, konten dan investasi.

Menjadi sebuah kesempatan baik bagi para pelaku, pecinta dan pemerhati industri digital untuk turut serta dalam diskusi ini, sembari memberikan masukan yang pas untuk pemerintah dari perspektif industri digital untuk dijadikan pertimbangan dalam rumusan regulasi yang digarapnya. Data dan fakta yang ada di industri juga akan menjadi sebuah insight menarik untuk meneropong sejauh mana industri digital nasional berkembang.

Workshop ini, yang merupakan bagian dari rangkaian acara IESE (Indonesia E-Commerce Summit and Expo 2016), akan diadakan pada hari Kamis, 10 Maret 2016 pada jam 16.00 – 18.00 bertempat di Kaffeine Cafe & Resto, The Foundry No. 8, Zone A – SCBD Lot 8, Jl. Jend. Sudirman Kav 52 Jakarta.

Informasi lebih lanjut seputar workshop dan pendaftaran dapat dilihat melalui tautan berikut ini: http://bit.ly/publikworkshopidea.

Social Media Week Jakarta 2016 Sukses Digelar

Pagelaran Social Media Week Jakarta 2016 selesai digelar pada Minggu lalu. Antusiasme dari berbagai kalangan terlihat jelas dari terborongnya tiket di setiap sesi yang disediakan panitia. Mengangkat tema besar “The Invisible Hand: Hidden Force of Technology”, menjadi daya tarik tersendiri bagi orang-orang yang concern di dunia IT dan media sosial untuk mengetahui update terkini dari teknologi dunia.

Saat ditemui DailySocial di sela-sela sesi Minggu lalu, Chairman Social Media Week Jakarta Antonny Liem mengatakan:

“SMW yang ada saat ini sudah tidak lagi hanya tentang media sosial, tapi sudah menampilkan berbagai aspek tentang teknologi, media sosial menjadi salah satu bagian di dalamnya. Dalam satu minggu orang dari berbagai kalangan berkumpul mengikuti berbagai sesi untuk berdiskusi dan membicarakan tentang teknologi.”

Antonny juga menyampaikan bahwa acara yang dilakukan tahun ini merupakan tindak lanjut SMW Jakarta yang diadakan tahun lalu, yang merupakan pertama kalinya SMW dibawa ke Indonesia. Animo yang cukup tinggi pada batch pertama menantang penyelenggara untuk menyukseskan kembali SMW Jakarta untuk kali kedua.

Tema SMW tahun ini secara global ingin mencoba melihat lebih dekat berbagai teknologi yang saat ini sudah kian melekat di aspek kehidupan. Seperti disampaikan oleh Kepala Bekraf Triawan Munaf dalam sesi keynote-nya, bahwa saat ini hidden technology berada dalam dua kelompok besar, good force dan bad force.

Event SMW membawakan banyak case study dan insight untuk memberikan pemahaman kepada masyarakat bahwa sisi bad force tersebut tidak mungkin dihilangkan, kecuali dengan memperbanyak sisi good force yang ada.

Rama Mamuaya dalam sesi keynote SMW Jakarta membahas tentang lanskap bisnis teknologi Indonesia

Banyak hal memang yang mencoba dikuak dalam SMW Jakarta kali ini. Salah satunya disampaikan CEO DailySocial Rama Mamuaya tentang lanskap bisnis teknologi di Indonesia. Rama menyampaikan banyak hal seputar tren startup di tahun 2015, mulai dari ulasan produk on-demand, pendanaan, hingga bisnis fintech yang mulai menjadi perbincangan hangat dewasa ini.

Sebagai salah satu pemateri keynote, Rama menyampaikan testimoninya untuk acara SMW di tahun ini:

“Di tahun kedua ini, SMW telah membuktikan diri menjadi event yang wajib dihadiri untuk semua insan digital di Indonesia, terutama marketer, startup dan siapa pun yang ingin mengetahui lebih lanjut mengenai dunia digital di Indonesia.”

Social Media Week masih akan bergulir di berbagai belahan dunia yang lain. Melihat antusias masyarakat di Indonesia yang begitu bersemangat, sangat dimungkinkan untuk putaran berikutnya SMW akan hadir kembali di Jakarta, dengan tema bahasan yang lebih segar, sesuai tren yang sedang menjadi perbincangan hangat di kancah teknologi global.


Disclosure: DailySocial adalah media partner Social Media Week Jakarta 2016

Badan Ekonomi Kreatif Luncurkan Aplikasi Mobile BIIMA

Badan Ekonomi Kreatif, atau yang lebih dikenal dengan Bekraf, kembali menunjukan keseriusannya perihal hak kekayaan intelektual dan hal semacamnya. Untuk lebih mengedukasi masyarakat, Bekraf baru-baru ini meluncurkan aplikasi mobile yang berisi panduan atau informasi mengenai hak cipta. Mulai informasi dasar hingga ketentuan atau persyaratan untuk mengurus perizinannya.

Aplikasi ini dinamakan BIIMA (BEKRAF’s IPR Info in Mobile Apps). Dalam informasi singkatnya aplikasi ini disiapkan Bekraf untuk menyajikan informasi mengenai hak kekayaan intelektual secara lebih praktis dan bisa diakses dari mana saja. Dengan tujuan untuk membantu masyarakat umum dan pelaku ekonomi kreatif dalam memahami perlindungan hak kekayaan intelektual bagi produk-produk ekonomi kreatif yang mereka hasilkan.

“Aplikasi BIIMA dikembangkan untuk mendukung kerja kreatif kita semua dalam konteks Hak Kekayaan Intelektual yang perolehannya dapat meningkatkan nilai ekonomis sebuah produk kreatif,” kata Kepala Bekraf Triawan Munaf dalam rilis pers yang kami terima.

Aplikasi Bekraf ini dikemas secara sederhana. Didominasi warna hitam dengan huruf logo huruf “B” di tengah aplikasi ini memajang tiga menu di halaman utamanya. Menu “Apa karya Anda?”, menu “Sentra Informasi”, dan menu “layanan bantuan”.

Screenshot_2016-02-24-13-42-53

Di menu pertama, pengguna bisa mencari informasi mengenai hak kekayaan intelektual berdasarkan kategori, seperti, suara, gambar atau foto, gambar bergerak, tarian, fashion, tulisan, kriya atau seni, kuliner, hingga teknologi atau perangkat lunak. Jika salah satu kategori dipilih pengguna akan dihadapkan dengan sub kategori yang detail yang akan memberikan pengguna informasi detil tentang sub kategori. Lengkap dengan biaya pemohonan.

Untuk menu kedua, pengguna disuguhkan informasi mengenai merek, paten, hak cipta, desain industry, tata letak sirkuit terpadu, dan rahasia dagang. Informasinya pun disajikan padat dan jelas. Termasuk biaya, baik pemohon baru atau perpanjangan.

Di menu ketiga, ada sub menu mengenai informasi aplikasi, informasi surel dan kantor bekraf, dan juga daftar pertanyaan umum mengenai hak kekayaan intelektual.

“Semoga aplikasi info HKI yang diluncurkan hari ini dapat membantu masyarakat untuk lebih memahami perlindungan hak kekayaan intelektual atas karya-karyanya,” tambah Deputi Fasilitasi HKI dan Regulasi Ari Juliano Gemma.

Aplikasi ini menurut kami bermanfaat, meskipun tidak ada fungsi aplikasi lain di luar sekedar informasi. Jika boleh berandai-andai, sebaiknya BIIMA memungkinkan hadirnya menu registrasi atau pengajuan HKI via aplikasi sebagai hal yang utama. Saat ini aplikasi BIIMA bisa diunduh melalui Google Play.

Application Information Will Show Up Here

Industri Kreatif Harus Dilindungi Hak Kekayaan Intelektual

Berbicara tentang industri startup erat kaitannya dengan proses kreatif di dalamnya. Rata-rata produk yang dihasilkan oleh startup adalah produk yang memerlukan proses pemikiran, perancangan, riset hingga implementasi. Produk kreatif erat kaitannya dengan bagaimana sebuah ide brilian direalisasikan dalam sebuah karya, menjadi produk yang bisa dipakai banyak orang.

Beberapa waktu lalu DailySocial berkesempatan berbincang dengan Deputi Bidang Infrastruktur Badan Ekonomi Kreatif (Bekraf) Hari Santosa Sungkari. Dalam kesempatan tersebut terdapat sebuah bahasan pokok yang menjadi perbincangan, yaitu terkait dengan Hak Kekayaan Intelektual (HKI) yang seharusnya menjadi landasan penting dari sebuah pengembangan produk kreatif.

“Sebuah produk kreatif terdiri dari bentuk fisik dan non-fisik. Bentuk fisik sering kali menjadi satu-satunya hasil produk yang dibisniskan untuk mencapai keuntungan ekonomis. Padahal justru yang menjadi core dari sebuah produk kreatif adalah kekayaan intelektual yang ada di dalamnya. Kekayaan intelektual tersebut yang harusnya mampu memberikan nilai ekonomis lebih tinggi dibanding dengan barang fisik yang dihasilkan,” ujar Hari memulai perbincangan.

Hari melanjutkan, “Saya melihat proses kreatif produk startup di Indonesia sudah semakin bagus, tapi kesadaran tentang HKI masih rendah, padahal HKI akan melindungi karya dari pemalsu dan memberikan jaminan kualitas yang mahal untuk produk yang dihasilkan.”

Menurut Hari startup harus aware dengan upaya peningkatan merek dagang. Seiring dengan pengembangan produk menuju produk bagus, startup harus memiliki inisiatif untuk memikirkan hak cipta dan paten terhadap merek tersebut. Hari mencontohkan beberapa produk yang biasa saja, namun ketika produsen sudah memiliki brand yang kuat maka nilai jualnya juga tinggi. Keuntungan seperti ini yang diharapkan untuk pengembang produk kreatif di dalam negeri.

Mendukung awareness HKI untuk industri kreatif dalam negeri, Bekraf berinisiatif membantu proses pendaftaran HKI secara end-to-end, termasuk dari sisi pembiayaan (proses pendaftaran HKI akan gratis, biaya ditanggung Bekraf). Saat ini pihak Bekraf bersama Kementerian Hukum dan HAM (Menkumham) sedang menggodok mekanisme terbaik. Direncanakan akhir Februari 2016 ini industri kreatif sudah bisa menikmati kemudahan proses HKI dari Bekraf.

Dalam melakukan pendaftaran HKI nantinya Bekraf akan menyajikan dua prosedur, yakni sesi konsultasi dan sesi validasi kelayakan. Dari pengalaman terdahulu proses ini banyak yang menilai lama dan cukup rumit. Bekraf mengatakan bahwa bersama pihak Menkumham akan menyederhanakan proses HKI ini, sehingga memicu banyak karya kreatif yang dipatenkan di Indonesia. Tahun ini target Bekraf ada 1.000 lebih pendaftar HKI.

“Selain menekankan kepada HKI kami juga ingin membuka kanal selebar-lebarnya untuk industri kreatif dalam ngeri berkembang. Salah satu contohnya bersama pemerintah kami mengupayakan membuka investasi asing yang lebih luas untuk film. Kami ingin di Indonesia banyak bioskop alternatif yang akan lebih sering memutar film Indonesia,” pungkas Hari.