Startup Big Data “Delman” Dapatkan Pendanaan 23,6 Miliar Rupiah dari Intudo Ventures, Prasetia Dwidharma, dan Qlue

Startup pengembang platform manajemen big data, Delman, hari ini (26/5) mengumumkan penerimaan pendanaan tahap awal senilai US$1,6 juta atau setara dengan 23,6 miliar Rupiah. Putaran investasi ini dipimpin oleh Intudo Ventures, didukung Prasetia Dwidharma Ventures dan startup pengembang solusi smart city Qlue.

Dana segar yang didapat akan difokuskan untuk ekspansi bisnis, dengan mengembangkan ekosistem manajemen big data yang dapat digunakan klien untuk membuat prediksi dan keputusan bisnis, serta membangun Delman R&D Center di Surabaya tahun ini.

“Kami menemukan bahwa rata-rata perusahaan mengeluarkan US$200 ribu dan 70% waktunya untuk membersihkan (cleansing) dan mengklasifikasikan data menjadi sebuah database (warehousing). Banyak data yang bentuknya tidak seragam, tidak beraturan, hingga salah ketik, sehingga menyulitkan data scientist untuk mengolah data tersebut dan menjadikannya analisis yang tepat secara real-time,” jelas Founder & CEO Delman Surya Halim.

Sejak berdiri di tahun 2018, Delman sudah bekerja sama dengan Qlue untuk membantu manajemen big data berbagai perusahaan dan instansi pemerintah. Adapun solusi yang akan dihadirkan mulai dari menggabungkan, membersihkan, dan mengklasifikasi data; hingga memvisualisasikan data dalam bentuk dasbor yang mudah dipahami.

Sementara itu, Founder & CEO Qlue Rama Raditya mengatakan, di tengah pandemi perusahaannya tetap secara aktif melakukan investasi di startup yang memiliki potensi besar. Ia percaya, sebagai pendatang baru Delman akan menjadi pemain utama di industri big data dan mendorong big data ke level yang lebih tinggi di Indonesia. Sebelumnya Qlue juga sempat berpartisipasi dalam putaran pendanaan awal Nodeflux

“Pasar big data di Indonesia akan terus berkembang dan pemenuhan kebutuhan solusi pun mulai bergeser ke perusahaan lokal karena solusi yang diberikan sesuai dengan kebutuhan perusahaan Indonesia. Selain itu kami melihat banyak perusahaan di Indonesia yang ingin melakukan transformasi digital, namun belum optimal dalam mengolah dan menganalisis big data,” ungkap Rama.

Founding Partner Intudo Ventures Eddy Chan mengatakan, “Sejak bertemu dengan founding team Delman di Silicon Valley pada tahun 2017, kami telah melihat pertumbuhan mereka sebagai manajemen yang solid dan kami akan terus mendukung mereka ke depannya.”

Melihat Kontribusi Startup melalui AI, Big Data, dan Machine Learning selama Pandemi

Salah satu cara yang terus diupayakan dalam melakukan perlawanan terhadap situasi pandemi ini adalah dengan pemanfaatan teknologi seperti artificial intelligence (AI) serta machine learning untuk memenuhi kebutuhan masyarakat. Mulai dari kebutuhan informasi terkait pandemi hingga bantuan pelayanan kesehatan dapat dinikmati dengan lebih cepat dan mudah melalui pemanfaatan teknologi-teknologi tersebut.

Hal ini yang juga menjadi pembahasan dalam webinar “Behind The Wheel” seri keempat yang diselenggarakan pada Rabu (20/5) lalu. Memasuki seri terakhirnya, webinar ini mengambil tema “AI and Machine Learning to Fight COVID-19”. Seri keempat ini mendatangkan beberapa pembicara seperti Budi Gunadi Sadikin (Wakil Menteri Badan Usaha Milik Negara), Faizal Djoemadi (Chief Digital and Innovation TelkomGroup), Irzan Raditya (CEO Kata.ai), Bachtiar Rifai (CEO Volantis), Shannon Lee (Investment Director MDI SG), Kyle Kling (Head of Investment MDI US), serta dimoderatori oleh Kenneth Li (Managing Partner MDI SG). Melalui tema ini, dibahas bagaimana implementasi AI dan machine learning dalam penanganan virus covid di Indonesia sejauh ini.

Penerapan AI di Indonesia selama Pandemi

Selama masa pandemi, pemanfaatan dari AI cukup berpengaruh terhadap pelayanan kesehatan di Indonesia. Penggunaan  AI, big data, dan machine learning disebut dapat mengubah bentuk pelayanan kesehatan terhadap masyarakat melalui implementasinya pada berbagai use case di industri kesehatan.

Hal ini juga disampaikan oleh Wakil Menteri BUMN, Budi Gunadi Sadikin pada awal sesi webinar ini. Beliau mengatakan bahwa pemanfaatan AI dapat digunakan untuk early disease detection serta sebagai tindakan preventif mulai dari layanan kesehatan hingga penyediaan obat selama masa pandemi ini. Selain itu, beliau juga menyampaikan bahwa situasi krisis belakangan ini juga harus dilihat sisi lainnya sebagai kesempatan untuk mengembangkan inovasi-inovasi baru dan berkolaborasi untuk mencapai tujuan-tujuan yang diharapkan.

“Many people see this as a danger, but some people should see this as an opportunity” tambahnya.

Bila dibandingkan dengan negara-negara di Asia Tenggara, tingkat adopsi AI di Indonesia sudah termasuk tinggi bahkan juga disebut berada di atas Singapura. Meski begitu, penerapan AI di negara tersebut kurang lebih sama cakupannya seperti di Indonesia yaitu melalui pemanfaatan chat assistant, contact tracing, dan otomatisasi proses pekerjaan dengan menggunakan teknologi tersebut.

It’s going to limit human involvement and help push social distancing so we can perform tasks that workers otherwise can’t do at home” terang Investment Director MDI Singapore, Shannon Lee.

Melihat Potensi Implementasi di berbagai Use Case

Penggunaan AI dan machine learning yang dapat dimanfaatkan di berbagai use case juga diharapkan dapat terus mendorong hadirnya inovasi baru untuk membantu masyarakat khususnya selama masa pandemi ini. Akan tetapi, menurut Chief Digital and Innovation TelkomGroup, Faizal Djoemadi, hal pertama yang harus dilakukan adalah mengetahui apa masalah atau use case yang ingin diselesaikan terlebih dahulu. Dengan begitu, inovasi yang dihadirkan dapat lebih sesuai dengan kebutuhan masyarakat.

“Problem atau use case ini bisa datang dari customer, atau datang dari orang yang membutuhkan, atau datang dari kita yang kreatif mencoba menerka-nerka kira-kira apa permasalahan yang bisa diselesaikan” ujar Faizal.

Pemanfaatan di berbagai use case ini juga dilihat oleh Head of Investment MDI US, Kyle Kling. Kyle melihat beberapa implementasi seperti population health analytics, disease management, patient monitoring, dan diagnostics solution sebagai bentuk kontribusi penggunaan AI dan dalam membantu pelayanan kesehatan yang lebih efisien selama masa pandemi ini.

The faster, cheaper, more effective tests can help doctors quickly help patients” tambah Kyle

Kontribusi Startup melalui Inovasi Produknya

Situasi pandemi ini juga dimanfaatkan oleh berbagai startup yang memiliki inovasi produk dengan menggunakan AI dan Big Data untuk memberikan dampak lebih dalam membantu memenuhi kebutuhan masyarakat. Kesempatan berkontribusi ini juga dilihat oleh dua startup yang bergabung dalam platform Indonesia Bergerak, Kata.ai dan Volantis.

Saat ini, Kata.ai tengah fokus mengembangkan platform yang memberikan informasi terkini dalam bentuk chatbot terkait virus corona di Indonesia. CEO Kata.ai, Irzan Raditya, melihat bahwa situasi pandemi ini membawa dua masalah yang harus segera diselesaikan untuk memenuhi kebutuhan masyarakat, yaitu masalah kesehatan dan ekonomi sosial.

It’s an opportunity for everyone to collaborate, not about the economic value but the real impact for the society” tambah Irzan.

Bagi CEO Volantis, Bachtiar Rifai, situasi pandemi ini juga dapat memperlihatkan pentingnya data untuk pemberian informasi yang akurat. Sehingga, data-data tersebut dapat membantu masyarakat lebih waspada dan juga dapat membantu pemerintah daerah melakukan prediksi dalam penanganan penyebaran virus di daerahnya.

“Adanya misinformasi antar satu lembaga dengan lembaga lain atau adanya ketidakakuratan data sinkronisasi mungkin membuat masyarakat bingung” tambah Bachtiar.

Selain itu, kontribusi startup-startup ini juga dapat dilihat melalui aplikasi buatan TelkomGroup, Peduli Lindungi, yang menggunakan dashboard dari startup-startup yang tergabung di Indonesia Bergerak. Aplikasi ini memiliki fungsi tracing, tracking, dan fencing yang dapat memenuhi kebutuhan masyarakat dan pemerintah dalam menanggulangi wabah virus corona di Indonesia.

Pembahasan mengenai pemanfaatan AI ini menjadi penutup dari rangkaian seri webinar Behind The Wheel yang telah berlangsung selama empat pekan. Melalui webinar ini, MDI Ventures dan TelkomGroup membahas banyak topik seputar bagaimana peran startup dalam berkontribusi dan memberikan dampak positif dalam memenuhi kebutuhan masyarakat selama masa pandemi ini.

Disclosure: Artikel ini merupakan bagian dari publikasi seri webinar Behind The Wheel yang diselenggarakan oleh MDI Ventures.

Rencana dan Fokus Bisnis PHI-Integration Setelah “Rebranding” Menjadi Xeratic

Setelah sebelumnya dikenal dengan nama PHI-Integration, perusahaan perangkat lunak yang menyediakan layanan analisis dan manajemen data melakukan rebranding dengan nama baru mereka Xeratic.

Kepada DailySocial Co-Founder Xeratic Victor Gunawan mengungkapkan, visi startupnya tidak pernah berubah meskipun telah menggunakan nama baru. Di awal, pangsa pasar yang ditargetkan adalah korporasi atau perusahaan menengah ke atas. Namun 6 bulan terakhir Victor dan tim melihat adanya kebutuhan di segmen UKM, sehingga lahirlah Xeratic sebagai upaya untuk memperluas pangsa pasar.

“Kami percaya bahwa memiliki data yang berkualitas tinggi serta sistem untuk mengelola data yang baik merupakan fondasi penting dalam strategi transformasi digital setiap perusahaan. Kami percaya bahwa data yang bersih akan mendorong perusahaan untuk mencapai analisis bisnis yang jauh lebih baik, terutama di masa sekarang, di mana efisiensi proses dan ketepatan pengambilan keputusan sangat perlu dilakukan; pemanfaatan machine learning dan kecerdasan buatan yang lebih baik adalah kuncinya,” kata Victor.

Xeratic adalah brand produk SaaS untuk pengolahan dan analisa data. Dengan fokus ke data cleansing dan machine learning, didesain membantu pemegang keputusan mengambil kebijakan yang lebih akurat. Termasuk membawa perusahaan menjadi data-driven company.

“Dengan data yang bersih dan akurat, sistem AI akan bekerja sangat maksimal untuk membaca pola data dan menghasilkan informasi yang akan membantu pemegang keputusan melihat kesempatan yang bisa didapatkan dan potensi kerugian yang bisa dihindari,” imbuh founder Xeratic Feris Thia.

Rencana di tahun 2020

Formula "solving data" Xeratic
Formula “solving data” Xeratic

Meskipun baru dimulai, saat ini sudah ada beberapa UKM yang telah menjadi mitra piloting dan mendapatkan manfaat dari layanan yang ditawarkan oleh Xeratic.

“Tahun ini kami berencana untuk penetrasi lebih banyak lagi UKM, juga tentunya tetap melayani perusahaan menengah ke atas yang kami lihat di masa pandemi ini sangat butuh efisiensi proses dan pengambilan keputusan tersebut. Produk dan layanan kami sudah terbukti di beberapa industri seperti finansial, ritel, dan manufaktur,” kata Feris.

Xeratic juga menjalin kemitraan strategis dengan beberapa perusahaan teknologi dunia dan juga lokal. Hitachi Vantara dan Microsoft adalah yang paling lama berinteraksi, karena memang Xeratic menggunakan dan juga mengembangkan beberapa solusi perusahaan di atas platform teknologi mereka.

“Dalam perkembangannya, kami bermitra juga dengan beberapa perusahaan Solution Integrator (SI), juga sebagai collaboration channel kami ke pasar komersial yang lebih luas,” kata Victor.

Penyebaran virus Covid-19 menjadi salah satu kendala bagi bisnis Xeratic, salah satunya adalah penetrasi pasar lebih terhambat. Tetapi di saat bersamaan perusahaan juga tetap memacu untuk mewujudkan misi untuk edukasi pasar melalui DQLab.id. Portal tersebut merupakan online learning untuk data. Program belajar tersebut disusun secara terstruktur untuk mempersiapkan talenta praktisi data baru.

Setelah mendapatkan pendanaan tahap awal dari East Ventures dan Skystar Capital tahun 2018 lalu, Xeratic memiliki rencana untuk kembali melakukan penggalangan dana. Melalui pendanaan baru nantinya diharapkan bisa membantu perusahaan menjadi pemimpin di pasar data.

Lewat Platform LOKASI dan Dheket, Bhumi Varta Technology Hadirkan Layanan Pemetaan dan Analisis Bisnis

Diluncurkan pada pertengahan tahun 2018 lalu, Bhumi Varta Technology (BVT) hadir sebagai perusahaan perangkat lunak lokal yang memiliki spesialisasi dalam intelijen lokasi, analisis bisnis, pemetaan, dan teknologi geofencing. BVT didirikan oleh tiga orang dengan latar belakang yang sangat berbeda tetapi dengan visi yang sama, yakni David Pandjaitan, Benny Emor, dan Martyn Terpilowski.

Kepada DailySocial Presiden Direktur BVT Martyn Terpilowski mengungkapkan, saat ini perusahaan mulai menggabungkan data geospasial dengan machine learning untuk melakukan analisis prediktif. BVT juga mengklaim sebagai satu-satunya perusahaan di Indonesia yang memanfaatkan perangkat lunak intelijen lokasi, big data, dan machine learning untuk kebutuhan tersebut.

“Saat ini kami juga telah membuat data untuk 138 juta perangkat seluler sangat bersih dan mudah dipahami dalam perangkat lunak kami, untuk menunjukkan kepadatan orang, daya beli, dan profil kepentingan,” kata Martyn.

Produk unggulan BVT

Salah satu produk unggulan BVT adalah LOKASI Intelligence. Merupakan analytic tool yang dirancang untuk menangkap, menyimpan, memanipulasi, menganalisis, mengelola, dan menyajikan data spasial atau geografis untuk membuat semua jenis big data agar mudah dipahami di peta dan berguna untuk bisnis.

Mesin tersebut mampu untuk memetakan sejumlah big data di seluruh Indonesia dengan menerapkan algoritma untuk menggunakan data dan data klien. BVT juga memiliki perpustakaan data yang besar termasuk di dalamnya data demografi, status sosial ekonomi, point of interest, peraturan zonasi, nilai tanah,  lalu lintas orang, dan banyak lagi. Data ini kemudian dikombinasikan dengan data klien dan machine learning untuk menghasilkan informasi yang relevan dibutuhkan oleh bisnis.

Produk unggulan lainnya yang juga dimiliki adalah LOKASI Maps dan Dheket, yang ditargetkan secara spesifik untuk pasar Indonesia. Dheket akan menjadi bagian dari LOKASI Maps. Cara kerja Dheket adalah mencocokkan individu dan bisnis berdasarkan jangkauan lokasi mereka agar bisa berkomunikasi secara instan. Diharapkan produk ini bisa membantu 50 juta UKM berkomunikasi dengan klien potensial mereka. Di sisi lain bagi konsumen bisa menemukan apa yang mereka butuhkan secara instan.

Sebelumnya Dheket merupakan peserta program akselerator Ideabox Indosat tahun 2015 lalu. Namun BVT kemudian memutuskan untuk membeli nama merek tersebut dan mengembangkan teknologi baru yang lebih advance dari sebelumnya. Meskipun merupakan bagian dari produk milik BVT, namun fokus produk unggulan BVT saat ini adalah LOKASI Intelligence.

Target tahun 2020

Sebagai perusahaan B2B (dan segera menjadi B2B2C), BVT memiliki beberapa investor yang bukan dari kalangan mainstream. Pada bulan Desember 2019 lalu, perusahaan telah mengantongi pendanaan dari dua pengusaha lokal Indonesia. Mereka adalah Arya Setiadharma, CEO Prasetia Dwidharma dan Felix Setyomulyono, Managing Partner Azure Investment Partners. Keduanya bergabung sebagai investor sekaligus anggota dewan.

“Meskipun kami telah memiliki investasi yang signifikan, tujuan kami pada akhirnya adalah bisa menghasilkan laba pada tahun 2020. Tahun kedua kami fokuskan kepada operasi bisnis,” kata Martyn.

Tahun ini, BVT memiliki beberapa target yang ingin dicapai, di antaranya adalah menambah jumlah klien dan menambah jumlah tim internal hingga 100 orang. Sesuai dengan tujuan utama perusahaan yaitu memiliki sistem modular lengkap yang tersedia untuk klien, sehingga mereka dapat memilih modul tertentu yang diperlukan untuk bisnis atau organisasi mereka. BVT menargetkan bisa merampungkan rencana tersebut pada akhir Q2 tahun 2020. Pada akhir Q4 perusahaan juga berencana untuk mulai menguji peta untuk dapat disematkan ke aplikasi.

“Baru-baru ini kami telah bekerja dengan Kementerian Kesehatan untuk melacak Covid-19, sebagai satu-satunya perusahaan di Indonesia dengan data yang ada terkait dengan lalu lintas orang, usia, demografi lainnya dan kapasitas rumah sakit serta data POI lainnya yang telah dipetakan dalam satu platform,” kata Martyn.

Platform Analitik Widya Analytic Luncurkan Portal Monitoring COVID-19 Berbasis Analisis “Big Data”

Bertujuan memastikan informasi yang didapatkan masyarakat adalah benar terkait dengan penyebaran virus COVID-19, startup Yogyakarta yang fokus mengembangkan credit scoring system atau social modelling system, Widya Analytic, meluncurkan situs Monitoring & Analysis for Indonesia COVID-19 Mitigation.

Kepada DailySocial, CTO Widya Analytic Mardhani Riasetiawan mengungkapkan, portal ini diluncurkan sebagai bentuk sumbangsih kapabilitas perusahaan dalam mengumpulkan data, melakukan pengolahan data modelling dari sumber yang tidak terstruktur, dan melakukan analisis pada AI engine dengan model credit socring system. Perusahaan mengklaim teknologi yang dimiliki bisa digunakan untuk membantu pemerintah menyediakan informasi dasar dan pemantik agar stakeholder mengetahui situasi saat ini dan menentukan langkah-langkah kedepan.

“COVID-19 adalah musuh bersama saat ini, sehingga kami terpanggil untuk menggunakan teknologi big data dan AI untuk membantu menahan laju persebaran dengan data. Konsep yang kami kenalkan adalah pendekatan 360 derajat dalam melihat suatu data. Khususnya pada big data, maka data tidak hanya dimaknai satu arah/dimensi, tetapi dapat dimaknai berbagai perspektif bahkan 360 derajat,” kata Mardhani.

Nantinya masyarakat bisa memantau secara real time pergerakan dari penyebaran virus, jumlah pasien yang tertular hingga mereka yang dinyatakan sembuh. Semua informasi tersebut dikumpulkan melalui kolaborasi dengan Lab riset sistem komputer dan jaringan di FMIPA UGM.

“Skema pada covid19.gamabox.id fokus kepada data gathering dan manajemen relawan dan dispay hasil analisinya. Kemudian yang tersedia di situs Widya Analytic lebih kepada engine analytics dengan dukungan data center dan display hasil analisisnya. Cara kerja dua engine yag diletakkan di gamabox (UGM) dan Widya Analytic bersama-sama mengidentifikasi data sumbernya dan koleksi data, kemudian dikumpulkan menjadi dataset, dilakukan analisis terhadap dataset, apakah data yang diiginkan ada atau tidak, misalnya jumlah kasus, lokasi, status dan seterusnya,” kata Mardhani.

Selain Widya Analytic, sejumlah startup (termasuk Qlue, Kata.ai, Volantis, dan Qiscus) yang menjadi portofolio MDI Ventures membangun portal Indonesia Bergerak dengan semangat serupa.

Rencana Widya Analytic

Portal monitoring COVID-19 milik Widya Analytic
Portal monitoring COVID-19 milik Widya Analytic

Ke depannya teknologi yang dikembangkan Widya Analytic akan digunakan untuk keperluan berbagai sektor. Hal ini konsisten dengan tujuan awal perusahaan untuk menyediakan platform data analytics yang menunjang credit scoring system dan decision option di berbagai bidang. Saat ini perusahaan sudah mendukung beberapa proyek, termasuk di perusahaan ritel dan distribusi, bidang kesehatan, customer experience, dan product/brand monitoring.

“Dengan case yang sudah kami dukung, diharapkan platform ini bisa dan dapat optimal untuk berbagai use case yang ada, dan secara bersamaan kami membangun AI berbasis use case tadi untuk mendukung smart nation berbasis AI di masa depan,” kata Mardhani.

Didirikan oleh Kiwi Aliwarga (Founder) Alwy Herfian S (Co-Founder), Mardhani (Co-Founder/CEO), perusahaan memiliki beberapa target yang ingin dicapai. Di antaranya berfokus pada pengembangan model bisnis, kolaborasi dan juga scaling up perusahaan. Widya Analytic adalah salah satu portofolio UMG Idealab.

“Dalam kurun waktu 4 bulan kami sudah doubling resource dan terus akan mengoptimalkan. Perusahaan saat ini sangat berfokus untuk masuk dalam social movement yaitu sektor kemasyarakatan dan kemanusiaan sehingga kami menjadi single platform data driven. Akhir kuartal 2 ini layanan-layanan project Wiz dan Orion akan kami luncurkan ke publik sehingga kuartal 3 dan 4 kami akan focus ke customer development,” kata Mardhani.

Alibaba Cloud Day 2020 Indonesia: Pertama di Indonesia untuk Mendigitalisasi Nusantara

Kebutuhan akan data dengan kapasitas besar yang sering disebut dengan Big Data saat ini memang bisa dibilang menjadi yang utama. Pasalnya, hampir semua pelaku bisnis mengumpulkan berbagai jenis data untuk kelangsungan hidup perusahaannya. Oleh karena itu, dibutuhkan sebuah cloud service yang mampu membantu mereka agar dapat dengan nyaman melayani para konsumennya.

Alibaba merupakan salah satu pemain cloud yang datang ke Indonesia. Semua orang mungkin akan melihat Alibaba sebagai sebuah ecommerce terbesar di Tiongkok. Namun, dibalik usaha ecommerce tersebut, mereka pun juga menaruh semua data yang mereka miliki pada Alibaba Cloud.

Kali ini, Alibaba mengadakan sebuah acara besar di Jakarta dengan nama Alibaba Cloud Day 2020 Indonesia. Cloud Day sendiri merupakan sebuah acara yang sering diadakan oleh Alibaba dibeberapa kota besar di seluruh dunia. Tujuan utamanya adalah untuk memberitahukan pencapaian terakhir yang mereka miliki serta teknologi terbaru yang ada. Mereka pun mendatangkan para narasumber yang sudah berhasil menggunakan jasa serta teknologi Alibaba.

Alibaba Cloud Day 2020 - PolarDB

Alibaba Cloud Day 2020 merupakan perhelatan yang pertama diadakan di Indonesia.  Acara ini sendiri diadakan pada tanggal 16 Januari 2020 lalu yang bertempat di Hotel Raffles Jakarta. Saya pun diundang untuk datang ke acara yang ternyata mendapatkan antusias yang sangat tinggi dari para pelaku bisnis di Indonesia.

Saat saya datang, tidak terlihat tempat duduk yang kosong. Bahkan mau tidak mau saya harus duduk di lantai sementara masih banyak peserta yang harus berdiri karena tidak kedapatan tempat duduk.

Alibaba sangat yakin terhadap kekuatan Cloud mereka. Hal ini terungkap pada saat membicarakan mengenai ajang 11.11 (Double 11) tahun 2018 lalu yang diselenggarakan di hampir 200 negara di seluruh dunia. Cloud dari Alibaba ini mampu menangani sekitar 600 juta pelanggan dan mampu mengolah 544 ribu pesanan per detik. Mereka pun sangat yakin bahwa tidak semua jasa cloud mampu menangani hal seperti ini. Semua itu dijalankan oleh Alibaba pada sistem inti buatan mereka sendiri.

Alibaba pun juga membagikan rahasia keberhasilan bisnis internet mereka pada ajang ini. Selama sepuluh tahun, ada tiga pilar yang berhasil mereka jalankan. Pertama adalah melakukan migrasi infrastruktur ke cloud. Lalu mereka membangun core competencies berdasarkan internet. Terakhir, mereka membuat aplikasi pintar yang bakal membuat data secara otomatis.

Alibaba Cloud Day 2020 - Launch

Dengan membangun semua itu, Alibaba pun juga memiliki sistem database yang mereka klaim paling baik dan cepat. Alibaba memiliki PolarDB, yang diklaim memiliki berbagai kelebihan dibandingkan dengan database lain seperti MySQL. Mereka pun memiliki sistem tersendiri untuk melakukan konversi dari satu database ke PolarDB, sehingga dapat berjalan dengan optimal pada Alibaba Cloud.

Pada tahun finansial 2019 di Indonesia yang berakhir pada bulan Maret, Alibaba ingin lebih serius dalam menggarap pasar di Indonesia. Oleh karena itu, mereka telah menggelontorkan lebih banyak investasi untuk ditanam di Indonesia. Leon Chen, Head of Alibaba Cloud Indonesia mengatakan bahwa dalam strategi mereka, Indonesia masuk ke dalam prioritas alibaba. Mereka pun ingin mengembangkan lebih banyak talenta dalam bidang cloud.

Alibaba Cloud juga sudah menggandeng beberapa mitra bisnis lokal. Mereka pun menggalang insiatif bersama para mitranya untuk berbagi pengetahuan, pengalaman, dan perjalanan digital dengan bisnis lokal di Indonesia. Hal ini tidak hanya dijalankan dengan perusahaan-perusahaan besar, namun mereka berharap dapat berkontribusi dengan memajukan perekonomian Indonesia dengan berbagi pengetahuan.

Alibaba juga mengatakan bahwa kompetisi adalah hal yang baik. Dengan semakin banyaknya jasa cloud yang masuk ke Indonesia, hal tersebut akan menguntungkan para pelanggan di Indonesia. Contohnya adalah masuknya Amazon Web Service (AWS) ke Indonesia. Oleh karenanya, mereka malah senang dengan adanya persaingan yang sehat.

Pada sesi yang terpisah, saya pun cukup penasaran bagaimana sebuah perusahaan yang sudah memiliki infrastruktur dalam sebuah cloud bisa pindah ke Alibaba. Feifei Li selaku VP Chief Database Scientist, mengatakan pihaknya akan membantu secara penuh bagi perusahaan yang ingin melakukan perpindahan layanan cloud lain ke Alibaba Cloud.

Alibaba Cloud Day 2020 - QnD

Beliau mengatakan bahwa waktu yang dibutuhkan untuk memindahkan seluruh database ke PolarDB yang dimiliki Alibaba dapat berjalan dengan lancar. Namun, hal tersebut masih tergantung dengan jenis database yang digunakan. Jika database yang digunakan termasuk open source seperti MySQL dan Postgre SQL, maka PolarDB pun sudah mendukung secara penuh semua perintah yang ada.

Feifei Li juga memberikan sebuah kasus yang ada di Malaysia. Tanpa memberitahukan nama perusahaannya, salah satu pelaku bisnis di Malaysia yang sudah memilih Oracle selama bertahun-tahun dapat memindahkan seluruh databasenya ke PolarDB. Alibaba sendiri memiliki sebuah perangkat yang mampu menganalisa basis kode dan data yang ada. Setelah menganalisa, alat tersebut pun akan mengeluarkan sebuah laporan yang akan memberitahukan bagian mana saja yang harus diubah dan juga workaround-nya.

Perpindahan database dari Oracle ke PolarDB yang diceritakan di atas memakan waktu sekitar dua bulan. Hal tersebut dilakukan oleh perusahaan tersebut dengan para insinyur dari Alibaba, sehingga perpindahannya terhitung cepat. Oleh karena itu, Alibaba pun yakin bahwa PolarDB yang mereka miliki dapat bersaing dengan para sistem manajemen database lainnya.

Human Resource as The Biggest Challenge Towards The Industrial Revolution 4.0

Some of the experts consider Indonesia requires to improve its human resource skills in the manufacturing field towards adapting to the era of Industry 4.0.

In the panel discussion at ConnectTechAsia titled “Digital Innovation in the Manufacturing Sector in Indonesia”, a number of technology observers and players leaked some biggest challenges towards the automation era.

Chairman of the National Association of Information and Communication Technology Entrepreneurs (Aptiknas) Fanky Christian said we still have low skilled talents in the manufacturing field. It happens not only in Indonesia but also in the Asia-Pacific region.

In order to adapt towards Industry 4.0, Christian highlighted the urgent need to improve talent’s skillset. He said the challenges will make different impacts on the more tech-friendly environment sectors, such as telecommunication.

“Entering the Industry 4.0, digitize and digitization become two main elements towards efficiency. Before we get there, manufacturing companies should use two approaches, it’s upskilling and reskilling, in order to stay adaptive,” he said, Wed (12/5).

In the same occasion, the Chairman of Indonesia’s Big Data & AI Association, Rudi Rusdiah saw a different obstruction in terms of technology, it’s the lack of implementation of tech-solution, such as big data and Artificial Intelligence (AI). It shows that many companies didn’t consider technology adoption as important for the business.

In fact, Industry 4.0 is the data exchange and automation trend where the implementation will be very related to the sophisticated technology adoption, such as Internet of Things (IoT), cloud, big data, and AI.

“The number of experts in the big data or AI sector isn’t large. It’s hard to find a good data scientist in Indonesia. The development cost [big data and AI] also extravagant,” he added.

Before even discussed the kinds of sophisticated technologies as mentioned, cloud adoption as the basic tech-solution is in fact low. Quoted from Gartner, the shifting from data to cloud is estimated to increase to 28% by 2022.

“In ours [service], there aren’t many implementations for manufacturing sector. They are mostly from banking institutions. Whereas, the cloud has been very useful in terms of asset revitalization, agile innovation, and digital economy growth,” Telkom Telstra’s VP Product Management Cloud & UC, Arief Rakhmatsyah said.

Another highlight is from Deputy General Manager Mitsubishi Electric, Ivan Chandra on the importance of ideation to solution and innovation that is scalable. Thus, the industry can calculate the costs incurred to be in accordance with the desired results.

Indonesia is currently in the preparation stage. The Ministry of Industry even has made a roadmap of Making Industry 4.0 stated that this revolution will be a big step for the manufacturing sector to amplify Indonesia’s economy.

The research recently published by Informa Tech has revealed some of the challenges in the manufacturing sector. In terms of technology, the main challenges are (1) the cybersecurity and backup data (57%), (2) upskilling human resources (43%), and (3) looking for a reliable tech-supplier (36%).

In terms of business, the biggest challenges are (1) skillset for competition (53%), (2) looking for new customers (47%), and (3) following or adapting through new technology (34%).


Original article is in Indonesian, translated by Kristin Siagian

Kesiapan SDM Jadi Tantangan Utama Menuju Revolusi Industri 4.0

Sejumlah pengamat menilai Indonesia perlu meningkatkan kemampuan Sumber Daya Manusia (SDM) di sektor manufaktur dalam rangka mempersiapkan diri untuk beradaptasi di era Industri 4.0.

Pada sesi diskusi panel ConnecTechAsia bertajuk “Digital Innovation in the Manufacturing Sector in Indonesia”, sejumlah pengamat dan pemain teknologi mengungkap sejumlah tantangan besar yang akan dihadapi di era otomasi tersebut.

Chairman Asosiasi Pengusaha Teknologi Informasi dan Komunikasi Nasional (Aptiknas) Fanky Christian menilai, kemampuan SDM di sektor manufaktur masih rendah. Ini terjadi tak hanya di Indonesia, tetapi juga SDM di kawasan Asia Pasifik.

Untuk beradaptasi menuju Industri 4.0, Fanky menggarisbawahi pentingnya peningkatan kemampuan SDM. Menurutnya, tantangan tersebut tentu akan sedikit berbeda dirasakan pada sektor industri yang lebih ramah dengan perkembangan teknologi terkini, misalnya sektor telekomunikasi.

“Untuk menuju Industri 4.0, digitasi dan digitalisasi menjadi dua elemen penting dalam mencapai efisiensi. Sebelum ke sana, perusahaan manufaktur perlu melakukan dua approach, yakni upskilling dan reskilling agar terus belajar beradaptasi,” ujar Fanky, Rabu (5/12).

Pada kesempatan sama, Chairman Asosiasi Big Data & AI Indonesia Rudi Rusdiah melihat tantangan lain dari sisi teknologi, yaitu masih rendahnya implementasi solusi teknologi, seperti big data dan Artificial Intelligence (AI). Ini menandakan belum banyak perusahaan melihat pentingnya adopsi teknologi terhadap bisnis.

Padahal Industri 4.0 merupakan tren otomasi dan pertukaran data di mana pelaksanaannya akan sangat lekat dengan pemanfaatan teknologi canggih, seperti Internet of Things (IoT), cloud, big data, dan AI.

“Jumlah tenaga yang kompeten di ranah big data maupun AI tidak banyak. Sulit mencari data scientist di Indonesia. Biaya pengembangan [big data dan AI] juga tidak sedikit,” ungkap Rudi.

Jangankan bicara teknologi canggih seperti contoh di atas. Adopsi cloud sebagai solusi teknologi mendasar juga belum tinggi. Mengutip data Gartner, perpindahan data ke cloud diestimasi naik menjadi 28 persen pada 2022.

“Di [layanan] kami, belum banyak sektor manufaktur yang pakai. Kebanyakan masih dari perbankan. Padahal, cloud itu memberikan manfaat pada pembaruan aset, inovasi yang lebih lincah, dan peningkatan ekonomi digital,” papar VP Product Management Cloud & UC TelkomTelstra Arief Rakhmatsyah.

Tak kalah penting, Deputy General Manager Mitsubishi Electric Ivan Chandra juga menyoroti pentingnya penciptaan solusi atau inovasi bagi industri yang seharusnya dapat terukur. Dengan demikian, industri dapat mengetahui apakah biaya yang dikeluarkan dapat sesuai hasil yang diinginkan.

Indonesia saat ini tengah berada di posisi untuk mempersiapkan hal ini. Bahkan Kementerian Perindustrian telah menerbitkan Peta jalan (roadmap) Making Industri 4.0 yang menyebutkan bahwa revolusi ini akan menjadi lompatan besar bagi sektor manufaktur untuk mendongkrak perekonomian di Indonesia.

Riset yang dirilis Informa Tech menyebutkan sejumlah tantangan yang dihadapi sektor manufaktur Indonesia. Dari sisi teknologi, tantangan utamanya antara lain (1) keamanan siber dan cadangan data (57%), (2) peningkatan kemampuan teknologi karyawan (43%), dan (3) mencari supplier teknologi andal (36%)

Sementara dari sisi bisnis, tantangan terbesarnya adalah (1) kemampuan menghadapi kompetisi (53%), (2) mencari customer baru (47%), dan (3) mengikuti atau beradaptasi dengan perkembangan teknologi baru (34%).

IBM Tawarkan Solusi Pengolahan Big Data dengan Teknologi AI

Saat ini smartphone sudah menjadi sebuah kebutuhan setiap orang. Aktivitas kita di dunia digital termasuk di sosial media menghasilkan banyak data yang jumlahnya terus bertambah.

Data pun menjadi sangat kritis bagi konsumen, pemerintah, dan perusahaan di berbagai jenis. Misalnya bagi perusahaan, data yang besar memungkinkan mereka melakukan riset pasar mengenai apa yang disukai oleh konsumen.

Namun banyak tantangan untuk mengelola big data karena variasi dan volumenya sangat tinggi, kita perlu tool yang mampu menangani big data dan IBM memilikinya lewat Cloud platform serta teknologi AI.

Menurut IBM perusahaan mulai perlu memindahkan beban kerja kritisnya ke cloud dalam melakukan optimalisasi pekerjaan. Untuk membantu klien dalam memenuhi tuntutan akses terhadap inovasi teknologi seperti AI, IBM terus berinovasi dan baru saja memperbaharui portofolio Cloud dan Watson yang dimilikinya.

PSX_20191106_140136

“IBM berkomitmen untuk memberikan arahan kepada klien kami untuk menjalankan AI diberbagai jenis Cloud di manapun data tersebut ditempatkan untuk bisa memudahkan klien mengadopsi AI dalam menjalankan bisnisnya,” ujar Tan Wijaya, Presiden Direktur IBM Indonesia.

IBM Cloud saat ini telah diadopsi oleh perusahaan-perusahaan yang sangat ketat akan regulasi seperti perbankan dan pemerintahan. Industri dari perusahaan ini memiliki data yang sangat kritis dan melalui kemampuan IBM Cloud yang aman, open dan bisa digunakan secara enterprise memudahkan perusahaan untuk melakukan modernisasi dan membuat aplikasi bisnis baru dengan menggunakan Cloud tanpa harus mengganggu keamanan pada aplikasi lain yang telah ada.

Selain itu, untuk mendukung kebutuhan inovasi teknologi, IBM juga mengedepankan pendekatan Watson Anywhere pada AI dengan mengedepankan core tekonologi Watson termasuk Watson OpenScale, Watson Assistant dan Watson Discovery, serta platform data Analisa terintegrasi pertama di industri yaitu Cloud Pak for Data. Inovasi ini antara lain memudahkan Watson untuk bisa menyesuaikan bahasa sesuai lingkungannya.

5 Tren Teknologi yang Terus Membantu Bisnis di Tahun 2020

Ekspansi dan pertumbuhan teknologi tidak menunjukkan tanda-tanda untuk melambat dalam waktu dekat. Teknologi digital tak jarang menjadi disrupsi utama dalam industri. Bahkan saat ini, digital membentuk kembali bagaimana industri dan berbagai perusahaan di dalam industri tersebut dalam beroperasi dan berkinerja. Yang menarik adalah bahwa teknologi baru diadopsi dengan cepat, yang memaksa berbagai bisnis untuk beradaptasi dengan cepat atau berisiko ketinggalan.

Adaptasi teknologi teranyar punya sifat disruptif. Hal tersebut seringkali mengubah cara sebuah perusahaan beroperasi sedikit demi sedikit, bahkan terkadang mengubah secara keseluruhan. Dengan kata lain, teknologi selalu berdampak pada bisnis. Di penghujung 2019 ini, masih banyak menyisakan pertanyaan tentang bagaimana teknologi dapat terus memberikan impact terhadap sebuah industri. Oleh karena itu, berikut ini adalah tren teknologi yang akan membantu bisnis di masa depan, khususnya di tahun 2020.

Artificial Intelligence (AI) dan Big Data

Walaupun masih ada perdebatan seputar Artificial Intelligence (AI) dan perkembangannya—sebagian orang khawatir AI akan menggantikan peran manusia sementara yang lain cukup antusias tentang manfaatnya—pengembangan AI di Indonesia masih dalam tahap awal pengembangan dan masih jauh dari perkembangan true AI. Namun, apa yang berkembang sejauh ini telah menemukan jalannya ke industri dan perusahaan.

Saat ini, AI dan Big Data hadir di hampir semua bidang bisnis mulai dari fitur chatbot hingga layanan transkripsi hukum bertenaga AI yang digunakan oleh firma hukum hingga penggunaan praktis dalam industri, seperti kesehatan, manufaktur, pendidikan, dan lain-lain. AI bisa dibilang adalah teknologi yang paling cepat diadopsi karena menggunakan machine learning, pembelajaran yang dalam, dan kemampuan pengenalan alami yang dapat digunakan oleh berbagai bisnis baik besar maupun kecil. Karena potensinya yang tampaknya tidak terbatas, tren AI akan terus mempengaruhi bisnis dan mendorong inovasi melalui industri di tahun-tahun mendatang.

Selain AI, Implementasi big data atau himpunan data dalam jumlah besar umumnya lebih sering ditujukan untuk kebutuhan bisnis. Dewasa ini, big data banyak dijadikan sebagai salah satu penentu dalam pengambilan keputusan bisnis.

Berbicara dalam scope yang lebih luas, big data tak hanya diandalkan semata-mata untuk itu. Big data dapat diaplikasikan pada jenis usaha yang dapat memberikan perubahan lebih baik terhadap masyarakat.

Internet of Things (IoT)

Internet of Things (IoT) dipercaya sebagai satu teknologi yang semakin memengaruhi kinerja bisnis berbagai lini kegiatan organisasi. Transformasi digital dimungkinkan dengan memanfaatkan teknologi ini. Industry 4.0, Intelligent Transportation System dan Smart City adalah bidang yang memanfaatkan IoT sebagai enabler nya. Tren ini sudah mulai mempengaruhi bisnis modern dan akan terus meningkat di masa depan. Permintaan ini menciptakan kebutuhan akan lebih banyak perangkat IoT. Saat ini, perangkat pintar dan gadget perlahan menjadi standar tidak hanya untuk konsumen tetapi juga untuk bisnis. Perangkat, seperti Amazon Alexa, Echo, Google assitant, dan lainnya cukup populer di kalangan konsumen akhir-akhir ini.

Selain fokus pada kota-kota yang sudah melek digital. Bidang industri juga memiliki pasar yang besar untuk pengembangan dan implementasi IoT. Syarat yang sama juga berlaku pada perusahaan-perusahaan pasar IoT. Memang, untuk skala Nasional, Indonesia masih jauh dikatakan siap untuk implementasi proyek IoT ini. Namun, dengan mulai pada beberapa area yang sudah “matang” bukanlah langkah yang buruk, hal tersebut akan mempercepat pengembangan dan implementasi IoT sehingga, proyek IoT tidak berhenti.

Fintech

Fintech merupakan kolaborasi antara finansial/keuangan dan teknologi. Cepatnya kemajuan teknologi membantu para startup membangun inovasi produk keuangan yang berbeda dari perbankan konvensional. Di banyak negara, inovasi keuangan dari startup tersebut terbukti tidak hanya memunculkan solusi-solusi baru yang inovatif buat konsumen, tetapi sekaligus menggoyang industri keuangan yang sudah mapan.

Fintech merupakan salah satu contoh primadona dibandingkan industri lainnya karena terus bertransformasi. Fintech tidak melulu berbicara soal sistem pembayaran dan lending, tapi ada juga vertikal bisnis lainnya seperti insurtech, remitansi, regtech, blockchain, kripto, data analytics, dan lain sebagainya.

Alasan pertama, layanan Fintech menawarkan kecepatan. Dengan teknologi big data, penggunaan algoritma, dan proses online, keputusan kredit bisa diambil dalam rentang waktu sangat cepat jika dibandingkan bank konvensional. Pengisian aplikasi dilakukan sepenuhnya melalui online dengan desain teknologi yang sangat memahami perilaku para penggunanya. Pinjaman diproses tanpa perlu tatap muka dengan nasabah

Health Tech

Salah satu vertikal startup yang diprediksi bakal mengalami perkembangan adalah health tech. Dalam survei Gallen Growth Asia dilaporkan beberapa tren perkembangan layanan healthtech, mulai dari kategori, pendanaan, hingga sebarannya di wilayah Asia Pasifik.

Bidang kesehatan menjadi salah satu segmen yang saat ini banyak digarap oleh para pengembang di level startup. Umumnya menyediakan layanan reservasi dan direktori dokter, namun beberapa lainnya mengeluarkan inovasi baru yang siap diandalkan untuk kebutuhan medis penggunanya.

Di Indonesia, layanan teknologi kesehatan diprediksikan sebagai sektor yang menyimpan potensi besar. Salah satu layanan yang ada di industri ini adalah layanan konsultasi dokter online. Sudah banyak penyedia layanan ini tersedia di Indonesia. Sebagai bisnis yang bergantung kepada kepercayaan pengguna, tantangan besar bagi para penyedia layanan untuk bisa menjaganya.

Cloud Computing

Cloud computing (atau komputasi awan) saat ini sudah menjadi sesuatu yang sangat umum, terutama di kalangan pengembang software. Berbagai keunggulan cloud computing, seperti dalam skalabilitas, keandalan dan portabilitas membawakan daya tarik tersendiri, terlebih sistem pembayaran layanan cloud kebanyakan cukup fleksibel, yakni dibayarkan sesuai dengan penggunaan atau umum disebut dengan istilah “pay as you use”. Teknologi telah menjadi komponen kritis dalam operasional bisnis, berbagai kegiatan, terutama yang menghubungkan langsung dengan konsumen banyak ditompang olehnya, dan salah satu platform yang banyak digunakan tak lain adalah cloud computing.

Pembiayaan untuk kebutuhan teknologi dalam lebih diefisienkan dengan pemanfaatan teknologi cloud computing, seperti meminimalisir biaya pembelanjaan hardware dan pemeliharaan, namun untuk menciptakan nilai yang optimal bisnis juga harus mengenal betul kemampuan dan kebutuhannya. Cloud computing menawarkan sistem pembayaran yang cukup fleksibel, gunakan sumber daya tinggi saat penggunaan tinggi, dan minimalkan penggunaan sumber daya saat kebutuhan rendah. Hal ini bisa dicontohkan di beberapa skema bisnis, misalnya sistem yang ramai di masa tertentu, sebut saja toko online baju muslim.

Sudah cukup banyak pilihan layanan cloud yang saat ini tersaji. Karena bisnis membutuhkan teknologi yang handal untuk operasional bisnis yang berkelanjutan, pastikan bisnis memilih layanan cloud yang sudah teruji dan terpercaya. Setidaknya sudah ada case study atau pihak bisnis yang sebelumnya pernah menggunakan layanan tersebut dan memberikan testimoni baik. Terlepas dari itu layanan global ataupun layanan lokal.

Tren teknologi tersebut akan terus subur jika pengembangan produk terus dilakukan. Inisiatif inovasi dari korporasi menjadi penting dalam hal ini, terutama perusahaan dengan market access yang besar. Telkomsel sebagai perusahaan telekomunikasi dengan lebih dari 163 juta pengguna, lebih dari 189.000 BTS yang beroperasi di 11 wilayah Indonesia, dan lebih dari 5.500 talenta di dalamnya, saat ini tengah melakukan upaya transformasi digital dengan kegiatan yang dapat membuka potensi inovator Tanah Air.

Telkomsel memperkuat keseriusannya dalam mendorong inovasi digital di Indonesia tersebut melalui program Telkomsel Innovation Center (TINC). Bentuk dukungannya antara lain berupa penyediaan laboratorium IoT (bagi startup yang menggunakan teknologi ini), development funding, development kit, platform, 5G Lab, working space, serta networking access bagi para startup, developer, maupun system integrator dengan para pemain industri terkait.

Tertarik dengan program inovasi dan segala keuntungan yang bisa kamu dapatkan dengan kolaborasi bersama TINC? Telkomsel telah membuka batch 4 dari program inovasi mereka. Informasi lebih lengkap, masuk ke www.instagram.com/tinc.id dan tinc.id.

Disclosure: Artikel ini adalah artikel bersponsor yang didukung oleh Telkomsel.